Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
OLEH:
BERTHA SILVIA JUNIASI
PO.62.20.1.16.124
Kasus 1
Tn. J, 39 tahun, IMT 34 kg/m2, tekanan darah 125/80 mmHg. Selama ini Tn. J tidak
merasakan keluhan apa-apa. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan HDL 30 mg/dl,
trigliserida 185 mg/dl, LDL 185 mg/dl; GDP = 111 mg/dl. Satu minggu kemudian
pemeriksaan GDP 115 mg/dl.
Aktivitas 1
Identifikasi kata kunci dan data tambahan pada kasus prediabetes secara mandiri.
4. Trigliserida adalah zat lemak dalam darah yang disimpan dalam sel lemak tubuh, jika
kadarnya berlebih bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit. Kadar trigliserida terbilang
normal jika kurang dari 150 mg/dL, masuk kategori batas tinggi jika nilainya 150-199 mg/dL,
masuk kategori tinggi jika nilainya 200-499 mg/dL dan kategori sangat tinggi jika nilainya 500
mg/dL atau lebih.
Pada kasus diatas kadar Trigliserida Tn. J termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai
185 mg/dl.
5. Tekanan Darah
Normal : (Sistolik: 90-119; Diastolik: 60-79)
Pre-Hipertensi : (Sistolik: 120-139; Diastolik: 80-89)
Hipertensi derajat I : (Sistolik: 140-159; Diastolik: 90-99)
Hipertensi derajat II : (Sistolik: ≥160; Diastolik: ≥100)
Krisis Hipertensi : (Sistolik: ≥180; Diastolik: ≥130)
Pada kasus diatas nilai tekanan darah Tn. J termasuk dalam kategori pre-hipertensi
dengan nilai 125/8 mg/dl.
7. Data Tambahan
a. Warna kulit (cenderung menggelap/acanthosis nigricans, terutama di sekitar leher, ketiak,
siku, lutut, buku jari)
b. Lingkar pinggang
c. Riwayat keluarga dengan DM
d. Pola aktivitas
e. Pola makan dan istirahat
f. Tes hemoglobin A1c (HbA1c)
g. Tes toleransi glukosa oral (2 jam PP)
Aktivitas2
Identifikasi masalah keperawatan pada kasus prediabetes secara mandiri berdasarkan data
subyektif dan data obyektif.
a. Data Subjektif
Klien tidak merasakan keluhan apa-apa.
b. Data Objektif
Tekanan Darah: 125/80 mmHg
IMT 34 kg/m2
HDL 30 mg/dl
trigliserida 185 mg
LDL 185 mg/dl
GDP = 111 mg/dl
GDP 115 mg/dl (1 minggu setelahnya)
c. Masalah Keperawatan
1. Resiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
2. Defisit Pengetahuan
Aktivitas 3
Identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dan faktor risiko pada kasus prediabetes dengan
menggunakan pohon masalah.
Faktor risiko pada prediabetes sama seperti faktor risiko pada diabetes tipe 2 :
Defesiensi insulin
Retensi Insulin
Hiperglikemia
Informasi In Adekuat
Aktivitas 4
Identifikasi hal-hal yang harus dipelajari pada kasus prediabetes secara mandiri
Prediabetes adalah kondisi saat kadar gula dalam darah sudah melebihi batas normal namun
belum dikategorikan ke diabetes tipe 2.
Tanda & Gejala Prediabetes
Dalam kebanyakan kasus, prediabetes tidak memiliki gejala. Jika kondisi menunjukkan gejala,
mungkin meliputi:
a. Lebih cepat haus
b. Sering buang air kecil
c. Kelelahan
d. Penglihatan buram
Satu tanda umum yang dimiliki pengidap prediabetes adalah perubahan warna kulit. Warna
kulit mereka cenderung menggelap (acanthosis nigricans), terutama di sekitar leher, ketiak, siku,
lutut, dan buku jari.
Penyebab
Prediabetes terjadi saat gula (glukosa) mulai menumpuk dalam aliran darah karena tubuh tidak
bisa mengolahnya dengan baik. Pada penderita prediabetes, proses tersebut terganggu. Glukosa
yang seharusnya masuk ke sel tubuh untuk diolah menjadi energi, semakin menumpuk di aliran
darah. Hal tersebut terjadi karena pankreas tidak banyak menghasikan insulin, atau karena resistensi
insulin, yaitu ketika sel tubuh tidak bisa memanfaatkan insulin dengan seharusnya. Jika kondisi ini
terus berlanjut, kadar gula dalam darah akan terus meningkat, sehingga penderita prediabetes akan
terserang diabetes tipe 2.
Faktor-Faktor Risiko
a. Berat badan. Kelebihan berat badan adalah faktor risiko primer diabetes, termasuk orang
dengan indeks massa tubuh di atas 25.
b. Lingkar pinggang. Lingkar pinggang yang besar dapat mengindikasikan resistensi insulin.
c. Tidak aktif. Semakin Anda tidak aktif, semakin meningkat risiko prediabetes seiring
bertambahnya usia, terutama setelah usia 45 tahun.
d. Riwayat keluarga. Risiko prediabetes meningkat jika orangtua atau saudara mengidap
diabetes tipe 2.
e. Ras. Walaupun penyebabnya tidak jelas, orang ras tertentu—termasuk Afrika, Hispanik,
Indian, Asia, dan Kepulauan Pasifik—lebih berisiko mengembangkan prediabetes.
f. Diabetes gestasional. Jika Anda terkena diabetes gestasional selagi Anda hamil, risiko
berkembangnya diabetes selanjutnya meningkat. Bila Anda melahirkan bayi berbobot lebih
dari 4,1 kg, risiko Anda terkena diabetes juga bertambah.
g. Sindrom polycystic ovary. Pada wanita, memiliki sindrom polycystic ovary—kondisi umum
dengan ciri-ciri periode menstruasi tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebih, dan
obesitas—meningkatkan risiko diabetes.
h. Sleep apnea. Sleep apnea adalah kelainan tidur yang menyebabkan pernapasan terganggu
berulang kali selama tidur, mengakibatkan kualitas tidur yang buruk. Orang dengan jam kerja
yang berubah atau mendapatkan giliran kerja di malam hari, yang mungkin menyebabkan
gangguan tidur, mungkin juga lebih berisiko terkena prediabetes atau diabetes tipe.
Diagnosis Prediabetes
Ada tiga tes darah yang umumnya dilakukan oleh dokter untuk mengetahui apakah seseorang
mengalami kondisi prediabetes atau diabetes tipe 2.
a. Tes gula darah puasa (GDP)
Pasien akan diminta berpuasa antara 8 hingga 12 jam sebelum menjalani tes darah. Kadar
gula darah puasa pada pasien dinilai normal jika masih di bawah 100 mg/dL, dan baru
memasuki kondisi prediabetes jika kadarnya antara 100 hingga 125 mg/dL. Pasien akan
dianggap sudah dalam kondisi diabetes tipe 2 jika kadar gula darah puasa di atas 126 mg/dL.
b. Tes toleransi glukosa oral (2 jam PP)
Setelah sampel darah diambil untuk pemeriksaan tes gula darah puasa, pasien akan diminta
meminum cairan gula, kemudian pengambilan sampel darah akan dilakukan lagi dua jam
setelahnya.
Kadar gula darah dapat dikatakan normal jika hasil tes menunjukkan kurang dari 140 mg/dL,
dan baru dianggap memasuki kondisi prediabetes jika hasil tes berkisar antara 140 hingga
199 mg/dL. Sedangkan hasil tes yang menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih sudah
menandakan pasien menderita diabetes tipe 2.
c. Tes hemoglobin A1c (HbA1c)
Tes darah ini dilakukan untuk mengetahui kadar rata-rata gula darah dalam 3 bulan terakhir,
dengan mengukur persentase gula darah yang melekat pada sel darah merah. Semakin tinggi
kadar gula darah, maka semakin tinggi pula gula darah yang melekat di sel darah merah.
Kondisi pasien dapat dikatakan normal jika kadar HbA1c berada di bawah 5,7%. Pasien baru
dianggap memasuki kondisi prediabetes jika kadar HbA1c berada pada kisaran 5,7 hingga
6,4%, dan sudah masuk ke diabetes tahap 2 jika kadar HbA1c 6,5% ke atas.
Pengobatan Prediabetes
Pengobatan bagi penderita prediabetes adalah dengan mulai menjalani gaya hidup sehat. Selain
bisa menormalkan kembali kadar gula darah, gaya hidup sehat juga bisa mencegah prediabetes
berkembang menjadi diabetes tipe 2.
Penderita prediabetes bisa memulai gaya hidup sehat dengan memperbanyak aktivitas fisik.
Pilihlah olahraga yang tidak terlalu menyita tenaga, dan lakukan selama 30 hingga 60 menit
beberapa hari dalam seminggu. Olahraga akan membuat tubuh menggunakan glukosa sebagai
energi sehingga mencegah penumpukan glukosa dalam darah, dan bisa menurunkan berat badan
berlebih. Mengurangi berat badan 5 hingga 10 persen dari keseluruhan berat badan bisa
menurunkan risiko diabetes tipe 2 pada penderita prediabetes.
Pada saat yang sama, ubah menu makanan dari yang selama ini menjadi penyebab tingginya
kadar gula dalam darah, ke menu makanan sehat. Pilihlah menu makanan yang berserat tinggi,
namun rendah lemak dan kalori. Selain itu, kurangi konsumsi alkohol, membatasi asupan garam
tidak lebih dari 1500 mg per hari, dan juga mengurangi makanan manis.
Aktivitas 5
Susunlah diagnose keperawatan pada kasus prediabetes secara mandiri
1. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan kurang terpapar informasi
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan berubahnya status kesehatan
Aktivitas6
Susunlah rencana keperawatan pada kasus prediabetes secara mandiri
ManajemenHiperglikemi
1. Monitor kadar gula daraah, sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi: poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan, latergi, malaise,
pandangan kabur atau sakit kepala.
3. Monitor ketourin, sesuai indikasi.
4. Brikan insulin sesuai resep
5. Dorong asupan cairan oral
6. Batasi aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih dari 250mg/dl, khusus jika ketourin terjadi
7. Dorong pemantauan sendiri kadar glukosa darah
8. Intruksikan pada pasien dan keluarga mengenai manajemen diabetes
9. Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan regimen latihan
Modifikasi Perilaku
1. Tentukan motivasi pasien untuk perubahan perilaku
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan
3. Dukung untuk mengganti kebiasaan yang tidak diinginkan dengan kebiasaan yang diinginkan
4. Tawarkan penguatan yang positif dalam pembuatan keputusan mandiri pasien