TUBAGUS IRFAN R. - 111.160.116 - Manajemen Eksplorasi Kelas B
TUBAGUS IRFAN R. - 111.160.116 - Manajemen Eksplorasi Kelas B
NIM : 111.160.116
1. Target eksplorasi · Jenis bahan galian (spesifikasi kualitas) dan · Pencarian model-model
geologi yang sesuai
1. Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harus sesuai dengan keadaan geologi
endapan yang dicari.
2. Efisien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi, yaitu dengan biaya serendah-
rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.
· Perencanaan lintasan,
3. Perencanaan sampling melalui pembuatan paritan uji, sumuran uji, pemboran eksplorasi,
yang mencakup : Jumlah paritan uji, sumuran uji, titik pemboran eksplorasi, Interval/spasi antar
paritan (lokasi), Kedalaman/panjang sumuran/paritan, kedalaman lubang bor, Keamanan (kerja
dan lingkungan), Interval/metode sampling, dan Tenaga kerja yang didasarkan pada
proyeksi/interpretasi dari penyebaran singkapan endapan di permukaan.
· Lokasi (berpengaruh pada kesampaian ke titik bor dan pemindahan (moving) alat),
· Kondisi lokasi (berpengaruh pada sumber air, keamanan),
· Jumlah (panjang) core box. Sedapat mungkin, pada masing-masing perencanaan tersebut
telah mengikutkan jumlah/besar anggaran yang dibutuhkan.
1. Survey Tinjau
Survey tinjau merupakan tahap eksplorasi batubara yang paling awal dengan tujuan untuk
mengidentifikasi daerah-daerah yang mengandung endapan batubara yang prospek untuk
diselidiki lebih lanjut. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi studi geologi regional,
interpretasi potret udara, geofisika, dan peninjauan lapangan pendahuluan. Sebelum dilakukan
kegiatan survey tinjau, perlu dilakukan:
− Studi Literatur, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan
peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan
temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah
berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional
sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian
dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya
dapat dilihat di lapangan.
− Survey dan Pemetaan, jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia,
maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai
(peta skala 1 : 200.000 sampai 1 : 50.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan
topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat
menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang
dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang
penting
2. Prospeksi
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan lokasi daerah yang mengandung endapan batubara yang
potensial untuk dikembangkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebaran dan potensi endapan
batubara yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Pemboran uji pada tahap ini bertujuan
untuk mempelajari stratigrafi regional atau litologi, khususnya di daerah yang mempunyai indikasi
adanya endapan batubara. Jarak antar titik bor berkisar dari 1000 sampai 3000 meter. Pada tahap
ini peta yang dipakai mulai dari 1:50.000 sampai 1:25.000.
3. Eksplorasi Pendahuluan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran awal tentang endapan batubara
yang meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi lapisan,
sebaran, struktur geologi dan sedimen, kuantitas dan kualitasnya. Jarak antar titik bor berkisar 500
– 1000 meter, skala peta yang digunakan mulai dari 1: 25.000 sampai 1:10.000. Sesuai dengan
Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No. 661.K/201/DDJP/1996 tentang Pemberian
Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum perlu dilampiri dengan
beberapa peta:
• Peta lokasi/situasi
• Peta kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit uji, pengambilan contoh
batubara (skala 1:10.000)
• Penampang lubang bor Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran
endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan
apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau
daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi
selanjutnya.
4. Eksplorasi Rinci
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai
prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan utama
dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (jarak antar titik bor 200 meter),
yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti
mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas
secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung
dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%). Sebelum dilakukan kegiatan ini,
dilakukan terlebih dahulu studi kelayakan dan amdal, geoteknik, serta geohidrologi. Skala peta
yang digunakan adalah 1:2.000 sampai 1:500. Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai
kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3Dimensi (panjang-lebar-
tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur
(kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa
bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi
bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya. Sesuai dengan
Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No. 661.K/201/DDJP/1996 tentang Pemberian
Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Eksplorasi perlu dilampiri dengan ebberapa
peta:
• Peta lokasi/situasi
• Peta kegiatan eksplorasi, meliputi lokasi singkapan batubara, sumur uji, parit uji, pemboran, dan
pengambilan contoh batubara (skala 1:2.000 sampai 1:10.000) − Peta geologi daerah (skala 1:500
sampai 1:2.000)
• Peta penyebaran kualitas, antara lain nilai kalori, kandungan abu, dan kandungan sulphur (skala
1:500 sampai 1:2.000)
• Penampang geologi
• Penampang bor
Dari uraian tentang tahapan kegiatan eksplorasi diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
penyelidikan lapangan bertujuan untuk mendapatkan data tentang sifat fisik-mekanik batuan,
struktur geologi dan kondisi air tanah sampai dengan kedalaman rencana penambangan. Secara
spesifik harus dibuat laporan struktur geologi meliputi litologi, geometri dan kemiringan dari
formasi lapisan batubara, geometri dan komposisi struktur major seperti patahan, serta domain dan
orientasi dari bidang-bidang diskontinuitas. Demikian juga dengan data geoteknik terutama sifat
fisik dan mekanik dari over burden, interburden, lapisan batubara dan batuan alas. Gambaran
tentang data level air tanah, permeabelitas dan aliran air tanah artesis yang diperoleh pada waktu
kegiatan pengeboran dan pemasangan piezometer perlu juga dibuat dalam laporan tertulis.
Gambar2.1.Contoh Survey Geologi (a. Reservoir Antiklin Gambar b. Reservoir Patahan Gambar
c. Reservoir Stratigraphy Gambar d. Reservoir Kubah Garam)
Dalam melakukan kegiatan eksplorasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
3. Pemilihan Metode, metode eksplorasi yang digunakan umumnya dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu :
1. Cara tidak langsung :
• Geofisika dan
• Geokimia.
2. Cara langsung :
• Pemetaan langsung dan
• Pemboran.
Eksplorasi tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu secara positif
menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian eksplorasi itu merujuk
kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari :
• Peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan mencari
prospek,
• Penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan
Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan, lembaga
pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang mencakup mulai
dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral. Sebaliknya ada beberapa
negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum negara ini bubar) yang menggunakan istilah
eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan prospeksi untuk kegiatan penilaian ekonomi
suatu prospek (Peters, 1978). Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai berarti
keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu
hasil temuan mineralisasi.
Kegiatan eksplorasi meliputi teknik geologi dan teknik geofisika (geophysical technique).
Pada kegiatan teknik geologi, diantaranya membuat lintasan (traverse), pemetaan geologi
(geological mapping), penampang terukur stratigrafi (stratigraphical measuring section), pemetaan
topografi (topographical mapping), pemboran dan pengambilan contoh (drilling and sampling).
Pada umumnya teknik pemetaan geologi, lintasan dan penampang terukur stratigrafi kurang
dipergunakan sesudah tahap peninjauan awal (survey tinjau), prospeksi atau eksplorasi
pendahuluan dikarenakan batubara umumnya lapuk kalau tersingkap dipermukaan dan sebagian
besar lapisan batubara terdapat dibawah permukaan.
Daftar Pustaka: