Anda di halaman 1dari 13

THE INDONESIAN JOURNAL OF POLITICS AND POLICY (IJPP)

Volume 1– Nomor 1, Januari 2019, (Hlm 9-21)


Available online at https://journal.unsika.ac.id/index.php/IJPP/index

ANALISIS TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN


DAMPAK KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
BAGI MASYARAKAT SEKITAR DI KABUPATEN KARAWANG
Haura Atthahara 1) *, Mochamad Faizal Rizki 2)
1
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Singaperbangsa Karawang. Jalan HS. Ronggowaluyo
Teluk Jambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, 41361 Indonesia.
2
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Singaperbangsa Karawang. Jalan HS. Ronggowaluyo
Teluk Jambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, 41361 Indonesia.
* E-mail: haura.atthahara@fisip.unsika.ac.id, Telp: +62818979474

Abstrak
Keberadaan Kawasan Industri merupakan strategi pengembangan investasi melalui pusat
pertumbuhan industri (Growth Center). Strategi ini menekankan pentingnya penyediaan lahan dan
fasilitas infrastruktur secara terencana dan terpadu. Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang harus
dapat meningkatkan kemajuan industri di daerahnya sekaligus merumuskan kebijakan tata ruang
lahan peruntukkan industri dan mengamankan lahan pertanian akibat perkembangan industri.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa dalam implementasi kebijakan mengenai RTRW di Kabupaten Karawang secara
umum sudah dilakukan dengan baik namun masih terdapat beberapa catatan yang perlu diperhatikan.
Sedangkan dampak kebijakan pengembangan industri di Karawang memberikan banyak dampak
positif di sisi ekonomi seperti perumbuhan wilayah yang pesat, peralihan masyarakat menuju
masyarakat industrialisasi, peningkatan taraf hidup dll. Namun dibalik itu semua menyimpan dampak-
dampak negatif di bidang kependudukan, sosial budaya, dan lingkungan.
Kata kunci: Implementasi Kebijakan, Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi dan Struktur birokrasi,
industrialisasi

ANALYSIS OF REGIONAL SPATIAL PLAN AND IMPACT OF POLICY FOR


DEVELOPMENT OF INDUSTRIAL ESTATES TO ARROUND COMMUNITIES IN
KARAWANG REGENCY

Abstract
The existence of Industrial Estates is an investment development strategy through an industrial
growth center (Growth Center). This strategy emphasizes the importance of providing planned and
integrated land and infrastructure facilities. The Regional Government of Karawang Regency must be
able to improve the progress of the industry in the region while formulating land spatial planning
policies for the industry and securing agricultural land due to industrial developments. This study
uses a descriptive method with a qualitative approach. The results of the study show that in the
implementation of the policy regarding the Spatial Planning and Territory and in Karawang Regency
in general it has been done well but there are still some notes that need attention. While the impact of
industrial development policies in Karawang has had many positive impacts on the economic side,
such as rapid regional growth, the shift of society towards industrialized communities, increasing
living standards etc. But behind that all has negative impacts in the fields of population, socio-
cultural, and environmental.
Keywords: Policy Implementation, Communication, Resources, Disposition and Bureaucratic
Structure, industrialization

Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN: 2622-6251, e-ISSN: 2622-xxxx


The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 (1), Januari 2019 - 10
Haura Atthahara 1) *, Mochamad Faizal Rizki 2)

PENDAHULUAN kawasan industri juga dapat menimbulkan efek


Keberadaan Kawasan Industri merupakan negatif bagi kehidupan sosial dan lingkungan
strategi pengembangan investasi melalui pusat hidup. Perkembangan kawasan dengan
pertumbuhan industri (Growth Center). Strategi berdirinya berbagai jenis pabrik, membuka
ini menekankan pentingnya penyediaan lahan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha,
dan fasilitas infrastruktur secara terencana dan akan mendorong urbanisasi dan menimbulkan
terpadu. Dari dua pengertian tersebut dapat masalah pencemaran lingkungan, pengangguran
disimpulkan bahwa kawasan industri merupakan dan kemiskinan. Perkembangan sektor industri
suatu kawasan yang dikelola oleh sebuah dalam perekonomian daerah Kabupaten
perusahaan pengembang yang menyediakan Karawang telah membuka kesempatan kerja dan
berbagai sarana dan prasarana yang kesempatan usaha serta meningkatkan
memudahkan bagi perusahaan melakukan kesejahteraan masyarakat. Namun di balik
aktivitas industri. manfaat yang ditimbulkan oleh perkembangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang sektor industri, kini Kabupaten Karawang
harus dapat meningkatkan kemajuan industri di menghadapi dampak negatif oleh adanya
daerahnya sekaligus merumuskan kebijakan tata kemajuan sektor industri, yaitu:
ruang lahan peruntukkan industri dan 1. Berkurangnya areal pertanian khususnya
mengamankan lahan pertanian akibat tanaman padi disebabkan oleh adanya
perkembangan industri. Hal ini sangat penting alih fungsi lahan untuk pembangunan
bagi pemerintah Kabupaten Karawang industri dan kebutuhan lahan untuk
menyeimbangkan kemajuan industri dan perkembangan industri tersebut.
pembangunan pertanian agar tidak menimbukan 2. Pencemaran lingkungan oleh adanya
masalah sosial yang menghambat perkembangan polusi dan pembuangan limbah pabrik
ekonomi daerah. yang dapat mengakibatkan timbulnya
Alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten berbagai penyakit sehingga
Karawang mencapai 150 hektare per tahun. mengganggu kesehatan masyarakat.
Lahan yang semula digunakan memproduksi 3. Meningkatnya penawaran kerja dan
padi berubah menjadi pemukiman warga, persaingan usaha oleh adanya mobilitas
pabrik, pusat bisnis, dan infrastruktur lainnya. penduduk dari luar daerah sehingga
Saat ini luas baku areal sawah di Karawang mempersempit peluang usaha bagi
masih tercatat seluas 98.615 hektare. Namun masyarakat sekitar kawasan industri.
luas sawah di daerah lumbung padi sudah 4. Munculnya perubahan sikap bagi
semakin menyusut. Demikian dikatakan Kepala angkatan kerja produktif yang lebih
Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan dan tertarik bekerja di sektor industri
Peternakan (Distanhutbunak) Karawang daripada di sektor pertanian.
Kadarisman Senin 13 Juni 2016. 5. Banyak resapan air yang hilang dan
Pembangunan kawasan industri sangat berubah menjadi bangunan-bangunan
terkait langsung dengan kehidupan sosial sehingga banyak wilayah-wilayah di
ekonomi masyarakat sekitar kawasan tempat Karawang banjir tahunan
beroperasinya industri. Secara ekonomi,
keberadaan kawasan industri akan membuka Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi Kabupaten Karawang, Jawa Barat, menyatakan
masyarakat di Kabupaten Karawang. Manfaat sejumlah resapan air di daerah tersebut sudah
ekonomi demikian mendorong kesejahteraan
sosial dan mewujudkan kemakmuran
masyarakat. Disamping dapat mewujudkan
manfaat ekonomi yang besar, keberadaan

Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN: 2622-6251, e-ISSN: 2622-xxxx


The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 (1), November 2018 - 11
Haura Atthahara 1) *, Mochamad Faizal Rizki 2)

berubah menjadi areal pembangunan sehingga Untuk mengevaluasi kebijakan


setiap tahun Karawang menjadi daerah Pemerintah Daerah Karawang terhadap
langganan banjir. Ia mengatakan, banjir di pengembangan kawasan industri, dapat
berbagai daerah sekitar Karawang akibat luapan dianalisis berdasarkan Peraturan Daerah
sungai Citarum disinyalir akibat hilangnya Kabupaten Karawang nomor 2 Tahun 2013
sejumlah wilayah resapan air alami yang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
tergeser karena pembangunan. Kabupaten Karawang. Peraturan daerah tersebut
Selanjutnya beliau juga menjelaskan memberikan pedoman penetapan lokasi
bahwa perluasan kawasan industri yang tidak investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dan
diimbangi daya tampung air permukaan menjadi masyarakat serta menjadi dasar kebijakan untuk
pemanfaatan ruang bagi kegiatan pembangunan,
salah satu penyebab datangnya banjir.
termasuk pembangunan infrastruktur dan
Diakuinya, daerah yang kini menjadi kawasan pengembangan kawasan industri.
industri sebelumnya merupakan wilayah
perbukitan dan hutan. Daerah itu menjadi satu METODE
wilayah resapan air alami. Atas hal itu ia Dalam penelitian ini, penulis
mengingatkan agar keberadaan ruang terbuka menggunakan metode deskriptif dengan
hijau dan resapan daya tampung air di wilayah pendekatan penelitian Kualitatif. Metode
kawasan industri perlu diperhatikan kembali. penelitian kualitatif adalah metode penelitian
Meskipun mendatangkan ekonomi yang lebih, berlandasakan pada filsafat post positivisme,
menurutnya para pebisnis juga perlu digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
memperhatikan lingkungan diantaranya dengan yang alamiah. Dimana peneliti adalah sebagai
membangun situ dan embung air serta instrumen kunci, teknik pengumpulan data
menambah luasan ruang terbuka hijau. dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
Selain itu kerusakan lingkungan akibat data bersifat induktif yaitu berdasarkan fakta-
pencemaran udara dan limbah pabrik merupakan fakta yang ditemukan di lapangan dan hasil
konsekuensi logis dari perkembangan kawasan penelitian kualitatif lebih menekankan makna,
industri dengan beroperasinya pabrik-pabrik makna yang dimaksud adalah data yang
berbagai jenis produksi. Pembangunan dan sebenarnya, data yang pasti yang meruakan
pengembangan industri sangat penting dikaitkan suatu nilai dibalik data yang nampak.
dengan upaya kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat disekitar lingkungan kawasan Jenis Penelitian
industri. Dalam hal ini penanganan limbah dan Penelitian ini menggunakan metode
pencemaran udara mutlak dikelola dengan baik deskriptif dengan pendekatan penelitian
oleh pihak pengembang kawasan sejalan dengan kualitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan
efektifnya pengawasan dan pembinaan oleh untuk memberikan gambaran tentang bagaimana
pemerintah daerah. implementasi kebijakan Perda No.2 Tahun 2013
Kemudian permasalahan lain muncul tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dan
pada saat terbukanya kesempatan kerja disektor Dampak Kebijakan Pengembangan Kawasan
industri tidak sejalan dengan kesiapan tenaga Industri Bagi Masyarakat Sekitar di Kabupaten
kerja lokal memasuki pasar kerja. Padahal Karawang
pekerjaan di sektor pertanian tidak menarik lagi
bagi angkatan kerja yang cenderung memilih
bekerja di sektor industri dan terjadi urbanisasi
tenaga kerja. Proses urbanisasi yang tidak
terkendali bisa menimbulan masalah sosial
seperti tersisihkan masyarakat lokal terhadap
penyerapan tenaga kerja karena keterbatasan
kemampuan sumber daya manusia.

Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN: 2622-6251, e-ISSN: 2622-xxxx


The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 (1), Januari 2019 - 12
Haura Atthahara 1) *, Mochamad Faizal Rizki 2)

pemahaman metode penelitian kualitatif,


Waktu dan Tempat Penelitian
penguasaan wawasan terhadap bidang yang
Waktu dilakukannya penelitian ini diteliti, kesiapan peneliti untuk penguasaan
antara bulan Februari hingga November 2018. wawasan terhadap bidang yang diteliti,
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pemerintah kesiapan peneliti untuk memasuki objek
Daerah Kabupaten Karawang jalan Jenderal penelitian, baik secara akademik maupun
Ahmad Yani No.76, Nagasari, Kabupaten logistiknya. Pihak yang melakukan validasi
Karawang, Jawa Barat 41316 dan Kantor adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan seberapa jauh pemahaman terhadap metode
Kabupaten Karawang jalan By Pass kualitatif, penguasaan teori dan wawasan
Tanjungpura No.1, Tanjungmekar, Karawang terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan
Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat dan bekal memasuki lapangan. Dalam
41316 penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data
Target/Subjek Penelitian dilakukan pada natural setting (kondisi yang
alamiah), sumber data primer, dan teknik
Target/subjek penelitian ini diantaranya: pengumpulan data lebih banyak pada observasi
a) Kepala Bidang Prasarana Tata Ruang berperan serta (participant observation),
Badan Perencanaan dan Pembangunan wawancara mendalam (in depth interview) dan
Daerah/BAPPEDA (1 Orang). dokumentasi, untuk memperoleh data
b) Kasubdit Tata Ruang, Pemukiman dan informasi yang dapat dijadikan bahan dalam
Lingkungan Hidup Badan penelitian ini, maka penulis menyimpulkan
Perencanaan dan Pembangunan melalui cara :
Daerah/BAPPEDA (1 Orang). 1. Observasi
c) Kasi Pengendalian Pencemaran Air Observasi sebagai teknik pengumpulan
Dinas Lingkungan Hidup dan data mempunyai ciri yang spesifik bila
Kebersihan Kabupaten Karawang (1 dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
Orang) wawancara dan kuesioner. Jika wawancara dan
d) Kasi Pengelolaan B3 dan Limbah B3 kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang,
Dinas Lingkungan Hidup dan maka observasi tidak terbatas pada orang,
Kebersihan Kabupaten Karawang tetapi juga obyek – obyek alam yang lain.
Menurut John W. Creswell (2013:267),
Serta UU No.2 Tahun 2013 tentang observasi dalam penelitian kualitatif
Rencana Tata Ruang dan Wilayah dan merupakan observasi yang didalamnya peneliti
lampirannya untuk dianalisis lebih lanjut. langsung turun ke lapangan untuk mengamati
perilaku dan aktivitas individu-individu di
lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini,
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan
peneliti mencatat, baik dengan cara terstruktur
Data
maupun semistruktur (misalnya, dengan
Dalam penelitian kulitatif, yang menjadi mengajukan pertanyaan sejumlah pertanyaan
instrumen penelitian atau alat penelitian adalah yang memang ingin diketahui oleh peneliti
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneitian aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian. Para
sebagai instrumen juga harus “divalidasi” peneliti kualitatif juga dapat terlibat
seberapa jauh penelitian kualitatif siap
melakukan penelitian yang selanjutnya terjun
ke lapangan.
Validasi terhadap penelitian sebagai
instrumen meliputi validasi terhadap

Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN: 2622-6251, e-ISSN: 2622-xxxx


The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 (1), Januari 2019 - 13
Haura Atthahara 1) *, Mochamad Faizal Rizki 2)

dalam peran-peran yang beragam, mulai dari membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap
sebagian non-partisipan hingga partisipasi data mengajukan pertanyaan-pertanyaan
penuh. analitis,dan menulis catatan singkat sepanjang
2. Wawancara penelitian, Analisis data memahami dan
Wawancara adalah proses percakapan melihat dari kondisi objek penelitian yang
yang berbentuk percakapan yang berbentuk peneliti kaji dalam bentuk deskripsi kualitatif.
tanya jawab dengan tatap muka, wawancara Hasil Penelitian ini akan peneliti ambil dalam
adalah suatu proses pengumpulan data untuk kesimpulan akhir yang merupakan jawaban
suatu penelitian. Wawancara merupakan dari pertanyaan-pertanyaan dan keingin tahuan
pertemuan dua orang untuk betukar informasi peneliti sebelum terjun ke lapangan yang telah
dank ide melalui tanya jawab, sehingg dapat peneliti jabarkan pada latar belakang
dikonstruksikan makna dalam suatun topik penelitian. Selain itu peneliti juga merumuskan
tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik saran-saran yang dirasa dapat menjawab dan
pengumpulan data apabila peneliti ingin menjelaskan permasalahan yang muncul dari
melakukan studi pendahuluan untuk objek penelitian.
menemukan permasalahan yang harus diteliti Miles dan Huberman (dalam Sugiyono
dan juga peneliti ingin mengetahui hal- hal 2013:246) mengungkapkan bahwa aktivitas
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang interaktif dan berlangsung secara terus
lebiih mendalam. Teknik pengumpulan data menerus sampai tuntas, sehingga datanya
ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri memumpuni. Reduksi data merupakan proses
sendiri atau self report atau setidak-tidaknya berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan
pada pengetahuan dan keyakinan pribadi. dan keluasan serta kedalaman wawasan yang
3. Studi Dokumentasi tinggi. Reduksi data akan memiliki nilai – nilai
Peneliti mengumpulkan dokumen – temuan dan pengembangan teori yang
dokumen yang bisa saja berupa dokumen signifikan. Mereduksi data berarti merangkum,
publik (seperti koran, makalah, jurnal, laporan memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan
dinas) atau pun dokumen privat (buku harian, pada hal – hal yang penting, dicari tema dan
data diri, surat email). Dokumen merupakan polanya. Adapun data yang telah direduksi
catatan peristiwa yang sudah berlalu, akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, dan mempermudah peneliti untuk melalukan
atau karya-karya menumental dari seseorang. pengumpulan data selanjutnya, Hasil
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya: peneiltian ini akan peneliti ambil kesimpulan
catatan harian, sejarah kehidupan (life akhir yang merupakan jawaban dari
histories), cerita, biografi, peraturan, pertanyaan – pertanyaan dan keingintahuan
kebijakan. Dokumentasi yang berbentuk peneliti sebelu terjun ke lapangan yang telah
gambar misalnya : foto, gambar hidup, sketsa peneliti jabarkan pada latar belakang
dan lain-lain. penelitian.

Teknik Analisis Data


Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Nasution (dalam Sugiyono, 2013:245) analisa
data dilakukan dengan teknik menghubungkan
data yang diperoleh peneliti sebelum, selama
dan setelah di lapangan. Analisis data
merupakan proses berkelanjutan yang

Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN: 2622-6251, e-ISSN: 2622-xxxx


The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 (1), Januari 2019 - 14
Haura Atthahara 1) *, Mochamad Faizal Rizki 2)

Keberhasilan suatu implementasi


HASIL DAN PEMBAHASAN
kebijakan Menurut Hogwood dan Gunn yang
Sebelum lebih mendalam membahas dikutip oleh Wahab, komunikasi memegang
bagaimana komunikasi yang digunakan dalam peranan penting bagi berlangsungnya
implementasi Rencana Tata Ruang dan koordinasi implementasi kebijakan. Menurut
Wilayah, ada baiknya kita perlu mengetahui Hogwood dan Gunn yang dikutip oleh Wahab
dulu apa itu RTRW dan bagaimana proses bahwa koordinasi bukanlah sekedar
pembuatan kebijakan tersebut secara singkat. menyangkut persoalan mengkomunikasikan
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah informasi ataupu membentuk struktur-struktur
arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan administrasi yang cocok, melainkan
ruang wilayah negara yang dijadikan acuan menyangkut pula persoalan yang lebih
untuk perencanaan jangka panjang. Sedangkan mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten (Hogwood dan Gunn dalam Wahab, 2005:77).
adalah arah kebijakan dan startegi Berdasarkan penjelasan teori diatas
pemanfaatan ruang wilayah Kota/Kabupaten maka faktor-faktor yang mempengaruhi
yang dijadikan acuan untuk perencanaan komunikasi dalam implementasi kebijakan
jangka panjang. Penyusunan rencana tata harus adanya kejelasan petunjuk dalam
ruang wilayah kota mengacu pada Rencana implementasi kebijakan dan kejelasan,
Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata konsistensi dalam menjalankan sebuah
ruang wilayah provinsi; pedoman dan petunjuk kebijakan maka Dengan terpenuhinya ketiga
pelaksanaan bidang penataan ruang; dan faktor pendukung komunikasi maka akan
rencana pembangunan jangka panjang daerah. tercapainya sebuah implementasi kebijakan
Untuk melakukan analisis implementasi yang baik dan sesuai tujuan yang telah
Rencana Tata Ruang Wilayah dan Dampak ditetapkan. Dari hasil penelitian di lapangan
Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri dapat disimpulkan bahwa aspek komunikasi
Bagi Masyarakat Sekitar di Kabupaten dalam implementasi kebijakan RTRW di
Karawang penulis menggunkan teori dari Kabupaten sudah berjalan dengan baik. Semua
Edward III yang mengemukakan terdapat dinas-dinas dan seluruh stakeholder
beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemerintah sudah memahami bahwa RTRW
keberhasilan suatu implementasi, yaitu: merupakan pedoman yang harus dipatuhi
1. Comunication/komunikasi, dalam melakukan perencanaan ruang dan
2. Resources/sumber daya, wilayah. Termasuk Dinas Penanaman Modal
3. Disposition/disposisi, dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
4. Bureaucratic Structure/struktur (DPMPTSP) yang merupakan ujung tombak
birokrasi. (Edward III, 1980:10) dalam pelayanan izin sudah sangat mengetahui
bahwa RTRW merupkan pedoman acuan
Menurut George C. Edwards III, dalam proses pemberian izin. Misalnya dalam
komunikasi sangat menentukan keberhasilan proses izin pembangunan Kawasan Industri
pencapaian tujuan dari pelaksanaan. DPMPTSP akan mengacu kepada RTRW
Pelaksanaan yang efektif terjadi apabila para apakah daerah tersebut diperuntukan untuk
pembuat keputusan sudah mengetahui apa industri atau tidak dan mekanisme-mekanisme
yang akan dikerjakan. Pengetahuan atas apa lainnya. DPMPTSP
yang akan dikerjakan dapat berjalan apabila
komunikasi berjalan dengan baik, sehingga
setiap keputusan dan peraturan pelaksanaan
harus ditransmisikan (dikomunikasikan)
kepada bagian personalia yang tepat.

Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN: 2622-6251, e-ISSN: 2622-xxxx


The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 (1), Januaari 2019 - 15
Haura Atthahara 1) *, Mochamad Faizal Rizki 2)

merupakan ujung tombak dalam pelayanan pelaksanaan. Namun dalam hal ini menurut
perizinan yang langsung berhadapan dengan Kasubdit Tata Ruang, Pemukiman dan
pihak swasta dan masyarakat sehingga apabila Lingkungan Hidup Bappeda Kabupaten
pihak pemohon izin atau bahkan pihak Karawang Nur’aini Maharani S.T., M.T bahwa
pemerintah tidak mengacu pada RTRW maka pihak Bappeda kesulitan untuk
terancam akan dipidanakan. Sehingga semua mengimplementasikan kebijakan tersebut
dinas-dinas yang ingin memanfaatkan tanah dikarenakan sangat terbatasnya sumber
pemerintah sudah pasti akan bersurat ke manusia yang ada. Semua pekerjaan sudah
Bappeda untuk memanfaatkan lahan dihabis bagi rata namun karena kekurangan
pemerintah tersebut. pekerja yang tidak seimbang dengan beban
Berdasarkan penjelasan teori Edaward pekerjaan sangat mengganggu keberhasilan
diatas maka implementasi kebijakan RTRW di dalam implementasi kebijakan. Selain itu
Kabupaten Karawang terdapat adanya jabatan disuatu unit masih harus lebih
kejelasan petunjuk dalam implementasi diperjelas siapakah yang seharusnya
kebijakan dan konsistensi dalam menjalankan menduduki posisi tersebut. Perlu ada
sebuah kebijakan. maka Dengan terpenuhinya klasifikasi secara mendetil seperti background
faktor-faktor pendukung komunikasi maka pendidikan apa yang paling tepat dalam
akan tercapainya sebuah implementasi mengisi suatu jabatan perlu dikaji kembali
kebijakan yang baik dan sesuai tujuan yang agar the man behind the gun atau orang yang
telah ditetapkan. berada di balik jabatan tersebut dapat bekerja
Faktor Kedua Resources dalam dengan maksimal.
keberhasilan suatu implementasi kebijakan Jika dalam proses pembuatan kebijakan
menurut menurut Edward III bahwa sumber- RTRW pihak Bappeda dapat bekerja sama
sumber yang dapat menentukan keberhasilan dengan tenga ahli atau akademisi, maka dalam
pelaksanaan adalah salah satunya sumber daya proses implementasi kebijkan tersebut mereka
yang tersedia, karena menurut George C sangat kekurangan orang. Banyak di tingkat
Edward III sumber daya merupakan sumber unit eselon 4 (empat) di Bappeda yang tidak
penggerak dan pelaksana. Manusia merupakan memiliki staf sehingga beban kerja mereka
sumber daya yang terpenting dalam ditanggung oleh tiap-tiap unit eselon empat
menentukan keberhasilan proses pelaksanaan, tersebut. Namun jika dari sisi sarana dan
sedangkan sumber daya merupakan prasarana mereka tidak mengalami kendala
keberhasilan proses implementasi yang sedikitpun karena Bappeda hanya pada tahap
dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya perencanaannya saja dan yang akan melakukan
manusia, biaya, dan waktu. Berdasarkan kebijakan tersebut secara teknis akan
penjelasan diatas maka faktor-faktor dikembalikan kepada dinas-dinas terkait.
pendukung sumberdaya menjadi bagian Faktor Ketiga Dispositions dalam
penting apabila sebuah implementasi ingin keberhasilan suatu implementasi kebijakan
tercapai dengan tersedianya pekerja, menurut Edward III adalah disposisi atau sikap
penjelasan mengenai sebuah kebijakan para pelaksana merupakan faktor penting
dijalakan, kewenangan yang dimiliki dan dalam pendekatan mengenai pelaksanaan. Jika
kelengkapan sarana dan prasaran menjadi pelaksanaan ingin efektif, maka para pelaksana
faktor dari sumber daya dalam mencapai tidak hanya harus memiliki kemampuan untuk
implementasi kebijakan dalam melaksanakan melaksanakannya, dimana kualitas dari suatu
pelayanan-pelayanan publik.
Menurut George C Edward III manusia
merupakan sumber daya yang terpenting
dalam menentukan keberhasilan proses

Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN: 2622-6251, e-ISSN: 2622-xxxx


The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 (1), Januari 2019 - 16
Haura Atthahara 1) *, Mochamad Faizal Rizki 2)

kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri- Bappeda dan dinas-dinas terkait agar
ciri dari para aktor pelaksana. Keberhasilan implementasi RTRW dapat bekerja dengan
kebijakan bisa dilihat dari disposisi maksimal.
(Karakteristik agen pelaksana). Disposisi atau Faktor Keempat dalam keberhasilan
sikap pelaksanaan, jika para pelaksana suatu implementasi kebijakan menurut Edward
bersikap baik karena menerima suatu III adalah Bureaucratic structure. Struktur
kebijakan maka kemungkinan besar mereka birokrasi walaupun sumber-sumber untuk
akan melaksanakan secara bersungguh- melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau
sungguh seperti tujuan yang diharapakannya. para pelaksana mengetahui apa yang
Sebaliknya jika perspektif dan tingkah laku seharusnya dilakukan dan mempunyai
para pelaksana berbeda dengan para pembuat keinginan untuk melaksanakan suatu
kebijakan maka proses implementasi akan kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut
mengalami kesulitan. (Edward III, 1980:89) tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena
Jika dilihat dari aspek disposisi atau terdapatnya kelemahan dalam struktur
sikap pelaksana dalam implimentasi Kebijakan birokrasi. Birokrasi sebagai pelaksana harus
RTRW yang melibatkan berbagai instansi dapat mendukung kebijakan yang telah
bekerja dengan baik. Komunikasi melalui diputuskan secara politik dengan jalan
organisasi vertikal seperti ATR/BPN maupun melakukan koordinasi dengan baik. (Edward
horizontal seperti DPMPTSP, Badan III, 1980:125)
Koordinasi Penataan Ruang dan Daerah Dari aspek struktur birokrasi atau
(BKPRD) dan dinas-dinas lainnya prosedur tetap dalam menjalankan kebijakan
didisposisikan dengan baik. Terbukti dengan RTRW tersebut sudah dimiliki dan bahkan
adanya Whatsapp group (WA) yang dilakukan oleh semua stakholder pemerintah.
dimanfaatkan oleh pimpinan dan staf di Bahkan Kepala Bidang Prasarana Tata Ruang
lingkungan ATR/BPN, Bappeda, DPMPTSP Puguh T.H,S.T.,M.T menjelaskan bahwa jika
dan BKPRD bisa langsung ditanyakan jika ada ada instansi pemerintah yang bekerja diluar
kendala dalam proses implementasi tanpa standar prosedur (SOP) beliau menjaminkan
harus menunggu secara prosedural. tidak akan dilayani. Baik itu dari dinas-dinas
Seperti misalnya dalam mengeluarkan terkait yang ingin mangajukan perizinan
izin seperti Superblock (suatu kawasan di misalnya pemanfaatan lahan pemerintah atau
konteks urban yang dirancang secara terpadu pihak swasta atau masyarakat yang ingin
dan terintegrasi, berdensitas cukup dalam mengajukan izin baik itu izin usaha,
konteks tata guna yang bersifat campuran pembangunan, industri dan sebagianya maka
terdiri dari apartemen, mall, sekolah, rumah DPMPTSP dan Bappeda tidak akan
sakit dsb) maka proses perizinan tersebut dari memberikan izin. Sistem birokrasi sebagai
DPMPTSP akan didisposisikan kepada Badan pelaksana harus dapat mendukung kebijakan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) yang telah diputuskan secara politik dengan
yang merupakan badan ad/hoc yang terdiri jalan melakukan koordinasi dengan baik dan
dari Kepala Dinas-dinas yang berkaitan penyebaran tanggung jawab (Fragmentation)
dengan tata ruang ada pokja perencanaan,dan atas kebijakan yang ditetapkan akan berjalan
pokja pengendalian dan pemanfaatan (terdiri dengan maksimal. Namun demikian masih
dari Kabid dan Kasubdit). Serta diketuai oleh kurangnya staf dalam instansi Bappeda lagi-
Sekretaris Daerah. Selain itu masih lagi menjadi kendala bagi instansi tersebut
ditemukannya pegawai yang belum memahami karena banyaknya pekerjaan yang akhirnya
dan komitmen terhadap apa yang menjadi lambat dalam implementasinya. Hal ini
tugas dan kewajibannya. Perlu dilakukan audit
organisasi berkala terhadap kinerja internal di

Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN: 2622-6251, e-ISSN: 2622-xxxx


The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 (1), Januari 2019 - 17
Haura Atthahara 1) *, Mochamad Faizal Rizki 2)

harusnya menjadi masukan bagi pemerintah Pemerintah Kabupaten Karawang mampu


daerah Karawang untuk segera menambah staf memberikan kontribusi Rp 18 triliun kepada
pekerja agar beban pekerjaan bisa segera Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
terlaksanakan. Keberadaan kota industri ini diharapkan
dapat mendorong inovasi dan turut
Dampak Kebijakan Pengembangan berkontribusi meningkatkan pertumbuhan
Kawasan Industri Bagi Masyarakat Sekitar ekonomi daerah serta menciptakan multiplier-
di Kabupaten Karawang effect yang bermanfaat bagi perkembangan
Di usianya yang ke-382 tahun sosio-ekonomi di Karawang dan daerah
Kabupaten Karawang salah satu sekitarnya. Selain berdampak positif di bidang
perkembangannya dapat terlihat dari laju teknologi, ekonomi khusunya dalam taraf
pertumbuhan ekonomi (LPE) yang stabil yakni hidup masyarakat, kenyatannya
7,87 persen dengan jumlah penduduk pengembangan Karawang menjadi kawasan
diperkirakan mencapai 2,9 juta jiwa. Kondisi industri juga memiliki dampak-dampak yang
perekonomian rata-rata masyarakat Kabupaten negatif diantaranya dalam bidang sosial,
Karawang dapat terlihat dari kondisi budaya, lingkungan bahkan ketimpangan
Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto ekonomi di masyarakat.
(PDRB) perkapita atas dasar harga konstan Hasil penelitian diatas menunjukan
menjadi sebesar Rp. 13.109.640,00 dan terdapat beberapa masalah yang diakibatkan
Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto pengembangan Karawang menjadi kota
(PDRB) atas dasar harga konstan sebesar industrialisasi diantarnya dalam aspek
29,498 juta rupiah. Di sisi lain, angka Indeks kependudukan, sosial budaya, ekonomi hingga
Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten masalah lingkungan. Dalam aspek
Karawang ternyata turut menunjukkan kependudukan, Karawang memiliki bonus
pertumbuhan positif, yaitu berada pada angka lonjakan urbanisasi di tiga tahun terakhir.
71,98, dengan komponen Angka Melek Huruf Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan
(AMH) sebesar 93,49 Rata-Rata Lama Sipil (Disdukcapil) Karawang Yudi Yudiawan
Sekolah (RLS) sebesar 7,45; Angka Harapan mengatakan, populasi pendatang mencapai 60
Hidup (AHH) sebesar 68,18; serta Indeks persen dari keseluruhan jumlah penduduk
Daya Beli Perkapita sebesar 641,70 per kapita. Karawang. Sementara 40 persen sisanya
Kondisi tersebut tentunya cukup merupakan penduduk asli. lonjakan arus
menggembirakan mengingat IPM merupakan urbanisasi secara signifikan terjadi sejak tiga
salah satu indikator pemantau pencapaian tahun lalu. Pada 2016 tercatat sekitar 30.000
pembangunan manusia di suatu wilayah, yang pendatang tinggal di Karawang Setahun
telah dipandang strategis oleh kaum akademisi kemudian, bertambah 1.000 orang. Sedangkan
sebagai indikator yang menunjukkan tingkat pada 2018 ini, sekitar 11.600 orang datang ke
keberhasilan pembangunan yang bersifat non karawang dalam kurun waktu lima bulan.
fisik. Tingginya arus urbanisasi terutama pada
Kawasan industri saat ini menjadi salah usia pekerja menimbulkan persinggungan
satu prioritas pembangunan di Jawa Barat. antara warga pendatang dengan warga pribumi
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, yang notabene
terdapat sekitar 2.381,97 hektare lahan yang
tengah dikembangkan menjadi sepuluh
kawasan industri baru bertaraf nasional dan
internasional di wilayah Jawa Barat. Dari
jumlah tersebut, 851,97 hektare atau sekitar
35% berada di wilayah Karawang. Bahkan

Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN: 2622-6251, e-ISSN: 2622-xxxx


The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 (1), Januari 2019 - 18
Haura Atthahara 1) *, Mochamad Faizal Rizki 2)

merupakan persinggungan antar budaya. diganggu gugat. Hanya 10.000 yang bisa dialih
Banyaknya pendatang yang notabene terdiri fungsikan, di luar itu tidak bisa dialih
dari berbagai suku, agama dan ras tersebut fungsikan
mengakibatkan tingganya persinggungan antar Hasil penelitian dengan Bappeda dan
budaya meskipun hingga saat ini belum ada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
persinggungan antar budaya yang terlalu besar (DLHK) Kabupaten Karawang terdapat
dan masih bisa diselesaikan dengan cara dampak-dampak yang dihasilkan dari
kekeluargaan. Sebelumnya terdapat Perda No. pengembangan kawasan indutrialisasi di
1 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan Karawang diantaranya dari aspek
ketenagakerjaan dimana perusahaan baru kependudukan, sosial budaya, ekonomi hingga
wajib menyertajan 60% karyawannya adalah lingkungan. Hal ini diakibatkan adanya proses
orang karawang asli. Namun pada tahun 2016 modernisasi dan perubahan sosial yang terjadi
kebijakan tersebut dihapus oleh Kemendagri di Kabupaten Karawang atas pengembangan
dengan alasan untuk mempercepat investasi di kawasan industrialisasi yang dialaminya.
daerah. Hal tersebut diperkuat dengan Menurut Gillin dan Gillin dalam (Soekanto,
keluarnya Peraturan Bupati Karawang No.8 1990, pp.332-337) perubahan sosial adalah
Tahun 2016 dan dianggap bertentangan suatu variasi dari cara hidup yang telah
dengan UU No.13 Tahun 2003 tentang diterima, baik karena perubahan-perubahan
ketenagakerjaan dimana setiap tenaga kerja kondisi geografis, kebudayaan material,
memiliki kesempatan yang sama tanpa komposisi penduduk, dan ideologi maupun
diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. karena adanya difusi ataupun penemuan-
Meskipun dalam bidang ekonomi penemuan baru dalam masyarakat.
dampak pengembangan industrialisasi di Sedangakan modernisasi adalah suatu proses
Kabupaten Karawang lebih banyak dampak transformasi dari suatu arah perubahan ke arah
positifnya yaitu kawasan lebih berkembang, yang lebih maju atau meningkat dalam
jenis mata pencaharian semakin variatif, dan berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.
lapangan pekerjaan lebih variatif, disisi lain Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
tingginya alih fungsi lahan di bidang pertanian modernisasi adalah proses perubahan dari
menjadi lahan industrialisasi, perumahan dan cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang
sebaginya membawa kemunduran dalam segi lebih maju, dimana dimaksudkan untuk
pertanian. Terlebih generasi muda semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sedikit yang mau menjadi petani, hal ini akan (Abdulsyani, 1994: 176).
memberikan dampak negatif dalam sektor Modernitas (kehidupan yang lebih
hasil pertanian di Karawang. Alih fungsi moderen) menunjukkan sejumlah fenomena
lahan pertanian di Kabupaten Karawang baru dalam masyarakat moderen. Di bidang
mencapai 150 hektare per tahun. Lahan yang ekonomi yang menjadi sentral keseluruhan
semula digunakan memproduksi padi berubah sistem sosial, terlihat fenomena sebagai
menjadi pemukiman warga, pabrik, pusat berikut : 1. Pertumbuhan ekonomi sangat
bisnis, dan infrastruktur lainnya. Saat ini luas cepat. 2. Terjadinya pergeseran dari produksi
baku areal sawah di Karawang masih tercatat agraris ke industri sebagai inti sektor ekonomi
seluas 98.615 hektare. Untuk mengatasi 3. Konsentrasi produksi ekonomi di kota dan
semakin menurunnya alihfungsi lahan kawasan urban 4. Penggunaan sumber daya tak
persawahan Pemerintah Kabupaten Karawang bernyawa sebagai pengganti
melalui Perda Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B) yang disahahkan Pada
17 Oktober 2017 lalu, telah menetapkan
87.000 lahan pertanian di Karawang tidak bisa

Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN: 2622-6251, e-ISSN: 2622-xxxx


The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 (1), Januari 2019 - 19
Haura Atthahara 1) *, Mochamad Faizal Rizki 2)

tenaga kerja manusia dan hewan 5. Penyebaran sebenarnya memiliki nilai manfaat tersendiri
temuan teknologi ke seluruh aspek kehidupan karena dalam kawasan industri tersebut
sosial 6. Terbukanya pasar tenaga kerja pengelolaan limbah sudah memiliki
berkompetensi bebas dan sedikitnya pengaturan yang cukup baik sehingga proses
pengangguran 7. Terkonsentrasinya tenaga industrialisasi tidak mengancam kesehatan
kerja di pabrik dan perusahaan raksasa 8. masyarakat sekarang maupun yang akan
Pentingnya peran pengusaha, manager, atau datang.
"kapten industri" dalam pengendalian
produksi. (Sztompka, Piort,dalam Rosana,
SIMPULAN DAN SARAN
2011)
Dari devinisi modernisasi dan Simpulan
perubahan sosial diatas dapat disimpulkan Dalam menganilisis implementasi
bahwa Karawang sedang dalam tahap tentang Analisis Tentang Rencana Tata Ruang
transformasi kearah yang lebih maju baik Wilayah dan Dampak Kebijakan
karena perubahan-perubahan kondisi Pengembangan Kawasan Industri Bagi
geografis, kebudayaan material, komposisi Masyarakat Sekitar di Kabupaten Karawang
penduduk, ideologi serta difusi atau faktor dapat dianalaisis dengan teori George Edward
eksternal yang mampu menyebabkan III yang mengemukakan beberapa hal yang
perubahan sosial. Terjadinya pergeseran dari dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
masyarakat agraris menuju masyarakat implementasi, yaitu:
industrialisasi, tingginya tingkat urbanisasi, 1. Aspek komunikasi,
penyebaran temuan teknologi ke seluruh aspek Semua dinas-dinas dan seluruh stakeholder
kehidupan, terkonsentrasinya tenaga kerja di pemerintah sudah memahami bahwa
pabrik dan perusahaan raksa dan pertumbuhan RTRW merupakan pedoman yang harus
ekonomi yang meningkat merupakan dampak- dipatuhi dalam melakukan perencanaan
dampak positif yang dialami oleh Karawang. ruang dan wilayah. Termasuk Dinas
Pesatnya pengembangan kawasan industri juga Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
diharapkan dapat memberikan dampak trickle Satu Pintu (DPMPTSP) yang merupakan
down effect atau bagimana masyarakat kelas ujung tombak dalam pelayanan izin
bawah di Karawang juga bisa menikmati 2. Aspek sumber daya,
berkah pengembangan industrialisasi di Dalam aspek ini implementasi kebijakan
Karawang tidak hanya bagi kelas menengah RTRW sudah dilaksanakan oleh sumber
keatas. daya yang baik terlebih RTRW disusun
Selain itu dampak negatif seperti dibawah Bappeda yang merupakan
persinggungan budaya karena tingginya angka institusi think tank berada di bawah bupati
urbanisasi dikarawang diharapkan dapat Karawang. Namun sayangnya mereka
diatasi dengan baik dan matang. Karawang sangat kekurangan pegawai mengingat
perlu belajar dari Bekasi yang sudah lebih tugas kewajiban yang ada tidak sesuai
dahulu menjadi daerah dengan tingkat dengan jumlah pegawai
urbanisasi yang tinggi setelah Jakarta. Selain 3. Aspek disposisi
itu dampak lingkungan juga perlu diperhatikan Disposisi atau sikap pelaksana dalam
secara khusus karena masih ditemukannya implimentasi Kebijakan RTRW yang
pabrik-pabrik yang tidak sesuai dengan SOP
dalam pengelolaan limbahnya. Dengan adanya
konsep kawasan industri di Karawang seperti
KIIC, KNIC, KIKC, Kawasan Industri Mitra
Karawang, Surya Cipta dan sebagainya

Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN: 2622-6251, e-ISSN: 2622-xxxx


The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 (1), Januari 2019 - 20
Haura Atthahara 1) *, Mochamad Faizal Rizki 2)

melibatkan berbagai instansi bekerja dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan
dengan baik. Komunikasi melalui cermat.
organisasi vertikal seperti BPN maupun 4. Perlu adanya mesin birokrasi yang dapat
horizontal seperti DPMPTSP, BKPRD dan bekerja dengan baik sehingga kebijakan
dinas-dinas lainnya didisposisikan dengan yang dibuat bukan lagi hanya sekedar
baik kebijakan tertulis melainkan dapat
4. Aspek Struktur birokrasi. diimplementasikan dengan baik dan dapat
Struktur birokrasi atau prosedur tetap dirasakan oleh masyarakat secara
dalam menjalankan kebijakan RTRW langsung.
tersebut sudah dimiliki dan bahkan 5. Perlu adanya usaha lebih bagi pemerintah
dilakukan oleh semua stakholder dalam meminimalisasi dampak khusunya
pemerintah dari sisi lingkungan dan sosial budaya
5. Dampak pengembangan kawasan industri seperti penanggulangan banjir, perbaikan
di Karawang berdampak pada sisi positif sistem jaringan drainase, pengelolalaan
maupun negatif. Disisi positif dalam limbah dan sampah yang baik serta proses
bidang ekonomi seperti peningkatan pendewasaan di masyarakat akan adanya
pertumbuhan ekonomi, teknologi, perubahan sosial yang cepat akibat tingkat
investasi yang semakin bertambah, serta urbanisasi yang tinggi.
bervariasinya jenis lowongan pekerjaan
dan pengembangan wilayah dengan cepat. DAFTAR PUSTAKA
Namun disisi lain terdapat dampak negatif Abdulsyani. (1994). Sosiologi, Skematika,
Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi
yang dirasakan contohnya dalam bidang
Aksara.
kependudukan seperti tingginya angka Arikunto. (2010). Prosedur Penelitiam Suatu
urbanisasi, permaslahan sosial,budaya dan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
isu pencemaran lingkungan perlu menjadi Cipta.
catatan untuk perbaikan selanjutnya. Edward, George. C.(1980). Implementing
Public Policy. Washington D.C:
Saran Congressional Quarterly Inc.
1. Menjaga komunikasi yang baik dan Dirdjojuwono, Roestanto W. (2004).
Kawasan Industri Indonesia: Sebuah
konsisten dari mulai bupati, Bappeda
Konsep Perencanaan dan Aplikasinya.
hingga dinas-dinas terkait yang Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
mengimplementasikan Rencana Tata Creswell, John.W. (2013). Reseach Design
Ruang Wilayah di Kabupaten Karawang (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
agar kebijakan yang dibuat bisa dan Mixed) Edisi Ketiga. Yogyakarta:
dilaksanakan sesuai dengan yang Pustaka Pelajar.
diharapkan. Ngafifi, Muhammad. (2014). Kemajuan
Teknologi dan Pola Hidup Manusia
2. Perlu adanya klasifikasi secara mendetil
Dalam Perspektif Sosial Budaya.
seperti background pendidikan apa yang Jurnal Pembangunan Pendidikan:
paling tepat dalam mengisi suatu jabatan Fondasi dan Aplikasi. Vol 2.No.1
perlu dikaji kembali agar the man behind Tahun 2014
the gun atau orang yang berada di balik Rosana, Ellya. (2011). Modernisasi dan
jabatan tersebut dapat bekerja dengan Perubahan Sosial. Jurnal TAPIs Vol.7
maksimal. No.12 Januari-Juli 2011
Sagala, Arryanto dkk. (2004). Penyusunan
3. Perlu adanya peningkatan dari segi Rencana Pengembangan Kawasan
kuantitas dan kualitas dari segi sumber Industri. Jakarta: BPPT Press
daya manusia agar beban kerja yang ada

Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN: 2622-6251, e-ISSN: 2622-xxxx


The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 (1), Januari 2019 - 21
Haura Atthahara 1) *, Mochamad Faizal Rizki 2)

Soekanto, Soerjono.(1994). Sosiologi Suatu PROFIL SINGKAT


Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo *Haura Atthahara lahir di Bekasi, 30
Persada. April 1992. Penulis merupakan lulusan S1
Sjahrizal. (2015). Perencanaan Pembangunan Jurusan Ilmu Pemerintahan UNPAD dan S2
Daerah Dalam Era Otonomi. Jakarta: Program Pascasarjana Ilmu Politik Universitas
Raja Grafindo Alfabeta. Indonesia. Saat ini penulis aktif sebagai
Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian pengajar di Program Studi Ilmu Pemerintahan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Universitas Singaperbangsa Karawang.
Bandung: Alfabeta.
Sztompka, Piort. (2004). Sosiologi Perubahan **Mochamad Faizal Rizki, lahir di
Sosial. Jakarta: Prenada. Bandung 4 Desember 1986, menyelesaikan
pendidikan strata satu di Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fisip Unpad pada 2010
kemudian melanjutkan studi pada program
pascasarjana Administrasi Publik konsentrasi
Kebijakan Publik pada 2014. Pada 2016
menjadi staf pengajar pada Program Studi
Ilmu Pemerintahan Fisip Universitas
Singaperbangsa Karawang hingga saat ini.

Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN: 2622-6251, e-ISSN: 2622-xxxx

Anda mungkin juga menyukai