Anda di halaman 1dari 22

AKUNTANSI PENJUALAN KONSINYASI

KELOMPOK 5

1. KADEK DANY AMBARAWATI (1602622010210)

2. NI KOMANG NOVIA PRATIWI (1602622010205)

3. NI LUH SUCI AGUSTINI

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

TAHUN AJARAN 2016/2017


Akuntansi Penjualan Konsinyasi

1.1 Pengertian Pejualan Kosinyasi


Konsinyasi adalah penjualan dengan cara pemilik menitipkan barang kepada pihak lain
yang bertindak sebagai agen penjual dengan harga dan syarat yang telah diatur dan hak atas
barang tersebut tetap berada di tangan pemilik sampai barang tersebut dijual oleh agen
penjual. Penjualan konsinyasi disebut juga dengan penjualan titipan.
Pada dasarnya semua penjualan konsinyasi tersebut adalah :
a. Unsur perjanjian
b. Unsur pemilik barang
c. Unsur pihak yang dititipi barang
d. Unsur barang yang dititipkan
e. Unsur penjualan
f. Unsur komisi
Mengabaikan salah satu unsur tersebut akan membuat transaksi tidak dapat disebut
penjualan konsinyasi, oleh karena itu seluruh unsur tersebut harus ada pada saat penjualan
konsinyasi.
Pihak-pihak yang terlibat dalam konsinyasi adalah:
1. Pengamanat (consignor) adalah pihak yang menitipkan barang atau pemilik barang.
Pengamanat akan tetap mencatat barang yang dititipkannya sebagai persediaan selama
barang yang dititipkan belum terjual atau menunggu laporan dari komisioner.
2. Komisioner (consignee) adalah pihak yang menerima titipan barang
Baik pengamanat (consignor) maupun komisioner (consignee) mendapat keuntungan
dengan adanya konsinyasi ini. Bagi pengamanat (consignor) melalui konsinyasi secara
tidak langsung dapat dijadikan sebagai sarana promosi produknya dan menaikkan omzet
penjualan serta memperluas daerah pemasaran. Bagi komisioner (consignee) akan
mendapat komisi bila berhasil menjualkan barang konsinyasi. Selain itu komisioner
(consignee) tidak perlu menambah modal kerja untuk membeli persediaan barang dagangan
dan tidak menanggung risiko kerugian bila barang yang dititipkan tidak laku karena dapat
dikembalikan kepada pengamanat (consignor).
1.1.1 Sifat Konsinyasi
Sifat dan karakteristik dari penjualan konsinyasi sebagai berikut :

1
1. Konsinyasi merupakan satu-satunya produsen atau distributor memperoleh
daerah pemasaran yang lebih luas.
2. Konsinyor dapat memperoleh spesialis penjualan.
3. Harga jual eceran barang konsinyasi dapat dikendalikan oleh pihak konsinyor
yang masih menjadi pemilik barang ini.
Adapun keuntungan dengan penjualan konsinyasi bagi konsinyor:
1) Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat
dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau distributor, terutama apabila :
a. Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan produk
tidak menentu dan belum terkenal.
b. Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer tidak
menguntungkan.
c. Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yang cukup besar
bagi pihak dealer apabila ia harus membeli barang-barang yang
bersangkutan.
2) Resiko-resiko tertentu dapat dihindarkan konsyinyor. Barang-barang
konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada diri komisioner
sehingga resiko kerugian dapat ditekan.
3) Harga barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh konsyinyor, hal ini
disebabkan kepemilikan atas barang tersebut masih ditangan konsyinyor
sehingga harga masih dapat dijangkau oleh konsumen.
4) Jumlah barang yang dijual dan persediaan barang yang ada digudangkan mudah
dikontrol sehingga resiko kekurangan atau kelebihan barang dapat ditekan dan
memudahkan untuk rencana produksi.
Sedangkan bagi komisioner lebih menguntungkan dengan cara penjualan
konsinyasi karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Komisioner tidak dibebani resiko menanggung kerugian bila gagal dalam
penjualan barang-barang konsinyasi.
2. Komisioner tidak mengeluarkan biaya operasi penjualan konsinyasi karena
semua biaya akan diganti/ditanggung oleh konsinyor.
3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab komisioner hanya
berfungsi sebagai penerima dan penjual barang konsinyasi untuk konsinyor.
4. Komisioner berhak mendapatkan komisi dari hasil penjualan barang
konsinyasi.
2
1.2 Operasi Konsinyasi
Pada pelaksanaan penjualan konsinyasi sebaiknya kontrak perjanjian antara
pengamanat dan komisioner harus dibuat terlebih dahulu. Isi perjanjian biasanya terdiri dari
beban-beban yang dikeluarkan oleh komisioner yang ditanggung oleh pengamanat,
kebijaksanaan harga jual dan syarat kredit, komisi bagi komisioner dan laporan
pertanggungjawaban oleh komisoner kepada pengamanat (account sale) yang dilakukan
secara berkala atas barang-barang yang sudah terjual dan pengiriman uang hasil penjualan
tersebut. Dalam pembahasan penjualan konsinyasi ini, terdapat beberapa isitilah yang
berkaitan dengan penjualan konsinyasi yaitu :
a. Pengamanat (Consignor), yaitu pihak yang memiliki barang yang dititipkan kepada
pihak lain untuk dijual.
b. Komisioner (Consignee), yaitu pihak yang menerima titipan barang dari pengamanat
untuk dijual.
c. Konsinyasi keluar (Consignment-Out), yaitu rekening yang digunakan oleh
pengamanat untuk mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan
barangbarang yang dititipkan kepada komisioner.
d. Konsinyasi masuk (Consignment-In), yaitu rekening yang digunakan oleh komisioner
untuk mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan barangbarang milik
pengamanat yang dititipkan kepadanya.

Dalam penyerahan barang atas dasar konsinyasi, harus disusun kontrak (atau
persetujuan tertulis) yang menunjukkan sifat hubungan antara pihak yang menyerahkan dan
pihak yang menerima barang. Hak dan kewajiban pihak konsinyi ditetapkan dan ditentukan
oleh undangundang penitipan dan kegenan seperti yang dimodifikasi oleh Uniform
Commercial Code. Hal-hal yang terpenting adalah sebagai berikut :
Hak pihak konsinyi :
1. Pihak konsinyi berhak memperoleh penggantian atas pengeluaran yang dibutuhkan
berkaitan dengan barang konsinyasi dan juga berhak memperoleh imbalan atas
penjualan barang konsiyasi.
2. Pihak konsinyi berhak menawarkan garansi biasa atau barang konsinyasi yang dijual,
dan sementara itu pihak konsiyor terikat pada sayrat pembelian garansi seperti ini.

3
Kewajiban pihak konsinyi :
1) Pihak konsinyi harus melindungi barang-barang pihak pemilik dengan cara yang baik
dan sesuai dengan sifat barang dan kondisi konsinyasi.
2) Pihak konsinyi harus menjual barang konsinyasi dengan harga yang telah ditentukan,
atau jika tidak ada ketentuan tidak mengenai harga ia harus menjualnya dengan harga
yang memuaskan kepentinagn pihak pemilik.
3) Pihak konsinyi harus memisahkan barang konsinyasi dari barang dagangan lainnya.
4) Pihak konsinyi harus mengirimkan laporan berkala mengenai kemajuan penjualan
barang konsinyasi.
Beberapa alasan bagi pengamanat dan komisioner untuk mengadakan penjualan kosinyasi
sebagai berikut :
1. Merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memperluas daerah pemasaran
terutama untuk barang-barang yang :
a. Merupakan produk baru yang permintaan akan barang tersebut masih belum dapat
diprediksi.
b. Membuka devisi penjualan disuatu daerah investasinya sangat mahal investasinya.
c. Penjualan melalui dealer tidak menguntungkan pada tahun-tahun yang lalu.
d. Barang tersebut mahal harganya sehingga dealer memerlukan investasi yang besar
bila membelinya, dan
e. Fluktuasi harga barang tersebut sangat besar sehingga dealer tidak mau
membelinya.
2. Barang konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada pihak komisioner
sehingga risiko kerugian dapat ditekan.
3. Harga barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh pengamanat, hal ini
disebabkan kepemilikan atas barang tersebut masih ditangan pengamanat, sehingga
harga masih dapat dijangkau oleh konsumen. Pengawasan harga ini akan sulit jika
menggunakan sistem penjualan melalui dealer yang kepemilikan barangnya sudah
ditangan dealer itu sendiri.
4. Jumlah barang yang dijual dan persediaan barang yang ada digudang mudah dikontrol
sehingga risiko kekurangan atau kelebihan barang dapat ditekan dan memudahkan
untuk rencana produksi.
Sedangkan alasan bagi komisioner untuk bersedia menerima titipan barang konsinyasi
adalah sebagai berikut :

4
1) Komisioner tidak dibebani risiko menanggung rugi bila gagal dalam penjualan
barangbarang konsinyasi.
2) Komisioner tidak mengeluarkan biaya operasi penjualan konsinyasi karena semua
biaya akan diganti/ditanggung oleh pengamanat
3) Apabila terdapat barang konsinyas yang rusak dan terjadi fluktuasi harga, maka hal
tersebut bukan tanggungan komisioner (hal ini sangat penting terutama bila barang
konsinyasi tersebut berupa buah-buahan, atau produk pertanian lainnya.
4) Kebutuhan modal kerja dapat dikurangi sebab komisioner hanya berfungsi sebagai
penerima dan penjual barang konsinyasi untuk pengamanat.
5) Komisioner berhak mendapatkan komisi dari hasil penjualan barang konsinyasi.

1.3 Akuntansi untuk Konsinyasi


Untuk mencatat semua transaksi yang dicatat dalam ayat jurnal, maka perlakuan
akuntansi untuk penjualan konsinyasi dapat digolongkan dalam:
1. Transaksi konsinyasi harus diikthisarkan terpisah dan laba atas masing-masing
konsinyasi harus dihitung terpisah dari laba penjualan reguler
2. Transaksi konsinyasi harus disatukan dengan transaksi lain
Kegiatan konsinyasi melibatkan 2 belah pihak, yaitu pengamanat dan komisioner. Oleh
karena itu akuntansinya juga diselenggarakan oleh kedua belah pihak. Akuntansi yang
diselenggarakan oleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
A. Akuntansi oleh Pengamanat
Akuntansi oleh pengamanat dapat diselenggarakan dengan 2 metode, yaitu metode
terpisah dan metode tidak terpisah. Kedua metode tersebut akan menghasilkan laba atau
rugi yang sama. Pencatatan menurut masing-masing metode adalah sebagai berikut:
I. Metode Terpisah
Didalam metode ini semua laba ataupun rugi yang diperoleh dari kegiatan
konsinyasi akan disajikan secara terpisah dari rugi-laba yang biasa. Untuk
memisahkan tersebut maka pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan
kegiatan konsinyasi juga harus dipisahkan. Alat yang digunakan untuk
mengumpulkan pendapatan dan biaya tersebut adalah rekening “Barang
Konsinyasi”. Rekening ini akan didebit dengan biaya yang berhubungan dengan
barang konsinyasi dan dikredit dengan pendapatan yang berhubungan dengan barang
konsinyasi. Jadi pendebitan dan pengkreditan terhadap rekening “Barang
Konsinyasi” adalah:
5
1) Pendebitan
Pendebitan terhadap rekening ini terdiri atas:
a. Harga pokok barang konsinyasi yang dikirim
b. Biaya pengiriman barang-barang konsinyasi
c. Biaya yang berhubungan dengan barang konsinyasi yang dibayar oleh
komisioner akan tetapi ditanggung oleh pengamanat. Termasuk didalam
kelompok ini misalnya komisi, biaya perakitan dan sebagainya.
2) Pengkreditan
Pengkreditan terhadap rekening barang konsinyasi adalah hasil penjualan barang
konsinyasi. Apabila seluruh barang konsinyasi sudah terjual maka saldo
rekening barang konsinyasi akan menunjukkan laba (apabila bersaldo kredit)
atau rugi (apabila bersaldo debit). Apabila pada akhir periode masih terdapat
barang konsinyasi yang belum terjual, sebaiknya disajikan di dalam neraca
sebagai elemen persediaan dan disajikan secara terpisah dari persediaan yang ada
di gudang (didisclosure). Pada umumnya pencatatan yang dibuat oleh
pengamanat hanya mencakup 4 transaksi, yaitu:
a. Pengiriman barang konsinyasi
b. Pembayaran biaya angkut (biaya pengiriman) barang konsinyasi
c. Menerima laporan pertanggungjawaban dari komisioner
d. Menerima pembayaran dari komisioner

II. Metode Tidak Terpisah


Didalam metode ini laba atau rugi dari kegiatan konsinyasi tidak dipisahkan
dengan laba (rugi) dari kegiatan yang reguler. Oleh karena itu biaya dan pendapatan
yang berhubungan dengan kegiatan konsinyasi dicampur dengan pendapatan dan
biaya yang reguler. Pada umumnya pencatatan yang dibuat oleh pengamanat di
dalam metode ini hanya mencakup 3 transaksi, yaitu:
a. Pembayaran biaya angkut (biaya pengiriman) barang konsinyasi
b. Menerima laporan pertanggungjawaban dari komisioner
c. Menerima pembayaran dari komisioner

6
B. Akuntansi oleh Komisioner
Akuntansi oleh komisioner dapat diselenggarakan dengan 2 metode, yaitu metode
terpisah dan metode tidak terpisah. Kedua metode tersebut akan menghasilkan laba atau
rugi yang sama. Pencatatan menurut masing-masing metode adalah sebagai berikut:
I. Metode Terpisah
Didalam metode ini semua laba ataupun rugi yang diperoleh dari kegiatan
konsinyasi akan disajikan secara terpisah dari rugi-laba yang biasa. Untuk
memisahkan tersebut maka pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan
kegiatan komisioner juga harus dipisahkan. Alat yang digunakan untuk
mengumpulkan pendapatan dan biaya tersebut adalah rekening “Barang Komisi”.
Rekening ini akan didebit dengan biaya yang berhubungan dengan barang komisi
dan dikredit dengan pendapatan yang berhubungan dengan barang komisi. Jadi
pendebitan dan pengkreditan terhadap rekening “Barang Komisi” adalah:
1) Pendebitan
Pendebitan terhadap rekening ini terdiri atas: - Biaya perikatan - Jumlah yang
harus dibayarkan kepada pengamanat
2) Pengkreditan
Pengkreditan terhadap rekening barang komisi adalah hasil penjualan barang
komisi. Pada umumnya pencatatan yang dibuat oleh pengamanat hanya
mencakup 4 transaksi, yaitu:
a. Membayar biaya angkut
b. Menjual barang komisi
c. Mengirim laporan pertanggungjawaban kepada pengamanat
d. Mengirim pembayaran kepada pengamanat komisioner.

II. Metode tidak terpisah


Didalam metode ini semua laba atau rugi yang diperoleh dari kegiatan tidak
dipisahkan dengan laba atau rugi dari kegiatan yang reguler. Oleh karena itu,
pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kegiatan komisioner dicatat seperti
halnya pendapatan dan biaya yang berhubungan kegiatan reguler.

1.3.1 Metode Pencatatan Penjualan Konsinyasi


Dalam prinsipnya pendapatan pada konsinyasi diakui saat penjualan terhadap
barang-barang konsinyasi dilakukan oleh konsinyi kepada pihak ketiga. Jika
7
konsinyor membutuhkan laporan penjualan atau rugi atas penjualan barangbarang
konsinyasi, maka pencatatannya harus diselenggarakan terpisah dari transaksi
penjualan reguler.
Sedangkan untuk metode administrasi barang dagangan, terdapat dua alternatif,
yaitu metode perpectual dan physic. Apabila transaksi konsinyasi dicatat secara
terpisah dari transaksi lain, maka metode apapun yang dipakai, pihak konsinyor
harus menyelenggarakan rekening “barang-barang konsinyasi”. Apabila transaksi
tidak dicatat secara terpisah dari transaksi lain, maka pengiriman barang-barang
konsinyasi dicatat dalam “memorandum”. Untuk setiap perjanjian dalam transaksi
konsinyasi rekening barang-barang yang dititipkan pada konsinyi pada dasarnya
adalah rekening barang-barang konsinyasi yang merupakan persediaan bagi
konsinyor. Rekening tersebut dibuat sebagai rekening kontrol untuk tiap-tiap
konsinyi atau satu rekening kontra dibuat untuk transaksi konsinyasi dengan semua
konsinyi. Apabila konsinyor memerlukan rekening pembantu maka
diselenggarakan rekening pembantu untuk tiap-tiap konsinyi. Apabila pihak
konsinyor menghendaki laba atas penjualan konsinyasi harus ditetapkan tersendiri,
maka rekening barang-barang konsinyasi untuk masingmasing konsinyi dibebani
harga pokok barang yang dikirimkan kepada konsinyi dan semua biaya yang
berkaitan dengan konsinyasi.
Jika penjualan telah dilakukan oleh konsinyi maka rekening ini dikredit. Laba
atau rugi atas penjualan konsinyasi akhirnya dipindah bukukan dari perkiraan laba
atau rugi konsinyasi ke perkiraan laba rugi biaya yang mengikhtisarkan hasil netto
dari semua aktivitas. Sedangkan apabila pihak konsinyor menghendaki transaksi
konsinyasi harus disatukan dengan transaksi biasa lainnya dan laba rugi usaha juga
harga dihitung. Maka pendapatan dan biaya penjualan konsinyasi dibukukan dalam
perkiraan yang mengikhtisarkan kegiatan usaha bersama.
Untuk mencatat semua transaksi yang dicatat dalam ayat jurnal, maka perlakuan
akuntansi untuk penjualan konsinyasi dapat digolongkan dalam:
1) Pencatatan oleh konsinyasi yang terselesaikan dengan tuntas.
Apabila dalam suatu perjanjian konsinyasi tersebut telah selesai pada
saat pihak konsinyor akan menyusun laporan keuangan diakhir periode
akuntansi maka prosedur pencatatan dan pos-pos jurnal yang harus dibuat oleh
konsinyor atas pengiriman barang-barang, penjualan barang-barang,

8
pembayaran barang-barang, dan penyelesaian keuangan, oleh pihak konsinyi
kepada konsinyor adalah sebagai berikut:
a. Pencatatan pada buku konsinyor jika transaksi konsinyor diselenggarakan
terpisah dari transaksi penjualan biasa.

Tabel 1
Perbedaan Pencatatan pada Buku Konsinyor Transaksi Penjualan
Konsinyasi Dicatat Secara Terpisah Antara Metode Perpectual dan
Metode Physic

Metode Perpectual

1) Pengiriman barang-barang konsinyasi


Barang-barang konsinyasi xx
Persediaan produk jadi xx
2) Dibayar ongkos angkut pengiriman
Barang-barang konsinyasi xx
Kas xx
3) Diterima perhitungan penjualan
b. Mencatat hasil penjualan
Piutang dagang xx
Penjualan konsinyasi xx
c. Mencatat harga pokok penjualan hpp konsinyasi xx
Biaya penjualan konsinyasi xx
Barang-barang konsinyasi xx
4) Penerimaan/pengiriman uang kas dari konsinyi
Kas xx
Piutang dagang xx
5) Menutup/memindahkan kas saldo
Rekening pengiriman barang-barang konsinyasi ke rugi laba

9
Metode Physic

1) Pengiriman barang-barang konsinyasi


Barang-barang konsinyasi xx
Pengiriman barang-barang konsinyasi xx
2) Dibayar ongkos angkut
Barang-barang konsinyasi xx
Kas xx
3) Diterima perhitungan penjualan
a. Mencatat hasil penjualan
Piutang dagang xx
Penjualan konsinyasi xx
b. Mencatat harga pokok penjualan
Hpp konsinyasi xx
Biaya penjualan konsinyasi xx
Barang-barang konsinyasi xx
4) Penerimaan/pengiriman uang kas dari konsinyi
Kas xx
Piutang dagang xx
5) Penutup/memindahkan kas saldo
Pengiriman barang-barang konsinyasi xx
Rugi-laba xx

Didalam laporan perhitungan rugi laba, saldo rekening pengiriman


barangbarang konsinyasi dikurangkan dari jumlah barang yang tersedia
untuk dijual di dalam menentukan besarnya harga pokok penjualan reguler.
Jurnal demikian tetap dibuat meskipun tidak ada barang yang terjual sampai
dengan akhir tahun buku yang bersangkutan.
b. Pencatatan pada buku konsinyi jika transaksi konsinyi diselenggarakan
terpisah dari transaksi penjualan biasa.
i) Penyerahan Barang Kepada Pihak Konsinyi.

10
Disini pihak konsinyi mencatat penerimaan barang atas konsinyi
dengan suatu memorandum dalam buku harian atau dalam buku
tersendiri yang diselenggarakan untuk tujuan ini.
ii) Beban pihak konsinyi yang harus ditetapkan pada konsinyasi akan
dijurnal sebagai berikut:
Konsinyasi Masuk Xx
Kas Xx
iii) Penjualan oleh pihak konsinyi, akan dijurnal sebagai berikut:
Kas xx
Konsinyasi masuk xx
iv) Komisi atau laba yang masih harus diterima bagi konsinyi akan dijurnal
sebagai berikut:
Konsinyasi masuk xx
Komisi atas penjualan konsinyasi xx
v) Pengiriman uang kas dan perkiraan penjualan konsinyasi oleh pihak
konsinyi, akan dijurnalkan sebagai berikut:
Konsinyasi masuk xx
Kas xx
c. Pencatatan pada buku konsinyor. Jika transaksi konsinyasi tidak
diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan biasa.

Tabel 2
Perbedaan pencatatan pada Buku Konsinyor Transaksi Penjualan
Konsinyi tidak Diselenggarakan Terpisah Antara Metode Perpectual
dan Metode Physic

Metode Perpectual

1) Pengiriman barang-barang konsinyasi


Barang-barang konsinyasi xx
Persediaan produk jadi xx
2) Dibayar ongkos angkut
Pengiriman ongkos angkut xx

11
Kas xx
3) Diterima perhitungan penjualan
a. Mencatat hasil penjualan
Piutang dagang xx
Hasil penjualan xx
b. Mencatat harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan xx
Barang-barang konsinyasi xx
c. Menghapus saldo rekening pengiriman barang-barang pada
akhir periode tahun buku untuk barang-barang yang telah
terjual
4) Penerimaan/pengiriman uang kas
Kas xx
Piutang dagang xx

Metode Physic

1) Pengiriman barang-barang konsinyasi


Barang-barang konsinyasi xx
Pengiriman barang-barang konsinyasi xx
2) Dibayar ongkos angkut pengiriman
Ongkos angkut xx
Kas xx
3) Diterima perhitungan penjualan
a. Mencatat hasil penjualan
Piutang dagang xx
Hasil penjualan xx
b. Mencatat harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan xx
Barang-barang konsinyasi xx

12
c. Menghapus saldo rekening pengiriman barang-barang pada
akhir periode tahun buku untuk barang-barang yang telah
terjual
4) Penerimaan/pengiriman uang kas
Kas xx
Piutang dagang xx

Jurnal untuk menghapuskan saldo rekening pengiriman barang-barang


konsinyasi dan rekening. Barang-barang konsinyasi tidak perlu dibuat
pada metode phisik apabila pada saat pengiriman barang tidak dicatat
dalam buku jurnal, akan tetapi dalam bentuk memorandum saja.
d. Pencatatan pada buku konsinyi jika transaksi konsinyasi tidak
diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan biasa.
i) Penyerahan barang kepada pihak konsinyi. Disini pihak konsinyi
mencatat barang konsinyasi dengan ayat jurnal memorandum.
ii) Beban pihak konsinyi ditetapkan pada pihak konsinyasi. Pihak
konsinyi mendebet perkiraan pihak konsinyor untuk beban yang
harus dibebankan pada pihak konsinyor dan mengkredit perkiraan
aktiva atau perkiraan kewajiban yang bersangkutan.
iii) Penjualan oleh pihak konsinyi. Konsinyi mencatat penjualan
konsinyasi seperti pada penjualan biasa. Masing-masing ayat jurnal
penjualan disertai dengan sebuah ayat jurnal untuk mencatat beban
yang dikeluarkan oleh pihak konsinyor, untuk barang-barang yang
dijual, perkiraan pembelian atau perkiraan harga pokok penjualan
didebet dan perkiraan pihak konsinyor dikredit.
iv) Komisi atau laba yang masih harus diterima bagi pihak konsinyi.
Pihak konsinyi tidak membuat ayat jurnal untuk komisi atau laba atas
penjualan konsinyasi. Pendapatan atas penjualan konsinyi akan
tergambar dalam laba kotor pihak konsinyi sebagai akibat dari ayat-
ayat jurnal yang dibuat diatas tadi.
v) Pengiriman uang kas dan perkiraan penjualan konsinyasi oleh pihak
konsinyi. Pihak konsinyi mencatat pembayaran kepada pihak
konsinyor dengan mendebet perkiraan pihak konsinyor dan
mengkredit perkiraan kas.
13
2) Pencatatan untuk konsinyasi tidak terselesaikan dengan tuntas.
Apabila pihak konsinyor perlu menyusun laporan keuangan pada akhir
periode akuntansi sedangkan jangka waktu perjanjian konsinyasi masih
berlangsung atau belum semuanya barang-barang konsinyasi berhasil dijual
oleh konsinyasi, maka diperlukan penyesuaian terhadap barang-barang yang
terkait pada sebagian produk belum selesai dengan tuntas sampai akhir periode
akuntansi. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut:
a. Pencatatan pada buku konsinyor jika transaksi konsinyasi diselenggarakan
terpisah dari transaksi penjualan biasa.
Pada akhir periode fiskal konsinyor membukukan laporan penjualan
konsinyasi, agar ia dapat membukukan laba atau rugi atas penjualan
barang-barang konsinyasi sampai tanggal tersebut. Metode pencatatan
terhadap transaksi konsinyasi dicatat dengan cara seperti dalam perjanjian
konsinyasi yang terselesaikan dengan tuntas, hanya besarnya penjualan
konsinyasi dicatat sebesar jumlah barang-barang konsinyasi yang terjual.
Pencatatan barang-barang yang telah dikeluarkan oleh konsinyor maupun
konsinyi yang berkaitan dengan penjualan barang-barang konsinyasi harus
dialokasikan masing-masing pada barang-barang yang telah terjual
maupun barang-barang yang belum terjual.
Penyerahan barang-barang kepada konsinyi yang semula dibukukan
dengan mendebet perkiraan barang-barang konsinyasi, pada saat penjualan
dilakukan saldo barang konsinyasi dikredit sebesar harga pokok
barangbarang konsinyasi yang dijual oleh konsinyi. Hal ini menyebabkan
perkiraan barang-barang konsinyasi masih mengandung saldo debet. Saldo
debet ini menyatakan harga pokok biaya-biaya lain yang dibebankan pada
barang-barang konsinyasi yang belum terjual. Saldo dalam perkiraan
barang-barang konsinyasi dicantumkan dalam neraca sebagai bagian dari
persediaan akhir perusahaan.
b. Pencatatan pada buku konsinyor jika transaksi tidak diselenggarakan
terpisah dari transaksi penjualan biasa.
Apabila transaksi konsinyasi pencatatannya tidak ditetapkan tersendiri
atau disatukan dengan transaksi penjualan biasa, maka pihak konsinyor
membukukan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
14
hasil penjualan konsinyasi ke dalam buku-buku pihak konsinyor dengan
mendebet perkiraan biaya-biaya yang bersangkutan. Namun apabila
barang-barang konsinyasi yang dititipkan pada konsinyi belum terjual,
maka biaya-biaya tersebut harus ditangguhkan pembebanannya. Jika
konsinyor menggunakan metode perpectual, maka penyerahan
barangbarang kepada konsinyi dicatat dalam memorandum. Apabila
diterima laporan perhitungan penjualan dari konsinyi, diperlakukan sama
seperti bila terjadi penjualan regular pos jurnal pada saat tutup buku
disertai dengan pos jurnal yang menangguhkan biaya-biaya yang berkaitan
dengan produk yang belum terjual, yaitu dengan mendebet perkiraan biaya
yang ditangguhkan pembebanannya sebesar alokasi biaya untuk barang
yang belum terjual dan mengkredit perkiraan biaya-biaya yang masih
melekat pada produk yang belum terjual.
Sedangkan jika memakai metode phisik, maka penyerahan
barangbarang kepada konsinyi yang semula dicatat dalam memorandum,
pada saat diterima laporan perhitungan penjualan dari konsinyasi,
diperlakukan sama seperti bila terjadi penjualan reguler. Sedangkan biaya-
biaya yang dikeluarkan konsinyi yang masih melekat pada produk yang
belum terjual, maka bagian biaya tersebut dijurnal dengan mendebet
barang-barang konsinyasi, sejumlah biaya yang masih melekat produk
yang belum terjual. Pada akhir periode, harga pokok barang konsinyasi
yang belum terjual dan biaya angkut yang dikeluarkan konsinyor, yang
masih melekat pada produk yang belum terjual akan dikredit dan barang-
barang konsinyasi didebet, sehingga saldo barang-barang konsinyasi
menunjukkan harga pokok barang-barang konsinyasi serta biaya-biaya
yang masih melekat pada barang-barang konsinyasi yang belum terjual.
c. Pencatatan pada buku konsinyi jika transaksi dicatat secara terpisah dan
tidak dicatat secara terpisah dari transaksi penjualan biasa.

15
Tabel 3
Perbedaan Pencatatan Pada Buku Konsinyi
Jika Transaksi Dicatat Secara Terpisah dan Tidak Dicatat Secara
Konsinyi
Apabila transaksi
Apabila transaksi
Transaksi- konsinyasi tidak
konsinyasi dicatat
Transaksi dicatat secara
secara terpisah
terpisah
Penerimaan barang- memo memo
barang konsinyasi
1. Penjualan tunai Kas ……………........... xx Barang komisi...xx
Barang komisi ………xx a) Kas…………xx
Penjualan...xx
b) Pembelian.....xx
Hutang...…xx
2. Dibayar ongkos Barang-barang komisi ...xx Hutang………...xx
angkut Kas............……..…...xx Kas………...xx
3. a. Barang-barang komisi..xx Hutang……...…xx
a. Perhitungan Pendapatan komisi….xx Kas.……..…xx
komisi atas hasil b.Barang-barang komisi..xx
penjualan Kas……………...…..xx
barangbarang
komisi
b. Pengiriman
perhitungan dan
sekaligus
pengiriman cek
hasil penjualan

Proses pencatatan selanjutnya, yaitu penutupan rekening-rekening


nominal ke rekening rugi laba serta pemindahan saldo laba atau rugi ke
laba yang ditahan dilakukan seperti biasa.

16
1.3.2 Perlakuan Akuntansi Terhadap Barang-barang Konsinyasi yang
Dikembalikan dan Uang Muka Konsinyi
1. Barang-barang konsinyasi yang dikembalikan
Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada pengamanat
(consignor), maka rekening barang-barang konsinyasi harus dikredit dengan
harga pokok barang-barang yang bersangkutan. Biaya-biaya yang berhubungan
dengan aktivitas untuk menjual barang-barang tersebut (ongkos angkut, biaya
pengepakan, biaya perakitan dan biaya pengiriman kembali), harus dibebankan
kepada pendapatan untuk periode yang bersangkutan. Biaya-biaya yang terjadi
itu tidak dikapitalisasi sebagai bagian harus pokok barang-barang yang
dikembalikan atau tidak perlu ditangguhkan pembebanannya, karena tidak
memberikan manfaatnya dimasa yang akan datang. Dalam hal barang-barang
dikembalikan karena rusak, sehingga manfaatnya tidak lagi sebanding dengan
harga pokoknya, maka penurunan nilai itu harus diakui sebagai kerugian. Jika
biaya-biaya perbaikan diperlukan untuk dapat menjual barang-barang tersebut,
maka biaya perbaikan (reparasi) demikian harus diakui sebagai biaya periode
yang bersangkutan.
2. Uang muka konsinyasi
Apabila dalam transaksi konsinyasi, konsinyor mengharuskan
pembayaran uang muka terhadap barang-barang konsinyasi yang dikirimkan
kepada konsinyi, maka penerimaan uang muka tersebut dapat dijurnal sebagai
berikut:
Kas …………………. xx
Uang muka konsinyi…………………… xx
Uang muka dari konsinyi ini, harus disajikan sebagai utang dalam neraca
sampai terjadi pelunasan barang konsinyasi, maka pada saat pelunasan dijurnal
sebagai berikut:
Kas ………………………….. xx
Uang muka konsinyi ….....……… xx
Piutang konsinyi …………….……xx

17
1.3.3 Pengaruh Penyajian Transaksi Penjualan Konsinyasi dalam Laporan
Keuangan Bagi Konsinyor
Prosedur-prosedur yang harus digunakan konsinyor jika menghendaki
penyajian informasi yang lebih lengkap baik mengenai penjualan konsinyasi
maupun penjualan biasa, adalah dengan melakukan pencatatan transaksi penjualan
konsinyasi secara terpisah dari transaksi penjualan biasa. Sedangkan untuk
penyajian di dalam laporan perhitungan laba rugi dapat dilakukan dengan cara:
a) Menggunakan data-data penjualan, harga pokok penjualan dan biaya penjualan
dari transaksi konsinyasi secara terpisah dari transaksi penjualan biasa.
b) Data-data penjualan, harga pokok penjualan dan biaya penjualan yang
bersangkutan dilaporkan secara terpisah dan sejajar dengan data penjualan
biasa. Pelaporan demikian dipakai apabila transaksi penjualan barang
konsinyasi merupakan bagian yang penting dalam kegiatan distribusinya.
c) Menyajikan data transaksi penjualan konsinyasi di dalam laporan perhitungan
laba rugi, dengan melaporkan laba atau rugi penjualan konsinyasi tanpa
menyajikan data penjualan dan biaya yang bersangkutan, yaitu dengan jalan
menambahkan atau mengurangkan laba rugi konsinyasi dari laba kotor
penjualan biasa.

1.4 Contoh Kasus Konsinyasi Pada Penjualan Buku di Toko Buku Ramedia
Kasus:
Penerbit Pro-U Media yang berada di Jogjakarta merupakan salah satu penerbit yang
produktif dalam menghasilkan buku-buku yang berkualitas. Sesuai misinya, yaitu “tidak
sekedar menerbitkan buku, tapi menerbitkan gagasan dan cita-cita” penerbit ini selalu
menghasilkan buku yang banyak peminatnya. Penerbit pro-U Media hendak memperluas
pemasaran buku-buku hasil terbitannya. Untuk itu, penerbit bekerjasama dengan pihak toko
buku yang ada di seluruh wilayah Indonesia untuk dapat memasarkan buku-buku
terbitannya, termasuk di kota Palu. Salah satu toko yang bekerjasama dengan penerbit Pro-
U Media adalah toko buku Ramedia yang berlokasi di Jl. Hasanudin Palu.
Untuk bulan Oktober 2011, penerbit mengirimkan buku kepada TB Ramedia atas dasar
konsinyasi sebanyak 500 eksampelar. Isi perjanjian konsinyasi adalah:
1. Pro-U Media akan mengirimkan buku kepada TB Ramedia
2. TB Ramedia diberikan komisi sebesar 20% dari penjualan.

18
3. Semua biaya angkut yang berhubungan dengan barang konsinyasi ditanggung
konsinyor/mendapat penggantian.
Harga pokok buku adalah Rp. 35.000/eks. Dan harga jualnya adalah Rp. 59.900/eks. Pihak
penerbit menanggung biaya pengepakan sebesar Rp. 125.000 dan biaya pengiriman buku
sebesar Rp. 2.500.000. Pihak TB Ramedia menanggung biaya pengangkutan sebesar Rp.
150.000.
Selama bulan Oktober sampai pertengahan bulan Desember, semua buku laris terjual.
Sehingga hasil penjualan yang menjadi hak penerbit adalah :
Penjualan 500 x Rp 59.900 = Rp 29.950.000,-
Komisi 20% = Rp 5.990.000,-
Biaya angkut = Rp 150.000,-
= Rp 6.140.000,-
Yang menjadi hak penerbit = Rp 23.810.000,-

Jurnal yang dibuat oleh penerbit Pro-U Media adalah: Untuk pencatatan transaksi ini,
menggunakan metode tidak terpisah baik untuk konsinyor ataupun konsinyi.
1. Akuntansi untuk konsinyor Pencatatan terhadap transaksi kasus diatas adalah:
a. Pembayaran biaya angkut (biaya pengiriman) barang konsinyasi. Transaksi ini
akan dicatat:
Biaya Transport Rp. 150.000,-
Kas Rp. 150.000,-
b. Menerima laporan pertanggungjawaban dari komisioner. Pada saat menerima
laporan pertanggungjawaban tersebut konsinyor akan mengetahui 3 hal, yaitu:
i. Penjualan barang konsinyasi
ii. Biaya yang berhubungan dengan konsinyasi
iii. Pembayaran yang akan diterima dari konsinyi
Transaksi ini akan dicatat:
Piutang – Konsinyi Rp. 23.810.000,-
Biaya Rp. 6.140.000,-
Penjualan Rp. 29.950.000,-
c. Menerima pembayaran dari konsinyi. Transaksi ini akan dicatat:
Kas Rp. 23.810.000,-
Piutang – Konsinyi Rp. 23.810.000,-

19
2. Akuntansi untuk konsinyi
Pencatatan terhadap transaksi kasus diatas adalah:
a. Membayar biaya angkut/perakitan. Transaksi ini akan dicatat:
Utang – Konsinyor Rp. 150.000,-
Kas Rp. 150.000,-
b. Menjual barang komisi. Transaksi ini akan dicatat:
Kas Rp. 29.950.000,-
Penjualan Rp. 29.950.000,-
c. Mengirim pembayaran kepada konsinyor. Transaksi ini akan dicatat:
Utang – Konsinyor Rp. 23.810.000,-
Kas Rp. 23.810.000,-

20
DAFTAR PUSTAKA

Suparwoto, L. Akuntansi Keuangan Lanjutan Bagian 1, Yogyakarta. 1991


Sumber Hadori Yunus Hartanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi I, Cetakan Pertama,
BPFE, Yogyakarta, 1981
Hadori Yunus Hartanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi I, Cetakan Pertama, BPFE,
Yogyakarta, 1981
.

21

Anda mungkin juga menyukai