Anda di halaman 1dari 18

OLEH :

Dr. Vita Yunita Sutanto


Dr. Monica Theresia Yoliando
PT. ICS MEDIKA LESTARI
DIFTERI

• Difteri ialah infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit.

• Menyebabkan ribuan kematian dan masih mewabah di daerah-daerah


dunia yang belum berkembang.

• Orang yang selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot


tertentu dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal

• Anak-anak yang berumur 1 sd 10 tahun sangat peka terhadap penyakit ini.


SEJARAH DIFTERI DI INDONESIA
• Ratusan tahun lalu dan telah mewabah di banyak negara.

• Tahun 1920 an dan 1930 an diperkenalkan sebagai penyakit Difteri

• Data World Health Organization (WHO) tentang


penyakit difteri menunjukkan jumlah kasus difteri di Indonesia naik
turun sejak 1980-an

• Kembali pada 2017 di Indonesia, Bangladesh dan Yaman

• Sejak Januari hingga November 2017 tercatat 593 kasus difteri,


tersebar di 95 kabupaten dan kota di 20 provinsi, dengan angka
kematian 32 kasus.
KASUS DIFTERI DI INDONESIA

Di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta Pusat,


dari 33 pasien difteri, 11 orang diantaranya adalah pasien dewasa
PENYEBAB
Disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.

Pada kultur, kelompok bakteri


ini akan berhubungan satu
sama lain

4th biotype Bifanti – has also been described


PERJALANAN PENYAKIT
Perjalanan Penyakit Corynebacterium diphtheriae menimbulkan
Difteri :

 Bakteri hidup pada Sistem Pernafasan bagian atas


 Terutama tonsil, sinus dan lain-lain yang sedang mengalami peradangan
 Bakteri bisa hidup pada daerah vulva, telinga dan kulit.

 Membentuk Selaput yang melekat erat pada dasarnya.


 Selaput mengeluarkan EKSOTOKSIN (Racun)

 Selaput akan menunjang perkembang-biakan kuman dan produksi toksin


selanjutnya
 Selaput menyebar dari Tenggorokan atau Amandel ke seluruh sistem
pernafasan bagian atas  gejala yang lebih berat.

 Kelenjar getah bening sekitarnya akan mengalami pembengkakan dan


mengandung Racun
PERJALANAN PENYAKIT

Komplikasi dari Racun Difteri :


 Mengenai Jantung  miokarditis toksik
 Mengenai jaringan saraf tepi  kelumpuhan otot-otot pernafasan
 Menghambat pembentukan protein sel  nekrosis (kematian jaringan)
lokal pada hati dan ginjal
 Menimbulkan nefritis interstitialis (jarang sekali).

Kematian disebabkan oleh :


1. Sumbatan selaput pada laring dan trakea
2. Gagal jantung
3. Gagal pernafasan
4. Bronkopneumonia.

PROGNOSIS :
1. Setelah diobati 1 dari 10 penderita difteri biasanya meninggal dunia.
2. Jika tidak diobati, jumlah kematian bisa meningkat menjadi 1:2
GEJALA DIFTERI
• Masa inkubasi (rentang waktu sejak bakteri
masuk ke tubuh sampai gejala) muncul 2
hingga 5 hari.

• Terbentuknya Selaput berwarna abu-abu


yang menutupi tenggorokan dan amandel.
• Demam dan menggigil.
• Sakit tenggorokan dan suara serak.
• Sulit bernapas atau napas yang cepat.
• Pembengkakan kelenjar getah bening pada
leher.
• Lemas dan lelah.
• Pilek. Awalnya cair, tapi lama-kelamaan
menjadi kental dan terkadang bercampur
darah.
• Dapat menyebabkan luka seperti borok
(ulkus). Ulkus tersebut akan sembuh dalam
beberapa bulan, tapi biasanya akan
meninggalkan bekas pada kulit.
Selaput dan
pembengkakan
dapat menghambat
jalan nafas
PENULARAN
Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan mudah, terutama bagi orang
yang tidak mendapatkan vaksin difteri.

Kuman difteri disebarkan


dengan cara :
1. Menghirup cairan
dari mulut atau hidung orang yang
terinfeksi

2. Dari jari-jari misalnya mainan atau


pakaian dan handuk yang
terkontaminasi, barang2 lainnya

3. Dari Makanan dan minuman yang


terkontaminasi penderita.

4. Sentuhan langsung pada luka borok


(ulkus) akibat difteri di kulit
penderita
FAKTOR RESIKO
Faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena
difteri, yaitu:

1. Lokasi tempat tinggal


2. Tidak mendapat vaksinasi difteri terbaru
3. Mendapatkan Vaksin tetapi Vaksinnya sudah rusak, palsu, tidak sesuai
dosisnya
4. Memiliki gangguan sistem imun, seperti AIDS
5. Memiliki sistem imun lemah, misalnya anak-anak atau orang tua
6. Tinggal di kondisi yang padat penduduk atau tidak higienis
IMUNISASI

• Difteri termasuk salah satu penyakit


yang dapat dicegah dengan
imunisasi

• Program imunisasi DPT (Difteri,


Pertusis dan Tetanus) diwajibkan
pemerintah Indonesia.

• Sebelum usia 1 tahun, anak


diwajibkan mendapat 3 kali imunisasi
DTP.
CAKUPAN IMUNISASI DIFTERI DI INDONESIA

Hampir 90% dari


orang yang
terinfeksi, tidak
memiliki riwayat
imunisasi difteri
yang lengkap.
Kapan harus periksa ke dokter ?

1. Bila Anda atau anak Anda terkena kontak dengan seseorang


yang memiliki difteri.
2. Bila Anda tidak tahu apakah Anda atau anak Anda telah diberi
vaksin difteri atau belum, segera atur jadwal pertemuan dengan
dokter.
DIAGNOSA DAN TERAPI

DIAGNOSA

1. Riwayat Medis  Apakah ada Kontak dengan penderita Difteri ?


2. Pembengkakan pada kelenjar limfa
3. Lapisan abu-abu pada tenggorokan dan amandel  wd/ difteri.
4. Biopsi

TERAPI
1. Antitoksin, untuk melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri.
2. Pada pasien dengan alergi, biasanya dokter akan memberi
dosis antitoksin yang rendah dan meningkatkan kadar secara
bertahap.
3. Antibiotik untuk membantu mengatasi infeksi.
4. Obat-obat simptomatik
5. Vaksin difteri ulangan setelah sehat, untuk membangun
pertahanan terhadap bakteri difteri.
6. Isolasi Rawat Inap (anjuran : sebaiknya di rawat di RS)
PENCEGAHAN

6
INFORMASI VAKSINASI
Anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali :
• Usia 2 bulan
• Usia 3 bulan
• Usia 4 bulan
• Usia 18 bulan
• Usia 4-6 tahun.

Untuk anak usia di atas 7 tahun


Diberikan vaksinasi Td atau Tdap.
Vaksin Td/Tdap akan melindungi terhadap tetanus,
difteri, dan pertusis
Harus diulang setiap 10 tahun sekali.
Ini juga termasuk untuk orang dewasa.

Anda mungkin juga menyukai