Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK KORUPSI TERHADAP SOIAL DAN KEMISKINAN

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2:

1. AULIA MANTIVANI
2. YOHANES TRIMARTA HADI SAPUTRA
3. NENENG HARSELIA
4. CHINTYA MARTHA
5. SUGIONO
6. VERONIKA DESIANA ONGKO
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi sudah sering kita dengar saat ini, baik di media masa maupun media
elektronik. Korupsi berada di sekitar kita, bahkan mungkin kita tidak menyadarinya.
Korupsi bisa terjadi mulai dari hal yang sangat kecil dan sepele sampai dengan hal
yang besar. Korupsi juga bisa terjadi di rumah, di sekolah, di masyarakat, maupun di
insatansi tertinggi serta dalam pemerintahan. Mereka yang melakukan korupsi
terkadang mengangap remeh hal yang dilakukan itu. Hal ini sangat menghawatirkan,
sebab bagaimana pun, apabila suatu organisasi dibangun dari korupsi akan dapat
merusaknya.
Maraknya praktek korupsi di Indonesia tampaknya sudah sangat parah. Korupsi
terlanjur kuat, tak terkendali, dan menjadi sistem tersendiri yang mengakar di
Indonesia. Orang yang awalnya baik, dapat dengan mudah berubah menjadi korup.
Hal ini menyebabkan kepercayaan publik terhadap instansi pemerintah menurun
drastis.
Celah hukum dan pengawasan yang lemah sering dianggap sebagai penyebab
utama terjadinya korupsi. Namun demikian sebenarnya sikap individu dan masyarakat
yang menganggap remeh praktek korupsi merupakan pendorong yang sangat kuat
untuk melakukan tindakan korupsi. Sering kali oknum pejabat mau menerima
pemberian dari orang lain berupa makanan atau oleh-oleh. Memang hal itu sangatlah
sepele, namun apabila dibiarkan dan diremehkan secara terus menerus, nantinya
pemberian tersebut berubah menjadi parcel, uang saku, atau lebih besar lagi dan
jadilah tindakan penyuapan. Kebiasaan-kebiasaan seperti inilah yang menyebabkan
tindakan korupsi tumbuh subur di Indonesia.
Maraknya tindak pidana korupsi di Indonesia menimbulkan beberapa dampak
terhadap masyarakat sekitar, salah satu dampak yang bisa terjadi adalah dampak
terhadap sosial dan kemiskinan, Oleh karena itu penulis merasa perlu membuat
makalah berjudul Dampak korupsi terhadap Sosial dan Kemiskinan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu korupsi?
2. Bagaimana Dampak Korupsi Terhadap Sosial dan Kemiskinan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tindakan korupsi Sosial dan
Kemiskinan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian korupsi

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus”. Selanjutnya
dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih
tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt”
(Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda). Arti kata korupsi
secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia,
adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran”.
Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, dan sebagainya”. Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa :
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk
kepentingan sendiri dan sebagainya;
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya; dan;
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi. Dengan demikian arti kata korupsi adalah
sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi
menyangkut sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut
jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena
pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau
golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang dimaksud
corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan keuangan negara.
Selanjutnya Baharudin Lopa mengutip pendapat David M. Chalmers, menguraikan istilah
korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut masalah penyuapan, yang
berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang
kepentingan umum. Hal ini diambil dari definisi yang berbunyi “financial manipulations and
deliction injurious to the economy are often labeled corrupt”.
Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan, dan merugikan
kepentingan umum. Korupsi menurut Huntington (1968) adalah perilaku pejabat publik yang
menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini
ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan korupsi
merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai
macam modus.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari struktrur
bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna
yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan
kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari
kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara
dengan menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan
hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang
dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan
pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan
bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari
seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang
menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan
hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim
menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang
pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-orang
yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi.

2. Dampak Korupsi Terhadap Sosial dan Kemiskinan

Dalam konteks sosial, dampak korupsi menimbulkan problem yang besar. Deviasi
pembangunan fasilitas yang berkaitan dengan pelayanan pendidikan dan kesehatan
menyebabkan masyarakat rentan terhadap berbagai penyakit dan menurunkan tingkat
kompetensinya.
Masyarakat juga menjadi kian permisif pada tindak korupsi. Korupsi dianggap sebagai
suatu kelaziman dan bahkan menjadi pelumas bagi proses ekonomi dan politik.
Sikap dan perilaku kolusif dan koruptif itu pada akhirnya akan meniadakan etos
kompetisi secara sehat. Memperkuat anggapan bahwa siapa yang berkuasa dan mempunyai
uang bisa mengatur segalanya, kesenjangan antarkelompok sosial kian melebar sehingga
menciptakan kerawanan sosial.

Ada beberapa dampak buruk yang akan diterima oleh kaum miskin akibat korupsi,
diantaranya.
Pertama, Membuat mereka (kaum miskin) cenderung menerima pelayanan sosial
lebih sedikit. Instansi akan lebih mudah ketika melayani para pejabat dan konglemerat
dengan harapan akan memiliki gengsi sendiri dan imbalam materi tentunya, peristiwa seperti
ini masih sering kita temui ditengah–tengah masyarakat.

Kedua,Investasi dalam prasarana cenderung mengabaikan proyek–proyek yang


menolong kaum miskin, yang sering terjadi biasanya para penguasa akan membangun
prasarana yang mercusuar namun minim manfaatnya untuk masyarakat, atau kalau toh ada
biasanya momen menjelang kampanye dengan niat mendapatkan simpatik dan dukungan dari
masyarakat.

Ketiga, orang yang miskin dapat terkena pajak yang regresif, hal ini dikarenakan
mereka tidak memiliki wawasan dan pengetahuan tentang soal pajak sehingga gampang
dikelabuhi oleh oknum.

Keempat, kaum miskin akan menghadapi kesulitan dalam menjual hasil pertanian
karena terhambat dengan tingginya biaya baik yang legal maupun yang tidak legal, sudah
menjadi rahasia umum ketika seseorang harus berurusan dengan instansi pemerintah maka
dia menyediakan uang, hal ini dilakukan agar proses dokumentasi tidak menjadi berbelit–
belit bahkan ada sebuah pepatah “kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah”.

Korupsi, tentu saja berdampak sangat luas, terutama bagi kehidupan masyarakat
miskin di desa dan kota. Awal mulanya, korupsi menyebabkan Anggaran Pembangunan dan
Belanja Nasional kurang jumlahnya. Untuk mencukupkan anggaran pembangunan,
pemerintah pusat menaikkan pendapatan negara, salah satunya contoh dengan menaikkan
harga BBM. Pemerintah sama sekali tidak mempertimbangkan akibat dari adanya kenaikan
BBM tersebut harga-harga kebutuhan pokok seperti beras semakin tinggi biaya pendidikan
semakin mahal, dan pengangguran bertambah. Tanpa disadari, masyarakat miskin telah
menyetor 2 kali kepada para koruptor. Pertama, masyarakat miskin membayar kewajibannya
kepada negara lewat pajak dan retribusi, misalnya pajak tanah dan retribusi puskesmas.
Namun oleh negara hak mereka tidak diperhatikan, karena “duitnya rakyat miskin” tersebut
telah dikuras untuk kepentingan pejabat. Kedua, upaya menaikkan pendapatan negara melalui
kenaikan BBM, masyarakat miskin kembali “menyetor” negara untuk kepentingan para
koruptor, meskipun dengan dalih untuk subsidi rakyat miskin. Padahal seharusnya negara
meminta kepada koruptor untuk mengembalikan uang rakyat yang mereka korupsi, bukan
sebaliknya, malah menambah beban rakyat miskin.

Berikut ini adalah beberapa dampak korupsi terhadap sosial dan kemiskinan yang
dialami masyarakat,
a. Mahalnya harga jasa dan pelayanan publik
Prakter korupsi menciptakan ekonomi biaya tinggi yang membebankan pelaku
ekonomi. Kondisi ekonomi biaya tinggi ini berimbas pada mahalnya harga jasa
dan pelayanan publik, karna harga yang di tetapkan harus dapat menutupi
kerugian pelaku ekonomi akibat besarnya modal yang dilakukan karena
penyelewengan yang mengarah ketindak korupsi.
b. Pemberantasan kemiskinan berjalan lambat
Lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan dan lembaga karena korupsi.
Permasalahan kemiskinan itu sendiri akhirnya akan membuat masyarakat sulit
mendapatkan akses lapangan kerja yang di sebabkan latar belakang pendidikan.
Sedangkan untuk membuat pekerjaan sendiri abnyak terkendala oleh kemampuan,
masalah teknik dan pendanaan.
c. Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin
Rakyat miskin lebih mendahulukan mendapatkan bahan pokok untuk hiduo dari
pada untuk sekolah yang semakin menyudutkan karena mengalami kebodohan,
jasa pendidikan kesehatan, rumah layak huni, informasi, hukum dan sebagainya
sulit diakses oleh rakyat miskin. Akses untuk mendapatkan pekerjaan yang layak
menjadi sangat terbatas, yang pada akhirnya rakyat miskin tidak mempunyai
pekerjaan dan selalu dalam kondisi yang miskin seumur hidup.
d. Meningkatnya angka kriminalitas
Korupsi dan kualitas serta kuantitas kejahatan sangat berkaitan. Rasionya, ketika
korupsi meningkat angka kejahatan yang terjadi juga meningkat. Sebaliknya,
ketika korupsi berhasil dikurangi maka kercayaan masyarakat terhadap penegakan
hukum juga meningkat.
e. Solidaritas sosial semangkin langka
Masyarakat merasa tidak mempunyai pegangan yang jelas untuk menjalankan
kehidupannya sehari-hari. Ketidakjelasan masa depan serta himpitan hidup yang
semakin kuat membuat sifat kebersamaan dan gotong royong yang selama ini
dilakukan menjadi langka.
f. Demoralisasi
Masyarakat menjadi individualis. Mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya
saja. Mengapa masyarakat melakukan hal ini dapat dimengerti, karena memang
sudah tidang ada lagi kepercayaan kepada pemerintah, sistem hukum bahkan antar
masyarakat sendiri.
BAB III
PENUTUP

4.2 Kesimpulan
Semua bentuk korupsi dicirkan tiga aspek. Pertama pengkhianatan terhadap
kepercayaan atau amanah yang diberikan, kedua penyalahgunaan wewenang, pengambilan
keuntungan material ciri-ciri tersebut dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk korupsi yang
mencangkup penyapan pemersasn, penggelapan dan nepotisme.
Kesemua jenis ini apapun alasannya dan motivasinya merupakan bentuk pelanggaran
terhadap norma-norma tanggung jawab dan menyebabkan kerugian bagi badan-badan negara
dan publik. Korupsi adalah suatu tindak pidana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan negara atau perekonomian negara. Beberap unsur yang terdapat dalam perbuatan
korupsi meliputi menerima hadiah atau janji (penyuapan), pemerasan dalam jabatan, ikut
serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), menerima gratifikasi,
serta menyalahgunakan kewenangan.
Korupsi berdampak pada berbagai lintas sendi kehidupan negara seperti efek domino
yang berantai. Semakin tingginya praktik korupsi di suatu negara akan secara instan maupun
bertahap melemahkan kondisi keuangan negara, penyelenggaraan negara, dan kondisi sosial
masyarakat.

4.2 Saran
Dengan penulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat
memilih manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai kegiatan motivasi agar
kita tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan dan pemikiran yang
intelektual hususnya dalam mata kuliah anti korupsi”.

Anda mungkin juga menyukai