Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Zata Amalia Siregar NPM 1706104451
Menyetujui,
Pembimbing Lapangan
Indra Irianto
Badge No. 3022136
ii Universitas Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Zata Amalia Siregar NPM 1706104451
Menyetujui, Mengetahui,
Pembimbing Kerja Praktik Koordinator Kerja Praktik
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
karunia dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan kerja praktik di lingkungan
PT Pupuk Kujang Cikampek dengan hasil berupa laporan Kerja Praktik (KP) di PT
Pupuk Kujang Cikampek disertai dengan tugas khusus yang berjudul “Evaluasi
Kinerja Ammonia Converter 105-D di Unit Ammonia 1A”.
Laporan kerja praktik ini dibuat sebagai hasil dari pelaksanaan kerja praktik
di Unit Ammonia 1A yang berlangsung pada 01 Juli 2019 hingga 02 Agustus 2019.
Kerja praktik ini bertujuan untuk memenuhi syarat kurikulum semester VII pada
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia dan mempelajari sistem kerja
serta proses pada PT Pupuk Kujang Cikampek , khususnya di Unit Ammonia 1A.
Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan hasil
kerja praktik ini, khususnya kepada :
1. Orang tua dan adik-adik yang selalu memberikan dukungan dan doa
2. Bapak Dr. Ir. Asep Handaya Saputra, M.Eng., selaku Ketua Departemen Teknik
Kimia Universitas Indonesia
3. Bapak Ir. Yuliusman, M.Eng., selaku Koordinator Kerja Praktik Departemen
Teknik Kimia Universitas Indonesia
4. Bapak Dr. Ir. Setiadi, M.Eng., selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktik
5. Bapak Indra Irianto, selaku Superintendent Ammonia 1A dan pembimbing
lapangan kerja praktik
6. Seluruh karyawan PT Pupuk Kujang Cikampek yang telah memberikan arahan,
bimbingan, dan pengawasan selama penulis melaksanakan kerja praktik
Demikian laporan ini dibuat, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca.
Penulis
iv Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
v Universitas Indonesia
3.3.2 Unit Water Treatment ..................................................................... 50
3.3.3 Unit Pembangkit Uap Air Bertekanan (Steam) ............................... 58
3.3.4 Unit Pembangkit Listrik .................................................................. 61
3.3.5 Air Pendingin .................................................................................. 62
3.3.6 Unit Penyedia Udara Instrumen dan Pabrik (Instrument Air/Plant
Air) 64
3.3.7 Pengolahan Air Limbah .................................................................. 67
3.4 Unit Kerja Bagging .............................................................................. 70
BAB IV TUGAS KHUSUS ................................................................................. 72
4.1 Pendahuluan ......................................................................................... 72
4.1.1 Latar Belakang ................................................................................ 72
4.1.2 Permasalahan................................................................................... 72
4.1.3 Tujuan Tugas Khusus ...................................................................... 73
4.2 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 73
4.2.1 Reaktor Fixed Bed ........................................................................... 73
4.2.2 Ammonia Converter ........................................................................ 74
4.2.3 Katalis Ammonia Converter ............................................................ 78
4.3 Metodologi ............................................................................................. 80
4.3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 80
4.3.2 Jenis Data ........................................................................................ 80
4.3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 80
4.3.4 Metode Perhitungan Kinerja dan Kondisi Operasi Ammonia
Converter ....................................................................................................... 81
4.4 Data Hasil Pengamatan........................................................................ 84
4.4.1 Data Desain ..................................................................................... 84
4.4.2 Data Aktual ..................................................................................... 85
4.5 Hasil dan Pembahasan ......................................................................... 86
4.5.1 Hasil Perhitungan Berdasarkan Data Desain .................................. 86
4.5.2 Hasil Perhitungan Berdasarkan Aktual ........................................... 86
4.5.3 Pembahasan ..................................................................................... 89
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 97
LAMPIRAN ......................................................................................................... 99
vi Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
1 Universitas Indonesia
2
ammonia. Saat ini PT Pupuk Kujang memiliki 2 lokasi pabrik yaitu Kujang 1A dan
Kujang 1B dengan kapasitas total produksi urea per tahun yaitu 1.140.000 MT.
Setiap pabrik mempunyai proses yang berbeda-beda dan dalam operasinya banyak
menerapkan ilmu Teknik Kimia sehingga tepat untuk dijadikan sebagai tempat
pelaksanaan kegiatan Kerja Praktik (KP).
Oleh karena itu, melalui kerja praktik ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui proses yang terjadi dalam industri produksi pupuk yang ada di PT
Pupuk Kujang. Penerapan ilmu yang diperoleh selama di lapangan berguna untuk
menambah pengalaman tentang proses yang ada, serta meningkatkan pemahaman
keilmuan dan keterampilan dasar sebagai mahasiswa Teknik Kimia.
1.2 Tujuan Kerja Praktik
Tujuan yang ingin dicapai pada kerja praktik ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi mata kuliah Kerja Praktik yang diwajibkan bagi mahasiswa
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia
2. Mengadakan studi mengenai penerapan ilmu Teknik Kimia yang diperoleh di
perkuliahan pada industri
3. Mengetahui dan memahami proses produksi dan penggunaan teknologi yang
diterapkan oleh PT Pupuk Kujang khususnya pada Unit Ammonia 1A.
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
3 Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
1. Mengolah bahan-bahan mentah berupa gas alam dan udara menjadi bahan-
bahan pokok yang diperlukan guna pembuatan pupuk dan bahan-bahan kimia
lainnya, serta mengolah bahan pokok tersebut menjadi berbagai jenis pupuk dan
hasil barang kimia lainnya.
2. Menyelenggarakan pemberian jasa studi penelitian, pengembangan,
engineering, pergudangan, angkutan dan ekspedisi, pengoperasian pabrik,
konstruksi, manajemen, pemeliharaan, latihan-pendidikan, konsultasi dan jasa
teknik lainnya dalam sektor pupuk serta industri kimia lainnya.
3. Menyelenggarakan kegiatan distribusi dan perdagangan, baik dalam maupun
luar negeri yang berhubungan dengan produk ammonia, urea, NPK dan produk
lainnya.
PT Pupuk Kujang didirikan pada tanggal 9 Juni 1975 dengan dana US$ 260
juta yang merupakan pinjaman dari Pemerintah Iran sebesar US$ 200 juta, serta
Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) Indonesia sebesar US$ 60 juta. Pada bulan
Oktober, flashing (pembersihan alat) dan start-up sudah bisa dilakukan oleh :
1. Kellog Overseas Corporation dari Amerika Serikat dengan tugas-tugas teknik,
desain, pengaturan tata letak, start-up dari pabrik ammonia dan utilitas,
konstruksi dari pabrik urea.
2. Toyo Engineering Corporation dari Jepang dengan tugas-tugas teknik,
pengaturan tata letak, pengawasan konstruksi dan koordinasi dari pabrik urea.
Pada tanggal 7 November 1978 PT Pupuk Kujang pada pabrik ammonia
sudah menghasilkan produksi pertama kali dengan kapasitas sebagai berikut :
1. 1000 ton/hari (330.000 ton/tahun) pabrik ammonia
2. 1725 ton/hari (570.000 ton/tahun) pabrik urea
3. 30 ton/hari (9.900 ton/tahun) hasil samping ammonia
Pembangunan Pabrik Kujang 1A (pabrik Pupuk Kujang pertama) ini berhasil
dibangun selama 36 bulan dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 12 Desember 1978. PT Pupuk Kujang merupakan anak perusahaan BUMN
Pupuk di Indonesia yaitu PT Pupuk Indonesia Holding Company dan pada tanggal
1 April 1979 PT Pupuk Kujang mulai diresmikan.
Sejalan dengan perkembangan dan usia pabrik yang semakin tua, membawa
konsekuensi kepada pembebanan biaya pemeliharaan yang semakin tinggi dan
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
industri karet, bahan pembantu pada industri tekstil dan penyamakan kulit.
Pabrik Asam Formiat mulai beroperasi dengan kapasitas 11.000 MT per tahun.
2. PT Kujang Sud-Chemie Catalyst (Pabrik Katalis)
Pabrik ini didirikan dengan maksud untuk mendukung industri pupuk, refinery
dan metanol. Produksinya diutamakan untuk mencukupi kebutuhan dalam
negeri dengan kapasitas 1.100 ton/tahun dan dikelola oleh PT Kujang Sud-
Chemie Catalyst (PT KSC).
3. PT Peroksida Indonesia Pratama (Hidrogen Peroksida)
Pabrik Hidrogen Peroksida didirikan dengan tujuan memanfaatkan gas
hidrogen dari unit Recovery PT Pupuk Kujang sebagai bahan baku. Hidrogen
Peroksida banyak digunakan sebagai bahan pemutih pada industri tekstil dan
industri kertas. Beroperasi sejak tanggal 1 Januari 1991 dengan kapasitas
16.000 ton/tahun dan dikelola oleh PT Peroksida Indonesia Pratama (PT PIP).
4. PT Multi Nitrotama Kimia (Pabrik Amonium Nitrat)
Pabrik ini didirikan untuk memanfaatkan bahan baku berupa ammonia dari PT
Pupuk Kujang dengan menghasilkan amonium nitrat digunakan sebagai bahan
baku dalam pembuatan bahan peledak. Pabrik ini menghasilkan kapasitas asam
nitrat sebesar 55.000 ton/tahun dan amonium nitrat 33.000 ton per tahun.
5. PT Kawasan Industri Kujang Cikampek (KIKC)
PT Kawasan Industri Kujang Cikampek (KIKC) adalah anak perusahaan PT
Pupuk Kujang yang telah berdiri pada tahun 1990 untuk mengelola kawasan
industri di komplek PT Pupuk Kujang dengan luas area 140 Ha.
Mengingat biaya produksi pupuk urea masih lebih tinggi dari Harga Eceran
Tertinggi (HET), maka Pemerintah memberikan subsidi melalui Peraturan Menteri
Keuangan No.122/KMK.02/2006 tanggal 7 Desember 2006, tentang Tata Cara
Perhitungan dan Pembayaran Subsidi Pupuk Tahun Anggaran 2006 mengubah pola
subsidi gas menjadi subsidi harga, dalam subsidi harga tersebut besaran subsidi dari
pemerintah terhadap industri pupuk adalah seluruh biaya produksi termasuk harga
bahan baku utama yaitu gas alam ditambah margin 10 % dan biaya distribusi
dikurangi dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).
Sesuai Peraturan Menteri Perdagangan No. 17/MDAG/PER/6/2011, tentang
Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi, dan Surat Direktur Utama PT Pupuk
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Berikut adalah penjabaran lebih lanjut dari visi dan misi dari PT Pupuk
Kujang yang lain adalah sebagai berikut :
• Ingin menyejahterakan pertanian Indonesia
• Membangun perekonomian negara melalui pemberdayaan pupuk sebagai salah
satu jalan untuk penggerak pembangunan.
• Memanfaatkan sumber daya untuk kelangsungan habitat lingkungan yang sehat.
• Memberikan pengenalan tentang bagaimana pentingnya pupuk untuk pertanian
pada para petani.
• Mengolah bahan kimia agar bisa bermanfaat bagi sektor atau unit yang
membutuhkan.
• Memperlancar perekonomian negara dengan pihak luar karena PT Pupuk
Kujang pun mengekspor hasil dari pengolahan pupuk dan bahan-bahan kimia.
Sesuai dengan salah satu visi dan misi dari BUMN maka PT Pupuk Kujang
telah melakukan pembinaan kepada pengusaha kecil dan koperasi pembinaan di
berikan kepada dua kelompok usaha kecil antara lain :
a. Usaha yang menghasilkan barang yang berpotensi untuk pasar dalam negeri
maupun ekspor seperti kerajinan keramik, batu aji, dan lain-lain.
b. Usaha kecil yang menghasilkan barang yang di pakai oleh PT Pupuk Kujang
seperti suku cadang pabrik dan lain-lain. Bentuk bantuan yang di berikan
kepada usaha kecil dan koperasi berupa :
• Manajerial berupa pembinaan dalam mengelola usaha agar pengusaha
menjadi maju dan mandiri dalam mengembangkan usahanya.
• Teknik produksi berupa diklat maupun bimbingan dalam peningkatan mutu
produk, penelitian bahan dan alat pertanian yang sering di gunakan.
• Manajerial berupa pembinaan dalam mengelola usaha agar pengusaha
menjadi maju dan mandiri dalam mengembangkan usahanya.
• Teknik produksi berupa diklat maupun bimbingan dalam peningkatan mutu
produk, penelitian bahan dan alat pertanian yang sering di gunakan.
• Pinjaman untuk modal kerja dan peralatan dengan bunga rendah agar lebih
terjangkau oleh masyarakat kecil dalam mengembangkan usahanya.
• Promosi pemasaran agar hasil produk mereka bisa di kenal lebih luas oleh
masyarakat.
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
BAB III
TINJAUAN OPERASI DAN UNIT OPERASI
19 Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
3. Desulfurisasi
Belerang merupakan racun bagi katalis di Primary Reformer dan
Secondary Reformer. Penghilang belerang dilakukan 2 tahap yaitu di Cobalt
Moly Hydrotreater (101-D) dan di Zinc Oxyde Guard Chamber (108-D). di
Cobalt-Moly Hydrotreater, senyawa belerang direaksikan dengan gas H2
menjadi H2S seperti reaksi berikut ini:
RSH + H2 → RH + H2S
RSR + H2 → RH + RH + H2S
Hidrogen sebagai reaktan diperoleh dari recycle gas sintesis, yang
dimasukkan ke Cobalt-Moly Hydrotreater Bersama-sama dengan gas alam
yang telah dipanaskan di feed pre heat coil Primary Reformer. Gas alam perlu
dipanaskan karena reaksi di atas dapat berjalan baik bila suhunya 400oC Cobalt-
Molybdenum sebanyak 28,3 m3. Kadar CO2 yang masuk tidak boleh melebihi
5 % karena dapat menyebabkan reaksi eksotermis:
CO2 + H2 → CO + H2O + O
CO + 3 H2 → CH4 + H2O + O
Panas yang timbul dari reaksi tersebut dapat menaikkan suhu di katalis
dan menyebabkan katalis rusak. Suhu gas keluar sekitar 390-405oC (TI-51) dan
tekanannya 35-43 kg/cm2 (PI-209). Gas ini lalu dimasukkan ke Zinc Oxide
Guard Chamber (108-D) yang berisi katalis ZnO sebanyak 28,3 m3. Di sini
terjadi antara H2S dan ZnO :
H2S + ZnO → ZnS + H2O
Suhu gas keluar sekitar 390-405oC (TI-58) dan tekanan 35-43 kg/cm2 (PI-154)
gas ini diumpankan ke Mixfeed Primary Reformer.
3.1.2 Unit Pembuatan Gas Sintesis
1. Primary Reforming
Reaksi yang terjadi di Primary Reformer (101-B) adalah reaksi
pembentukan hidrogen dan steam. Gas alam yang keluar dari Zinc Oxide Guard
Chamber (108-D) dicampur dengan steam dan dipanaskan dalam Mixfeed
Preheat Coil di seksi konveksi Primary Reformer (101-B). Gas yang keluar
diharapkan mempunyai suhu sekitar 480-490°C dengan tekanan 35-43 kg/cm2
(PI-7) dan siap dimasukkan ke tube-tube katalis di seksi radiant. Di Primary
Universitas Indonesia
23
Reformer ini terdapat sembilan baris tube katalis yang masing-masing terdiri
dari 42 tube.
Tube-tube katalis terbuat dari campuran logam terdiri dari 25% Chrome,
35% Nickel, 1,225 Niobium dengan diameter tube 3 inch. Katalis yang dipakai
adalah Nickel Oxide. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CH4 + H2O → CO + 3H2 ΔH = -49,3 kcal/mol
CO + H2O → CO2 + H2 ΔH = +9,8 kcal/mol
Reaksi keseluruhan adalah endotermis. Panas yang dibutuhkan disuplai oleh
panas pembakaran gas alam di luar tube. Reaksi pembakaran tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut :
CH4 + 2O2 ↔ CO2 + H2O ΔH = +191,7 kcal/mol
Burner-burner fuel gas ini terletak di antara dua baris tube katalis. Ada 10 baris
burner masing-masing terdiri dari 20 burner.
Gas alam dan steam yang akan masuk ke Primary Reformer diatur supaya
perbandingan mol H2O (steam)-carbon (3,4:1) sampai (3,7:1) karena jika steam
kurang akan terjadi reaksi samping sebagai berikut :
CH4 ↔ C + 2H2
2CO ↔ C + CO2
Karbon yang terbentuk dapat melapisi permukaan katalis sehingga keaktifannya
berkurang, selain itu juga mengganggu perpindahan panas pada tube yang dapat
menyebabkan overheating. Akibatnya, efisiensi perpindahan panas dapat
berkurang dan merusak tube. Perbandingan mol steam : Carbon ini diatur oleh
suatu alat yang disebut Ratio Relay (RRI).
Gas yang bereaksi dalam tube akan keluar melalui bagian bawah tube dan
disatukan dalam sebuah pipa besar untuk masing-masing baris yang disebut
Bottom Header dan Riser. Dari Riser Gas dikirim ke Secondary Reformer (103-
D) melalui suatu pipa besar yang disebut transfer line. Suhu gas keluar sekitar
700-820°C (TI-117) dengan tekanan 32-35 kg/cm2 (PI-8). Untuk melindungi
transfer line dipasang jacket water sebagai pendingin. Gas CH4 yang lolos dari
Primary Reformer diharapkan 9-12% mol.
Sedangkan gas hasil pembakaran (flue gas) yang suhunya masih tinggi
diserap oleh Induced Draft Fan melalui seksi konveksi, di mana panasnya
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
Untuk memproduksi urea diperlukan bahan baku NH3 dan gas CO2,
karena itu gas CO yang ada perlu diubah menjadi CO2. Tugas untuk
mengonversi CO menjadi CO2 ini dilakukan oleh alat yang disebut Shift
Converter (104-D). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CO + H2O ↔ CO2 + H2 ΔH = +9,8 kcal/mol
Reaksi ini eksotermis sehingga reaksi ke kanan yang mengonversi CO menjadi
CO2 akan bertambah konversinya apabila temperatur diturunkan. Tetapi
kecepatan molekul-molekul yang bertumbukan untuk bereaksi akan berkurang.
Untuk mengatasi hal tersebut maka Shift Converter dibagi menjadi dua bagian,
yaitu High Temperatur Shift Converter (HTSC) dan Low Temperature Shift
Converter (LTSC).
HTSC berfungsi untuk mempercepat reaksi. Katalis yang dipakai adalah
Fe-Cr berbentuk tablet dengan volume 54,9 m3. Suhu gas yang masuk sekitar
365-380°C (TI-7) dengan tekanan 31 kg/cm2 (PI-51). Gas keluar pada suhu 425-
440°C (TI-97) dan tekanan 29-32 kg/cm2 (PI-51). Gas yang masih cukup tinggi
suhunya ini digunakan untuk membangkitkan steam di Shift Effluent Heat
Boiler (103-C) dan memanaskan gas umpan Methanator (106-D) di Methanator
Feed Heater (104-C).
LTSC berfungsi untuk memperbesar konversi. Katalis yang digunakan
adalah Cu sebanyak 66 m3. Gas yang keluar dari LTS mempunyai suhu sekitar
215-240°C dan tekanan 27-30 kg/cm2. Gas ini selanjutnya dikirim ke raw gas
separator (102-F) untuk memisahkan kandungan kondensat air dalam gas.
Kondensat air ini selanjutnya digunakan untuk quenching di proses-proses
lainnya. Selanjutnya, gas akan dikirimkan ke unit pemurnian gas sintesis.
3.1.3 Unit Pemurnian Gas Sintesis
1. CO2 Absorber
Gas keluaran raw gas separator (102-F) selanjutnya diumpakan ke bagian
bawah CO2 absorber (1101-E). Absorber ini tersusun atas empat bed berisi
tumpukan slotted ring sehingga gas CO2 terabsorbsi oleh larutan penyerap.
Sebagai absorbent, digunakan larutan Benfield yang terdiri dari senyawa-
senyawa berikut :
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
tersebut sudah sesuai untuk reaksi yaitu sekitar 3350C dengan reaksi sebagai
berikut :
N2 + 3H2→ 2NH3
Konversi yang dicapai pada saat kesetimbangan adalah 14,7%. Dengan
adanya quenching yang berulang, diharapkan suhu dapat dikontrol sesuai
dengan yang diinginkan, sehingga konversi dapat optimal.
Gas hasil reaksi keluar dari bed keempat melalui pipa di tengah konverter
dan naik ke puncak konverter. Suhu gas ini sekitar 4810C dan dimanfaatkan
untuk membangkitkan steam di 123 CA/CB untuk mengurangi kadar inert yang
berupa CH4 dan Ar. Sebagian besar gas umpan di purging sebelum di recycle
melalui HP case compressor. Inert ini dapat mengganggu hasil kesetimbangan
reaksi apabila kadarnya terlalu tinggi.
3.1.5 Unit Pemurnian dan Refrigerasi
Secara garis besar, prinsip kerja unit pemurnian dan pemisahaan ammonia
ini adalah kompresi dan flashing. Unit ini mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Memisahkan gas-gas terlarut dalam NH3 cair dengan kemurnian tinggi. Gas
yang telah dipisahkan tersebut digunakan sebagai bahan bakar
b. Memperoleh berbagai produk NH3 cair dengan temperatur berbeda, di
antaranya :
- Ammonia bersuhu -33°C dikirim ke storage tank
- Ammonia bersuhu -7°C dan 13°C digunakan sebagai media pendingin
- Ammonia bersuhu 42°C dicampur dengan ammonia bersuhu -33°C
sehingga dihasilkan ammonia cair bersuhu 30°C untuk dikirim ke unit
urea.
Adanya produk ammonia dalam aliran purge gas akan mempengaruhi
kesetimbangan reaksi sehingga konversi ammonia akan berkurang, karena itu
ammonia yang perlu dipisahkan dari aliran recycle gas yang menuju converter.
Pemisahan dilakukan dengan cara mengembunkan ammonia melewati chiller
117-C, 118-C, dan 119-C.
Mula-mula gas didinginkan dengan cooling water 124 CA/CB, kemudian
dibagi menjadi 2 aliran paralel. Aliran pertama didinginkan di chiller 117-C dan
118-C, sedangkan aliran kedua didinginkan di 120° dengan refrigeran ammonia
Universitas Indonesia
32
yang sekaligus merupakan pemanas gas yang keluar dari ammonia separator
106-F. Kedua aliran bergabung menuju chiller 119-C yang menggunakan
ammonia cair dari 112-F sebagai pendingin. Suhu gas keluar dari 119-C sudah
mencapai -23°C dan tekanannya 145 kg/cm2. Selanjutnya gas ammonia dan
ammonia cair dimasukkan ke ammonia separator 106-F di mana ammonia cair
di recycle gas mengembun dan mengumpul. Ammonia yang keluar dari 106-F,
selanjutnya di let down ke 107-F dan masih mengandung sejumlah gas H2, N2,
air, dan CH4, karena itu perlu dipisahkan dengan cara flashing dalam 3 buah
flash drum, yaitu 110-F pada tekanan 6,0-6,71 kg/cm2 (P1-431), (111-F) pada
tekanan 1,9-2,1 kg/cm2 (P1-33) dan 112-F pada tekanan 0,02-0,05 kg/cm2 (PIC-
9). Uap yang terbentuk dikompresikan di ammonia refrigeran compressor (105-
J). Uap ammonia dari LP case compressor (105-J), flash drum 111-F dan flash
drum 110-F diumpankan ke HP case compessor (105-J).
Ammonia yang tertampung dalam flash drum 110-F dan 111-F digunakan
sebagai pendingin chiller- chiller 117-C, 118-C, 119-C, dan juga chiller 129-C,
137-C dan 125-C, sedangkan keluarannya ditampung dalam flash drum 112-F.
Sebagian ammonia dikirim sebagian produk dingin ke ammonia storage.
Keluar dari HP case compressor, gas sudah bertekanan 19 kg/cm2. Gas
selanjutnya didinginkan dan dipisahkan di refrigerant receiver (109-F) dan
ammonia yang terbentuk ditampung untuk dikirim ke pabrik urea.
3.1.6 Purge Gas Removal Unit (PGRU)
Universitas Indonesia
33
Universitas Indonesia
34
gas ini terbagi atas 3 bagian utama, yaitu pre-treatment, post-treatment, dan
pemisahan gas hidrogen menggunakan prism separator.
1. Pre-treatment
Gas buang dari unit ammonia yang mengandung 2%mol ammonia,
61%mol hidrogen, 20%mol nitrogen, 5%mol argon, dan 12%mol metana
dialirkan ke scrubber (201) oleh scrubber (202-A/B) dengan kecepatan alir
5700-12400 Nm3/jam pada tekanan 120 kg/cm2 dan suhu -7°C. Ammonia
dipisahkan dengan cara diserap dengan kondensat steam yang mengalir secara
counter current dengan laju alir 400 kg/jam. Hasil penyerapan yang keluar dari
dasar scrubber (201), berupa larutan ammonia dengan kadar 20-30% yang
kemudian dikirim ke degasser (211). Gas bebas ammonia yang keluar dari
puncak scrubber (201) diumpankan ke bagian prism separator, setelah
sebelumnya dipanaskan sampai 35°C dengan LP steam pada feed heater (203).
2. Post-treatment
Tahap post-treatment berfungsi untuk memurnikan larutan ammonia sisa
tersebut dengan distilasi. Larutan ammonia dari dasar scrubber dimasukkan ke
degasser untuk dipisahkan dengan gas-gas inert yang terlarut. Larutan yang
keluar dari dasar degasser dipanaskan dahulu dengan pemanas kondensat yang
keluar dari dasar stripper (208), sehingga umpan masuk ke stripper pada suhu
127°C. Di dalam stripper, umpan dikontakkan dengan middle steam bertekanan
38 kg/cm2 dan suhu 230°C. Uap ammonia yang keluar dari puncak Menara
mempunyai kemurnian yang tinggi dan diembunkan dalam kondenser (210),
kemudian dimasukkan ke reflux accumulator (214). Gas yang tidak
mengembun akan keluar dari atas reflux accumulator untuk dibuang sedangkan
ammonia cair dikeluarkan dari dasar accumulator sebanyak 60 ton per hari
dengan kemurnian 99,6% untuk dikirim dengan reflux pump (213-A/B) ke
tangki penyimpanan ammonia.
3. Prism separator
Prism separator merupakan suatu alat pemisah yang proses
pemisahannya didasarkan pada kerja suatu serat membran. Serat membran yang
digunakan ini terbuat dari polimer polisulfon yang berbentuk silinder-silinder
kecil dengan diameter dalam sebesar 200 μm dan diameter luarnya 500 μm.
Universitas Indonesia
35
Prism separator ini berisi sekitar 100.000 serat membran. Prism separator
terdiri atas 3 tingkat pemisahan, yaitu : Prism separator tingkat I, Prism
separator tingkat II, dan Prism separator tingkat III.
Sebanyak kurang lebih 10000 Nm3 gas bebas ammonia dikirim ke prism
separator setiap jamnya. Pada prism separator tingkat II diperoleh gas hidrogen
dengan konsnetrasi 90%, yang selanjutnya dikembalikan ke daur sintesis pada
tekanan 26 kg/cm2. Gas sisa dari prism separator tingkat II mengandung 10%
gas hidrogen yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Prism
separator tingkat III yang menerima umpan dari dasar prism separator tingkat
I dapat menghasilkan gas hidrogen sebanyak 98%, sebagai bahan dasar
pembuatan H2O2. Sedangkan gas yang keluar dari puncak prism separator
tingkat III yang masih mengandung 85% gas hidrogen akan dikembalikan ke
daur sintesis dengan tekanan 65 kg/cm2.
3.2 Unit Kerja Urea
Unit Urea pada Pabrik Ammonia 1A memiliki kapasitas produksi 57000
ton per harinya. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan Urea adalah gas
karbon dioksida dan ammonia cair yang dihasilkan dari Unit Ammonia,
sedangkan Urea yang dihasilkan akan berbentuk Prill, yaitu butiran padat yang
mempunyai lapisan yang agak keras pada bagian luarnya. Proses yang
digunakan dalam pabrik urea ini adalah proses Mitsui Toatsu Total C Improved.
Pabrik urea dapat dibagi atas 4 unit proses, yaitu :
1. Unit sintesis urea
2. Unit purifikasi
3. Unit recovery
4. Unit kristalisasi dan prilling
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
condenser (EA-401 A-D). Perbandingan NH3 dengan CO2 adalah 3,8-4 mol
kemudian dipanaskan terlebih dahulu di ammonia preheater (EA-101) dengan
menggunakan hot water (55°C) sebagai media pemanas hingga dicapai suhu
sekitar 30-32°C. Ammonia preheater (EA-102) menggunakan steam
condensate sebagai media pemanasnya, hingga dicapai suhu sekitar 72-75°C
sebelum masuk ke reaktor urea. Tujuan pemanasan ini adalah untuk menjaga
temperatur pada top reaktor sekitar 200°C.
Karbon dioksida (CO2) yang dikirim dari pabrik ammonia dengan tekanan
0,6 kg/cm2G dipisahkan terlebih dahulu airnya di knock out drum (FA-601).
Udara anti korosi (2500 ppm sebagai oksigen) diinjeksikan pada gas CO2
sebelum masuk ke knock out drum (FA-601).
Gas CO2 ditekan hingga 21-30 kg/cm2 G oleh CO2 booster kompresor
(GB-102) tipe multi stage centrifugal dengan penggerak turbin uap (GB-102 T)
melalui 2 tingkat, yaitu dari 0,6 menjadi 3 dan 3 menjadi 25 kg/cm2.
Selanjutnya, gas CO2 dikompresikan lagi oleh CO2 compressor (GB-101) tipe
two stage reciprocating dengan penggerak turbin uap melalui 2 tingkatan juga,
yaitu 25 menjadi 80 kg/cm2 dan dari 80 menjadi 250 kg/cm2 dan diumpankan
ke dalam reaktor sintesis urea (DC-101). Dari GB-101 A/B, gas CO2 masuk
reaktor lewat bagian dasar pada temperatur 160°C dan tekanan 225 kg/cm2.
Pada keadaan normal rate (100%) dioperasikan 3 pompa perngumpanan
ammonia dengan 1 pompa cadangan (stand by). Di dalam pemanas ammonia
(EA-101, EA-102) cairan ammonia dipanaskan oleh air panas dari tangki air
panas (EA-103) yang telah melalui High Pressure Absorber Cooler (EA-401)
dan steam condensate dari flash drum (EA-701). Pemanasan gunanya untuk
menjaga temperatur cairan ammonia yang dipanaskan oleh TIC-105.
Tekanan reaktor sintesis urea (DC-101) dikontrol pada tekanan 185-200
kg/cm2 dan temperatur 190-205oC dengan mengatur cairan ammonia.
Temperatur yang rendah dalam reaktor akan mengurangi konversi karbamat
menjadi urea, sehingga akan menambah larutan karbamat recycle.
Bertambahnya larutan recycle akan menambah beban yang dibutuhkan dalam
reaksi dekomposisi dan absorpsi pada seksi recovery yang selanjutnya akan
menurunkan konversi urea secara keseluruhan. Sebaliknya bila suhu puncak
Universitas Indonesia
38
reaktor melebihi 200oC akan menambah kecepatan korosi dari ss lining di dalam
reaktor, demikian juga tekanan keseimbangan pada campuran reaksi akan
melebihi tekanan sebenarnya di dalam reaktor yang akan menurunkan konversi
karbamat menjadi urea.
Hasil reaksi keluar reaktor sintesis urea terdiri dari urea, air, ammonium
karbamat yang kelebihan ammonia yang semuanya berada dalam fase cairan
pada kondisi reaktor normal. Produk-produk di pancarkan melalui let down
valve masuk ke dalam high pressure decomposer (DA-201) pada seksi
pemurnian yang beroperasi pada tekanan 15-18 kg/cm2 G. Panas sensibel dari
cairan digunakan untuk menguapkan sebagian besar kelebihan ammonia
menjadi gas dan untuk menguraikan sebagian ammonium karbamat menjadi
ammonia dari karbon dioksida yang masuk ke high pressure decomposer (DA
-201) adalah 120-126oC (RA-103-1).
3.2.2 Unit Purifikasi
Unit ini bertujuan memisahkan urea dari produk reaksi sintesis. Produk
dari reaksi sintesis terdiri dari urea, biuret (dimer urea yang tidak dikehendaki),
ammonium marbamat, air dan kelebihan Ammonia. Proses selanjutnya
diperlukan untuk memisahkan urea dari produk reaksi tersebut. Secara umum
prosesnya berlangsung sebagai berikut :
Ammonium Karbamat, kelebihan ammonia dan air dipisahkan dengan
memanaskannya dan menurunkan tekanan, sehingga ammonium karbamat akan
terurai atau terdekomposisi kembali menjadi gas ammonia dan karbon dioksida
dengan reaksi sebagai berikut :
NH2COONH4 ↔ CO2 + 2 NH3
Dekomposisi ini biasanya terjadi pada temperatur 120-165oC. Penurunan
tekanan dan kenaikan temperatur akan menambah baik reaksi dekomposisi ini,
selama reaksi dekomposisi, terjadi reaksi hidrolisis urea yang juga harus
diperhatikan. Reaksinya adalah sebagai berikut :
NH2CONH2 + H2O ↔ CO2 + 2 NH3
Reaksi hidrolisis ini akan mengurangi produk urea, sehingga kondisi operasi ini
harus benar-benar diperhatikan untuk memperkecil kehilangan produk urea.
Hidrolisis mudah terjadi pada suhu tinggi, tekanan rendah dan waktu tinggal
Universitas Indonesia
39
yang lama. Oleh sebab itu, peralatan dan kondisi operasi di seksi purifikasi
dipilih secara tepat untuk menghindari kehilangan urea dan mempertahankan
hasil urea yang tinggi.
Faktor lain juga harus dipertimbangkan adalah pembentukan biuret dalam
proses dekompisisi dan finishing. Pada tekanan parsial ammonia yang rendah
dan temperatur diatas 90OC, terjadi reaksi samping yang tak diinginkan yaitu
urea menjadi ammonia dan biuret seperti berikut ini :
2NH2CONH2 ↔ NH2CONHCONH2 + NH3
Reaksinya reversible dan dipengaruhi oleh beberapa variabel reaksi antara lain
temperatur, konsentrasi ammonia dan waktu tinggal.
Kecepatan terbentuknya biuret yang sangat tinggi terjadi pada urea cair
dan larutan urea pekat dengan konsentrasi ammonia yang rendah. Tetapi dalam
seksi sintesis, dengan adanya kelebihan ammonia akan membantu menjaga
kandungan biuret yang rendah. Kandungan biuret tidak boleh melebihi 1,0 %
yang diizinkan sebagai pupuk, hal ini sangat penting dalam kasus
penggunaannya sebagai pupuk di mana kandungan biuret yang tinggi akan
mematikan tanaman.
Dengan dirancang secara tepat dan pengendalian proses di setiap tahapan
proses yang baik, maka kandungan biuret pada produk urea prill yang
dihasilkan oleh pabrik urea K1A PT Pupuk Kujang dapat dijaga sekitar 0,5 wt%.
Pada seksi pemurnian ini bertujuan memisahkan urea dari produk-produk
hasil sintesis melalui 3 tahapan tekanan dekomposisi yaitu 17 kg/cm2G, 2,5
kg/cm2G, dan tekanan atmosfer. Campuran gas dan cairan dari reaktor sintesis
urea (DC-101) mengalir ke seksi pemurnian, di mana semua kelebihan
ammonia dan amonium karbamat dipisahkan sebagai gas dari larutan urea cair
dengan reaksi dekomposisi thermal di dalam high pressure decomposer (DA-
201), low pressure decomposer (DA-202) dan gas separator (DA-203). Gas-gas
yang keluar pada bagian atas dari masing-masing dekomposer dikondensasikan
dan atau diserap di dalam absorber yang sesuai pada seksi recovery.
Universitas Indonesia
40
Universitas Indonesia
41
Universitas Indonesia
42
dalam LPD, maka gas CO2 digunakan sebagai media pelucut utama yang
diinjeksikan ke dalam LPD dengan menggunakan CO2 booster compressor
(GB-102) dari seksi sintesis.
Kenaikan laju injeksi perlu dihindari karena akan mempertinggi
kandungan CO2 di dalam larutan Low Pressure Absorber/LPA (EA-402),
sehingga temperatur solidifikasi larutan dalam LPA menjadi naik. Gas-gas yang
keluar dari LPD dikirim ke low pressure absorber/LPA (EA-402) pada tekanan
yang dijaga sekitar 1-3 kg/cm2 G. Proses absorpsi di EA-402 dapat di juga
dioperasikan dengan cara mengatur jumlah pendingin pada Low Pressure
Absorber Cooler (EA-402). Banyak dari kelebihan ammonia dan ammonium
karbamat dipisahkan dari larutan yang kemudian mengalir ke gas separator
(DA-203).
3. Gas Separator
Gas Separator (DA-203) terdiri dari 2 bagian yaitu bagian atas yang
dioperasikan pada temperatur 102-106oC dan tekanan sekitar 0,2-0,5 kg/cm2 G.
Pada bagian bawah dilengkapi packed bed berupa raschig ring yang
dioperasikan pada suhu sekitar 90-98oC dan tekanan atmosfer.
Sejumlah kecil sisa ammonia dan karbon dioksida dipisahkan dengan
mengurangi tekanan. Panas sensibel dari larutan yang berasal dari LPD (DA-
02) cukup untuk mengungkapkan gas-gas tersebut.
Pada bagian bawah packed bed di dalam Gas Separator melalui
distributor dihembuskan udara yang mengandung sedikit ammonia dan air
untuk memisahkan sedikit sisa-sisa ammonia dan karbon dioksida di dalam
larutan. Udara tersebut berasal dari off gas circulation blower (GB-401).
Gas-gas yang keluar pada bagian atas dan bagian bawah gas separator
bersama-sama mengalir melalui perpipaan (18 MG 203) masuk ke dalam off
gas condenser (EA-406). Larutan urea yang telah berkonsentrasi 70-75%
dikirim ke unit kristalisasi. Temperatur bagian dasar gas separator dikontrol
sekitar 92oC oleh (TIC-204) menggunakan steam tekanan rendah (4,0 kg/cm2
G) yang dibangkitkan oleh flash drum (FA-701) dan level pada bagian dasar
Gas Separator dikontrol oleh (LICA-203).
3.2.3 Unit Recovery
Universitas Indonesia
43
Universitas Indonesia
44
Absorber (EA-402) sebagai penyerap CO2 dan Low Pressure Decomposer (DA-
202) untuk mengalami proses purifikasi kembali melalui LPA Pump (GA-403)
dan larutan kedua dikirim ke Off Gas Absorber Cooler melalui Off Gas Recycle
Recovery Pump (GA-407).
2. Recovery Gas dari Low Pressure Decomposer
Gas-gas dari LPD (DA- 202) dengan tekanan 2,5 kg/cm2 dan temperatur
117°C dikondensasikan dan diserap sempurna melalui bagian bawah LPA (EA-
402). Sebagai penyerap digunakan larutan karbamat encer dari Off Gas
Absorber ditambah air murni (steam condensate) yang berfungsi untuk menjaga
temperatur di LPA (EA-402) suhu 45°C dan tekanan 2,2 kg/cm2. Reaktan dalam
gas akan diabsorbsi dengan mother liquor yang dialirkan dari Mother Liquor
Tank (FA-203) oleh Mother Liquor Pump (GA-203) yang mempunyai
konsentrasi karbamat 30-40%.
Larutan akan bercampur dalam bagian shell LPA mengabsorbsi reaktan
yang terkandung pada aliran gas yang berasal dari LPD. Gas yang tidak terserap
akan terserap akan mengalir ke atas dan diabsorb dengan larutan karbamat dari
Off Gas Absorber (DA-402) dalam packed bed sebagai penyerap CO2
sedangkan gas yang masih belum terserap di LPA (EA-402) kan masuk ke Off
Gas absorber (DA-402) bagian bawah bercampur dengan gas-gas yang tidak
terkondensasi di dalam Off Gas Condensor (EA-406) untuk dilakukan
penyerapan kembali. Tekanan dalam LPA (EA-402) sangat penting untuk
dilakukan penyerapan kembali. Tekanan dalam LPA (EA-402) sangat penting
untuk dikontrol. Tekanan yang melebihi 2,5 kg/cm2 akan menyebabkan
penguraian lebih lanjut dalam Gas Separator (DA-203). Bila tekanan terlalu
rendah akan menyebabkan kesukaran pengiriman larutan dari LPD (DA-202)
ke Gas Separator (DA-203). Larutan yang telah mengabsorbsi reaktan akan
mengalir ke bawah dipompa melalui HPA Pump (GA-402) dengan tekanan 16
kg/cm2 dan temperatur 37°C kemudian dialirkan ke bagian atas HPA (DA-401)
untuk menyerap CO2.
3. Recovery Gas dari High Pressure Decomposer
Gas-gas yang berasal dari HPD (DA-201) dengan tekanan 17 kg/cm2 dan
temperatur 123°C pada unit purifikasi akan dialirkan ke HPAC (EA-401). Di
Universitas Indonesia
45
sini terjadi penyerapan CO2 oleh slurry dari HPA (DA-401) kurang lebih 65%
dari seluruh CO2 yang berasal dari HPD. Sebagai zat penyerapnya berasal dari
larutan karbamat. High Pressure Absorber Cooler (EA-401) berbentuk seperti
heat exchanger tipe shell and tube yang terletak secara horizontal di mana
pendinginnya mengalir dalam tube sedangkan larutan karbamat mengalir dalam
shell dengan kondisi operasi tekanan 16,5 kg/cm2 dan temperatur 83°C. Di
dalam HPAC (EA-401) terdapat tiga fluida pendingin yaitu yang pertama
larutan urea sirkulasi dari Crystallizer (FA-201) yang mengambil kelebihan
panas sekitar 65%, yang kedua cooling water mengambil kelebihan panas
sekitar 15%, yang ketiga hot water mengambil kelebihan panas sekitar 25%.
Temperatur di HPAC (EA-401) dijaga pada suhu 98 °C dan tekanan 17 kg/cm2.
Hasil penyerapan berupa larutan amonium karbamat kemudian dipompa ke
reaktor sebagi recycle sedangkan gas yang tidak terserap mengalir ke HPA
(DA-401).
HPA (DA-401) mempunyai dua bagian utama, bagian atas berupa bubble
cap tray 4 tingkat sedangkan bagian bawah raschig ring packed bed. Kondisi
operasi dijaga pada temperatur 47°C dan tekanan 16,5 kg/cm2. Larutan dari
penyerapan berupa slurry yang keluar HPA (DA-401) dari bagian bawah yang
selanjutnya digunakan sebagai media penyerap di HPAC (EA-401). Gas yang
lolos dari penyerapan berupa gas amonia murni dikondensasikan di Ammonia
Condensor (EA-404 A-D) untuk kemudian disimpan di Ammonia Recovery
Absorber (EA-405 A-D) untuk meningkatkan amonia hingga di atas 90%
dengan media penyerap adalah Steam Condensate. Gas amonia dialirkan ke
bagian atas HPA (DA-401) melalui Amonia Pump (GA-405) agar sisa
karbondioksida dapat diserap secara sempurna.
Larutan hasil absorbsi berupa karbamat yang keluar dari HPAC (EA-401)
dipompakan oleh Recycle Solution Boost Up Pump (GA-102) menuju reaktor
sintesis urea (DC-101).
4. Ammonia Recovery Absorber (ARA)
Fraksi gas yang tidak mengembun di Ammonia Condenser digelembungkan
pada pipa separger di bagian bawah Ammonia Recovery Absorber (EA-405 )
Universitas Indonesia
46
dan ditambahkan sedikit air untuk. Gas yang tidak diserap oleh tahap absorbsi
dalam ARA ini kemudian dibuang ke atmosfer.
3.2.4 Unit Kristalisasi dan Prilling
Unit ini bertujuan untuk membentuk urea butiran dari larutan urea yang
berasal dari Gas Separator (DA-203) kemudian dilanjutkan ke proses
kristalisasi sehingga urea siap dijadikan butiran. Pada tahap ini terdiri atas
empat langkah, yaitu: pengkristalan, pemisahan, pengeringan, dan pembutiran.
Peralatan utama yang terlibat pada seksi ini adalah crystallizer, centrifuge,
fluidized dryer, dan prilling tower.
1. Pengkristalan
Unit ini berfungsi untuk membentuk urea menjadi butiran dari urea yang
berasal dari Gas Separator (DA-203) yang masih mengandung 25% air. Larutan
urea yang mempunyai konsentrasi 70 -75% yang berasal dari Gas Separator
(DA-203) dipompakan oleh Urea Solution Feed Pump (GA-205) dialirkan ke
bagian bawah Crystallizer (FA-201) untuk dikristalkan secara vakum.
Crystallizer ini terbagi menjadi dua bagian, bagian atas berupa Vacuum
Concentration dengan Vacuum Generator (EE-201) yang terdiri dari Steam
Ejector tingkat I dan II dengan Barometric Condensor tingkat I dan II. Bagian
bawah berupa Crystallizer dengan agitator di mana terbentuk kristal-kristal urea
dalam larutan slurry dengan kadar 80%. Vacuum Concentrator beroperasi pada
tekanan 72,5 mmHg dan temperatur 60°C, kristalisasi secara vakum dipilih
karena pemanfaatan panas yang efisien sehingga penguapan air dapat dilakukan
pada suhu yang lebih rendah. Kemudian dengan menggunakan Circulation
Pump for Crystallizer (GA-201), larutan urea dari bagian bawah Cystallizer
disirkulasikan ke Vacuum Concentrator untuk dipekatkan dan sebagian telah
dilewatkan ke HPAC (EA-401) untuk menyerap panas. Panas digunakan untuk
proses pem-vakuman di Crystallizer pada permukaan atas. Panas yang berasal
dari larutan yang keluar dari HPAC memberikan panas 65% dari total yang
dibutuhkan untuk penguapan air. Crystallizer dilengkapi dengan jaket air panas
untuk mencegah terbentuknya endapan urea pada dindingnya.
2. Pemisahan
Universitas Indonesia
47
Proses ini bertujuan untuk memisahkan kristal urea dari larutan induknya.
Proses ini terjadi pada Centrifuge (GF-201) yang berjumlah lima buah dan
bekerja secara paralel. Larutan slurry urea dari Crystallizer bagian bawah
dipompa oleh Slurry Feed Pump (GA-202) dialirkan ke Centrifuge (GF-201 A-
E) untuk dipisahkan kristal urea dari larutan induknya berdasarkan gaya
sentrifugal sehingga dihasilkan kristal urea dengan kadar air 2,4% dan sebagian
disirkulasi kembali ke Crystallizer untuk mencegah kebuntuan pipa. Larutan
induk ditampung di Mother Liquor Tank (FA-203) yang dilengkapi Steam
Heating Tube untuk mencegah terjadinya kristalisasi. Untuk mencegah
terjadinya akumulasi biuret dalam Mother Liquor Pump (GA-203) maka larutan
induk dipompakan ke dalam LPA (EA-402) sebagai penyerap CO2 dan ke
Crystallizer untuk dikristalkan.
3. Pengeringan
Kristal urea dari Centrifuge masuk ke Fluidizing Dryer (FF-301). Di
Fluidizing Dryer (FF-301), kristal urea dikeringkan sampai kandungan airnya
0,1-0,3% dengan hembusan udara dari Forced Fan Dryer (GB-301) yang telah
melewati pemanasan udara (EC-301) atau Air Heater for Dryer dengan
menggunakan steam condensate dan steam bertekanan rendah 4 kg/cm2. Udara
panas yang masuk ke Fluidizing Dryer (FF-301) dijaga suhunya 120°C dan
tidak boleh melebihi 130°C sebab ada kemungkinan terjadi pelelehan urea di
Fluidizing Dryer (FF-301). Kristal-kristal urea dengan bantuan hembusan udara
pengering dari Induced Fan (GB-302) dan Pneumatic Duct akan terhisap ke
atas Prilling Tower (I-301). Kristal urea yang ukurannya terlalu besar (berupa
gumpalan) dibawa ke tepi oleh sudu-sudu pengaduk untuk kemudian dilarutkan
kembali ke Dissolving Tank I (FA-302) untuk dipompakan ke Mother Liquor
Tank (FA-203).
4. Pembutiran
Kristal-kristal urea dengan kadar 99,8% dengan bantuan udara pengering
dan hisapan dari Induced Fan for Dryer (GB-301) dan Pneumatic Duct akan
terhisap ke atas Prilling Tower (TA-301). Kristal yang terhisap ke atas Prilling
Tower (TA-301) ini memasuki 4 buah Cyclone (FC-301) yang bekerja secara
paralel. Dari bawah Cyclone kristal urea akan turun melewati Screw Conveyor
Universitas Indonesia
48
Universitas Indonesia
49
Universitas Indonesia
50
Unit ini mengolah raw water (air baku) menjadi air bersih yang siap
digunakan untuk proses selanjutnya dan untuk kebutuhan air minum. Air
baku Parung Kadali digunakan pada kondisi normal dan kekeruhan
maksimal 200 ppm. Karena di atas 200 ppm air sangat sulit diproses di
clarifier. Sedangkan air baku dari sungai Cikao digunakan apabila kondisi
air Parung Kadali naik melebihi 200 ppm dan kolam cadangan digunakan
bila keduanya tidak memungkinkan untuk diproses.
3.3.2 Unit Water Treatment
Pengolahan air yang diproses ini terdiri dari dua unit, yakni unit
pretreatment dan unit demineralization. Di unit pretreatment dilakukan proses
koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Sehingga menghasilkan air bersih
yang mempunyai pH 7,0-7,5 dan kekeruhan maksimal 2 ppm. Sedangkan di unit
demineralization, air dari unit pre-treatment dilakukan proses demin dengan
melewati carbon filter, cation exchanger, anion exchanger, dan mix bed
polisher. Sehingga menghasilkan air bebas mineral.
Universitas Indonesia
51
Universitas Indonesia
52
sedangkan air keluar dari bagian atas. Urutan terjadinya flokulasi adalah sebagai
berikut :
a. Alum bereaksi dengan air membentuk koloid Al(OH)3
Al2(SO4)3 + 6H2O → 2 Al(OH)3 + 3H2SO4
b. Koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif mengabsorbsi partikel-partikel
tersuspensi yang bermuatan negatif.
c. Koloid Al(OH)3 yang mengabsorbsi partikel-partikel negatif akan mudah
mengendap dan membentuk lumpur.
Air yang keluar dari clarifier ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• pH 6,3 - 6,8
• kekeruhan < 5 Ntu
• kadar Cl 0,1-0,5 ppm
Untuk memenuhi syarat sebagai air kebutuhan pabrik, pH air harus
dinaikkan antara 6,8 sampai dengan 7,5 dengan menambahkan NaOH, lalu
dialirkan ke clear well sebagai tempat penampungan sementara. Selanjutnya air
diumpankan ke sand filter.
3. Sand Filter
Air dari clear well kemudian disaring dalam 6 buah rapid pressure
horizontal sand filter yang disusun paralel dan berfungsi menyaring partikel-
partikel yang masih terbawa dari clarifyer. Air bersih dari sand filter dengan
turbidity < 2,0 Ntu dan Cl2 < 0,5 ppm selanjutnya dialirkan ke filter water
storage dan potable water. Susunan sand filter pada vessel terdiri dari :
• Antrafiet : 0.60-0.78 mm = 101 cuft/unit
• Fine sand : 20-30 mesh = 561cuft/unit
• Medium sand : 6-14 mesh = 67 cuft/unit
• Fine gravel : 1/8-1/4 inchi = 66 cuft/unit
• Medium gravel : 1/4-1/2 inchi = 66 cuft/unit
• Coarse gravel : 1/2- 1 inchi = 301 cuft/unit
Regenerasi pada sand filter dilakukan dengan cara backwash (pencucian
balik). Pencucian balik dilakukan dengan merubah aliran air yang dilakukan
secara automatic di control room atau secara manual di tempat. Tahapan
regenerasi adalah :
Universitas Indonesia
53
Universitas Indonesia
54
a. Tidak menimbulkan kerak pada sudu-sudu turbin dan pada tube heat
exchanger, jika uap digunakan sebagai pemanas. Hal ini akan
mengakibatkan turunnya efisiensi operasi, bahkan bisa mengakibatkan tidak
beroperasi sama sekali.
b. Bebas dari gas-gas yang mengakibatkan terjadinya korosi terutama gas
oksigen dan karbon dioksida.
• Activated Carbon Filter
Air dari filtered water storage diumpankan ke carbon filter vertikal yang
berfungsi untuk menghilangkan gas klorin, warna, bau dan zat-zat organik
lainnya. Media yang digunakan dalam Carbon filter adalah karbon aktif (norit).
Usia carbon filter tergantung pada kondisi filter water. Parameter regenerasi
adalah penurunan tekanan dan analisa laboratorium kandungan Cl2 yang lolos.
Air yang keluar dari carbon filter diharapkan mempunyai pH sekitar 7,0 - 7,5.
Batasan operasi pada carbon filter adalah :
- pH = 6,8–7,5
- Kekeruhan = < 0,5 ppm
- Klorin = < 0,2 ppm
Tahapan regenerasi pada carbon filter adalah sebagai berikut :
1. Back wash (pencucian balik) untuk membuang endapan lumpur dan partikel
yang terdapat pada lapisan atas filter.
2. Rinse (pembilasan) untuk lebih menyempurnakan pembebasan lumpur dan
partikel yang masih tersisa.
Selanjutnya air tersebut diumpankan ke dalam cation exchanger untuk
menghilangkan kation-kation mineralnya. Kemungkinan jenis kation yang
ditemui adalah Mg2+, Ca2+, K+, Fe2+, Mn2+ dan Al3+.
• Cation Exchanger
Cation exchanger merupakan suatu silinder baja tegak yang berisi resin
R-H, yaitu polimer dengan rantai karbon R yang mengikat ion H. Misal kation
Ca2+. Reaksi yang terjadi : Ca2+ + H2R ↔ CaR + 2H+
Kation dalam operasi akan diganti oleh ion H+ dari resin R-H sehingga
air yang dihasilkan bersifat asam dengan pH sekitar 3,0-3,9. Regenerasi
dilakukan jika resin sudah berkurang keaktifannya (jenuh), biasanya dilakukan
Universitas Indonesia
55
pada selang waktu tertentu atau berdasarkan jumlah air yang telah melewati unit
ini. Regenerasi ini dilakukan dengan asam sulfat dan dilakukan dalam tiga
tahap, yaitu back wash atau cuci balik, regenerasi dengan menggunakan bahan
kimia asam sulfat dan pembilasan dengan air demin. Reaksi yang terjadi pada
proses regenerasi adalah kebalikan dari reaksi operasi, yaitu :
CaR + H2SO4 ↔ H2R + CaSO4
Air yang keluar dari cation exchanger kemudian diumpankan ke anion
exchanger untuk menghilangkan anion-anion mineralnya. Kemungkinan jenis
anion yang ditemui adalah HCO3-, CO32-, Cl-, NO- dan SiO32-. Batasan Operasi
Cation Exchanger adalah :
- pH : 3,0-3,9
- Conductivity : 330-600 mm hos/cm
- FMA (free minimal acid) : 30-75 ppm
• Anion Exchanger
Seperti pada cation exchanger, anion exchanger ini juga berupa tiga buah
bejana tekan yang berisi resin. Resin yang terdapat pada anion exchanger dapat
dituliskan dengan simbol R-OH. Misal anion SO42- Reaksi yang terjadi pada
unit ini adalah sebagai berikut :
SO42- + ROH ↔ RSO4 + 2OH-
Pada saat operasi, reaksi akan berlangsung ke kanan, sehingga ion negatif
akan diganti oleh ion OH- dari resin R-OH. Air yang keluar dari anion
exchanger diharapkan mempunyai pH sekitar 8,3-9,8. Regenerasi dilakukan
dengan menambahkan larutan NaOH 4% dengan suhu 490°C sebagai
regenerant. Reaksi berlangsung sehingga resin jenuh akan kembali menjadi R-
OH. Reaksi yang terjadi adalah :
RSO4 + NaOH ↔ ROH + Na2SO4
Untuk menyempurnakan kerja kedua unit penukar ion diatas, maka air
dari anion exchanger selanjutnya dialirkan ke mixed bed exchanger. Batasan
operasi pada anion exchanger adalah :
- pH : 8,3 – 9,8
- Conductivity : < 25 mmhos/cm
- Silica : < 0,1 ppm
Universitas Indonesia
56
Universitas Indonesia
57
Universitas Indonesia
58
Universitas Indonesia
59
Universitas Indonesia
60
Universitas Indonesia
61
3. Temperatur : 150°C
4. Kapasitas : 30 ton/jam
Untuk mencegah kerusakan pada dinding steam drum dan pipa-pipa ketel
maka diinjeksikan fosfat. Fungsi fosfat adalah untuk mencegah korosi pada
dinding steam drum dengan membuat lapisan film pada dinding steam drum
dan untuk mencegah pengendapan yang dapat membentuk kerak-kerak. Untuk
mengontrol konsentrasi metal solid dilakukan continuous blow down dengan
aliran 2 ton/jam. Dan untuk menurunkan konsentrasi hardness air ketel serta
parameter lainnya seperti kadar silika, kadar besi, dan konduktivitas, maka
dilakukan intermitten blow down. Batasan operasi untuk air ketel :
- pH : 9,0-9,5
- Besi (Fe) : <0,25 ppm
- Konduktivitas : < 150 mmHous
- Silika (SiO2) : < 5 ppm
- PO4 (fosfat) : 15-25 ppm
3.3.4 Unit Pembangkit Listrik
Tugas dari unit ini adalah menyediakan tenaga listrik untuk kebutuhan
pabrik, perkantoran dan perumahan. Daya listrik yang dikonsumsi adalah
mencapai daya 21 MVA. Kebutuhan listrik tersebut disediakan dari beberapa
sumber, yaitu sumber utamanya diperoleh dari generator Hitachi, sedangkan
cadangan listriknya adalah dari PLN, Stand by Generator, dan Emergency
Generator.
1. Gas Turbin Generator Hitachi.
Turbin ini mampu menghasilkan listrik 13,8 kV dengan daya 21 MVA. Pada
kapasitas normal, generator tersebut membutuhkan gas alam sebanyak 3700
m3/jam. Generator Hitachi ini merupakan sumber listrik utama dalam keadan
operasi normal.
2. PLN
Sumber ini hanya berfungsi untuk cadangan saja bila generator yang digunakan
mengalami kerusakan. Listrik dari PLN dapat memenuhi tegangan sebesar 150
KVA dengan daya 15 MVA.
3. Stand by Generator
Universitas Indonesia
62
Berjumlah tiga buah, berupa mesin diesel yang mampu menghasilkan listrik
sebesar 450 volt dengan daya sebesar 3 x 750 KVA. Generator ini digunakan
hanya pada waktu kedua sumber listrik lainnya mengalami gangguan.
4. Emergency Generator
Emergency generator akan langsung menyediakan listrik saat adanya
pergantian sumber listrik. Daya generator ini sebesar 300 KVA. Tenaga yang
dihasilkan ini hanya dipakai untuk :
• Instrumentasi di panel Unit Utilitas, Unit Amonia dan Unit Urea,
• Penerangan panel
• Pompa-pompa bermotor
Ketiga sumber listrik ini di dalam penggunaannya diubah dulu oleh
transformator sehingga tegangannya menjadi 13,8 KV. Kemudian tegangan
diubah lagi dalam pendistribusiannya sehingga diperoleh tegangan yang sesuai
dengan yang diinginkan.
3.3.5 Air Pendingin
Air pendingin adalah air yang digunakan untuk mendinginkan alat dengan
melewatkannya melalui alat penukar panas (HE) sehingga terjadi pertukaran
panas. Penggunaan air pendingin dalam suatu industri sangat diperlukan. Air
pendingin harus memenuhi syarat-syarat antara lain:
a. Tidak korosif
b. Tidak menimbulkan kerak
c. Tidak mengandung mikroorganisme
Universitas Indonesia
63
Universitas Indonesia
64
Universitas Indonesia
65
Universitas Indonesia
66
Universitas Indonesia
67
Universitas Indonesia
68
Universitas Indonesia
69
Air buangan dari regenerasi two bed dan mix bed ditampung terlebih
dahulu di neutralisasi basin 2404 A untuk dinetralkan kadar pH-nya. Setelah
pH-nya netral dapat dialirkan oleh pompa 2401 J/JA melalui PO VII
langsung ke Sungai Cikaranggelam.
c. Air buangan dari boiler
Air buangan blow down dari flush drum dialirkan melalui pipa menuju
bak penampung sludge containment pond. Bagian yang jernih dan terpisah
dari endapannya akan over flow ke kolam penampung air buangan yang
sudah netral (equalization pond). Selanjutnya air buangan tersebut dipakai
untuk pengairan sawah-sawah sekitar kolam dan juga digunakan untuk
perikanan sebagai indikator terhadap air buangan.
d. Air buangan dari cooling tower
Air buangan blow down cooling tower ditampung di bak 2405 AA.
Kemudian dipompakan oleh pompa vertical 2404 JA ke sludge containment
pond. Bagian yang jernih dan terpisah dari endapannya akan over flow ke
kolam penampung air buangan yang sudah netral (equalization pond).
Selanjutnya air buangan tersebut dipakai untuk pengairan sawah-sawah
sekitar kolam dan juga digunakan untuk perikanan sebagai indikator
terhadap air buangan.
e. Air buangan sanitasi
Air buangan sanitasi diolah di clow unit untuk proses stabilisasi untuk
kemudian akan dibuang ke sluge containment pond.
f. Air buangan mengandung oli bocoran dari pompa dan kompresor
Air buangan yang mengandung minyak oli ditampung di bak-bak
penampung 2405 AC, 2405 AB dan 2404 AA. Dari bak-bak penampung
tersebut oli minyak oli dipompakan ke oil separator 2403 L untuk
dipisahkan antara air dan minyak oli.
g. Air buangan yang mengandung ammonia
Air buangan yang mengandung ammonia diolah di unit ammonia
removal untuk dipisahkan NH3nya secara stripping. Dari bak PI A/B hasil
buangan mengandung ammonia dilewatkan pemanas HE I dan II. Pelepasan
NH3 terjadi di stripper 2202 E menggunakan LS.
Universitas Indonesia
70
Universitas Indonesia
71
Urea kantong yang tidak termuat dalam truk atau kereta api disimpan
dalam gudang. Sistem penyimpanan yang digunakan adalah sistem pindang,
agar kapasitas penyimpanan dapat maksimum dan pengambilannya mudah.
Kapasitas penyimpanan di gudang ini adalah 25.000 ton urea yang dikantongi.
Universitas Indonesia
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.1 Pendahuluan
4.1.1 Latar Belakang
PT Pupuk Kujang merupakan salah satu anak perusahaan PT Pupuk
Indonesia. PT Pupuk Kujang memproduksi ammonia yang merupakan bahan
baku utama pembuatan urea dari gas alam yang diolah melalui unit khusus yang
ada di PT Pupuk Kujang. Produksi ammonia dilakukan dengan menggunakan
bahan baku gas alam, udara, dan uap air, sehingga menghasilkan produk utama
berupa ammonia.
Pembentukan ammonia dari N2 dan H2 merupakan reaksi kesetimbangan
eksotermis berdasarkan proses Haber yang kemudian dikembangkan oleh
Pulman Kellog Company menjadi Proses Kellog. Operasi di dalam ammonia
converter (105-D) dilakukan pada temperatur 450-500°C dan tekanan 150
kg/cm2. Ammonia converter (105-D) merupakan reaktor berkatalis promoted
iron yang berfungsi sebagai tempat reaksi pembentukan ammonia dari N2 dan
H2. Ammonia converter (105-D) terdiri dari 4 buah bed, di mana di antara setiap
bed terdapat aliran by pass (quenching).
Kinerja dari reaktor ammonia converter akan mempengaruhi
produktivitas dan efisiensi di pabrik ammonia yang dapat diketahui dari
peningkatan produksi ammonia yang diperoleh dari hasil keluaran ammonia
converter. Sehingga, kontrol dan evaluasi terhadap unit ini sangat diperlukan
untuk mendapatkan proses yang lebih optimal. Reaksi di dalam ammonia
converter sangat dipengaruhi oleh beberapa variabel operasi, baik yang
berhubungan dengan kondisi operasi, yaitu temperatur, tekanan, space velocity,
perbandingan komposisi umpan H2/N2, maupun yang berhubungan dengan
katalis yang dipakai, yaitu aktivitas katalis.
4.1.2 Permasalahan
Reaksi pembentukan ammonia yang terjadi di dalam ammonia converter
menggunakan katalis berupa promoted iron. Kinerja reaktor bergantung kepada
kondisi operasi, salah satunya umur katalis. Saat ini, umur katalis pada
72 Universitas Indonesia
73
ammonia converter 105-D sudah berumur 19 tahun. Umur katalis yang sudah
tua menyebabkan penurunan nilai konstanta laju reaksi, yang berpengaruh
terhadap penurunan konversi reaktor. Selain itu, pabrik sudah beroperasi sejak
1978 dan sudah melewati usia desainnya, sehingga juga dapat berpengaruh
terhadap nilai konversinya.
4.1.3 Tujuan Tugas Khusus
Tujuan dari tugas khusus ini adalah mengetahui kinerja ammonia
converter (105-D) dalam memproduksi ammonia pada Unit Ammonia 1A PT
Pupuk Kujang yang ditinjau dari konversi dan parameter-parameter pendukung
yang mempengaruhi kinerjanya.
4.2 Tinjauan Pustaka
4.2.1 Reaktor Fixed Bed
Reaksi katalitik dengan katalisator padat dan zat pereaksi berupa gas
dapat dilakukan dalam sebuah reaktor Fixed Bed. Menurut bentuknya, reaktor
fixed bed dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Isi katalisator satu lapis
Pada reaktor ini, terdapat penyangga katalisator dengan menggunakan
alumina bersifat inert terhadap zat pereaksi.
b. Multi bed
Katalisator diisi lebih dari satu tumpuk katalisator. Fixed bed dengan
katalisator lebih dari satu tumpuk dipakai pada proses adiabatis. Jika reaksi
yang terjadi sangat eksotermis memberikan konversi yang sangat kecil,
temperatur gas sudah naik sampai lebih tinggi pada temperatur maksimum
yang diperbolehkan untuk katalisator, maka gas harus didinginkan terlebih
dahulu dengan dialirkan ke dalam alat penukar panas di luar reaktor untuk
didinginkan dan selanjutnya dikembalikan ke reaktor lagi mengalir melalui
tumpukan katalisator kedua. Jika konversi gas waktu keluar dari tumpukan
katalisator kedua belum mencapai yang direncanakan tetapi temperatur gas
lebih tinggi dari temperatur gas yang diperbolehkan, maka dilakukan
pendinginan lagi dengan mengalirkan gas ke dalam alat penukar panas
kedua dan selanjutnya gas dikembalikan ke tumpukan katalisator ketiga. Hal
ini diulang-ulang sampai mencapai konversi yang diinginkan.
Universitas Indonesia
74
Universitas Indonesia
75
Universitas Indonesia
76
Universitas Indonesia
77
Universitas Indonesia
78
Universitas Indonesia
79
Universitas Indonesia
80
katalis akan memperpendek waktu reduksi, dan channeling lewat lapisan katalis
bisa diperkecil pada kecepatan yang lebih tinggi.
Gas sintesis di-recycle melalui converter selama reduksi katalis. Bila
reaksi telah dimulai, sangat penting agar peredaran gas didinginkan sebanyak
mungkin (tanpa kemungkinan bahaya pembekuan air dalam peralatan), untuk
mengembunkan dan memisahkan uap air dari dalam gas sebelum masuk
kembali ke converter. Apabila tidak, gas dengan konsentrasi uap air yang tinggi
akan memasuki lapisan katalis yang telah direduksi. Uap air akan menyebabkan
rusaknya katalis yang telah tereduksi, sehingga setelah sintesis dijalankan, hasil
ammonia akan menurunkan titik beku dan terjadi pemisahan air dari aliran gas
pada temperatur yang rendah. Pengaturan kondisi yang hati-hati selama
pengaktifan katalis akan menghasilkan reduksi yang merata yang mana akan
memperpanjang umur katalis. Reduksi katalis dilakukan pada saat start up
pabrik tersebut.
4.3 Metodologi
4.3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian untuk pembuatan tugas khusus ini dilaksanakan
pada tanggal 9 Juli 2019 s/d 19 Juli 2018 di Unit Ammonia 1A, PT Pupuk
Kujang Cikampek.
4.3.2 Jenis Data
Ada dua jenis data yang diperoleh penulis selama mengerjakan Tugas
Khusus ini, yaitu :
1. Data Primer
Data primer ini diperoleh dari perusahaan berupa spesifikasi,
komposisi, kondisi operasi, katalis, dan nilai-nilai yang berkaitan dengan
objek penelitian, yaitu ammonia converter.
2. Data Sekunder
Data sekunder ini diperoleh melalui studi literatur yang menunjang
dalam pengolahan data primer.
4.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan objek yang
diteliti, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
Universitas Indonesia
81
1. Penelitian lapangan
Pengambilan data secara langsung dilakukan di Control Room Unit
Ammonia 1A di PT Pupuk Kujang dan terdata di dalam log sheet. Data
komposisi inlet dan outlet diperoleh dari hasil analisis sampel oleh
Laboratorium PT Pupuk Kujang.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan komunikasi langsung dengan
pembimbing lapangan dan karyawan PT Pupuk Kujang yang berwenang
memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam pembuatan tugas
khusus.
3. Penelitian kepustakaan
Teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari catatan,
dokumen, dan buku referensi serta segala sesuatu yang ada kaitannya
dengan objek yang diteliti oleh penulis. Dengan demikian, penulis dapat
mengetahui dengan pasti mengenai permasalahan yang ada untuk kemudian
dicari solusi permasalahannya.
4.3.4 Metode Perhitungan Kinerja dan Kondisi Operasi Ammonia Converter
Universitas Indonesia
82
𝑃𝐼 − 26𝑥341
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥90000𝑥 √
152,33𝑥𝑇𝐻𝐼 − 37
dimana,
R = FR-15 (High pressure case suction flow)
Universitas Indonesia
83
𝑃𝑅𝐶 − 6𝑥310
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥17500𝑥 √
27,3𝑥𝑇𝐼 − 1 − 62
dimana,
R = FR-40 (Low pressure case suction flow)
PRC-6 = Tekanan low pressure case suction compressor 103-J (kg/cm2)
TI-1-62= Suhu keluar bed 3 ammonia converter (°C)
6. Menghitung flow output ammonia converter
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 = 𝑅 + 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑃𝐺𝑅𝑈
7. Menghitung Aliran Recycle
𝑅𝑒𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 = (𝐹𝑅 − 15) + (𝐹𝐼 − 106) − (𝐹𝑅 − 40)
dimana,
FR-15 = Aliran keluar high pressure case compressor (kmol/hr)
FI-106 = Aliran keluar ammonia separator 106-F (kmol/hr)
FR-40 = Aliran masuk low pressure case compressor (kmol/hr)
8. Menghitung neraca massa
Neraca massa merupakan perhitungan kuantitatif dari semua bahan-bahan
yang masuk, keluar, terakumulasi, dan terbuang dalam sistem. Secara
umum, persamaan neraca massa dapat ditulis sebagai berikut :
𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 − 𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 − 𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑟𝑒𝑎𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
= 𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑎𝑐𝑐𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
Universitas Indonesia
84
Universitas Indonesia
85
Universitas Indonesia
86
Universitas Indonesia
87
• Bulan Juni
Konversi dan komposisi masuk dan keluar ammonia converter pada bulan
Juni adalah sebagai berikut :
Konversi = 11,961%
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan berdasarkan Data Aktual pada Bulan Juni
Flow in Mass flow in Flow out Mass flow out
Komponen
(kmol/hr) (kg/hr) (kmol/hr) (kg/hr)
Ar 430,7229 17206,52015 468,422 18712,52235
N2 3449,842 96641,81445 2917,948 81741,64352
CH4 783,0293 12559,79011 973,3876 15613,13671
H2 11260,98 22700,77991 9264,979 18677,08618
NH3 310,744 5292,280306 2194,987 37382,81695
Total 16235,316 154401,185 15819,72 172127,206
• Bulan Juli
Konversi dan komposisi masuk dan keluar ammonia converter pada bulan
Juli adalah sebagai berikut :
Konversi = 11,801%
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan berdasarkan Data Aktual pada Bulan Juli
Flow in Mass flow Flow out Mass flow out
Komponen
(kmol/hr) in (kg/hr) (kmol/hr) (kg/hr)
Ar 339,7849 13573,7272 361,00664 14421,49338
N2 3499,5533 98034,3873 3037,396 85087,7903
Universitas Indonesia
88
• Bulan Agustus
Konversi dan komposisi masuk dan keluar ammonia converter pada bulan
Agustus adalah sebagai berikut :
Konversi = 9,979%
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan berdasarkan Data Aktual pada Bulan Agustus
Flow in Mass flow in Flow out Mass flow out
Komponen
(kmol/hr) (kg/hr) (kmol/h) (kg/hr)
Ar 395,584475 15802,80859 404,98514 16178,34639
N2 3871,53986 108454,9947 3479,2558 97465,78319
CH4 509,071824 8165,512056 492,2392 7895,51682
H2 9667,6483 19488,81885 8255,4111 16641,91818
NH3 294,772336 5020,267651 1719,106 29278,09347
Total 14738,617 156932,402 14350,997 167459,658
• Bulan September
Konversi dan komposisi masuk dan keluar ammonia converter pada bulan
September adalah sebagai berikut :
Konversi = 11,679%
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan berdasarkan Data Aktual pada Bulan September
Flow in Mass flow Flow out Mass flow out
Komponen
(kmol/hr) in (kg/hr) (kmol/hr) (kg/hr)
Ar 451,7627 18047,0146 481,9801 19254,14024
N2 4051,939 113508,577 3545,333 99316,82386
CH4 637,9731 10233,0881 684,4715 10978,92363
H2 10770,41 21711,8548 8922,694 17987,07963
NH3 280,1252 4770,81282 2111,359 35958,56066
Total 16192,210 168271,347 15745,84 183495,528
Universitas Indonesia
89
• Bulan Oktober
Konversi dan komposisi masuk dan keluar ammonia converter pada bulan
Oktober adalah sebagai berikut :
Konversi = 10,251%
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan berdasarkan Data Aktual pada Bulan Oktober
Flow in Mass Flow Flow out Mass flow out
Komponen
(kmol/hr) in (kg/hr) (kmol/hr) (kg/hr)
Ar 432,85497 17291,6905 478,8192 19127,86966
N2 4230,0335 118497,619 3652 102304,943
CH4 673,22176 10798,477 746,4919 11973,73002
H2 10592,044 21352,2897 8961,209 18064,72261
NH3 301,87861 5141,29461 1906,932 32476,9544
Total 16230,033 173081,371 15745,45 183948,220
4.5.3 Pembahasan
Ammonia converter 105-D merupakan salah satu alat utama dalam
sintesis ammonia di PT Pupuk Kujang. Gas yang diumpankan ke ammonia
converter memiliki temperatur 454-482°C dan tekanan 140,6-147,6 kg/cm2.
Gas ini memasuki ammonia converter dari bagian atas dan bawah.
Ammonia converter 105-D terdiri dari 4 bed dengan katalis promoted
iron. Jenis reaktor yang digunakan, yaitu multibed dengan pendinginan quench
pada setiap bed. Pendinginan dilakukan dengan menambahkan umpan gas hasil
reaksi sebelum diumpankan ke bed berikutnya. Hal ini dilakukan untuk
menurunkan temperatur agar konversi pembentukan ammonia meningkat.
Reaksi yang terjadi pada ammonia converter adalah sebagai berikut :
N2 + 3H2→ 2NH3
Evaluasi kinerja ammonia converter dilakukan dengan menggunakan
perhitungan neraca massa masuk dan keluar aktual pada alat selama bulan Mei
hingga Oktober 2018, kemudian hasil perhitungan konversinya dibandingkan
dengan perhitungan konversi pada data desain.
Universitas Indonesia
90
25000
Laju alir (kmol/hr)
20000
15000
10000
5000
0
Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Bulan
Aktual Desain
Universitas Indonesia
91
140
138
136
Tekanan (kg/cm2)
134
132
130
128
126
124
122
120
118
Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Bulan
Aktual Desain
Universitas Indonesia
92
∆P (kg/cm2)
4
0
Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Bulan
Aktual Desain
Universitas Indonesia
93
126
124
122
120
118
T (°C)
116
114
112
110
108
Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Bulan
Aktual Desain
Universitas Indonesia
94
3,5
2,5
2
H2/N2
1,5
0,5
0
Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Bulan
Aktual Desain
12
10
Konversi
0
Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Bulan
Aktual Desain
Universitas Indonesia
95
50
40
30
20
10
0
Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Bulan
Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan perhitungan data aktual terhadap kinerja ammonia
converter 105-D di Unit Ammonia 1A, dapat disimpulkan bahwa :
1. Ammonia converter (105-D) merupakan reaktor berkatalis promoted iron yang
berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi pembentukan ammonia (NH3) dari
Hidrogen (H2) dan Nitrogen (N2). Reaktor bekerja dengan sistem by pass
quenching dan memiliki 4 bed.
2. Konversi desain ammonia converter sebesar 13,31% dan konversi aktual dari
bulan Mei hingga Oktober 2018 adalah sebesar 10,943; 11,961; 11,801; 9,979;
11,679; dan 10,251% dan masih memenuhi batas minimal nilai konversi, yaitu
9,79%.
3. Kinerja ammonia converter mengalami penurunan dibandingkan dengan
desainnya pada bulan Mei hingga Oktober 2018 dengan nilai sebesar 82,22;
89,86; 88,66; 74,97; 87,75; dan 77,02%. Hal tersebut dipengaruhi oleh
penggunaan peralatan yang sudah melebihi batas dari umur desain pabrik yang
seharusnya.
5.2 Saran
1. Berdasarkan neraca massa di ammonia converter membuktikan bahwa kualitas
alat masih baik untuk beroperasi. Untuk menjaga dan mengetahui kualitas alat
dan produksi maka diperlukan pengaturan umpan yang masuk dan pengawasan
kondisi operasi, sehingga perlu dilakukan perhitungan neraca massa secara
periodik.
2. Perawatan dan pemeliharaan peralatan di PT. Pupuk Kujang masih harus
ditingkatkan dalam upaya untuk memperkecil kerusakan dan kerugian yang
terjadi, karena pabrik tersebut sudah beroperasi sejak tahun 1978. Hal ini dapat
dilakukan dengan meningkatkan kerja inspeksi harian dan perawatan secara
intensif.
3. Melakukan pergantian katalis promoted iron karena sudah digunakan selama 20
tahun.
96 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Operasi Pabrik Ammonia 1A. (1997). Cikampek: PT Pupuk Kujang.
Fogler, H. (2006). Elements of chemical reaction engineering. 4th ed. Upper Saddle
River, NJ: Pearson Education Internat.
Slamet and Wahyu Purwanto, W. (2018). Teknik Reaksi Kimia. Depok: Universitas
Indonesia.
97 Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
𝑃𝐼 − 26𝑥341
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥90000𝑥 √
152,33𝑥𝑇𝐻𝐼 − 37
131𝑥341
= 5,2𝑥90000𝑥 √
152,33𝑥331
𝑃𝐼 − 26𝑥341
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥90000𝑥 √
152,33𝑥𝑇𝐻𝐼 − 37
134𝑥341
= 4,8𝑥90000𝑥 √
152,33𝑥334
𝑃𝐼 − 26𝑥341
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥90000𝑥 √
152,33𝑥𝑇𝐻𝐼 − 37
144𝑥341
= 4,2𝑥90000𝑥 √
152,33𝑥341
𝑃𝐼 − 26𝑥341
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥90000𝑥 √
152,33𝑥𝑇𝐻𝐼 − 37
133𝑥341
= 4,4𝑥90000𝑥 √
152,33𝑥337
99 Universitas Indonesia
100
𝑃𝐼 − 26𝑥341
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥90000𝑥 √
152,33𝑥𝑇𝐻𝐼 − 37
133𝑥341
= 4,8𝑥90000𝑥 √
152,33𝑥337
𝑃𝐼 − 26𝑥341
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥90000𝑥 √
152,33𝑥𝑇𝐻𝐼 − 37
134𝑥341
= 4,8𝑥90000𝑥 √
152,33𝑥333
Universitas Indonesia
101
• Oktober
𝑡𝑜𝑛 1000 𝑘𝑔/𝑡𝑜𝑛 𝑘𝑔
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑁𝐻3 = 850,132 𝑥 /17,031
𝑑𝑎𝑦 24 ℎ𝑟/𝑑𝑎𝑦 𝑚𝑜𝑙
= 2079,986 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
3. Menghitung flow input 105-D
• Mei
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 = 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 − 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑁𝐻3
= (19671,717 − 2047,272)𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
= 17624,45 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
• Juni
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 = 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 − 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑁𝐻3
= (18282,59 − 2047,272)𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
= 16235,32 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
• Juli
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 = 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 − 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑁𝐻3
= (16412,34 − 1965,708)𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
= 14446,64 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
• Agustus
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 = 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 − 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑁𝐻3
= (16621,91 − 1883,289)𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
= 13882,25 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
• September
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 = 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 − 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑁𝐻3
= (18132,99 − 1940,779)𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
= 16192,21 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
• Oktober
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 = 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 − 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑁𝐻3
= (18310,02 − 2079,986)𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
= 16230,03 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
4. Menghitung Recycle
• Mei
𝑅 = (𝐹𝑅 − 15) + (𝐹𝐼 − 106) − (𝐹𝑅 − 40)
Universitas Indonesia
102
55𝑥200𝑁𝑚3
= 19671,717 + ( ) − 3304,5244
22,4
= 16858,264 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
• Juni
𝑅 = (𝐹𝑅 − 15) + (𝐹𝐼 − 106) − (𝐹𝑅 − 40)
57𝑥200𝑁𝑚3
= 18282,59 + ( ) − 3395,901
22,4
= 15395,62 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
• Juli
𝑅 = (𝐹𝑅 − 15) + (𝐹𝐼 − 106) − (𝐹𝑅 − 40)
60,5𝑥200𝑁𝑚3
= 16412,34 + ( ) − 3276,519
22,4
= 13676 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
• Agustus
𝑅 = (𝐹𝑅 − 15) + (𝐹𝐼 − 106) − (𝐹𝑅 − 40)
58𝑥200𝑁𝑚3
= 16621,91 + ( ) − 3257,516
22,4
= 13882,25 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
• September
𝑅 = (𝐹𝑅 − 15) + (𝐹𝐼 − 106) − (𝐹𝑅 − 40)
55,5𝑥200𝑁𝑚3
= 18132,99 + ( ) − 3333,58
22,4
= 15294,94 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
• Oktober
𝑅 = (𝐹𝑅 − 15) + (𝐹𝐼 − 106) − (𝐹𝑅 − 40)
56𝑥200𝑁𝑚3
= 18310,02 + ( ) − 3524,388
22,4
= 15285,63 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
5. Menghitung flow rate (FR-40)
• Mei
𝑃𝑅𝐶 − 6𝑥310
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥17500𝑥 √
27,3𝑥𝑇𝐼 − 1 − 62
Universitas Indonesia
103
23𝑥310
= 5,65𝑥17500𝑥 √
27,3𝑥466
𝑃𝑅𝐶 − 6𝑥310
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥17500𝑥 √
27,3𝑥𝑇𝐼 − 1 − 62
23𝑥310
= 5,8𝑥17500𝑥 √
27,3𝑥465
𝑃𝑅𝐶 − 6𝑥310
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥17500𝑥 √
27,3𝑥𝑇𝐼 − 1 − 62
23𝑥310
= 5,65𝑥17500𝑥 √
27,3𝑥474
𝑃𝑅𝐶 − 6𝑥310
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥17500𝑥 √
27,3𝑥𝑇𝐼 − 1 − 62
22,8𝑥310
= 5,6𝑥17500𝑥 √
27,3𝑥467
𝑃𝑅𝐶 − 6𝑥310
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥17500𝑥 √
27,3𝑥𝑇𝐼 − 1 − 62
22,8𝑥310
= 5,7𝑥17500𝑥 √
27,3𝑥462
Universitas Indonesia
104
𝑃𝑅𝐶 − 6𝑥310
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑅𝑥17500𝑥 √
27,3𝑥𝑇𝐼 − 1 − 62
23𝑥310
= 6𝑥17500𝑥 √
27,3𝑥462
Universitas Indonesia
105
• Desain
%𝑚𝑜𝑙 𝑁𝐻3 𝑜𝑢𝑡 − %𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑁𝐻3 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
(15,35 − 2,04)%
= 𝑥100%
100%
= 13,31%
• Mei
%𝑚𝑜𝑙 𝑁𝐻3 𝑜𝑢𝑡 − %𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑁𝐻3 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
(12,803 − 1,860)%
= 𝑥100%
100%
= 10,943%
• Juni
%𝑚𝑜𝑙 𝑁𝐻3 𝑜𝑢𝑡 − %𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑁𝐻3 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
(13,875 − 1,914)%
= 𝑥100%
100%
= 11,961%
• Juli
%𝑚𝑜𝑙 𝑁𝐻3 𝑜𝑢𝑡 − %𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑁𝐻3 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
(13,596 − 1,795)%
= 𝑥100%
100%
= 11,801%
• Agustus
%𝑚𝑜𝑙 𝑁𝐻3 𝑜𝑢𝑡 − %𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑁𝐻3 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
(11,979 − 2,000)%
= 𝑥100%
100%
= 9,979%
• September
%𝑚𝑜𝑙 𝑁𝐻3 𝑜𝑢𝑡 − %𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑁𝐻3 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
(13,409 − 1,730)%
= 𝑥100%
100%
Universitas Indonesia
106
= 11,679%
• Oktober
%𝑚𝑜𝑙 𝑁𝐻3 𝑜𝑢𝑡 − %𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑁𝐻3 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑖𝑛 𝑁𝐻3
(12,111 − 1860)%
= 𝑥100%
100%
= 10,251%
Universitas Indonesia
107
Universitas Indonesia
108
Universitas Indonesia