Anda di halaman 1dari 12

A.

Tinjauan Teori Anemia


1. Definisi
Anemia adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh, dan akibatnya kapasitas
pembawa oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
tersebut. Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok
orang menurut umur dan jenis kelamin. Kadar hemoglobin normal untuk
perempuan dewasa yang tidak sedang hamil adalah 12 g/dL, sehingga
apabila seorang wanita memiliki kadar Hb kurang dari angka tersebut,
dikategorikan sebagai anemia.
Hemoglobin merupakan salah satu dintara komponen dalam sel
darah merah atau eritrosit yang fungsinya untuk mengikat oksigen dan
menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh manusia. Hemoglobin
dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah
merah/eritrosit. Kadar Hb adalah parameter yang paling mudah untuk
menentukan status anemia dalam skala luas. Anemia Defisiensi besi
sangat umum ditemukan di Indonesia, anemia defisiensi besi adalah
sedikitnya jumlah zat besi dalam darah manusia, sehingga pembentukan
sel-sel darah merah dan fungsi tubuh terganggu.
Untuk memastikan apakah seseorang menderita anemia atau
kekurangan gizi besi perlu dilakukan pemeriksaan darah di
laboratorium. Anemia didiagnosis dengan pemeriksaan kadar Hb dalam
darah, sedangkan anemia defisiensi gizi besi perlu dilakukan
pemeriksaan tambahan seperti Serum Ferritin dan CRP. Diagnosis
anemia kekurangan gizi besi ditegakkan jika kadar Hb dan Serum
Ferritin dibawah normal. Batas ambang Serum Ferritin normal pada
remaja putri dan WUS adalah 15 mcg/L.
2. Etiologi
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi,
defisiensi asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia
terutama disebabkan karena produksi/kualitas sel darah merah yang
kurang dan kehilangan darah baik secara akut atau menahun. Ada 3
penyebab anemia, yaitu:
a. Defisiensi zat gizi
Merupakan rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan
nabati yang merupakan pangan sumber zat besi yang berperan
penting untuk pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel
darah merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting dalam
pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12.
Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan
keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan asupan zat
gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.
b. Perdarahan (Loss of blood volume)
Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun. Perdarahan karena menstruasi
yang lama dan berlebihan juga menyebabkan turunnya kadar
hemoglobin dalam darah seorang perempuan. Hal ini terjadi karena
semakin lama menstruasi, maka darah yang dikeluarkan juga
semakin banyak.
c. Hemolitik
Beberapa keadaan dimana perdarahan yang menyebabkan
anemia. Pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena
terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi
(hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limfe. Pada
penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara genetik yang
menyebabkan anemia karena sel darah merah/eritrosit cepat pecah,
sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dalam tubuh.
3. Patofisiologi
Kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan
Misalnya berkurangnya eritropoesis (produksi sel darah merah) terjadi
kekurangan nutrisi karena kurang masuknya zat besi dalam menu
maknan/akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah normal keluar melalui pendarahan misalnya pada waktu
melahirkan dan kecelakaan.
4. Tanda dan Gejala
Gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah 5 L yaitu
Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lalai. Gejala tersebut, bisa disertai sakit
kepala dan pusing “kepala muter”, mata berkunang-kunang, mudah
mengantuk, cepat capai serta sulit konsentrasi. Secara klinis penderita
anemia ditandai dengan “pucat” pada muka, kelopak mata, bibir, kulit,
kuku dan telapak tangan.
5. Diagnosis Anemia
Remaja putri dan WUS menderita anemia bila kadar hemoglobin
darah menunjukkan nilai kurang dari 12 g/dL. Jika kadar hemoglobin
kurang dari angka normal bisa di diagnosis sebagai anemia. Berikut ini
merupakan klasifikasi dan pembagian anemia menurut kelompok umur:
Tabel 1. Klasifikasi Anemia menurut Kelompok Umur
Populasi Normal Anemia (g/dL)
(g/dL) Ringan Sedang Berat
Anak 6-59 ulan 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Anak 5-11 tahun 11.5 11.0-11.4 8.0-10.9 <8.0
Anak 12-14 tahuun 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Perempuan tidak 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
hamil (>15 tahun)
Ibu hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki >15 tahun 13 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0

6. Penatalaksanaan
a. Perawatan
1) Wanita hamil Hb <10 gr %, berikan garam besi 600-1000 mg/hr
2) Berikan makanan yang mengandung zat besi
3) Higiene yang baik untuk mencegah infeksi
b. Medis
1) Transpalasi sumsum tulang
2) Memberikan kobalt (unsur renik esensial) n eritropoiten
3) Berikan pengobatan dg menggunakan suplementasi zat besi.
Contoh sangobion
c. Pencegahan
Untuk pencegahan penyakit anemia sebenarnya sangat
mudah. seperti dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang
banyak mengandung zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C.
berikut ini penjelasan singkat tentang cara pencegahan anemia
serta jenis-jenis makanan yang bisa membantu mencegah anemia
diantaranya:
1) Konsumsi makanan yang banyak mengandung Zat besi
Makanan yang banyak mengandung zat besi seperti
daging, kacang, sayur-sayuran yang berwarna hijau dan
lain-lain. zat besi juga sangat penting untuk wanita yang
sedang menstruasi, wanita hamil dan anak-anak.
2) Konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam Folat
Konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam
folat seperti pisang, sayuran hijau gelap, jenis kacang-
kacangan, jeruk, sereal dan lain-lain.
3) Makanan yang mengandung Vitamin B 12 Bisa didapatkan
dengan mengkonsumsi daging dan susu
4) Makanan dan minuman yang mengandung Vitamin C
Banyak sekali manfaat-manfaat Vitamin C, salah satunya
yaitu bisa membantu penyerapan zat besi. jenis-jenis
Makanan yang banyak mengandung vitamin C seperti buah
melon, buah jeruk, dan buah beri. itulah beberapa cara
mencegah penyakit anemia secara alami.
d. Penanganan menurut tingkat anemia
1) Anemia ringan
Denan kadar hemoglobin 9-10 gr/dl masih dianggap ringan
sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/hari besi dan
400 mg asam folat peroral sekali sehari.
2) Anemia sedan
Pengobatannya denan kombinasi 120 mg zat besi dan 500 mg
asam folat peroral sekali sehari.
3) Anemia Berat
Pemberian preparat parental yaitu denan fero dextrin sebanyak
1000 mg (20 ml) intravena atau 2x10 ml intramuskuler.
Transfusi darahdapat meningkatkan Hb relative lebih cepat yaitu
2 gr%.
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada Remaja Anemia
1. Pengkajian Data Subyektif
a. Identitas
1) Nama : Mengetahui nama klien berguna untuk memperlancar
komunikasi dalam asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih
akrab.
2) Umur : Umur perlu dikaji guna mengetahui umur klien yang
akan diberikan asuhan.
3) Agama : Menanyakan agama klien dan berbagai praktik agama
yang dijalani. Informasi ini dapat menuntun ke suatu diskusi
tentang pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi
keagamaan dalam kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang
jenis kelamin tenaga kesehatan, dan pada beberapa kasus,
penggunaan produk darah.
4) Pendidikan : Menanyakan pendidikan tertinggi yang klien
tamatkan. Informasi ini membantu klinis memahami klien
sebagai individu dan memberi gambaran kemampuan baca
tulisnya
5) Suku/ Bangsa : Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi
dalam rangka memberikan perawatan yang peka budaya kepada
klien dan mengidentifikasi wanita atau keluarga yang memiliki
kondisi resesif otosom dengan insiden yang tinggi pada populasi
tertentu. Jika kondisi yang demikian diidentifikasi, wanita
tersebut diwajibkan menjalani skrining genetik.
6) Pekerjaan : Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk
mengetahui apakah klien berada dalam keadaan masih sekola,
bekerja, dan status ekonomi keluarga
7) Alamat : Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih
memudahkan saat pertolongan persalinan dan untuk mengetahui
jarak rumah dengan tempat rujukan.
b. Data Subyektif
1) Alasan Kunjungan : Dikaji untuk mengetahui alasan wanita
datang ke tempat bidan/ klinik, yang diungkapkan dengan kata-
katanya sendiri. Tujuan kunjungan biasanya untuk mendapatkan
diagnosis ada/tidaknya kehamilan, mendapatkan perawatan
kehamilan, menentukan usia kehamilan dan perkiraaan
persalinan, menentukan status kesehatan ibu dan janin,
menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan lainnya.
2) Keluhan Utama : alasan kenapa klien datang ke tempat bidan.
Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan oleh klien serta
menanyakan sejak kapan hal tersebut dikeluhkan klien.
Mendengarkan keluhan klien sangat penting untuk pemeriksaan.
3) Riwayat Kesehatan : Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita
gunakan sebagai penanda (warning akan adanya penyulit).
Riwayat Kesehatan ini meliputi riwayat kesehatan klien
sekarang dan terdahulu, dan riwayat kesehatan keluarga.
4) Riwayat Obstetri :
a) Menarce : Menarche adalah usia pertama kali mengalami
menstruasi. Wanita haid pertama kali umumnya sekitar 12-
16 tahun. (Sulistyawati, 2009: 181). Hal ini dipengaruhi oleh
keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim, dan
keadaan umum.
b) Siklus Haid : Siklus haid adalah jarak antara haid yang
dialami dengan haid berikutnya, dalam hitungan hari.
Biasanya sekitar 23-32 hari, siklus haid yang normal adalah
28 hari.
c) Lamanya Haid : Lamanya haid yang noral adalah ± 7 hari.
Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan
kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang
mempengaruhi.
d) Volume : Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang
dikeluarkan. Sebagai acuan biasanya digunakan kriteria
banyak, sedang, dan sedikit. Biasanya untuk menggali lebih
dalam pasien ditanya sampai berapa kali ganti pembalut
dalam sehari. Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam
sehari. Apabila darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah
menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid.
5) Pola pemenuhan sehari-hari
a) Nutrisi : Data ini penting untuk diketahui agar bisa
mendapatkan bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya
b) Eliminasi :
(1) BAB : Dikaji frekuensinya (BAB nya teratur atau tidak,
jika mengatakan terlalu sering dan feses cair bisa
dicurigai mengalami diare, dan jika terlalu jarang BAB
serta feses kering dan keras, dicurigai klien mengalami
konstipasi), warnanya (normalnya warna feses berwarna
kuning kecoklatan)
(2) BAK : Dikaji frekuensinya (seberapa sering ia berkemih
dalam sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih
dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk,
atau juga karena adanya tekanan dinding vesika urinaria.
Apabila ternyata wanita hamil kesulitan berkemih berarti
bidan harus segera mengambil tindakan,misal memasang
kateter),warna urine (normalnya urine berwarna bening,
jka urine berwarna keruh dicurigai klien menderita DM
karena urin keruh disebabkan adanya penumpukan
glukosa), bau urine (bau urine normalnya seperti bau
Amonia (NH3)
c) Aktivitas : Data ini memberikan gambaran tentang seberapa
berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah.
d) Istirahat : Jadwal istirahat perlu diperhatikan karena istirahat
dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan
jasmani dan rohani.
e) Personal Hygiene : Kebersihan jasmani sangat penting
karena saat hamil banyak berkeringat terutama di daerah
lipatan kulit. Mandi 2-3x sehari membantu kebersihan badan
dan mengurangi infeksi. Pakaian sebaiknya dari bahan yang
dapat menyerap keringat, sehingga badan selalu kering
terutama di daerah lipatan kulit.
6) Data Pengetahuan
Perlu dikaji dengan berbekal pengetahuan maka pasien akan
lebih mudah diajak memecahkan masalah yang mungkin terjadi.
2. Pengkajian Data Obyektif
Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi.
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya
adalah sebagai berikut :
a) Baik
Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
b) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan
dan oang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk
berjalan sendiri.
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
3) Tanda – Tanda Vital
a) Tekanan darah : normal 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg
b) Nadi : Denyut nadi 60-100 kali per menit
c) Pernafasan : normal 12 - 20 kali per menit
d) Suhu : suhu normal 36,5-37,2 derajat Celcius
e) Berat badan
f) Tinggi badan
g) LILA : normal ≥ 23,5 cm
h) IMT : IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan
pengukurannya direkomendasikan federal untuk
mengklarifikasi kelebihan berat badan dan obesitas. Cara
mengukur IMT dihitung dengan membagi berat badan dalam
kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter
(kg/m2)
4) Status Present
a) Kepala : Dikaji ukuran, bentuk, kontur, kesimetrisan kepala,
kesimetrisan wajah, lokasi struktur
b) Rambut : Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
c) Muka : Dikaji apakah pucat atau tidak
d) Telinga : Dikaji ada pembesaran atau tidak, ketajaman
pendengaran, letak telinga di kepala, bentuk, ada tonjolan
atau tidak, ada rabas pada aurikula dan autium atau tidak,
edema atau tidak, ada lesi atau tidak, adanya sumbatan atau
benda asing pada saluran pendengaran eksterna atau tidak.
e) Mata : Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-
tanda infeksi atau tidak, warna konjungtiva, warna sklera,
ukuran dan bentuk serta kesamaan pupil.
f) Hidung : Dikaji ada nafas cuping hidung atau tidak,
kesimetrisan, ukuran, letak, rongga hidung bebas sumbatan
atau tidak, ada polip atau itak, ada tanda-tanda infeksi atau
tidak.
g) Mulut, Dikaji :
(1) bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab /
kering ),
(2) lidah (warna, kebersihan)
(3) gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut).
h) Leher : Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan,
ada/tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran
kelenjar limfe, dan ada/tidaknya bendungan vena jugularis.
i) Ketiak : Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar
limfe.
j) Dada : Dikaji bentuk, simetris atau tidak, bentuk dan
keimetrisan payudara, bunyi/denyut jantung, ada/tidaknya
gangguan pernafasan (auskultasi).
k) Ekstremitas
l) Genitala eksterna
m) Anus
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah untuk mengetahui
faktor rhesus, golongan darah, Hb, dan penyakit rubella.

3. Rencana Tindakan
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan,
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa yang
akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan
apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan sosial ekonomi, kultural, atau masalah psikologis. Dengan kata
lain, asuhan terhadap klien tersebut harus mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan
Daftar Pustaka

1. WHO. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia


and assessment of severity. Micronutr Indic. 2011:1-6. doi:2011
2. Adriani M, Wijatmadi B. Pengantar Gizi Masyarakat. 1st ed.
(Rendy Y, ed.). Jakarta: Kencana Prenada Media Group; 2014.
3. Proverawati A. Anemia Dan Anemia Kehamilan. 1st ed.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.
4. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan Dan
Penanggulanngan Anemia Pada WUS. Jakarta; 2016.
https://cegahstunting.id/wp-content/uploads/2018/01/Buku-
Pedoman-Pencegahan-Anemia-Rematri-dan-WUS.pdf.
5. Manuaba, Ida Ayu Chandrarita, dkk. 2009. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
6. Dewi, Maritalia, Sujono Riyadi. 2012. Biologi
Reproduksi.Yogyakarta: Pustaka Belajar
7. Manuaba, Ida Ayu Chandrarita, dkk. 2012. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan, dan KBJakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai