PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permendikbud nomor 5 tahun 2015 pasal 21 ayat 1 adalah sebagai berikut: (1)
Pemetaan mutu program dan. Atau satuan pendidikan; (2) Pertimbangan
seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; dan (3) Pertimbangan dalam
pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanyauntuk meningkatkan mutu pendidikan.
Hasil penelitian Guchi (2017: 49) menunjukkan sebaran soal pada soal ujian
nasional biologi dari tahun pelajaran 2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016
masih rendah dalam tingkatan C4 (Analisis), C3 (Evaluasi), dan C6 (Kreasi).
Soal-soal yang dibuat untuk UN harus menuntut peserta didik untuk berpikir
secara kritis, hal ini sesuai dengan penerapan Kurikulum 2013 diharapkan
dapat menghasilkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif inovatif dan
afektif, melalui penguatan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
Tidak hanya mengenai soal UN yang diujikan, instrumen penilain yang
dipakai juga harus dapat menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS)
menguji proses analisis, sintesis, evaluasi bahkan sampai kreatif
(Kemendikbud, 2014: 87).
Peserta didik perlu dilatih dalam hal keterampilan berpikirnya dengan cara
memberikan peserta didik tersebut soal yang memiliki tipe HOTS yang dapat
digunakan untuk memperbaiki keterampilan berpikir dari peserta didik. Soal
tersebut dibuat dengan menerapkan kompetensi dasar yang dapat digunakan
untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi dari peserta didik.
Mengingat peranan penilaian yang dapat menjadi motivasi dan tantangan
untuk perbaikan mutu daya saing pendidikan, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul” Analisis Soal Tipe Higher Order
Thinking Skill (HOTS) Dalam Soal Ujian Nasional (UN) Biologi Sekolah
Menengah Atas (SMA) Tahun Ajaran 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
a. Jenis stimulus?
C. Tujuan
a. Jenis stimulus
D. Manfaat Penelitian
E. Ruang Lingkup
A. Penilaian
Bicara mengenai penilaian tak akan lepas dari suatu pengukuran, namun
keduanya memiliki perbedaan arti. Pengukuran dilakukan untuk menentukan
kuantitas sedangkan penilaian dilakukan untuk menentukan nilai sesuatu.
Kartawidjaja (1987: 1) mengatakan mengukur sesuatu adalah usaha untuk
mengetahui keadaan sesuatu sebagaimana adanya. Berdasarkan data yang
terkumpul diperoleh hasil pengukuran berupa angka yang mengatakan tingkat
kualitas sesuatu yang diukur itu. Hasil pengukuran, baru akan mempunyai arti
apabila dibandingkan dulu dengan suatu patokan atau criteria. Semua usaha
membandingkan hasil pengukuran dengan patokan sebagai pembanding
disebut penilaian.
12) yaitu untuk mengetahui kemajuan anak atau murid setelah murid tersebut
13
Objek assesment terdiri dari tigas segi, yaitu: (1) input, (2) transformasi, dan
(3) output. Input (murid) dianggap sebagai bahan mentah yang akan diolah.
Transformasi dianggap sebagai dapur tempat mengolah bahan mentah, dan
output dianggap sebagai hasil pengolahan yang dilakukan di dapur dan siap
untuk dipakai. Setelah memilih objek yang akan di evaluasi selanjutkan
ditentukan aspek-aspek apa saja dari objek tersebut yang akan dievaluasi.
Kemudian dilihat dari input tersebut, maka objek dari evaluasi pendidikan
meliputi 3 aspek, yaitu: aspek kemampuan, kepribadian, dan sikap.
Sedangkan unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara
lain: kurikukum/materi, metode dan cara penilaian, sarana pendidikan/media,
sistem administrasi, guru dan personal lainnya (Uno dan Koni, 2012: 15-16).
Terdapat beberapa hal yang menjadi prinsip dalam penialaian, yaitu: proses
penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran, penilaian
harus mencerminkan masalah dunia nyata bukan dunia sekolah, penilaian
harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan
14
B. Analisis Soal
Analisis soal menurut Karno (dalam Alpusari, 2014: 107) adalah salah satu
kegiatan dalam rangka mengkontruksikan soal untuk mendapatkan gambaran
tentang mutu soal, baik mutu keseluruhan soal atau tiap butir soal . Tujuan
analisis butir soal kegiatan ini adalah (1) mengkaji dan menelaah setiap butir
soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum digunakan, (2) meningkatkan
kualitas butir tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta
(3) mengetahui informasi diagnostik pada siswa apakah mereka telah
memahami materi yang telah diajarkan. Soal yang bermutu adalah soal yang
dapat memberikan informasi setepat-tepatnya tentang siswa mana yang telah
menguasai materi dan siswa mana yang belum menguasai materi. Analisis
butir soal dapat dilakukan secara kualitatif (berkaitan dengan isi dan
15
Kegiatan analisis butir soal memiliki banyak manfaat menurut Anastasi &
Urbina ( dalam Suprananto, 2012: 164), yaitu: dapat membantu pengguna tes
dalam mengevaluasi kualitas tes yang digunakan, relevan bagi penyusunan
tes informal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa di kelas, mendukung
penulisan butir soal yang efektif, secara materi dapat memperbaiki tes di
kelas, meningkatkan validitas soal dan reliabilitas. Sedangkan, manfaat
kegiatan analisis butir soal juga diuraikan oleh Nitko dalam Suprananto
(2012:164) diantaranya untuk:
a. Menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang
diaharapkan;
b. Memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagai dasar
untuk bahn diskusi di kelas;
c. Member masukan kepada guru tentang kesulitan siswa;
beberapa teknik dapat digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif,
yaitu teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan teknik
berdiskusi yang didalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan
teknik ini setiap butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa
ahli, seperti guru yang mengajarkan materi, ahli materi, penyusun, dan
pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa, dan orang yang memiliki
latar belakang psikologi. Teknik berikutnya adalah teknik panel yakni suatu
teknik menelaah butir soal berdasarkan kaidah penulisan butir soal. Kaidah itu
diantaranya materi, konstruksi, bahasa atau budaya, kebenaran kunci jawaban
atau pedoman penskoran (Suprananto, 2012: 165).
C. Kemampuan Berpikir
Setiap orang dapat berpikir dan memecahkan masalah, tetapi ada perbedaan
yang luas dalam kecakapan-kecakapn tersebut antara orang yang satu dengan
yang lain. Berpikir itu menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah
sebagai berikut:
a. Adanya kesulitan yang dirasakan atau kedasaran akan adanya masalah
b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi
c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan
Proses dan jalannya berpikir terdapat tiga langkah pokok, yaitu: pembentukan
pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan. Pembentukan
pengertian dibentuk melalui 4 tingkat diantaranya: menganalisis ciri-ciri dari
sejumlah obyek yang sejenis obyek tersebut tersebut diperhatikan unsur-
unsurnya satu demi satu, membandingkan ciri-ciri tersebut untuk ditemukan
ciri-ciri mana yang sama dan mana yang tidak sama, kemudian
mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang ciri-cirinya yang tidak
hakiki, dan menangkap ciri-ciri yang hakiki (Soemanto, 1998: 32-33).
18
Pengetahu Mengingat
an Memahami
Pemahama Menerapka
n n
Penerapan Menganalis
Analisis is Menilai
Sintesis Menciptak
Penilaian an
(Krathwohl , 2001)
Deskripsi dan kata kunci setiap kategori pada tabel 1 dapat dilihat dalam
Tabel 2 berikut:
22
Remembering Menyebutkan
(mengingat): can the definisi,
student recall or menirukan ucapan, LOTS
HOTS
(Krathwohl , 2001)
25
2001: 70).
Pengetahuan Dimension)
(The C4 C5 C6
Knowledge Analisis Penilaian Penciptaan
C6 PF
C4 PF C5 PF
Pengetahuan Membuat Membandingk Menggabungkan
Faktual urutan, an,
(PF) mengelompok menghubungka
kan n
Pengetahuan C4 PK C5 PK
Konseptual Menjelaskan, Mengkaji, C6 PK
Merencanakan
30
(Krathwohl, 2001)
31
Dalam menulis butir soal, guru memiliki kecenderungan untuk menulis butir-
butir soal yang hanya menuntut aspek ingatan (recall). Disamping itu lebih
mudah dalam penulisan soal, materi yang hendak ditanyakan pun mudah
diperoleh dari buku teks. Pada umumnya, kesulitan yang dihadapi dalam
penulisan butir soal adalah dalam hal kreativitas da mewujudkan butir soal,
khususnya pertanyaan yang menuntut penalaran lebih tinggi (Higher order
thinking). Untuk dapat menyusun soal yang menuntut penalaran lebih tinggi,
ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman bagi guru. Pertama, materi
yang akan ditanyakan melibatkan berbagai aspek: pemahaman, penerapan,
sintesis, analisis, atau evaluasi, dan bukan hanya ingatan. Meskipun ingatan
32
Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes
untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka,
atau simbol. Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi, yaitu: (1)
35
Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam
ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak
membingungkan siswa, (2) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat
dan pasti yaitu berupa kata, frase, angka, simbol, tempat, atau waktu.
Sedangkan soal jawaban singkat atau pendek merupakan soal yang
menuntut peserta tes untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi
kata, frase, angka, atau simbol. Karakteristik soal isian singkat atau
melengkapi, yaitu: Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya
satu bagian dalam ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya
tidak membingungkan siswa, jawaban yang dituntut oleh soal harus
singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase, angka, simbol, tempat, atau
waktu. Sedangkan Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya
menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah
dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan
tersebut menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis (Widana,
2017: 6)
Agar butir soal yang ditulis dpat menuntut penalaran tinggi maka
setiap butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang
berbentuk sumber/bahan bacaan seperti: teks bacaan, paragraph, teks
drama, penggalan novel, cerita, dongeng, puisi, kasus, gambar, grafik,
foto, rumus, tabel, rumus, daftar kata sismbol, contoh, peta, film atau
suara yang direkam.
36
Soal ujian yang berkualitas menurut Kemendikbud (2015: 10-13) adalah soal
yang baik, pelaksanaan yang jujur dan kredibel, pemanfaatan hasil untuk
peningkatan mutu pendidikan berkelanjutan, tepat mutu, tepat waktu, tepat
jumlah, dan tepat sasaran. Ujian nasional dilakukan untuk membentuk
generasi pembelajar yang berintegritas. Ujian Nasional menjadi kebutuhan
pemetaan (diagnistik) bagi siswa, orang tua, guru, sekolah, pemerintah dan
masyarakat. Peta perjalan perubhan ujian nasional dari tahun 2015 hingga
44
nanti pada tahun 2019-2020. Pada tahun 2015 ujian nasional tidak untuk
kelulusan, kemudian dapat diulang pada tahun berikutnya, SKHUN yang
lebih bermakna, dan pengenalan CBT. Sedangkan pada tahun 2016-2018
ujian nasional dilakukan pada awal semester terakhir dan ujian nasional dapat
diulang pada tahun yang sama. Pada tahun 2019-2020 yang akan mendatang,
sekolah dan guru dapat mengarahkan potensi siswa secara lebih baik, ujian
nasional CBT dilakukan secara luas dan terbentuk testing center di daerah,
ujian nasional dilakukan dengan jadwal yang fleksibel.
F. Kerangka Pikir
Higher Order Thingking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu
kemampuan berpikir yang tidak hanya mengingat, menyatakan kembali atau
melakukan pengolahan. Sehingga apabila Higher Order Thingking Skill atau
kemampuan berpikir tingkat tinggi seseorang akan tumbuh maka seseorang
dapat menghadapi kehidupan di Abad 21, karena pada Abad 21 seseorang
harus memiliki kemampuan tersebut, jika tidak maka seseorangf tersebut
tidak dapat survive. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu
mengembangkan keampuan dan membentuk watak dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk dapat menumbuhkan Higher Order
Thingking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi seseorang harus
diberi stimulus, salah satunya adalah dengan soal-soal tipe Higher Order
Thingking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berhasil atau
tidaknya Higher Order Thingking Skill atau kemampuan berpikir tingkat
tinggi seorang siswa dievaluasi dalam bentuk tes. Pemerintah mengukur
45
Harus Memenuhi
Kompetensi
Berpikir Pemecahan
Stimulu Kritis Masalah
s
46
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada bulan Februari 2017-
Juni tahun ajaran 2017/2018 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
B. Subjek Penelitian
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif jenis
analisis isi atau dokumen.
43
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Analisis Soal
1. Jenis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif jenis analisis isi atau dokumen. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1. Mengelompokkan butir soal Ujian Nasional Biologi tingkat SMA
yang termasuk dalam kategori HOTS.
K= Ki x 100%
Total soal
Keterangan:
K : Persentase indikator dari masing-masing karakteristik soal tipe
HOTS dalam soal UN Biologi SMA tahun 2016/2017.
Ki : banyaknya butir soal hasil analisis dari indikator masing-masing
karakteristik soal tipe HOTS dalam soal UN Biologi SMA tahun
2016/2017.
Skala Keterangan
0 – 20 % Sebagian kecil
21 – 40 % Kurang dari setengah
41 – 60 % Setengah
61 – 80 % Sebagian besar
81 – 100 % Hampir semua
Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2001: 245)
47
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A dan Supriyono, W. 2001. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
242 hlm.
Alpusari, M. 2014. Analisis Butir Soal Konsep Dasar IPA 1 Melalui Penggunaan
Program Komputer Anates Versi 4.0 For Windows. Jurnal Primary
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau. 3 (2). 10 hlm.
Arti, Endah, dan Hariyatmi. 2015. Kemampuan Guru Mata Pelajaran Biologi
Dalam Pembuatan Soal HOT (Higher Order Thinking) Di SMA Negeri
Wonosari Klaten .Skripsi.
Guchi, P. 2017. Analisis Butir Soal Ujian Nasional (UN) Biologi SMA Tahun
Pelajaran 2013/2014, 2014/2015, 2015/2016 Berdasarkan Taksonomi
Bloom Revisi. (Skripsi). Universitas Negeri Medan. Medan. 50 hlm
Lailly, N., dan Wisudawati, A. 2015. Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking
Skill (HOTS) dalam Soal UN Kimia SMA Rayon B Tahun 2012/2013.
Kaunia: Integration and Interconnection Islam and Science. 11 (1). 13 hlm.
Miri, B., Ben-Chaim., D& Zoller, V. 2007. Puposely Teaching for the Promotion
of Higher Order Thinking Skills A Case of Critical Thinking. Res SCI Educ
37.
59
Munaf, S. 2001. Evaluasi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidika Fisika Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidika
Indonesia. Bandung.
Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 224 hlm
Rofiah, E., Amiah, Nonoh, S., dan Ekawati, E. 2013. Penyusunan Instrument Tes
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa SMP. Jurnal
Pendidikan Fisika. l 1 (2). 6 hlm.
Sutama, G.A. Sandi, dan Fuandi. 2017. Pengelolaan Penilaian Autentik kurikulum
2013 Mata Pelajaran Matematika di SMA. Jurnal Manajemen Pendidikan.
12 (10): 105-114.
Widana, I . 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta. 46 hlm.