Anda di halaman 1dari 6

Nama : Diyafakhri Andriandita

NIM : 111.160.124

Kelas : E

KESALAHAN DALAM KEGIATAN EKSPLORASI

Dalam suatu kegiatan eksplorasi pasti ditemukan adanya permasalahan atau


kesalahan-kesalahan, baik itu karena faktor subyektif explorationist ataupun faktor
non-subyektif explorationist. Kesalahan-kesalahan di dalam eksplorasi menurut Popoff
(1966) terbagi menjadi tiga, yaitu kesalahan yang tergantung pada pengalaman
explorationist (kesalahan interpretasi atau analogi), kesalahan yang kurang
sempurnanya alat dan teknik yang digunakan untuk menentukan variabel meskipun alat
dan teknik sudah standar (kesalahan teknis), dan kesalahan yang terjadi akibat
kesalahan analisis (kesalahan analitis).

Ketiga jenis kesalahan tersebut dapat dijumpai pada setiap tahapan eksplorasi,
yaitu mulai dari tahap:

1. Rancangan program (program design).

2. Reconnaissance.

3. Eksplorasi target permukaan.

4. Eksplorasi target bawah permukaan.

5. Evaluasi.

Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kesalahan adalah :

1. Perencanaan kegiatan ekplorasi kurang direncanakan dengan baik.

2. Belum adanya pengalaman dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi

3. Tidak adanya yang mengendalikan kegiatan eksplorasi

4. Pengolahan dana dan pemasaran yang tidak baik.


Secara garis besar terdapat tiga pokok kesalahan, yaitu:

1. Kesalahan dalam pengambilan dan mengolah data (cara pengambilan data, korelasi

log, cara menentukan geometri objek, cara menentukan model, cara menentukan

lingkungan pengendapan,

2. Kesalahan dalam penggunaan alat (alat tidak dikalibrasi, penggunaan kompas

3. Kesalahan dalam interpretasi.

A. KESALAHAN INTERPRETASI
Menurut Kuncoro, 2009 kesalahan interpretasi tergantung dari pengalaman
explorationist, antara lain:
1. Kesalahan hipotesa yang diyakini explorationist mengenai kejadian
endapan mineral.
2. Anggapan adanya kesamaan mengenai kondisi geologi endapan
mineral.
3. Anggapan status data harus jelas. Sebagai contoh data ketebalan dapat
diperoleh dari berbagai sumber, mana yang paling akurat?
4. Korelasi log bor yang tidak mengindahkan kenya-taan sesungguhnya
obyek geofisika di lapangan.
5. Perubahan yang seragam tubuh obyek geologi sepanjang jurus dan
kemiringannya.
6. Anggapan mengenai data, karena data bisa benar atau salah.
7. Anggapan kemenerusan kedudukan lapisan batuan sepanjang on strike
maupun cross strike.
8. Perubahan skala peta topografi atau geologi harus memperhatikan
kaidah kartografi.
9. Interpretasi perubahan seragam tubuh obyek geologi. Kasus
penampang perhitungan cadangan.
10. Korelasi log bor yang tidak mengindahkan kenya-taan sesungguhnya
obyek geofisika di lapangan.
11. Model geologi obyek geofisika yang tidak sesuai, karena anggapan
kesamaan kondisi geologi.
12. Penerapan model lingkungan pengendapan yang masih bersifat umum,
Tentukan lingkungan pengendapan yang langsung mempengaruhi
aspek kualitas dan geometri obyek geofisika.
13. Kesamaan anggapan antara model geologi regional dan rinci. Wujud
dan dimensi obyek geologi, keadaan obyek geologi atau letaknya dalam
kerangka geologi tidaklah sama.
B. KESALAHAN TEKNIS
Menurut Kuncoro, 2009 penggunaan alat yang canggih, teknik yang
mutakhir. dan mahal belum tentu dapat mengatasi permasalah-an obyek geofisika.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Obyek geologi merupakan obyek non-linier karena dikendalikan oleh
faktor genetik dan proses-proses geologi yang menyertainya.
2. Alat dan teknik tetap harus dikoreksi (kalibrasi) untuk menghindari
kenaikan atau penurunan nilai dan diterapkan sesuai karakteristik alat.
3. Pengukuran topografi: peletakan prisma atau rod, penentuan interval
kontur berdasarkan aturan 1/2.000 kali skala peta.
4. Penarikan garis-garis kesamaan nilai: isopach, isocal, isosulphur,
isoash, isomoist dll.
5. Pengukuran kedudukan perlapisan antara cara dip direction dan east
(umum digunakan geologist).
6. Pengukuran stratigrafi terukur antara metode kompas-tali dan metode
Jacob staff.
7. Pengukuran ketebalan lapisan batuan pada saat dilakukan lintasan
penampang stratigrafi teru-kur, apakah variasi kemiringan dirata-rata
atau tidak.
8. Pengukuran tebal lapisan batuan, apakah pada singkapan, inti bor atau
alat ukur.
9. Plotting kedudukan dan simbol litologinya, apakah kedudukan
diletakkan di titik pengukuran atau tidak.
10. Rekonstruksi penampang geologi menggunakan tabel koreksi (umum
beredar di kalangan geologist) dan penerapan hukum V dengan kontur
struktur.
11. Standarisasi perekaman data, misal pada saat deskripsi, pembuatan
profil, kedudukan lapisan dll.
12. Peta lintasan dan lokasi pengamatan adalah fakta lapangan, belum ada
analisis di dalamnya.
13. Peta geologi, apakah bermakna 2 atau 3 dimensi?
14. Kedudukan perlapisan batuan bermakna bidang atau titik? Pengukuran
pada bidang perlapisan.
15. Pengelompokkan jenis data, misal data kekar, cleat pada batubara,
primer atau sekunder dll.
16. Perhitungan luas dengan planimeter (manual atau digital) dan metode
koreksinya apakah minimal dilakukan 2 kali dengan arah yang
berlawanan atau variasi pembacaan di bawah 2% dari rata-rata.
17. Penentuan koordinat (posisi dan elevasi) apakah cara grafis, GPS biasa
atau GPS Trimble 2000.
18. Membandingkan penampang bor dan penampang log sumur
(reconsiled).
C. KESALAHAN ANALITIS
Menurut Kuncoro,2009 kesalahan yang ditimbulkan akibat kesalahan
analisis, yaitu akibat anggapan bahwa obyek geofisika dapat di statistik atau dirata-
rata tanpa memperhatikan aspek genetik dari obyek geofisika tersebut, dan obyek
geofisika adalah obyek yang non linier. Di bawah ini adalah contoh-contoh
kesalahan analitis :
1. Analisis data kedudukan lapisan batuan, misal pada analisis struktur
lipatan.
2. Pembagian blok yang tidak seimbang sesuai hukum rata-rata, berakibat
kesalahan perhitungan cadangan.
3. Pemilihan metode yang tidak sesuai karakteristik endapan batubara,
misal metode pengambilan contoh atau perhitungan cadangan.
4. Penentuan kandungan/kadar batubara/endapan mineral memerlukan
banyak pertimbangan karena kandungan/kadar suatu endapan
batubara/mineral tidak selalu sama, baik secara vertikal maupun lateral.
5. Pengambilan contoh harus dapat dipertanggungjawab kan mengarah
pada kendali kualitas dan tidak pada produksi.
6. Hal ini harus dipikirkan secara sadar terhadap masalah dan kesalahan
yang mendasar untuk mengurangi terjadinya kesalahan.
7. Hasil pengambilan contoh dengan nilai kadar (angka) yang besar
menunjukkan sumber kesalahan yang potensial.
8. Pertimbangan pembobotan dalam perhitungan tonase (berat). Apakah
berdasarkan metode aritmatik sederhana atau rerata perhitungan,
pembobotan –pembobotan tebal (rerata tebal), luas (rerata luas),
volume (rerata volume) atau tonase (rerata berat).
9. Ukuran contoh dapat memberikan pengaruh ketelitian pada
pengambilan contoh. Contoh besar memerlukan perkiraan yang akurat
dibandingkan contoh kecil.
D. UPAYA MENGATASI KESALAHAN DALAM EKSPLORASI
1. Faktor subyektif explorationist memegang peran besar sebagai sumber
timbulnya kesalahan.
2. Explorationist sekaligus dapat berperan penting untuk mengatasi kesalahan-
kesalahan yang muncul.
3. Explorationist harus memperhatikan keseluruhan perolehan data, pemilahan
jenis data, pemrosesan data, penentuan metode, peralatan dan analisis data dari
seluruh rangkaian kegiatan eksplorasi.
Eksplorasionist harus mampu Memastikan kondisi target eksplorasi dan
kondisi geologinya, antara lain :

1. Meliputi karakteristik target eksplorasi dan proses-proses geologi yang


mengendalikannya berdasarkan pendekatan konsep eksplorasi (model
geologi dan model eksplorasi).
2. Tujuannya untuk mengetahui secara lebih baik ukuran, bentuk,
sebaran, kemenerusan dan kadar atau kualitas target eksplorasi .
3. Memaksimalkan kelengkapan dan tingkat kepercayaan data eksplorasi.
4. Standarisasi untuk perolehan, pemrosesan dan analisis data eksplorasi.
5. Cermati metode eksplorasi dan kemampuan personil.
6. Apabila perencanaan eksplorasi tidak baik atau eksplorasi dilaksanakan
secara berlebihan, maka dapat berakibat pada kelebihan data yang tidak
diperlukan.
7. Menentukan tingkat ketelitian yang merupakan derajat kebenaran yang
dikehendaki dan tergantung kepada sistem eksplorasi. Berdasarkan
jenis dan kerapatan pengambilan contoh, dan penentuan ketepatan data
dari sudut pandang geologi, bentuk geometri tubuh endapan mineral,
macam pola sebaran, faktor-faktor kesalahan dan kategori cadangan.
8. Perhitungan sumberdaya tahap pendahuluan cukup menggunakan
metode sederhana karena hasilnya diperlukan segera, bersifat awal dan
perkiraan umum,
9. Perhitungan cadangan untuk perancangan tambang, diperlukan
perhitungan lengkap, memperhatikan sistem penambangan, dan
keekonomian.

Anda mungkin juga menyukai