Anda di halaman 1dari 9

Nama : Tubagus Irfan Ramazen

NIM : 111.160.116

Kelas : Manajemen Eksplorasi Kelas B

KESALAHAN-KESALAHAN DALAM EKSPLORASI


1. Kesalahan dalam Penentuan Eksplorasi

Idealnya kegiatan survey atau pengukuran harus dilakukan secara terus-menerus,


berkelanjutan, dan terintegrasi menggunakan sejumlah ragam metode geofisika. Seringkali bahkan
hampir pasti terjadi beberapa kendala akan muncul dan tak bisa dihindari, Seperti
kehadiran noise pada data yang diukur. Ada juga kendala ketidaklengkapan data atau malah kurang
alias tidak cukup. Namun demikian, dengan analisis data yang paling mungkin, kita berupaya
memperoleh informasi yang relatif valid berdasarkan keterbatasan data yang kita miliki. Dalam
melakukan analisis, sejumlah informasi mengenai kegiatan akuisisi data juga diperlukan, antara
lain: berapakah nilai sampling rate yang optimal? Berapa jumlah data yang diperlukan? Berapa
tingkat akurasi yang diinginkan? Selanjutnya, masih bagian dari prosesanalisis: model matematika
yang cocok mesti ditentukan yang mana akan berperan ketika menghubungkan antara data
lapangan dan distribusi parameter fisis yang hendak dicari. Setelah proses analisis dilalui, langkah
berikutnya adalah membuat model bawah permukaan yang nantinya akan menjadi modal dasar
interpretasi. Ujung dari rangkaian proses ini adalah penentuan lokasi pemboran untuk mengangkat
sumber daya alam bahan tambang/mineral dan oil-gas ke permukaan. Kesalahan penentuan lokasi
berdampak langsung pada kerugian meteril yang besar dan waktu yang terbuang percuma. Dari
sini terlihat betapa pentingnya proses analisis apalagi bila segala keputusan diambil berdasarkan
data eksperimen. Prinsip-prinsip (konsep) dasar eksplorasi tersebut antara lain :

1. Target eksplorasi · Jenis bahan galian (spesifikasi kualitas) dan · Pencarian model-model
geologi yang sesuai

2. Pemodelan eksplorasi · Menggunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah


target eksplorasi, · Menentukan model geologi lokal berdasarkan keadaan lapangan, dan
mendiskripsikan petunjuk-petunjuk geologi yang akan dimanfaatkan, serta ·
Penentuan metode-metode eksplorasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
geologi yang diperoleh. Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenuhi
kaidah-kaidah dasar ekonomis dan perancangan (desain) yaitu :

1. Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harus sesuai dengan keadaan geologi
endapan yang dicari.

2. Efisien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi, yaitu dengan biaya serendah-
rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.

3. Cost-beneficial ; hasil yang diperoleh dapat dianggunkan (bankable). Model geologi


regional dapat dipelajari melalui salah satu konsep genesa bahan galian yaitu Mendala
Metalogenik, yaitu yang berkenaan dengan batuan sumber atau asosiasi batuan, proses-proses
geologi (tektonik, sedimentasi), serta waktu terbentuknya suatu endapan bahan galian. Beberapa
contoh kegiatan perencanaan eksplorasi :

1. Rencana pemetaan, mencakup ; · Perencanaan lintasan, · Perencanaan tenaga


pendukung, yang didasarkan pada keadaan geologi regional.

2. Rencana survei geofisika dan geokimia, mencakup ;

· Perencanaan lintasan,

· Perencanaan jarak/interval pengambilan data (sampling/record data), yang didasarkan


pada keadaan umum model badan bijih.

3. Perencanaan sampling melalui pembuatan paritan uji, sumuran uji, pemboran eksplorasi,
yang mencakup : Jumlah paritan uji, sumuran uji, titik pemboran eksplorasi, Interval/spasi antar
paritan (lokasi), Kedalaman/panjang sumuran/paritan, kedalaman lubang bor, Keamanan (kerja
dan lingkungan), Interval/metode sampling, dan Tenaga kerja yang didasarkan pada
proyeksi/interpretasi dari penyebaran singkapan endapan di permukaan.

4. Perencanaan pemboran inti, meliputi :

· Target tubuh bijih yang akan ditembus,

· Lokasi (berpengaruh pada kesampaian ke titik bor dan pemindahan (moving) alat),
· Kondisi lokasi (berpengaruh pada sumber air, keamanan),

· Kedalaman masing-masing lubang,

· Jenis alat yang akan digunakan, termasuk spesifikasi,

· Jumlah tenaga kerja,

· Alat transportasi, dan

· Jumlah (panjang) core box. Sedapat mungkin, pada masing-masing perencanaan tersebut
telah mengikutkan jumlah/besar anggaran yang dibutuhkan.

Gambar1.1.Contoh Hasil Seismik (Geofisika)


2. Kesalahan dalam Tahapan Eksplorasi

Tahapan eksplorasi batubara sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional Indonesia,


Amandemen 1 – SNI – 13-50141998, tentang Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Indonesia,
umumnya dilaksanakan dalam beberapa tahap:

1. Survey Tinjau

Survey tinjau merupakan tahap eksplorasi batubara yang paling awal dengan tujuan untuk
mengidentifikasi daerah-daerah yang mengandung endapan batubara yang prospek untuk
diselidiki lebih lanjut. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi studi geologi regional,
interpretasi potret udara, geofisika, dan peninjauan lapangan pendahuluan. Sebelum dilakukan
kegiatan survey tinjau, perlu dilakukan:

− Studi Literatur, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan
peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan
temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah
berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional
sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian
dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya
dapat dilihat di lapangan.

− Survey dan Pemetaan, jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia,
maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai
(peta skala 1 : 200.000 sampai 1 : 50.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan
topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat
menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang
dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang
penting

2. Prospeksi

Pada tahap ini, dilakukan pemilihan lokasi daerah yang mengandung endapan batubara yang
potensial untuk dikembangkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebaran dan potensi endapan
batubara yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Pemboran uji pada tahap ini bertujuan
untuk mempelajari stratigrafi regional atau litologi, khususnya di daerah yang mempunyai indikasi
adanya endapan batubara. Jarak antar titik bor berkisar dari 1000 sampai 3000 meter. Pada tahap
ini peta yang dipakai mulai dari 1:50.000 sampai 1:25.000.

3. Eksplorasi Pendahuluan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran awal tentang endapan batubara
yang meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi lapisan,
sebaran, struktur geologi dan sedimen, kuantitas dan kualitasnya. Jarak antar titik bor berkisar 500
– 1000 meter, skala peta yang digunakan mulai dari 1: 25.000 sampai 1:10.000. Sesuai dengan
Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No. 661.K/201/DDJP/1996 tentang Pemberian
Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum perlu dilampiri dengan
beberapa peta:

• Peta lokasi/situasi

• Peta geologi lintasan dan singkapan (skala 1:25.000)

• Peta kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit uji, pengambilan contoh
batubara (skala 1:10.000)

• Peta anomali geofisika, bila dilakukan (skala 1:10.000)

• Peta penyebaran endapan batubara dan daerah prospek (skala 1:10.000)

• Peta wilayah rencana peningkatan Kuasa Pertambangan

• Penampang sumur uji

• Penampang parit uji

• Penampang lubang bor Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran
endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan
apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau
daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi
selanjutnya.

4. Eksplorasi Rinci

Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai
prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan utama
dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (jarak antar titik bor 200 meter),
yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti
mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas
secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung
dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%). Sebelum dilakukan kegiatan ini,
dilakukan terlebih dahulu studi kelayakan dan amdal, geoteknik, serta geohidrologi. Skala peta
yang digunakan adalah 1:2.000 sampai 1:500. Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai
kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3Dimensi (panjang-lebar-
tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur
(kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa
bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi
bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya. Sesuai dengan
Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No. 661.K/201/DDJP/1996 tentang Pemberian
Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Eksplorasi perlu dilampiri dengan ebberapa
peta:

• Peta lokasi/situasi

• Peta topografi (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Peta kegiatan eksplorasi, meliputi lokasi singkapan batubara, sumur uji, parit uji, pemboran, dan
pengambilan contoh batubara (skala 1:2.000 sampai 1:10.000) − Peta geologi daerah (skala 1:500
sampai 1:2.000)

• Peta penyebaran endapan batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Peta perhitungan 2 dimensi batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Peta penyebaran kualitas, antara lain nilai kalori, kandungan abu, dan kandungan sulphur (skala
1:500 sampai 1:2.000)

• Peta isopach tanah penutup (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Peta isopach ketebalan lapisan batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Peta kontur struktur (skala 1:500 sampai 1:2.000)

• Penampang geologi

• Penampang bor

• Penampang/sketsa singkapan batubara

• Penampang perhitungan cadangan batubara

• Fotokopi hasil analisis contoh batubara dari laboratorium

• Peta wilayah rencana peningkatan dan atau penciutan Kuasa Pertambangan

Dari uraian tentang tahapan kegiatan eksplorasi diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
penyelidikan lapangan bertujuan untuk mendapatkan data tentang sifat fisik-mekanik batuan,
struktur geologi dan kondisi air tanah sampai dengan kedalaman rencana penambangan. Secara
spesifik harus dibuat laporan struktur geologi meliputi litologi, geometri dan kemiringan dari
formasi lapisan batubara, geometri dan komposisi struktur major seperti patahan, serta domain dan
orientasi dari bidang-bidang diskontinuitas. Demikian juga dengan data geoteknik terutama sifat
fisik dan mekanik dari over burden, interburden, lapisan batubara dan batuan alas. Gambaran
tentang data level air tanah, permeabelitas dan aliran air tanah artesis yang diperoleh pada waktu
kegiatan pengeboran dan pemasangan piezometer perlu juga dibuat dalam laporan tertulis.
Gambar2.1.Contoh Survey Geologi (a. Reservoir Antiklin Gambar b. Reservoir Patahan Gambar
c. Reservoir Stratigraphy Gambar d. Reservoir Kubah Garam)

3. Kesalahan dalam Kegitan Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh


informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas, dan sumber
daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
Menentukan suatu daerah prospek adalah merupakan tahapan yang penting dalam kegiatan
eksplorasi. Dalam kaitan dengan batubara, eksplorasi batubara merupakan suatu proses kegiatan
untuk menentukan lokasi endapan batubara yang prospek untuk dikembangkan, dimana selama
pelaksanaan program akan dilakukan pengambilan contoh batubara (coal sampling) untuk
dievaluasi dan dianalisis di laboratorium baik dengan pendekatan analisis kimia maupun analisis
fisika agar kualitas dan kuantitas batubara tersebut dapat diketahui dengan pasti (Blayden and
Goodwin, 1982).

Dalam melakukan kegiatan eksplorasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Tujuan Eksplorasi, antara lain untuk mengetahui :


• Melokalisasi suatu endapan bahan galian :
- Eksplorasi pendahuluan/prospeksi dan
- Eksplorasi detail
• Endapan/bijih yang dicari : sulfida, timah, bauksit, nikel, emas/perak, endapan golongan C, dll.
• Sifat tanah dan batuan :
- untuk penambangan,
- untuk konstruksi,
- dll.

2. Studi Kepustakaan, dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang :


a) Peta dasar sudah tersedia/belum.
b) Peta geologi/topografi (satelit, udara, darat).
c) Analisis regional : − Sejarah, − Struktur/tektonik, dan − Morfologi
d) Laporan-laporan penyelidikan terdahulu.
e) Teori-teori dan metode-metode lapangan yang ada.
f) Geografi :
· Kesampaian daerah (desa/kota terdekat, transportasi),
· Iklim/musim (cuaca, curah hujan/banjir),
· Sifat angin, keadaan laut, gelombang, dll.,
· Tumbuhan, binatang, dan
· Komunikasi
g) Sosial budaya dan adat istiadat :
· Sifat penduduk,
· Kebiasaan,
· Pengetahuan/pendidikan,
· Mata pencaharian, dll.
h) Hukum :
· Pemilikan tanah,
· Ganti rugi, dan
· Perizinan

3. Pemilihan Metode, metode eksplorasi yang digunakan umumnya dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu :
1. Cara tidak langsung :
• Geofisika dan
• Geokimia.
2. Cara langsung :
• Pemetaan langsung dan
• Pemboran.

4. Gabungan cara langsung dan tak langsung


Untuk memilih metoda eksplorasi batubara yang harus dilakukan, sangat ditentukan oleh
beberapa faktor antara lain:
• Kondisi umum keadaan endapan batubara tersebut
• Hasil penelitian geologi dan geofisik yang telah ada sebelum kegiatan eksplorasi dimulai
• Bentuk informasi/data yang diharapkan dari setiap tahapan eksplorasi

Eksplorasi tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu secara positif
menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian eksplorasi itu merujuk
kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari :

• Peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan mencari
prospek,
• Penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan

• Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang

Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan, lembaga
pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang mencakup mulai
dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral. Sebaliknya ada beberapa
negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum negara ini bubar) yang menggunakan istilah
eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan prospeksi untuk kegiatan penilaian ekonomi
suatu prospek (Peters, 1978). Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai berarti
keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu
hasil temuan mineralisasi.

Kegiatan eksplorasi meliputi teknik geologi dan teknik geofisika (geophysical technique).
Pada kegiatan teknik geologi, diantaranya membuat lintasan (traverse), pemetaan geologi
(geological mapping), penampang terukur stratigrafi (stratigraphical measuring section), pemetaan
topografi (topographical mapping), pemboran dan pengambilan contoh (drilling and sampling).
Pada umumnya teknik pemetaan geologi, lintasan dan penampang terukur stratigrafi kurang
dipergunakan sesudah tahap peninjauan awal (survey tinjau), prospeksi atau eksplorasi
pendahuluan dikarenakan batubara umumnya lapuk kalau tersingkap dipermukaan dan sebagian
besar lapisan batubara terdapat dibawah permukaan.

Daftar Pustaka:

 Roshinta, Astika P. 2013. Tujuan Eksplorasi. Universitas Palangka Raya.


 Barus, Yansen. 2015. Tahapan Pertambangan Prospeksi dan Eksplorasi.Universitas
Trisakti. Jakarta.
 Ryantori, Andre. 2016. Kegiatan Eksplorais. Jakarta.
(https://independent.academia.edu)

Anda mungkin juga menyukai