Anda di halaman 1dari 24

http://buyungchem.wordpress.

com/meningkatkan-
kemampuan-menyimak-siswa-kelas-vi-melalui-penggunaan-
media-audio-tape-recorder/
Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas VI
Melalui Penggunaan Media Audio (Tape-Recorder)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan mahluk individual sekaligus mahluk sosial. Oleh karena itu, manusia harus
bergaul dan berhubungan dengan manusia lain. Sebagai mahluk sosial, manusia serimg
memerlukan orang lain untuk memahami apa yang sedang dipikirkan, apa yang dirasakan, dan
apa yang diinginkan, pemahaman terhadap pikiran, kehendak dan perasaan orang lain dapat
dilakukan dengan menyimak.

Banyak pilihan yang menganggap bahwa menyimak merupakan keterampilan yang paling
penting diantara keterampilan-keterampilan lain. Melalui aktivitas ini, siswa memperoleh
kosakata yang gramatika, disamping tentunya pengucapan yang baik ( Azis dan Alwasilah,
1996 : 82 ).

Selanjutnya, Astuti ( 2002 : 3 ) menyatakan bahwa ” keterampilan menyimak merupakan salah


satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dipelajari untuk menunjang kemampuan
berbahasa yang baik. Kemampuan menyimak yang baik bisa memperlancar komunikasi karena
komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar jika pesan yang sedang diberikan atau diterima
tidak dimengerti ”.

Dan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan menyimak sangatlah perlu diberikan
kepada siswa. Dengan menguasai keterampilan menyimak, maka siswa dapat memperoleh
informasi dari bahan simakan. Namun dalam pencapaian harapan tersebut, banyak hambatan
atau kendala dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah pada umumnya. Seperti kenyataan
yang dihadapi bahwasanya kemampuan siswa dalam menyimak, khususnya mengungkapkan
kembali isi berita sangat kurang.

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak khususnya mengungkapkan kembali isi
cerita, tentu saja menjadi persoalan bagi peneliti. Karena disamping harapan kurikulum tidak
terpenuhi, juga sangat berpengaruh pada penentuan nilai akhir pada mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Rendahnya penguasaan siswa dalam keterampilan menyimak diduga berasal dari faktor siswa
dan guru. Dari siswa, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain mereka tidak memeiliki
keberanian dalam mengungkapkan kembali isi berita, kosakata yang digunakan masih kurang,
kurangnya motivasi dan aksi siswa dalam pembelajaran menyimak. Sedangkan dari faktor guru
sebagai akibat dari belum efektifnya strategi pengajaran yang digunakan. Dalam proses belajar
mengajar sebelumnya, peneliti hanya menggunakan teknik dikte (imla) pada pengajaran
mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran menyimak, sehingga siswa cenderung
merasa bosan dalam menerima pelajaran menyimak.

Untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa mengungkapkan kembali isi cerita dalam
pengajaran menyimak, maka perlu mencari upaya pemecahanya. Dalam penelitian tindakan kelas
ini, peneliti mencoba menggunakan media audio berupa tape recorder. Alasan peneliti
menggunakan media audio ini dengan pertimbangan media mudah diperoleh dan dapat
menunjang peneliti dalam pengajaran menyimak.

Harapan peneliti dalam penelitian tindakan dengan mengunakan media audio (tape recorder),
kemampuan mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran menyimak dapat meningkat.

Untuk menguji efektivitas media audio, khususnya tape-recorder ini, maka peneliti akan
mengkaji dalam suatu penelitian tindakan kelas dengan formulasi judul yaitu;:”Meningkatkan
Kemampuan Menyimak Siswa Kelas VI Melalui Penggunaan Media Audio (Tape-
Recorder)”

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang , maka masalah penelitian yang akan ditindaki adalah apakah
kemampuan menyimak siswa dapat ditingkatkan melalui penggunaan media audio (Tape
Recorder)

3. Cara Memecahkan Masalah

Salah satu alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa,
yakni dengan mengunakan media audio (tape recorder) untuk memperdengarkan cerita dongeng
yang berjudul “ Jumpa Artis Cilik” melalui langkah berikut:

a. Siswa menyimak cerita;

b. Siswa menjawab pertanyaan bahan simakan

c. Siswa menentukan ide pokok;

d. Siswa menceritakan kembali;

e.Siswa menyimpulkan isi cerita.

4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah ”Ingin mengetahui sejauhmana kemampuan menyimak siswa dapat
ditingkatkan melalui penggunaan media audio (Tape Recorder)..

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah. Adapun manfaat
tersebut sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Penelitian tindakan kelas ini akan bermanfaat bagi siswa kelas VI SDN I Huidu mengungkapkan
kembali isi cerita.

1. Bagi Guru

Manfaat penelitian tindakan ini bagi guru adalah :

1. Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengunakan media pengajaran.

2. Dengan dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini, guru bahasa Indonesia dapat
menguasai model pembelajaran menyimak dengan menggunakan media pengajaran
berupa media audio (tape recorder).

3. Guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang sangat bermanfaat untuk
meningkatkan profesionalitasnya sebagai guru dan juga demi perbaikan pembelajaran
serta karirnya di masa yang akan datang.

1.5.3 Bagi Sekolah

Penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berharga bagi sekolah dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran menyimak pada khususnya, dan pembelajaran bahasa Indonesia pada
umumnya.

BAB II

KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

1. Kajian Teoretis

2.1.1 Pengertian Menyimak

Kegiatan menyimak tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan berbicara sebagai suatu jalinan
komunikasi. Pada dasarnya, komunikasi dapat berlangsung secara lisan dan tulis. Komunikasi
lisan mencakup aktivitas menyimak dan berbicara, sementara komunikasi tulis mencakup
kegiatan membaca dan menulis.
Tarigan (dalam Ardiana, 2002 : 5) mengambarkan kedudukan dan
hubungan antara menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam
jalinan keterampilan berbahasa dalam tebel berikut.

Tabel 1. Hubungan antara menyimak, membaca dan menulis

Menyimak

Langsung

Apresiatif

Reseptif

fugsional

Komunikasi tatap muka

Berbicara

Langsung

Produktif

Eksprektif

Keterampilan Berbahasa

Tak langsung

Produktif

Ekspresif

Menulis

Komunikasi tidak tatap muka

Tak langsung

Apresiasif

Fungsional

Membaca
Pada dasarnya, terdapat perbedaan antara mendengar dan menyimak. `Mendengar` berarti
sesuatu yang dilakukan dengan tidak sengaja. Hal ini berbeda dengar `mendengarkan` yang
sudah mengarah pada usaha yang sungguh-sungguh dengan memperhatikan baik-baik apa yang
didengar. Dalam `mendengarkan`, faktor kesengajaan dan perhatian merupakan faktor penting
(kamidjan, dalam Ardiana, 2002 : 6). Sementara itu, menyimak adalah menangkap pesan dan
memahami pesan tersebut dengan sebaik-baiknya. Jadi, menyimak merupakan penerimaan
pesan, gagasan, perasaan, dan pikiran sesorang. Tanggapan atas menyimak merupakan respon
terhadap pembicara. Jika hal itu terjadi, berarti telah terjalin komunikasi antara pembicara dan
penyimak.

Oleh sebab itu, dapatlah dikatakan bahwa `mendengar` merupakan kegiatan pasif, sedangkan
`mendengarkan` dan `menyimak` merupakan kegiatan aktif yang melibatkan unsur-unsur
kejiwaan. Jika ditinjau dari segi tingkat pemaknaan, `mendengarkan` lebih tinggi dari pada
`mendengar`, sedangkan `menyimak` lebih tinggi dari pada `mendengarkan`.

Lebih lanjut, Kamidjan dalam Ardiana (2001: 4) menjelaskan bahwa menyimak ialah suatu
proses mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh, penuh,
perhatian, pemahaman, apresiasif yang dapat disertai dengan pemahaman makna komunikasi
yang disampaikan secara nonverbal.

Akan tetapi, patut diperhatikan pula bahwa kegiatan menyimak yang dimaksudkan diatas
merupakan kegiatan menyimak yang dimaksudkan di atas merupakan kegiatan menyimak yang
dimaksudkan di atas merupakan kegiatan menyimak lisan, bukan tulis. Dalam kegiatan
menyimak (lisan) ini, selain aspek-aspek suprasegmental, seperi : (1) tekanan atau keras
lembutnya suara, (2) jeda atau panjang pendeknya suara, (3) nada atau tinggi rendahnya suara,
(4) intonasi atau naik turunnya suara, dan (5) ritme atau irama dalam suara (sabarati, 1992: 147).
Hal ini perlu diperhatikan karena keterampilan menyimak merupakn keterampilan menangkan
pesan dan memahami pesan tersebut dengan sebaik-baiknya, baik pesan yang tersirat maupun
pesan yang tersurat yang terkandung dalam bunyi bahasa.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa menyimak merupakan


penerimaan pesan gagasan, perasaan, dan fikiran sesoorang. Tanggapan atas penyimak lisan
merupakan respon terhadap pembicaraan. Jika hal itu terjadi, berarti terjadi komunikasi antara
dan penyimak.

1.Tujuan Menyimak

Salah satu aktivitas penyimak ialah pesan yang disampaikan sumber pembicara. Pemahaman
yang dilakukan penyimak meliputi dua aspek, yaitu (a) pemahaman pesan dan tanggapan
pembicara, (b) tanggapan pemyimak terhadap pesan sesuai dengan kehendak pembicara
(Depdikbud,1985 : 21 – 24 ).

Berdasarkan aspek tersebut dapat dirinci lebih jauh tentang tujuan menyimak, antara lain :

1. Menyimak untuk mendapatkan fakta


2. Menyimak untuk menganalisis fakta

3. Menyimak untuk mengevaluasi fakta

4. Menyimak untuk mendapatkan inspirasi

5. Menyimak untuk mendapatkan hiburan, dan

6. Menyimak untuk memperbaiki kemampuan berbicara. Berikut ini peneliti akan


menguraikan dai masing – masing itu.

Berikut ini peneliti akan menguraikan dari masing-masing itu.

1. Menyimak untuk mendapatkan fakta

Untuk mendapatkan fakta, kita dapat melakukan dengan berbagai cara,. Salah satu cara ialah
dengan menyimak. Sarana yang diperguanakan dalam menyimak untuk mendapatkan fakta di
antaranya dapat dilakukan melalui audio, radio, televisi, tape recorder dan pertemuan secara
nasional untuk mendapatkan informasi pertanian.

1. Menyimak untuk menganalisis fakta

Yang dimaksud dengan menganalisis fakta ialah menguraiakan fakta atas unsur-unsur
pemahaman secara menyeluruh. Tujuan utama analisa fakta ialah untuk memahami makna dari
segi yang paling kecil. Dengan demikian, kita sebagai penyimak daoat memahami setiap aspek
fakta, sehingga fakta tersebut dapat dipahami dengan baik.

Pemahaman makna fakta dilakukan dengan secermat-cermatnya melalui makna setiap kata frase,
kalimat dan wacana. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendengarkan dengan sungguh-
sungguh. Akan tetapi, sebagai penyimak, harus menyadari bahwa tidaklah mungkin akan
menganalisis semua fakta yang terhadap oleh indera pendengar dan yang masuk dalam otak
manusia.

1. Menyimak untuk mengevaluasi fakta

Evaluasi fakta dapat dilakukan dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut : (a) Bernilaikah
fakta-fakta itu?, (b) salahkah fakta-fakta itu?, (c) Adakah fakta-fakta tersebut dengan
pengetahuan dan pengalaman penyimak?

Jika fakta-fakta yang diterima oleh penyimak dirasakan bernilai, akurat dan relevansinya dengan
pengetahuan dan pengalaman penyimak, fakta-fakta tersebut dapat diguakan untuk menambah
pengetahuan. Jika fakta-fakta itu tidak sesuai, fakta-fakta tersebut perlu kita tolak atau hilangkan.
Jadi fungsi utama penyimak mengevaluasi fakta adalah untuk memutuskan apakah fakta-fakta
tersebut akan diterima atau ditolaknya.

1. Menyimak untuk mendapatkan inspirasi


Istilah inspirasi sering digunakan sebagai alasan seorang untuk melakukan kegiatan menyimak.
Inspirasi biasanya dapat diperoleh melalui kegiatan menyimak ceramah, televisi, pertemuan-
pertemuan ilmiah, pertemuan seni, diskusi, debat dan sebagainya

Seorang pembicara yang inspiratif ialah pembicara yang selalu berusaha mendorong,
memotivasi, menyentuh emosi, memberikan semangat dan membangkitkan kegairahan penyimak
untuk mendapatkan inspirasi. Pada akhirnya, penyimak tergugah emosinya terhadap hal-hal yang
disampaikan pembicara.

1. Menyimak untuk mendapatkan hiburan

Hiburan dapat diperoleh melalui menyimak, seperti menyimak lagu-lagu dari radio, televisi,
rekaman tape recorder, rekaman Video Compact Disk (VCD), atau dapat juga melalui menyimak
ceramah atau pidato.

Radio merupakan hiburan yang paling murah bagi sebagian masyarakat Indonesia. Selain radio,
sarana hiburan yang lain ialah tape recorder dan televisi. Kehebatan sarana hiburan tape-recorder
ialah dapat menyajikan suara yang bisa disimak. Selain itu kita memilih materi/bahan simakan
kepada siswa berupa berita-berita ataupun informasi lainnya yang kita rekam dari RRI atau
televisi. Selanjutnya, kehebatan sarana hiburan televisi ialah selain menyajikan suara yang bisa
disimak, sarana itu juga menyajikan gambar karena televisi merupakan gabungan antara audio
dan audio visual.

1. Menyimak untuk memperbaki kemampuan bicara

Kosakata hasil simakan seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan berbicaranya.


Semakin banyak kosakata yang kita kuasai melalui menyimak, akan semakin tinggi pula
kemampuan kita berbicara.

Berkaitan dengan tujuan menyimak untuk memperbaiki kemampuan berbicara, seorang


pembicara diharapkan dapat :

1. Mengorganisasikan bahan pembicara

2. Menyampaikan bahan

3. Memikat perhatian penyimak

4. Mengarahkan

5. Mengunakan alat-alat bantu, seperti mik, alat peraga, dan sebagainya

6. Memulai dan mengakhiri pembicaraan (Sutari dkk, 1998: 27)

Dalam hal ini, penyimak yang bertujuan memperbaiki keterampilan berbicaranya diharapkan
dapat memahami keenam komponen itu pada saat menyimak.
1. Jenis-jenis Menyimak

Secara garis besar, Tarigan (1983 : 22) membagi jenis menyimak itu menjadi 2 macam, yaitu (1)
menyimak ekstensif dan (2) menyimak intensif. Kedua jenis menyimak itu sangat berbeda.
Perbedaan itu tampak dalam cara melakukan kegiatan menyimak.

Menyimak ekstensif lebih banyak dilakukan oleh masyarakat secara umum, misalnya, orang tua
dan anak-anak menyimak tayangan sinetron dari sebuah televisi, berita radio dan sebagainya.

Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang dlakkan dengan sungguh-sungguh dan
dengan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendak. Dengan kata
lain, menyimak intensif lebih menekankan kemampuan memahami bahan simakan. Misalnya,
dalam menyimak pelajaran di sekolah, guru biasanya menuntut agar siswa memahami
penjelasannya. Selanjutnya untuk mengukur daya serap siswa, guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan. Berikut ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan menyimak intensif, yaitu :

1. Menyimak intensif pada dasarnya menyimak pemahaman.

2. Menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi pikiran dan perasaan yang tinggi

3. Menyimak intensif pada dasarnya memahami bahasa formal, dan

4. Menyimak intensif memerlukan reproduksi materi yang simak

1. Unsur-unsur Dasar Menyimak

Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada
berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksud dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang
menyebabkan terjadinya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan dari unsur yang lain.

Unsur-unsur dasar menyimak ialah ; (1) pembicara, (2) penyimak, (3) bahan simakan, dan (4)
bahan lisan yang digunakan.

1. Pembicara

Yang dimaksud dengan pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan berupa informasi yang
dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara adalah nara sumber pembawa
pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang menerima pesan (penyimak).

Dengan aktivitasnya, seorang penyimak sering melakukan kegiatan menulis dengan mencatat
hal-hal penting selama melakukan kegiatan menyimak. Catatan tersebut merupakan pokok-
pokok pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak.

1. Penyimak
Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak
dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat
melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak
yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. Penyimak seperti itu akan selalu
mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal tersebut akan lebih sempurna jika ia di tinjau
oleh pengetahuan dan pengalamannya.

1. Bahan Simakan

Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan , terutama dalam
menyimak. Yang dimaksud dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara
kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika
pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu dapat diserap oleh
penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam komunikasi.

1. Bahasa Lisan yang Digunakan

Bahasa lisan (primer) merupakan media yang dipakai untuk menyimak pembicara
menyampaikan gagasan dengan bahasa lisan. Bahasa lisan merupakan tuturan yang disampaikan
pembicara dan ditangkap penyimak melalui alat pendengaran. Untuk menyampaikan gagasan,
pembicara dapat memilih kata-kata, kalimat, lagu, gaya yang paling tepat untuk mewadahi
gagasan, agar ia dapat menyampaikan gagasan.

1. Faktor – Faktor Menyimak

(Martini:2005) www.digilib.upi.edu/pasca/available/etd/etd-1205105-094801 diakses 12


Desember 2008 menyatakan bahwa Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa
diantara empat keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca, dan berbicara. Kegiatan
menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang terutama
para siswa. Namun, pembelajaran menyimak bukan semata-mata penyajian materi dengan
mendengarkan segala sesuatu informasi, melainkan ada proses pemahaman yang harus
dikembangkan.

Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari siswa. Ia berbeda dengan mendengar atau
mendengarkan. Menurut pendapat Tarigan (1994:27), ”Pada kegiatan mendengar mungkin
sipendengar tidak memhami apa yang didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah unsur
kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan”. Kegiatan
menyimak mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai usaha memahami bahan simakan.
Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman,
yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat
dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian.

Menurut pendapat Rose (1991:108) bahwa faktor – faktor yang penting dalam keterampilan
menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butur – butir penting bahan simakan terutama
yang berhubungan dengan bahan simakan.
Pendapat lain menurut Tarigan (1994:62), komponen / faktor – faktor dalam menyimak adalah
sebagai berikut :

1. Membedakan antar bunyi fonemis

2. Mengingat kembali kata-kata

3. mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata.

4. mengidentifikasi bagian – bagain pragmatik, ekspresi, dan seperangkat penggunaan yang


berfungsi sebagai unit sementara mencari arti / makna.

5. menghubungkan tanda-tanda linguistik ke tanda – tanda para linguistik (intonasi) dan non
linguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun makna, menggunakan
pengetahuan awal )yang kita tahu tentang isi dan bentuk dan konteks yang telah siap
dikatakan untuk meperkirakan dan kemudian menjelaskan makna.

6. Mengulang kata – kata penting dan ide – ide penting.

Menurut pendapat Michael (1991:108) faktor – faktor yang penting dalam keterampilan
menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir – butir penting dalam simakan terutama
yang berhubungan dengan simakan. Untuk dapat mengajarkan menyimak sampai pada
pemahaman, guru perlu menyusun bahan simakan. Penyusunan materi menyimak pun tidak asal
mendapatkan materi saja, tetapi ada beberapa yang harus diperhatikan guru dalam penyusunan
materi ini diantaranya : 1. Sasaran kegiatan, 2. Sasaran kompetensi siswa, 3. Metode
pembelajaran dan 4. faktor keberhasilan menyimak.

1. Pengertian Media

Kata `media` berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata `medium` yang
secara harfiah berarti `perantara atau pengantar`. Dengan demikian, media merupakan wahana
penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Menurut Djamarah dkk (1995 : 136), media
adalah sumber belajar, maka secara luas media juga dapat diartikan dengan manusia, benda,
ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Dalam proses belajar mengajar, kehadiran media mempunyai arti cukup penting, karena dalam
kegiatan tersebut, ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan
media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat
disederhanakan dengan bantuan media. Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan
terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk
menggunakan media. Manakalah diabaikan, maka media bukan lagi sebagai penghambat dalam
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Untuk itu, guru harus seselektif mungkin memilih
media pengajaran yang sesuai dengan bahan ajar.

1. Prinsip Pemilihan Media Pengajaran


Sudirman (dalam Djamarah dkk, 1995 : 143) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media
pengajaran yang dibaginya kedalam tiga kategori sebagai berikut :

1. Tujuan Pemilihan

Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas.
Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat
umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong? Lebih spesifik lagi, apakah untuk
pengajaran kelompok atau pengajaran imdividual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak TK,
SD, SMP, SMU, tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan, ataukah masyarakat perkotaan.
Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai media.

Berdasarkan prinsip pertama dari pemilihan media pengajaran, yakni tujuan pemilihan media
pengajaran, peneliti memilih media audio berupa tape-recorder untuk meningkatkan kemampuan
siswa kelas VI SDN Huidu mengungkapkan kembali isi cerita. Media tersebut dipilih oleh
peneliti dengan pertimbangan bahwa media ini mudah diperoleh dan sangat tepat digunakan
dalam pembelajaran menyimak.

1. Karakteristik Media Pengajaran

Setiap media mempunyai karateristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara
pembuatannya, maupun cara penggunaanya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran
merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan
pemilihan media pengajaran. Di samping itu memberikan kemungkinan pada guru untuk
menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang
memahami karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung
bersikap spekulatif.

1. Alternatif Pilihan

Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternativ pilihan.
Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa
media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu,
maka guru tidak bisa memilih tetapi mengunakan apa adanya.

Sudjana (1991 : 104 ) mengemukakan prinsip-prinsip pemilihan dan penggunaan media sebagai
berikut :

1. Menentukan Jenis media dengan alat tepat; artinya sebaiknya guru memilih terlebih
dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan di
ajarkan.

2. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat; artinya, perlu diperlukan


apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan / kemampuan anak
didik.
3. Menyajikan media dengan tepat; artinya teknik metode penggunaan media dalam
pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu, dan sarana yang
ada.

4. Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.
Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar media digunakan. Tentu
tidak setiap saat atau selama proses belajar mengajar terus menerus memperlihatkan atau
menjelaskan sesuatu dengan media pengajaran.

1. Jenis-jenis Media Pengajaran

Khususnya untuk pengajaran bahasa, subyakto (1992: 206) mengatakan bahwa ”Media dalam
pengajaran bahasa ialah segala alat yang dapat digunakan oleh guru dan pelajar untuk mencapai
tujuan-tujuan yang sudah ditentukan.” Alat atau media ini dapat terdiri dari yang komersial
(diperjualbelikan) atau yang dapat dibuat sendiri. Media juga dapat dibagi menjadi media yang
didengar atau audio (auditory), media yang dilihat (visual), dan media yang didengarkan dan
dilihat (audio-visual).

Sudirman, dkk. (1992: 206-207) menguraikan lebih jelas media auditf, media visual, dan media
audiovisual sebagai berikut :

1. Media auditif/audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
seperti radio, tape-recorder/casette recorder, piringan audio. Media ini tidak cocok untuk
orang yang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.

2. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini
ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film
bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan.

3. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis
media ini seperti film bingkai suara (sound slide) film rangkai suara, cetak suara, film
suara dan videocassette.

Selanjutnya, Erdmenger (dalam Subyakto, 1993: 206) memberikan beberapa sudut pandang
untuk memeriksa atau menggambarkan alat/media pengajaran bahasa, yakni :

1. Ciri informasi yang disampaikan melalui alat (yakni informasi linguistik dan non-
linguistik);

2. Jalur informasi (auditorym, visual, audio-visual);

3. Fase-fase dalam proses pembelajaran dan testing (apakah fase-fase digunakan untuk
penyajian, pengulangan, pemanfaatan materi, atau testing)

4. Fungsi didaktis (pendidikan), yakni apakah alat itu dipakai untuk memberi motivasi
kepada pelajar, menyampaikan pesan, atau mendorong penggunaan bahasa dengan bebas.
5. Kemungkinan-kemungkinan untuk membantu, melengkapi, atau menggantikan guru;

6. Penggunaan alat oleh individu-individu atau lebih orang kelompok-kelompok.

Berdasarkan penjelasan diatas, dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti ingin menggunakan
media auditif, yaitu tape-recorder untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VI SDN I Huidu
mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran menyimak.

1. Tape Recorder sebagai Salah Satu Media audio yang dapat di gunakan dalam
Pembelajaran Mengungkapkan Kembali Isi Cerita pada Pengajaran Menyimak.

Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa Indonesia yang terkait
dengan keterampilan berbicara, guru perlu melatih kemampuan siswa dengan berbagai peristiwa
komunikasi, menyimak cerita, berita, dan dialog melalui berbagi media, baik visual, audio atau
audio-visual.

Tape-recorder merupakan salah satu media audio yang dapat digunakan dalam pengajaran
keterampilan menyimak. Cerita, fragmen, drama ataupun berita dapat diperdengarkan dengan
menggunakan jenis media ini. Untuk memilih bahan simakan berupa isi berita dalam pelajaran
menyimak, guru dapat menyelesaikan materi yang diberikan dengan tingkat kemampuan
penyimak (siswa) yang diajarkan. Dengan kata lain, cerita yang disajikan kepada siswa SD
berbeda dengan siswa SLTP. Materi-materi berupa cerita yang diberikan kepada siswa terlebih
dahulu direkam oleh guru.

Selanjutnya, dalam proses kegiatan pembelajaran keterampilan menyimak, media audio berupa
tape-recorder sangat tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Karena
melalui media ini, guru dapat merekam cerita-cerita yang diperoleh berupa masalah-masalah
ekonomi, sosial, olah raga, budaya, pendidikan, moral, agama, yang selanjutnya dapat disajikan
kepada siswa. Dalam kegiatan ini, siswa diminta untuk mendengarkan informasi penting yang
diperolehdari bahan simakan. Hal ini sepadan dengan apa yang dikatakan oleh Ardian, dkk
(2002: 24), di mana mereka mengatakan bahwa cerita-cerita yang diperdengarkan kepada siswa
dapat bersumber dari surat kabar, radio, dan televisi.

Setelah guru memperdengarkan bahan simakan berupa isi cerita beberapa kali, selanjutnya guru
meminta siswa untuk mengungkapkan kembali isi cerita yang didengarkan dengan kata-kata
sendiri baik secara lisan maupun tertulis.

1. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritik maka hipotesis penelitian tindakan ini dapat dirumuskan yakni ;

”Jika menggunakan media audio (tape-recorder), maka kemampuan menyimak siswa dalam
mengungkapkan kembali isi cerita akan meningkat”.

1. Indikator Kerja
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitiian adalah apabila kemampuan mengungkapkan
kembali isi cerita dalam pengajaran menyimak siswa kelas VI SDN I Huidu rata – rata mencapai
angka 85 atau mencapai 85% secara klasikal dan hasil belajar siswa secara individual mencapai
nilai 7,5 atau 75% ke atas.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

3.1.1. Penetapan Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru kelas VI. Fokus
penelitian adalah siswa kelas VI SDN 1 Huidu dengan jumlah siswa 28 orang terdiri dari 12
orang laki-laki dan 16 orang perempuan.

Siswa kelas VI dijadikan sebagai fokus penelitian karena kemampuan mereka dalam
mengungkapkan cerita tergolong rendah. Pekerjaan mereka sebagian besar adalah petani. Hal ini
dibuktikan hampir semua siswa menerima Beasiswa Keluarga Miskin (BKM).

3.1.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SDN 1 Huidu merupakan salah satu sekolah sekian banyak Sekolah Dasar di Kabupaten
Gorontalo. SDN 1 Huidu jaraknya dari pusat kota Gorontalo + 23 km sedangkan dari pusat Kota
Limboto jaraknya + 4 km. Tempat dibangunnya sekolah tersebut, yaitu Desa Huidu. Alat
tranportasi yang digunakan menuju kelokasi tersebut adalah motor. Lokasi sekolah ini sangat
strategi karena cukup jauh dari pusat kota, dan memungkinkan terciptanya kondisi belajar
mengajar yang kondusif serta mudah di jangkau oleh siswa dan guru.

SDN 1 Huidu terdiri dari beberapa ruang, yakni 1 (satu) ruang dewan guru, 1 (satu) ruang
perpustakaan, dan 7 (tujuh) ruang belajar. Ruangan belajar terdiri dari 1 ruang kelas 1, 1 ruang
kelas II, 2 ruang kelas III, 1 ruang kelas IV, 1 ruang kelas V, dan 1 ruang kelas VI. Fasilitas ruang
SDN 1 Huidu sudah memadai bagi siswa dan guru. Ruang dewan guru yang tersedia dapat
menampung 8 orang guru kelas dan 9 guru honor. Sedangkan ruang kelas dapat menampung
siswa sampai 35 orang perkelas.

3.2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 (dua) siklus, dengan prosedur-
prosedur, yakni : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi, ( 4) refleksi dalam
setiap siklus. Untuk lebih jelasnya, prosedur penelitian tindakan kelas untuk pelaksanaan siklus
pertama dapat diuraikan pada tahap-tahap sebagai berikut.

3.2.1. Tahap Persiapan


Adapun kegiatan yang dilaksanakan selama tahap perencanaan ini diuraikan sebagai berikut.

1. Menghubungi Kepala Sekolah untuk memperoleh izin melaksanakan kegiatan penelitian.

2. Mendiskusikan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan bersama guru mitra dan
Kepala Sekolah.

3. Melakukan observasi untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran yang dilaksanakan


peneliti serta bagaimana keadaan siswa dikelas ketika media audio (tape-recorder)
digunakan dalam pengajaran mengungkapkan kembali isi cerita.

4. Merancang alat evaluasi unutuk melihat apakah kemampuan siswa kelas VI SDN 1
Huidu Tahun Pelajaran 2008/2009 mengungkapkan kembali isi cerita. Alat evaluasi yang
digunakan dalam tindakan ini berupa test mengungkapkan kembalim isi cerita. Alat
evaluasi ini diberikan setelah siswa mendengar cerita melalui tape-recorder.

3.2.2. Tahap Pelaksanaan Tindakan.

Sebagaimana tealah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam penelitian tindakan ini dilaksanakan
dua siklus dalam tahapan-tahapan sesuai dengan skenario pembelajaran sebagai berikut.

1. Peneliti menyediakan kaset yang berisi materi yang telah direkam serta media tape-
recorder.

2. Peneliti memutar isi cerita yang ada pada kaset melalui tape-recorder sebanyak 3 kali.

3. Peneliti mengundang siswa satu persatu untuk mengungkapkan isi cerita menjawab
pertanyaan menungkapkan ide pokok, dan memberi simpulan tersebut secara lisan.

3.2.3 Tahap Pemantauan dan Evaluasi

1. Tahap Pemantauan

Pada tahap ini dilaksanakan proses pelaksanaan pemantauan (observasi) dilaksanakan oleh guru
kelas VI (guru mitra) dengan melihat perangkat pembelajaran yang digunakan oleh peneliti dan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

2. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi dilaksanakan setelah proses belajar mengajar (pemberian materi berupa cerita
melalui tape-recorde). Dalam tahap ini, siswa diberikan kesempatan mengungkapkan kembali isi
cerita secara lisan.

3.2.4. Tahap Analisis dan Refleksi

1. Tahap Analisis
Data yang terkumpul dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis. Dengan kata lain pada tahap ini,
peneliti menganalisis siswa dalam mengungkapkan kembali isi cerita. Aspek-aspek yang
dianalisis meliputi ketepatan menjawab pertanyaan, menemukan ide pokok, menceritakan
kembali dan menyimpulkan isi cerita. Hasil analisis tersebut diceklis dan diberikan skor 0 sampai
100%.

2. Tahap Refleksi

Refleksi dalam penelitian ini dilaksanakan pada setiap akhir siklus oleh peneliti dan guru kelas
VI. Refleksi ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil yang dicapai pada
siklus sebelumnya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian mendeskripsikan hal – hal yang akan di analisis pada siklus I, tentang ;
bagaimana kemampuan menyimak siswa melalui penggunaan media audio dalam hal, menjawab
pertanyaan, mengemukakan ide pokok, menceriterakan kembali serta memberi simpulan. Hal –
hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ;

Tabel 2

Hasil pengamatan siklus I

Data tentang hasil pengamatan pada siklus I dapat digambarkan sebagai berikut ;

Dari 28 orang siswa yang dapat menjawab semua pertanyaan sebanyak 1 orang (3,57 %), dari 28
siswa yang dapat menjawab 4 pertanyaan sebanyak 5 orang (17,86 %), dari 28 siswa yang dapat
menjawab 3 pertanyaan sebanyak 6 orang (21,43 %), dari 28 siswa yang dapat menjawab 2
pertanyaan sebanyak 11 orang (39,29 %), dari 28 siswa yang dapat menjawab 1 pertanyaan
sebanyak 2 orang (7,14 %), dari 28 siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan sebanyak 3
orang (10,71 %).

Dari 28 siswa yang sangat tepat dalam menemukan ide pokok sebanyak 3 orang (10,71%), dari
28 siswa yang tepat dalam menemukan ide pokok sebanyak 9 orang (32,14 %), dan dari 28 siswa
yang tidak tepat menemukan ide pokok sebanyak 16 orang (57,14 %).

Dari 28 orang yang sangat baik dalam menceritakan kembali sebanyak 4 orang (14,29 %), dari
28 siswa yang baik dalam menceritakan kembali sebanyak 7 orang (25 %), dari 28 siswa yang
cukup dalam menceritakan kembali sebanyak 17 orang (60,71 %).
Dari 28 siswa yang sangat tepat dalam menyimpulkan isi cerita sebanyak 4 orang (14,29 %), dari
28 siswa yang tepat dalam menyimpulkan isi cerita sebanyak 9 orang (32,14 %), dan dari 28
siswa yang tidak tepat dalam menyimpulkan isi cerita sebanyak 15 orang (53,57%).

Memperhatikan hasil pengamatan pada siklus I nampaknya belum memperoleh hasil yang
diharapkan. Oleh karena itu hasil pengamatan dilanjutkan ke siklus berikutnya. Adapun hal – hal
yang perlu ditindaki adalah ;

1. Menjawab pertanyaan ; soal nomor 2, 3, 4, 5

2. Menentukan ide pokok

3. Membuat simpulan

Tabel 3

Hasil pengamatan siklus II

Analisis Tabel Hasil Pengamatan Pada Siklus II

Data tentang hasil pengamatan pada siklus II dapat digambarkan sebagai berikut :

Dari 28 orang siswa yang dapat menjawab semua pertanyaan sebanyak 14 orang (50 %), dari 28
siswa yang dapat menjawab 4 pertanyaan sebanyak 10 orang (35,71 %), dan dari 28 siswa yang
dapat menjawab 3 pertanyaan sebanyak 4 orang (14,29 %).

Dari 28 siswa yang sangat tepat dalam menemukan ide pokok sebanyak 16 orang (57,14 %), dari
28 siswa yang tepat dalam menemukan ide pokok sebanyak 10 orang (35,71 %), dan dari 28
siswa yang tidak tepat menemukan ide pokok sebanyak 2 orang (7,14 %).

Dari 28 orang yang sangat baik dalam menceritakan kembali sebanyak 21 orang (75 %), dari 28
siswa yang baik dalam menceritakan kembali sebanyak 5 orang (17,85 %), dari 28 siswa yang
cukup dalam menceritakan kembali sebanyak 2 orang (7,14 %).

Dari 28 siswa yang sangat tepat dalam menyimpulkan isi cerita sebanyak 18 orang (64,29 %),
dari 28 siswa yang tepat dalam menyimpulkan isi cerita sebanyak 7 orang (25 %), dan dari 28
siswa yang tidak tepat dalam menyimpulkan isi cerita sebanyak 3 orang (10,71 %).

Berdasarkan tabel di atas maka dikatakan bahwa kegiatan belajar pada siklus II telah memenuhi
ketuntasan. Hal ini dibuktikan dari 4 aspek yang diamati sudah memperoleh nilai di atas 75 %.

Dengan memperhatikan data hasil pengamatan pada siklus I dan data hasil pengamatan pada
siklus II disimpulkan bahwa tape-recorder sebagai media audio dapat meningkatkan kemampuan
menyimak siswa kelas VI SDN 1 Huidu mengungkapkan kembali isi cerita.

4.2. Pembahasan
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikembangkan oleh guru
kepada siswa. Keterampilan ini sangat erat kaitannya dengan keterampilan-keterampilan
berbahasa lainnya seperti keterampilan berbicara dan membaca. Salah satu contoh pengajaran
keterampilan menyimak dipadukan dengan keterampilan berbicara, yakni mengungkapkan
kembali isi cerita.

Pada tahap awal tindakan peneliti mengalami berbagai kesulitan dalam proses pembelajaran,
khususnya dalam mengungkapkan kembali isi cerita. Hal ini disebabkan siswa belum
mengungkapkan kembali isi cerita yang disimaknya, sehingga dalam proses pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, peneliti, banyak melakukan intervensi. Pada saat diberikan
kesempatan untuk mengungkapkan kembali isi cerita sebagian siswa belum mampu.

Untuk mengatasi masalah ini ditempuh hal-hal berikut ;

1. Memperbaiki aspek-aspek yang berhubung dengan perangkat pembelajaran.

1. Memberikan motivasi kepada siswa sehingga mereka dapat mengungkapkan kembali isi
cerita dengan baik dan lancar.

2. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, peneliti berusaha menciptakan kondisi


belajar mengajar yang mantap.

Langkah-langkah ini diupayakan semaksimal mungkin agar dapat mengatasi kelemahan-


kelemahan sebelumnya sehingga realisasinya akan nampak pada siklus berikutnya.

Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan ,pada hasil siklus II menunjukan adanya
perubahan, yaitu peningkatan kemampuan siswa mengungkapkan kembali isi cerita serta
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar semakin efektif. Hal ini terlihat pada tabel data yang
menunjukan bahwa siswa dapat mengungkapkan kembali isi cerita dengan baik, artinya 28 orang
yang dikenai tindakan sebanyak 26 siswa (92,85 %), yang memperoleh nilai 6,5 ke atas,
serhingga telah memperoleh hasil yang diharapkan.

Memperhatikan data tentang hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan
bahwa penelitian tindakan kelas ini perlu dilaksanakan, sebab penelitian ini dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar, khususnya pada keterampilan menyimak. Hal
ini dilihat dari hasil pelaksanaan siklus II, umumnya siswa sudah mampu menungkapkan
kembali hasil simakannya melalui tape-recorder.

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya maka peneliti dapat menarik
simpulan sebagai berikut :
1. Kemampuan siswa dalam mengungkapkan isi cerita pada siklus I sebesar (63,39 %)
dengan nilai rata-rata 6,34. Sedangkan pada siklus II kemampuan siswa mengungkapkan
isi cerita meningkat menjadi (91,96 %) dengan nilai rata-rata sebesar 9,19.

2. Melalui penggunaan tape-recorder, kemampuan menyimak siswa kelas VI SDN 1 Huidu


mengungkapkan kembali isi cerita dapat ditingkatkan dan dioptimalkan.

5.2. Saran

Dari hasil simpulan , peneliti dapat memberikan beberapa saran berikut :

1. Dalam pembelajaran menyimak, hendaknya guru dapat mengintegrasikan atau dipadukan


dengan keterampilan-keterampilan lain seperti keterampilan berbicara dan keterampilan
membaca.

2. Penelitian ini baru sekitar penggunaan audio tape rekorder untuk meningkatkan
kemampuan menyimak, untuk itu peneliti lain dapat meninjaunya dari segi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, 2002. Menyimak. Jakarta : Depdikbud

Ardiana, Leo Idra, dkk. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompotensi Guru Mata
Pembelajaran Bahasa Indonesia, Menyimak. Jakarta : Direktorat SLTP Dirjen Dikdasmen
Depdikbud.

Azies, Alwasilah, 1996. Pokok-Pokok Keterampilan Dasar Mengajar. Surabaya : FBS UNESA.

Depdikbud, 1985. Menyimak dan Pengajarannya. Jakarta : Universitas Terbuka.

Djamarah, Syaiful Bahri, Zain Aswan. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :

Rineke Cipta.

Kamidjan, 2001. Teori Menyimak. Surabaya : FBS UNESA.

Martini Iskandar. 2005. Language. (ONLINE) www.digilib.upi.edu/pasca/ available /etd/ etd-


1205105-094801. Diakses 12 Desember 2008.

Sabari, dkk. 1992. Bahasa Indonesia, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Subyakto, Sri Utara. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

Sudirman, dkk. 1992 Ilmu Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.


Sudjana, Nana. 1991. Evaluasi Hasil Belajar Konstruksi dan Analisa. Bandung.

Sutari, Ice, KY, dkk. 1998. Menyimak. Jakarta : Depdikbud

Lampiran 1

CURRICULUM VITAE

1. Identitas

1. Nama : Sulastri Nangili

2. Tempat, tanggal lahir : Yosonegoro, 7 januari 1982

3. Nim : 151206481

4. Angkatan : 2006 / 2007

5. jurusan :

6. Program Studi :

7. Status Perekawinan : Kawin

8. Tempat Penelitian : SDN 1 Huidu

9. Jenis Kelamin : Perempuan

10. Agama : Islam

11. Alamat : Desa Yosonegoro Kecamatan Limboto

barat Kabupaten gorontalo

1. Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar Negeri Inpres Yosonegoro tahun 1994

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Limboto tahun 1997

3. Sekolah Menengah atas Negeri 2 Limboto tahun 2000

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : VI / 1

Waktu : 2 x 35 Menit

Standar Kompetensi : Memahami teks dan cerita anak yang dibacakan.

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi tokoh, latar, tema / amanat dari cerita

anak yang dibacakan.

Indikator : Siswa mampu menyimpulkan cerita yang didengar.

1. Tujuan Pembelajaran

-Siswa mampu menyimpulkan cerita anak yang didengar.

2. Materi Pembelajaran

-Cerita anak

3. Metode Pembelajaran

- Tanya jawab

- Demonstrasi

- Pemberian tugas

4. Langkah-Iangkah kegiatan pembelajaran

a. Kegiatan Awal

-Siswa diberikan tanya jawab tentang cerita.

b. Kegiatan Inti

- Guru memutar isi cerita dengan menggunakan tape-recorder sebanyak tiga

kali

- Siswa mendengarkan cerita tersebut.


- Guru menunjuk siswa satu persatu untuk satu persatu untuk

mengungkapkan isi cerita secara lisan.

- Secara bergantian siswa mengungkapkan isi cerita seeaI’a lisan.

c. Kegiatan Akhir

Dengan bimbingan guru, siswa dapat membuat rangkuman materi

5. Sumber Belajar

- Cerita anak

- Tape-Recorder

- Kaset

- Buku Bahasa Indonesia Kelas VI SD Penerbit : Erlangga

6. Penilaian

a. Tehnik: Penugasan

b. Soal :

1. Siapa nama artis cilik dalam cerita itu ?

2. Mengapa anak-anak menyukai artis cilik dalam cerita itu ?

3. Siapa yang melempar cicak plastik kepada artis cilik itu ?

4. Mengapa anak itu melempar cicak plastik kepada artis cilik itu ?

5. Siapa yang mendampingi artis cilik itu menyanyi di alun-alun kota ?

Jawab:

1. Dela

2. Karena suaranya bagus dan gaya menyanyinya sangat menarik.

3. Heni

4. Karena Heni ingin bersalaman dan berkenalan langsung dengan artis kesayangannya.
5. Ayahnya

Mengetahui

Kepala Sekolah

Hj. ROHANA TANGAHU

NIP. 130 395 496

Limboto Barat, Desember 2008

Mahasiswa

SULASTRI NANGILI

NIM. 151206481

Lampiran 3

Cerita anak

Jumpa Artis Cilik

Dela adalah seorang artis cilik. Suara Dela bagus. Gaya menyanyinya menarik. Oleh karena itu,
banyak anak-anak yang menyukainya.

Minggu lalu, Dela menyanyi di alun-alun kota. Penontonnya sangat banyak. Dalam acara itu, ia
didampingi oleh ayahnya.

Para penonton bertepuk tangan setelah Dela selasai menyanyikan lagu pertama. Pada saat akan
menyanyikan lagu berikutnya, tiba-tiba ia menjerit, "Hi, cicak ! Ayah, tolong ….!" Dela kaget
karena ada cicak di bajunya. Ayahnya segera memeriksa baju Dela. Oh, ternyata cicak mainan.
Hm …. berarti, ada yang usil.

Karena masih terkejut, Dela belum mau tampil di panggung.

"Ayo, siapa tadi yang melempar cicak plastik ini? Kalau tidak ada yang mengaku, Dela tidak
mau menyanyi," kata Ayah Dela.

Seorang gadis cilik sebaya Dela, tiba-tiba naik ke panggung. Ia pun mendekati, Dela.

"Maaf, ya, Dela! Aku menyesal. Habis, aku ingin bersalaman denganmu!" ujarnya lirih.

Dela mengangguk sambil tersenyum, Dela berkata , ‘"tapi lain kali jangan begitu, ya! Oh ya,
siapa namamu?" tanya Dela sambil mengulurkan tangan.
Gadis cilik itu lalu menjabat erat dengan Dela.

"Saya Heni." Jawab gadis cilik itu.

Ah, betapa senangnya Heni dapat berkenalan langsung dengan artis kesayangannya.

Anda mungkin juga menyukai