DEFINISI
1. Pencegahan adalah proses, cara, perbuatanmencegah, penegahan,
penolakan.
2. Penanggulangan adalah proses, cara, perbuatan menanggulangi
3. Kebakaran adalah api yang tak terkendalikan, peristiwa terbakarnya sesuatu
4. Faktor penyebab kebakaran :
Alam : gunung meletus, gempa bumi, petir, sinar matahari yang
mengenai lensa,dsb
Manusia : karena disengaja (balas dendam, menutupi kejahatan,
penggantian asuransi, dsb); kelalaian (konsluiting listrik, kompor
meledak, kebocoran gas, dsb)
Binatang : tikus, kucing, anjing, burung
5. Teori terjadinya api : api adalah merupakan suatu reaksi kimia
(reaksioksidasi) yang bersifat oksotermis dan diikuti pengeluaran cahaya dan
panas serta dapat menghasilkan nyala, asap dan bara. Terjadinya api
disebabkan oleh bersatunya tiga unsur yaitu bahan bakar yang mudah terbakar,
udara dan panas (disebut SEGITA API). Api dapat dipadamkan dengan cara
menghilangkan salah satu unsur tsb.
6. Menurut NFPA (National Fire Protection Association) api di bagi menurut
kelasnya menjadi :
a. Kebakaran pada benda yang mudah terbakar yang menimbulkan
arang/karbon (contoh: kayu, kertas, kardus, kain, kulit, plastic)
b. Kebakaran pada benda cair dan gas yang mudah terbakar contoh: bahan
bakar, bensin, lilin, gemuk, minyak tanah, thinner)
c. Kebakaran pada listrik atau yang mengandung aliran listrik
d. Kebakaran pada logam mudah terbakar (contoh: sodium, lithium,
radium)
7. Menurut SAA (Standard Australian Association) api di bagi menurut
kelasnya menjadi :
a. Kebakaran pada benda yang mudah terbakar yang menimbulkan
arang/karbon (contoh: kayu, kertas, kardus, kain, kulit, plastic)
b. Kebakaran pada benda cair mudah terbakar (contoh: bahan bakar, bensin,
lilin, minyak tanah, thinner)
c. Kebakaran pada benda gas ( contoh: LPG, LNG, metan, dll )
d. Kebakaran pada logam mudah terbakar (contoh: sodium, lithium, radium)
e. Kebakaran pada peralatan yang menggunakan tenaga listrik / menimbulkan
tenaga listrik.
8. Kebakaran dibagi menjadi :
a. Bahaya kebakaran ringan adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai nilai dan kemudahan terbakar rendah, apabila kebakaran
melepaskan panas rendah, sehingga perjalanan api lambat.
b. Bahaya kebakaran sedang I adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang; penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 (dua setengah) meter
dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga
perjalanan api sedang.
c. Bahaya kebakaran sedang II adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang; penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 (empat) meter dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga perjalanan
api sedang.
d. Bahaya kebakaran sedang III adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar agak tinggi, menimbulkan
panas agak tinggi serta penjalaran api agak cepat apabila terjadi kebakaran
e. Bahaya kebakaran berat I adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, menimbulkan panas
tinggi serta penjalaran api cepat apabila terjadi kebakaran.
f. Bahaya kebakaran berat II adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sangat tinggi, menimbulkan
panas tinggi serta penjalaran api cepat apabila terjadi kebakaran.
BAB II
RUANG LINGKUP
Kebakaran –> Hub Ext 113 (Kode Red) –> Padamkan Api dengan APAR —> Api
Padam lapor 113
–> Bila Api Tidak Padam Evakuasi –> Menuju Titik Kumpul —> Tunggu Arahan
Petugas
PEDOMAN PELAYANAN PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
PEDOMAN PELAYANAN PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA.
BAB 1 – PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
Rumah sakit sebagai badan usaha merupakan tempat berkumpulnya tenaga kerja,
pimpinan, pasien, pengunjung, dan mitra kerja yang lain. Dalam hubungannya antara
pimpinan dan tenaga kerja, ada hak dan kewajiban yang harus dilakukan, salah
satunya adalah hak tenaga kerja untuk mendapatkan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam menjalankan tugasnya. Sedangkan kewajiban tenaga kerja di antaranya
adalah menjalankan atau mematuhi peraturan yang ditetapkan, misalnya tenaga kerja
harus memakai alat pelindung diri pada proses pekerjaan yang memerlukan alat
pelindung diri. Sementara itu, pimpinan berkewajiban untuk menyediakan alat
pelindung diri sehingga pekerja terhindar dari kecelakaan atau penyakit akibat
kerja.Sesuai dengan visi Rumah Sakit “Menjadi Rumah Sakit Utama Pilihan
Masyarakat Malang Raya Karena pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien
dengan mengutamakan mutu dan keselamatan pasien” untuk itu maka perlu di bentuk
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di Rumah Sakit .
Buku Pedoman Pelayanan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Rumah Sakit ini diharapkan dapat menjadi acuan yang memberikan kemudahan bagi
pimpinan dan pegawai dalam melaksanakan berbagai program dan ketentuan K3 yang
ditetapkan.
Pelaksanaan K3 yang serius dan baik akan dapat mengurangi timbulnya kecelakaan
maupun penyakit akibat kerja baik bagi pegawai, pekerja, pasien, dan
masyarakat/pengunjung yang berada di Rumah Sakit . Sehingga pada akhirnya,
diharapkan segenap pegawai, pekerja, pasien, dan masyarakat/ pengunjung akan
merasa aman dan nyaman berada di Rumah Sakit .
B. Tujuan Pedoman.
1. Melindungi setiap orang yang berada di tempat kerja agar selalu dalam keadaan
sehat dan selamat
2. Melindungi bahan dan alat-alat agar dapat digunakan secara aman dan efisien
(1) Resiko jika terjadi kegagalan utilitas (listrik & air tidak dapat operasional)
yaitu :
a. Laboratorium,
b. Radiologi,
c. Farmasi,
d. ICU,
e. IKO,
f. KST,
g. Binatu,
h. Genset,
i. Logistik,
j. Gizi,
a. Instalasi Gizi,
b. BPS,
d. Genset
e. KST
f. Farmasi
g. Laboratorium
h. IKO
i. Radiologi
(4) Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya dengan jarak terali
lebih kecil da ripada kepala anak.
(5) Sumber listrik dilengkapi dengan penutup dan pengaman.
(6) Tersedia oksigen yang cukup pada tempat yang penting.
(7) Ada alat penghisap dalam keadaan darurat.
Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal
maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara
langsung atau tidak langsung. Mengingat resiko yang ditimbulkan akibat bahan
berbahaya tersebut, maka ketentuan di dalam hal pengadaan dan penyimpanan
bahan berbahaya mengacu kepada Permenkes 472/MENKES/PER/ V/ 1996
tentang Pengadaan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan.
a) Bahan makanan atau makanan jadi yang berasal dari instalasi gizi
harus diperiksa secara fisik dan secara periodik minimal 1 tahun sekali
diambil sampelnya untuk konfirmasi laboratorium.
b) Jumlah kebutuhan air bersih harus mencukupi yaitu 500 l/ tt/ hari.
c) Pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan setiap bulan sekali (untuk
pemeriksaan mikrobiologis) dan 3 bulan sekali untuk (pemeriksaan
kimiawi).
a) Tempat sampah harus terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan,
tahan karat, kedap air, mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya dan tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori
permukaan tangan.
1. R. linen kotor.
2. R. linen bersih.
4. R. pelengkapan cuci.
2. Survey meter.
4. Pakaian kerja.
5. Dekontaminasi kit.
a) Pegawai.
b) Pasien.
c) Pengunjung.
d) Masyarakat sekitar.
1. Kalibarasi alat,
1. Program pemeliharaan.
a) Penanggulangan bencana.
b) Bahaya kebakaran.
c) Evakuasi Bencana.
d) Pengelolaan B3.
g) Pengorganisasian.
a) Kecelakaan Kerja.
c) Kebakaran.
d) Bencana.
D. Batasan Operasional.
Dalam pengimplementasian K3 dan perlu dipahami antara lain :
Merupakan upaya untuk menekan dan mengurangi resiko kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan antara keselamatan dan
kesehatan.
Upaya penyerasian antara kapasitas kerja dan beban kerja serta lingkungan kerja
agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri
maupun orang/ masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktivitas yang optimal.
Keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan dan proses kerja/
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.
4. Kecelakaan Kerja:
5. Ergonomi adalah:
Ilmu yang mempelajari perilaku/sikap posisi manusia dalamkaitannya dengan
pekerjaan mereka.
Beberapa istilah lain yang sering digunakan dalam pengimplementasian K-3 dan perlu
dipahami antara lain :
Merupakan ungkapan adanya potensi bahaya secara relative. Kondisi bahaya mungkin
saja ada, tetapi menjadi tidak begitu berbahaya karena telah dilakukan tindakan
pencegahan.
3. Resiko (Risk)
4. Insiden
5. Kecelakaan
Kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga/tiba – tiba yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
6. Aman/ selamat
Kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat berlangsung
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
Filosofi : suatu pemikiran upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
E. Landasan hukum.
(9) Keputusan Presiden No 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja;
(10) Keputusan Presiden No 7 Tahun 1999 tentang Wajib Laporan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja;
C. Pengaturan Jaga.
Tim P2K3 terdiri dari Ketua 1 orang, Sekretaris 1 orang, Bidang Satu 2 orang, Bidang
Dua 2 orang, Bidang Tiga 2 orang, Bidang Empat 2 orang, Satgas Evakuasi 8 orang &
Satgas Kebakaran 8 orang
Untuk jadwal P2K3 sesuai dengan jadwal jaga/jam kerja masing – masing personil
atau dipanggil sewaktu-waktu bila ada masalah tentang K3.
A. Denah Ruang.
B. Standar Fasilitas.
BAB 4. TATA LAKSANA PELAYANAN.
Semua orang yang bekerja di lokasi kami mempunyai hak untuk mendapatkan
lingkungan/kondisi kerja yang aman dan sehat dan mempunyai kewajiban untuk
memberikan kontribusi pada kondisi tersebut dengan berperilaku yang bertanggung
jawab. Kami melihat K3 sebagai nilai bisnis utama yang diintregasikan pada seluruh
kinerja bisnis. Setiap cidera atau kasus sakit akibat hubungan kerja, dapat dihindari
dengan sistem kerja , peralatan , training dan supervisi yang tepat. Manajemen K3
yang efektif mencakup penilaian resiko dari desain lokasi sejak awal – tahap
konstruksi, komisioning dan perencanaan secara keseluruhan dari suatu organisasi
dan pemeliharaannya. Semua kegiatan operasional kami harus secara kontinyu
meningkatkan kinerja K3.
Setiap Manager di semua jenjang, menjamin kesehatan dan keselamatan untuk orang-
orang yang ada di tempat kerja di bawah tanggung jawabnya. Manager harus
menerapkan kebijakan dan sistem dalam area kontrol dan pengaruhnya. Chief
Executive officer (CEO) memikul tanggung jawab ini pada level group, ia mendukung
dengan tingkat kepedulian yang tinggi untuk menjamin bahwa dalam tiap divisi dan unit
bisnis manajemen memiliki otoritas, keahlian dan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya.
4. Analisa Resiko.
Audit dan inspeksi direncanakan dan dilakukan secara reguler. Audit &
Inspeksi dilaporkan dan digunakan untuk tindakan korektif dan preventif, yang dikelola
dengan cara yang sama seperti yang dilakukan saat analisa suatu cidera. Inspeksi dan
audit ini dilakukan oleh Manajemen tingkat lini yang dilatih untuk tujuan tersebut,
mencakup juga tingkat Management Atas. Personil dilibatkan sebanyak mungkin dalam
audit dan inspeksi ini. Sebagai tambahan audit internal ini, diperlukan adanya audit
silang antara lokasi kerja yang berbeda, yang menggunakan apa yang disebut tehnik “
fresh view”.
untuk mencegah terulang kembali, usaha investigasi harus proporsional pada resiko
potensial. Pelaporan dan komunikasi mengenai cidera harus sesuai dengan arahan
Group dan Divisi. Komite Manajemen K3 wajib secara reguler memeriksa relevansi
tindakan yang diambil dan menjamin bahwa tindakan tersebut dilakukan.
Peralatan Menetap dan Bergerak Instalasi baru didesain dan dibangun dengan
mempertimbangkan keamanan operasi dan keamanan personil perawatan. Instalasi
dan peralatan yang bergerak harus diperlihara secara efektif, diuji dan dilakukan
inspeksi, merupakan subyek untuk dikontrol secara rutin.
secara aman, tanpa resiko pada kesehatan, dan sesuai dengan penilaian
a) Tertulis
Semua lokasi kerja harus memiliki rencana tanggap darurat, yang berhubungan
dengan sifat operasi mereka dan resiko yang telah dinilai. Rencana ini harus di
perbaharui, jika diperlukan dikomunikasikan dan dipraktekan secara rutin. Latihan
wajib dilakukan dan dilatih secara rutin mencakup skenario yang direncanakan atas
resiko yang berpotensi tinggi.
11. Pelatihan & Komunikasi Pelatihan.
Rencana dan program yang sesuai harus dibuat untuk menjamin semua personil
memiliki kompetensi dalam bidang K3, ini mencakup tersedianya pelatihan &
perlunya pengalaman yang sesuai. Pelatihan Keselamatan meliputi :
b) Pelatihan Manajemen K3
Semua pelatihan keselamatan terdata, khususnya pada file pribadi secara rutin
harus dikaji ulang.
Keselamatan pasien telah menjadi isu global dan merupakan prioritas utama untuk
rumah sakit dan keselamatan pasien juga merupakan prioritas utama karena terkait
tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang mereka terima dan terkait
dengan mutu dan citra rumah sakit, disamping itu keselamatan pasien juga dapat
mengurangi KTD di Rumah Sakit. Keselamatan pasien dilaksanakan melalui 6 langkah
menuju keselamatan pasien, yaitu :
a. Armatur Lampu.
1. Kotak lampu pijar/TL Pemeliharaan :
2. Lampu
3. Louvre
d. Pembumian.
1. Untuk peralatan medic maksimum 0,2 Ohm, sesuai PUIL 1987 pasal 860
kelompok 2E.
2. Untuk stop kontak di dalam gedung dan alat – alat lain maximum 5 Ohm.
f. Panel Listrik.
Pada penel ini pemeliharaannya lebih teliti dengan mematikan tegngan untuk service
dan terlebih dahulu perlu koordinasi dengan UPF masing – masing dan rumah tangga
yang diketahui Direktur RS,karena di dalamnya sering terdapat banyak debu dan harus
dibersihkan dengan vacuum cleaner, kuas dan lap bersih.
g. Transformator.
Untuk transformator jenis olie perlu dilakukan pengetesan daya isolator dari olie trafo,
dapat ditest setiap tahun sekali untuk type Conservatif dan 5 tahun sekali untuk type
Hematic atau akan dilakukan lebih awal jika terjadi trouble shooting/short Circuit salah
satu beban (pengetesan olie di LMK PLN)
Pada ruangan – ruangan khusus, terdapat UPS. UPS perlu perhatian khusus pada
baterai, harus sering diperiksa/diganti jika dalam indicator UPS sudah tidak dapat diisi
kembali dibagian battery terdapat pole – pole yang perlu dibersihkan dan temperature
ruangan diusahakan 19?C. Untuk menjaga program – program yang ada dalam UPS
yang menggunakan microprocessor, setiap bulan 2(dua) kali.
IGD – SOP Bila Terjadi Kecelakaan Massal
KEBIJAKAN : Bila terjadi bencana, baik yang terjadi di dalam atau di luar
Rumah Sakit, IGD siap untuk melakukan penanggulangan bencana (Sesuai SK
Direktur No. … Tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RS NAMA
RS ).
PROSEDUR :
1. Layani korban kecelakaan dan lakukan triage.
@jokoblitar
==============================================
==
Bapak / Ibu / Saudara yang terkasih dalam rangka meningkatkan pelayanan di IGD
Akreditasi.web.id, kami mohon kesediaan anda untuk mengisi angket ini dengan cara
memberikan tanda lingkaran pada jawaban yang anda rasa tepat. Terimakasih atas
bantuan anda, semoga angket ini bermanfaat bagi kita semua
PERTANYAAN :
a. Ya b. Tidak
2. Apakah anda dilayani oleh petugas dalam waktu < 10 menit ? (10 menit
bisa diganti sesuai respon time rs anda)
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
5. Apakah sikap petugas IGD dalam memberikan pelayanan sudah cukup baik ?
a. Ya b. Tidak
……………………………………………………………………………………………………
………………
……………………………………………………………………………………………………
………………
……………………………………………………………………………………………………
………………
—0O0—
TERIMAKASIH
Masukkan lembar evaluasi ini Ke dalam kotak saran yang tersedia Atau
dikirimkan lewat surat ke alamat kami.
————————————————————————————————
IGD AKREDITASI.WEB.ID
Dari 150 angket yang disebar kepada keluarga pasien gawat darurat di IGD,
kemudian di lakukan penggolahan data sebagai berikut :
NOMOR PROSENTASE
JUMLAH
KETERANGA
RESPONDEN (%)
JAWABAN YA N
1. 4 80% Baik
2. 5 100% Baik
3. 4 80% Baik
4. 5 100% Baik
5. 3 100% Baik
6. 4 80% Baik
7. 4 80% Baik
8 4 80% Baik
9 3 60% Cukup
10 5 100% Baik
11 5 100% Baik
12 4 80% Baik
13 5 100% Baik
14 3 60% Cukup
15 5 100% Baik
16 4 80% Baik
17 5 100% Baik
18 5 100% Baik
19 5 100% Baik
20 5 100% Baik
21 5 100% Baik
22 5 100% Baik
23 3 60% Cukup
24 3 60% Cukup
25 4 80% Baik
26 4 80% Baik
27 5 100% Baik
28 4 80% Baik
29 5 100% Baik
30 4 80% Baik
31 4 80% Baik
32 4 80% Baik
33 3 60% Cukup
34 3 60% Cukup
35 4 80% Baik
36 4 80% Baik
37 4 80% Baik
38 5 100% Baik
39 4 80% Baik
40 5 100% Baik
41 5 100% Baik
42 5 100% Baik
43 5 100% Baik
44 4 80% Baik
45 5 100% Baik
46 5 100% Baik
47 4 80% Baik
48 4 80% Baik
49 3 60% Cukup
50 5 100% Baik
51 4 80% Baik
52 5 100% Baik
53 4 80% Baik
54 5 100% Baik
55 3 60% Cukup
56 5 100% Baik
57 5 100% Baik
58 4 80% Baik
59 3 60% Baik
60 5 100% Baik
61 4 80% Baik
62 5 100% Baik
63 5 100% Baik
64 5 100% Baik
65 3 60% Cukup
66 3 60% Cukup
67 5 100% Baik
68 5 100% Baik
69 4 80% Baik
70 4 80% Baik
71 4 80% Baik
72 5 100% Baik
73 5 100% Baik
74 5 100% Baik
75 5 100% Baik
76 3 60% Cukup
77 5 100% Baik
78 4 80% Baik
79 5 100% Baik
80 5 100% Baik
81 5 100% Baik
82 4 80% Baik
83 5 100% Baik
84 4 80% Baik
85 4 80% Baik
86 5 100% Baik
87 4 80% Baik
88 3 60% Cukup
89 5 100% Baik
90 5 100% Baik
91 4 80% Baik
92 4 80% Baik
93 5 100% Baik
94 4 80% Baik
95 5 100% Baik
96 4 80% Baik
97 5 100% Baik
98 4 80% Baik
99 4 80% Baik
100 3 60% Cukup
Kritik :
1) Kurangnya kebersihan dalam ruangan
3) Agar antara pasien satu dengan yang lain dapat tenang mohon adanya sekat.
C. Kesimpulan
Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengumpulan data, dapat diketahui dari 150 responden sebagian
besar ( 88,6 % ) responden menerangkan bahwa pelayanan di IGD Akreditasi.web.id
Baik. Data ini juga di dukung dengan adanya kritik dan Saran yang dapat meningkatkan
pelayanan di IGD Akreditasi.web.id.
D. Rekomendasi
1) Melakukan survey kepusan pasien secara berkala tiap 3 bulan sekali untuk
dapat mengetahui tingkat pelayanan yang telah diberikan.
Kepala IGD
Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan dari setiap
pasien :
– Pasien boleh langsung pulang
1. Pasien yang sudah diseleksi dan membawa surat pengantar untuk dirawat dapat
langsung dibawa ke ruangan perawatan sambil menunggu tempat tidur kosong
dari ruang perawatan.
4. Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya segera dikirim ke
ruang perawatan yang bersangkutan dan tetap memakai nomor yang dimilikinya.
SISTEM KOMUNIKASI.
Pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya serta anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat,
misalnya penyakit kanker stadium lanjut.
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba, tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
5. Kecelakaan.
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkna cidera (fisik, mental, sosial).
6. Cidera.
7. Bencana.
Peristiwa / rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian, harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum, serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat serta pembangunan nasional
yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kartu kode warna triase dapat digunakan sebagai cara pengklasifikasian dalam
triase setelah diperoleh informasi akurat tentang keadaan pasien.
– Gangguan pernafasan
– Fraktur minor
TRANSPORTASI PASIEN.
Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan gawat darurat.
Melalui transportasi kita dapat membantu penanganan penderita
gawat darurat. Dalam memberikan pelayanan transpotasi kepada penderita gawat
darurat, perlu diperhatikan beberapa petujuk dibawah ini :
1. Persiapan alat
a. Ambulans
b. Kursi roda.
c. Brankard.
2. Cara kerja
c. Ke ICU / Kamar Bedah. Bila ada masalah ABC (gangguan jalan nafas dan
sirkulasi), pasien diantar minimal 2 orang petugas termasuk dokter dan ventilasi
harus tetap diperthankan dalam perjalanan.
– Bila tidak ada masalah ABC, pasien boleh tidak diantar petugas dan
membawa surat rujukan.
– Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat dengan
membawa surat rujukan dan memakai ambulans.
2. Kasus-kasus yang tidak tergolong akut dan gawat ”False Emergency” akan
mendapatkan pelayanan setelah kasus gawat darurat terlayani.
3. Pada jam kerja (07.00-14.00) setiap hari Senin – Jumat, kasus-kasus
Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat / diperiksa
berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan peradilan.
DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien sampai
di IGD. Pasien yang datang dalam keadaan DOA langsung disalurkan /
ditempatkan di kamar jenazah.
1. Pengambil jenazah menyerahkan foto copy bukti diri yang syah kepada petugas.
II, karena telah memiliki dokter spesialis empat besar yang siap dipanggil (on
– call), dokter umum yang siaga ditempat (on – site) 24 jam yang memiliki kualifikasi
pelayanan GELS (General Emergency Life Support) dan mampu memberikan
resusitasi dan stabilisasi ABC serta memiliki alat transportasi untuk rujukan dan
komunikasi yang siap 24 jam.
Ada 4 hal yang wajib diinformasikan ketika petugas IGD melayani pasien gawat
darurat via telepon :
1. Nama pasien
2. Alamat pasien
4. Nomor telepon
Sebelum petugas IGD menjemput pasien yang meminta ambulans, petugas IGD
wajib memberitahukan keadaan pasien saat itu. Adapun informasi pelayanan pra
rumah sakit diberikan adalah dengan tata laksana sebagai berikut :
1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil ambulans tidak
menginformasikan apapun kepada petugas IGD di rumah sakit.
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada di mobil ambulans
menginformasikan keadaan pasien saat itu kepada petugas IGD di rumah sakit
dengan menggunakan sarana telekomunikasi handphone.
Sistem Rujukan.
Rujukan pasien dari RS …. hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis yang
kompeten atau setidaknya atas persetujuan salah satu dokter spesialis 4 besar (bedah,
penyakit dalam, anak, dan kebidanan). Dokter jaga IGD sebelum melakukan rujukan
pasien harus mengkorfirmasikan pasien tsb kepada dokter spesialis yang sesuai
dengan penyakit pasien. Adapun bentuk rujukan yaitu :
1. Alih Rawat.
– Permintaan pasien
3. Spesimen.
a. Darah
b. Urin
c. Jaringan
d. Mukus / sekret
PENANGANAN KEJADIAN KEBAKARAN (KODE MERAH) Kejadian kebakaran yang
terjadi di dalam rumah sakit pada waktu tertentu, dimana terdapat ancaman kesehatan
atas ancaman kematian pada pasian yang sedang dirawat dan keluarga pasien yang
sedang menunggu. Tujuan : 1. Melakukan evakuasi secepat mungkin untuk
mengurangi kecacatan dan kematian. 2. Menempatkan pasien ketempat perawatan
sementara. 3. Melakukan pemindahan perawatan ketempat perawatan yang
memungkinkan. Prosedur : Petugas bangsal pertama yang mengetahui : 1. Meminta
pertolongan kepada petugas terdekat 2. Melakukan pemadaman dengan APAR 3.
Petugas bangsal Segera mempersiapkan proses evakuasi pasien berupa : a.
Menghitung jumlah pasien b. Membagi pasien menurut katagori ketergantungan
kepada petugas (contoh : Pasien yang bisa jalan sendiri, pasien yang bisa ditolong
dengan satu petugas, dsb) Satpam 1. Menerima laporan dan ditulis secara cepat pada
buku laporan kejadian. 2. Segera melaporkan kepada pengamat jaga serta meminta
Tim HDP IGD serta petugas dari bangsal terdekat untuk menuju lokasi kebakaran guna
membantu proses evakuasi. 3. Segera menutup gerbang masuk dan membuka
gerbang keluar bagi pengunjung. 4. Mengosongkan area titik kumpul. Lakukan tindakan
yang diperlukan untuk mengosongkan area titik kumpul (contoh : memecahkan kaca
jendela mobil untuk memindahkan mobil yang berada di area titik kumpul). 5.
Memasukkan mobil pemadam, polisi dan ambulans RS lain (baik yang mengantar
pasien baru maupun membantu evakuasi). 6. Segera menuju lokasi kebakaran untuk
membantu proses pemadaman dan menjaga keamanan lokasi kebakaran dengan garis
pembatas dari tali (?) dan lokasi titik kumpul serta mengamankan jaur evakuasi. 7.
Selama proses evakuasi pos satpam tidak boleh kosong. Pengamat (TIM – HDP) 1.
Segera menuju lokasi kebakaran dan langsung bertindak selaku pimpinan
penanggulangan kebakaran rumah sakit sementara dalam memimpin proses evakuasi.
2. Segera menghitung jumlah pasien yang dirawat sebelum dan setelah proses
evakuasi ke titik kumpul. 3. Membagi pasien dari titik kumpul menuju ruang rawat
sementara dan IGD atau RS lain berdasarkan laporan kondisi pasien terakhir. Jika
diluar jam kerja dapat dipikirkan menggunakan IRJA lantai dasar guna tempat rawat
sementara. Petugas jaga terdekat Melaporkan kemungkinan-kemungkinan tempat
rawat sementara dari masing- masing bangsal kepada pengamat dan segera
membantu proses evakuasi. Dokter jaga HDP Sebagai tenaga medis dibawah komando
pengawas : 1. Segera tiba dilokasi membantu proses evakuasi dengan membawa
gelang tanda korban bencana dan Met Tag sebagai CM sementara. 2. Melakukan
pemasangan gelang tanda korban bencana dan melakukan labelisasi dengan
menggunakan Met Tag (Medical Emergency Field Triage) dan memberikan tindakan
pertolongan terhadap korban yang mengalami penurunan kondisi. 3. Melaporkan
kondisi terakhir pasien setelah tiba di titik kumpul kepada pengamat yang meliputi
kebutuhan tenaga peralatan serta ruangan. 4. Koordinasi dengan petugas IGD
Bedah/Non Bedah guna mengevakuasi pasien yang mengalami penurunan kondisi dan
tubuh 5. Tata laksana lanjutan IGD meliputi : a. Jumlah dan kondisi korban b. Penyebab
c. Kebutuhan tenaga, peralatan, ruangan, dan sebagainya. Mencatat semua tujuan
evakuasi pasien-pasien korban kebakaran dalam RS dan mendapat tanda tangan
petugas penerima. PETUGAS IGD Koordinasi dengan supervisor mempersiapkan IGD
guna merawat pasien korban kebakaran
sesuai laporan Tim HDP. PETUGAS SARANA 1. Melakukan pemadaman listrik pada
lokasi kebakaran dan sekitarnya, dan menghidupkannya kembali setelah
memungkinkan. 2. Setelah kebakaran dapat diatasi, maka bersama tim Labfor Polri
mencari penyebab kebakaran. PENGAMAT (TIM HDP) Melaporkan kepada : o Direktur
( 0816692225 ) o Wakil Direktur Umum dan Keuangan ( 08122757141 ) o Wakil
Direktur Pelayanan ( 08122725575 ) o Kabag Umum ( 081328743155 ) o Kabag
Keuangan ( 08122783710 ) Koordinasi dengan Ka. IRJA ( 085227890688 ) →
Kebutuhan tenaga bantuan dan brankard Kordinasi dengan Ka. IRNA
( 081327116325 ) → kebutuhan tenaga bantuan dan tempat tidur. Ka.
ICU/PICU/ICCU/NICU ( 081327067530 ) Koordinasi dengan Ka. SMF di RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo → bantuan tenaga ko-residen,. Depo Farmasi IGD untuk
diteruskan kepada Ka. Instalasi Farmasi → kebutuhan obat dan alkes. Bagian Laundry
dan CSSD → kebutuhan linen Bagian Gizi → kebutuhan gizi untuk korban DAN
RELAWAN Ka. IBS → kebutuhan Kamar Operasi BANK DARAH → Kebutuhan darah
DIREKSI Koordinasi ke dalam RS o Direktur → menyatakan terjadi musibah massal o
Wadir Penunjang dan Pendidikan → mengerahkan tenaga bantuan dari IMF dan
Instalasi lain di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sebagai tenaga
tambahan bilamana diperlukan Koordinasi keluar RS Koordinasi dengan RS lain RS
Elisabeth ( 0281 ) 625857 / 631761 RS DKT ( 0281 ) 633062 RS BUNDA ( 0281 )
635424 RS ANANDA ( 0281 ) 636417 RS HIDAYAH ( 0281 ) 627010 RSI ( 0281 )
630019 PMI ( 0281 ) 6441014 PENGATURAN LALU LINTAS PARKIR SAAT TERJADI
KEBAKARAN / BENCANA Tindakan yang dilakukan oleh Petugas Parkir saat terjadi
kebakaran / bencana : 1. Terima informasi KODE MERAH 2. Segera MENUTUP
gerbang masuk dan MEMBUKA gerbang keluar bagi pengunjung. 3. Mengosongkan
area parkir dari kendaraan pasien / pengunjung untuk Titik Kumpul evakuasi : a.
SELALU mengosongkan area titik kumpul dan area dilarang parkir. Apabila terpaksa
ada kendaraan di area tersebut, kendaraan harus dalam posisi gigi netral dan setir
tidak terkunci serta ada petugas parkir yang mengingatkan. b. Jika saat terjadi
bencana terdapat kendaraan di area titik kumpul, maka semua kendaraan yang berada
di area titik kumpul didorong ketempat lain agar area titik kumpul dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya. c. Bila kendaraan di AREA TITIK KUMPUL Kondisinya terkunci
setir dan di hand rem maka akan dilakukan tindakan yang diperlukan seperti
pemecahan kaca jendela untuk memindahkan kendaraan tersebut. Setelah area
kosong dibatasi dengan pembatas dan dijaga satpam. 4. Mengatur keluar masuknya
mobil Ambulan, mobil Dinas Kebakaran, Kepolisian, PMI, dan Instansi terkait serta
mengatur lalu lintas selama proses evakuasi.
Cara pemakaian helm safety yang benar akan memberikan perlindungan bagi kepala
anda. Daerah kerja seperti di tambang minyak, pabrik pupuk, pabrik kimia, proyek
pembangunan gedung dan lainnya biasanya menetapkan helm safety sebagai alat
pelindung diri yang wajib. Karena potensi resiko yang berasal dari atas kepala banyak
terdapat di lingkungan kerja seperti itu. Dalam menggunakan helm safety, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya :
1. Sebelum digunakan telitilah bahwa helm tersebut dalam kondisi baik untuk
digunakan, pas dan nyaman dikepala anda (tidak longgar dan tidak terlalu
sempit), tidak rusak dan cacat.
2. Gunakan helm safety dikepala dengan benar (tidak miring, terlalu mendongak,
menunduk sehingga menutupi pandangan, atau terbalik
3. Jika berada pada tempat yang tinggi dan kondisi ber angin, chain strip harus
digunakan untuk menghindari safety helmet yang dikenakan terbang karena
tiupan angin kencang.