Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian telah dan akan terus memberikan sumbangan bagi


pembangunan daerah, baik secara langsung dalam pembentukan Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB), penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat,
maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Pembangunan
pertanian merupakan upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat tani, yang dicapai
melalui investasi teknologi, pengembangan produktivitas tenaga kerja, pembangunan
sarana ekonomi, serta penataan dan pengembangan kelembagaan pertanian. Sumber daya
manusia, bersama-sama dengan sumber daya alam, teknologi dan kelembagaan merupakan
faktor utama yang secara sinergis menggerakan pembangunan pertanian untuk mencapai
peningkatan produksi pertanian.
Pembangunan pertanian khususnya pertanian tanaman pangan dan hortikultura
yang dilaksanakan di Jawa Barat telah memberikan kontribusi positif terhadap
perkembangan ekonomi, namun dilihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) tahun 2007 sebesar
115,63 turun dibanding tahun 2006 sebesar 116,98. Hal ini mengindikasikan bahwa daya
beli nominal petani pada tahun 2007 turun sebesar 1,16% dibanding tahun 2006.
Optimalisasi lahan masih rendah yaitu baru sebesar 57,50%. Hal ini diakibatkan oleh
kurang kreatifnya petani untuk melakukan usahatani karena masih melakukan monocrop di
lahan sawah, sedangkan untuk komoditi lainnya masih dipandang sebagai tanaman
secondary crop, kecuali untuk tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Keragaman produk juga masih rendah karena masih terlalu berorientasi pada padi sawah.
Kondisi tersebut mengakibatkan masih rendahnya daya serap lapangan kerja di sektor
pertanian yaitu sebesar 48% atau baru sebesar 144 Hari Orang Kerja (HOK) per angkatan
kerja pertanian per tahun.
Berdasarkan angka tetap BPS tahun 2007 produksi padi Jawa Barat sebesar 9,9 juta
ton Gabah Kering Giling (GKG). Tingkat konsumsi sebesar 105,65 kg beras per kapita per
tahun dan jumlah penduduk Jawa Barat sebesar 41.670.282 jiwa, maka jumlah kebutuhan

1
beras sebesar 4.402.465 kg, berarti pada tahun 2007 Jawa Barat surplus beras sebesar
1.854.335 kg dikurangi 772.000 kg (perdagangan keluar Jawa Barat 700.000 kg per tahun
dan untuk kebutuhan benih serta industri makanan 72.000 kg) dan surplus tinggal 1.082.335
kg. Prediksi produksi padi tahun 2013 sebesar 13.107.733 ton GKG, dengan asumsi
peningkatan produksi 5% per tahun.
Tuntutan peningkatan produksi padi sebesar 5% per tahun guna untuk ketersediaan
pangan khususnya beras pada lima tahun mendatang sebetulnya merupakan tantangan
yang cukup menarik. Hal positif yang dapat diupayakan meningkatkan produksi pangan
(khususnya beras) adalah dengan penggunaan benih unggul bersertifikat, melakukan
optimalisasi lahan, perluasan areal (indeks pertanaman), penetapan lahan abadi, inovasi
teknologi (PTT/SRI), efisiensi proses produksi, pengawalan dan pendampingan kelompok,
dan penurunan tingkat kehilangan hasil saat panen dan pasca panen (post harverst losses
reduction). Pada Tahun 2007 angka efisiensi proses produksi masih rendah yaitu 64,75%, hal
ini tentunya berakibat langsung pada masih rendahnya penerimaan keuntungan dari
usahatani.
Jawa Barat sebagai sentra tanaman hortikultura di Indonesia dan merupakan
provinsi pemasok kebutuhan buah-buahan dan sayuran terbesar di Indonesia dengan
kontribusi terhadap nasional sampai tahun 2007 yaitu untuk komoditas buah-buahan
seperti manggis sebesar 53,81%, nenas 24,16%, pisang 26,65%, rambutan 24,87%, mangga
24,61% dan durian sebesar 10,06%. Komoditas sayuran seperti kubis sebesar 28,67%, tomat
42,05%, kentang 33,61%, cabe merah 27,21% dan bawang merah 14,46%. Komoditas
tanaman hias anggrek sebesar 17,50%, krisan 70,31%, anthurium 42,01%, sedap malam
35,59% dan mawar 12,26%. Komoditas biofarmaka Jawa Barat tercatat sebagai salah satu
pemasok kebutuhan nasional seperti jahe 39,98%, lengkuas/laos 24,69%, kunyit 41,19% dan
mengkudu 42,23%.
Upaya peningkatan produktivitas hortikultura dan mempertahankan Jawa Barat
sebagai pemasok terbesar di Indonesia, maka teknologi dan inovasi terus dikembangkan
seiring dengan perkembangan di beberapa kabupaten/kota guna mendukung penyediaan
produk hortikultura yang memiliki kualitas, kuantitas, kontinuitas, serta konsistensi sesuai
dengan permintaan pasar domestik, modern, dan internasional. Pendampingan teknologi
dan inovasi tersebut agar terjadi sinergitas dalam pengembangan kawasan agribisnis
hortikultura, penataan rantai Supply Chain Management (SCM), penerapan budidaya

2
pertanian yang baik Good Agriculture Practices (GAP) dan Standard Operating Procedure
(SOP), Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura (FATIH), pengembangan kelembagaan usaha,
serta peningkatan konsumsi dan akselerasi ekspor.
Tingkat pertumbuhan penduduk di Jawa Barat pada saat ini sebesar 1,6% per tahun,
dan jumlah penduduk Jawa Barat Tahun 2025 diperkirakan akan mencapai sebesar 52 juta
jiwa. Konversi lahan pertanian ke non-pertanian cukup tinggi yaitu rata-rata 2% per tahun
sehingga pada tahun 2025 luas lahan baku pertanian diperkirakan menjadi seluas 725.000.
Indeks pertanaman (IP) 220 dengan luas tanam sebesar 1.595.000 hektar, produktivitas
dapat meningkat menjadi 6 ton per hektar dan total produksi padi pada tahun 2025 akan
mencapai 9.570.000 kg GKG atau setara 6.048.240 kg beras. Apabila tingkat konsumsi tetap
sebesar 100, maka kebutuhan beras pada tahun 2025 sebesar 5.200.000 kg berarti surplus
tinggal 848.240 kg beras.
Pengembangan agribisnis di bagian hilir meliputi pembangunan pengolahan,
pemasaran dan mutu hasil pertanian merupakan pembangunan sistem dan usaha-usaha
pengolahan hasil pertanian dalam kegiatan penanganan pasca panen dan pengolahan untuk
memproses produk segar menjadi produk setengah jadi, produk jadi dan produk samping
(ikutan) serta pengembangan mutu dan keamanan pangan, serta pemasarannya (pasar
domestik dan pasar internasional).
Perkembangan inovasi teknologi informasi saat ini sudah berkembang pesat,
sehingga arus informasi global kini semakin super cepat atau disebut Super Highway Global
Information. Hal tersebut berlaku pula di sektor pertanian yaitu semakin cepat dan
akuratnya arus informasi pasar dan agribisnis dari satu wilayah ke wilayah lain. Kondisi
tersebut menuntut kita harus dapat mengimbangi kecepatan mereka sehingga mutu
pelayanan kita terhadap petani dapat meningkat dan bermanfaat.

1.2. Tujuan

1. Menentukan arah sebagai acuan bagi para pelaku pembangunan bagi pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha.
2. Mewujudkan visi dan misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2008-2013.

3
1.3. Landasan Hukum

Dalam Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi


Jawa Barat Tahun 2008-2013, peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan
hukum adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penetapan Standar Pelayanan Minimal;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintah Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

4
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025;
14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 47);
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 20
Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 55);
16. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 54 Tahun 2008 tentang RPJMD Provinsi Jawa
Barat Tahun 2008-2013;
17. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor ..... Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi
Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Barat.
18. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 53 Tahun 2002 tentang Tugas Pokok, Fungsi
dan Rincian Tugas pada Unit Pelayanan Teknis Dinas di Lingkungan Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat.

1.4. Sistematika Penyusunan

Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2008-2013 disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

Bab I : PENDAHULUAN
Memuat latar belakang, tujuan, landasan hukum, sistematika penyusunan
Renstra Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 dan pengertian-
pengertian dan batasan istilah pertanian.

Bab II : GAMBARAN PELAYANAN SKPD


Menyampaikan gambaran Struktur Organisasi Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Jawa Barat, tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Jawa Barat, dan kondisi organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Jawa Barat saat ini.

5
Bab III : ISU-ISU STRATEGIS
Menjelaskan isu-isu strategis di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Jawa Barat yang akan dihadapi, berdasarkan evaluasi, analisis dan prediksi
terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Provinsi Jawa Barat dalam periode 2008-2013.

Bab IV : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN


Merupakan gambaran visi dan misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Jawa Barat, tujuan dan sasaran pembangunan pertanian, serta strategi dan
kebijakan yang berdasarkan ada tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat.

Bab V : RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN


DAN PENDANAAN INDIKATIF
Menjelaskan rencana program Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Barat, kegiatan yang ada di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Barat, Indikator Kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif dari
semua kegiatan yang ada di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Barat.

BAB VI : PENUTUP

1.5. Pengertian dan Batasan

Agens Hayati adalah organisme hidup (termasuk musuh alami berupa predator, parasitoid,
dan pathogen) yang dapat dimanfaatkan dalam pengendalian OPT pada tanaman
yang dibudidayakan.

Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) adalah peralatan yang dioperasikan tanpa atau dengan
motor penggerak untuk kegiatan budidaya, pemeliharaan, panen, pasca panen,
pengolahan hasil tanaman pangan dan hortikultura.

6
Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang memberikan kepada masyarakat
guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat
langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga masyarakat
melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK).

Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau
memproduksi tanaman pangan dan hortikultura.

FATIH (Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura) adalah suatu jejaring kerja yang diwadahi
dalam suatu wadah koordinasi melalui faktor penentu keberhasilan investasi
(kebijakan, prasarana, sarana, modal dan teknologi, kelembagaan, SDM, sistem
informasi, dan lain-lain) serta merupakan konsep yang digunakan untuk menciptakan
iklim usaha di bidang hortikultura yang kondusif sekaligus dapat meningkatkan daya
saing produk.

GAP (Good Agriculture Practices) atau cara budidaya yang baik dan benar adalah panduan
umum dalam melaksanakan budidaya tanaman buah secara benar dan tepat,
sehingga diperoleh produktivitas tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan
optimum, ramah lingkungan dan memperhatikan aspek keamanan, kesehatan dan
kesejahteraan petani, serta usaha produksi yang berkelanjutan.

GEMAR (Gerakan Multi Aktivitas Agribisnis) adalah suatu gerakan bersama dari segenap
pemangku kepentingan rumpun pertanian dan turunannya di Jawa Barat, sebagai
upaya untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan dan daya saing masyarakat
melalui penambahan (multi) aktivitas agribisnis berbasis ekonomi lokal dengan
modal siklus tertutup, yang melibatkan peran multi stakeholder dan integrasi multi
sektor.

Kawasan Agribisnis Hortikultura adalah suatu ruang geografis yang didelinasi oleh batas
imaginer ekosistem dan disatukan oleh fasilitasi infrastruktur ekonomi yang sama
sehingga membentuk kawasan yang berisi berbagai kegiatan usaha berbasis
hortikultura mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, penanganan dan
pengolahan pasca panen, dan pemasaran serta berbagai kegiatan pendukungnya.

7
Kelembagaan Usaha adalah kelembagaan petani merupakan unsur yang sangat penting
untuk mendukung pengembangan usaha bisnis guna merespon pasar dan
persaingan, meningkatkan efisiensi produksi, serta mengefektifkan pelayanan yang
menunjang pengembangan usaha agribisnis. Kelembagaan usaha menjadikan petani
memiliki kemandirian usaha dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan untuk mampu
bersaing. Pengembangan kelembagaan di tingkat petani diarahkan untuk
membentuk kelompok tani, asosiasi produsen atau koperasi usaha sehingga dapat
meningkatkan posisi tawar (bargaining position).

Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,
kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan sumber daya) dan keakraban
untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya.

Konversi Lahan adalah semua kegiatan untuk mencegah penurunan daya dukung lahan,
menghindari erosi dan terbawanya unsur hara lahan, sehingga dapat melestarikan
kualitas tanah dan tingkat kesuburannya.

LM3 (Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat) adalah penguatan modal usaha
agribisnis kepada lembaga berbasis keagamaan (pondok pesantren, seminasi, paroki,
pasraman, vihara, pura, subak, dll), yang dijadikan sebagai motor penggerak
pembangunan pertanian di pedesaan.

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah organisme yang dapat merusak,


mengganggu dan menyebabkan kehilangan dan kerusakan pada tanaman yang
dibudidayakan.

Peningkatan Konsumsi dan Akselerasi Ekspor adalah pengembangan hortikultura dengan


berbagai upaya peningkatan produksi dan mutu diikuti oleh upaya peningkatan
konsumsi yang merupakan satu kesatuan dengan aspek produksi dan distribusi
(produksi tidak dapat menaikan tanpa peningkatan konsumsi).

Penyuluh Pertanian adalah perorangan yang melakukan kegiatan penyuluhan pertanian.


Penyuluh Pertanian PNS adalah pegawai negri sipil yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan
organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian.

8
Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh,
bahan lain serta organisme renik atau virus yang digunakan untuk melakukan
perlindungan tanaman.

Pestisida Nabati adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan.

PHT (Pengendalian Hama Terpadu) adalah sistem pengendalian organisme pengganggu


tumbuhan dengan menerapkan berbagai macam cara pengendalian yang kompatibel
(termasuk biologi, genetik, mekanis, fisik, kimia, dan peraturan) dengan cara
seharmonis mungkin, guna mempertahankan populasi hama berada dalam suatu
tingkat di bawah tingkat yang merugikan secara ekonomi.

PIP (Petugas Informasi Pasar) adalah petugas yang melaksanakan kegiatan pelayanan di
bidang informasi, baik pada tingkat sentra produksi maupun pada tingkat sentra
pasar, khususnya harga komoditas tanaman pangan dan hortikultura yang dipantau
setiap hari.

PMUK (Penguatan Modal Usaha Kelompok) merupakan salah satu mekanisme pelaksanaan
penguatan kelompok dalam bentuk modal usaha kelompok kepada petani/kelompok
tani.

POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman) adalah petugas lapang Dinas


Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat yang dikelola oleh UPTD Balai
Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat.

PUAP (Program Usaha Agribisnis Pedesaan) merupakan terobosan Departemen Pertanian


dan bagian dari PNPM-N, melalui lembaga ekonomi petani di perdesaan berupa
fasilitas permodalan serta pendayagunaan kepada Gapoktan, dengan aktivitas
ekonomi yang akan dilakukan direncanakan sendiri oleh Gapoktan sesuai dengan
potensi ekonomi dan kondisi wilayah setempat.

Registrasi Kebun adalah member status/identitas/apresiasi terhadap kebun-kebun yang


telah menerapkan prinsip-prinsip GAP, SOP, dan PHT yang menunjukan bahwa
produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik, aman dikonsumsi, memenuhi
persyaratan lingkungan, dan mempertimbangkan keselamatan kerja.

9
Sentra Produksi atau Sentra Komoditas adalah suatu kawasan yang mencapai skala usaha
ekonomi tertentu sehingga layak dikembangkan sebagai satuan pengembangan
agribisnis.

SCM (Supply Chain Management) atau Pengelolaan Rantai Pasokan adalah suatu jejaring
organisasi yang saling tergantung dan bekerjasama secara menguntungkan melalui
pengembangan sistem manajemen untuk perbaikan sistem penyaluran produk,
informasi, pelayanan dan dana dari pemasok ke pengguna akhir (konsumen). Konsep
SCM dilakukan agar peningkatan daya saing tidak semata-mata dilakukan melalui
perbaikan produktivitas dan kualitas produk, tetapi melalui pengemasan, pemberian
merk, efisiensi, transportasi, informasi, penguatan kelembagaan dan penciptaan
inovasi secara kontinyu dan sistematik.

Sertifikasi Buah adalah penilaian/apresiasi yang diberikan kepada petani/pemilik kebun atas
penilaian terhadap usaha tani yang dilakukan. Hasil apresiasi atau penilaian terhadap
objek tanaman dikelompokkan menjadi produk Prima Satu (P-1), Prima Dua (P-2),
dan Prima Tiga (P-3).

SOP (Standard Operating Procedure) adalah petunjuk teknis baku yang singkat, jelas dan
praktis dari setiap tahapan kegiatan untuk menjamin produk akhir yang dihasilkan
berkualitas baik.

Tanaman Biofarmaka adalah tanaman yang dibudidayakan secara intensif dan dapat
dimanfaatkan/digunakan sebagai tanaman obat, baik manusia maupun untuk
pengendalian hama/penyakit pada tanaman.

Tanaman Buah adalah tanaman budidaya yang terdiri dari tanaman buah pohon, tanaman
buah merambat dan semusim, tanaman buah terna, dan tanaman buah perdu.

Tanaman Hias adalah tanaman budidaya yang terdiri dari tanaman hias daun potong,
tanaman hias bunga potong, tanaman hias pot, dan tanaman hias taman.

Tanaman sayuran adalah tanaman budidaya yang terdiri dari tanaman sayuran daun,
tanaman sayuran buah, dan tanaman sayuran umbi.

10
UPJA (Unit Pelayanan Jasa Alsintan) adalah suatu lembaga ekonomi pedesaan yang
bergerak di bidang pelayanan jasa dalam rangka optimalisasi penggunaan alat dan
mesin pertanian untuk mendapatkan keuntungan usaha baik di dalam maupun di
luar kelompok tani/gapoktan.

Varietas adalah bagian dari satu jenis tanaman yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan, daun, bunga, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis
yang sama.

11
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, Struktur Organisasi Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat yang dikepalai oleh Kepala Dinas. Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat memiliki 1 (satu) sekretariat, 4 (empat)
bidang, yaitu Bidang Sumber Daya, Bidang Produksi Tanaman Pangan, Bidang Produksi
Tanaman Hortikultura dan Bidang Bina Usaha, 8 (delapan) Unit Pelayanan Teknis Dinas
(UPTD) dan 2 (dua) SPP-SPMA, yaitu SPP-SPMA Tanjungsari dan Gegerkalong.
UPTD Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat adalah:
1. UPTD Balai Pengembangan Benih Padi di Cihea
2. UPTD Balai Pengembangan Benih Palawija di Plumbon
3. UPTD Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman di Pasirbanteng
4. UPTD Balai Pengembangan Benih Kentang di Pangalengan
5. UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
6. UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
7. UPTD Balai Pengembangan Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan di Cihea
8. UPTD Balai Pelatihan Pertanian di Cihea

2.2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

Dinas Pertanian Tanaman Pangan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan


pemerintahan daerah bidang pertanian tanaman pangan berdasarkan asas otonomi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, maka Dinas Pertanian
Tanaman Pangan mempunyai fungsi:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan teknis urusan bidang sumber daya, produksi
tanaman pangan, produksi tanaman hortikultura dan bina usaha;
2. Penyelenggaraan bidang urusan pertanian tanaman pangan meliputi bidang sumber
daya, produksi tanaman pangan, produksi tanaman hortikultura dan bina usaha;

12
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas-tugas pertanian tanaman pangan meliputi bidang
sumber daya, produksi tanaman pangan, produksi tanaman hortikultura dan bina usaha;
4. Pengkoordinasian dan pembinaan UPTD.
Tugas dan fungsi masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut:
1. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian perencanaan dan
program kesekretariatan, koordinasi perencanaan dan program dinas, pengelolaan
keuangan, kepegawaian dan umum. Tugas pokok Sekretariat mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pengkajian perencanaan dan program kesekretariatan;
b. Penyelenggaraan koordinasi perencanaan dan program dinas;
c. Penyelenggaraan pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian dan umum.
2. Bidang Sumber Daya
Bidang Sumber Daya mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan
kebijakan teknis dan fasilitasi sumber daya pertanian. Tugas pokok Bidang Sumber Daya
mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan operasional sumber daya pertanian;
b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi sumber daya pertanian;
c. Penyelenggaraan fasilitasi bidang sumber daya pertanian.
3. Bidang Produksi Tanaman Pangan
Bidang Produksi Tanaman Pangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi produksi tanaman pangan. Tugas pokok
Bidang Produksi Tanaman Pangan mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis produksi tanaman pangan;
b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi produksi tanaman pangan;
c. Penyelenggaraan fasilitasi bidang produksi tanaman pangan.
4. BIdang Produksi Tanaman Hortikultura
Bidang Produksi Tanaman Hortikultura mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
pengkajian bahan dan kebijakan teknis dan fasilitasi produksi tanaman hortikultura.
Tugas pokok Bidang Produksi Tanaman Hortikultura mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan operasional produksi tanaman
hortikultura;
b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi produksi tanaman hortikultura;

13
c. Penyelenggaraan fasilitasi bidang produksi tanaman hortikultura.
5. Bidang Bina Usaha
Bidang Bina Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan
kebijakan dan fasilitasi bina usaha. Tugas pokok Bidang Bina Usaha mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis bina usaha,
b. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi bina usaha,
c. Penyelenggaraan fasilitasi bidang bina usaha.
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional
dan/atau kegiatan teknis penunjang. Pada dinas daerah dapat dibentuk Unit Pelayanan
Teknis Dinas, yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa daerah kabupaten/
kota.
a. UPTD Balai Pengembangan Benih Padi
Tugas pokok UPTD Balai Pengembangan Benih Padi adalah melaksanakan sebagian
fungsi dinas di bidang pengembangan benih padi.
Fungsinya:
1. Pengelolaan dan perbanyakan benih padi bermutu tinggi dalam upaya
peningkatan produksi tanaman pangan melalui penerapan teknologi perbenihan.
2. Pelayanan kebutuhan benih, penyebaran rekomendasi dan informasi perbenihan
serta pelatihan keterampilan teknis bagi petugas dan petani.
3. Penyelenggaraan ketatausahaan UPTD.
4. Penyelenggaraan hubungan kerjasama dengan institusi pemerintah maupun
swasta untuk kepentingan pelaksanaan tugas.
b. UPTD Balai Pengembangan Benih Palawija
Tugas pokok UPTD Balai Pengembangan Benih Palawija adalah melaksanakan
sebagian fungsi dinas di bidang pengembangan benih palawija. Fungsinya adalah
pengelolaan di bidang pengembangan benih dengan melaksanakan perbanyakan
benih sumber dan pemasarannya.
c. UPTD Balai Pengembangan Benih Kentang
Tugas pokok UPTD Balai Pengembangan Benih Kentang adalah melaksanakan
sebagian fungsi dinas di bidang pengembangan benih kentang.

14
d. UPTD Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman
Tugas pokok UPTD Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman
adalah melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pengembangan benih
hortikultura dan aneka tanaman.
e. UPTD Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan
Tugas pokok UPTD Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Tanaman
Pangan adalah melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pengembangan
teknologi mekanisasi pertanian tanaman pangan.
f. UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Tugas pokok UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura adalah melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pengawasan mutu
dan sertifikasi benih tanaman pangan, hortikultura dan informasi perbenihan.
Fungsinya adalah
1. Penyelenggaraan penyusunan petunjuk teknis dan pelayanan pengawasan mutu
dan sertifikasi benih tanaman pangan, hortikultura dan informasi perbenihan.
2. Penyelenggaraan pelaksanaan dan koordinasi pelayanan pengawasan mutu dan
sertifikasi benih tanaman pangan, hortikultura dan informasi perbenihan.
g. UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Tugas pokok UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura adalah
melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang proteksi tanaman pangan dan
hortikultura.
h. UPTD Balai Pelatihan Pertanian
Tugas pokok UPTD Balai Pelatihan Pertanian adalah melaksanakan bidang
pendidikan dan pelatihan pertanian.
Fungsinya:
1. Perencanaan penyelenggaraan penyusunan petunjuk teknis pelatihan pertanian.
2. Penyelenggaraan dan pelaksanaan koordinasi pelatihan pertanian.
3. Evaluasi penyelenggaraan pelaksanaan dan koordinasi pendidikan dan pelatihan
pertanian.

15
2.3. Kondisi Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

Kondisi organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat secara
keseluruhan dapat dilihat pada tabel data pegawai berikut.

Tabel 2.1. Data Pegawai Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

JUMLAH APARATUR
NO UNIT KERJA DINAS JUMLAH
STRUKTURAL FUNGSIONAL HONORER
1 Dinas Pertanian Tanaman Pangan 202 11 7 220
Provinsi Jawa Barat
2 UPTD Balai Pengembangan Benih Padi 57 - 12 69
3 UPTD Balai Pengembangan Benih 44 - 25 69
Palawija
4 UPTD Balai Pengembangan Benih 73 - 30 103
Hortikultura dan Aneka Tanaman
5 UPTD Balai Pengembangan Benih 27 - 4 31
Kentang
6 UPTD Balai Mekanisasi Pertanian 24 - 3 27
7 UPTD Balai Pelatihan Pertanian 52 18 5 75
8 UPTD BPTPH 74 391 27 492
9 UPTD BPSBTPH 42 95 9 146
10 SPP-SPMA Tanjungsari 43 - 43
11 SPP-SPMA Gegerkalong 29 - 1 30
JUMLAH APARATUR 667 515 123 1.305
(Sumber: Sub Bagian Kepegawaian dan Umum, April 2009)

Dari table 1, dapat terlihat bahwa jumlah aparatur struktural PNS di Lingkup Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebanyak 667 orang, jumlah aparatur
fungsional sebanyak 515 orang dan honorer sebanyak 123 orang. Untuk aparatur fungsional
terdiri dari Penyuluh pertanian 5 orang, Arsiparis 1 orang, Pustakawan 1 orang, Pengendali
OPT 391 orang, Pengawas Benih Tanaman 95 orang, Perencana 3 orang, Petugas Informasi
Pasar 12 orang, Brigade Produksi TP 7 orang dan Widyaiswara 18 orang.

16
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS

3.1. Isu-isu Strategis

Isu strategis merupakan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena atau belum
dapat diselesaikan pada periode lima tahun sebelumnya dan memiliki dampak jangka
panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, sehingga perlu diatasi secara
bertahap. Adapun isu strategis pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat yaitu:
1. Aksesibilitas dan pelayanan pendidikan.
2. Aksesibilitas dan pelayanan kesehatan masyarakat.
3. Apresiasi dan pengembangan budaya daerah.
4. Penanganan kemiskinan, pengangguran dan ketenagakerjaan.
5. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah.
6. Kesiagaan penanganan bencana alam dan pengendalian serta peningkatan kualitas
lingkungan hidup.
7. Pemerintahan daerah belum efektif yang dipengaruhi oleh kondisi politik yang belum
mantap, menyebabkan pelayanan publik belum optimal dan tuntutan pembentukan
daerah otonom meningkat.
Isu strategis pembangunan pertanian tanaman pangan Provinsi Jawa Barat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. ASPEK TEKNIS
a. Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.
b. Alih fungsi lahan.
c. Perbaikan infrastruktur di perdesaan.
d. Peningkatan mutu dan keamanan pangan.
e. Kelembagaan perbenihan tanaman pangan dan hortikultura.
f. Peningkatan ketersediaan sarana produksi pertanian.
2. ASPEK EKONOMIS
a. Ketersediaan pangan/beras di Jawa Barat.
b. Penguatan daya saing ekonomi.
c. Peningkatan akses permodalan petani.
d. Peningkatan akses pemasaran hasil pertanian.

17
e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
3. ASPEK SOSIAL
a. Peningkatan kemampuan kelembagaan petani.
b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian.
c. Pengembangan pola kemitraan dengan petani penangkar
4. ASPEK EKOLOGIS
a. Pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi yang berwawasan lingkungan.
b. Pelestarian dan pemanfaatan agen hayati dan pestisida nabati.
c. Pengelolaan air dan tanah berwawasan lingkungan dan berkesinambungan.

3.2. Evaluasi Kegiatan Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Pengembangan agribisnis di Provinsi Jawa Barat dimulai dengan penataan dan


penyelesaian permasalahan yang dihadapi di setiap subsistem agribisnis. Dari segi sistem
agribisnis yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah: (1) penataan agribisnis yang ada,
(2) perbaikan subsistem agribisbnis yang bermasalah, (3) revitalisasi agribisnis untuk
pembangunan ekonomi, (4) mengubah proporsi peran agribisnis dalam struktur PDRB
Provinsi Jawa Barat, dan (5) realokasi sumber daya, pendanaan, dan wilayah pertumbuhan
agribisnis. Revitalisasi agribisnis dalam kerangka pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Barat
terkait dengan koreksi, pemantapan, dan pengembangan, kebijakan yang telah dibuat.
Koreksi dilakukan untuk menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem yang lebih luas,
bukan hanya identik dengan sektor pertanian primer. Dengan menempatkan agribisnis
sebagai suatu sistem, konsekuensinya akan mengubah proporsi peran agribisnis dalam
perekonomian Provinsi Jawa Barat. Implikasi lebih lanjut dari reposisi ini adalah realokasi
sumber daya ekonomi yang lebih berat ke pengembangan agribisnis.

3.3. Analisis dan Prediksi terhadap Tugas Pokok dan Fungsi SKPD Periode Tahun 2008-2013

Kebijakan dan strategi dalam membangun pertanian di Provinsi Jawa Barat ke depan,
perlu analisis faktor-faktor lingkungan internal maupun eksternal yang sangat dominan
berpengaruh dalam proses pembangunan. Untuk itu pada gambar dibawah ini dapat
diuraikan faktor-faktor tersebut baik faktor kekuatan, kelemahan peluang maupun
tantangan.

18
INTERNAL EKSTERNAL
KEKUATAN PELUANG
a. Kewenangan Dinas dalam pengembangan a. Sektor pertanian merupakan program
Agribisnis Tanaman Pangan. unggulan.
b. Komitmen pimpinan dalam peningkatan b. Permintaan pasar akan produk-produk
ketahanan pangan. pertanian.
c. Ketersediaan sumber daya pertanian c. Pemanfaatan potensi SDA, SDM, SDB dalam
d. Ketersediaan data dan informasi pengembangan agribisnis.
pengembangan usaha pertanian. d. Komoditas spesifik di sentra produksi
e. Ketersediaan dukungan anggaran. banyak.
f. Keberadaan lembaga perbenihan dan e. Pengembangan infrastruktur, sarana-
sertifikasi tanaman pangan dan hortikultra prasarana di perdesaan terus meningkat.
g. Ketersediaan laboratorium penguji mutu f. Teknologi komunikasi dan informasi
h. Ketersediaan fasilitas alsintan mendukung pengembangan agribisnis di
pedesaan.
g. Peluang pengembangan agribisnis tanaman
pangan dan hortikultura terbuka luas.
h. Kesadaran petani dalam penggunaan sarana
produksi pertanian.
KELEMAHAN TANTANGAN/KENDALA
a. Kompetensi aparatur dinas belum a. Semakin tingginya alih fungsi lahan.
sepenuhnya merata dan sesuai dengan yang b. Menurunnya kesuburan tanah (lahan)
diharapkan. pertanian.
b. Pelaksanaan kegiatan belum sepenuhnya c. Kerusakan infrastruktur jaringan irigasi.
mengacu pada Tupoksi. d. Meluasnya areal yang potensial terkena
c. Akses terhadap data dan informasi agribisnis gangguan bencana alam kekeringan/
belum optimal. kebanjiran.
d. Peran dan fungsi lembaga perbenihan belum e. Mahalnya agroinput (sarana produksi dan
optimal. alat mesin pertanian).
e. Peran dan fungsi UPTD belum optimal. f. Menurunnya minat terhadap usaha tani.
f. Sinergitas Tupoksi antar bidang dan UPTD g. Kemampuan permodalan petani terbatas.
belum terjalin dengan baik. h. Impor benih hortikultura terus meningkat.
i. Penerapan teknologi pertanian terbatas.
j. Insentif peningkatan mutu masih rendah.
k. Daya saing produk hortikultura masih
rendah.
l. Hama dan penyakit tanaman (Organisme
Pengganggu Tumbuhan) makin berkembang.
m. Tingkat kehilangan hasil masih tinggi.

Gambar 3.1. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT)

Berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal di atas maka penyusunan strategi
berdasarkan analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 3.2. berikut,

19
KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
ANALISIS LINGKUNGAN a. Kewenangan Dinas dalam pengembangan a. Kompetensi aparatur dinas belum
INTERNAL Agribisnis Tanaman Pangan. sepenuhnya merata dan sesuai dengan
b. Komitmen pimpinan dalam peningkatan yang diharapkan.
ketahanan pangan. b. Pelaksanaan kegiatan belum
c. Ketersediaan sumber daya pertanian sepenuhnya mengacu pada Tupoksi.
d. Ketersediaan data dan informasi c. Akses terhadap data dan informasi
pengembangan usaha pertanian. agribisnis belum optimal.
e. Ketersediaan dukungan anggaran. d. Peran dan fungsi lembaga perbenihan
f. Keberadaan lembaga perbenihan dan belum optimal.
sertifikasi tanaman pangan dan e. Peran dan fungsi UPTD belum optimal.
hortikultra f. Sinergitas Tupoksi antar bidang dan
ANALISIS LINGKUNGAN g. Ketersediaan laboratorium penguji mutu UPTD belum terjalin dengan baik.
EKSTERNAL h. Ketersediaan fasilitas alsintan.

STRATEGI MENGGUNAKAN KEKUATAN STRATEGI MENGURANGI


PELUANG (O) UNTUK MEMANFAATKAN KELEMAHAN DENGAN
KESEMPATAN MEMANFAATKAN KESEMPATAN
a. Sektor pertanian merupakan program a. Program peningkatan produksi, a. Identifikasi kebutuhan pelatihan,
unggulan. produktivitas, mutu dan keamanan pangan pengembangan program dan
b. Permintaan pasar akan produk-produk produk pertanian. penyelenggaraan pelatihan bagi
pertanian. b. Merumuskan peraturan, standar aparatur dinas pertanian tanaman
c. Pemanfaatan potensi SDA, SDM, SDB operasional dan prosedur (SOP), pedoman pangan.
dalam pengembangan agribisnis. umum, Juklak, dan juknis untuk mendukung b. Fasilitasi kepada masyarakat petani
d. Komoditas spesifik di sentra produksi perkembangan agribisnis. melalui pemberdayaan dan penguatan
banyak. c. Pengembangan Unit Kerja/UPTD untuk kelembagaan ekonomi petani (Kelompok
e. Pengembangan infrastruktur, sarana- mendukung optimalisasi pemanfaatan SDA, tani/Koperasi tani).
prasarana di perdesaan terus meningkat. SDM, dan SDB di Jawa Barat. c. Fasilitasi kepada petani/ kelompok tani
f. Teknologi komunikasi dan informasi d. Pengembangan berbagai kegiatan untuk dalam rangka pengembangan
mendukung pengembangan agribisnis di pemanfaatan peluang pasar. penangkaran benih tanaman pangan dan
pedesaan. e. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan hortikultura.
g. Peluang pengembangan agribisnis perbenihan unggulan spesifik. d. Peningkatan peran dan fungsi lembaga
tanaman pangan dan hortikultura f. Pengembangan agribisnis di sentra-sentra perbenihan.
terbuka luas. produksi/kawasan andalan agribisnis.
h. Kesadaran petani dalam penggunaan g. Pengembangan permodalan petani melalui
sarana produksi pertanian. dana BLM, kemitraan usaha, LUEP, Bantuan
Sarana Produksi dan Perbaikan Sarana
Pendukung.

STRATEGI MENGURANGI
STRATEGI MENGGUNAKAN KEKUATAN
TANTANGAN (T) KELEMAHAN UNTUK MENGHADAPI
UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN
TANTANGAN
a. Semakin tingginya alih fungsi lahan. a. Pengembangan penggunaan pupuk organik a. Pelatihan kelompok tani/petugas
b. Menurunnya kesuburan tanah (lahan) dan pupuk majemuk serta penerapan lapangan dalam pengendalian OPT,
pertanian. teknologi konservasi. magang, Sekolah Lapangan, dan
c. Kerusakan infrastruktur jaringan irigasi. b. Bimbingan perbaikan jaringan irigasi di penyediaan benih unggul bersertifikat.
d. Meluasnya areal yang potensial terkena tingkat kuarter. b. Peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan
gangguan bencana alam c. Meningkatkan akses petani terhadap sinergitas pelaksanaan kegiatan.
kekeringan/kebanjiran. sumber pembiayaan. c. Pembangunan Laboratorium Lapangan
e. Mahalnya agroinput (sarana produksi d. Optimalisasi pemanfaatan fasilitas alsintan untuk pengkajian teknologi spesifik
dan alat mesin pertanian). dan pupuk bersubsidi. lokalita.
f. Menurunnya minat terhadap usaha tani. e. Rekayasa alsintan tepat guna. d. Pengembangan Kelembagaan.
g. Kemampuan permodalan petani f. Pemanfaatan dan penggunaan alsintan e. Pengembangan Pengolahan, mutu,
terbatas. pasca panen. pemasaran dan keamanan pangan
h. Impor benih hortikultura terus g. Sosialisasi teknologi bagi petani/ kelompok produk pertanian.
meningkat. tani.
i. Penerapan teknologi pertanian terbatas. h. Optimalisasi unit kerja pengawas benih dan
j. Insentif peningkatan mutu masih rendah. pengembangan benih TPH.
k. Daya saing produk hortikultura masih
rendah.
l. Hama dan penyakit tanaman (Organisme
Pengganggu Tumbuhan) makin
berkembang.
m. Tingkat kehilangan hasil masih tinggi.

Gambar 3.2. Penyusunan Strategi Berdasarkan Analisis SWOT

20
Berdasarkan analisis SWOT tersebut di atas, maka faktor kunci keberhasilan dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Program peningkatan produksi, produktivitas, mutu dan keamanan pangan produk
pertanian.
2. Peningkatan ketersediaan sarana produksi dan alsintan.
3. Peningkatan akses petani/kelompok tani ke sumber pembiayaan.
4. Penumbuhan kelembagaan usaha tani.
5. Pembinaan petugas lapang (POPT, Penyuluh, PBT, dan PIP) dan petani/kelompok tani.
6. Perbaikan infrastruktur pertanian (jalan usaha tani, jaringan irigasi)
7. Pemanfaatan peluang pasar regional dan global.
8. Penumbuhan kemitraan dengan stakeholder terkait.
9. Peningkatan sinergitas antar unit kerja lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan.
10. Penempatan aparatur harus sesuai dengan kompetensinya.

21
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013

Memperhatikan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya
buatan, dan ketersediaan teknologi maju di Jawa Barat yang sangat menunjang dalam
pembangunan pertanian tanaman pangan, serta mengacu pada Visi Jawa Barat yaitu “Jawa
Barat dengan Iman dan Taqwa sebagai Provinsi Termaju di Indonesia Tahun 2025”, serta
Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat Yang Mandiri,
Dinamis dan Sejahtera”, maka Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
menetapkan Visi yaitu “MEWUJUDKAN PETANI JAWA BARAT YANG MANDIRI, DINAMIS
DAN SEJAHTERA”.
Penjabaran makna dari Visi Jawa Barat tersebut adalah sebagai berikut :
Mandiri : adalah kondisi petani Jawa Barat yang mampu memenuhi kebutuhannya
dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.
Dinamis : adalah kondisi petani Jawa Barat yang secara aktif mampu merespon peluang
dan tantangan zaman serta berkontribusi dalam proses pembangunan.
Sejahtera : adalah kondisi petani Jawa Barat yang secara lahir dan batin mendapatkan
rasa aman dan makmur dalam menjalani kehidupan.
Untuk dapat mewujudkan Visi dengan cara mendorong efektivitas dan efisiensi
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Jawa Barat, yang didalamnya mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang
ingin dicapai.
Misi merupakan pernyataan yang digunakan untuk menetapkan tujuan dari Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun
waktu tertentu. Misi sebagai pernyataan hal-hal yang harus dicapai organisasi/dinas di masa
mendatang oleh semua pihak yang berkepentingan dalam organisasi perangkat daerah,
berupa suatu fokus kegiatan yang mencerminkan tentang segala sesuatu untuk mencapai
visi, maka pernyataan misi harus :
a. Merupakan awal dan tonggak dari perencanaan strategis,
b. Menunjukkan secara jelas mengenai apa yang dianggap penting sebagai bidang
kegiatan utama dari organisasi/dinas,
22
c. Secara eksplisit mengandung apa yang hendak dicapai oleh organisasi/dinas dan
kegiatan spesifik apa yang harus dilakukan untuk mencapainya,
d. Mengundang dan mendorong partisipasi seluruh masyarakat terhadap bidang utama
yang ditangani organisasi/dinas.
Misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia pertanian
2. Peningkatan produktivitas dan produksi dalam rangka ketahanan pangan
3. Peningkatan mutu hasil, daya saing, nilai tambah dan pendapatan petani
4. Peningkatan sarana dan prasarana pertanian
5. Peningkatan kemitraan dengan stakeholder dan terobosan pemasaran hasil pertanian
6. Peningkatan kelestarian sumber daya alam, lingkungan dan pembangunan pertanian
yang berkelanjutan.

4.2. Tujuan dan Sasaran Pada Setiap Misi Pembangunan Pertanian

Sasaran merupakan tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan


dan memberikan fokus pada penyusunan kegiatan yang bersifat spesifik, terinci, terukur dan
dapat dicapai.

Misi Pertama, Peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia pertanian
Tujuan:
Mendorong untuk peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan aparatur pertanian
serta masyarakat tani.
Sasaran:
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pertanian melalui pendidikan dan pelatihan.

Misi Kedua, Peningkatan produktivitas dan produksi dalam rangka ketahanan pangan
Tujuan:
Mendorong peningkatan ketersediaan pangan daerah.
Sasaran:
• Produksi dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura di Jawa Barat meningkat;
• Kebutuhan pangan masyarakat Jawa Barat meningkat.

23
Misi Ketiga, Peningkatan mutu hasil, daya saing, nilai tambah dan pendapatan petani
Tujuan:
Mendorong peningkatan kualitas hasil pertanian dan efisiensi usaha.
Sasaran:
• Tersedianya hasil pertanian yang berkualitas;
• Adanya efisiensi usaha pertanian;
• Keragaman produk olahan yang memiliki nilai tambah.

Misi Keempat, Meningkatkan sarana dan prasarana pertanian


Tujuan:
Fasilitasi ketersediaan sarana dan prasarana dalam rangka mendukung peningkatan
produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian.
Sasaran:
Ketersediaan sarana dan prasarana pertanian guna mendukung aktivitas usaha tani.

Misi Kelima, Peningkatan kemitraan dengan stakeholder dan terobosan pemasaran hasil
pertanian
Tujuan:
Fasilitasi kemitraan dan kerjasama pemasaran produk pertanian
Sasaran:
• Peningkatan arus pemasaran hasil komoditas pertanian;
• Peningkatan akses informasi pasar.

Misi Keenam, Peningkatan kelestarian sumber daya alam, lingkungan dan pembangunan
pertanian yang berkelanjutan.
Tujuan:
Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan pembangunan pertanian berkelanjutan.
Sasaran:
• Penerapan budidaya yang baik dan benar berdasarkan prosedur operasional yang
standar;
• Peningkatan penggunaan pupuk organik, pestisida nabati dan pemanfaatan agens hayati.

24
4.3. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pertanian

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa
Barat Tahun 2008–2013, untuk Bidang Pertanian melalui kebijakan dan program sebagai
berikut:
a. Meningkatkan produksi dan nilai tambah hasil pertanian, yang dilaksanakan melalui
program-program sebagai berikut:
1) Program Peningkatan Produksi Pertanian, dengan sasaran:
a. Meningkatnya produksi, produktivitas dan kualitas produk pertanian;
b. Meningkatnya pendapatan usaha tani komoditas pertanian;
c. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja pertanian;
d. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pertanian;
e. Meningkatnya diversifikasi produk usaha pertanian;
f. Tersedianya fasilitasi produk kawasan agropolitan;
g. Meningkatnya Gerakan Multi Aktivitas Agribisnis (Gemar);
h. Terlaksananya inovasi dan teknologi pertanian yang ramah lingkungan;
i. Menurunnya tingkat kehilangan hasil pasca panen.
2) Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian, dengan sasaran:
a. Meningkatnya kinerja sumber daya pertanian Jawa Barat;
b. Meningkatnya kemampuan peran kelembagaan usaha agribisnis;
c. Meningkatnya kualitas tata guna lahan dan air serta terkendalinya konversi lahan
pertanian.
3) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan,
dengan sasaran:
a. Terkendalinya organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
4) Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Perikanan dan Kehutanan, dengan sasaran:
a. Meningkatnya sarana pemasaran hasil pertanian tanaman pangan dan
hortikultura;
b. Meningkatnya pengembangan usaha pemasaran;
c. Meningkatnya sarana pengolahan hasil pertanian tanaman pangan dan
hortikultura;

25
d. Meningkatnya pengolahan hasil pertanian tanaman pangan dan hortikultura;
e. Meningkatnya margin pemasaran hasil pertanian tanaman pangan dan
hortikultura;
f. Meningkatnya mutu dan nilai tambah pengolahan hasil pertanian tanaman
pangan dan hortikultura.

26
BAB V
RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

5.1. Rencana Program

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa
Barat Tahun 2008–2013 serta sesuai dengan misi 2 Provinsi Jawa Barat yaitu Meningkatkan
Pembangunan Perekonomian Regional Berbasis Potensi Lokal yang mencakup bidang
pertanian dan bidang ketahanan pangan, program yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
2. Program Peningkatan Produksi Pertanian
3. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian
4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan
5. Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Perikanan dan Kehutanan.
Dalam mendukung terwujudnya RPJMD 2008–2013 Provinsi Jawa Barat, program
nasional yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
2. Program Pengembangan Agribisnis
3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

5.2. Rencana Kegiatan

Dalam mewujudkan kebijakan dan program tersebut diatas yaitu untuk


Meningkatkan Produksi dan Nilai Tambah Hasil Pertanian dan Peningkatan Ketersediaan,
Akses dan Keamanan pangan akan dilaksanakan melalui kegiatan program daerah dan
nasional.
A. Kegiatan program daerah
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan, dilaksanakan melalui kegiatan :
• Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanamam Pangan
2. Program Peningkatan Produksi Pertanian, dilaksanakan melalui kegiatan:
• Peningkatan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
• Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura

27
• Pengembangan Sertifikasi Benih/Bibit Tanaman Pangan dan Hortikultura
• Pengembangan Sarana dan Prasarana Produksi Pertanian
• Fasilitasi Gerakan Multi Aktivitas Agribisnis (GEMAR)
3. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian, dilaksanakan melalui kegiatan:
• Pelatihan dan Peningkatan Kinerja Petugas Lapang (Penyuluh, POPT, PBT, PIP),
Aparatur Pertanian dan Masyarakat Tani
• Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Kelompok tani
• Fasilitasi ketersediaan Sarana dan Prasarana Pertanian
• Fasilitasi Peningkatan Akses Petani/Kelompok tani ke Sumber Pembiayaan
• Pengendalian Laju Konservasi Lahan Pertanian
• Pengembangan Tata Guna Lahan dan Air
4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan,
dilaksanakan melalui kegiatan:
• Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Pangan dan
Hortikultura.
5. Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Perikanan dan Kehutanan, dilaksanakan melalui kegiatan:
• Pengembangan Sarana dan Prasarana Pasca Panen dan Pemasaran Pengolahan
Hasil Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
• Peningkatan Keragaman dan Mutu Olahan Hasil Pertanian

B. Kegiatan program nasional


1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan, dilaksanakan melalui kegiatan:
a. Penyediaan dan perbaikan Infrastruktur Pertanian dalam Mendukung Ketahanan
Pangan.
b. Pengendalian OPT dan Peningkatan Ketahanan Pangan.
c. Bantuan Benih kepada Petani dalam Mendukung Ketahanan Pangan.
d. Peningkatan Kegiatan Pasca Panen dan Pengolahan Pangan.
e. Mekanisasi Kegiatan Produksi Pertanian Primer.
f. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian, serta
Pengembangan Kawasan.

28
g. Penguatan Kelembagaan Perbenihan dalam Mendukung Ketahanan Pangan.
h. Perbaikan Mekanisme Subsidi Pupuk.
2. Program Pengembangan Agribisnis, dilaksanakan melalui kegiatan:
a. Pengembangan Kegiatan Pemasaran Komoditas Pertanian
b. Pengembangan Bahan Baku Bio-Energi.
c. Revitalisasi Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan Kelompok UPJA (KUPJA).
d. Pengembangan Agroindustri Perdesaan.
e. Pengembangan Pertanian Terpadu Tanaman Ternak, Kompos dan Biogas.
f. Penyediaan dan perbaikan Infrastruktur Pertanian dalam Mendukung Agribisnis.
g. Mekanisasi Kegiatan Pertanian dalam Mendukung Pengembangan Agribisnis.
h. Pengembangan Fasilitasi Pelayanan Agroindustri Terpadu.
i. Peningkatan Penggunaan Pupuk Organik.
j. Bantuan Benih kepada Petani dalam Mendukung Pengembangan Agribisnis.
k. Penguatan Kelembagaan Perbenihan dalam Mendukung Pengembangan
Agribisnis.
l. Peningkatan Kegiatan Eksebisi, Perlombaan dan Penghargaan kepada
Petani/Pelaku Agribisnis.
3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, dilaksanakan melalui kegiatan:
a. Pembentukan/Pengaktifan Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani dan
Penumbuhan Asosiasi.
b. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani melalui PMUK, LM3 dan PUAP.
c. Peningkatan Sistem Penyuluhan dan Sumberdaya Manusia Pertanian.
d. Kegiatan Pelatihan, Pendidikan Pertanian, Magang, dan Sekolah Lapang.
e. Penerapan dan Pemantapan Prinsip Good Governance.

5.3. Indikator Kinerja


Tolok ukur kinerja pembangunan Jawa Barat khusus bidang pertanian sektor tanaman
pangan dan hortikultura selama periode waktu 2008–2013, ditetapkan indikator kinerja
pembangunan pertanian sektor tanaman pangan dan hortikultura. Indikator kinerja tersebut
merupakan implementasi dari target indikator kinerja yang ada pada misi 2 Provinsi.
Indikator Kinerja pembangunan sektor tanaman pangan adalah sebagai berikut:

29
Tabel 5.1. Indikator Kinerja Pembangunan Sektor Tanaman Pangan

Target
No Indikator Kinerja Tahun 2007 Target 2013
Midterm
1. Peningkatan Produksi Tanaman 4% 4–5% 4% - 5 %
Pangan
2. Tingkat Kehilangan Hasil 1% - 2,5% 1% - 2,5%
3. Pendapatan Usahatani 10 % 10% - 20% 10% - 20 %
4. Kesempatan Kerja di sektor 189.000 org 198.000 – 347.419 org
Pertanian 316.000 org
5. Tingkat Ketersediaan Sarana dan
Prasarana Pertanian

5.4. Kelompok Sasaran


Sumber daya manusia dan sumber daya alam merupakan faktor penentu
pembangunan pertanian sektor tanaman pangan dan hortikultura. Tercapainya
pembangunan perlu ditentukan kelompok sasaran berdasarkan kawasan/wilayah/lokasi,
SDA , SDM dan komoditas sektor pertanian tanaman pangandan hortikultura.

A. Sasaran Wilayah/Lokasi
Pelaksanaan pembangunan pertanian sektor tanaman pangan dan hortikultura
ditentukan berdasar perwilayah dan peruntukan yang sesuai dengan RPJMD Provinsi
Jawa Barat sebagai berikut:
- Wilayah Perbatasan
Peningkatan pembangunan di wilayah khususnya diperbatasan Jawa Barat – Jawa
Tengah difokuskan pada kegiatan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT).
- Kawasan Andalan
Kawasan andalan yang merupakan wilayah pembangunan pertanian tanaman
pangan dan hortikultuara adalah Kawasan Andalan Bodebekpunjur, Kawasan
Andalan Sukabumi, Kawasan Andalan, Ciayumajakuning, Kawasan Andalan Priangan
Timur – Pangandaran, dan Kawasan Andalan Purwasuka.
- Sasaran Produksi
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat mempunyai mandat sebagai
penanggung jawab pelaksanaan pembangunan sektor tanaman pangan dan
hortikultura untuk pencapain tujuan yang telah digariskan pada RPJMD Jawa Barat.

30
Dalam pencapai tersebut perlu ditetapkan sasaran produksi komoditas utama
sebagai berikut:

Tabel 5.2. Sasaran Produki Per Komoditas Utama dari Tahun 2008 -2013

Tahun
No Komoditas
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. Padi 10.551.368 10.783.764 11.323.254 11.889.777 12.484.690
Padi Sawah 10.201.747 10.402.168 10.918.571 11.460.610 12.029.558
Padi Ladang 349.621 381.596 404.683 429.167 455.133
2. Jagung 640.500 724.708 760.943 798.991 838.940
3. Kedelai 35.700 44.490 46.715 49,050 51.503
4. Kacang Tanah 107.407 113.010 116.400 119.891 123.488
5. Kacang hijau 17.510 20.796 21.420 22.062 22.724
6. Ubi Kayu 2.258.550 2.213.473 2.324.147 2.440.354 2.562.372
7. Ubi Jalar 421.000 445.960 459.339 473.119 487.313
8. Sayur-sayuran 3.143.151 3.420.212 3.553.821 3.651.994
9. Buah-buahan 2.867.026 2.990.060 3.128.504 3.273.653
10. Tanaman Hias 80.963.159 82.843.379 90.975.274 99.979.469
11. Biofarmaka 73.882.000 85.487.000 92.266.000 99.799.000
Keterangan: Satuan Ton

B. Sumber Daya Manusia dan Sumber daya Alam


Pembangunan daerah difokuskan pada Sumber Daya Manusia melalui peningkatan
kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia pertanian. Jumlah penduduk Provinsi
Jawa Barat berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2007 berjumlah 41.670.282 jiwa, dengan
pertumbuhan penduduk 2,08% per tahun. Dari jumlah penduduk tersebut 60% penduduk
bermata pencaharian pada bidang pertanian sisanya bergerak pada bidang lainnya.
Upaya Pembangunan pertanian dititikberatkan pada pemberdayaan sumber daya
alam yang terdiri dari lahan dan air. Jumlah luas wilayah Provinsi Jawa Barat berjumlah
2.772.038 Ha, yang terdiri dari Luas sawah sebesar 926.782 Ha, Luas Lahan kering sebesar
1.773.282 Ha, dan Luas Lahan lainnya seluas 71.974 Ha.

C. Komoditas
Pengembangan komoditas pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang menjadi
fokus adalah komoditas Padi, Jagung, Kedelai, Mangga, Manggis, Jeruk, Pisang, Durian,
Rambutan, Nenas, Strawberi, Kentang, Cabe Merah, Bawang Merah, Kubis, Tomat, Anggrek,
Krisan, Polyscias, Tanaman Obat dan biofarmaka. Komoditas lain merupakan komoditas
pilihan dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Barat.

31
5.5. Rencana Pendanaan Indikatif
Kegiatan pembangunan pertanian sektor tanaman pangan dan hortikultura di Provinsi
Jawa Barat ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah
memfasilitasi sebesar-besarnya partisipasi masyarakat dengan mendayagunakan
keterpaduaan kegiatan yang dibiayai oleh APBN, APBD, Swasta dan sumber-sumber dana
pembangunan lainnya.
Implementasi pembangunan perlu adanya dukungan pendanaan untuk pelaksanaan
kegiatan Satuan Kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat guna
tercapainya program pembangunan selama kurun waktu 2008–2013 sebagai berikut:

Tabel 5.3. Rencana Pendanaan Indikatif Kegiatan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 - 2013

Tahun Rencana APBD Pertumbuhan Rencana APBN Pertumbuhan


2008 47.438.306.639 - 37.342.176.000 -
2009 59.025.784.400 24,43 % 33.971.892.000 - 9,03 %
2010 59.616.042.000 1% 35.670.487.000 5%
2011 60.212.204.000 1% 37.454.011.000 5%
2012 60.814.326.000 1% 39.326.712.000 5%
2013 61.422.469.000 1% 41.293.048.000 5%

32
BAB VI
PENUTUP

Tersusunnya Rencana Strategis Organisasi Perangkat Daerah Dinas Pertanian Tanaman


Pangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 akan menjadi acuan dalam penyusunan
program dan kegiatan tahunan maupun lima tahunan yang berorientasi produksi dan
produktivitas pertanian, terutama dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
petani.

Rencana Strategis Organisasi Perangkat Daerah Dinas Pertanian Tanaman Pangan


Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 diharapkan akan lebih sinergis dengan
program/kegiatan kabupaten/kota serta para stakeholder.

33
Lampiran 1.
INDIKATOR PROGRAM RENCANA STRATEGIS DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2009-2013
Sektor: Pertanian
Target Capaian
No Program Sasaran Indikator Kinerja Satuan
2009 2010 2011 2012 2013
1 Peningkatan Meningkatnya produksi dan 1. Padi
Ketahanan produktivitas pangan pokok - Meningkatnya produksi padi Ton 10.783.764 11.411.305 11.753.644 12.106.254 12.469.441
Pangan beras, jagung dan kedelai - Meningkatnya produktivitas padi Ku/ha 58,58 64,66 66,12 66,79 68,25
2. Jagung
- Meningkatnya produksi jagung Ton 724.828 761.069 799.123 839.079 881.033
- Meningkatnya produktivitas jagung Ku/ha 53,31 55,98 58,77 61,71 64,80
3. Kedelai
- Meningkatnya produksi kedelai Ton 44.490 46.715 49.050 51.503 54.078
- Meningkatnya produktivitas kedelai Ku/ha 14,25 14,96 15,71 16,50 17,32
Menurunnya tingkat kehilangan 1. Menurunnya tingkat kehilangan hasil pasca %tase 17,63 17,47 17,03 16,58 16,15
hasil pasca panen panen padi
2 Peningkatan 1. Meningkatnya Produksi, Sayuran (24 komoditi)
Produksi produktivitas dan kualitas 1. Meningkatnya produksi sayuran Ton 2.713.731 2.820.336 2.927.909 3.036.451 3.145.966
Pertanian praduk pertanian 2. Meningkatnya produktivitas sayuran % 4 4 4 4 4
Buah-buahan (23 komoditi)
1. Meningkatnya produksi buah-buahan Ton 2.990.060 3.139.563 3.691.753 3.782.704 3.873.656
Tanaman Obat (13 komoditi)
1. Meningkatnya produksi tanaman obat Ton 1.814.075 1.904.779 1.995.483 2.086.186 2.176.890
Tanaman Hias (12 komoditi)
1. Meningkatnya produksi tanaman hias Tangkai 82.920.233 86.402.949 89.885.664 93.368.380 96.851.096
2. Meningkatnya pendapatan Pendapatan Usahatani:
usahatani komoditas 1. Meningkatnya pendapatan usaha tani padi %tase 18 20 20 20 20
pertanian, perkebunan dan 2. Meningkatnya pendapatan usaha tani palawija %tase 18 20 20 20 20
peternakan 3. Meningkatnya pendapatan usaha tani sayuran %tase 20 20 20 20 20
3. Meningkatnya penyerapan 1. Tersedianya kesempatan kerja di sektor
tenaga kerja pertanian, pertanian
perkebunan dan
peternakan
4. Meningkatnya Tersedianya pupuk:
ketersediaan dan kualitas 1. Urea Ton 678.070 666.755 647.041 6.238.000 609.450

34
sarana dan prasarana 2. SP-36 Ton 120.000 100.000 87.200 77.900 70.000
pertanian 3. ZA Ton 60.000 55.600 50.000 45.550 41.150
4. NPK Ton 148.060 166.000 180.000 190.000 198.000
5. Organik Ton 53.000 64.700 75.800 87.000 100.000
Tersedianya sarana alsintani:
1. TR-2 Unit 18.131 18.765 19.328 19.811 20.207
2. Pompa air 2” Unit 1.494 1.592 1.592 1.632 1.665
3. Pompa air 3” Unit 3.808 3.941 4.059 4.160 4.243
4. Pompa air 4” Unit 2.336 2.489 2.489 2.551 2.602
5. Pompa air 6” Unit 2.008 2.078 2.130 2.183 2.227
6. Pompa air 8” Unit 1.021 1.057 1.089 1.116 1.138
7. Hand sprayer Unit 204.282 204.835 205.306 205.799 206.210
8. Power sprayer Unit 702 726 745 766 780
9. Mist blower Unit 1.265 1.308 1.345 1.375 1.392
10. Emposan tikus Unit 69.101 69.322 69.512 69.651 69.762
11. Banting bertirai Unit 564.266 564.469 564.650 564.808 564.932
12. Pedal thresher Unit 5.647 5.684 5.684 5.700 5.717
13. Power thresher Unit 2.297 2.460 2.460 2.534 2.597
14. Winower Unit 3.292 3.500 3.500 3.592 3.660
15. Dryer Unit 510 544 544 568 570
16. Heuller Unit 27.064 27.334 27.608 27.884 28.164
17. Sabit bergerigi Unit 855.700 864.256 872.898 881.626 290.442
18. APPO (cover) Unit 80 97 114 140 183
19. APPO (blower) Unit 20 37 54 71 91
Tersedianya benih bersertifikat:
1. Padi Ton 43.900,135 44.997,638 46.122,597 47.275,644 48.457,535
2. Jagung Ton 245,864 252,010 258,311 264,768 271,387
3. Kedelai Ton 98,225 108,047 118,852 130,737 143,810
4. Kacang Tanah Ton 4,154 5,192 6,490 8,113 10,141
5. Kacang Hijau Ton 4,406 5,508 6,885 8,608 10,757
6. Kentang Ton 2.000,000 2.200,000 2.420,000 2.662,000 2.928,200
7. Tanaman Buah Pohon 1.340.920 1.609.104 1.930.925 2.317.110 2.780.532
5. Meningkatnya diversifikasi Meningkatnya diversifikasi usaha tani %tase 10 10 10 10 10
produk usaha pertanian
6. Tersedianya fasilitas 1. Berkembangnya kawasan agrowisata/
produk kawasan agropolitan (Majalengka dan Cirebon)
agropolitan - Pasar tani Unit - - - 20 26
- Pasar lelang Unit - - - 16 26
- Pasar tradisional Unit - - - 20 26

35
7. Terlaksananya inovasi dan Terwujudnya inovasi dan teknologi pertanian
teknologi pertanian yang ramah lingkungan
ramah lingkungan Padi:
1. PTT Kelp 8 8 8 8 8
2. SRI Kelp 24 24 24 24 24
3. Sayuran Kab 5 10 10 10 10
3 Pemberdayaan 1. Meningkatnya kinerja 1. Terlatihnya penyuluh PNS pada Pelatihan Org 384 359 385 436 462
sumber daya sumber daya pertanian Teknis Manajamen PL I, II, dan III
pertanian Jawa Barat 2. Terlatihnya penyuluh THL TB-PP pada Org 151 163 174 198 209
pelatihan teknis manajemen
3. Terfasilitasinya penyuluh swadaya binaan Org 71 97 123 149 175
Distan Jabar
4. Terlatihnya petani muda, tokoh tani menjadi Org 152 164 175 199 210
penyuluh
5. Terfasilitasinya P4S Kelp 9 10 11 12 13
6. Terfasilitasinya model pengembangan Org 7 8 9 10 10
agribisnis IKAMAJA
7. Meningkatnya kelompok tani menjadi Org 142 153 164 185 196
Gabungan Kelompok Tani
8. Terbenahinya kelompok tani Kelp 3.372 3.631 3.890 4.409 4.668
9. Terfasilitasinya temu teknologi penyuluh dan Kali 6 8 10 12 14
peneliti
10. Penyampaian informasi teknologi pertanian,
melalui:
- Media cetak Materi 15 20 25 30 35
- Media Elektronik Kali 12 12 12 12 12
11. Terfasilitasinya kelembagaan BPP Unit 426 426 426 426 426
12. Terselenggaranya kursus dengan metode SL Kelp 378 407 436 494 523
bagi KWT
13. Meningkatnya PSK petugas TGA Org 104 104 104 104 104
14. Meningkatnya kinerja kelompok P3A Unit 7.342 7.472 7.732 7.992 8.262
2. Meningkatnya kualitas tata 1. Meningkatnya luas cakupan lahan yang
guna lahan dan air serta teririgasi:
terkendalinya konversi - Teknis Ha 380.423 380.461 380.489 380.489 380.527
lahan pertanian - ½ teknis Ha 111.343 111.354 111.365 111.376 111.387
- Pedesaan Ha 250.375 250.326 250.277 250.228 250.179
2. Tersedianya infrastruktur pertanian:
- Jitut Ha 6.900 22.825 18.674 16.794 14.318
- Jides Ha 2.800 20.300 16.982 14.576 12.586

36
3. Menurunnya luas konservasi lahan pertanian Ha/th 3.600 3.550 3.500 3.450 3.400
4. Meningkatnya konservasi DAS hulu Ha 3.500 4.000 4.500 5.000 5.500
5. Meningkatnya teknologi SRI Ha 50 300 200 400 600
6. Tersedianya pompa air dangkal Unit 3 6 6 20 30
7. Tersedianya irigasi tanah dalam Unit 1 1 1 1 1
8. Tersedianya embung Unit 2 8 8 10 12
9. Tersedianya sumur resapan Unit 13 46 36 52 72
10. Tersedianya Dam parit Unit - 10 12 10 16
11. Tersedianya irigasi springkel Unit - 12 10 10 12
12. Tersedianya irigasi tetes Unit - 6 8 8 16
13. Tersedianya pompa hydran Unit 1 2 2 2 3
14. Tersedianya air permukaan Unit 2 30 24 28 32
15. Meningkatnya perluasan areal lahan:
- Lahan kering Ha 200 250 300 350 400
- Cetak sawah Ha 150 200 250 300 350
- Areal hortikultura Ha 60 100 125 150 175

4 Pencegahan dan Terkendalinya hama dan Menurunnya luas serangan 9 OPT utama Ha 119.752 119.154 118.558 117.965 117.375
penanggulangan penyakit tanaman, ternak dan
penyakit ikan
tanaman,
ternak dan ikan
5 Pemasaran dan 1. Meningkatnya sarana Tersedianya Roadmap pengembangan sarana dan
pengolahan pemasaran hasil pertanian, prasarana pemasaran hasil pertanian.
hasil pertanian, perkebunan, peternakan, 1. Penerapan GDP (Good Distribution Product):
perkebunan, perikanan dan kehutanan. - Database distribusi Paket 1 0 0 0 0
perikanan dan - Penyusunan regulasi Paket 0 1 0 0 0
kehutanan - Penerapan GDP Unit 0 0 8 16 25
2. Meningkatnya dan berkembangnya sarana dan
prasarana pasar:
- STA Unit 4 6 - - -
- Pasar bunga Unit 1 1 - - -
- Pasar tani Unit 4 8 20 26 -
- Pasar lelang Unit 1 6 16 26 -
- Pasar tradisional Unit - 16 20 26 -
3. Berkembangnya sarana dan prasarana
informasi pasar:
- Pengiriman data Unit 26 26 26 26 26
- Diseminasi data Unit 4 6 6 6 6

37
2. Pengembangan usaha 1. Berkembangnya pola kemitraan usaha
pemasaran - Gapoktan palawija Unit - 6 10 30 30
- Gapoktan sayur Unit 6 12 20 40 40
- Gapoktan buah Unit 3 12 16 32 32
- PUAP Unit 529 529 600 800 800
2. Terpromosikannya produk-produk unggulan
pertanian Jawa Barat di tingkat:
- Regional Kali 2 2 4 8 10
- Nasional Kali 3 3 6 10 16
- Internasional Kali 2 2 4 8 12
3. Tersertifikasinya kelembagaan usaha
- Petugas Org 58 58 58 58 58
- Petani Org 78 78 78 78 78
3. Meningkatnya sarana Meningkatnya sarana pengolahan hasil pertanian
pengolahan hasil pertanian, 1. Padi
perkebunan, peternakan, - Sabit bergerigi Unit 120.850 100.000 110.000 120.000 110.057
perikanan dan kehutanan - Terpal Unit 50.000 47.000 45.000 40.000 53.108
- Pedal thresher Unit 12.000 13.500 14.000 10.000 6.197
- Power thresher Unit 6.000 5.000 5.000 5.000 6.982
- Dryer Unit 6.000 5.000 6.000 6.500 5.837
- RMU Unit 3.000 4.000 5.000 6.000 1.615
4. Meningkatnya pengolahan Meningkatnya alat pengolahan hasil jagung:
hasil pertanian, perkebunan, - Silo Unit 12 2 2 2 2
peternakan, perikanan dan - Dryer Unit 31 7 6 6 6
kehutanan - Corn Sealler Unit 335 75 75 75 55
5. Meningkatnya margin Meningkatnya margin pemasaran hasil pertanian
pemasaran hasil pertanian, 1. Padi %tase 18 20 20 20 20
perkebunan, peternakan, 2. Palawija %tase 18 20 20 20 20
perikanan dan kehutanan 3. Sayuran %tase 20 20 20 20 20
6. Meningkatnya nilai tambah Meningkatnya nilai tambah pengolahan hasil
pengolahan hasil pertanian, pertanian
perkebunan, peternakan, 1. Padi Rp/ton 793.668 936.528 1.105.103 1.304.022 1.538.746
perikanan dan kehutanan 2. Palawija Rp/ton 508.200 559.020 614.922 676.414 744.056
3. Sayuran Rp/ton 1.388.625 1.596.919 1.836.457 2.111.925 2.428.714

38

Anda mungkin juga menyukai