net/publication/317740915
CITATIONS READS
0 343
1 author:
Yackob Astor
Politeknik Negeri Bandung
28 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Application of Water Boundaries Theory for Determining Water Location Permit in the Coastal and Small Islands in Indonesia View project
Pembuatan Smart Map 3D Potensi Banjir dan Genangan di Kota Cimahi View project
All content following this page was uploaded by Yackob Astor on 28 June 2017.
JURNAL KONSTRUKSI
Yackob Astor
Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati)
Jl. Pemuda No.32 Cirebon. Email: yackobastor@yahoo.com
ABSTRAK
Akibat laju pesatnya pembangunan di suatu wilayah dan dinamika masyarakat yang semakin berkembang
mengakibatkan adanya perubahan dan penambahan objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
hal ini mengharuskan Direktorat Jenderal Pajak selalu mengadakan kegiatan Pendataan Objek dan Subjek
Pajak Bumi dan Bangunan secara sistematik dan terprogram.Untuk kegiatan pendataan dengan
melakukan pengukuran objek pajak tentunya lebih sulit dilakukan untuk daerah variable terrain, seperti
pada daerah perkotaan yang padat maupun pemukiman di daerah yang berbukit. Salah satu kesulitan
tersebut adalah dalam penentuan luas bangunan obyek pajak, dimana pengukuran dilakukan pada
bangunan dalam jumlah yang banyak dan tidak teratur, maupun bangunan dengan ketinggian terrain yang
berbeda, hal ini menyebabkan pengukuran akan lebih sulit dilakukan dan membutuhkan waktu yang
relatif lama. Orthofoto dapat dijadikan sebagai solusi terhadap permasalahan penentuan luas bangunan
untuk daerah variable terrain. Lebih dari itu, dengan orthofoto dapat diperoleh data grafis yang
mencerminkan keadaan sebenarnya di lapangan dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang relatif
cepat sehingga pengelolaan PBB dan pelayanan kepada wajib pajak diharapkan akan lebih meningkat.
Penelitian ini mengkaji sejauh mana orthofoto dapat digunakan untuk menentukan luas bangunan objek
pajak. Realisasi penelitian dilaksanakan dengan cara membandingkan luas bangunan pada orthofoto yang
dihasilkan terhadap luas bangunan dilapangan. Dilakukan proses orthofoto pada foto udara small format
(non-metrik) hasil pemotretan menggunakan kamera digital untuk daerah kampus ITB, dengan perangkat
lunak PCI Geomatics sebagai tool.
ABSTRACT
Due rapid pace of development in the region and growing community dynamics makes any changes nor
additions object and subject land and building tax (Pajak Bumi Bangunan, PBB), this requires that the
Directorate General of Taxes always held data collection about the object and subject land also building
tax systematic and programmed. Collection activity by measuring tax object is certainly more difficult in
variable terrain areas, such as in dense urban areas and settlements in hilly areas. One of these
difficulties is determine building wide where measurement conducted in dense area and irregular terrain
and buildings with different heights, this led measurement would be more difficult and requires in
relatively long time. Orthofoto can be used as solution for problem of determining building area in
variable terrain. Moreover, orthofoto reflect real situation on the ground with many objects and
relatively fast, so that land and building tax management and taxpayers service is expected to be
increased. This study examines how orthofoto can be used to determine building wide as tax object.
Research realization implemented by comparing building wide on orthofoto against building wide in the
ground. Small format aerial photographs (non-metric) location in ITB area captured using digital
camera used for input, process by PCI Geomatics software as a tool.
Orthofoto
Tujuan dan sasaran penelitian adalah mengkaji
penentuan luas bangunan obyek pajak dari suatu
orthofoto. Pengkajian dilakukan dengan cara Validasi Orthofoto :
membandingkan luas bangunan pada orthofoto Menghitung Nilai Displacement (X,Y) Pengukuran Jarak dan Luas
Bangunan di lapangan
yang dihasilkan terhadap luas bangunan Menghitung Luas Bangunan
Menghitung Jarak
dilapangan.
Dikaji :
Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh Luas Bangunan
Jarak
suatu kesimpulan yang berkaitan dengan
kemungkinan digunakannya orthofoto sebagai
Analisis untuk Keperluan
acuan untuk hitungan luas bangunan hasil Kadaster Fiskal
pengamatan lapangan.
Kesimpulan
Saran
Teknis penelitian adalah sebagai berikut: h. Analisis untuk keperluan kadaster fiskal, yakni
dengan melakukan beberapa analisis dan
a. Foto Udara Small Format beserta spesifikasi
evaluasi berupa beberapa percobaan untuk
teknis foto udara yang digunakan mencakup
menghasilkan orthofoto yang lebih baik
data kalibrasi kamera dan parameter-
sehingga akan diperoleh ketelitian luas
parameter lainnya merupakan data utama
bangunan yang lebih teliti lagi.
dalam penelitian ini.
b. Identifikasi bangunan, dilakukan dengan
2. PEMBUATAN ORTHOFOTO
membawa foto udara dan melihat langsung ke
MENGGUNAKAN PCI GEOMATICS
lapangan kemudian menentukan bangunan-
bangunan mana yang akan di ukur luasnya.
2.1 Sumber Data
Pemilihan bangunan dilakukan berdasarkan
kenampakan yang jelas pada foto udara. Dalam penelitian ini digunakan foto udara small
c. Ortho-engine, merupakan fasilitas yang format (foto udara non -metrik) hasil pemotretan
disediakan oleh software PCI Geomatics, udara tahun 2000. Penelitian dilakukan pada
terdiri dari beberapa processing step, antara daerah kampus ITB dan sekitarnya, dengan
lain: pertimbangan bahwa daerah kampus ITB dapat
mewakili daerah variabel terrain yang dapat
1. Project
digunakan dalam pembuatan orthofoto.
2. Data Input
3. Ground Control Point (GCP) / Tie Point
Foto udara untuk kampus ITB dan sekitarnya
(TP) Collection
terdiri dari 5 RUN dengan jumlah keseluruhan
4. Model Calculations
sebanyak 42 foto. Didalam penelitian ini hanya
5. Import & Build Digital Elevation Model
menggunakan 3 RUN saja yakni : RUN 1-3-5,
(DEM)
dengan jumlah total 23 foto. Pemilihan foto
6. DEM From Stereo
dilakukan berdasarkan pada ketentuan penggunaan
7. 3-D Operations
overlap 60% dan side lap 20 %.
8. Ortho Generation
9. Mosaik
Ground control points (GCP) menggunakan titik
10. Report
kontrol yang sudah tersedia di kampus ITB dan
Masing-masing processing step di atas terdiri sekitarnya hasil pengukuran terrestris maupun
dari beberapa bagian processing step lainnya. GPS, serta digunakan peta analog kampus ITB
Pemilihan processing step yang akan untuk mengetahui distribusi penyebaran titik
digunakan selanjutnya dapat dijadikan sebagai kontrol tanah yang ada di kampus ITB dan
prosedur pelaksanaan pekerjaan orthofoto. sekitarnya. Jumlah GCP yang digunakan dalam
d. Orthofoto sebagai produk akhir, yakni berupa penelitian ini sebanyak 27 titik.
foto udara yang orthogonal dan memiliki
displacement yang minimum. 2.2 Peralatan dalam Penelitian
e. Validasi Orthofoto, dilakukan untuk
Hardware berupa satu set komputer dengan
mengetahui apakah orthofoto yang dihasilkan
spesifikasi sebagai berikut :
dapat digunakan untuk keperluan kadaster
Prosessor : AMD Athlon XP 2 Gb
fiskal, yakni dengan menghitung displacement
/ pergeseran yang terjadi selanjutnya dihitung Hardisk : 40 Gb
luas bangunan dan jarak secara langsung pada RAM : DDR 256 Mb Visipro
orthofoto. Perhitungan luas bangunan dan VGA : GeForce 4 MX 64 Mb Pixel View
jarak dihitung menggunakan rumus koordinat. Software yang digunakan:
f. Pengukuran di lapangan, dilakukan
pengukuran jarak dan luas bangunan PCI Geomatics V.8.2 untuk pengolahan foto
menggunakan pita ukur. Objek diukur udara: dari mulai registrasi, GCP / TP
berdasarkan kenampakan yang jelas pada foto Collection, Model Calculations, Import &
udara dan dapat diidentifikasi dengan baik Build DEM, Plotting, Ortho Generation hingga
sehingga akan diperoleh hasil pengukuran Mosaicking.
yang akurat.
g. Pengkajian dilakukan dengan membandingkan
luas bangunan pada orthofoto dengan luas
bangunan hasil plotting stereo maupun dengan
luas bangunan hasil pengukuran lapangan.
Ketinggian hasil
Bentuk permukaan hasil
interpolasi
interpolasi
Overlay
Ketinggian (AutoCAD)
seharusnya
DZ
Gedung 1
Hitung nilai
DZ = kesalahan ketinggian Displacement
Pengukuran
Gambar 3.4 Kesalahan ketinggian hasil interpolasi. Lapangan
Membandingkan Jarak
Z
dan Luas Bangunan
Kesimpulan
Penjelasan:
1. Pada proses pemetaan secara fotogrametris
X
ada tahapan pekerjaan yang disebut plotting.
d (m) d (m)
Plotting dilakukan agar diperoleh sajian
Ket : = titik origin awal = titik origin setelah pergeseran informasi grafis geometris dalam pembuatan
peta secara fotogrametris. Pada peta garis,
Gambar 3.5 Pergeseran titik origin. detail planimetrik dan informasi ketinggian
Gambar 3.5 menunjukkan bahwa pergeseran titik kedua-duanya diplot, sedangkan untuk
origin akan merubah bentuk objek pada DEM keperluan peta foto hanya informasi
yang dihasilkan. Titik origin awal dengan interval ketinggian saja yang diplot (garis kontur dan
d (meter) jika mengalami pergeseran, maka titik Spot Height).
origin setelah pergeseran akan memiliki interval
yang sama. Plotting adalah proses pemindahan detail
planimetrik maupun ketinggian dari model
Hal ini akan berpengaruh pada penggunaan pixel foto ke bidang gambar. Pemindahannya
spacing untuk membuat DEM. Ini dikarenakan dilakukan dengan cara memproyeksikan
pembuatan DEM dilakukan secara interpolasi secara orthogonal dari model foto stereo yang
dengan interval tertentu, sehingga kesalahan sudah terorientasi secara absolut ke bidang
interpolasi maupun kesalahan karena adanya gambar.(Saptomo,1993).
pergeseran titik origin akan lebih sering terjadi
Dalam penelitian ini, plotting stereo dilakukan
jika kita menggunakan pixel spacing yang kecil.
pada PCI Geomatics menggunakan 3-D
Penggunaan pixel spacing yang kecil (pixel
Operations. Koordinat hasil plotting adalah
spacing 1) akan membuat grid/ interval yang rapat,
penggambaran koordinat foto udara yang
sehingga kesalahan pun terjadi untuk setiap grid
diperoleh dari hasil proses interior orientation
yang rapat tersebut (kesalahan terjadi setiap
dan exterior orientation yang telah dilakukan
0,25m), menyebabkan anomali yang dihasilkan
pada proses sebelumnya. Koordinat hasil
cenderung akan lebih banyak.
orientasi dapat dilihat pada Residual Report.
3.2Validasi Orthofoto dalam Penentuan Luas 2. Perbedaan utama koordinat hasil plotting
Bangunan dengan koordinat orthofoto adalah pada
Validasi dimaksudkan untuk mengetahui ketelitian koordinat hasil plotting masih mengandung
atau kualitas dari orthofoto yang dihasilkan, relief displacement, sedangkan pada koordinat
sehingga dapat dinyatakan apakah orthofoto orthofoto relief displecement sudah
tersebut dapat digunakan untuk keperluan kadaster diminimalkan.
fiskal. 3. Validasi orthofoto dilakukan dengan
menghitung displacement / pergeseran yang
(b)
(a)
Displacement yang dihasilkan dari 136 titik (X,Y) Tabel 3.3 Daftar koordinat untuk pengukuran
yakni : jarak pada orthofoto
Tabel 3.2 Displacement pada orthofoto
Hasil yang diperoleh Koordinat X Koordinat Y
(m) (m)
Displacement terbesar 2.634 2.776
Displacement terkecil 0.005 0.006
Displacement rata-rata 0.686 0.717
3.2.3 Perbandingan Luas Bangunan/ Gedung Analisis Data adalah pekerjaan membandingkan
data spasial/peta dengan basis data SISMIOP
Validasi luas dilakukan dengan perbandingan luas
secara otomatis, yang dituangkan dalam laporan
bangunan pada orthofoto dengan hasil plotting
hasil analisis. Adapun informasi yang
stereo maupun dengan hasil pengukuran lapangan.
diperbandingkan adalah: NOP, luas bangunan,
Luas bangunan hasil plotting menyatakan luas
bangunan beserta nomornya. Toleransi yang
pada foto udara yang masih mengandung relief
diperbolehkan antara luasan di peta digital dan
displacement. Luas bangunan pada orthofoto
luasan di SISMIOP adalah 10%.
menyatakan luas bangunan setelah relief
displacement diminimalkan. Sedangkan luas A. Perbandingan luas bangunan hasil plotting
bangunan hasil pengukuran dilapangan stereo 3D terhadap luas bangunan pada
menyatakan luas bangunan sebenarnya. orthofoto.
Berdasarkan toleransi yang diperbolehkan antara
Obyek yang akan diukur luasnya di lapangan
luasan di peta digital dan luasan di SISMIOP
adalah bangunan berupa gedung dengan
adalah 10%, dalam hal ini hasil plotting stereo
karakteristik yang hampir sama, yakni:
dianggap sebagai peta digital, sedangkan orthofoto
1. Gedung memiliki bentuk geometris yang
dijadikan sebagai acuan untuk pembentukan data
sederhana dan simetris.
SISMIOP.
2. Gedung memiliki selisih antara atap gedung
dengan dasar gedung ± 1,5 m.
3. Gedung bertingkat, walaupun tiap gedung Perbandingan luas bangunan hasil plotting stereo
memiliki tingkat yang berbeda, tetapi karena terhadap luas bangunan pada orthofoto dilakukan
semua gedung berbentuk simetris, maka luas pada 24 gedung. Hasilnya adalah sebagai berikut:
setiap tingkat adalah kelipatannya. Tabel 3.5 Perbandingan luas bangunan hasil
plotting stereo terhadap luas bangunan pada
orthofoto.
Tabel 3.8 Beda luas bangunan pada orthofoto maupun gedung O, HO ditolak dengan tingkat
dengan luas bangunan di lapangan. signifikansi (α) = 5 %, 2%,dan 1%. Ini berarti luas
bangunan hasil pengukuran orthofoto secara
statistik tidak sama (terdapat perbedaan secara
signifikan) dengan luas bangunan hasil
pengukuran lapangan yang kemungkinan besar
disebabkan adanya kesalahan pada saat
pengukuran dilapangan.
tentunya akan lebih kecil dan rapat dibandingkan gedung N dan O) ; 1.3 % (untuk gedung
dengan pixel spacing 32 (7,1m). Karena lebih P).
kecil dan rapat, maka DEM yang menggunakan Untuk mengetahui keakuratan pengukuran
pixel spacing 1 hasilnya akan lebih menyerupai luas bangunan dilapangan dengan
bentuk obyek sebenarnya dibandingkan dengan pengukuran luas bangunan di orthofoto,
DEM yang menggunakan pixel spacing 32. maka dilakukan uji student (t). Dari hasil
Tabel 3.9 Pengaruh penggunaan pixel spacing yang
Uji t ternyata hanya gedung I dan P yang
berbeda terhadap luas bangunan pada orthofoto. diterima dengan tingkat signifikansi (α) =
2 %, ini berarti luas bangunan (gedung I
dan P) hasil pengukuran orthofoto secara statistik
sama dengan luas bangunan hasil pengukuran
lapangan.
Ketelitian orthofoto terhadap rata-rata luas
bangunan keseluruhan (populasi) dalam hal ini
tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan gedung
(gedung I, N, O, dan P) yang telah dihitung
luasnya sebagai sampel. Ini disebabkan karena
sampel yang digunakan tidak dapat mewakili
populasi, antara lain: letak sampel yang tidak
menyebar, jumlah sampel yang terlalu sedikit, dan
karakteristik sampel yang homogen (ukuran
gedung yang hampir sama).
2. Penggunaan pixel spacing dapat
mempengaruhi bentuk geometris suatu objek
sehingga akan berpengaruh pula pada
ketelitian luas bangunan yang diukur pada
orthofoto.
Hasil dari percobaan ini menunjukkan bahwa
penggunaan pixel spacing yang lebih besar
menyebabkan luas bangunan pada orthofoto akan
semakin berbeda jauh (memiliki selisih yang
besar) dari luas bangunan hasil stereo plotting
maupun luas hasil pengukuran lapangan sebagai
acuan.
3. Secara konsep, penambahan jumlah Ground
4. KESIMPULAN DAN SARAN Control Points (GCP) maupun Tie Points (TP)
akan berpengaruh terhadap ketelitian orthofoto
4.1 Kesimpulan
yang dihasilkan. Semakin banyak GCP dan TP
1. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yang digunakan maka ketelitian orthofoto
ketelitian yang dicapai oleh orthofoto untuk yang dihasilkan semakin baik atau orthofoto
keperluan kadaster fiskal adalah sebagai akan memiliki ketelitian yang tinggi.
berikut : Dalam penelitian ini penambahan jumlah GCP
maupun TP berpengaruh terhadap ketelitian
a) Orthofoto yang dihasilkan dalam
orthofoto yang dihasilkan / residual error,
penelitian ini diperoleh pergeseran /
tetapi semakin banyak jumlah GCP dan TP
displacement rata-rata yaitu 0.686m
tidak menjamin nilai residual menjadi semakin
(untuk koordinat X) dan 0.717m (untuk
kecil. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini
koordinat Y).
GCP hanya menggunakan titik kontrol yang
b) Ketelitian ukuran jarak diperoleh ± 0.63 m
terdapat di kampus ITB dan sekitarnya,
atau 81.25 % yakni 13 dari 16 data sampel
dimana titik kontrol yang digunakan tidak
hasil ukuran jarak diperoleh selisih < 1
memiliki ketelitian yang cukup baik.
meter.
Kemungkinan kesalahan juga terjadi karena
c) Ketelitian yang dicapai oleh orthofoto
ketidaktepatan
untuk pengukuran luas bangunan adalah
0.5% (untuk gedung I) ; 4.8% (untuk
penempatan GCP pada posisi sebenarnya di banyak dan heterogen (small, medium, large)
foto udara. dengan pola distribusi yang menyebar,
sehingga sampel dalam hal ini benar-benar
4. Penambahan jumlah Ground Control Points
dapat mewakili populasi.
(GCP) dengan ketelitian yang tinggi maupun
perapatan Tie Points (TP) akan berpengaruh
terhadap ketelitian orthofoto yang dihasilkan, DAFTAR PUSTAKA
sehingga suatu objek pada orthofoto akan
Amhar, F. (1999): Mengenal Orthofoto Sejati dan
memiliki koordinat planimetris (X,Y) dan
Model Kota 3D. Majalah Survey dan
tinggi (H) yang benar. Kemudian jika pada
Pemetaan vol XII. Ikatan Surveyor
orthofoto dilakukan suatu pengukuran luas
Indonesia.
maupun jarak, maka tentunya akan diperoleh
Anggraini. (1999): Kajian Aspek Geometri
hasil hitungan yang lebih tepat atau mendekati
Korelasi Citra Digital. Tesis Magister
ukuran sebenarnya.
Jurusan Teknik Geodesi, Insitut Teknologi
Dalam penelitian ini, penambahan jumlah
Bandung.
Ground Control Points (GCP) maupun
Dipokusumo,B.S. (1999): Penggunaan Foto Udara
perapatan Tie Points (TP) pada bangunan
Format Kecil (FUFK) untuk Survey
tidak membuat luas bangunan di orthofoto
Pembuatan Peta Pendaftaran dan Surat
mengalami perubahan yang signifikan. Tidak
Ukur. Majalah Survey dan Pemetaan vol
menunjukkan bahwa dengan menggunakan
XII. Ikatan Surveyor Indonesia.
GCP dan TP yang semakin banyak maka akan
Hadi, T.S. (2000): Analisis Ketelitian Pengukuran
diperoleh selisih luas bangunan yang semakin
Batas-batas Bidang Tanah dengan metode
kecil. Sehingga dalam penelitian ini dapat
Fotogrametri Digital. Tugas Akhir Jurusan
dikatakan bahwa penambahan GCP dan TP
Teknik Geodesi, ITENAS Bandung.
tidak terlalu berpengaruh pada ketelitian luas
Glone, JC., Mikhail, EM. dan Bethel, J. (2004):
bangunan. Hal ini disebabkan karena GCP
Manual of Photogrammetry. Fifth edition.
yang digunakan memiliki ketelitian yang
American Society for Photogrammetry and
kurang baik.
Remote Sensing.
4.2 Saran KEP-533/PJ/2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Objek
1. Untuk mendapatkan hasil orthofoto yang lebih
dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
baik sebaiknya dalam proses orthofoto dicoba
(PBB) dalam Rangka Pembentukan dan atau
menggunakan data calibration camera secara
Pemeliharaan Basis Data Sistem
lengkap, yakni dengan memperhitungkan
Manajemen Informasi Objek Pajak
Radial Lens Distortion dan Decentering
(SISMIOP).
Distortion.
Kursus Penyegaran Fotogrametri. (1993), ITB,
2. Sebaiknya diperhitungkan sebelumnya
Bandung.
mengenai ketelitian Ground Control Points
Paine, D. (1993): Fotografi Udara dan Penafsiran
(GCP) yang akan digunakan. Selain itu
Citra untuk Pengelolaan Sumber Daya.
penyebaran GCP yang cukup merata perlu
Indonesian edition. Gajah Mada University
juga diperhatikan penempatan distribusinya
Press. Yogyakarta.
pada daerah-daerah yang ekstrim perbedaan
Priadin, D. (1999): Pengaruh Ketelitian dan
tingginya sehingga displacement yang
Distribusi Titik Tinggi (Spot Height)
dihasilkan akan lebih minimal.
terhadap Posisi Planimetrik Ortofoto
3. Untuk pelaksanaan pendataan objek pajak di
Digital. Tugas Akhir Jurusan Teknik
daerah yang variable terrain, seperti pada
Geodesi, Insitut Teknologi Bandung.
daerah perkotaan yang padat maupun
Purwadhi, S.H. (2001): Interpretasi Citra Digital.
pemukiman di daerah yang berbukit,
Grasindo Jakarta.
sebaiknya agar penggunaan orthofoto dapat
Rahayu, G. (1997): Kajian Ketelitian Geometris
diterapkan sebagai acuan maupun pelengkap
Pemetaan Digital dengan cara Softcopy
untuk hitungan luas bangunan dan
Fotogrametris. Tugas Akhir Jurusan Teknik
rekonstruksi batas-batas bangunan yang
Geodesi, ITENAS Bandung.
digunakan pada saat penggambaran dan
Rudianto, B.(1999): Kajian Pemenfaatan Metode
hitungan hasil pengamatan lapangan.
Fotogrametri Digital untuk Pemetaan
4. Untuk mengetahui perkiraan ketelitian
Pendaftaran Tanah. Tesis Magister
orthofoto terhadap rata-rata luas bangunan
keseluruhan (populasi), maka sampel yang
digunakan secara kuantitatif harus lebih