Anda di halaman 1dari 13

SYNCHRONIZATION AND HARMONIZATION OF LAW

REGULATION DESIGNS IN EXECUTIVE INSTITUTIONS

M Jeffri Arlinandes Chandra1


Universitas Terbuka Indonesia
Jeffri.chandra@ecampus.ut.ac.id

Purwaningdyah Murti Wahyuni2


Universitas Terbuka Indonesia
Purwaningdyah@ecampus.ut.ac.id

Yeni Santi3
Universitas Terbuka Indonesia
Yenisanti@ecampus.ut.ac.id

Abstract
The concept of the legal state is often called the Reachstaat, the rule of law or etat
de droit is a state concept that prioritizes law as the basis for carrying out an action
taken by the state. Based on the principle of the rule of law, namely that the
Government is organized based on the law, in carrying out a government, it must
refer to the laws and regulations that guide the implementation of a country based
on the wishes of the people. The types of laws and regulations are contained in Law
Number 12 of 2011 concerning the Formation of Laws and Regulations. The
product of statutory regulations made by executive institutions is Law / Government
Regulation in Lieu of Law; Government regulations; Presidential decree;
Regulations of the Supreme Audit Agency, Bank of Indonesia, Ministers, Agencies,
Institutions, or Committees at the same level as those formed by Law or
Government on the orders of the Law all of which must be harmonized and
synchronized in order to form good laws and regulations. The research method used
in this study is a combination of normative research supported by empirical data
from field research. Synchronization and harmonization (preview) is currently only
carried out in a number of draft laws and regulations such as the draft of the
Government Act, the Government Regulation (PP) and the Presidential Regulation
(PERPRES) carried out by the Ministry of Law and Human Rights through the
directorate general of laws and regulations while the products of legislation from
non-harmonized legislative bodies are still many such as laws and regulations in
accordance with article 8 paragraph (1), namely Regulations Bodies, Institutions,
Ministries and others. So all the legislative products made by the executive and
legislative institutions must be harmonized in advance so that each legislation does
not conflict with each other.

Keyword : Harmonization, Synchronization, Review, Executive.

1
Lecturer in Law Study Program, Universitas Terbuka, Constitutional Law and State Administrative
Law Major
2
Lecturer in Law Study Program, Universitas Terbuka, Business Law Major
3
Lecturer in Law Study Program, Universitas Terbuka, Constitutional Law and State Administrative
Law Major
A. Introduction
Konsep negara hukum atau yang menjadi pedoman
sering disebut dengan Reachstaat, the penyelengaraan suatu negara yang
rule of law atau etat de droit berlandaskan keinginan rakyat.
merupakan konsep negara yang Konstitusi yang merupakan pedoman
mengutamakan hukum sebagai dalam bernegara dan kemudian
landasan dalam melakukan suatu dijabarkan dalam peraturan perundang
tindakan yang dilakukan oleh negara4. - undangan yang dibagi menjadi
Indonesia sebagai negara hukum beberapa jenis peraturan perundang -
tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) UUD undangan terdapat dalam Undang-
1945 yang berbunyi, "Negara Undang Nomor 12 Tahun 2011
Indonesia adalah negara hukum". Tentang Pembentukan Peraturan
Konsep negara hukum tidak Perundang-undangan.
terpisahkan dari pilarnya sendiri yaitu Jenis dan hierarki peraturan
paham kedaulatan hukum. Paham ini perundang-undangan formil herarkis
adalah ajaran yang mengatakan bahwa adalah mulai dari yang tertinggi secara
kekuasaan tertinggi terletak ada berturut-turut adalah UUD 1945, TAP
hukum atau tidak ada kekuasaan lain MPR, UU/ Peraturan Pemerintah
apapun, kecuali hukum semata5. Pengganti UU (PERPU), Peraturan
Ciri - ciri negara hukum Menurut Pemerintah (PP), Peraturan Presiden
Julius Sthall6, unsur-unsur negara (PERPRES), Peraturan Daerah
hukum (rechsstaat) adalah: Provinsi (PERDA), Peraturan Daerah
1. Perlindungan dan pengakuan Kabupaten/ Kota7. Terdapat juga
terhadap hak asasi manusia peraturan perundang - undangan yang
2. Negara yang didasarkan pada tidak masuk dalam hierarkis tetapi
teori trias potitica ; berlaku berdasarkan diperintahkan
3. Pemerintahan diselenggarakan oleh Peraturan Perundang-undangan
berdasarkan undang-undang yang lebih tinggi atau dibentuk
(wetmatig bestuur);dan berdasarkan kewenangan yaitu
4. Adanya peradilan administrasi Majelis Permusyawaratan Rakyat,
negara yang bertugas menangani Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
kasus perbuatan melanggar Perwakilan Daerah, Mahkamah
hukum oleh pemerintah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan
(onrechmatige overheiddaad). Pemeriksa Keuangan,Komisi
Berdasarkan prinsip negara Yudisial, Bank Indonesia, Menteri,
hukum yaitu Pemerintahan badan, lembaga, atau komisi yang
diselenggarakan berdasarkan undang- setingkat yang dibentuk dengan
undang maka dalam menjalankan Undang-Undang atau Pemerintah atas
suatu pemerintahan harus mengacu perintah Undang-Undang, Dewan
pada peraturan perundang - undangan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,

4
Tahir Azhary, Negara Hukum, (Jakarta : Kencana, 2010),h. 85-86
5
Sobirin Malian, Gagasan Perlunya Konstitusi Baru Pengganti UUD 1945, FH UII Press,
Yogyakarta, 2001, hlm 36-37.
6
Aristoteles, Politik (diterjemahkan dari buku polities), Oxford University, New York, 1995,
Yogyakarta: Bentang Budaya, 2004, hlm, 161.
7
Pasal 7 ayat (1) UU 12 Tahun 2011
Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat banyaknya regulasi yang tumpang-
Daerah Kabupaten/Kota, tindih (overregulated)9. Tumpeng
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau tindih peraturan tersebut terjadi karena
yang setingkat.8 masih adanya egoisme sektoral
Produk hukum yang tersebut (departemental), sehiongga
dibuat oleh lembaga legislative dan menimbulkan belum adanya
eksekutif baik secara bersama-sama persamaan persepsi tentang peraturan
maupun indenpensi lembaga masing- perundang-undangan sebagai suatu
masing sesuai dengan tingkatan dan sistem sehingga pembahasan oleh
jenis produk hukum. Lembaga wakil-wakil instansi terkait tidak
legislative (pemerintah) mempunyai bersifat menyeluruh tetapi bersifat
tugas dan fungsi sebagai pembuat fragmentaris menurut kepentingan
aturan dan pelaksana kegiatan masing-masing instansi, wakil-wakil
pembangunan negara. Produk hukum yang diutus oleh instansi terkait sering
lembaga legislative yaitu Pemerintah berganti-ganti dan tidak berwenang
Pengganti UU (PERPU), Peraturan untuk mengambil keputusan sehingga
Pemerintah (PP), Peraturan Presiden pendapat yang diajukan tidak
(PERPRES) dan peraturan konsisten, tergantung kepada individu
lembaga/kementerian yang dibuat yang ditugasi mewakili, sehingga
berdasarkan pendelegasian menghambat pembahasan, Rancangan
kewenangan berdasarkan Undang- peraturan perundang-undangan yang
Undang. Sampai saat lembaga akan diharmoniskan sering baru
eksekutif telah membentuk sebanyak dibagikan pada saat rapat atau baru
19.760 Peraturan yang terdiri dari 192 dipelajari pada saat rapat sehingga
Peraturan Pemerintah Penganti pendapat yang diajukan bersifat
Undang - Undang (PERPU), 4.844 spontan dan belum tentu mewakili
Peraturan Pemerintah (PP), 1893 pendapat instansi yang diwakili,
Peraturan Presiden (PERPRES), Pendapat atasan yang sering
12.831 Peraturan Menteri (PERMEN). dilatarbelakangi dengan adanya
Persepsi obesitas peraturan kepentingan tertentu.
perundang-undangan yang disumbang Peraturan perundang-undangan
oleh lembaga eksekutif tentunya perlu yang baik adalah yang harmonis
diselesaikan secara matang dan dengan peraturan perundang-
terencana yaitu melalui harmonisasi undangan lainnya. Ketidakharmonisan
dan singkronisasi pembentukan suatu peraturan perundang-undangan
peraturan perundang-undangan dengan peraturan lain baik yang
kemudian evaluasi berkala mengenai setingkat maupun berada pada
peraturan perundang-undangan yang tingakatan yang berbeda, akan
dalam prakteknya dianggap menimbulkan suatu permasalahan
bermasalah. Sebagai contoh yang kompleks. Maka dari itu perlu
Overregulasi yang terjadi di Peraturan ada formulasi dalam pembentukan dan
Menteri dan Peraturan evaluasi peraturan perundang-
Lembaga/Departemen menjadi undangan yang dibentuk pada tataran
permasalahan utama dalam pelaksaan lembaga eksekutif agar peraturan
aturan hukum sehingga menyebabkan

8
Pasal 8 ayat (1) UU 12 Tahun 2011 indonesia-sering-tumpang-tindih, diakses
9
https://news.detik.com/berita/d- tanggal 06 April 2019, Pukul 09.34 WIB.
4320699/seskab-obesitas-regulasi-di-
perundang-undangan yang dibentuk menggunakan pendekatan konsep
harmonis dan singkron. (conceptual approach) yakni
B. Research Problems beranjak dari pandangan-
1. Apakah pembentukan pandangan dan doktrin-doktrin
peraturan perundang- yangberkembang dalam ilmu
11
undangan di Indonesia telah hukum.
memenuhi kriteria
pembentukan peraturan D. Theoretical Review
perundang-undangan yang 1. Jenis-Jenis Peraturan
baik ? Perundang-Undangan di
2. Bagaimana penerapan Preview Indonesia
(Penelaahan) Rancangan Jenis peraturan perundang -
Peraturan Perundang- undangan di indonesia telah dituang
Undangan Dan Review dalam Undang - Undang No 12 tahun
(Evaluasi) Peraturan 2011 tentang pembentukan peraturan
Perundang-Undangan Oleh perundang - undangan yang mana
Lembaga Eksekutif di tertuang dalam pasal 7 dan pasal 8
Indonesia ? dalam Undang - Undang tersebut.
Teori dalam pembagian jenis - jenis
C. Research Method peraturan yaitu 3 (tiga) kelompok
Metode penelitian yang yakni wettelijk regeling (peraturan
akan digunakan dalam penelitian perundang - undangan),
ini gabungan dari penelitian beleidsregels (peraturan
normatif yang didukung dengan kebijaksanaan), dan beschikking
data - data empiris penelitian (penetapan). Termasuk dalam
lapangan (field research) yakni wettelijk regeling (peraturan
penelitian yang menggunakan perundang-undangan), seperti UUD,
informasi dari sasaran atau subyek Undang-Undang, Peraturan
penelitian yang biasanya disebut Pemerintah Pengganti Undang-
informan atau responden melalui Undang ( PERPPU ), Peraturan
instrument pengumpulan data Pemerintah ( PP ), Peraturan
seperti wawancara kemudian Presiden ( PERPRES ), Peraturan
mengabungkan dengan data dari Daerah ( PERDA ), Peraturan Desa,
bahan-bahan kepustakaan terutama dan lain-lain. Termasuk beleid
yang berhubungan mengenai sregels ( Peraturan kebijaksanaan),
masalah hukum,10 yang kemudian seperti instruksi, surat edaran,
pendekatan yang menekankan pada pengumuman dan lain-lain.
pencarian norma-norma yang Sementara termasuk beschikking
terkandung dalam ketentuan (penetapan), seperti surat keputusan
peraturan perundang-undangan dan dan lain - lain12.
teori-teori hukum yang ada, serta

10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Indonesia,Alumni,Bandung,2008 dalam Jurnal
Penelitian Hukum Normatif, Cetakan ke- 8, PT. Masalah - Masalah Hukum, Bayu Dwi
Raja Grafindo Persada, Jakarta 2012, hlm.14. Anggono, Tertib Jenis, Hierarki, dan Materi
11
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Muatan Peraturan Perundang - Undangan :
Kencana, Jakarta, 2010, Hlm 93. Permasalahan dan solusinya, Jilid 47 No. 1,
12
Astawa, I Gde Pantja & Na,a, S., Dinamika Januari 2018, hlm 1-9.
Hukum dan Ilmu Perundang-undangan di
Mengenai apa saja jenis 2. Asas Pembentukan Peraturan
peraturan perundang-undangan di Perundang-Undangan yang
Indonesia saat ini, maka rujukannya baik
adalah Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8 Demi mewujudkan
ayat (1) UU 12/2011. Pasal 7 ayat (1) pembentukan hukum tertulis,
mengatur jenis peraturan perundang khususnya peraturan perundang-
- undangan adalah: undangan, diperlukan tatanan yang
a) Undang-Undang Dasar Negara tertib di bidang pembentukan
Republik Indonesia Tahun peraturan perundang-undangan.
1945; Pembentukan peraturan perundang-
b) Ketetapan Majelis undangan pada dasarnya adalah
Permusyawaratan Rakyat; sebuah sistem, karena di dalamnya
c) Undang-Undang/Peraturan terdapat beberapa peristiwa/
Pemerintah Pengganti tahapan yang terjalin dalam satu
Undang-Undang; rangkaian yang tidak terpisahkan
d) Peraturan Pemerintah; antara satu dan lainnya. Tahapan
e) Peraturan Presiden; tersebut yaitu tahap perencanaan,
f) Peraturan Daerah Provinsi; tahap penyusunan, tahap
g) Peraturan Daerah pembahasan, tahap pengesahan,
Kabupaten/Kota. tahap pengundangan, dan tahap
Selain jenis peraturan penyebarluasan.
perundangundangan yang diakui
oleh Pasal 7 ayat (1), Pasal 8 ayat Asas-asas dalam pembentukan
(1) juga mengatur Jenis Peraturan peraturan-peraturan yang patut,
Perundang-undangan lainnya yang yaitu: asas-asas yang formal
mencakup peraturan yang meliputi :asas tujuan yang jelas;
ditetapkan oleh Majelis asas organ/lembaga yang tepat; asas
Permusyarawatan Rakyat , Dewan perlumya pengaturan; asas dapat
Perwakilan Rakyat, Dewan dilaksanakan; dan asas consensus.
Perwakilan Daerah, Mahkamah Sedangkan asas-asas yang material
Agung, Mahkamah Konstitusi, meliputi: asas terminologi dan
Badan Pemeriksa Keuangan, sistematika yang benar; asas yang
Komisi Yudisial, Bank Indonesia, dapat dikenali; asas perlakuan yang
Menteri, badan, lembaga, atau samadalam hukum; dan asas
komisi yang setingkat yang pelaksanaan hukum sesuai dengan
dibentuk dengan Undang-Undang keadaan individual13,Sedangkan A.
atau Pemerintah atas perintah Hamid S. Attamimi berpendapat
Undang-Undang, Dewan bahwa pembentukan peraturan
Perwakilan Rakyat Daerah perundang-undangan Indonesia
Provinsi, Gubernur, Dewan yang patut asasasas tersebut secara
Perwakilan Rakyat Daerah berurutan dapat disusun sebagai:
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Cita Hukum Indonesia; Asas
Kepala Desa atau yang setingkat. Negara berdasar hukum dan asas
pemerintahan berdasarkan sistem
konstitusi; dan asas-asas lainnya.

13
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu
Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta,
1998, hlm 196.
Asas-asas pembentukan Pengundangan, Pemberlakuan,
14
peraturan perundang-undangan Penegakan UU.
Indonesia yang patut akan Peraturan perundang-
mengikuti pedoman dan bimbingan undangan Indonesia hingga saat ini
yang diberikan oleh : belum mampu memenuhi
kebutuhan hukum masyarakat dan
a. Cita hukum Indonesia yang belum mampu pula mengantisipasi
tidak lain Pancasila (sila-sila perkembangan masyarakat pada
dalam hal tersebut berlaku masa yang akan datang.
sebagai Norma) Ketidakmampuan perundang-
b. Norma Fundamental negara undangan Indonesia tersebut dapat
yang juga tidak lain Pancasila dilihat dari produk peraturan
(sila-sila dalam hal tersebut perundang-undangan yang ada
berlaku sebagai Norma) tidak ada yang masa berlakunya
c. Asas-asas lainnya, yaitu: dalam jangka waktu yang cukup
a) Asas-asas Negara lama karena sering diubah dan
Berdasarkan Atas Hukum bahkan diganti atau dicabut dengan
yang menempatkan peraturan perundang-undangan
Undang-undang sebagai yang baru.
alat pengaturan yang khas Hal tersebut patut untuk
berada dalam keutamaan dicermati agar ke depan peraturan
hukum. perundang-undangan Indonesia
b) Asas-asas Pemerintahan lebih aspiratif dan responsif
Berdasarkan Sistem terhadap keadaan masyarakat saat
Konstitusi yang ini dan perkembangan di masa
menempatkan Undang- mendatang ( ius Constituendum ).
undang sebagai dasar dan Produk peraturan perundang-
batas penyelenggaraan undangan yang pada dasarnya telah
kegiatan-kegiatan terjadi disorientasi pada
pemerintahan. pembentukannya maka akan
membuat peraturan tersebut akan
3. Harmoniasi dan Sinkronisasi sulit diterima dan akan berbenturan
dalam Pembentukan dengan peraturan perundang -
Perundang-Undangan yang undangan yang sebelumnya
baik (disharmonisasi). Memecahkan
Proses pembentukan UU permasalahan disharmonisasi
pada dasarnya dapat dibagi dalam tersebut perlu adanya suatu badan
tiga tahap yaitu : tahap ante yang mengkaji mengenai
legislative yang meliputi harmonisasi antara peraturan
Penelitian, Pengajuan Usul perundang - undangan yang satu
Inisiatif, Perancangan, Pengajuan dengan peraturan perundangan
RUU, tahap legislative yang lainnya.
meliputi Pembahasan, penetapan
RUU menjadi UU,Pengesahan dan Untuk mendapatkan suatu
tahap post legislative meliputi peraturan perundang-undangan

14
Jufrina Rizal, Sosiologi Perundang- Perundang-undangan Sekretariat Jenderal
undangan, makalah yang disajikan dalam DPR RI, Jakarta, 1998/1999.
Pendidikan dan Latihan Tenaga Tehnis
yang baik, maka sinkronisasi dan jelas untuk apa dibuat; 2) Asas
harmonisasi tidak hanya dilakukan organ/lembaga yang tepat (beginsel van
dengan menyesuaikan dan het juiste orgaan), yakni setiap jenis
menyelaraskan berbagai pengertian peraturan perundang-undangan harus
dan kalimat yang ada dalam dibuat oleh lembaga atau organ
berbagai peraturan perundang- pembentuk peraturan perundagundagan
undangan. Harmonisasi dalam yang berwenang; peraturan
pembentukan perundang-undangan perundangundangan tersebut dapat
harus pula memperhatikan pada dibatalkan (vernietegbaar) atau batal
latar belakang dan konsep berfikir, demi hukum (van rechtswege nieteg),
serta sistem yang mempengaruhi bila dibuat oleh lembaga atau organ
pembentukan peraturan perundang- yang tidak berwenang;
undangan tersebut. Sebagai suatu Berdasarkan Pasal 7 ayat ( 1 ) UU P3
contoh, apabila suatu peraturan maka pemerintah (eksekutif)
perundang-undangan yang mempunyai wewenang dalam
mempunyai latar belakang, dan membentuk Undang - Undang
konsep berpikir, dan dipengaruhi (UU)/Peraturan Pemerintah Penganti
oleh sistem yang individualis, tentu Undang-Undang (PERPPU), Peraturan
akan sangat sukar diselaraskan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden
dengan peraturan perundang- (PERPRES), Peraturan Daerah Provinsi
undangan lain yang mempunyai (PERDA PROV) dan Peraturan Daerah
latar belakang, konsep berpikir dan Kabupaten Kota (PERDA
dipengaruhi oleh sistem KAB/KOTA).
kekeluargaan. Undang - Undang Nomor 12 Tahun
2011 Tentang Pembentukan Peraturan
E. Results and Discussion Perundang-Undangan menjabarkan
1. Pembentukan peraturan dalam membentuk suatu peraturan
perundang-undangan di Lembaga perundang-undangan harus melalui
Eksekutif tahapan yaitu :
1. Perencanaan
Untuk membentuk suatu peraturan 2. Penyusunan
perundang-undangan yang baik maka harus 3. Pembahasan
taat asas. Asas-asas pembentukan 4. Pengundangan
peraturan perundang-undangan yang 5. Penyebarluasan
baik menurut I.C. van der Vlies dalam Semua peraturan perundang-
bukunya yang berjudul Handboek undangan haruslah melalui tahapan
Wetgeving dibagi dalam dua kelompok tersebut. Misalkan dalam pembentukan
yaitu:15 peraturan perundang-undangan yang
Asas-asas formil : 1) Asas tujuan merupakan inisiatif pemerintah baik
yang jelas (beginsel van duidelijke dalam setiap tingkatan.
doelstelling), yakni setiap pembentukan Untuk Penyusunan RUU dapat
peraturan perundang-undangan harus dilakukan dengan dua cara. Pertama
mempunyai tujuan dan manfaat yang dilakukan prakarsa berdasarkan

15
A. Hamid, SA, Peranan Keputusan Presiden sudah diterjemahkan (tidak dipublikasikan) ke
Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan dalam bahasa Indonesia dalam
Pemerintahan Negara, disertasi, Jakarta, 1990, https://www.bphn.go.id/data/documents/kompe
hal. 321 s/d 331. Sedangkan bukunya I.C. van ndium_perundang2an.pdf, diakses tanggal 16
der Vlies yang berjudul Handboek Wetgeving Agustus 2019, 10.39 WIB.
Prolegnas. Penyusunan RUU yang Dalam pembentukan peraturan
didasarkan Prolegnas tidak memerlukan perundang-undangan inisiatif
persetujuan izin prakarsa dari Presiden. pemerintah maka pemerintah harus
Dan kedua dalam keadaan tertentu, mengkoordinasikan dengan lembaga
prakarsa dalam menyusun RUU di luar pemerintah bagian kementerian yang
Prolegnas dapat dilakukan setelah membidangi urusan hokum yaitu
terlebih dahulu mengajukan Kementerian Hukum dan HAM, Sesuai
permohonan izin prakarsa kepada dengan Peraturan Presiden Nomor 24
Presiden, dengan disertai penjelasan tahun 2010 tentang kedudukan,tugas
mengenai konsepsi pengaturan RUU dan fungsi kementerian Negara yaitu
yang akan diajukan. Penjelasan menyelenggarakan urusan di bidang
mengenai konsepsi pengaturan RUU hukum dan hak asasi manusia dalam
tersebut meliputi: pemerintahan untuk membantu
1) Urgensi dan tujuan pengaturan; Presiden dalam menyelenggarakan
2) Sasaran yang ingin diwujudkan; pemerintahan negara. Direktur Jendral
3) Pokok pikiran, lingkup, atau Perundang- undangan yang merupakan
obyek yang akan diatur; dan sebuah bagian dibawah Kementrian
4) Jangkauan serta arah Hukum dan HAM yang memiliki tugas
pengaturan. dan Fungsi yaitu 16:

Surat Presiden tersebut ditembuskan Merumuskan dan melaksanakan


kepada Wakil Presiden, pada menteri kebijakan dan standarisasi teknis di
koordinator, menteri yang ditugasi bidang peraturan perundang-undangan.
untuk mewakili Presiden/Prakarsa, dan Fungsi perumusan kebijakan dan
Menteri. Pendapat akhir Pemerintah standarisasi yaitu:
dalam pembahasan RUU di DPR 1. Penyiapan perumusan kebijakan
disampaikan oleh Menhukham yang Departemen di bidang peraturan
ditugasi mewakili Presiden, setelah perundang-undangan;
terlebih dahulu melaporkannya kepada 2. Pelaksanaan kebijakan di
Presiden. bidang peraturan perundang-
Sedangkan penyusunan peraturan undangan sesuai dengan
pemerintah dan peraturan presiden ketentuan yang berlaku;
dikoordinasikan oleh menteri yang 3. Perumusan standar, norma,
menyelenggarakan urusan pedoman, kriteria dan prosedur
pemerintahan di bidang hukum. di bidang peraturan perundang-
Rancangan Peraturan Pemerintah undangan;
berasal dari kementerian/lembaga 4. Pemberian bimbingan teknis
pemerintah non-kementerian sesuai dan evaluasi;
dengan bidang tugasnya. Perencanaan 5. Pelaksanaan urusan
penyusunan Peraturan Pemerintah dan administrasi kepada semua
Peraturan Presiden dilakukan dalam unsur di lingkungan Direktorat
suatu program penyusunan Peraturan Jenderal perancangan,
Pemerintah dan Peraturan Presiden pengharmonisasian,
(Progsun PP dan Perpres). pemantauan dan evaluasi

16
djpp/ditjen-pp.html,diakses tanggal 17 Agustus
http://www.djpp.kemenkumham.go.id/struktur- 2019, Pukul 23.58 WIB.
penyusunan dan pembentukan yang dapat dikontrol melalui
peraturan perundang-undangan; harmonisasi dan pembulatan
6. Penerbitan dan publikasi sehingga gesekan antara sektor
rancangan, proses dan hasil kelembagaan pemerintah menjaid
rancangan peraturan perundang-
berkurang dan tidak tumpang tindih.
undangan serta bahan
pendukung rancangan peraturan
2. Penerapan Preview (Penelaahan)
perundang-undangan.
Rancangan Peraturan
Sebagai Subkoordinasi dalam Perundang-Undangan Dan
kementerian hokum dan HAM dibantu Review (Evaluasi) Peraturan
oleh direktorat jendral hokum dan HAM Perundang-Undangan Oleh
yang mempunyai fungsi sesuai dengan Lembaga Eksekutif di Indonesia
Peraturan Menteri Nomor: M.HH-
05.OT.01.01 Tahun 2010 ditegaskan Eksekutif Preview (Penelahaan)
bahwa Direktorat Jenderal Peraturan merupakan istilah yang digunakan oleh
Perundang-undangan pakar-pakar hukum untuk menyebut
kewenangan pejabat atau badan
menyelenggarakan fungsi17 :
administratif negara untuk melakukan
pengawasan sebelum pembentukan
1. Perancangan Peraturan perundang-undangan dan sesudah
Perundang-undangan; pembentukan/hak uji (toetsingsrecht)
2. Pengharmonisasian Peraturan terhadap peraturan perundang-undangan,
Perundang-undangan; yang saat ini telah dilakukan dalam
3. Pengundangan, Publikasi, kegiatan harmonisasi dan pembulatan
Kerjasama Peraturan dalam kementerian terkait sedangkan
Eksekutif Review merupakan suatu
Perundang-undangan;
tindakan pemerintah dalam melihat kembali
4. Litigasi Peraturan Perundang- apakah suatu peraturan perundang-
undangan; undangan yang dibentuk telah berjalan
5. Memfasilitasi Perancangan efektif atau justru menghambat kebijakan
Peraturan Daerah; yang akan diambil.
6. Pembinaan dan pengembangan Penelahaan suatu peraturan
perundang-undangan dalam UU 12/11
Jabatan Fungsional Perancang; dapat dijabarkan bahwa bertumpu pada
7. Pelaksanaan administrasi proses yang dinamakan harmonisasi dan
Direktorat Jenderal Peraturan pembulatan konsep dalam pembentukannya
Perundang-undangan. agar terentuklah peraturan perundang-
undangan yang baik dan taat asas pada
Maka dari itu kementerian akhirnya.
Dapat dijabarkan bahwa
Hukum dan HAM dalam hal ini
Harmonisasi” berasal dari kata
Dirjen Perundang-undangan
“harmoni”, yang berarti keselarasan,
mempunyai peran penting dalam kecocokan, keserasian18. Dalam Kamus
pembentukan peraturan perundang- Besar Bahasa Indonesia (2005)
undangan yang baik dan taat asas diartikan upaya mencari keselarasan.

17 18
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/31- M. Dahlan al Barry, Kamus Modern Bahasa
tentang/umum.html?type=rss&start=10, Indonesia, Yogyakarta, Arkola, 1995, hlm. 185.
diakses tanggal 25 Agustus 2019, Pukul 22.53
WIB.
Namun demikian, dalam Collins perundang-undangan adalah21: ”suatu
Cobuild Dictionary ditemukan upaya atau suatu kegiatan untuk
kata harmonious dan harmonize denga menyelaraskan (membuat selaras), dan
n penjelasan sebagai berikut19: menyesuaikan (membuat sesuai) antara
1. A relationship, agreement etc. suatu peraturan perundang-undangan
that is harmonious is friendly and dengan peraturan perundang-undangan
peaceful. yang lain, baik yang bersifat sejajar
2. Things which are harmonious (horisontal) atau bersifat hierarkhis
have parts which make up an (vertikal).
attractive whole and which are in Fungsi harmonisasi peraturan
proper proportion to each other. perundang - undangan merupakan
3. When people harmonize, they fungsi yang sangat krusial dalam
agree about issues or subjects in a pembentukan peraturan perundang -
friendly, peaceful ways; suitable, undangan, agar pembentukan peraturan
reconcile. perundang - undangan tersebut efektif
4. If you harmonize two or more dan tidak tumpang tindih maka perlu
things, they fit in with each other adanya harmonisasi dalam
is part of a system, society, etc. pembentukan peraturan perundang -
Harmonisasi hukum menurut Moh. undangan tersebut.
Hasan Wargakusuma20 yaitu Unsur-unsur yang dapat ditarik dari
“Harmonisasi hukum adalah kegiatan perumusan pengertian harmonisasi
ilmiah untuk menuju proses tersebut, antara lain: (a) adanya hal-hal
pengharmonisasian hukum tertulis yang yang bertentangan, kejanggalan; (b)
mengacu baik nilai-nilai filosofis, menyelaraskan hal-hal yang
sosiologis, ekonomis maupun yuridis. bertentangan secara proporsional agar
Dalam pelaksanaannya, kegiatan terbentuk suatu sistem; (c) suatu proses
harmonisasi adalah pengkajian yang atau suatu upaya untuk merealisasi
komprehensif terhadap suatu rancangan keselarasan, kesesuaian, keserasian,
peraturan perundang-undangan, dengan kecocokan, dan keseimbangan; (d)
tujuan untuk mengetahui apakah kerjasama antara berbagai faktor yang
rancangan peraturan tersebut, dalam sedemikian rupa, hingga faktor-faktor
berbagai aspek, telah mencerminkan tersebut menghasilkan kesatuan yang
keselarasan atau kesesuaian dengan utuh.
peraturan perundang-undangan nasional Harmonisasi yang dilakukan oleh
lain, dengan hukum tidak tertulis yang KemenkumHAM yaitu terbatas dalam
hidup dalam masyarakat, atau dengan produk hukum Rancangan Undang -
konvensi-konvensi dan perjanjian- Undang, Rancangan Peraturan
perjanjian internasional, baik bilateral Pemerintah dan Rancangan Peraturan
maupun multilateral, yang telah Presiden sedangkan Rancangan
diratifikasi oleh Pemerintah RI.” Peraturan Menteri, Peraturan Lembaga
sedangkan menurut Maria Farida Indrati dan Rancangan Peraturan Daerah
Soeprapto pengertian ”harmonisasi” Provinsi dan Kabupaten/Kota.
dalam pembentukan peraturan

19 21
Ahmad M. Ramli, Majalah Hukum Nasional; Maria Farida Indrati Soprapto, Meningkatkan
Koordinasi dan Harmonisasi Peraturan Kualitas Peraturan Perundang-undangan di
Perundang-undangan, Jakarta, BPHN, No. 2 Indonesia, sebuah artikel dalam, diunduh
Tahun 2008, hlm. 4. dari http://www.legalitas.org/?q=node/216, 20
20
Ibid, hlm 5. Agustus 2019, Pukul 11.58 WIB.
Keterbatasan harmonisasi dilakukan dalam rangka pembangunan
peraturang perundang - undangan hukum nasional adalah melakukan
tersebut yang mengakibatkan ketidak harmonisasi peraturan perundang-
hamonisasian antar peraturan undangan. Harmonisasi dilakukan
perundang - undangan yang satu dengan secara sistemik sejak dini yaitu sejak
peraturan perundang - undangan lainnya dilakukannya penyusunan naskah
sehingga perlu adanya kontrol penuh akademik (NA), penyusunan Program
terhadap peraturan perundang - Legislasi Nasional (prolegnas) sampai
undangan dalam suatu lembaga khusus dengan penyusunan RUU.
yang bertanggung jawab terhadap
singkronisasi dan harmonisasi peraturan Konsep Review dalam peraturan
perundang-undangan ketika akan perundang-undangan yang merupakan
dibentuk. domain pembentukannya oleh
Pembangunan materi hukum (legal pemerintah haruslah terkontrol agar
substances) atau peraturan perundang- terdapat mehadirkan suatu peraturan
undangan di Indonesia hingga kini terus perundang-undangan yang baik dan taat
berlangsung, karena peraturan asas. Konsep eksekutif review
perundang-undangan merupakan salah sebenarnya tidak dikenal di Indonesia
satu sendi utama dari sistem hukum dikarekan review di Indonesia hanya
nasional. Namun demikian masih saja dititik beratkan dalam maknisme
ditemukan peraturan perundang- keberatan yang diajukan kepada
undangan “bermasalah”, baik karena lembaga yukatif yaitu untuk
subtansi, proses dan prosedur, maupun penyelesaian sengkata peraturan
aspek legal drafting. Menurut Ahmad perundang-undangan dibawah UU yang
M. Ramli, paling tidak ada 3 (tiga) dianggap bertentangan dengan UU
permasalahan utama di bidang ini, maka dapat diajukan Judicial Review ke
yaitu22: Mahkamah Agung sedangkan apabila
a) Tumpang tindih dan ada anggapan suatu Undang-Undang
inkonsistensi peraturan bertentangan dengan Undang-undang
perundang-undangan; Dasar (UUD 1945) maka dapat diajukan
b) Perumusan peraturan judicial review ke Mahkamah
perundang-undangan yang Konstitusi.
kurang jelas; dan Hal tersebut harus dibenah dengan
c) Implementasi undang-undang ini melakukan teronbosan hukum dalam
terhambat peraturan mengevaluasi peraturan perundang-
pelaksananya. undangan yang dibuat mulai dari UU
Permasalah tersebut di atas, antara sampai dengan Perda Kabupaten/Kota
lain, disebabkan oleh proses sehingga dalam pembuatan Undang-
pembentukan peraturan perundang- Undang sebagai ius constitutum
undangan yang mengabaikan (Hukum Positif) tentu ingin undang-
pentingnya pendalaman materi, undang tersebut menjadi ius
koordinasi, sinkronisasi dan constituendum ( hukum yang dicita-
harmonisasi dengan peraturan citakan ) diharapkan agar langgeng dan
perundang-undangan lain. Oleh karena bertahan, indikator tersebut
itu, salah satu prioritas yang harus memperlihatkan hukum yang dibentuk

22
Ahmad M. Ramli, Majalah Hukum Peraturan Perundang-undangan, Jakarta,
Nasional; Koordinasi dan Harmonisasi BPHN, No. 2 Tahun 2008, hlm 1-2.
merupakan hukum yang diinginkan oleh perundang-undangan harus melalui
masyarakat. tahapan yaitu :
1) Perencanaan
Sebagai lembaga eksekutif yang 2) Penyusunan
tugas utamanya merupakan pelaksana 3) Pembahasan
dan pembentuk peraturan perundang- 4) Pengundangan
undangan sesuai dengan UU P3 karena 5) Penyebarluasan
selama ini tidak ada suatu konsep yang 2. Perlu adanya penguatan preventif
pas dalam mengevaluasi peraturan terhadap pembentukan peraturan
perundang-undangan tersebut. Penulis perundang- undangan baik pola
berpendapat bahwa perlu adanya evaluasi kepada pemerintahan yang
mekanisme evaluasi yang berkala berjenjang maupun koordinasi
(Scheduled culling) dan waktu dengan lembaga - lembaga yang
pemberlakukan suatu Undang - Undang berkaitan dalam pembentukan
(Sunset regulations) agar tentunya peraturan perundang - undangan
lembaga eksekutif mempunyai sehingga tidak ada lagi banyaknya
tanggung jawab dalam melakukan gugatan melalui judicial review ke
evaluasi Peraturan Perundang - Undang Mahkamah Agung maupun
yang telah dibuat. Hal ini telah Mahkamah Konstitusi dan
dilakukan oleh Negara Australia dalam kemudian perlu adaya reformasi
melakukan evaluasi peraturan pembentukan regulasi di lembaga
perundang-undangan di Negaranya. Hal eksekutif dalam mekanisme
semacam ini dianggap efektif dalam evaluasi yang berkala ( Scheduled
membentuk dan mengelola setiap culling ) dan waktu pemberlakukan
peraturan perundang-undangan agar suatu Undang - Undang ( Sunset
dapat terperhatikan satu persatu regulations ) agar tentunya
perundang-undangan yang dibentuk dan lembaga eksekutif mempunyai
memangkas pembentukan peraturan tanggung jawab dalam melakukan
perundang-undangan yang dianggap evaluasi peraturan perundang-
tidak perlu dan tumpang tindih. undangan yang telah dibuat.
F. Conclusion G. References
1. Berdasarkan Pasal 7 ayat ( 1 ) UU A Hamid, SA, Peranan Keputusan
P3 maka pemerintah (eksekutif) Presiden Republik Indonesia
mempunyai wewenang dalam dalam Penyelenggaraan
membentuk Undang - Undang Pemerintahan Negara, disertasi,
(UU)/Peraturan Pemerintah Jakarta, 1990, hal. 321 s/d 331,
Penganti Undang-Undang sedangkan bukunya I.C. van der
(PERPPU), Peraturan Pemerintah Vlies yang berjudul Handboek
(PP), Peraturan Presiden Wetgeving sudah diterjemahkan
(PERPRES), Peraturan Daerah (tidak dipublikasikan) ke dalam
Provinsi (PERDA PROV) dan bahasa Indonesia dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Kota https://www.bphn.go.id/data/doc
(PERDA KAB/KOTA). Undang - uments/kompendium_perundang
Undang Nomor 12 Tahun 2011 2an.pdf.
Tentang Pembentukan Peraturan Ahmad M. Ramli, Majalah Hukum
Perundang-Undangan menjabarkan Nasional; Koordinasi dan
dalam membentuk suatu peraturan Harmonisasi Peraturan
Perundang-undangan, Jakarta, Sobirin Malian, Gagasan Perlunya
BPHN, No. 2 Tahun 2008. Konstitusi Baru Pengganti UUD
Aristoteles, Politik (diterjemahkan dari 1945, FH UII Press, Yogyakarta,
buku polities), Oxford University, 2001.
New York, 1995, Yogyakarta: Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
Bentang Budaya, 2004. Penelitian Hukum Normatif,
Astawa, I Gde Pantja & Na,a, S., Cetakan ke- 8, PT. Raja Grafindo
Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang- Persada, Jakarta 2012.
undangan di Tahir Azhary, Negara Hukum, (Jakarta
Indonesia,Alumni,Bandung,2008 : Kencana, 2010.
dalam Jurnal Masalah - Masalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Hukum, Bayu Dwi Anggono, Tertib Tentang Pembentukan Peraturan
Jenis, Hierarki, dan Materi Muatan Perundang-Undangan.
Peraturan Perundang - Undangan :
Permasalahan dan solusinya, Jilid 47
No. 1, Januari 2018.
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/31
-
tentang/umum.html?type=rss&st
art=10
https://news.detik.com/berita/d-
4320699/seskab-obesitas-
regulasi-di-indonesia-sering-
tumpang-tindih.
http://www.djpp.kemenkumham.go.id/st
ruktur-djpp/ditjen-pp.html.
Jufrina Rizal, Sosiologi Perundang-
undangan, makalah yang
disajikan dalam Pendidikan dan
Latihan Tenaga Tehnis
Perundang-undangan Sekretariat
Jenderal DPR RI, Jakarta,
1998/1999.
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu
Perundang-undangan, Kanisius,
Yogyakarta, 1998.
Maria Farida Indrati
Soprapto, Meningkatkan Kualitas
Peraturan Perundang-undangan
di Indonesia, sebuah artikel
dalam, diunduh
dari http://www.legalitas.org/?q=
node/216.
M. Dahlan al Barry, Kamus Modern
Bahasa Indonesia, Yogyakarta,
Arkola, 1995.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian
Hukum, Kencana, Jakarta, 2010.

Anda mungkin juga menyukai