PENDAHULUAN
1
penduduk. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga
(SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11
kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185
per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala
gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat. Dengan analogi
lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa dan
mental. Sebuah fenomena angka yang sangat mengkhawatirkan bagi sebuah
bangsa. Maka dari itu dibutuhkan penanganan yang cepat dan tepat dalam
mengatasi pasien dengan gangguan kejiawaan.
2
1.3.5 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan halusinasi.
1.3.6 Untuk mengetahui contoh kasus asuhan keperawatan pada pasien
dengan halusinasi.
3
bermakna dan tidak membuat mahasiswa jenuh. Selain itu
kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa dalam
memahami materi khususnya materi-materi yang terdapat
dalam pembelajaran subtema bahasa ilmu pengetahuan
teknologi dan seni.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi
Ansietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak
menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang
akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi
badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang
tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak,
jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau
kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin
bergerak dan gelisah. (Harold I. LIEF) “Anenvous condition of unrest”
(Leland E. HINSIE dan Robert S Campbell).
5
B. Gejala Umum Ansietas
1. Gejala psikologik
Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati, takut
”gila”, takut kehilangan kontrol dan sebagainya.
2. Gejala fisik:
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing,
ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal,
gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan yang dikemukakan
pasien dengan ansietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit
dada; kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu
yang menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki
dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada
perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga
berjalan dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi
keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang
dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan
gangguan ansietas kronik, melainkan seseorang dapat saja
mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman
penderitaan dan gejala ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya
dirasakan cukup gawat.
C. Faktor Predisposisi
1. Teori Psikoanalitik
Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen
yaitu “ID, EGO Dan SUPER EGO”. Ego melambangkan dorongan
insting dan impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang,
sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari
ID dan Super Ego.
2. Teori Interpersonal
6
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.
Hal ini juga dihubungkan akan trauma pada masa pertumbuhan,
seperti kehilangan, perpisahan individu yang mempunyai harga diri
rendah biasanya sangat mudah mengalami ansietas yang berat.
3. Teori Perilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal
kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan
masa dewasanya.
D. Penggolongan Ansietas
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang
berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori
meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk
belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan
melindungi dirinya sendiri. Ansietas ringan berhubungan dengan
ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini
lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada.
a. Respon Fisiologis
1) Sesekali nafas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik
3) Gejala ringan pada lambung
4) Muka berkerut dan bibir bergetar
5) Ketegangan otot ringan
6) Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
7
1) Mampu menerima rangsang yang kompleks
2) Konsentrasi pada masalah
3) Menyelesaikan masalah secara efektif
4) Perasaan gagal sedikit
5) Waspada dan memperhatikan banyak hal
6) Terlihat tenang dan percaya diri
7) Tingkat pembelajaran optimal
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Tidak dapat duduk tenang
2) Tremor halus pada tangan
3) Suara kadang-kadang meninggi
4) Sedikit tidak sabar
5) Aktivitas menyendiri
2. Ansietas Sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu
bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi
gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya
untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa bahwa ada
sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat
badannya turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya. Pada
tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu
lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan
mengesampingkan hal yang lain.
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot sedang
2) Tanda-tanda vital meningkat
3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
4) Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
5) Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
8
6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari
punggung
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi menurun
2) Tidak perhatian secara selektif
3) Fokus terhadap stimulus meningkat
4) Rentang perhatian menurun
5) Penyelesaian masalah menurun
6) Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
c. Respon prilaku dan emosi
1) Tidak nyaman
2) Mudah tersinggung
3) Kepercayaan diri goyah
4) Tidak sadar
5) Gembira
3. Ansietas berat
Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada
sesuatu yang berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon
takut dan distres. Ketika individu mencapai tingkat tertinggi ansietas,
panik berat, semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut
mengalami respon fight, flight atau freeze-yakni, kebutuhan untuk
pergi secepatnya, tetap ditempat dan berjuang, atau menjadi beku
atau tidak dapat melakukan sesuatu.
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot berat
2) Hiperventilasi
3) Kontak mata buruk
9
4) Pengeluaran keringat meningkat
5) Bicara cepat, nada suara tinggi
6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
7) Rahang menegang, menggetakkan gigi
8) Kebutuhan ruang gerak meningkat
9) Mondar-mandir, berteriak
10) Meremas tangan, genetar
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi terbatas
2) Proses berfikir terpecah-pecah
3) Sulit berfikir
4) Penyelesaian masalah buruk
5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
6) Hanya memerhatikan ancaman
7) Preokupasi dengan pikiran sendiri
8) Egosentris
c. Respon prilaku dan emosi
1) Sangat cemas
2) Agitasi
3) Takut
4) Bingung
5) Merasa tidak adekuat
6) Menarik diri
7) Penyangkalan
8) Ingin bebas
E. Bentuk Gangguan Ansietas
1. Gangguan Panik
Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat,
intens, dan meningkat, berlangsung 15-30 menit, ketika individu
mengalami ketakutan emosional yang besar juga ketidaknyamanan
10
fisiologis. Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika individu
mengalami serangan panik berulang dan tidak diharapkan yang
diikuti oleh rasa khawatir yang menetap sekurang-kurangnya satu
bulan bahwa ia akan mengalami serangan panik berikutnya atau
khawatir tentang makna serangan panik, atau perubahab prilaku
yang signifikan terkait dengan serangan panik, saat gejala-gejala
tersebut bukan akibat penyalahgunaan zat atau gangguan jiwa lain.
Sedikitnya lebih dari 75% individu dengangangguan panik
mengalami serangan awal spontan tanpa ada pemicu dari
lingkungan. Sisanya mengalami serangan panik yang distimulasi
oleh stimulus fobia atau karena berada di bawah pengaruh zat yang
mengubah sistem saraf pusat dan menstimulasi respon hormonal,
organ, tanda vital yang sama, yamg terjadi pada serangan panik.
Setengah dari individu yang mengalami serangan panik juga
mengalami agorafobia.
F. Gambaran Klinis
Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau
serangan panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah
luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma
emosional. Klinisi harus berusaha untuk mengetahui tiap kebiasaan atau
situasi yang sering mendahului serangan panik. Serangan sering dimulai
dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit.
Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan
ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu
menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa
kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian.
11
Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat.
Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan biasanya
berlangsung 20 sampai 30 menit.
G. Gejala Penyerta
Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan
agorafobia, pada beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan
bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian telah menemukan
bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan
panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan
mental.
1. Menyerang
Pola konstruktif : berupa memecahkan masalah secara efektif
Pola destruktif : marah dan bermusuhkan
2. Menarik diri
Menjauhi sumber stres
3. Kompromi
Mengubah cara bekerja atau cara penyelesaian, menyesuaikan tujuan
atau mengorbankan salah satu kebutuhan pribadi
12
2.1.2 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ansietas
A. Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan
perilaku melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan
terhadap kecemasan.
13
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik
dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin
dapat menekan neurotrasmiter gamma amino butyric acid
(GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
14
2) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social
budaya.
3. Kaji Perilaku
Secara langsung kecemasan dapat diekspresikan melalui
respon fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui
pengembangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan
kecemasan.
a. Respon fisiologis.
Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)
b. Respon psikologologis.
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun
personal.
c. Respon kognitif.
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik
proses pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya
lapangan persepsi, bingung.
d. Respon afektif.
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan
curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
4. Kaji penilaian terhadap stressor
5. Kaji sumber dan mekanisme koping
6. Rentang perhatian menurun
7. Gelisah, iritabilitas
8. Control impuls buruk
9. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya
10. Defisit lapangan persepsi
11. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal
15
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas
Penyebab :
- Krisis situasional
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami kegagalan
- Disfungsi system keluarga
- Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
- Faktor keturunan
- Penyalahgunaan zat
- Terpapar bahaya lingkungan
- Kurang terpapar informasi
2. Harga diri rendah
- Terpapar situasi traumatis
- Kegagalan berulang
- Kurangnya pengakuan dari orang lain
- Ketidak efektifan mengatasi masalah kehilangan
- Gangguan psikiatri
- Penguatan negatif berulang
- Ketidak sesuaian budaya
3. Gangguan citra tubuh
- Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. Amputasi, trauma,
obesitas)
- Perubahan fungsi tubuh (mis. Proses penyakit, kehamilan,
kelumpuhan)
- Perubahan fungsi kognitif
- Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau system nilai
- Transisi perkembangan
16
- Gangguan psikososial
- Efek tindakan/pengobatan
4. Koping tidak efektif
- Ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri mengatasi masalah
- Ketidakadekuatan system pendukung
- Ketidakadekuatan strategi koping
- Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan
- Ketidakcukupan persiapan untuk menghadapi stressor
- Krisis situasional
- Krisis maturasional
- Kerentanan personalitas
- Ketidakpastian
5. Kurangnya pengetahuan
- Keterbatasan kognitif
- Gangguan fungsi kognitif
- Kekeliruan mengikuti anjuran
- Kurang terpapar informasi
- Kurang minat dalam belajar
- Kurang mampu mengingat
- Ketidaktahuan sumber informasi
C. Intervensi Keperawatan
DX 1: Ansietas
Kriteria hasil:
17
1. Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang
hangat, menjadi pendengar yang baik.
2. Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.
3. Melakukan komunikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari
topic yang ringan.
4. Bantu klien mengidentifikasi respon terhadap stress
Kriteria hasil:
Kriteria hasil:
18
2. Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya.
3. Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.
Intervensi:
19
2.2 Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ansietas
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Ny. W
2. Umur : 55 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : hindu
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Status : Kawin
8. Tgl. Pengkajian : 22 Mei 2018
20
IV. FISIK
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Respiratory Rate : 20 x/mnt
Heart Rate : 80 x/mnt
Berat Badan : 50 kg
Gula Darah Sewaktu : 286
Keluhan fisik : Pusing, lemes.
Riwayat penyakit : Diabetes Mellitus kurang lebih selama 2
tahun.
V. PSIKOSOSIAL
A. Genogram
Ny. S
Tn. S
Tn. W
Keterangan:
: Laki-laki Meninggal : Perempuan meninggal
: Laki-laki : Perempuan
: Cerai
21
B. Konsep Diri
1. Body Image
Klien mengatakan suka dengan semua anggota tubuhnya,
yang paling disukai adalah bagian mulut.
2. Identitas diri
Klien mengatakan bahwa dirinya memiliki 2 saudara.
3. Peran
Klien mengatakan dirumah bekerja sebagai pedagang di toko.
4. Ideal diri
Klien mengatakan walaupun punya penyakit gula tetapi
beliau ingin agar tetap sehat supaya dapat mengerjakan
pekerjaan rumah dan mengurus rumah dengan baik sehingga
tidak merepotkan anak-anaknya yang sudah berkeluarga.
Klien mengungkapkan bahwa semenjak usia bertambah ia
merasa mudah tersinggung, oleh karena itu ia memilih untuk
tinggal sendiri sehingga tidak ada perselisihan dengan
anaknya maupun menantunya. Adapun mengenai kematian,
beliau berharap bisa meninggal dengan tenang tanpa ada
kekambuhan penyakit.
5. Harga diri
Klien mengatakan ia memahami bahwa ia sudah lanjut usia
sehingga ia tidak bisa se-produktif dulu saat masih muda.
C. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti
Klien mengatakan saat ini orang yang berarti adalah anak
perempuannya yang sering memperhatikan beliau dan juga
cucu-cucunya.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
22
Klien mengatakan cukup aktif mengikuti kegiatan seperti,
ngayah di tempat suci pada saat aka nada piodalan.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan hubungan dengan orang lain seperti
tetangga cukup baik. Sering berkomunikasi dengan tetangga,
pasien mengatakan tidak ada hambatan atau masalah dalam
berhubungan dengan orang lain.
D. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan semua yang dimiliki adalah pemberian
dari Tuhan, maka beliau wajib mensyukuri apapun yang
terjadi dalam kehidupannya.
2. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sembahyang di merajan setiap pagi saja.
23
Klien kooperatif, terlihat sedikit cemas dan gelisah ditandai
dengan ekspresi wajah yang sedih.
g) Persepsi
Tidak ada gangguan persepsi.
h) Proses fikir
Tidak ada gangguan proses fikir.
i) Isi fikir
Tidak ada gangguan pada isi fikir
j) Waham
Tidak ada waham.
k) Tingkat kesadaran
Composmentis.
l) Memori
Memori masih baik, mampu menceritakan pengalaman masa
lalu.
m) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi dan berhitung masih baik.
n) Kemampuan penilaian
Klien dapat memilih pilihan yang diinginkan seperti misalnya
ketika sakit ia memilih periksa ke tenaga kesehatan dan
beristirahat terlebih dahulu daripada mengerjakan pekerjaan
rumah yang memberatkan.
o) Daya tilik diri
Klien tahu bahwa ia mengalami kecemasan terhadap kondisi
kesehatannya dan terkait komunikasi dengan anak-anaknya.
24
VII. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
A. Makan
Klien mengatakan makan tiga kali sehari dengan porsi nasi
sedikit yaitu 1 sendok nasi, makan sayur dan daging porsi cukup.
Sebelum makan pasti minum obat diabetes.
B. BAB/BAK
BAK dalam satu hari kurang lebih 5 kali, BAB rutin 1 hari
sekali.
C. Istirahat Tidur
Klien mengatakan tidurnya sudah cukup nyenyak, tidur jam 9
malam.
25
tetangga memiliki suatu kegiatan seperti melaksanakan upacara
yadnya.
X. MEKANISME KOPING
Klien mengatakan apabila ada permasalahan yang dihadapi, ia
melakukan refreshing dengan cara merawat tumbuhan yang
ditanaminya dihalaman rumah.
ANALISA DATA
No Data Masalah
1 DS: Ansietas berhubungan dengan
- Klien mengatakan cemas ancaman pada status kesehatan.
26
karena gula darahnya naik
dan merasa pusing.
- Klien mengatakan akhir-
akhir ini, kurang lebih satu
minggu, mempunyai banyak
pikiran mengenai
penyakitnya.
DO:
- Tekanan Darah :
140/90 mmHg
- Gula Darah Sewaktu : 286
- Keluhan fisik :
Pusing, lemes.
- Skor Hars : kecemasan
sedang
- Riwayat penyakit :
Diabetes Mellitus kurang
lebih selama 2 tahun
DIAGNOSA KEPERAWATAN
27
INTERVENSI KEPERAWATAN
28
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
29
baik.
3 Minggu, 24 1,2 1. Terapi Aktivitas S :
Mei 2018 Kelompok - Klien mengatakan
Pukul 08.10 Lansia : Senam lebih segar setelah
WIB Lansia. melakukan senam.
2. Pendidikan - Klien mengatakan
kesehatan senang mengikuti
tentang senam karena bisa
Hipertensi dan berkumpul dengan
Cara Mengatasi warga lain.
kecemasan - Klien mengatakan
karena akan menggunakan
hipertensi: tarik teknik nafas dalam
nafas dalam dan apabila kecemasan
diit Hipertensi. muncul.
O:
- Klien mengikuti
senam lansia dan
pendidikan
kesehatan sampai
selesai.
- Klien terlihat
antusias
mendengarkan
pendidikan
.kesehatan yang
diberikan mahasiswa
- Klien juga aktif
bertanya tentang
30
keluhan mereka
masing-masing
tentang Hipertensi
dan kecemasan yang
dialaminya.
4 minggu, 24 1 Memberikan S:
Mei 2018 pendidikan - Klien mengatakan
Pukul 16.00 kesehatan tentang akan melakukan
WIB kecemasan dan terapi SEFT setelah
terapi SEFT dan sembahyang di pagi
spiritual untuk hari disertai dengan
mengurangi doa.
kecemasan klien. O:
- Klien kooperatif.
- Klien tampak bisa
melakukan terapi
SEFT dengan baik.
5 Jumat, 25 Mei 1,2 Terapi Aktivitas S:
2018 Kelompok Lansia : - Klien mengatakan
Pukul 08.00 Senam Lansia. akan mengikuti
WIB senam selama bisa.
O:
- Senam lansia di
lakukan di mushola
dusun dan diikuti
oleh 34 orang lansia
dan pra lansia dusun
Gunung sari
- Klien terlihat
31
antusias mengikuti
gerakan senam yang
dicontohkan oleh
mahasiswa
6 Jumat, 25 Mei 1,2 Pendidikan S:
2018 kesehatan tentang - Klien mengatakan
Pukul 08.30 pentingnya kesehatan mental itu
WIB kesehatan Mental. sangat penting
mbak, tapi kadang
melakukan cara
untuk meningkatkan
kesehatan mental itu
tidak mudah karena
kadang sering
terhanyut dengan
masalah yang
dihadapi.
O:
- Klien bersama lansia
yang mengikuti
senam lansia dan
pendidikan
kesehatan sampai
akhir dan tidak
pulang sebelum
pendidikan
kesehatan selesai.
- Klien terlihat
antusias
32
mendengarkan
pendidikan
kesehatan yang
diberikan mahasiswa
- Beberapa lansia juga
aktif bertanya
tentang keluhan
mereka masing-
masing tentang
stress atau
kecemasan yang
mereka alami.
8 Jumat, 25Juni 1 1. Mengevaluasi S:
2018 terapi spiritual - Klien mengatakan
Pukul 14.00 dan SEFT untuk dengan melakukan
WIB 2 menurunkan sembahyang dan
1 kecemasan. SEFT ia merasakan
2. Mengukur lebih tenang,
1,2 tanda-tanda nyaman dan ikhlas.
vital. - Klien mengatakan
2 3. Melakukan akan melakukan
pemeriksaan terapi spiritual dan
gula darah. SEFT secara rutin.
4. Mengeksplore - Klien mengatakan
perasaan klien. sangat senang
5. Memberikan dengan adanya
pendidikan keberadaan
kesehatan mahasiswa.
mengenai - Klien mengatakan
33
tumbuh baru mengerti bahwa
kembang ada tahapan tumbuh
psikososial pada kembang psikososial
lansia. lansia yang normal.
O:
- TTV: TD: 130/90
mmHg, HR: 98
x/mnt, RR: 19
x/mnt, GDS: 165
-
EVALUASI
No Diagnosa Evaluasi Sumatif
1 Ansietas S:
berhubungan dengan - Klien mengatakan bahwa sekarang
ancaman pada status kecemasannya sudah mulai terkontrol cukup
kesehatan. baik dan merasa lebih rileks.
- Klien mengatakan mencapatkan manfaat dari
terapi tersebut.
- Klien mengatakan senang karena kadar gula
darah sudah berangsur turun.
- Klien mengatakan dengan melakukan
sembahyang dan SEFT ia merasakan lebih
tenang, nyaman dan ikhlas.
- Klien mengatakan akan melakukan terapi
spiritual dan SEFT secara rutin.
- Klien mengatakan sangat senang dengan
adanya keberadaan mahasiswa.
34
O:
- Berdasarkan pengkajian kecemasan dengan
HARS mendapatkan hasil tidak ada
kecemasan.
- TTV: TD: 130/80 mmHg, HR: 88 x/mnt,
RR: 18 x/mnt, GDS: 142
- Klien kooperatif, klien tampak lebih rileks.
A:
Masalah ansietas teratasi.
P:
- Lanjutkan penggunaan terapi spiritual, nafas
dalam dan SEFT untuk mengurangi
kecemasan.
- Kontrol diit diabetes mellitus.
35
2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
KEHILANGAN DAN BERDUKA
1. Kehilangan
A. Definisi kehilangan
36
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu.
B. Tipe Kehilangan
C. Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
37
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan
tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap
keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam
kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin
sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain
yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran,
ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
38
1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai
kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu
terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah.
4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau
putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan
libido menurun.
5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi “
39
2. Berduka
A. Definisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap
kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas,
sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal
pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari
berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka
diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Berduka
disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual
maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe
ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
40
Fase I (shock dan tidak percaya)
Fase IV
Fase V
2. Teori Kubler-Ross
41
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah
berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a) Penyangkalan (Denial)
b) Kemarahan (Anger)
c) Penawaran (Bargaining)
d) Depresi (Depression)
e) Penerimaan (Acceptance)
42
menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran
diri atau berputus asa.
3. Teori Martocchio
43
Shock dan tidak Menyangkal Shock and Penghindaran
percaya disbelief
Fase Marah. Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan
kenyataan terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang
meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya
sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar,
menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respon
fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah
tidur, tangan mengepal.
44
Fase Tawar-menawar. Individu telah mampu mengungkapkan rasa
marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan
memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan
kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering
berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering
keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
Fase Depresi. Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik
diri, kadang sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb.
Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur,
letih, dorongan libido menurun.
A. Pengkajian
45
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah /
kronis.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan
koping individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas
4. Penyangkalan tidak efektif berhubungan dengan ketakutan terhadap
perpisahan.
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
46
5. Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan
komunikasi dengan orang lain.
Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
R/ Rasa percaya merupakan dasar dari hubungan terapeutik yang
mendukung dalam mengatasi perasaannya.
2. Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan fikiran dan perasaannya.
R/ Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.
3. Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah.
R/ Dengan mengetahui penyebab diharapkan klien dapat beradaptasi
dengan perasaannya.
4. Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak
menghakimi.
R/ Empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap perawatan klien,
tetapi tidak terlibat secara emosi.
5. Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari
dirinya.
R/ Meningkatkan harga diri.
6. Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan
aktivitasnya.
R/ Pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi.
7. Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang
R/ Mengikut sertakan klien dalam aktivitas sehari-hari yang dapat
meningkatkan harga diri klien.
47
Tujuan :
1. Klien merasa harga dirinya naik.
2. Klien mengunakan koping yang adaptif.
3. Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.
Intervensi
1. Merespon kesadaran diri dengan cara :
~ Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan.
~ Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang dimilikinya.
~ Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan terapeutik.
R/ Kesadaran diri sangat diperlukan dalam membina hubungan terapeutik
perawat – klien.
48
~ Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.
~ Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik.
R/ Klien membutuhkan bantuan perawat untuk mengatasi permasalahannya
dengan cara menentukan perencanaan yang realistik.
49
1. Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan.
2. Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih.
3. Klien dapat menyikat giginya sendiri dengan bersih.
4. Klien dapat merawat kukunya sendiri.
Intervensi :
1. Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan.
R/ Sosialisasi bagi klien sangat diperlukan dalam proses
menyembuhkannya.
50
1. Pasien dapat mengungkapkan pengingkaran.
2. Pasien dapat menerima kenyataan.
Intervensi :
1. Mendorong pasien untuk mengungkapkan pengingkarannya tanpa
memaksa untuk menerima kenyataan.
R/ Membantu klien untuk mengungkapkan perasaan pengingkarannya
terhadap kehilangan.
51
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
Tujuan Umum : Pasien dapat mengurangi ansietas akan kehilangan di masa
depan.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat rileks.
2. Kecemasan berkurang.
Intervensi :
1. Tunjukkan respon menerima klien.
R/ Untuk meyakinkan klien.
52
Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang
Kasus :
Ny. M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu
perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu yang lalu
suami Ny. M meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut,
Ny. M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum
meninggal. Selain itu, Ny. M juga ragu dan cemas terkait kehidupan
dimasa depannya tanpa kehadiran suaminya.
1. Pengkajian
I. Identitas Klien
53
Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny. M mengalami stress setelah
seminggu yang lalu suami Ny. M meninggal.
III. Keluhan Utama
Pasien mengalami merasa putus asa dan kesepian, tidak berminat dalam
berinteraksi dengan orang lain, mengingkari kehilangan, tidak berminat
dalam berinteraksi dengan orang lain.
IV. Faktor Predisposisi
Aniaya fisik
Penolakan
Kekerasan dalam
keluarga
Tindakan criminal
Lain – lain
Jelaskan No. 1, 2, 3 :
54
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ?
V. Pemeriksaan Fisik
Masalah keperawawatan :
VI. Psikososial
1. Genogram :
Ny. M
2. Konsep diri :
55
c. Peran : pasien merupakan ibu rumah tangga yang hanya
mengharapkan penghasilan suaminya.
d. Ideal diri : Pasien ingin tetap bersama dengan anak dan suaminya
dan klien mengingkari tasa kehilangan suaminya.
e. Harga diri : pasien merasa dirinya tidak berharga karena tidak ada
lagi anak dan suaminya.
Masalah keperawatan : Penginkaran kehilangan
3. Hubungan social :
4. Spiritual
1. Penampilan
Pasien memakai baju seragam pasien dengan benar (Rapi), tetapi klien
tidak ada perubahan dalam pola makan (klien tidak nafsu makan).
Masalah keperawatan : Anoreksia
2. Pembicaraan
56
Lambat, pasien berkomunikasi dengan baik dengan perawat namun
harus sedikit dipaksa terlebih dahulu.
Masalah keperawatan : tidak ada
3. Aktivasi motorik
Lesu, pasien hanya berdiam diri di kamar atau di taman dan jarang
beraktifitas.
Masalah keperawatan : devisit aktivitas
a. Afek
6. Persepsi – sensorik
7. Tingkat kesadaran
57
Bingung, klien menginkari kehilangan suaminya.
8. Memori
Makanan √
58
Keamanan √
Perawatan kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Keuangan √
a. Perawatan diri
Kegiatan hidup sehari – hari Bantuan Bantua
total minimal
Mandi — —
Kebersihan — √
Makan — √
BAK — —
BAB
— —
Ganti pakaian
— —
Masalah keperawatan : tidak ada
b. Nutrisi
59
• Nafsu makan : Menurun Berat badan : menurun
BB saat ini : 46 Kg
BB terendah : 46 Kg
BB tertinggi : 55 Kg
• Keluarga : Ada
60
• Terapis : Ada
Teknik relaksasi
Aktivitas konstriktif
Olah raga
Lain – lain
MALADAPTIF
Minum alcohol
Bekerja berlebihan
Menghindar
Menciderai diri
Lain – lain
61
Pasien belum mampu melakukan koping yang efektif terhadap dirinya
62
1. Kehilangan disfungsional
2. Pengingkaran kehilangan
3. Ansietas
2. Analisa data
TGL DATA MASALAH TTD
5-03- DS : Pasien mengatakan kenapa orang yang Kehilangan
2019 disayanginya selalu pergi meninggalkannya Disfungsional
DO : Pasien tanpak menangis
5-03- DS : Pasien mengatakan tidak semangat Pengingkaran
2019 bahwa suaminya sekarang sedang bekerja kehilangan
DO : Pasien tanpak menunggu suaminya
pulang
5- 03- DS : Pasien mengatakan bingung bagaimana Ansietas
2019 ia akan melanjutkan hidupnya
DO : Pasien tampak bingung dan linglung
63
3. Pohon masalah
MK 1:
MK 2 : Isolasi sosial Defisit Aktifitas Kehilangan
Disfungsional &
Pengingkaran
kehilangan
Koping individu tak efektif
MK : Ansietas
64
4. Rencana Keperawatan Jiwa
No. Tgl No. Perencanaan Rasional
1. 5-03- 1 Setelah 1. Ny. M dapat 1. Membina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya, dapat
2019 dialakukan mengerti arti percaya antara Ny. M, memudahkan dalam tindakan
tindakan sakit dan keluarga, dengan sikap jujur, seterusnya.
keperawatan kematian menerima, ikhlas, dan empati
selama 1 x 24 2. Ny. M 2. Menunjukan perhatian pada 2. Sebagai wujud perhatian kita
jam, dapat Ny. M baik melalui kata-kata
Ny. M dapat mengungkapka maupun dengan sikap.
65
2. 5-03-2019 1 Setelah 1. Pasien 1. Mendorong pasien untuk 1. Membantu klien untuk
dialakukan dapat mengungkapkan mengungkapkan perasaan
tindakan mengungkapka pengingkarannya tanpa pengikaran terhadap kehilangan
keperawatan n penginkaran memaksa untuk menerima
selama 1 x 24 2. Pasien kenyataan.
2. Sebagai bentuk / sikap untuk
jam dapat 2. Mendengarkan dengan
meyakinkan klien
Pasien dapat menerima penuh minat dan perhatian
melalui fase kenyataan apa yang dikatakan oleh
3. Untuk meyakinkan klien akan
pengingkarannya pasien.
kematian itu pasti
dengan wajar 3. Menjelaskan kepada
tanpa kesulitan pasien, bahwa perasaan
tersebut wajar terjadi pada
orang yang mengalami
kehilangan.
4. Meningkatkan kesadaran klien akan
4. Meningkatkan kesadaran
kehilangan
pasien secara bertahap
tentang kenyataan
66
kehilangan yang harus 5. Sebagai motivasi dan dukungan
dihadapi. klien untuk menerima kenyataan
5. Memberi dukungan atas usaha
pasien untuk menerima 6. Sebagai bentuk umpan balik yang
kenyataan. positif bagi klien
6. . Menjawab semua 7. Sikap yang dapat membangkitkan
pertanyaan pasien dengan semangat
singkat dan jelas.
7 . Memberi dukungan
secara nonverbal.
67
3 5- 3 Setelah dilakukan 1. Klien dapat 1. Tunjukkan respon 1. Untuk menyakinkan klien
03- tindakan rileks menerima klien
2019 keperawatan 2. Kecemasan 2. Berikan respon empati dengan
2. Sebagai umpan yang positif bagi
selama 2 x 24 jam, berfokus pada perasaan bukan
berkurang klien
pasien dapat pada kenyataan yang terjadi.
mengurangi
ansietas akan 3. Bantu klien untuk 3. Agar klien bisa merasa lega
kehilangan di masa mengekspresikan perasaannya.
depan
4. Bantu klien untuk menurunkan
tingkat kecemasannya : 4. Sebagai proses untuk mengatasi
68
b. Beri waktu untuk klien berespon.
c. Beri perawatan individu sebagai
manusia layaknya.
d. Diskusikan tentang masalah
yang dihadapi klien tanpa
memintanya untuk
menyimpulkannya.
e. Identifikasi pemikiran yang
negatif dan Bantu untuk
menurunkannya melalui
interupsi atau substitusi.
f. Bantu klien untuk meningkatkan
pemikiran yang positif.
g. Evaluasi ketepatan persepsi
klien, logika dan kesimpulan
yang dibuat klien.
69
5. Implementasi Keperawatan
70
4. Mendengarkan Ds : Pasien
dengan penuh minat mengatakan senang
3 dan perhatian apa ketika ada yang
Pukul 15.00 yang dikatakan oleh mendengarkan keluh
Wita pasien. kesahnya
Do : Pasien tampak
senang
1 Berikan respon empati
Pukul 16.30 dengan berfokus pada Ds :
Wita perasaan bukan pada Do : Pasien tampak
kenyataan yang terjadi lebih tenang.
Meminta kepada
Pukul 17.00 2 keluarga/ orang yang Ds : Keluaraga
Wita berarti agar menemani mengatakan akan
Ny.M selama masa menerapakan apa
berduka. yang di intruksikan
perawat.
Do : Keluaraga
tampak paham
Pukul 18. 00 3 Menjelaskan
Wita kepada pasien, Ds : Pasien
71
mengekspresikan Ds : -
perasaannya. Do : Pasien tampak
mau mulai becerita
3 tentang perasaannya
Meningkatkan
Pukul 20.00 kesadaran pasien Ds : pasien
secara bertahap mengatakan akan
tentang kenyataan berdamai dengan rasa
2 kehilangan yang harus sedihnya
dihadapi. Do : -
Pukul 21.30
Wita
Pukul 08.00
Memberi dukungan
Wita Ds : Pasien
secara nonverbal.
mengatakan merasa
orang masih yang
mendukungnya
Do : -
Membina hubungan saling
72
percaya antara Ny. M,
keluarga, dengan sikap
jujur, menerima, ikhlas,
dan empati .
73
6. Evaluasi Keperawatan
No.
NO. Tgl Evaluasi TTD
DX
1. 5 1 S : Pasien mengatakan bahwa kematian sudah
Maret kehendak tuhan O :
2019 • Pasien tampak lebih tenang
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
P : Intervensi dihentikan
74
2.5 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HALUSINASI
A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Halusinasi identik dengan skizofrenia.
Seluruh klien dengan sizofrenia diantaranya mengalami halusinasi.
Gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi
adalah gangguan maniak depresif dan delirium. Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar (Maramis, 1998). Suatu penghayatan yang dialami
seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal :
persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi
yang salah terhadao stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa
adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulis internal dipersepsikan
sebagai suatu yang nyata ada oleh klien (Maramis, 1998).
Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2015). Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015)
halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi.
75
Dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksud dengan halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui
panca indera tanpa ada stimulus eksternal
B. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor
yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah
sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetik
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua
orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor perkembangan
c. Faktor neurobiologis
76
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak
yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
4) Faktor biokimia
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima
dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
77
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah
di rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan
hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan
orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja,
kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah,
putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri,
merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak
seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.
C. Dimensi Halusinasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketalutan,
perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan dunia nyata dan khayalan. Masalah halusinasi
berlandaskan akan hakikat keberadaan seorang individu sebagai
makhluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosial-
spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi (Stuart dan
Laraia, 2005).
78
- Dimensi fisik, kondisi fisik memengaruhi timbulnya halusinasi
seperti kelelahan yang luar biasa, pengguaan obat-obatan, demam
hingga delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
- Dimensi Emosional, perasaan cemas yang berlebihan atas dasar
masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu
terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
- Dimensi Intelektual, dalam dimensi intelektual ini menerangkan
bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego. Hal tersebut dibuktikan dengan timbulnya
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak
jarang akan mengontrol seluruh prilaku klien.
- Dimesi Sosial, dimensi social pada individu dengan halusinasi
menunjukkan adanya kecenderungan untuk menyendiri. Isi
halusinasi dijadikan system control oleh individu tersebut sehingga
jika perintah halusinasi berupa ancaman, maka individu tersebut bisa
membahayakan orang lain.
- Dimensi spiritual, manusia diciptakan sebagai mahkluk social oleh
Tuhan. Maka dari itu kebutuhan bersosialisasi merupakan hal yang
mendasar. Klien dengan halusinasi akan terganggu untuk
menjalankan proses tersebut sehingga hal tersebut tidak akan terjadi.
79
Yusalia 2015. Ini merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera
(pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun
stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon
individu yang karena suatu hal mengalami kelainan persensif yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi.
Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus
panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon
tersebut sebagai berikut:
80
E. Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara
lain:
81
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
F. Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum
atautertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan
pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau
menit, kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat
diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden,
(1998) dalam Yusalia (2015).
82
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
83
Penciuman
Sinestetik
Kinestetik
84
G. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya Stuart & Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014), membagi
fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami
dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat fase
halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin
dikendalikan oleh halusinasinya.
1 2 3
(Non psikotik)
85
Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan menunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
sensori dan kehilangan
(Psikotik ringan)
kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.
86
mengikuti petunjuk.
A. Pengkajian
Faktor predisposisi
87
terselesaikan
Faktor sosial budaya Isolasi social pada yang usia lanjut, cacat, sakit
kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
Faktor Perilaku
Faktor Fisik
88
karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau tidak
mandi, tidak mampu berpartisipasi atau tidak
mandi, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan
aktifitas fisik berlebihan.
Status emosi
Status intelektual
89
koping regresi dan denial serta sedikit bicara.
Status social
B. Diagnosa Keperawatan
Data Objektif :
Data Subjektif
a) Mengancam
b) Mengumpat dengan kata-kata kasar
c) Suara keras
90
d) Bicara ketus
Data Objektif
a) Distorsi sensori
b) Respons tidak sesuai
c) Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba atau
mencium sesuatu
d) Menyendiri, melamun, konsentrasi buruk
e) Distorsi tempat, waktu, orang atau situasi
f) Curiga, melihat kesatu arah
g) Mondar mandir, bicara sendiri
Data Subjektif
Data Objektif
a) Menarik diri
b) Tidak berminat/menolak berinterasi dengan orang lain
c) Afek datar, sedih
91
d) Menunjukkan permusuhan
e) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
f) Kondisi difabel
g) Tindakan tidak berarti
h) Tidak ada kontak mata
i) Perkembangan terlambat
j) Tidak bergairah/lesu
Data Subjektif
C. Intervensi Keperawatan
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
Tindakan :
92
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
Tindakan :
93
2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
Tindakan :
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
94
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
95
Diagnosa II : Gangguan persepsi sensori halusinasi berhubungan
dengan isolasi sosial : menarik diri
Tujuan khusus :
Tindakan :
Tindakan :
96
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
Tindakan :
97
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
- K–P
- K – P – P lain
- K – P – P lain – K lain
- K – Kel/Klp/Masy
Tindakan :
98
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
Tindakan :
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
99
c. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
e.Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga.
100
2.6 Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Halusinasi
DENGAN HALUSINASI
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn “G”
Jenis kelamin : Laki – laki
Tempat, tanggal lahir : Badung, 16 juni 1986
Agama : hindu
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : petani
Status : Menikah
Alamat : Badung
Tanggal pengkajian : 2 Maret 2019
101
untuk mengamuk dan berteriak . Klien mengatakan suara itu sering
muncul terutama pada saat klien lagi sendiri. Klien merasa
terganggu dengan suara itu. Efek klien habis emosi berubah ubah
kadang tampak sedih dan kadang nampak tegang dan marah.
Keluarga klien juga mengatakan klien sering mengamuk dan
memecahkan barang-barang yang ada di dekat klien saat itu.
4. Masalah keperawatan :
Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
Resiko mencederai dirisendiri, orang lain dan lingkungan
5. Faktor predisposisi :
Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa
dimasa lalu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik,
aniaya seksual dan kekerasan
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
yang sama dengan klien
Klien mengatakan ada pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan pernah di tolak cintanya karena klien sudah
mengalami gangguan jiwa
6. Pemeriksaan fisik :
a. TTV
TD : 110/80 mmhg
N : 80x/m
P : 20 x/m
102
S : 36,5
b. Autropometri tidak dikaji (BB dan TB)
c. Keluhan Fisik :
Klien mengatakan tidak ada keluhan
7. Psikososial :
a. Konsep diri
Citra tubuh : Klien mengatakan tidak ada yang istimewa pada
tubuhnya, semuanya biasa saja.
Identitas diri
Klien menyadari dirinya adalah seorang laki laki
Klien yang pertama mengalami gangguan jiwa dalam
keluarganya
− Kepuasan sebagai laki laki belum terpenuhi karena belum
pernah menikah
Peran
Klien mengatakan berperan sebagai anak dalam keluarga
Dalam keluarga klien tidak bekerja (pengangguran) dan
kadang hanya membantu ayahnya di sawah
Ideal diri : klien ingin cepat sembuh
Harga diri
Klien merasa malu karena mengalami gangguan jiwa
Klien merasa malu karena tidak bekerja
Klien merasa diremekan oleh keluarganya
Klien merasa dirinya tidak berguna lagi
103
b. Spiritual
Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan penyakitnya adalah cobaan dari tuhan
Kegiatan ibadah
c. Status mental
Penampilan klien tidak rapi dalam berpakaian, rambut kotor, gigi
kotor, klien mengatakan jarang sikat gigi , klien mengatakan jarang
ganti baju, klien mengatakan mandi bila disuruh keluarga
Pembicaraan
Klien berbicara lambat
Hanya sesekali menjawab ketika ditanya
Aktivitas menarik
Ekspresi wajah klien tampak tegang
Termenung ditempat tidur
Klien lebih banyak diam
Alam perasaan
Saat diajak bicara klien merasa sedih dan kadang juga senang
104
Persepsi
Klien mengatakan suara itu sering muncul terutama pada saat klien
lagi sendiri, klien mengatakan mendengar suara suara yang
menyuruhnya untuk mengamuk dan berteriak. Klien merasa
terganggu dengan suara tersebut, ekspresi wajah tegang dank lien
tampak sering melamun
Proses pikir
Pada saat berinteraksi tidak ditemukan adanya gangguan iri piker
yaituwaham obsesi dan phobia
Tingkat kesadaran
Klien tidak mengalami orientasi tempat , orang dan waktuklien
menyadari bahwa dirinya berada di rumah dan masih mengenal
waktu, tempat dan orang.
Memori
Daya ingat jangka panjang : klien mengatakan masih dapat
mengingat kejadian yang sudah lama terjadi atau hal hal yang baru
terjadi
Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan dengan tanpa bantuan orang
lain, misalnya ingin mandi dulu baru makan.
105
8. Kebutuhan sehari hari
a. Makan dan minum
Klien dapat makan dan minum sendiri, nafsu makan baik,
menghabiskan porsi makan yang diberikan, tidak ada makan
pantangan, frekuensi makan 2x sehari sesuai jadwal makan.
b. BAB/BAK
Klien BAB/BAK dengan lancar dan dapat dilakukan secara
mandiri di wc tanpa bantuan perawat.
c. Mandi
Klien mengatakan mandi bila disuruh
106
10. Aspek Medik
a. Diagnose medis : Sonzoprenia Paranoid
b. Pengobatan
c. Khasiat
Doropronazine (cp2) adalah derifat yang mempunyai khasiat dan
bekerja pada susunan saraf pusat yaitu mendefresikan sub cartikal
susunan saraf pusat., yang menimbulkan efek psikotropik, sendasi,
anti emetic dan dapat menekan reflex batuk.
Efek samping
Yang dapat terjadi pada pemakaian doropromazine meliputi,
pusing, pingsan, hipertensi, arthostatis, papitasi, tacicardi, sindroma
pada mulut, kemerahan pada mukosa vertikal, lidah kotor, gigi
tunggal, pandangan kabur, konsipasi retensi urine, ejakulasi
bertahan
Haloperidol adalah obat anti psikotik devivat yang khasiatnya
hampir sama dengan devivat ferotiatin (cp2)
Efek samping
Serupa dengan efek samping (cp2) perbedaannya terletak pada efek
susunan saraf pusat dpat terjadi :bingung, manifestasi psikotik
],captoria reaksi hipersensitif,glukoma paragitas.
107
B. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1 DS : Pebuhan Persepsi Sensori
Klien mengatakan Halusinasi pendengaran
mendengar suara suara
yang menyuruh untuk
mengamuk dan berteriak
Klien mengatakan suara
itu muncul terutama
pada saat klien sendiri
Klien mengatakan
merasa terganggu
dengan suara itu
DO :
Eksperisi wajah tegang
Efek klien labil emosi
berubah ubah kadang
tampak sedih dan kadang
nampak tegang
Jika klien diajak
berbicara kadang
pembicaraan tiba tiba
berhenti ditengah
kemudian dilanjutkan
108
kembali (bloking)
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
109
D. RENCANA KEPERAWATAN
110
d. Jelaskan tujuan perawat dan klien
pertemuan serta sebagai dasar
e. Jujur dan untuk melakukan
menepati janji tindakan
f. Tunjukkan keperawatan
sikap simpati selanjutnya.
dan mau
menerima klien
apa adanya
g. Beri perhatian
kepada klien
dan perhatian
kebutuhan dasar
TUK II : klien
Klien dapat 2. Klien dapat 2. Membina
mengenal menyebutkan 2. Adakan kontak hubungan saling
halusinasi waktu sering dan singkat percaya dan juga
Isi : frekuensi secara bertahap. sebagai pemutus
111
timbulnya halusinasi
halusinasi
3. Observasi tingkah 3.Menentukan sejauh
laku klien terkait mana halusinasi yg
halusinasinya berbicaya dialami klien dengan
dan tertawa sendiri terlebih dahulu
tanpa stimulus mengenal halusinasi
memandang tekanan
kekiri atau kedepan
seolah olah ada teman
bicara
112
menemukan yg klien alami
halusinasi
tanyakan
apakah ada
suara yg
didengar
b. Jika klien
menjawab ada,
lanjutkan apa
yg dikatakan :
katakana bahwa
perawat percaya
pada klien
c. Mendengar
suara itu,
namun perawat
sendiri tidak
mendengarnya
113
(dengan nada
bersahabat
tanpa menuduh
dan memaki)
d. Katakana
bahwa klien
lain juga ada yg
seperti itu
e. Katakana
TUK III : bahwa perawat
Klien dapat 1. Klien dapat akan membantu
mengontrol menyebutkan klien 5. Agar klien
halusinasinya tindakan yg mengetahui cara
bisa dilakukan 5. Identifikasi bersama menyelesaikan
untuk klien cara/tindakan yg permasalahannya,
mengendalika dilakukan jika terjadi agar klien
n halusinasinya. mengetahuicara
halusinasinya memutuskan
114
halusinasinya
2. Klien dapat
mendokument 6. Melatih klien
asikan cara 6. Diskusikan cara baru untuk memutuskan
mengusir atau memutuskan halusinasi halusinasinya,
tidak terjadi : meningkatkan harga
mempedulika a. Katakana saya diri klien
n tidak mau
halusinasinya dengar kamu
(pada saat
halusinasinya - Memvalidasi
terjadi) perasaan klien
b. Menemui orang melatih
lain, perawat, kemampuan
anggota klien
keluarga untuk
bercakap cakap
115
atau
mengatakan
halusinasi yg - Melatih
didengarnya kemampuan
c. Membuat klien
jadwal kegiatan
sehari-hari agar
halusinasinya
dapat muncul
kembali, minta
keluaraga,
teman, perawat,
menyapa klien
jika klien
tampak
berbicara
sendiri
d. Beri contoh
116
cara
menghardik
halusinasinya
e. Meminta klien
untuk mengikuti
contoh yg
diberikan dan
mengukurnya
f. Beri pujian atas
keberhasilan
klien
g. Susun jadwal
kegiatan atau
latihan klien
dan minta klien
untuk mengisi
jadwalnya
h. Tanyakan pada
117
3. Klien dapat klien tentang
mendokument contoh yang
asikan telah dilakukan.
beberapa cara
percakapan 1. Berikan contoh
dengan orang percakapan dengan
lain orang lain.
a. Minta klien
mengikuti
contoh
percakapan dan
mengulanginya
b. Beri pujian atas
keberhasilan
klien
c. Susun jadwal
untuk melatih 7. Meningkatkan
diri harga diri klien untuk
118
d. Tanyakan merangsang minat
kepada klien diri klien
bagaimana
4. Klien dapat perasaan setelah
mendokument melatih
asikan bercakap Memotivasi
pelaksanaan kemampuan klien
kegiatan 7. Diskusikan dengan Untuk
sehari hari klien tentang kegiatan menghindari
harian yg dapat halusinasi agar
dilakukan dirumah klien mengetahui
a. Latih klien yg perlu
untuk dilakukan agar
melakukan dapat mencegah
kegiatan yg timbulnya
telah disepakati halusinasinya
dan masukan
5. Klien dapat dalam jadwal
119
mengikuti kegiatan 8. Agar klien bersama
therapy keluarga belajar cara
aktivitas mengatasi
kelompok permasalahan yg
dihadapi
120
E. IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN
121
siapa dan senangnya dipanggil apa? P : Pertahankan TUK I dan II
d. Menjelaskan tujuan pertemuan
P : Tujuan saya kesini adalah untuk
membantu menjelaskan
permasalahan yg bapak alami
e. Membuat kontrak
P : Kalau bapak tidak keberatan kita
akan berbincang bincang dan akan
membahas masalah yg bapak
hadapi. Bagaimana kalau disini
saja? Kira kira hanya memakan
waktu 20 menit saja apakah bapak
sejutu?
f. Mendorong klien mengungkapkan
perasaannya
P:
g. Mendengarkan klien dengan penuh
perhatian dan empati fase terminasi
122
P : bagaimana perasaan bapak
setelah berbincang bincang dengan
saya? Saya harap bapak bisa
mengulang kembali. Bagaimana
kalau besok kita berbincang bincang
lagi dengan saya, di tempat ini lagi
sekitar jam 08.30?
selama 20 menit kita akan
membahas mengenai cara
mengontrol halusinasi.
Apakah bakap setuju?
Membimbing klien untuk mandi?
TUK II :
Klien dapat mengenal halusinasinya
a. Mengadakan kontrak saling percaya
dengan singkat
P : Selamat pagi pak, bagaimana
123
keadaan bapak sekarang? S:
b. Mengobservasi tingkah laku klien Klien mengatakan suara itu
terkait dengan halusinasinya menyuruhnya untuk mengamuk
P : Pada saat bapak mendengar dan terkadang menyuruhnya
suara suara itu, apa yang dia untuk membunuh, suara itu
katakana pak? Bisa bapak beri tahu muncul pada saat klien mau
kesaya? tidur malam dan pada saat klien
saya tidak mendengar suara suara sendiri
yang bapak maksud. Bapak bisa Klien mengatakan suara itu
member tahu saya dan saya akan terkadang suara perempuan dan
membantu bapak agar suara suara laki laki
tersebut tidak muncul lagi O:
c. Membantu klien mengenal Kontak mata kurang
halusinasinya Klien terkadang menunduk
P : suara apa yg bapak dengar? dan sering melihat objek lain
Apa yang dikatakan suara itu? A:
Apakah suara tersebut terdengar Klien dapat mengenal
seperti suara laki laki atau halusinasinya
124
perempuan? P:
Berapa kali suara tersebut muncul? Pertahankan TUK II dan
d. Mendiskusikan dengan klien apa lanjutkan TUK III
yang dirasakan bila mendengar
suara suara itu muncul dan apa
namanya
Fase terminasi
P : bagaimana perasaan bapak
setelah berbincang bincang kembali
dengan sya ditempat ini? Selama
20menit dan kita akan membahas
mengenai cara mengontrol atau
menghardik jika terjadi halusinasi.
apakah bapak setuju?
mau mendengarmu lagi.
Saat suara itu muncul langsung
balik bilang saya tidak mau
mendengarkan kamu lalu bapak
125
juga bisa menutup telinga dengan
menggunakan tangan bila dengar
suara tersebut.
Bapak bisa menemui orang lain,
keluarga atau perawat jika suara itu
muncul untuk mengontrol
halusinasinya.
Bapak juga bisa mencari kesibukan
atau membuat jadwal kegiatan
sehari hari agar halusinasinya jarang
muncul
e. Membantu klien memilih dan
melatih memutuskan halusinasinya
secara bertahap
P : bapak bisa memulai memilih
cara yang mudah menurut bapak
yang tadi saya ajarkan untuk
menghardik atau memutuskan suara
126
suara tersebut
f. Memberikan kesempatan pada klien
untuk melakukan cara yg telah
dilatih dan evaluasi hasilnya serta
beri pujian jika berhasil
P : Coba bapak ulangi apa yg saya
ajarkan tadi
g. Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi realita
stimulus persepsi
P : Bapak bisa mengikuti kegiatan
terapi agama
127
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
128
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam
rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Saran-saran adalah
sebagai berikut :
1. Untuk Keluarga
2. Untuk Perawat
129