Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL PENELITIAN

Akurasi Diagnostik Radiografi Thoraks Oblique Untuk Pneumothoraks Okult:


Perbandingan Dengan Ultrasonografi

ABSTRAK
Latar Belakang: Pneumothoraks okult adalah pneumothoraks yang tidak terlihat pada foto
rontgen thoraks supinasi tetapi dideteksi dengan pemindaian tomografi terkomputasi (CT
Scan). Namun, pasien kritis sulit dipindahkan ke ruang CT Scan. Kami sebelumnya
melaporkan metode untuk mendeteksi pneumothoraks okult menggunakan radiografi thoraks
oblique (OXR). Beberapa penulis juga telah melaporkan bahwa ultrasonografi adalah teknik
yang efektif untuk mendeteksi pneumothoraks okult. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi kegunaan OXR dalam diagnosis pneumothoraks okult dan untuk
membandingkan OXR dengan ultrasonografi.
Metode: Semua pasien trauma dada tumpul dengan dugaan pneumothoraks secara klinis
pada saat kedatangan di unit gawat darurat secara prospektif dimasukkan ke pusat perawatan
tersier kami. Para pasien menjalani OXR dan ultrasonografi dan menjalani CT scan sebagai
standar utama. Ukuran pneumothoraks okult pada CT diklasifikasikan sebagai sangat kecil,
anterior, atau anterolateral.
Hasil: Seratus lima puluh sembilan pasien didaftarkan. Dari 70 pneumothoraks okult yang
ditemukan pada 318 thoraks, 19 di antaranya sangat kecil, 32 di anterior, dan 19 di
anterolateral. Sensitivitas dan spesifisitas OXR untuk mendeteksi pneumothoraks okult
masing-masing adalah 61,4% dan 99,2%. Sensitivitas dan spesifisitas ultrasonografi paru
masing-masing adalah 62,9% dan 98,8%. Di antara 27 pneumothoraks okult yang tidak dapat
dideteksi oleh OXR, 16 adalah sangat kecil dan 21 dapat dikelola secara konservatif tanpa
thorakostomi.
Kesimpulan: OXR tampaknya menjadi metode yang sebaik ultrasonografi thoraks dalam
mendeteksi pneumothoraks okult dengan ukuran besar. Pada pasien trauma yang sulit untuk
ditransfer ke CT Scan, OXR mungkin efektif dalam mendeteksi pneumothoraks okult yang
berisiko mengalami pertambahan.
Kata Kunci: radiografi thoraks oblique, ultrasound thoraks, pneumothoraks okult, diagnosis.

LATAR BELAKANG
Pneumothoraks traumatik adalah cedera dada yang umum dimana kematian akibat trauma
yang sebenarnya dapat dicegah bisa terjadi jika tatalaksana yang tepat tertunda. Radiografi
supinasi anteroposterior standar (APXR) adalah modalitas yang direkomendasikan untuk
mengevaluasi pasien trauma menurut pedoman Advanced Trauma Life Support. Namun,
APXR tidak dapat mendiagnosis proporsi pneumothoraks yang signifikan dalam situasi ini.
Pneumothoraks yang diidentifikasi pada pemindaian computed tomography (CT) yang tidak
terlihat pada APXR supinasi sebelumnya disebut sebagai "pneumothoraks okult" (OPX).
Karena CT scan sekarang sering digunakan untuk mengevaluasi pasien trauma sebagai
bagian dari manajemen awal, OPX dapat dideteksi dengan lebih mudah. Kejadian OPX
mencapai 52 hingga 63% dari semua pneumothoraks traumatis. OPX dapat mengancam jiwa
jika berkembang menjadi tension, terutama pada pasien yang menerima ventilasi mekanis.
Oleh karena itu, CT scan harus dilakukan sesegera mungkin. Perlu dicatat bahwa CT scan
tidak selalu dilakukan pada pasien yang mengalami guncangan parah dan yang terjadi di
negara-negara yang belum berkembang.
Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa ultrasonografi (USG) thoraks adalah
teknik baru efektif dan sensitif untuk mengevaluasi trauma dada. Namun, USG thoraks
tergantung pada operator dan operator perlu mempelajari teknik ini. Kami melaporkan
metode untuk mendeteksi OPX dengan radiograf thoraks oblique (OXR) tanpa CT scan atau
USG thoraks (Gambar 1 dan 2). Metode ini sederhana, cepat, dan mudah ditafsirkan oleh
siapa pun, termasuk dokter non-trauma dan non-darurat. Namun, akurasi diagnostik OXR
untuk mendeteksi OPX belum dievaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi kegunaan OXR dalam diagnosis OPX.

PASIEN DAN METODE


Desain studi dan manajemen klinis
Kami melakukan studi prospektif, non-inferioritas di departemen darurat kami di Rumah
Sakit Saiseikai Yokohamashi Tobu, pusat perawatan tersier, dari 1 Januari 2010 hingga 31
Desember 2014. Semua pasien trauma tumpul berusia 18 tahun atau lebih tua yang secara
klinis diduga OPX pada saat kedatangan di IGD dilibatkan dalam penelitian ini. Temuan
klinis yang menunjukkan OPX setidaknya memenuhi salah satu dari kondisi berikut: (1)
kelainan radiografi tanpa temuan pneumothoraks pada APXR (fraktur tulang rusuk,
peluruhan permeabilitas lapang paru) atau (2) kelainan fisik (nyeri dada, memar, emfisema
subkutan). Kriteria eksklusi adalah pneumothoraks terbuka, pasien yang membutuhkan
intervensi invasif segera, dipindahkan dari rumah sakit lain, usia lebih muda dari 18 tahun,
syok refraktori, dan henti jantung.
Sesuai dengan pedoman ATLS, semua pasien menjalani pemeriksaan dan menjalani
APRX segera setelah masuk. Jika kriteria terpenuhi, pasien menjalani OXR dan USG thoraks
dalam posisi supinasi di gawat darurat dan menjalani CT scan sesegera mungkin. OXR dan
USG thoraks dilakukan pada bidang bilateral-paru sebagai bagian dari metode rutin. Pada
pasien ini, CT scan dianggap sebagai standar emas dan dianalisis bersama dengan OXR dan
USG thoraks. Keputusan untuk memasukkan chest tube untuk OPX dibuat berdasarkan kasus
per kasus setelah meninjau gambar dan temuan klinis oleh dokter yang memeriksa. Tidak ada
algoritma khusus. Studi ini disetujui oleh Dewan Ilmiah Institusional kami.
Diagnosis pneumothoraks melalui tes pencitraan
Semua OXR dilakukan menggunakan peralatan sinar-X mobile (IME-200A, Toshiba, Tokyo,
Jepang) sebelum USG thoraks dan CT scan dilakukan. Kaset film portabel dipasang pada
sudut 45° terhadap garis horizontal di hemithorax yang dicurigai. Sinar-X diarahkan secara
vertikal terhadap kaset di atas antarmuka pleura (Gbr. 1). Kriteria OXR untuk diagnosis
pneumothoraks termasuk garis pleura visceral yang terpisah dari dinding dada. OXR
ditafsirkan oleh ahli radiologi darurat (F.T.) tanpa sepengetahuan informasi lain dan
menggambarkan keberadaan pneumotoraks.
Semua pemeriksaan USG dilakukan oleh dokter konsultan gawat darurat (M.S., T.K.,
T.O. dan S.M.) yang tersertifikasi oleh Asosisasi Kedokteran Akut Jepang dan terlatih USG
thoraks. Mereka menggambarkan keberadaan pneumothoraks pada saat pemeriksaan, tanpa
pengetahuan sebelumnya tentang temuan OXR. Unit USG thoraks (Viamo ™, Toshiba,
Tokyo, Jepang) dengan probe cembung 3,5 MHz digunakan. Antarmuka pleura diperiksa
pada spatium interkostal kedua hingga keempat di anterior dan spatium interkostal keenam
hingga kedelapan dalam garis midaxillary. Diagnosis pneumothoraks melalui USG thoraks
didasarkan pada teknik pemindaian yang dijelaskan sebelumnya (hilangnya tanda sliding dan
hilangnya artefak ekor-komet pada antarmuka pleura) dan tidak dinilai dengan fungsi
Doppler.
Semua pemindaian CT dilakukan dengan 64 pemindai CT multidetektor (pemindai
Aquilion CT, Toshiba, Tokyo, Jepang). Segera setelah resusitasi gawat darurat, CT scan
thoraks dilakukan dengan bagian aksial 2 mm yang berdekatan dari apicothorax ke symphysis
pubis. Ada tidaknya pneumothoraks pada CT scan dinilai oleh dokter. Laporan akhir yang
didiktekan ditinjau oleh penulis pertama (M.S.) dan dibandingkan dengan tes pencitraan
lainnya. Ukuran OPX pada CT diklasifikasikan menurut laporan sebelumnya oleh Wolfman
et al. sebagai sangat kecil, anterior, atau anterolateral (Gbr. 3).
Gambar 1a. Kami sebelumnya melaporkan sebuah metode untuk mendeteksi pneumothoraks
okult dengan radiografi thoraks oblique supinasi (OXR) tanpa CT scan. B Sinar X
diproyeksikan pada film melalui metode OXR ini.

Anda mungkin juga menyukai