Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PERAN SUKUK DALAM PEMBANGUNAN DI INDONESIA

UNTUK MEMENUHI TUGAS


MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

Dosen : Zumaroh, M.E.Sy

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

ARIF NURMUNTOHA (1704020004)


ENI DIJAYANTI (1704020036)
KHALIMATUS SA’DIYAH (1704020016)
RISKI ALYA NURVINANTI (1704020043)
SONIA PERMATASARI (1704020027)

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI METRO
2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha
panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami
bisa selesaikan makalah mengenai “PERAN SUKUK TERHADAP
PEMBANGUNAN DI INDONESIA”.

Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah
ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami meminta semoga makalah ini bisa memberi mafaat
ataupun inpirasi pada pembaca.

Metro, 18 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................. 2
1.3 Batasan masalah ..................................................................... 2
1.4 Tujuan .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 definisi acama......................................................................... 3
2.2 kebutuhan manusia terhadap agama....................................... 4
2.3 latar belakang perlunya manusia terhadap gama .................. 7
2.4 urgensi agama bagi manusia .................................................. 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................. 11
3.2 Saran ...................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu instrumen keuangan syariah yang berkembang sangat pesat


adalah sukuk, meskipun istilah sukuk sendiri bukan sesuatu yang baru dalam
sejarah perkembangan ekonomi syariah. Istilah sukuk sesungguhnya telah
dikenal sejak abad pertengahan, dimana umat Islam menggunakan term sukuk
dalam konteks perdagangan internasional. Sukuk merupakan bentuk jamak
dari kata sakk. Sukuk dipergunakan oleh para pedagang pada masa itu sebagai
dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari usaha
perdagangan dan aktivitas komersial lainnya. Namun demikian, sejumlah
penulis Barat yang memiliki concern terhadap sejarah Islam dan bangsa Arab,
menyatakan bahwa sakk inilah yang menjadi akar kata “cheque” dalam bahasa
latin, yang saat ini telah menjadi sesuatu yang lazim dipergunakan dalam
transaksi dunia perbankan kontemporer.
Saat ini sukuk telah menjadi instrumen investasi yang memiliki prospek yang
sangat cerah. Secara sederhana, sukuk atau obligasi syariah didefinisikan
sebagai surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah, yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah (sukuk), yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah berupa bagi hasil margin / fee, serta membayar kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo. Secara teoritis, sukuk memiliki dua perbedaan
mendasar dengan obligasi konvensional. Pertama, dari sisi akad, dan kedua,
dari sisi konektivitas dengan sektor riil. Secara akad, transaksi yang mendasari
penerbitan sukuk sangat beragam, bergantungpada pola transaksi apa yang
digunakan. Paling tidak, akad-akad sukuk tersebut ada yang berbasis bagi
hasil, seperti mudharabah dan musyarakah, berbasis jual beli seperti

1
murabahah, salam, istishna, dan berbasis sewa seperti ijarah. Berbeda dengan
obligasi konvensional yang hanya berbasis pada bunga.
Selanjutnya, dari sisi konektivitas dengan sektor riil. Dengan akad-akad
keuangan syariah yang seluruhnya berbasis sektor riil, maka secara otomatis
sukuk memiliki direct link dengan sektor ini. Berbeda dengan obligasi
konvensional yang belum tentu memiliki keterkaitan langsung dengan sektor
riil. Dengan demikian, by nature sukuk dapat menjadi instrumen untuk
menyeimbangkan antara sektor moneter dengan sektor riil pada sebuah
perekonomian.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan


masalah dalam makalah ini seperti:
1. Bagaimana pengertian sukuk?
2. Jenis – jenis sukuk?
3. Bagaimana perkembangan sukuk dalam pembangunan?
4. Bagaimana peran sukuk dalam pembangunan infrastruktur?

1.3 BATASAN MASALAH

Dalam pembahasan kali ini kami membahas peran sukuk dalam

pembangunan di indonesia.

1.4 TUJUAN

Berdasarkan rumusan asalah diatas tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana pengertian dari sukuk

2. Menegetahui bagaimana perkembangan sukuk dalam pembangunan

3. Mengetahui Bagaimana peran sukuk dalam pembangunan infrastruktur

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI SUKUK

Menurut bahasa, sukuk adalah akar kata dari bahasa arab “sakk”,
jamaknya “sukuk atau sakaik” yang berarti memukul atau membentur, dan
juga bisa bermakna pencetakan atau menempa sehingga kalau dikatakan
“sakkan nukud” bermakna pencetakan atau penempaan uang. Istilah sakk
bermula dari tindakan membubuhkan cap tangan oleh seseorang atas suatu
dokumen yang mewakili suatu kontrak pembentukan hak, obligasi, dan uang.
Dalam konsep modern disebutkan pengamanan pembiayaan yang memberikan
hak atas kekayaan dan tanggungan serta bentuk-bentuk hak milik
lainnya.Sukuk didefinisikan sebagai suatu dokumen sah yang menjadi bukti
penyerahan modal terhadap kepemilikan suatu harta yang boleh
dipindahmilikkan dan bersifat kekal atau jangka panjang.1
Pakar ekonomi memberikan definisi sukuk dalam pandangan yang berbeda-
beda.Oleh karena itu, perlu diberi ketegasan bahwa sukuk adalah produk
investasi syariah yang menempatkan kegunaan hak milik shares dalam suatu
aset tetap (tangible assets), manfaat (usufructs), dan pengkhidmatan (services)
atau suatu kewajaran dari proyek atau suatu bentuk investasi tertentu.
Merujuk pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No.32/DSN-MUI/IX/2002,
obligasi syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi

1
Beik.Memperkuat Peran Sukuk Negara Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia ,Jurnal
Ekonomi Islam Al-Infaq, Vol. 2 No. 2, September 2011 pp. Program Studi Ekonomi Islam FAI-
UIKA Bogor hal 7

3
syariah berupa bagi hasil, margin atau free, serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.2 Sukuk memiliki beberapa karakteristik, antara
lain:
a. Merupakan bukti kepemilikan suatu aset, hak manfaat, jasa atau kegiatan
investasi tertentu.
b. Pendapatan yang diberikan berupa imbalan, margin, bagi hasil, sesuai
dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan.
c. Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir.
d. Memerlukan adanya underlying asset penerbitan.
e. Penggunaan proceeds harus sesuai dengan prinsip syariah3.
Kemudian ada beberapa komponen dalam kontrak sukuk, antara lain:
1) Harta (asset)
Harta yaitu setiap barang yang benar-benar dimiliki dan dikawal
(hijaazah) oleh seseorang, baik barang ataupun manfaat.
2) Akad
Dalam aktivitas sukuk melibatkan sejumlah akad antara lain akad ijarah,
murabahah, istisna, musyarakah, mudharabah, dan akad salam.
3) Pihak yang berakad (parties)
Terdiri dari originator, badan yang mengeluarkan sukuk dan investor atau
sukukholders.
4) Cara pelaksanaan akad4
Secara umum, ketentuan mekanisme mengenai obligasi syariah (sukuk)
sebagai berikut:
a. Obligasi syariah haruslah berdasarkan konsep syariah yang hanya
memberikan pendapatan kepada pemegang obligasi dalam bentuk bagi
hasil ataurevenue sharing serta pembayaran kewajiban pada saat jatuh
tempo.

2
Mulyawan, Setia.2009. Manajemen keuangan . Bandung : Pustaka Setia. hal 55
3
Dwi Kurniawati, Devi, Analisis Perkembangan Sukuk (Obligasi Syariah) dan Dampaknya Bagi
Pasar Modal Syariah. e journal. UNESA.hal 5
4
Jr,Martin,petty,koewn.1999.Basic Financial Manajement. 8th Edition.Prentice Hll.Inc.hal 78

4
b. Obligasi syariah mudharabah yang diterbitkan harus berdasarkan pada
bentuk pembagian hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya
serta pendapatan yang diterima harus bersih dari nonhalal.
c. Nisbah (rasio) bagi hasil harus ditentukan sesuai kesepakatan sebelum
penerbitan obligasi tersebut.
d. Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodik atau sesuai
dengan ketentuan bersama, dan pada saat jatuh tempo hal itu
diperhitungkan secara keseluruhan.
e. Sistem pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas
Syariah (DPS) atau Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh DSN-MUI
f. Apabila perusahaan penerbit obligasi melakukan kelalaian atau
melanggar syarat perjanjian, wajib dilakukan pengembalian dana
investor dan harus dibuat secara surat pengakuan utang.
g. Apabila emiten berbuat kelalaian atau cidera janji maka pihak investor
dapat menarik dananya.
h. Hak kepemilikan obligasi syariah (sukuk) mudharabah dapat
dipindahtangankan kepada pihak lain sesuai dengan kesepakatan akad
perjanjian
2.2 JENIS JENIS SUKUK
A. Sukuk Mudharabah
Obligasi syariah (sukuk) mudharabah adalah kerja sama dengan
skema bagi hasil pendapatan atau keuntungan antara pemilik modal
dengan pengelola modal.5 beberapa alasan yang mendasari pemilihan
struktur mudharabah ini, diantaranya:
a. Bentuk padanan yang paling sesuai untuk investasi
dalam jumlah besar dan jangka yang relative panjang.

5
Panji,anorag. Manajemen bisnis .2000. jakarta : PT Asdi mahasatya hal 82

5
b. Dapat digunakan untuk padanan umum seperti
pendanaan modal kerja ataupun pendanaan capital
expenditure.
c. Mudharabah merupakan percampuan keja sama antara
modal dan jasa (kegiatan usaha) sehingga membuat
strukturnya memungkinkan untuk tidak memerlukan
jaminan atas asset yang spesifik. Hal ini berbeda
dengan struktur yang menggunakan dasar akad jual beli
yang mensyaratkan jaminan atas asset yang didanai.

B. Sukuk ijarah
Sukuk ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas suatu barang
atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. Pemegang sukuk
ijarah akan mendapatkan keuntungan berupa fee (sewa) dari asset yang
disewakan.
Penerbitan sukuk al-ijarah dimulai dari suatu akad jual beli asset
(misalnya gedung dan tanah) oleh pemerintah atau perusahaan kepada
suatu perusahaan yang ditunjuk, misalnya PT X, untuk suatu jangka waktu
tertentu dengan janji membeli kembali setelah jangka waktu tersebut
berakhir. Dalam hal ini, Bank syariah adalah pemilik asset yang
menjualnya kepada PT X sebagai SPV, untuk jangka waktu tertentu
dengan janji membeli kembali setelah jangka waktu tersebut berakhir.
Akad jual beli ini pada saat bersamaan diikuti dengan akad
penyewaan kembali asset tersebut oleh PT X kepada bank syariah selama
jangka waktu tersebut. Dengan demikian, akad ini tidak mengubah
pemanfaatan terhadap asset tersebut. Dalam istilah keuangan, transaksi
seperti ini dikenal dengan back-to-back-lease, dan untuk itu PT X
diperlukan sebagai SPV, yaitu perusahaan yang khusus didirikan dalam
penerbitan sukuk ini.
Ketentuan akad ijarah sebagai berikut,

6
a. Objeknya dapat berupa barang (hata fidik yang bergerak, tak
bergerak, harta perdagangan) maupun berbentuk jasa.
b. Manfaat dari objek dan nilai manfaat tersebut diketahui dan di
sepakati oleh kedua belah pihak.ruang lingkup dan jangka
waktu pemakaiannya harus dinyaakan secara spesifik.
c. Penyewa harus membagi hasil manfaat yang diperolehnya
dalam bentuk immbalan atau sewa/upah.
d. Pemakai manfaat (penyewa) harus menjaga objek agar manfaat
yang diberikan oleh objek tetap terjaga.
e. Pembeli sewa haruslah pemilik mutlak.
C. Sukuk Musyarokah
Sukuk musyarakah yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad musyarakah, yaitu dua pihak atau lebih bekerja sama
menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan
proyek yang telah ada, atau membiyayai kegiatan usaha. Keuntungan
ataupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah
partisipasi modal masing masing pihak.6
Sukuk musyarakah ini merupakan sertifikat kepemilikan
permanen, yang dimiliki oleh sebuah perusahaan ataupun unit bisnis
dengan pengawasan dari pihak manajemen.
D. Sukus Istisna’
Sukuk instisna’ yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad istisna’, yaitu para pihak menyepakati jual beli dalam
rangka pembiyayaan suatu proyek atau barang. Harga, waktu penyerahan,
dan spesifikasi barang atau proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan
kesepakatan. Sebagai contoh, pembangunan sebuah gedung yang
menghabiskan dana sebesar US$ 150 Juta dan ditambah mark-up sebesar
10%. uang sebesar itu harus kembali tanpa adanya prinsip diferensiasi dan
diskon (coupon). Dana sejumlah ini dapat dibuat menjadi sebuah sertifikat

6
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah dan Praktek Pasar Modal syariah, Pustaka Setia,
Bandung, 2013, hal. 173.

7
utang yang tidak dapat diperdagangkan yang mirip dengan zero-coupon
bound dalam beberapa fiturnya. Sebagaimana disebutkan bahwa islam
melarang perdagangan utang, sertifikat ini tidak bisa di perdagangkan.
E. Suku Salam
dalam bentuk ini dana dibayarkan dimuka dan komuditas menjadi
utang. Dana juga dalam betuk sertifikat yang mempresentasikan utang.
Sertifikat ini juga tidak bisa diperdagangkan.

2.3 PERKEMBANGAN SUKUK DALAM PEMBANGUNAN

Sukuk merupakan salah satu instrumen keuangan syariah yang telah


diterbitkan baik oleh negara maupun korporasi. Terdapat beberapa negara
yang telah menjadi regular issuer dari sukuk, misalnya Malaysia, Bahrain,
Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab, Qatar, Pakistan, dan State of Saxony
Anhalt-Jerman. Alasan penerbitan sukuk negara (sovereign sukuk) ditujukan
bagi keperluan pembiayaan negara secara umum (general funding) maupun
pembiayaan proyek-proyek tertentu, seperti pembangunan bendungan, unit
pembangkit listrik, pelabuhan, bandar udara, rumah sakit, jalur kereta api, dan
jalan tol. Disamping itu, sukuk dapat digunakan bagi pembiayaan defisit
anggaran pendapatan belanja Negara (cash-mismatch), yaitu dengan
menggunakan sukuk dengan jangka waktu pendek (Islamic Treasury Bills)
yang juga dapat digunakan sebagai instrumen pasar uang Sejarah
perkembangan sukuk di dunia dimulai sejak penerbitan sovereign sukuk,
namun selanjutnya lebih didominasi oleh penerbitan sukuk korporasi
(corporate sukuk). Data Standard & Poor’s Reports (2008) menunjukkan
bahwa pada tahun 2003, sovereign sukuk masih mendominasi pasar sukuk
global yaitu sebesar 42% dan sukuk yang diterbitkan oleh lembaga keuangan
sebesar 58%. Namun pada tahun 2007, justru sukuk korporasi yang
mendominasi pasar sukuk global, yaitu sekitar 71%, lembaga keuangan 26%,
dan pemerintah tinggal 3%. Umumnya, penerbitan sukuk korporasi ditujukan
untuk ekspansi usaha, terutama oleh perusahaan-perusahaan besar dari

8
negaranegara Timur Tengah dan Asia Tenggara (Malaysia) 7. Sedangkan di
Indonesia, penerbitan obligasi syariah dipelopori oleh Indosat dengan
menerbitkan obligasi syariah mudharabah senilai Rp.100 milyar pada bulan
Oktober 2002 yang lalu. Obligasi syariah ini mengalami oversubrider dua kali
lipat, sehingga Indosat menambah obligasi syariah yang ditawarkan menjadi
Rp. 175 milyar. Dilanjutkan PT. Berlian Laju Tenker yang menerbitkan
obligasi syariah dengan emisi senilai Rp.175 milyar pada 28 Mei 2003 PT
Bank Bukopin menerbitkan obligasi syariah mudharabah pada 10 Juli 2003
dengan nilai emisi Rp. 45 milyar. PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada
15 Juli 2003 dengan emisi Rp. 200 milyar. PT Cilandra Perkasa pada 26
September 2003 dengan nilai emisi Rp.60 Milyar, PT Bank Syariah Mandiri
(BSM) pada 31 Oktober 2003 dengan nilai emisi Rp.200 milyar, dan lain-lain.

Tujuan penerbitan sukuk adalah untuk membiayai APBN termasuk


membiayai pembangunan proyek seperti infrastruktur dalam sektor energi,
telekomunikasi, perhubungan, pertanian, industri manufaktur, dan perumahan
rakyat8. Sejalan dengan tujuan utama tersebut penerbitan sukuk oleh
pemerntah diperlukan antara lain untuk:
a. Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara.
b. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah
di Indonesia.
c. Menciptakan benchmark instrumen keuangan syariah baik di pasar
keuangan syariah domestik maupun internasional.
d. Memperluas dan mendiversifikasi basis investor.
e. Mengoptimalkan pemanfaatan barang milik negara (BMN)9.

7
Venardos, Anggelo.2005. Islamic banking and finance in South-east Asia : Its development and
future. World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd hal 93

8
Husnul Khatimah, Sukuk Dan Kontribusinya Dalam Pembiayaan Pembangunan, OPTIMAL :
Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol.11 no.1 2017, Universitas Islam 45 Bekasi. hal 4
9
Hans Visser. 2009. Islamic Finance Principles and Practice. Cheltenham, UK Northampton,
MA, USA: Edward Elgar hal 69

9
Imbalan (kupon) sukuk dapat bersifat tetap (fixed rate) atau
mengambang (floating), sesuai dengan jenis akad dan struktur yang digunakan
dalam penerbitan. Imbalan sukuk tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk
persentase dan dibayarkan secara periodik sesuai ketentuan dan persyaratan
yang ada dalam penerbitan sukuk. Adapun akad yang memberikan imbalan
bersifat tetap antara lain akad ijarah (sewa), murabahah (jual beli) dan
istishna’. Setiap penerbitan sukuk harus disertai dengan underlying asset.
Underlying asset adalah aset yang dijadikan sebagai objek atau dasar transaksi
dalam kaitannya dengan penerbitan sukuk. Aset yang dijadikan sebagai
underlying dapat berupa barang berwujud maupun tidak berwujud, seperti
tanah, bangunan, berbagai jenis proyek pembangunan, serta aset non fisik
lainnya seperti jasa. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang sukuk,
penjualan dan/atau penyewaan Barang Milik Negara sebagai underlying asset
hanyalah dalam bentuk hak manfaat (beneficial title) dan tidak diikuti adanya
kewajiban penyerahan fisik serta pengalihan kepemilikan BMN dari
Pemerintah kepada Special Purpose Vehicle (SPV). Agar berlangsungnya
proses penerbitan sukuk yang baik dan tidak lepas dari prinsip-prinsip syariah
yang ditetapkan, ada beberapa pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk:

1. Obligor, yaitu pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran


pokok serta imbal hasil sukuk yang diterbitkan;
2. Special Purpose Vehicle (SPV), yaitu badan hukum yang
didirikan khusus untuk menerbitkan sukuk;
3. Investor, yaitu pihak pemegang sukuk yang memiliki hak
kepentingan atas Underlying Asset melalui SPV;
4. Sharia Advisor, yaitu sebagai pihak yang memberikan fatwa-
fatwa atau pernyataan kesesuaian dengan prinsip-prinsip syariah
atas sukuk yang diterbitkan

10
5. Wali amanat, yaitu pihak yang mewakili kepentingan pemegang
sukuk sesuai dengan yang diperjanjikan10.

2.4 PERAN SUKUK DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Infrastruktur dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik


pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi
sektor publik dan sektor privat, sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan
agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik.11 Istilah umum bagi
insfrastruktur yang merujuk pada infrastruktur teknis atau fisik yang
mendukung jaringan struktur biasanya berupa pembangunan kereta api, jalan
raya, air bersih, kanal, waduk, jalan tol telekomunikasi, pelistrikan dan
pelabuhan. Secara fungsional infrastruktur selain fasilitas dapat pula
mendukung kelancaran aktifitas ekonomi masyarakat, distribusi aliran
produksi barang dan jasa sebagai contoh bahwa jalan dapat melancarkan
proses pendistribusian suatu barang sehingga dapat sampai ke masyarakat.

Infrastruktur sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Infrastruktur keras meliputi jalan raya dan kereta api, bandara,


dermaga, pelabuhan dan saluran imigrasi.
2. Infrastruktur keras non fisik meliputi yang berkaitan dengan fungsi
utilitas umum seperti ketersediaan air bersih berikut instalasi
pengelolaan air dan jaringan pipa penyalur, pemasok listrik, jaringan
telekomunikasi, dan pasokan energi mulai dari minyak bumi, gas
berikut pipa distribusinya dan bio disel.
3. Infrastruktur lunak bisa pula disebut kerangka institusional atau
kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja), norma
(khususnya yang telah dikembangkan dan dikodifikasikan menjadi
peraturan hukum dan perundang-undangan. Serta kualitas pelayanan
umum yang disediakan oleh berbagai pihak terkait khususnya
pemerintah.

Sukuk yang dikeluarkan oleh pemerintah pada setiap tahunnya mengalami


kenaikan yang cukup stabil pada setiap tahunnya. Ini menandakan bahwa
investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri mulai tertarik dengan
sukuk dimana nilai imbal balik yang relatif lebih menguntungkan

10
Ayub,Muhammad.2007.Understanding Islamic Finance. John Wiley & Sons Ltd hal 107
11
Baiti Nur Fadian,Jurnal Analisis Peran Sukuk Bagi Pembangunan Infrastruktur Di Indonesia,
Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan hal 8

11
dibandingkan dengan ORI. Hasil dari penerbitan sukuk yang dikeluarkan oleh
pemerintah digunakan untuk menambah dana anggaran pemerintah dimana di
dalam anggaran tersebut terdapat anggaran infrastruktur, dimana dalam
beberapa tahun terakhir pemerintah mengalami defisit anggaran yang
menyebabkan pemerintah harus mencari dana untuk menutupi defisit
anggaran. Untuk menutupi defisit anggaran, pemerintah harus mengeluarkan
surat hutang, baik surat hutang dalam negeri maupun pinjaman dari luar
negeri. Dalam pinjaman dalam negeri pemerintah mengeluarkan surat hutang
baik itu dalam bentuk Obligasi Ritel Indonesia maupun Surat Negara Ritel.
Dan untuk luar negeri pemerintah menggunakan pinjaman luar negeri. Pada
dasarnya, menurut penelitian terdahulu surat hutang yaitu ORI maupun SR
merupakan sumber utama pendanaan hutang yang dilakukan oleh negara,
dimana pinjaman luar negeri hanyalah sebagai pelengkap. Anggaran
infrastruktur digunakan untuk pembangunan bagi seluruh infrastuktur di
Indonesia, baik dalam hal teknologi, jalan raya, pelabuhan, kesehatan dan
pendidikan. Apabila anggaran infrastruktur mengalami defisit maka,
pembangunan infrastruktur yang telah dirancang akan mengalami masalah
dalam pengembangannya. Infrastruktur yang dibangun dapat berjalan dengan
lancar apabila pemerintah dapat menyediakan dana sebesar yang dibutuhkan
dalam pembangunan infrastruktur tersebut. Keberhasilan dalam pembangunan
infrastruktur bisa berdampak baik dalam hal perkembangan perekonomian di
Indonesia. Sebagai salah satu contohnya adalah apabila suatu perusahaan
mengirim bahan baku untuk proses produksi tetapi untuk jalan yang ada
disekitar perusahaan tidak baik, maka proses pengiriman bahan baku akan
terhambat dan dapat berdampak pada proses produksi yang juga terhambat.
Selain itu, pada saat barang jadi telah selesai pada saat akan dikirim untuk di
eksport maka barang tersebut mengalami keterlambatan sehingga
menyebabkan pendapatan pajak eksport pemerintah mengalami penurunan
yang berdampak pada penurunan pendapatan anggaran. Dalam hal defisit
anggaran, sukuk berperan serta memberikan dana untuk menutup defisit
anggaran yang terjadi karena kekurangan pendapatan. Penerbitan surat hutang
negara kepada publik merupakan salah satu potensi pembiayaan untuk
mengurangi risiko keuangan bagi negara dimasa mendatang. APBN di
Indonesia pada setiap tahunnya mengalami peningkatan yang menyebabkan
perkembangan infrastruktur juga ikut semakin meningkat.

BAB III

12
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Menurut bahasa, sukuk adalah akar kata dari bahasa arab “sakk”,
jamaknya “sukuk atau sakaik” yang berarti memukul atau membentur, dan
juga bisa bermakna pencetakan atau menempa sehingga kalau dikatakan
“sakkan nukud” bermakna pencetakan atau penempaan uang. Merujuk pada
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.32/DSN-MUI/IX/2002, obligasi syariah
adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan
emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa
bagi hasil, margin atau free, serta membayar kembali dana obligasi pada saat
jatuh tempo. Tujuan penerbitan sukuk adalah untuk membiayai APBN
termasuk membiayai pembangunan proyek seperti infrastruktur dalam sektor
energi, telekomunikasi, perhubungan, pertanian, industri manufaktur, dan
perumahan rakyat
3.2 SARAN

Dalam makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang


terdapat didalamnya, baik dari segi penulisan, susunan kata, bahan referensi,
dan lainnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dari pihak
pembaca sebagai pengetahuan untuk mewujudkan perubahan yang lebih baik
di masa yang akan datang.
Demikianlah makalah yang sederhana ini saya susun semoga dapat
bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Akhirnya saya merasa kerendahan hati sebagai manusia yang mempunyai
banyak sekali kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran–bahkan yang tidak
membangun sekalipun- kami tunggu demi kesempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga niat baik kita diridhai oleh Allah SWT. Amin.

13
DAFTAR PUSTAKA

Beik.Memperkuat Peran Sukuk Negara Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia


,Jurnal Ekonomi Islam Al-Infaq, Vol. 2 No. 2, September 2011 pp. Program Studi
Ekonomi Islam FAI-UIKA Bogor

Baiti Nur Fadian,Jurnal Analisis Peran Sukuk Bagi Pembangunan Infrastruktur


Di Indonesia, Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan.

Husnul Khatimah, Sukuk Dan Kontribusinya Dalam Pembiayaan Pembangunan,


OPTIMAL : Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol.11 no.1 2017, Universitas
Islam 45 Bekasi.

Mulyawan, Setia.2009. Manajemen keuangan . Bandung : Pustaka Setia

Venardos, Anggelo.2005. Islamic banking and finance in South-east Asia : Its


development and future. World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd

Ayub,Muhammad.2007.Understanding Islamic Finance. John Wiley & Sons Ltd

Dwi Kurniawati, Devi, Analisis Perkembangan Sukuk (Obligasi Syariah) dan


Dampaknya Bagi Pasar Modal Syariah. e journal. UNESA.

Hans Visser. 2009. Islamic Finance Principles and Practice. Cheltenham, UK


Northampton, MA, USA: Edward Elgar.

Jr,Martin,petty,koewn.1999.Basic Financial Manajement. 8th Edition.Prentice


Hll.Inc.

Panji,anorag. Manajemen bisnis .2000. jakarta : PT Asdi mahasatya

Khaerul Umam, 2013. Pasar Modal Syariah dan Praktek Pasar Modal syariah, Pustaka
Setia, Bandung,

14

Anda mungkin juga menyukai