Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN:


FUNGSI PENGENDALIAN DI BANGSAL ASTER RSUD MUNTILAN
Pembimbing Akademik: Maryana, S.Psi., S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun oleh :
1. Bella Intan Meilana (P07120216017)
2. Akhsan Hakim Pradhana (P07120216018)
3. Ristanti Mulyandari (P07120216019)
4. Ihda Kusumawati (P07120216020)
5. Alfi Nur Vaizatul Khasanah (P07120216021)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
D IV KEPERAWATAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN ALISIS MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN:


FUNGSI PENGENDALIAN DI BANGSAL ASTER RSUD MUNTILAN
Tugas Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik
Manajemen Keperawatan

Disusun oleh :
1. Bella Intan Meilana (P07120216017)
2. Akhsan Hakim Pradhana (P07120216018)
3. Ristanti Mulyandari (P07120216019)
4. Ihda Kusumawati (P07120216020)
5. Alfi Nur Vaizatul Khasanah (P07120216021)

Disahkan dan disetujui pada : …………………………………….

Oleh :
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

Maryana, S.Psi., S.Kep., Ns., M.Kep


NIP.197504072002121002
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen adalah suatu pendekatan yang dinamis, proaktif dalam
menjalankan organisasi mencakup supervise terhadap staf, sarana dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. Manajemen keperawatan
merupakan rangkaian fungsi dan aktivitas yang secara simultan saling
berhubungan dalam menyelesaikan pekerjaan melalui anggota staf
keperawatan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan
keperawatan yang berkualitas (Marquis dan Huston, 2013).
Proses manajemen keperawatan dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan evaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan
efisien pada individu, keluarga dan masyarakat. Ruang lingkup
manajemen keperawatan meliputi manajemen pelayanan keperawatan dan
manajemen asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan
merupakan kegiatan pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian,
ketenagaan, pengarahan dan pengawasan aktivitas pelayanan keperawatan.
Kegiatan pengarahan dalam manajemen pelayanan keperawatan
meliputi memotivasi staf dan menciptakan suasana yang memotivasi,
membina komunikasi organisasi, manangani konflik, memfasilitasi
kerjasama dan negosiasi (Marquis dan Huston, 2013). Pengarahan
berfungsi untuk menciptakan kerjasama yang efisien, mengembangkan
kemampuan dan ketrampilan staf, menimbulkan rasa memiliki dan
menyukai pekerjaan serta mengusahakan suasana lingkungan kerja yang
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja. Elemen pengarahan yaitu
menciptakan iklim motivasi, leadership, menetapkan komunikasi
organisasi, manajemen konflik serta memfasilitasi kolaborasi, negosiasi
dan delegasi (Swansburg, 2004).
Marquis dan Huston (2013), mendefinisikan konflik sebagai
masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan
pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih. Dampak
positif dari konflik yaitu membuat perawat lebih instropeksi diri,
meningkatkan kinerja, membuat pendekatan lebih baik dan
mengembangankan alternatif yang lebih baik. Dampak negatif dari konflik
yaitu membuat kondisi psikis menjadi stress, frustasi, saling menjatuhkan,
apriori, subjektif dan emosional.
RSUD Muntilan menerapkan model praktik keperawatan
profesional (MPKP) primer. Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) diaplikasikan dalam bentuk model Keperawatan Primer adalah
metode pemberian asuhan keperawatan komprehensif. Metode
Keperawatan Primer adalah metode pemberian asuhan keperawatan
komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik keperawataan
profesional. Setiap perawat profesional bertanggung jawab terhadap
asuhan keparawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Perawat
primer bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh dengan menulis asuhan keperawatan, mulai pengkajian
sampai perencanaan keperawatan selama 24 jam sejak pasien mulai
dirawat sampai pulang (Huber, 2000). Di bangsal Aster bekerja secara tim,
tim tersebut dibagi menjadi dua yaitu Tim I dan Tim II. Tim I yang terdiri
atas 1 katim dan 5 perawat assosiate bertanggung jawab atas pasien
dikamar VIP 1, VIP 2, VIP 3, VIP 6 dan VIP 7. Sedangkan untuk TIM 2
yang terdiri dari 1 katim dan 5 perawat assosiate bertanggung jawab atas
pasien dikamar VIP 4, VIP 5, VIP 8, VIP 9 dan VIP 10.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Praktik Klinik Manajemen Keperawatan,
diharapkan dapat menerapkan manajamen pelayanan keperawatan
fungsi pengendalian dan manajemen asuhan model praktik
keperawatan profesional primer di Ruang Aster RSUD Muntilan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan kegiatan praktik klinik manajemen
keperawatan, peserta mampu:
a. Melaksanakan manajemen asuhan keperawatan di Bangsal Aster
1) Melakukan operan jaga
2) Melakukan preconference
3) Melakukan postconference
4) Melakukan ronde keperawatan
b. Mengetahui manajemen layanan fungsi pengendalian di Bangsal
Aster
1) Indikator mutu umum
2) Indikator mutu klinik keperawatan

C. Ruang Lingkup
Praktik Klinik Manajemen Keperawatan dilaksanakan selama 2
minggu, yaitu mulai tanggal 24 Juni 2019 – 6 Juli 2019 pukul 07.00 —
14.00 WIB. Tempat praktik dilaksanakan di Bangsal Aster RSUD
Muntilan Kabupaten Magelang. Bangsal Aster merupakan bangsal VIP
yang terdiri dari 10 kapasitas bed, dengan jumlah perawat 2 ketua tim dan
assosiate 10.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Marquis dan Huston (2013) mendefinisikan konflik sebagai
masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan
pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih. Nursalam
(2014), mengatakan bahwa konflik dapat dikategorikan sebagai suatu
kejadian atau proses. Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi akibat
ketidaksetujuan antara dua orang atau organisasi yang merasa
kepentingannya terancam. Sebagai proses, konflik dimanifestasikan
sebagai suatu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau
kelompok, di mana setiap orang atau kelompok berusaha menghalangi
atau mencegah kepuasan dari pihak lawan. Sumber konflik di organisasi
dapat ditemukan pada kekuasaan, komunikasi, tujuan seseorang dan
organisasi, ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan kepribadian, serta
peran yang membingungkan.
Sebagai manajer keperawatan, konflik sering terjadi pada setiap
tatanan asuhan keperawatan. Manajer harus mempunyai dua asumsi dasar
tentang konflik. Asumsi dasar yang pertama adalah konflik merupakan hal
yang tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi. Asumsi yang
kedua adalah jika konflik dapat dikelola dengan baik, maka dapat
menghasilkan suatu penyelesaian yang kreatif dan berkualitas, sehingga
berdampak terhadap peningkatan dan pengembangan produksi. Peran
manajer sangat penting dalam mengelola konflik. Manajer berusaha
menggunakan konflik yang konstruktif dalam menciptakan lingkungan
yang produktif. Apabila konflik mengarah ke suatu yang menghambat,
maka manajer harus mengidentifikasi sejak awal dan secara aktif
melakukan intervensi supaya tidak berefek pada produktivitas dan
motivasi kerja. Belajar menangani konflik secara konstruktif dengan
menekankan pada win-win solution merupakan keterampilan kritis
dalam suatu manajemen.
B. Fungsi Manajemen Keperawatan
Dirtjen Bina Upaya Kesehatan (2011), menyebutkan fungsi
manajemen dalam pelayanan dan asuhan keperawatan mencakup:
pengumpulan data, perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan dan pengawasan. Sebagai indikator bahwa manajemen
terlaksana dengan baik adalah kualitas pelayanan meningkat, adanya
pengembangan staf dan riset terapan untuk menghasilkan teknologi
keperawatan.

C. Model Asuhan Keperawatan


1. MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)
a. Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah
suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai) yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
(Sitorus, 2006).
b. Dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan Keperawatn
Profesional (MAKP)
Marquis & Huston (2013), mengidentifikasikan 8 model
pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum
dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan
Keperawatan Primer. Setiap perubahan akan berdampak terhadap
suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam
penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan yaitu:
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
2) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan
keperawatan.
3) Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5) Kepuasan kinerja perawat.
2. MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)
a. Pengertian
MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) adalah
suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang
pemberian asuhan tersebut (Nursalam, 2007).
b. MPKP Sebagai Pelayanan Prima Keperawatan
Menurut Nursalam (2007), MPKP dikembangkan dalam
beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang
ada yaitu:
1) Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua
profesional dan ada yang sudah doktor, sehingga praktik
keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut
juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian
klinis.
2) Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai
kemampuan spesialis yang dapat memberikan konsultasi
kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan hasil-hasil
penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.
3) Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu
ketenagaan, metode pemberian asuhan keperawatan dan
dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada model
ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode
tim yang disebut tim primer.
4) Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal
pengembangan yang akan menuju profesional I.
c. Jenis-Jenis MPKP
Menurut Nursalam (2007), jenis-jenis MPKP adalah:
1) MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada berlatar
belakang pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan ketua
timnya dari D3 keperawatan.
2) MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaga perawatnya minimal D3
Keperawatan.
3) MPKP Profesional
MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu:
a) MPKP I
MPKP yang tenaga perawat pelaksananya minimal D3
Keperawatan, tetapi kepala ruangan (karu) dan ketua tim
(katim) mempunyai pendidikan minimal S1 Keperawatan.
b) MPKP II
MPKP intermediate dengan tenaga minimal D3
Keperawatan dan mayoritas Sarjana Ners Keperawatan,
sudah memiliki tenanga spesialis Keperawatan jiwa.
c) MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners
Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan
jiwa dan dokter keperawatan yang bekerja di area
keperawatan jiwa.
d. Peran dan Tanggung Jawab Dalam MPKP
1) Peran Kepala Ruangan (Karu)
a) Sebelum melakukan sharing dan operan pagi, KARU
melakukan ronde keperawatan kepada pasien yang dirawat,
meliputi : menanyakan keadaan pasien dan kebutuhannya
serta mengobservasi keadaan infuse, tetesan infus dan bila
ada obat yang belum diminum oleh pasien segera diberikan
dengan memberikan motivasi kepada pasien tentang
kegunaan obat.
b) Memimpin sharing pagi.
c) Memimpin operan pagi.
d) Memastikan pembagian tugas perawat yang telah dibuat
oleh Ka.Tim dalam pemberian asuhan keperawatan pada
hari itu.
e) Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan
baik, meliputi : pengisian Askep, Visite Dokter (Advise),
pemeriksaan penunjang (hasil Lab), dll.
f) Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan
kebutuhan.
g) Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang
terjadi di area tanggung jawabnya.
h) Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.
2) Ketua Tim (KATIM)
Tugas Utama: Mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok
pasien oleh Tim keperawatan dibawah koordinasinya.
a) Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien yang
dikoordinirnya pada saat Pre Confrence.
b) Memastikan seluruh PP membuat rencana asuhan yang
tepat untuk setiap pasiennya.
c) Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai rencana yang telah dibuat PP.
d) Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh
pasien dibawah koordinasinya pada saat Post Confrence.
3) Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)
Tugas Utama : Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift
sore/malam dan hari libur.
a) Memimpin kegiatan operan shift sore-malam.
b) Memastikan PP melaksanakan follow up pasien tanggung
jawabnya.
c) Memastikan seluruh PA melaksanakan Askep sesuai
rencana yang telah dibuat PP.
d) Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang perawatan.
e) Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan.
4) Perawat Pelaksana (PP) & Perawat Asosiet (PA)
Tugas Utama :Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan
pasien yang menjadi tanggung jawabnya, merencanakan
asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
melakukan evaluasi (follow up) perkembangan pasien.
a) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan oleh PA.
b) Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana.

D. Manajemen Risiko
Menurut (Nursalam, 2014), manajemen resiko merupakan pendekatan
untuk mengambil kesempatan dalam ketidaktentuan.
1. Sasaran
2. Manajemen resiko
Sasaran manajemen resiko digunakan untuk mengidentifikasi dan
membenahi pola perawatan yang masih kurang sehingga mencegah
terjadinya malpraktik. Kemungkinan timbulnya kecelakaan akan
terjadi dalam perawatan sehingga keluarga pasien meninginkan ganti
rugi bagi kegagalan. Objektif dari program manajemen resiko di RS
adalah
a. Melindungi aset RS dan kemampuan pendapatan dari penggantian
besar yang dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan. Ini
termasuk kewajiban asuransi bagi pekerja yang bekerja di sini
b. Perindungan atau penghilangan kesalahan/kecacatan
c. Program yang efektif dan ekonomis
3. Proses manajemen resiko meliputi:
a. Identifikasi resiko murni
b. Analisa resiko untuk kemungkinan frekuensi kehdupan dan
keparahan
c. Pengembangan kontrol resiko dan teknik pembiayaan resiko
d. Implementasi teknik
e. Mempertahankan program untuk keefektifan dan modifikasi sesuai
kebutuhan
4. Manajemen Klaim
Manajemen klaim mencakup analisis resiko untuk kemungkinan
frekuensi kehilangan dan keparahan-pengkajian terhadap klaim
potensial didasarkan pada analisis data. Data ini mencakup
pengembangan kontrol resiko dan teknik pembiayaan resiko sert
implementasi teknik. Untuk menyelesaikan klaim, digunakan laporan
tertulis dan verbal untuk menyelidiki potensial kejadian yang dapat
dikompensasi, kehilangan, serta penyebabnya., dengan demikian dpat
menentukan libilitas dan penyelesaian. Banyak klaim dapat
diselesaikan diluar pengadilan.
Banyak institusi perawatan kesehatan memperkerjakan perwakilan
pasien yaitu perawat ata individu terdidik profesional dengan
keterampilan interpersonal kuat. Pasien dan keluarga dipuaskan dan
diikutsertakan dengan segala aspek perawatan dan terapi. Pelayanan
yang diberikan oleh perwakilan pasien berupa kebijakan dan prosedur
RS, dan tehadap jasa yang disediakan.

E. Pelaporan Insiden
Pelaporan insiden adalah teknik efektif dari program resiko yang
baik. Data ang harus dikumpulkan sebagai informasi yang lengkap dan
akurat dapat berupa nama, lamat, umur, kondisi pribadi yang terlibat:
lokasi sebenarna,waktu, tanggal ssat itu, penjelasan mengenai proses
kejadian , data tenaga medis yang memeriksa, status tempat tidur, alasan
masuk RS, saksi mata, perluasan hak-hak istimewa.
1. Penggunaan laporan insiden
Laporan insiden digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa
data yang akan datang yang berguna untuk menentukan trategi
pengendalian resiko. Laporan ini dipersiapkan untuk setiap insiden
yang tidak biasa yang menyangkut orang ata hak milik, apakah
merugikan atau tidak.
Menurut poteet, keberhasilan mengatasi kesalahan perawat
dikategorikan ke dalam sembilan kategori resiko yaitu
a. Pemberian obat-obatan
b. Membantu dalam ruang operasi
c. Jatuh
d. Luka bakar
e. Syok listrik
f. Cedera karena kesalahan alat
g. Infeksi nosokomial
h. Kesalahn identitas
i. Kesalahn interpretasi tanda dan gejala
2. Pelaporan Kecelakaan
Insiden yang berhubngan dengan bekerja sering berhubungan dengan
kecelakaan. Pelaopran insiden ditangani oleh prosedur dan kebijakan
institusi.
3. Kontrol Infeksi
Menurut (Bessie,dkk. 2010), wilayah utama dalam manajemen
resiko adalah kontrol infeksi. Infeksi di RS diistilahkan infeksi
nosokomial. RS mmiliki perawat yang mengawasi infeksi sehari
penuh. Mereka menyelidiki semua infeksi nosokomial yang
dilaporkan. Salah satu sumber datanya adalah laboratorium medis.
Perawat akan menyelidiki dan menerapkan prosedur untuk mencegah
penyebaran dan pengembangan di kemudian hari. Standar yang diikuti
adalah standar dari center for disease control.
4. Kendali Mutu
Kendali mutu merupakan suatu jenis pengendalian spesifik,
mengacu pada aktivitas yang digunakan untuk
mengevaluasi,memantau, atau mengatur layanan yang diberikan
kepada konsumen. Dalam keperawatan, tujuan asuhan keperawatan
bermutu, yaitu memastikan mutu sambil mencapai tujuan yang
diinginkan.
a. Kendali Mutu sebagai Proses
Mutu layanan kesehatan adalah gagasan yang secara umum
dicetuskan oleh Ernest Codman, seorang dokter pertama kali
mengajukan “gagasan akhir” pada tahun 1869. Dr. Codman
menyarankan agar rumah sakit menindaklanjuti setiap pasien yang
mereka rawat untuk mengetahui keberhasilan pengobatan. Shi dan
Singh (1998, hlm 474) mendefinisikan seperti berikut:
1) Mutu terjadi pada rangkaian kesatuan dati tidak diterima sampai
sempurna.
2) Fokusnya adalah pada layanan yang diberikan oleh sistem
pemberi layanan kesehatan, yang berlawanan dengan perilaku
individual.
3) Mutu dapat dievaluasi dari perspektif individual, populasi atau
komunitas.
4) Penekanannya adalah pada hasil akhir kesehatan yang
diinginkan.
5) Bukti riset akan menentukan hal yang meningkatkan hasil akhir
layanan kesehatan.
Pengukuran mutu asuhan kesehatan merupakan hal yang
kompleks, dan pengumpulan data kuantitatif mengharuskan
penggunaan proses yang spesifik dan simeris. Proses ini, jika
dilihat secara sederhana dapat dibagi menjadi tiga langkah dasar
sebagai berikut:
1) Kriteria atau standar telah ditentukan.
2) Informasi dikumpulkan untuk menentukan apakah standar telah
tercapai.
3) Tindakan edukasi atau korektif diambil jika kriteria tidak
tercapai.
Langkah-langkah audit kendali mutu sebagai berikut:
1) Menerapkan kriteria kontrol
2) Mengidentifikasi informasiyang relevan dengan kriteria
3) Menetapkan cara untuk mengumpulkan informasi
4) Mengumpulkan dan menganalisis nformasi
5) Membandingkan informasi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan
6) Membuat penilaian tentang kualitas
7) Menyediakan informasi dan jika perlu, membuat perbaikan
tentang temuan ke sumber-sumber yang tepat
8) Menetapkan langkah untuk mengumpulkan informasi
b. Penyusunan Standar
Standar adalah tingkat kesempurnaan yang telah ditentukan
sebelumnya dan menjadi panduan untuk praktik. Standar disusun
oleh orang yang berwenang dan dikomunikasikan serta diterima
oleh orang yang dipengaruhi oleh standar itu. Karena standar
digunakan sebagai alat ukur, sehingga harus objektif, dapat diukur,
dan dapat dicapai.
Saat ini terdapat lebih dari 20 Standar Keperawatan ANA
yang berbeda dalam merefleksikan area praktik keperawatan
spesialis yang berbeda.
c. Yang harus Terlibat dalam Kendali Mutu
Kendali mutu membutuhkan evaluasi performa semua
anggota tim multidisiplin. Tenaga profesional, misalnya dokter,
terapi pernapasan, ahli gizi dan ahli terapi fisik, turut berperan
dalam hasilakhir pasien dan oleh karena itu harus dipertimbangkan
dalam proses itu. Konsumen juga harus aktif terlibat dalam
penentuan mutu layanan organisasi. Namun, mutu layanantidak
selalu sama dengan kepuasan konsumen.

F. Indikator Mutu Umum


1. BOR (Bed Occupancy Rate)
Prosentase pemakaian tempat tidur pada suatu kurun waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan dari tempat tidur Rumah Sakit.
Rumus BOR ;
Jumlah hari perawatan Rumah sakit X 100%
Jumlah Tempat Tidur X Jumlah hari dalam satu satuan waktu
Jumlah hari perawatan adalah Kumulatif dari sisa pasien pada setiap
harinnya pada periode tertentu ditambah dengan pasien masuk dan
pulang pada hari yang sama.
Standar nilai BOR menurut Barber Johnson adlah 75%-85% (Standar
Internasional), sedangkan standar nilai Depkes RI adalah 60%-85%

2. ALOS (Avarge Length Of Stay)


Rata-rata lama pasien dirawat dengan menggunakan sebuah tempat
tidur . Manfaat untuk memberi gambaran tingkat efisiensi juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan.
Rumus ALOS :
Jumlah hari lama pasien dirawat
Jumlah pasien keluar (hidup + Mati)
Nilai ideal ALOS ; 6-9 Hari

3. TOI (Turn Over Internal)


Tegang perputaran. Rata-rata jumlah hari tempat tidur tidak terisi,
yaitu selang waktu antara sebuah tempat tidur ditinggalkan seorang
pasien sampai dengan saat ditempati lagi oleh pasien berikutnnya.
Rumus TOI:
(Jumlah tempat tidur X Periode)- Hari perawatan)
(Jumlah pasien keluar (Hidup-mati)
Idealnnya Tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari

4) BTO (Bed Turn Over): Angka perputaran tempat tidur


Freuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode , berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu . Manfaat, untuk
mengukur tingkat frekuensi pemakaian tempat tidur dan efisiensi
penggunaan tempat tidur, angka ini menunjukkan rata-rata jumlah
pasien yang menggunakan setiap tempat tidur dalam periode tertentu.
Rumus BTO;
Jumlah pasien keluar (Hidup + Mati)
Jumlah tempat tidur siap pakai
Idealnnya selama 1 tahun, 1 tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali
G. Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan Klinik di Sarana Kesehatan
Indikator klinik mutu pelayanan keperawatan terdiri atas:
1. Keselamatan pasien (patient safety)
Pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian obat
dan cidera akibat restrain.
2. Keterbatasan perawatan diri
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia
yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari
tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, misalnya
penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll.
Keterbatasan perawatan diri merupakan terpenuhinya kebutuhan
perawatan diri pasien yang mengalami keterbatasan diri untuk makan,
mandi, berpakaian, dan toileting (eliminasi). Keterbatasan perawatan diri
dibagi menjadi keterbatasan sebagian dan total, sehingga menyebabkan
tingkat ketergantungan sebagian dan total pada asuhan keperawatan.
3. Kepuasan pasien
Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap
pelayananan keperawatan yang diharapkan.
4. Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan
terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman. Cemas yang masih ada
setelah intervensi menurunkan kecemasan, yang diukur menjadi
indikator klinik.
5. Kenyamanan
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri
terkontrol.
6. Pengetahuan
Discharge Planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai
pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien untuk
kesempurnaan kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke
tempat lainnya. Dalam perencanaan pemulangan, pasien dapat
dipindahkan kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home, hospice, home care atau tempat - tempat
lain diluar rumah sakit.

I. KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)


a. Angka Kejadian Dekubitus

Topik Indikator Angka Kejadian Dekubitus

Rasional Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan integritas kulit. Terjadi
akibat tekanan, gesekan dan atau kombinasi di daerah kulit dan jaringan di bawahnya

Formula Jumlah kejadian dekubitus

X 100 %

Jumlah pasien berisiko terjadi dekubitus

Definisi operational Jumlah kejadian dekubitus adalah yang merupakan jumlah kejadian baru dekubitus yang terjadi
selama periode waktu tertentu

Numerator (Pembilang) Jumlah kejadian baru dekubitus selama dalam perawatan (insiden).

Denumerator Jumlah pasien berisiko terjadi dekubitus, yaitu jumlah pasien yang mempunyai resiko terjadi
dekubitus selama periode waktu tertentu. Pasien yang berisiko terjadi dekubitus adalah pasien baru
setelah dilakukan pengkajian memiliki satu atau lebih faktor risiko sbb:

a. Usia lanjut
b. Ketidakmampuan bergerak pada bagian tertentu dari tubuh tanpa bantuan, seperti pada cidera
medula spenalis atau cidera kepala atau mengalami penyakit neuromuscular
c. Malnutrisi / status gizi
d. Berbaring lama, mengalami penekanan disalah satu/ lebih area tubuh lebih dari 2 jam di TT/
penggunaan kursi roda
e. Mengalami kondisi kronik seperti DM, Penyakit vaskuler.
f. Inkontinen urine dan feses, yang dapat menyebabkan iritasi kulit akibat kulit yang lembab.
Frekuensi Pengumpulan data dilakukan setiap hari Pelaporan dilakukan setiap bulan

b. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat


Topik Indikator Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat Oleh Perawat

Rasional  Kejadian kesalahan yang terjadi dalam pengobatan pasien. Kejadian kesalahan pengobatan
pasien yang dirawat inap dapat mengakibatkan keadaan fatal atau kematian. Kejadian nyaris
cidera (KNC) pada pasien (near miss), kejadian ini sebagai tanda bahwa adanya kekurangan
dalam sistem pengobatan pasien dan mengakibatkan kegagalan dalam keamanan pasien.
 Kejadian tidak diharapkan (KTD) atau adverse event adalah: suatu kejadian salah pemberian
obat yang mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan, karena suatu tindakan atau karena tidak
bertindak.
 Hasil riset: 1 dari 5 pemberian obat berpotensi medication error (Leape, 2001)
Formula Angka KTD dalam pemberian obat

Jumlah pasien yanq terkena Kejadian Tidak Diharapkan dalam Pemberian obat

x 100%

Jumlah pasien pada hari tersebut

Angka KNC dalam pemberian obat

Jumlah pasien vanq terkena Kejadian nyaris cidera dalam Pemberian obat

x 100%

Jumlah pasien pada hari tersebut

Defmisi Kejadian salah pemberian obat: Sesuai dengan 6 Benar

1. Salah pasien:
operasional Dikarenakan salah nama dan tidak sesuai identitas pada medical record

2. Salah waktu:
a. Terlambat pemberian obat (30 menit setelah jadual)
b. Pemberian obat yang terlalu cepat (30 menit sesudah jadual)
c. Obat stop tetap dilanjutkan
3. Salah cara pemberian/route : adalah salah cara memberikan obat (Oral, Intravena, Intra
musculer,, Subcutan, Supositoria, Drip). Misal: Pemberian Intramuskuler diberikan secara
Intravena, dll
4. Salah Dosis:
a. Dosis berlebih : adalah jika obat diberikan melebihi dosis obat yang diresepkan dokter.
b. Dosis Kurang adalah jika dosis obat yang diberikan kurang dari dosis yang diresepkan
dokter
5. Salah obat: adalah obat yang diberikan kepada pasien tidak sesuai dengan yang
diresepkan oleh dokter
6. Salah dokumentasi: adalah dokumentasi yang dilakukan tidak sesuai dengan pelaksanaan
Kriteria KTD: Kejadian tidak diharapkan (adverse event): suatu kejadian salah pemberian obat yang
mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan karena suatu tindakan atau karena tidak bertindak.

Kriteria KNC: Kejadian nyaris cidera (near miss): suatu kesalahan pemberian obat akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, yang
dapat menciderai pasien tetapi cidera serius tidak terjadi karena keberuntungan karena
pencegahan atau peringanan

Numerator (Pembilang) Jumlah pasien yang mengalami kejadian pada pemberian kesalahan obat adalah jumlah insldent
Kejadian Tidak Oiharapkan (KTD) atau kejadian nyaris cedera (KNC) yang terjadi dalam 1 harl.

Denumerator Jumlah pasien dalam sehari adalah jumlah pasien yang dihitung berdasarkan sensus.

d. Angka Kejadian Pasien Jatuh


Topik Indikator Identifikasi pasien jatuh

Rasional Jatuh mengakibatkan cedera fisik, trauma psikologis dan kematian pada pasien usia sama dan lebih
dari 65 tahun. Satu dari tiga pasien usia diatas 65 tahun jatuh setiap tahunnya. Rekomendasi
kelompok untuk mencari angka kejadian anak yg jatuh dalam kurun waktu tertentu. Kejadian yang
tidak diharapkan yang berhubungan dengan pasien jatuh meliputi: patah tulang, injuri jaringan
lunak, dan ketakutan jatuh kembali. Intervensi yang didasarkan pada pengkajian proactive,
antisipasi kebutuhan pasien, dan partisipasi dari tim multidisiplin dalam pencegahan pasien jatuh
adalah kritis
Formula Jumlah Pasien jatuh

X 100%

Jumlah pasien yang beresiko jatuh

Definisi operasional Pasien Jatuh adalah jatuhnya pasien di unit perawatan pada saat istirahat maupun saat pasien
terjaga yang tidak disebabkan oleh serangan stroke, epilepsy, seizure, bahaya karena terlalu banyak
aktivitas.

Angka Kejadian Pasien Jatuh adalah presentasi jumlah insidensi pasien jatuh yang terjadi di unit
perawatan pada periode waktu tertentu setiap bulan.

Numerator (Pembilang) jumlah pasien jatuh adalah total/jumlah pasien jatuh yang dirawat di unit perawatan selama waktu
tertentu setiap bulan.

Denumerator Jumlah pasien yang beresiko jatuh dirawat adalah total/jumlah pasien yang beresiko jatuh (faktor
intrinsic dan ektrinsik) yang dirawat di unit perawatan selama
periode waktu tertentu setiap bulan
d. Angka Kejadian Cidera Akibat Restrain
Topik Indikator Angka pasien dengan cidera akibat restrain

Rasional Pasien yang dipasang restrain sangat berpotensi terjadi cidera, bisa berupa lecet pada kulit,
terjatuh, atau aspirasi.

Formula Jumlah Pasien dengan cidera akibat restrain

X 100 %

Total pasien yang dipasang restrain

Definisi Cedera akibat restrain adalah cedera berupa lecet pada kulit, terjatuh, atau aspirasi yang
operashnal diakibatkan oleh pemasangan restrain.

Pengecualiannya adalah semua pasien yang sudah cidera sebelum dilakukan pemasangan
restrain, seperti lecet atau luka.

Numerator(Pembilang) Jumlah pasien cidera akibat pemasangan restrain adalah jumlah pasien yang cidera saat dipasang
restrain.

Denumerator Total pasien yang dipasang restrain adalah semua pasien yang terpasang restrain pada periode
waktu tertentu
II. ANGKA KETERBATASAN PERAWATAN DIRI
Topik Indikator Angka TIDAK terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, toileting (eliminasi) yang disebabkan
oleh keterbatasan perawatan diri

Rasional Mandi, berpakaian dan toileting (eliminasi) merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi agar tidak timbul masalah-masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan
kebersihan dan perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih,
dll.

Pasien yang dirawat karena penyakitnya dapat mengalami keterbatasan perawatan diri.
Keterbatasan diri tergantung tingkat ketergantungan diri klien pada asuhan keperawatan- sebagian
atau total.

Formula Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (rnandi, berpakaian, toileting) pada tingkat ketergantungan
sebagian dan total =

Jumlah pasien yg tidak terpenuhi kebutuhan diri

x 100%

Jumlah pasien dirawat dgn tingkat ketergantungan sebagian & total

Definisi operasional Tingkat tidak terpenuhinya kebutuhan pasien terhadap kebutuhan diri untuk mandi, berpakaian dan
toileting (eliminasi). Pemenuhan perawatan diri pasien yang mengalami keterbatasan diri untuk
mandi, berpakaian, dan toileting (eliminasi). Keterbatasan diri dibagi menjadi keterbatasan sebagian
dan total, sehingga menyebabkan tfngkat ketergantungan sebagian dan total pada asuhan
keperawatan.

Cara Penghitungan:

 Mengisi format sub indikator sesuai dengan kriteria


 Sub indikator harus terisi seluruhnya/lengkap
 Dilakukan pada survey waktu tertentu.
 Dilakukan penjumlahan pasien yang tidak terpenuhi kebutuhannya
Sub Indikator tidak terpenuhinva perawatan diri adalah :

 Mandi: kulit, gigi, mata, rambut, tidak bau badan, perineum bersih.
 Berpakaian dan berpakaian: Ba(u bersih dan kering. rambut rapih, wajah segar
 Toileting: berkemih (b.a.k) dan defekasi (b.a.b) pola normal
Numerator (Pembilang) Jumlah pasien tidak terpenuhi kebutuhan diri pada bulan pengukuran

Denumerator Jumlah pasien total dan partial care adalah jumlah pasien pada bulan pengukuran.
III. TINGKAT KEPUASAN PASIEN DAN KELUARGA TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN
Topik Indikator Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga terhadap pelayanan keperawatan

Rasional Pelayanan keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan sehingga kepuasan merupakan
tujuan utama dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Kepuasan merupakan bagian yang
penting dan hal tersebut akan terwujud bila ada komitmen, persistensi dan determinasi mulai dari
top manajer perawatan dan staf.

Definisi operasional Kepuasan pasien adalah

a. Terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang dinarapkan.


b. Persentase kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.
Elemen indikator adalah kriteria yang memperlihatkan tingkatan kepuasan pasien. Elemen indikator
pada survey terdiri dari:

a. kelengkapan dan ketepatan informasi


b. penurunan kecemasan
c. perawat trampil profesional
d. pasien merasa nyaman
e. terhindar dari bahaya
f. perawat ramah dan empati
Formula Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga terhadap pelayanan keperawatan =

Jumlah pasien pulang yang menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan

x 100%

Jumlah pasien yang dilakukan survey pada periode tertentu

Numerator Jumlah pasien pulang yang menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.
(Pembilang)

Denumerator Jumlah pasien yang dilakukan survey pada periode tertentu. Kriteria pasien yang dilakukan survey
adalah setiap pasien baru yang telah dirawat:

 selama 3 hari
 tidak pulang paksa
 pulang hidup
IV. KENYAMANAN
a. Angka Tatalaksana Pasien Nyeri
Topik Indikator Tatalaksana Pasien Nyeri

Rasional  Tatalaksana nyeri adalah merupakan inti dari pelayanan keperawatan. Buruknya pelayanan
keperawatan dalam penatalaksanaan nyeri adalah merupakan indikator buruknya KUALITAS
pelayanan.
 Penatalaksanaan nyeri ditujukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memperbaiki
kualitas kehidupan pasien.
Tujuan  Paling sedikit 90% askep yang terdokumentasi akan mencakup skala nyeri yang dialami
pasien seperti yang didefinisikan dalam standar nyeri.
 Paling sedikit 90% tindakan yang dilakukan perawat adalah respon terhadap nyeri yang
dikemukakan oleh pasien untuk mencapai kriteria nyaman/ nyeri terkontrol.
Formula Persentase pasien dengan nyeri yang terdokumentasi dalam askep:

Jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi

x 100%

Jumlah total pasien per periode waktu tertentu


Persentase tatalaksana pasien nyeri:

Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri

x 100 %

Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala > 4 per periode waktu tertentu

Definisi  Tindakan perawat adalah berbagai tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
operasional untuk merespon nyeri sesuai ambang skala yang ditetapkan dan sesuai dengan rencana
perawatan yang dibuat, termasuk kunjungan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain
 Nyeri adalah sensasi atau perasaan tidak nyaman yang bersifat subjektif yang diutarakan /
digambarkan oleh pasien dan perlu ditangani/ dilakukan tatalaksanan nyeri.
 Untuk tujuan indikator ini, yang dimaksud dengan tindakan adalah berbagai tindakan yang
dilakukan sebagal respon terhadap ambang nyeri pada skala nyeri 4 atau lebih TIDAK
termasuk follow-up pengkajian karena termasuk pada kewajiban
Numerator(Pembilang) Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri

Denumerator Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri pada skala 4/> per periode waktu tertentu

Sumber Data Medical Record Pasien/ catatan medik pasien


Populasi Semua pasien yang masuk di unit perawatan

Frekuensl Per bulan

b. Angka Kenyamanan Pasien


Topik Indikator Pasien merasa nyaman: Pasien dengan rasa nyeri terkontrol

Raslonal Nyeri mengakibatkan ketidaknyamanan pasien. Pasien akan puas dengan mempertahankan tingkat
kenyamanan (nyeri terkontrol) pada skala nyeri kurang dari 4 pada skala 0-10, dengan, dengan
mengidentifikasikan 0 sebagai skala nyeri terendah (tidak nyeri).

Formula Angka kenyamanan pasien =

Jumlah pasien dengan nveri terkontrol

x 100 %

Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode waktu tertentu

Definisi  Nyeri adalah suatu kondisi yang lebih dari sekadar sensasi tunggal yang disebabkan oleh
operasional stimulus tertentu, bersifat subjektif dan sangat individual
 Pasien dengan nyeri terkontrol adalah pasien yang menunjukkan skala nyeri dibawah 4
samoai dengan 0 pada skala 0-10 atau dengan gold standard : pasien menyatakan tidak
merasakan nyeri, tidak ada ketakutan, kecemasan dan depresi setelah diberikah tindakan
keperawatan selama periode waktu tertentu.
Numerator(Pembilang) Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol

Denumerator Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode waktu tertentu

Sumber Data Medical Record Pasien/ catatan medik pasien

Populasi Semua pasien yang masuk di unit perawatan

Frekuensi Per bulan


V. ANGKA KEJADIAN CEMAS
Topik Indikator Identifikasi kecemasan pasien

Rasional Kejadian cemas dapat mempengaruhi status kesehatan pasien karena dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, bertambahnya hari rawat dan pasien dapat mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.

Formula Angka Kejadian Cemas pada Ruang Rawat Umum - Jumlah pasien cemas

x 100%

Jumlah pasien yang dirawat

Angka Kejadian Cemas pada Ruang Rawat Psikiatri - Jumlah pasien cemas 3 x 24 lam

x 100%

Jumlah pasien yang dirawat dlm waktu 3x24 jam

Definisi Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi suatu yang dirasakan
operasional sebagai ancaman.
Angka Kejadian Pasien Cemas adalah presentasi jumlah prevalensi pasien cemas (dari rata-rata
identifikasi aspek: materi pendidikan/penyuluhan kepada pasien yang diberikan diulang/review oleh
pasien, materi pendidikan/penyuluhan direview kembali oleh perawat dan dilakukan tanya jawab,
informasi yang cukup diberikan untuk mengurangi cemas) yang dirawat di sarana kesehatan selama
periode waktu tertentu setiap bulan.

Numerator(Pembilang) Jumlah pasien cemas adalah total/jumlah pasien cemas bedasarkan hasil identifikasi pasien cemas
(dari rata-rata identifikasi aspek: materi pendidikan/ penyuluhan kepada pasien yang diberikan
diulang/review oleh pasien, materi pendidikan/ penyuluhan direview kembali oleh perawat dan
dilakukan tanya jawab, informasi yang cukup diberikan untuk mengurangi cemas) yang dirawat
disarana kesehatan selama waktu tertentu setiap bulan

Denumerator Jumlah pasien yang dirawat adalah total/jumlah pasien dirawat di sarana kesehatan selama periode
waktu tertentu setiap bulan.
VI. PENGETAHUAN
a. Pengetahuan tentang Perawatan Penyakitnya
Topik Indikator Pengetahuan Tentang Perawatan Penyakitnya

Rasional Indikator ini menunjukkan kemungkinan masalah dalam memberikan informasi pengetahuan
kepada pasien di ruang perawatan. Informasi yang diterima oleh pasien berhubungan dengan
kondisi dan perawatan yang diterimanya.

Formula Jumlah pasien yang kurang pengetahuan

x 100%

Jumtah pasien yang dirawat pada periode tertentu

Definisi operasional Pengetahuan adalah kemampuan pasien mengetahui informasi tentang perawatan penyakitnya

Numerator(Pembilang) Jumlah pasien yang kurang pengetahuan adalah jumlah pasien yangsetelah dikaji menunjukkan
bahwa pasien/keluarga kurang pengetahuan tentang penyakitnya dan perawatannya.

Denumerator Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu adalah jumlah pasien yang dirawat di ruang
tertentu dan dihitung pada periode tertentu.
b. Perencanaan Pasien Pulang
Topik Indikator Perencanaan Pemulangan Pasien (discharge planning)

Rasional Waktu rawat pasien di ruang emergency menjadi lebih pendek berkaitan dengan pembiayaan,
meskipun demikian pasien tetap membutuhkan perawatan bila pulang kerumah. Dischard
planning merupakan proses antisipasi dan perencanaan kebutuhan pasien setelah pulang atau
bila dirujuk ke sarana kesehatan lain. Perencanaan pemulangan dimulai sejak pasien masuk,
bahkan dapat dilakukan sebelumnya, sebagai contoh untuk pasien yangakan dilakukan operasi,
doktertelah memberikan penjelasan berapa lama pasien akan dirawat

Formula Jumlah pasien yanq tidak dibuat discharge planning pada periode tertentu

x 100%

Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

Definisi Discharge Planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan keputusan dalam hal
operasional memenuhi kebutuhan pasien untuk kesempumaan kepindahan pasien dari satu tempat perawatan
ke tempat lainnya.
Numerator(Pembilang) Jumlah pasien yang tidak dibuat discharge planning pada periode tertentu adalah jumlah pasien
yang dirawat pada periode tertentu tidak dibuatkan discharge planning.

Denumerator Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu adalah lumlah pasien yang dirawat pada
periode tertentu

Anda mungkin juga menyukai