2017
Oktavianty, Theresiana
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1301
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
STUDI KELENGKAPAN RESEP PSIKOTROPIKA DAN
NARKOTIKA DI BEBERAPA APOTEK DI KOTA MEDAN
PERIODE MARET – MEI 2017
SKRIPSI
OLEH:
THERESIANA OKTAVIANTY
NIM 131501055
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
THERESIANA OKTAVIANTY
NIM 131501055
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
dan penulisan skripsi yang berjudul Studi Kelengkapan Resep Psikotropika dan
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof.
Dr. Masfria, M.S., Apt., Dekan Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah
masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan
Ph.D, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan,
dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis
juga berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Drs. Wiryanto, MS., Apt., Bapak
Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc, Apt., dosen penguji yang telah memberikan
kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu
Prof. Dr. Rosidah., M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan. Bapak dan Ibu staf
perkuliahan.
yang tulus kepada Ayahanda Aiptu Agusmer Sitompul dan Ibunda Dumauli
Hasibuan, AMG, RD., yang tiada hentinya berdoa dan berkorban dengan tulus
dan ikhlas bagi kesuksesan penulis, untuk abang saya Tommy Harianto Aldemart
iv
Universitas Sumatera Utara
Sitompul, AMF., yang selalu setia memberi doa, dorongan dan semangat kepada
yang terkasih, Rismi Tri Putri, S.Farm., Nelly Frista, Ruth Sonya Silaen, S.Farm.,
Yeni Rori, S.Farm., Betty Sonia, S.Farm., Jaen Ernist, S.Farm., teman-teman
stambuk 2013, abang dan adik kelas saya atas segala bantuan dan dukungan serta
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan
yang berlipat ganda atas kebaikan yang telah diberikan. Akhirnya penulis
Theresiana Oktavianty
NIM 131501055
v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena
kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat akibat kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Theresiana Oktavianty
NIM 131501055
vi
Universitas Sumatera Utara
STUDI KELENGKAPAN RESEP PSIKOTROPIKA DAN
NARKOTIKA DI BEBERAPA APOTEK DI KOTA MEDAN PERIODE
MARET – MEI 2017
ABSTRAK
Kelengkapan resep merupakan aspek penting dalam resep sehingga dapat
membantu mengurangi terjadinya medication error. Resep adalah permintaan
tertulis oleh dokter kepada apoteker untuk menyiapkan dan menyerahkan obat
kepada pasien. Terdapat problematika yang telah lama terjadi dan secara terus
menerus berlangsung, berupa penulisan resep dokter yang sulit dibaca dan
ketidaklengkapan administrasi resep sebagai informasi pengobatan pasien. Ini
merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan medication error dari
sebuah pelayanan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan resep
psikotropika dan narkotika di beberapa apotek di kota Medan. Penelitian ini
bersifat deskriptif, dilakukan secara retrospektif terhadap resep. Pemilihan apotek
sebagai sampel berdasarkan pada kriteria inklusi yang ditetapkan oleh peneliti.
Metode pengambilan resep dilakukan dengan menggunakan metode Random
sampling, sebanyak 371 resep psikotropika, 223 resep narkotika dan sebanyak 37
resep yang sulit dibaca dengan total seluruh resep sebanyak 631 resep.
Hasil penelitian ini resep yang ditinjau dari aspek kelengkapan resep
maret-mei 2017 di apotek - apotek di kota Medan didapatkan 19 (5,1%) resep
psikotropika dan 2 (0,9%) resep narkotika yang memenuhi aspek kelengkapan
administratif dokter, didapatkan tidak satupun resep psikotropika dan narkotika
memenuhi aspek kelengkapan administratif pasien.
Hasil penelitian ini 175 (42%) resep psikotropika dan 79 (33,8%) resep
narkotika yang memenuhi aspek kelengkapan farmasetik. Dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa masih banyak ditemui resep yang tidak memenuhi
aspek administratif dan farmasetik resep di apotek kota medan dikhawatirkan
dapat memicu terjadinya medication error.
vii
Universitas Sumatera Utara
STUDY OF COMPLETENESS OF PSYCHOTROPIC AND
NARCOTICS PRESCRIPTION AT PHARMACY IN MEDAN PERIOD
MARCH – MAY 2017
ABSTRACT
The completeness of prescription is an important aspect in the prescription
because it can help to reduce the occurrence of medication errors. Prescription is
written request by the doctor to the pharmacist to prepare and deliver the drug to
the patient. There are the problems that have recently occurred and continue to
take place, such as a doctor's prescription writing illegible and incomplete
administration of prescription as patient medication information. This is one of the
factors that can lead to medication errors from a health service.
This research was conducted to evaluate the completeness of prescription
evaluate the completeness of psychotropic and narcotics prescriptions at some
pharmacy in Medan. The study was descriptive, with retrospective review on the
prescription. Selection of pharmacy was chosen based on the inclusion criteria
which was decided. Sampling methods were using random sampling, which ended
up with a 371 prescriptions psychotropic, 223 prescription narcotics and as many
as 37 hard to read prescription with a total of 631 prescription.
Results of prescription data in terms of completeness of March - May 2017
at the pharmacies in Medan city obtained were 19 (5.1%) psychotropic
prescriptions and 2 (0.9%) of narcotic prescription that meet the administrative
completeness of the doctor’s , none of the psychotropic and narcotic prescriptions
fulfilled the patient's administrative completeness.
As much 175 (42%) psychotropic prescription and 79 (33.8%) of narcotic
prescription fulfill the pharmaceutics completeness aspect. Based on this study
there were many prescription forms which were not to fulfill the completeness of
administrative and pharmaceutics prescription tend to results in medication error
at pharmacy in Medan.
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN.......................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xv
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Tujuan Penulisan Resep............................................... 6
x
Universitas Sumatera Utara
4.1 Kelengkapan Administratif.................................................. 22
LAMPIRAN ............................................................................................. 39
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.5 Jumlah Aspek Rata – Rata dari Resep yang Buruk dan yang
Baik.......................................................................................... 25
4.8 Jumlah Aspek Rata – Rata dari Resep yang Buruk dan yang
Baik.......................................................................................... 26
4.11 Jumlah Aspek Rata – Rata dari Resep yang Buruk dan yang
Baik.......................................................................................... 28
4.14 Jumlah Aspek Rata – Rata dari Resep yang Buruk dan yang
Baik.......................................................................................... 29
xii
Universitas Sumatera Utara
4.16 Jumlah (Persentrase) Kelengkapan Farmasetik pada Resep
Narkotika ................................................................................. 30
4.18 Jumlah Aspek Rata – Rata dari Resep yang Buruk dan yang
Baik.......................................................................................... 31
4.21 Jumlah Aspek Rata – Rata dari Resep yang Buruk dan yang
Baik.......................................................................................... 32
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
bahwa “Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien peraturan yang berlaku. Resep yang baik harus
apa yang akan diberikan kepada pasien. Namun pada kenyataannya, masih banyak
lengkapnya administratif pasien, penulisan resep yang tidak jelas atau tidak
tidak menuliskan rute pemberian obat, dan tidak mencantumkan tanda tangan atau
bahwa medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian
obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.
Bentuk medication error yang terjadi adalah pada prescrebing error (error terjadi
pada penulisan resep) yaitu kesalahan yang terjadi selama proses peresepan obat
atau penulisan resep. Dampak dari kesalahan tersebut sangat beragam, mulai yang
tidak memberi resiko sama sekali hingga terjadinya kecacatan atau bahkan
yang dilakukan oleh Hartayu dan Widayati, menunjukkan bahwa yang dapat
1
Universitas Sumatera Utara
memicu terjadinya medication error adalah ketidaklengkapan resep yang banyak
dijumpai tidak tercantumnya berat badan (RS I: 65,71% ; RS II: 100% ; apotek:
98,53%) dan umur pasien (RS I: 49,84% ; RS II: 100% ; apotek:14,05%) (Hartayu
sebuah rumah sakit pendidikan diluar negeri mendapati bahwa rata - rata
kesalahan resep yang berpotensi memberikan efek yang merugikan pada pasien
sekitar 4 dari 1000 resep (Velo dan Minuz, 2009). Hasil dari penelitian dari
penulisan signa sebanyak 50,8%, kesalahan penulisan dosis obat sebanyak 50,8%
dan paraf dokter sebanyak 6,8%, sebanyak 11 (3,7%) resep lengkap dar
Selain itu kelengkapan resep juga harus menjadi keharusan terutama paraf
dokter untuk menilai keabsahan dari suatu resep sehingga tidak terjadi
penggunan obat psikotropika dan narkotika (Harjono dan Nuraini, 1999; Fita dan
Oetari, 2002).
oleh seorang apoteker adalah melakukan skrining resep atau pengkajian resep.
pencantuman informasi, penulisan resep yang buruk dan penulisan resep yang
medication error dalam proses pelayanan. Hal ini dapat dihindari apabila apoteker
(Permenkes, 2016).
2
Universitas Sumatera Utara
Salah satu pelayanan yang harus dilakukan oleh apoteker di apotek adalah
pelayanan resep yang meliputi skrining resep. Hal ini telah diatur oleh Peraturan
pencantuman informasi, penulisan resep yang buruk dan penulisan resep yang
tidak tepat.
dan resep narkotika yang diterima oleh Apotek-apotek di Kota Medan telah
kelengkapan farmasetik).
Medan.
3
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
di Kota Medan.
mengenai permasalahan dalam penulisan resep. Selain itu diharapkan juga untuk
-Kelengkapan farmasetik:
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resep
bahwa resep adalah permintaan tertulis dan dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
masyarakat, tetapi harus melalui resep dokter (on medical prescription only).
Dalam sistem distribusi obat nasional peran dokter sebagai “medical care” ikut
Yaitu resep yang sudah dimodifikasi atau diformat oleh dokter bisa berupa
terlebih dahulu.
2. Resep medicinal
Yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang maupun generic,
5
Universitas Sumatera Utara
3. Resep obat generik
Yaitu penulisan resep obat dengan nama generic dalam bentuk sediaan dan
(Riza, 2017).
farmakope atau buku standar lainnya. Penulisan resep sesuai dengan buku
standar.
farmasi.
4. Instalasi farmasi atau apotek rentang waktu bukanya lebih panjang dalam
obat kepada masyarakat, tidak semua golongan obat dapat diserahkan kepada
oriented.
rahasia.
6
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Penulisan Resep
kepada pasien melalui kertas resep menurut kaidah dan peraturan yang berlaku,
1. Dokter umum.
2. Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut. Dokter gigi diberi izin
menulis resep semua jenis obat yang ditujukan untuk pemakaian melalui
mengobati penyakit gigi dan mulut. Dokter gigi dilarang untuk meresepkan
obat bius.
Dibelakang tanda ini (R/) biasanya baru tertera nama dan jumlah obat. Umumnya
resep ditulis dalam bahasa latin. Sehubungan dengan penggunaan bahasa latin
sebagai bahasa resep, tentu kita harus memahami singkatan dan makna dari
kosakata yang biasa digunakan dalam penulisan resep. Lembaran resep umumnya
berbentuk empat persegi panjang , ukuran ideal lebar 10-12 cm dan panjang 15-20
cmdengan mencantumkan nama gelar yang sah, jenis pelayanan sesuai SIP,
nomor SID/ SIP, alamat praktek, nomor telepon dan waktu praktek. (Riza, 2017).
7
Universitas Sumatera Utara
1. Prescriptio/Ordonatio
2. Inscriptio
Berisi nama, alamat, no. telepon dokter dan SIP/SIK dokter, kota dan tanggal
penulisan resep. Format inscription suatu resep dari rumah sakit sedikit
3. Invactio
apotek.
4. Signatura
Yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu
terapi.
5. Subscrioptio
Yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna sebagai legalitas dan
6. Pro (diperuntukkan)
Dicantumkan nama dan umur pasien. Teristimewa untuk obat narkotika juga
(Riza, 2017).
kefarmasian, oleh karena itu tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada yang
8
Universitas Sumatera Utara
penderita, khusus beberapa penyakit, dimana penderita tidak ingin orang lain
mengetahuinya. Oleh karena itu kerahasian dijaga, kode etik dan tata cara
yang harmonis diantara profesional yang berhubungan, antara lain: medical care,
pharmaceutical care & nursing care, yang berhak melihat resep di apotek, antara
lain:
1. Tanda Segera
segera dan dokter dapat memberikan tanda pada resep sebagai berikut:
Cito : segera
Urgent: penting
Bila dokter ingin resepnya dibuat dan dilayani segera oleh apoteker tanda segera
atau tulisan peringatan seperti Cito, Urgent, Statim dan PIM dapat ditulis sebelah
kanan atas atau bawah blanko resep (Jas, 2008). Urutan yang didahulukan adalah
9
Universitas Sumatera Utara
2. Tanda Dosis Sengaja Dilampaui
Tanda seru diberi di belakang nama obatnya jika dokter sengaja member
Bila dokter menginginkan agar resepnya dapat diulang, dapat ditulis dalam
resep di sebelah kanan atas dengan tulisan iter (Iteratie) dan beberapa kali boleh
diulang. Misal:
Pengulangan ini tidak berlaku untuk resep narkotika. Resep untuk narkotika harus
resep baru.
Iteratie (N.I) ditulis di sebelah atas blanko resep. Resep yang tidak boleh diulang
adalah resep mengandung obat-obatan narkotik, psikotropik dan obat keras yang
Resep yang mengandung narkotika tidak boleh ada iterasi yang artinya
dapat diulang, tidak boleh ada u.c (usus cognitus) yang berarti pemakaiannya
diketahui. Resep dengan obat narkotik harus disimpan terpisah dengan resep obat
1. Resep ditulis jelas dengan tinta dan lengkap di kop resep, tidak ada keraguan
10
Universitas Sumatera Utara
2. Signature ditulis dalam singkatan latin dengan jelas, jumlah takaran sendok
dengan signa bila genap ditulis angka romawi, tetapi angka pecahan ditulis
bersangkutan dan dicantumkan alamat pasien dan resep tidak boleh diulangi
9. Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak umum (singkatan
sendiri).
10. Hindari tulisan sulit dibaca hal ini dapat mempersulit pelayanan.
11. Resep harus dijaga kerahasiaanya, karena resep merupakan medical record
dokter dalam praktik dan bukti pemberian obat kepada pasien yang diketahui
Penulisan resep dalam bahasa latin dalam bentuk singkatan, ini sudah baku
dan bahasa ini sudah jarang dipakai dalam komunikasi sosial. Format penulisan
resep juga sudah baku pula, sehingga resep dapat dimengerti oleh apoteker/
11
Universitas Sumatera Utara
Dalam penulisan resep, para dokter harus mempunyai pengetahuan obat lebih
mendalam mengenai berbagai jenis, bentuk, sediaan dan jumlah obat dijelaskan.
1. Obat ditulis dengan nama paten/ dagang, generik, resmi atau kimia.
2. Karakteristik nama obat ditulis harus sama dengan yang tercantum pada label
kemasan.
1. Pengkajian administratif
dokter, tanda tangan/ paraf dokter, tanggal penulisan resep, nomor telepon dokter,
nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, berat badan pasien
a. Penulisan nama dokter ada yang menggunakan tulisan tangan dan ada yang
menggunakan stampel. Nama dokter berguna bila terdapat hal yang kurang
resep maka apoteker dapat dengan mudah menghubungi dokter yang menulis
resep tersebut.
12
Universitas Sumatera Utara
c. Nomor SIP dokter menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016
dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran wajib
d. Tanggal penulisan resep adalah waktu yang menunjukan resep tersebut ditulis
oleh dokter penulis resep, oleh pihak apoteker tanggal resep akan
e. Paraf dokter menunjukkan keaslian atatu keotentikan resep, selain itu adanya
paraf dokter pada resep menunjukkan keabsahan resep untuk dilayani oleh
f. Nomor telepon dokter dicantumkan apabila terjadi kekeliruan pada resep yang
pasien yang mendapat pengobatan dari dokter. Penulisan nama yang tidak
jelas akan menyebabkan obat keliru diberikan pada pasien (Joenoes, 2001).
seperti terjadi tertukarnya pemberian obat pada pasien lain dikarenakan pasien
13
Universitas Sumatera Utara
i. Penulisan umur sangat penting untuk dicantumkan dalam resep, apakah sudah
tepat atau belum dengan umur pasien terutama anak-anak. Dalam resep
terdapat nama pasien, tetapi tidak mencantumkan umur, maka resep dianggap
k. Berat badan pasien digunakan sebagai control supaya lebih akurat dalam
dalam pengaturan dosis, karena pasien anak memiliki berat badan yang lebih
kecil dari pada pasien dewasa. Apabila bobot pasien anak diketahui, maka
2. Kesesuaian farmasetik
a. Nama obat adalah obat yang diresepkan oleh dokter untuk pasiennya, jika
obat.
b. Kekuatan obat merupakan jumlah obat yang terkandung dalam setiap bentuk
sediaan, misalnya tablet dengan satuan milligram atau larutan dengan satuan
14
Universitas Sumatera Utara
c. Penulisan bentuk sediaan obat diperlukan untuk mengetahui bentuk sediaan
(Bobb, 2004).
d. Aturan pakai ditandai dengan signa biasanya disingkat S. Aturan pakai pada
resep obat sangat penting maka harus ditulis dengan jelas agar tidak terjadi
e. Penulisan total obat dalam resep sangat diperlukan untuk menentukan berapa
banyak obat yang dibutuhkan untuk terapi pada pasien. Jika dalam resep
a. Dispensing.
c. Konseling.
pasien akibat penanganan, tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Hasil
medication error ini menyebabkan terjadinya pemakaian obat yang tidak tepat.
15
Universitas Sumatera Utara
Kejadian medication error dapat terjadi dalam 4 bentuk, yaitu:
1. Prescribing error : kesalahan yang terjadi selama proses peresepan obat atau
kesalahan penulisan dosis, lupa menulis kadar obat, tulisan tangan pada resep
yang tidak terbaca, tidak adanya aturan pakai, tidak jelas nama obat.
meliputi content error dan labeling error : Jenis dispensing error ini dapat
berupa pemberian obat yang tidak tepat dan obat tidak sesuai dengan resep.
kepada pasien meliputi kesalahan teknik pemberian rute, waktu, salah pasien
(Charles, 2006).
informasi penulis resep dan pasien, selain itu berkaitan dengan tidak adanya
dengan klinis seperti kesalahan dosis obat, interaksi obat dan kesalahan cara
penggunaan obat.
16
Universitas Sumatera Utara
2.5 Penyimpanan Resep
1. Resep yang mengandung narkotika dipisahkan dan diberi garis merah dibawah
nama obat.
2. Resep disimpan menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep.
dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh apoteker
apotek. Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai
dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan ditanda-tangani oleh apoteker
apotek. Berita acara tersebut dikirim masing – masing kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi dan arsip di apotek. Berita acara pemusnahan resep
memuat:
5. Apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan obat atas dasar resep yang
sama apabila pada resep aslinya tercantum n.i (ne iteratur = tidak boleh
diulang) atau obat narkotika atau obat lain yang oleh Menkes dan Badan POM
yang ditetapkan sebagai obat yang tidak boleh diulang (Riza, 2017).
17
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
mengumpulkan data yang telah ada sebelumnya lalu data tersebut ditelaah untuk
Sumber data dalam penelitian merupakan resep dari mana data dapat
diperoleh (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini data diperoleh dari Apotek-apotek
di Kota Medan.
Kriteria inklusi yang digunakan yaitu resep pasien yang terdapat di Apotek-
Apotek di Kota Medan periode Maret - Mei 2017 yang belum dilakukan analisa.
Kriteria eksklusi yang digunakan yaitu resep dengan penulisan buruk yang
terdapat di Apotek-Apotek di Kota Medan periode Maret - Mei 2017 yang belum
dilakukan analisa.
18
Universitas Sumatera Utara
3.4 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan mengambil resep psikotropika dan narkotika
dari 100 apotek hanya 15 apotek di Kota Medan. Apotek yang dipilih merupakan
apotek yang bersedia ikut serta dalam bagian penelitian ini dan dapat mewakili.
mengenai keadaan populasi maka batasan dan karakteristik populasi harus jelas
Mei 2017 yang diterima oleh apotek yang terpilih atau bersedia ikut serta dalam
penelitian ini.
apotek di Kota Medan yang memiliki resep – resep psikotropika dan narkotika.
boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi bersifat homogen. Hal
tersebut berarti setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk diambil
19
Universitas Sumatera Utara
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005). Jumlah sampel dihitung berdasarkan
N
rumus:n =
1+Ne2
Sebanyak 100 apotek akan dipilih dengan resep psikotropika dan narkotika
yang terdapat di Apotek-Apotek di Kota Medan periode Maret- Mei 2017 menjadi
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan skrining resep pada resep-resep
yang menjadi sampel dari penelitian ini dan hasil yang diperoleh dianalisa.
Dokter, Nama pasien, Alamat pasien, Umur pasien, Jenis kelamin pasien
Pada penelitian ini analisis data dilakukan secara deskriptif yaitu untuk
Data dianalisa secara deskriptif dalam bentuk frekuensi dan persentase. Hasil
deskriptif yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan gambar.
Mencari aspek rata-rata untuk menentukan suatu resep buruk dan baiknya
20
Universitas Sumatera Utara
jumlah × skor = hasil (dijumlahkan semua hasilnya)
total seluruh resep psikotropika/narkotika
Maka dari cara diatas dapat ditentukan bila suatu resep buruk yaitu
dibawah nilai kritis dan resep yang baik yaitu diatas nilai kritis.
kefarmasian.
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
tanggal penulisan resep, paraf dokter, nomor telepon dokter. nama pasien,
alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien dan berat badan pasien.
d. Penulisan resep yang baik kemampuan responden dalam menulis resep yang
sesuai dari segitulisan yang dapat dibaca dan penulisan resep yang benar yaitu
dari segi kaidah dan format penulisan resep yang meliputi kelengkapan
f. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
21
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
Apotek yang memiliki resep psikotropika dan narkotika di Kota Medan. Sebanyak
371 resep Psikotropika dan 223 resep Narkotika terpilih secara random untuk
dan sebanyak 37 resep dengan penulisan buruk dan seluruh total 631 resep.
Hasil penelitian menunjukan tidak satupun resep yang tidak mencantumkan nama
penelitian ini terdapat 264 (71,1%) lembar resep pada psikotropika dan 194 (87%)
pada resep narkotika yang tidak mencantumkan nomor SIP. Pada penelitian ini
narkotika yang tidak mencantumkan tanggal penulisan resep. Paraf dokter juga
dapat menjadi bukti bahwa resep yang tidak mencantumkan paraf dokter sebanyak
65 (17,5%) resep psikotropika dan 207 (92,8%) resep narkotika. Dalam penelitian
ini ditemukan resep yang tidak mencantumkan nomor telepon dokter sebanyak 65
pasien. Pada penelitian ini resep yang tidak mencantumkan alamat pasien
sebanyak 285 (776,8%) resep psikotropika dan 106 (47,5%) resep narkotika. Hasil
22
Universitas Sumatera Utara
penelitian menunjukkan bahwa 183 (49,3%) lembar resep psikotropika dan 98
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa 328 dengan persentase (88,4%)
lembar resep psikotropika dan 218 dengan persentase (97,6%) lembar resep
narkotika tidak mencantumkan jenis kelamin pasien. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan resep yang tidak mencantumkan berat badan pasien sejumlah 363
(97,8%) lembar resep psikotropika dan 223 (100%) lembar resep narkotika.
resep yaitu sebanyak 6 aspek (nama dokter, alamat praktek, SIP, tanggal resep,
23
Universitas Sumatera Utara
paraf dokter dan no telepon dokter). Sebanyak 111 (30%) resep hanya memenuhi
dilengkapi dengan paraf dokter dan 32 (7,6%) resep tidak dilengkapi dengan SIP
administratif penulis resep yaitu 166 (44,7%) jumlah itu mayoritas hanya
dilengkapi dengan Nama dokter, alamat praktek dokter, tanggal resep, no telepon
dokter tidak dilengkapi dengan SIP dan paraf dokter 143 (38,5%).
Tabel 4.3 Jumlah aspek yang terpenuhi dalam kelengkapan administratif dokter
resep psikotropika
Aspek Terpenuhi Jumlah
1 aspek 2 (0,5%)
2 aspek 27 (7,3%)
3 aspek 46 (12,4%)
4 aspek 166 (44,7%)
5 aspek 111 (30%)
6 aspek 19 (5,1%)
Tabel 4.4 Rincian aspek yang tidak terpenuhi dalam kelengkapan administratif
dokter pada resep psikotropika
No Aspek tidak Terpenuhi Jumlah Skor
1 Alamat praktek, SIP, tanggal resep, paraf, no 2 (0,5%) 1
telp dokter
2 Alamat praktek, SIP, paraf, no telep dokter 27(7,3%) 2
3 SIP, paraf, no telepon dokter 9(2,4%) 3
4 Alamat praktek, SIP, no telepon dokter 18(4,9%) 3
5 SIP, tanggal resep, paraf dokter 17(4,6%) 3
6 Alamat praktek, SIP, paraf 2(0,5%) 3
7 SIP, paraf 143(38,5%) 4
8 Tanggal resep, paraf 7(1,9%) 4
9 SIP, no telepon dokter 4(1,1%) 4
10 Paraf, no telepon dokter 2(0,5%) 4
11 SIP, tanggal resep 10(2,7%) 4
12 Paraf dokter 74(19,9%) 5
13 Tanggal resep 2(0,5%) 5
14 SIP 32(8,6%) 5
15 No telepon dokter 3 (0,8%) 5
16 Memenuhi 6 aspek 19 (5,1%) 6
24
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Jumlah aspek rata-rata dari resep yang buruk dan yang baik
No Aspek rata-rata Ketentuan
1 Skor <4 Resep buruk
2 Skor ≥4 Resep baik
Skor yang terdapat pada tabel 4.5 dapat ditentukan baik buruknya dari
suatu kelengkapan resep, bila skor dari resep yang terdapat pada tabel 4.5 kurang
dari 4 (< 4) maka resep bisa dikatakan buruk apabila skor lebih besar dari 4 (≥ 4)
maka resep dapat dikatakan baik. Hasil penelitian dari resep psikotropika ini lebih
2013).
Tabel 4.6 Jumlah aspek yang terpenuhi dalam kelengkapan administratif dokter
resep narkotika
Aspek Terpenuhi Jumlah
1 aspek 0 (0%)
2 aspek 18 (8%)
3 aspek 18 (8%)
4 aspek 154 (69,1%)
5 aspek 31 (14%)
6 aspek 2 (0,9%)
yaitu sebanyak 6 aspek dengan aspek yaitu nama dokter, alamat praktek dokter,
SIP, tanggal resep, paraf dokter dan no telepon dokter. Sebanyak 31 (14%) resep
resep tidak dilengkapi dengan paraf dokter dan 12 (5,4%) resep tidak dilengkapi
penulis resep yaitu 154 lembar resep dengan persentase (69,1%) jumlah itu
mayoritas hanya dilengkapi dengan nama dokter, alamat praktek dokter, tanggal
25
Universitas Sumatera Utara
resep, no telepon dokter tidak dilengkapi dengan SIP dan paraf dokter 146 dengan
persentase (65,5%). Hasil penelitian dari resep narkotika ini lebih rendah
2013).
Tabel 4.7 Rincian aspek yang tidak terpenuhi dalam kelengkapan administratif
dokter pada resep narkotika
No Aspek tidak Terpenuhi Jumlah Skor
1 SIP, tanggal resep, paraf, no telepon dokter 1 (0,4%) 2
2 Alamat praktek, SIP, paraf, no telepon dokter 17 (7,6%) 2
3 Tanggal resep, paraf, no telepon dokter 1(0,4%) 3
4 SIP, paraf, no telepon dokter 9 (4%) 3
5 alamat praktek, tanggal resep, no telp dokter 1(0,4%) 3
6 SIP, tanggal resep, paraf 7 (3,1%) 3
7 SIP, paraf 146 (65,5%) 4
8 SIP, no telepon dokter 1 (0,4%) 4
9 Tanggal resep, paraf 1 (0,4%) 4
10 SIP, tanggal resep 1 (0,4%) 4
11 Paraf, no telepon dokter 5 (2,2%) 4
12 Paraf 18 (8,1%) 5
13 No telepon dokter 1 (0,4%) 5
14 SIP 12 (5,4%) 5
15 Memenuhi 6 aspek 2 (0,9%) 6
Skor yang terdapat pada tabel 4.8 dapat ditentukan baik buruknya dari suatu
kelengkapan resep, bila skor dari resep yang terdapat pada tabel 4.8 kurang dari 4
(< 4) maka resep bisa dikatakan buruk apabila skor lebih besar dari 4 (≥ 4) maka
Tabel 4.8 Jumlah aspek rata-rata dari resep yang buruk dan yang baik
No Aspek rata-rata Ketentuan
1 Skor < 4 Resep buruk
2 Skor ≥ 4 Resep baik
26
Universitas Sumatera Utara
yaitu sebanyak 6 aspek dengan aspek yaitu nama dokter, alamat praktek dokter,
SIP, tanggal resep, paraf dokter dan no telepon dokter. Sebanyak 31 (14%) resep
resep tidak dilengkapi dengan paraf dokter dan 12 (5,4%) resep tidak dilengkapi
penulis resep yaitu 154 lembar resep dengan persentase (69,1%) jumlah itu
mayoritas hanya dilengkapi dengan nama dokter, alamat praktek dokter, tanggal
resep, no telepon dokter tidak dilengkapi dengan SIP dan paraf dokter 146 dengan
persentase (65,5%). Hasil penelitian dari resep narkotika ini lebih rendah
2013).
Tabel 4.9 Jumlah aspek yang terpenuhi dalam kelengkapan administratif pasien
pada resep psikotropika
Aspek terpenuhi Jumlah
1 aspek 99 (26,7%)
2 aspek 234 (63,1%)
3 aspek 23 (6,2%)
4 aspek 15 (4%)
5 aspek -
administratif pasien yaitu nama pasien, umur pasien (158; 42,6%). Sebanyak 23
(6,2%) resep terdiri dari 3 aspek, mayoritas mencantumkan nama, umur, jenis
pasien dan sebanyak 15 (4%) memenuhi 4 aspek antara lain nama, alamat, umur
pasien dan jenis kelamin, manakala tidak satupun resep psikotropika melengkapi
27
Universitas Sumatera Utara
dengan 5 aspek kelengkapan administratif pasien (nama, alamat, umur, jenis
Tabel 4.10 Rincian aspek yang tidak terpenuhi dalam kelengkapan administratif
pasien pada resep psikotropika
No Aspek tidak Terpenuhi Jumlah Skor
1 Alamat, umur, jenis kelamin, berat badan 99 (26,7%) 1
2 Umur, jenis kelamin, berat badan 68 (18,3%) 2
3 Alamat, jenis kelamin, berat badan 158 (42,6%) 2
4 Alamat, umur, berat badan 8 (2,2%) 2
5 Umur, berat badan 7 (1,9%) 3
6 Umur, jenis kelamin 1 (0,3%) 3
7 Alamat, berat badan 13 (3,5%) 3
8 Alamat pasien, jenis kelamin pasien 2 (0,5%) 3
9 Berat badan pasien 10 (2,7%) 4
10 Alamat pasien 5 (1,3%) 4
aspek saja (93; 42%) dari 5 aspek kelengkapan administratif pasien yaitu nama
pasien, umur pasien (50; 22,4%). Sebanyak 72 (32%) resep terdiri dari 3 aspek,
(24,7%) melengkapi 1 aspek yaitu nama pasien dan sebanyak 3 (1,3%) memenuhi
4 aspek antara lain nama pasien, alamat pasien, umur pasien dan jenis kelamin,
administratif pasien (nama pasien, alamat pasien, umur, jenis kelamin dan berat
badan pasien.
Tabel 4.11 Jumlah aspek rata-rata dari resep yang buruk dan yang baik
No Aspek rata-rata Ketentuan
1 Skor < 2 Resep buruk
2 Skor ≥ 2 Resep baik
Skor yang terdapat pada tabel 4.11 dapat ditentukan baik buruknya dari
suatu kelengkapan resep, bila skor dari resep yang terdapat pada tabel 4.11
28
Universitas Sumatera Utara
kurang dari 2 (< 2) maka resep bisa dikatakan buruk apabila skor lebih besar dari
Tabel 4.12 Jumlah aspek yang terpenuhi dalam kelengkapan administratif pasien
pada resep narkotika
Aspek terpenuhi Jumlah
1 aspek 55 (24,7%)
2 aspek 93 (42%)
3 aspek 72 (32%)
4 aspek 3 (1,3%)
5 aspek -
Tabel 4.13 Rincian aspek yang tidak terpenuhi dalam kelengkapan administratif
pasien pada resep narkotika
No Aspek tidak Terpenuhi Jumlah Skor
1 Alamat pasien, umur, jenis kelamin, berat badan 54 (24,2%) 1
2 Nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan 1 (0,4%) 1
3 Alamat pasien, jenis kelamin, berat badan 50 (22,4%) 2
4 Umur pasien, jenis kelamin, berat badan 43 (19,3%) 2
5 Jenis kelamin pasien, berat badan 70 (31,4%) 3
6 Alamat pasien,berat badan 2 (0,9%) 3
7 Berat badan pasien 3 (1,3%) 4
Tabel 4.14 Jumlah aspek rata-rata dari resep yang buruk dan yang baik
No Aspek rata-rata Ketentuan
1 Skor < 2 Resep buruk
2 Skor > 2 Resep baik
Skor yang terdapat pada tabel 4.13 dapat ditentukan baik buruknya dari
suatu kelengkapan resep, bila skor dari resep yang terdapat pada tabel 4.3 kurang
dari 2 (< 2) maka resep bisa dikatakan buruk apabila skor lebih besar dari 2 (≥ 2)
29
Universitas Sumatera Utara
narkotika yang diamati juga belum memenuhi kelengkapan yang diperlukan
narkotika mencantumkan nama obat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 114
(30,7%) lembar resep psikotropika dan 101 (45%) lembar resep narkotika tidak
(36,1%) lembar resep psikotropika dan 57 (25,5 %) lembar resep narkotika tidak
dan 7 (3,1%) lembar resep narkotika yang tidak mencantumkan jumlah obat.
dari (nama obat, kekuatan, bentuk sediaan, aturan pakai, total obat). Sebanyak 179
30
Universitas Sumatera Utara
tidak mencantumkan bentuk sediaan obat dan 79 (19%) tidak mencantumkan
kekuatan obat.
Tabel 4.17 Jumlah aspek yang terpenuhi dalam kelengkapan farmasetik pada
resep psikotropika
Aspek terpenuhi Jumlah
1 aspek -
2 aspek 4 (1%)
3 aspek 46 (12,4%)
4 aspek 179 (48,2%)
5 aspek 142 (38,3%)
Tabel 4.18 Jumlah aspek rata-rata dari resep yang buruk dan yang baik
No Aspek rata-rata Ketentuan
1 Skor < 4 Resep buruk
2 Skor ≥ 4 Resep baik
Skor yang terdapat pada tabel 4.18 dapat ditentukan baik buruknya dari
suatu kelengkapan resep, bila skor dari resep yang terdapat pada tabel 4.18
kurang dari 4 (< 4) maka resep bisa dikatakan buruk apabila skor lebih besar dari
Tabel 4.19 Rincian aspek yang tidak terpenuhi dalam kelengkapan farmasetik
pada resep psikotropika
No Aspek tidak Terpenuhi Jumlah Skor
1 Kekuatan obat, bentuk sediaan, total obat 1 (0,3%) 2
2 Kekuatan obat, bentuk sediaan, aturan pakai 3 (0,8%) 2
3 Bentuk sediaan, aturan pakai 15 (4,0%) 3
4 Kekuatan obat, bentuk sediaan 27 (7,3%) 3
5 Kekuatan obat, aturan pakai 4 (1,1%) 3
6 Aturan pakai 11 (3%) 4
7 Bentuk sediaan 88 (23,7%) 4
8 Kekuatan obat 79 (21,3%) 4
9 Total obat 1 (0,3%) 4
10 Memenuhi 5 aspek 142 (38,3) 5
(nama obat, kekuatan, bentuk sediaan, aturan pakai, total obat). Sebanyak 115
31
Universitas Sumatera Utara
tidak mencantumkan kekuatan obat, 36 (16,1%) tidak mencantumkan bentuk
sediaan obat.
Tabel 4.20 Jumlah aspek yang terpenuhi dalam kelengkapan farmasetik pada
resep narkotika
Aspek terpenuhi Jumlah
1 aspek 0 (0%)
2 aspek 2 (0,9%)
3 aspek 28 (12,5%)
4 aspek 115 (51,6%)
5 aspek 78 (35%)
Tabel 4.21 Jumlah aspek rata-rata dari resep yang buruk dan yang baik
Skor yang terdapat pada tabel 4.18 dapat ditentukan baik buruknya dari
suatu kelengkapan resep, bila skor dari resep yang terdapat pada tabel 4.18
kurang dari 4 (< 4) maka resep bisa dikatakan buruk apabila skor lebih besar dari
Tabel 4.22 Rincian aspek yang tidak terpenuhi dalam kelengkapan farmasetik
pada resep narkotika
No Aspek tidak Terpenuhi Jumlah Skor
1 Kekuatan obat, bentuk sediaan, aturan pakai 2 (0,9%) 2
2 Kekuatan obat, bentuk sediaan obat 14 (6,3%) 3
3 Bentuk sediaan obat, total obat 4 (1,8%) 3
4 Kekuatan obat, total obat 2 (0,9%) 3
5 Kekuatan obat, aturan pakai 7 (3,1%) 3
6 Bentuk sediaan obat, aturan pakai 1 (0,4%) 3
7 Bentuk sediaan obat 36 (16,1%) 4
8 Kekuatan obat 76 (34,1%) 4
9 Aturan pakai 2 (0,9%) 4
10 Total obat 1 (0,4%) 4
11 Memenuhi 5 aspek 78 (35%) 5
memberikan obat yang diperlukan. Seperti kekuatan obat, jika suatu resep tidak
32
Universitas Sumatera Utara
dilengkapi kekuatan obat maka dapat terjadi kekeliruan dalam memberikan
kekuatan yang diperlukan sehingga dosis yang diberikan tidak akan bisa mencapai
efek terapi.
Tabel 4.23 Jumlah (persentase) obat narkotika yang paling banyak diresepkan
Nama obat Jumlah
Codein 228 (100%)
Tabel 4.24 Jumlah (persentase) obat psikotropika yang paling banyak diresepkan
No Nama obat Jumlah
1 Alprazolam 139 (37,5%)
2 Diazepam 91 (24,5%)
3 Clobazam 33 (8,9%)
4 Chlordiazepoxide Hcl 20 (5,4%)
5 Phenobarbital 17 (4,6%)
6 Estazolam 16 (4,3%)
7 Carbamazepine 16 (4,3%)
8 Clonazepam 14 (3,8%)
9 Lorazepam 10 (2,7%)
10 Risperidone 5 (1,3%)
11 Aripiprazole 2 (0,5%)
12 Clozapine 2 (0,5%)
13 Nitrazepam 2 (0,5%)
14 Olanzapine 2 (0,5)
15 Phenytoin 1 (0,3%)
16 Sulpiride 1 (0,3%)
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari resep psikotropika yang paling
banyak diresepkan oleh dokter adalah Alprazolam sebanyak 139 (37,5%), resep,
33
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 14 (3,8%) resep, Lorazepam diresepkan sebanyak 10 (2,7%) resep,
cemas akut dan untuk kontrol cepat gangguan panik. Alprazolam, suatu
efektif digunakan pada penanganan gangguan panik dan agoraphobia dan tampak
utama opioid. Analgesik opioid berada pada jajaran obat-obat paling efektif yang
tersedia untuk supresi batuk Codein, khusunya telah digunakan untuk menolong
dosis yang lebih rendah. Codein seperti yang sudah dijelaskan di atas mempunyai
Dari hasil penelitian ini, terdapat sebanyak 267 dengan persentase (45%)
sebanyak 131 dengan persentase (22%) diresepkan dari rumah sakit jiwa,
34
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 121 dengan persentase (20,4%) diresepkan dari klinik dan sebanyak 75
Pemilihan resep psikotropika dan narkotika dijadikan sampel dalam penelitian ini
narkotika secara ilegal atau pembelian obat psikotropika dan narkotika tanpa resep
dari dokter. Dari data apotek yang di dapat hanya 3 apotek yang tidak memiliki
resep narkotika, yaitu apotek Jaya wijaya, Keisha dan Semesta alam. Sebanyak 12
Tabel 4.26 Data apotek yang memiliki resep psikotropika dan narkotika
No Nama apotek Narkotika Psikotropika
1 Jaya wijaya -
2 Keisha -
3 Semesta alama -
4 Daulat
5 Dety
6 Kasih agape
7 Kimia farma belawan
8 Khrisna
9 Kimia farma setia budi
10 Masnyur
11 Rasyida
12 Thimoty
13 V matahari
14 Guna simalingkar
15 Kimia farma palang merah
35
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini dari 100 apotek hanya 15
apotek yang dijadikan sampel penelitian karena hanya apotek - apotek tersebut
yang bersedia dan memiliki resep psikotropika dan narkotika, dapat disimpulkan
pula bahwa:
ini masih sangat rendah hanya sekitar 19 (5,1%) dan pada resep narkotika
hanya 2 (0,9%) resep yang memenuhi 6 aspek yang terdiri dari nama
dokter, alamat praktek dokter, SIP, tanggal resep, paraf dokter dan no
resep hanya mencantumkan nama pasien dan umur pasien 158 (42,6%)
farmasetik.
5.2 Saran
dapat maksimal.
36
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. (2006). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. UI Press.
Jakarta. Halaman 17.
Bobb, A., Gleason, K., Husch, M., Feinglass, J., Yarnold, P.R., Noskin, G.A.
(2004). The Epidemiology of Prescribing Errors: The Potential Impact of
Computerized Prescriber Order Entry. Archives of Internal Medicine. 164:
785-792.
Charles, J.P dan Endang Kumolosari. (2006). Farmasi Klinik Teori dan
Penerapan. Jakarta. Halaman 25-27.
Jas, A. (2008). Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep. Universitas
Sumatera Utara Press. Medan. Halaman 5-12.
37
Universitas Sumatera Utara
Kuo GM, Phillips RL, Graham D, Hickner JM. (2008). Medication Errorsreported
by US family physicians and their office staff. Qualsaf Health Care. 17:
286-290.
Ni, K.M., Siang, C.S., dan Muhammad Nor, R. (2002) Non compliance with
Prescriptions Writing Requirements and Prescribings Errors in an
Outpatient Department. Malaysian of Journal Pharmacy. 1 (2): 45-50.
Riza, M. (2017). Buku Saku Framasetika Dasar. CV Trans Info Media. Jakarta
Timur. Halaman 7-21.
Sandy. (2010). Skripsi: Studi kelengkapan Resep Obat Untuk Pasien Anak di
Apotek Wilayah Kecamatan Kartasura Bulan Oktober-Desember 2008.
Surakarta.
Zaman, J. (2001). Ars Prescriben resep yang rasional. Jilid 23. Airlangga
University press. Halaman 18.
38
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Surat judul penelitian dan pembimbing
39
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Surat izin penelitian dari dekan fakultas farmasi USU
40
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Surat izin penelitian dari kepala dinas kesehatan kota medan
41
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Surat izin perubahan judul penelitian
42
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Gambar resep psikotropika
43
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Gambar resep narkotika
44
Universitas Sumatera Utara