Abstrak
Keberadaan Kawasan Industri merupakan strategi pengembangan investasi melalui pusat
pertumbuhan industri (Growth Center). Strategi ini menekankan pentingnya penyediaan lahan dan
fasilitas infrastruktur secara terencana dan terpadu. Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang harus
dapat meningkatkan kemajuan industri di daerahnya sekaligus merumuskan kebijakan tata ruang
lahan peruntukkan industri dan mengamankan lahan pertanian akibat perkembangan industri.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa dalam implementasi kebijakan mengenai RTRW di Kabupaten Karawang secara
umum sudah dilakukan dengan baik namun masih terdapat beberapa catatan yang perlu diperhatikan.
Sedangkan dampak kebijakan pengembangan industri di Karawang memberikan banyak dampak
positif di sisi ekonomi seperti perumbuhan wilayah yang pesat, peralihan masyarakat menuju
masyarakat industrialisasi, peningkatan taraf hidup dll. Namun dibalik itu semua menyimpan dampak-
dampak negatif di bidang kependudukan, sosial budaya, dan lingkungan.
Kata kunci: Implementasi Kebijakan, Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi dan Struktur birokrasi,
industrialisasi
Abstract
The existence of Industrial Estates is an investment development strategy through an industrial
growth center (Growth Center). This strategy emphasizes the importance of providing planned and
integrated land and infrastructure facilities. The Regional Government of Karawang Regency must be
able to improve the progress of the industry in the region while formulating land spatial planning
policies for the industry and securing agricultural land due to industrial developments. This study
uses a descriptive method with a qualitative approach. The results of the study show that in the
implementation of the policy regarding the Spatial Planning and Territory and in Karawang Regency
in general it has been done well but there are still some notes that need attention. While the impact of
industrial development policies in Karawang has had many positive impacts on the economic side,
such as rapid regional growth, the shift of society towards industrialized communities, increasing
living standards etc. But behind that all has negative impacts in the fields of population, socio-
cultural, and environmental.
Keywords: Policy Implementation, Communication, Resources, Disposition and Bureaucratic
Structure, industrialization
dalam peran-peran yang beragam, mulai dari membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap
sebagian non-partisipan hingga partisipasi data mengajukan pertanyaan-pertanyaan
penuh. analitis,dan menulis catatan singkat sepanjang
2. Wawancara penelitian, Analisis data memahami dan
Wawancara adalah proses percakapan melihat dari kondisi objek penelitian yang
yang berbentuk percakapan yang berbentuk peneliti kaji dalam bentuk deskripsi kualitatif.
tanya jawab dengan tatap muka, wawancara Hasil Penelitian ini akan peneliti ambil dalam
adalah suatu proses pengumpulan data untuk kesimpulan akhir yang merupakan jawaban
suatu penelitian. Wawancara merupakan dari pertanyaan-pertanyaan dan keingin tahuan
pertemuan dua orang untuk betukar informasi peneliti sebelum terjun ke lapangan yang telah
dank ide melalui tanya jawab, sehingg dapat peneliti jabarkan pada latar belakang
dikonstruksikan makna dalam suatun topik penelitian. Selain itu peneliti juga merumuskan
tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik saran-saran yang dirasa dapat menjawab dan
pengumpulan data apabila peneliti ingin menjelaskan permasalahan yang muncul dari
melakukan studi pendahuluan untuk objek penelitian.
menemukan permasalahan yang harus diteliti Miles dan Huberman (dalam Sugiyono
dan juga peneliti ingin mengetahui hal- hal 2013:246) mengungkapkan bahwa aktivitas
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang interaktif dan berlangsung secara terus
lebiih mendalam. Teknik pengumpulan data menerus sampai tuntas, sehingga datanya
ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri memumpuni. Reduksi data merupakan proses
sendiri atau self report atau setidak-tidaknya berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan
pada pengetahuan dan keyakinan pribadi. dan keluasan serta kedalaman wawasan yang
3. Studi Dokumentasi tinggi. Reduksi data akan memiliki nilai – nilai
Peneliti mengumpulkan dokumen – temuan dan pengembangan teori yang
dokumen yang bisa saja berupa dokumen signifikan. Mereduksi data berarti merangkum,
publik (seperti koran, makalah, jurnal, laporan memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan
dinas) atau pun dokumen privat (buku harian, pada hal – hal yang penting, dicari tema dan
data diri, surat email). Dokumen merupakan polanya. Adapun data yang telah direduksi
catatan peristiwa yang sudah berlalu, akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, dan mempermudah peneliti untuk melalukan
atau karya-karya menumental dari seseorang. pengumpulan data selanjutnya, Hasil
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya: peneiltian ini akan peneliti ambil kesimpulan
catatan harian, sejarah kehidupan (life akhir yang merupakan jawaban dari
histories), cerita, biografi, peraturan, pertanyaan – pertanyaan dan keingintahuan
kebijakan. Dokumentasi yang berbentuk peneliti sebelu terjun ke lapangan yang telah
gambar misalnya : foto, gambar hidup, sketsa peneliti jabarkan pada latar belakang
dan lain-lain. penelitian.
merupakan ujung tombak dalam pelayanan pelaksanaan. Namun dalam hal ini menurut
perizinan yang langsung berhadapan dengan Kasubdit Tata Ruang, Pemukiman dan
pihak swasta dan masyarakat sehingga apabila Lingkungan Hidup Bappeda Kabupaten
pihak pemohon izin atau bahkan pihak Karawang Nur’aini Maharani S.T., M.T bahwa
pemerintah tidak mengacu pada RTRW maka pihak Bappeda kesulitan untuk
terancam akan dipidanakan. Sehingga semua mengimplementasikan kebijakan tersebut
dinas-dinas yang ingin memanfaatkan tanah dikarenakan sangat terbatasnya sumber
pemerintah sudah pasti akan bersurat ke manusia yang ada. Semua pekerjaan sudah
Bappeda untuk memanfaatkan lahan dihabis bagi rata namun karena kekurangan
pemerintah tersebut. pekerja yang tidak seimbang dengan beban
Berdasarkan penjelasan teori Edaward pekerjaan sangat mengganggu keberhasilan
diatas maka implementasi kebijakan RTRW di dalam implementasi kebijakan. Selain itu
Kabupaten Karawang terdapat adanya jabatan disuatu unit masih harus lebih
kejelasan petunjuk dalam implementasi diperjelas siapakah yang seharusnya
kebijakan dan konsistensi dalam menjalankan menduduki posisi tersebut. Perlu ada
sebuah kebijakan. maka Dengan terpenuhinya klasifikasi secara mendetil seperti background
faktor-faktor pendukung komunikasi maka pendidikan apa yang paling tepat dalam
akan tercapainya sebuah implementasi mengisi suatu jabatan perlu dikaji kembali
kebijakan yang baik dan sesuai tujuan yang agar the man behind the gun atau orang yang
telah ditetapkan. berada di balik jabatan tersebut dapat bekerja
Faktor Kedua Resources dalam dengan maksimal.
keberhasilan suatu implementasi kebijakan Jika dalam proses pembuatan kebijakan
menurut menurut Edward III bahwa sumber- RTRW pihak Bappeda dapat bekerja sama
sumber yang dapat menentukan keberhasilan dengan tenga ahli atau akademisi, maka dalam
pelaksanaan adalah salah satunya sumber daya proses implementasi kebijkan tersebut mereka
yang tersedia, karena menurut George C sangat kekurangan orang. Banyak di tingkat
Edward III sumber daya merupakan sumber unit eselon 4 (empat) di Bappeda yang tidak
penggerak dan pelaksana. Manusia merupakan memiliki staf sehingga beban kerja mereka
sumber daya yang terpenting dalam ditanggung oleh tiap-tiap unit eselon empat
menentukan keberhasilan proses pelaksanaan, tersebut. Namun jika dari sisi sarana dan
sedangkan sumber daya merupakan prasarana mereka tidak mengalami kendala
keberhasilan proses implementasi yang sedikitpun karena Bappeda hanya pada tahap
dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya perencanaannya saja dan yang akan melakukan
manusia, biaya, dan waktu. Berdasarkan kebijakan tersebut secara teknis akan
penjelasan diatas maka faktor-faktor dikembalikan kepada dinas-dinas terkait.
pendukung sumberdaya menjadi bagian Faktor Ketiga Dispositions dalam
penting apabila sebuah implementasi ingin keberhasilan suatu implementasi kebijakan
tercapai dengan tersedianya pekerja, menurut Edward III adalah disposisi atau sikap
penjelasan mengenai sebuah kebijakan para pelaksana merupakan faktor penting
dijalakan, kewenangan yang dimiliki dan dalam pendekatan mengenai pelaksanaan. Jika
kelengkapan sarana dan prasaran menjadi pelaksanaan ingin efektif, maka para pelaksana
faktor dari sumber daya dalam mencapai tidak hanya harus memiliki kemampuan untuk
implementasi kebijakan dalam melaksanakan melaksanakannya, dimana kualitas dari suatu
pelayanan-pelayanan publik.
Menurut George C Edward III manusia
merupakan sumber daya yang terpenting
dalam menentukan keberhasilan proses
kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri- Bappeda dan dinas-dinas terkait agar
ciri dari para aktor pelaksana. Keberhasilan implementasi RTRW dapat bekerja dengan
kebijakan bisa dilihat dari disposisi maksimal.
(Karakteristik agen pelaksana). Disposisi atau Faktor Keempat dalam keberhasilan
sikap pelaksanaan, jika para pelaksana suatu implementasi kebijakan menurut Edward
bersikap baik karena menerima suatu III adalah Bureaucratic structure. Struktur
kebijakan maka kemungkinan besar mereka birokrasi walaupun sumber-sumber untuk
akan melaksanakan secara bersungguh- melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau
sungguh seperti tujuan yang diharapakannya. para pelaksana mengetahui apa yang
Sebaliknya jika perspektif dan tingkah laku seharusnya dilakukan dan mempunyai
para pelaksana berbeda dengan para pembuat keinginan untuk melaksanakan suatu
kebijakan maka proses implementasi akan kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut
mengalami kesulitan. (Edward III, 1980:89) tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena
Jika dilihat dari aspek disposisi atau terdapatnya kelemahan dalam struktur
sikap pelaksana dalam implimentasi Kebijakan birokrasi. Birokrasi sebagai pelaksana harus
RTRW yang melibatkan berbagai instansi dapat mendukung kebijakan yang telah
bekerja dengan baik. Komunikasi melalui diputuskan secara politik dengan jalan
organisasi vertikal seperti ATR/BPN maupun melakukan koordinasi dengan baik. (Edward
horizontal seperti DPMPTSP, Badan III, 1980:125)
Koordinasi Penataan Ruang dan Daerah Dari aspek struktur birokrasi atau
(BKPRD) dan dinas-dinas lainnya prosedur tetap dalam menjalankan kebijakan
didisposisikan dengan baik. Terbukti dengan RTRW tersebut sudah dimiliki dan bahkan
adanya Whatsapp group (WA) yang dilakukan oleh semua stakholder pemerintah.
dimanfaatkan oleh pimpinan dan staf di Bahkan Kepala Bidang Prasarana Tata Ruang
lingkungan ATR/BPN, Bappeda, DPMPTSP Puguh T.H,S.T.,M.T menjelaskan bahwa jika
dan BKPRD bisa langsung ditanyakan jika ada ada instansi pemerintah yang bekerja diluar
kendala dalam proses implementasi tanpa standar prosedur (SOP) beliau menjaminkan
harus menunggu secara prosedural. tidak akan dilayani. Baik itu dari dinas-dinas
Seperti misalnya dalam mengeluarkan terkait yang ingin mangajukan perizinan
izin seperti Superblock (suatu kawasan di misalnya pemanfaatan lahan pemerintah atau
konteks urban yang dirancang secara terpadu pihak swasta atau masyarakat yang ingin
dan terintegrasi, berdensitas cukup dalam mengajukan izin baik itu izin usaha,
konteks tata guna yang bersifat campuran pembangunan, industri dan sebagianya maka
terdiri dari apartemen, mall, sekolah, rumah DPMPTSP dan Bappeda tidak akan
sakit dsb) maka proses perizinan tersebut dari memberikan izin. Sistem birokrasi sebagai
DPMPTSP akan didisposisikan kepada Badan pelaksana harus dapat mendukung kebijakan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) yang telah diputuskan secara politik dengan
yang merupakan badan ad/hoc yang terdiri jalan melakukan koordinasi dengan baik dan
dari Kepala Dinas-dinas yang berkaitan penyebaran tanggung jawab (Fragmentation)
dengan tata ruang ada pokja perencanaan,dan atas kebijakan yang ditetapkan akan berjalan
pokja pengendalian dan pemanfaatan (terdiri dengan maksimal. Namun demikian masih
dari Kabid dan Kasubdit). Serta diketuai oleh kurangnya staf dalam instansi Bappeda lagi-
Sekretaris Daerah. Selain itu masih lagi menjadi kendala bagi instansi tersebut
ditemukannya pegawai yang belum memahami karena banyaknya pekerjaan yang akhirnya
dan komitmen terhadap apa yang menjadi lambat dalam implementasinya. Hal ini
tugas dan kewajibannya. Perlu dilakukan audit
organisasi berkala terhadap kinerja internal di
merupakan persinggungan antar budaya. diganggu gugat. Hanya 10.000 yang bisa dialih
Banyaknya pendatang yang notabene terdiri fungsikan, di luar itu tidak bisa dialih
dari berbagai suku, agama dan ras tersebut fungsikan
mengakibatkan tingganya persinggungan antar Hasil penelitian dengan Bappeda dan
budaya meskipun hingga saat ini belum ada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
persinggungan antar budaya yang terlalu besar (DLHK) Kabupaten Karawang terdapat
dan masih bisa diselesaikan dengan cara dampak-dampak yang dihasilkan dari
kekeluargaan. Sebelumnya terdapat Perda No. pengembangan kawasan indutrialisasi di
1 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan Karawang diantaranya dari aspek
ketenagakerjaan dimana perusahaan baru kependudukan, sosial budaya, ekonomi hingga
wajib menyertajan 60% karyawannya adalah lingkungan. Hal ini diakibatkan adanya proses
orang karawang asli. Namun pada tahun 2016 modernisasi dan perubahan sosial yang terjadi
kebijakan tersebut dihapus oleh Kemendagri di Kabupaten Karawang atas pengembangan
dengan alasan untuk mempercepat investasi di kawasan industrialisasi yang dialaminya.
daerah. Hal tersebut diperkuat dengan Menurut Gillin dan Gillin dalam (Soekanto,
keluarnya Peraturan Bupati Karawang No.8 1990, pp.332-337) perubahan sosial adalah
Tahun 2016 dan dianggap bertentangan suatu variasi dari cara hidup yang telah
dengan UU No.13 Tahun 2003 tentang diterima, baik karena perubahan-perubahan
ketenagakerjaan dimana setiap tenaga kerja kondisi geografis, kebudayaan material,
memiliki kesempatan yang sama tanpa komposisi penduduk, dan ideologi maupun
diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. karena adanya difusi ataupun penemuan-
Meskipun dalam bidang ekonomi penemuan baru dalam masyarakat.
dampak pengembangan industrialisasi di Sedangakan modernisasi adalah suatu proses
Kabupaten Karawang lebih banyak dampak transformasi dari suatu arah perubahan ke arah
positifnya yaitu kawasan lebih berkembang, yang lebih maju atau meningkat dalam
jenis mata pencaharian semakin variatif, dan berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.
lapangan pekerjaan lebih variatif, disisi lain Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
tingginya alih fungsi lahan di bidang pertanian modernisasi adalah proses perubahan dari
menjadi lahan industrialisasi, perumahan dan cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang
sebaginya membawa kemunduran dalam segi lebih maju, dimana dimaksudkan untuk
pertanian. Terlebih generasi muda semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sedikit yang mau menjadi petani, hal ini akan (Abdulsyani, 1994: 176).
memberikan dampak negatif dalam sektor Modernitas (kehidupan yang lebih
hasil pertanian di Karawang. Alih fungsi moderen) menunjukkan sejumlah fenomena
lahan pertanian di Kabupaten Karawang baru dalam masyarakat moderen. Di bidang
mencapai 150 hektare per tahun. Lahan yang ekonomi yang menjadi sentral keseluruhan
semula digunakan memproduksi padi berubah sistem sosial, terlihat fenomena sebagai
menjadi pemukiman warga, pabrik, pusat berikut : 1. Pertumbuhan ekonomi sangat
bisnis, dan infrastruktur lainnya. Saat ini luas cepat. 2. Terjadinya pergeseran dari produksi
baku areal sawah di Karawang masih tercatat agraris ke industri sebagai inti sektor ekonomi
seluas 98.615 hektare. Untuk mengatasi 3. Konsentrasi produksi ekonomi di kota dan
semakin menurunnya alihfungsi lahan kawasan urban 4. Penggunaan sumber daya tak
persawahan Pemerintah Kabupaten Karawang bernyawa sebagai pengganti
melalui Perda Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B) yang disahahkan Pada
17 Oktober 2017 lalu, telah menetapkan
87.000 lahan pertanian di Karawang tidak bisa
tenaga kerja manusia dan hewan 5. Penyebaran sebenarnya memiliki nilai manfaat tersendiri
temuan teknologi ke seluruh aspek kehidupan karena dalam kawasan industri tersebut
sosial 6. Terbukanya pasar tenaga kerja pengelolaan limbah sudah memiliki
berkompetensi bebas dan sedikitnya pengaturan yang cukup baik sehingga proses
pengangguran 7. Terkonsentrasinya tenaga industrialisasi tidak mengancam kesehatan
kerja di pabrik dan perusahaan raksasa 8. masyarakat sekarang maupun yang akan
Pentingnya peran pengusaha, manager, atau datang.
"kapten industri" dalam pengendalian
produksi. (Sztompka, Piort,dalam Rosana,
SIMPULAN DAN SARAN
2011)
Dari devinisi modernisasi dan Simpulan
perubahan sosial diatas dapat disimpulkan Dalam menganilisis implementasi
bahwa Karawang sedang dalam tahap tentang Analisis Tentang Rencana Tata Ruang
transformasi kearah yang lebih maju baik Wilayah dan Dampak Kebijakan
karena perubahan-perubahan kondisi Pengembangan Kawasan Industri Bagi
geografis, kebudayaan material, komposisi Masyarakat Sekitar di Kabupaten Karawang
penduduk, ideologi serta difusi atau faktor dapat dianalaisis dengan teori George Edward
eksternal yang mampu menyebabkan III yang mengemukakan beberapa hal yang
perubahan sosial. Terjadinya pergeseran dari dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
masyarakat agraris menuju masyarakat implementasi, yaitu:
industrialisasi, tingginya tingkat urbanisasi, 1. Aspek komunikasi,
penyebaran temuan teknologi ke seluruh aspek Semua dinas-dinas dan seluruh stakeholder
kehidupan, terkonsentrasinya tenaga kerja di pemerintah sudah memahami bahwa
pabrik dan perusahaan raksa dan pertumbuhan RTRW merupakan pedoman yang harus
ekonomi yang meningkat merupakan dampak- dipatuhi dalam melakukan perencanaan
dampak positif yang dialami oleh Karawang. ruang dan wilayah. Termasuk Dinas
Pesatnya pengembangan kawasan industri juga Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
diharapkan dapat memberikan dampak trickle Satu Pintu (DPMPTSP) yang merupakan
down effect atau bagimana masyarakat kelas ujung tombak dalam pelayanan izin
bawah di Karawang juga bisa menikmati 2. Aspek sumber daya,
berkah pengembangan industrialisasi di Dalam aspek ini implementasi kebijakan
Karawang tidak hanya bagi kelas menengah RTRW sudah dilaksanakan oleh sumber
keatas. daya yang baik terlebih RTRW disusun
Selain itu dampak negatif seperti dibawah Bappeda yang merupakan
persinggungan budaya karena tingginya angka institusi think tank berada di bawah bupati
urbanisasi dikarawang diharapkan dapat Karawang. Namun sayangnya mereka
diatasi dengan baik dan matang. Karawang sangat kekurangan pegawai mengingat
perlu belajar dari Bekasi yang sudah lebih tugas kewajiban yang ada tidak sesuai
dahulu menjadi daerah dengan tingkat dengan jumlah pegawai
urbanisasi yang tinggi setelah Jakarta. Selain 3. Aspek disposisi
itu dampak lingkungan juga perlu diperhatikan Disposisi atau sikap pelaksana dalam
secara khusus karena masih ditemukannya implimentasi Kebijakan RTRW yang
pabrik-pabrik yang tidak sesuai dengan SOP
dalam pengelolaan limbahnya. Dengan adanya
konsep kawasan industri di Karawang seperti
KIIC, KNIC, KIKC, Kawasan Industri Mitra
Karawang, Surya Cipta dan sebagainya
melibatkan berbagai instansi bekerja dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan
dengan baik. Komunikasi melalui cermat.
organisasi vertikal seperti BPN maupun 4. Perlu adanya mesin birokrasi yang dapat
horizontal seperti DPMPTSP, BKPRD dan bekerja dengan baik sehingga kebijakan
dinas-dinas lainnya didisposisikan dengan yang dibuat bukan lagi hanya sekedar
baik kebijakan tertulis melainkan dapat
4. Aspek Struktur birokrasi. diimplementasikan dengan baik dan dapat
Struktur birokrasi atau prosedur tetap dirasakan oleh masyarakat secara
dalam menjalankan kebijakan RTRW langsung.
tersebut sudah dimiliki dan bahkan 5. Perlu adanya usaha lebih bagi pemerintah
dilakukan oleh semua stakholder dalam meminimalisasi dampak khusunya
pemerintah dari sisi lingkungan dan sosial budaya
5. Dampak pengembangan kawasan industri seperti penanggulangan banjir, perbaikan
di Karawang berdampak pada sisi positif sistem jaringan drainase, pengelolalaan
maupun negatif. Disisi positif dalam limbah dan sampah yang baik serta proses
bidang ekonomi seperti peningkatan pendewasaan di masyarakat akan adanya
pertumbuhan ekonomi, teknologi, perubahan sosial yang cepat akibat tingkat
investasi yang semakin bertambah, serta urbanisasi yang tinggi.
bervariasinya jenis lowongan pekerjaan
dan pengembangan wilayah dengan cepat. DAFTAR PUSTAKA
Namun disisi lain terdapat dampak negatif Abdulsyani. (1994). Sosiologi, Skematika,
Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi
yang dirasakan contohnya dalam bidang
Aksara.
kependudukan seperti tingginya angka Arikunto. (2010). Prosedur Penelitiam Suatu
urbanisasi, permaslahan sosial,budaya dan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
isu pencemaran lingkungan perlu menjadi Cipta.
catatan untuk perbaikan selanjutnya. Edward, George. C.(1980). Implementing
Public Policy. Washington D.C:
Saran Congressional Quarterly Inc.
1. Menjaga komunikasi yang baik dan Dirdjojuwono, Roestanto W. (2004).
Kawasan Industri Indonesia: Sebuah
konsisten dari mulai bupati, Bappeda
Konsep Perencanaan dan Aplikasinya.
hingga dinas-dinas terkait yang Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
mengimplementasikan Rencana Tata Creswell, John.W. (2013). Reseach Design
Ruang Wilayah di Kabupaten Karawang (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
agar kebijakan yang dibuat bisa dan Mixed) Edisi Ketiga. Yogyakarta:
dilaksanakan sesuai dengan yang Pustaka Pelajar.
diharapkan. Ngafifi, Muhammad. (2014). Kemajuan
Teknologi dan Pola Hidup Manusia
2. Perlu adanya klasifikasi secara mendetil
Dalam Perspektif Sosial Budaya.
seperti background pendidikan apa yang Jurnal Pembangunan Pendidikan:
paling tepat dalam mengisi suatu jabatan Fondasi dan Aplikasi. Vol 2.No.1
perlu dikaji kembali agar the man behind Tahun 2014
the gun atau orang yang berada di balik Rosana, Ellya. (2011). Modernisasi dan
jabatan tersebut dapat bekerja dengan Perubahan Sosial. Jurnal TAPIs Vol.7
maksimal. No.12 Januari-Juli 2011
Sagala, Arryanto dkk. (2004). Penyusunan
3. Perlu adanya peningkatan dari segi Rencana Pengembangan Kawasan
kuantitas dan kualitas dari segi sumber Industri. Jakarta: BPPT Press
daya manusia agar beban kerja yang ada