Anda di halaman 1dari 20

TER

INFORMASI DAN EDUKASI ALERGI PADA ANAK : Atasi alergi bukan dengan obat tapi
identifikasi dan hindari penyebabnya.

 Home
 Journal
 Links
 Parenting
 Professional
 Supported by
 Books Recommendation

Posted by: Indonesian Children | September 5, 2010

Polip Hidung
Polip Hidung
Polip Hidung adalah suatu pertumbuhan dari selaput lendir hidung yang bersifat jinak.
Polip nasi atau polip hidung adalah kelainan selaput permukaan hidung berupa massa
lunak yang bertangkai berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan dengan
permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Kelainan pada
hidung biasanya timbul karena manifestasi dari penyakit yang lain dan tidak berdiri
sendiri, penyakit ini sering dihubungkan dengan astma, rhinitis alergika, dan sinusitis, di
luar negeri sendiri penyakit ini sering dihubungkan dengan seringnya penggunaan aspirin.

Angka kejadian

Insidensi polip nasi sulit diperkirakan. Di Amerika Serikat diperkirakan 0,3% penduduk
dewasanya menderita kelainan ini, sedangkan di Inggris lebih tinggi lagi, yaitu sekitar 0,2-3%.3
Frekuensi kejadian polip nasi meningkat sesuai dengan umur, dimana mencapai puncaknya pada
umur sekitar 50 tahun. Kejadian polip nasi lebih banyak dialami pria dibanding wanita dengan
perbandingan 2,2:1. Polip nasi jarang ditemukan pada anak-anak. Anak dengan polip nasi harus
dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya cystic fibrosis karena cystic fibrosis
merupakan faktor resiko bagi anak-anak untuk menderita polip

Penyebab
Penyebab terjadinya polip tidak diketahui, tetapi beberapa polip tumbuh karena adanya
pembengkakan akibat infeksi.

Terdapat 3 faktor penting yang berperan di dalam terjadinya polip, yaitu

1. Peradangan lama dan berulang pada selaput permukaan hidung dan sinus
2. Gangguan keseimbangan Vasomotor
3. Peningkatan tekanan cairan antar ruang sel dan bengkak selaput permukaan hidung

Dengan adanya faktor alergi dan radang kronis yang berulang-ulang, maka terjadilah perubahan
pada mukosa hidung, perubahan pembuluh darah, dan juga pembuluh limfe. Keadaan ini akan
berkembang terjadinya hambatan balik cairan interstitial. Cairan yang terkumpul selanjutnya
akan menimbulkan semacam bendungan yang bersifat pasif. Dari keadaan ini, berkembang
menjadi pembengkakan di mukosa hidung. Makin lama proses ini berlangsung, penonjolan
mukosa hidung akan bertambah panjang, sampai pada akhirnya terbentuk tangkai, maka
terbentuklah polip.

Histopatologi

Epitel normal dari kavum nasi adalah epitel kolumnar bertingkat


semu bersilia. Epitel permukaan dari sinus lebih tipis, memiliki sel goblet dan silia yang lebih
sedikit bila dibandingkan dengan kavum nasi.

Berdasarkan histologisnya terdapat 4 tipe dari polip nasi:

 Eosinofilik edematous Tipe ini merupakan jenis yang paling banyak ditemui yang
meliputi kira-kira 85% kasus. Tipe ini ditandai dengan adanya stroma yang edema,
peningkatan sel goblet dalam jumlah normal, jumlah eosinofil yang meningkat tinggi, sel
mast dalam stroma, dan penebalan membran basement.
 Polip inflamasi kronik Tipe ini hanya terdapat kurang dari 10% kasus polip nasi. Tipe
ini ditandai dengan tidak ditemukannya edema stroma dan penurunan jumlah dari sel
goblet. Penebalan dari membran basement tidak nyata. Tanda dari respon inflamasi
mungkin dapat ditemukan walaupun yang dominan adalah limfosit. Stroma terdiri atas
fibroblas.
 Polip dengan hiperplasia dari glandula seromusinous. Tipe ini hanya terdapat kurang
dari 5% dari seluruh kasus. Gambaran utama dari tipe ini adalah adanya glandula dan
duktus dalam jumlah yang banyak.
 Polip dengan atipia stromal Tipe ini merupakan jenis yang jarang ditemui dan dapat
mengalami misdiagnosis dengan neoplasma. Sel stroma abnormal atau menunjukkan
gambaran atipikal, tetapi tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai suatu neoplasma.2
REPORT THIS AD

Pada polip nasi, tapi peningkatan IgE merupakan jenis yang paling tinggi ditemukan bahkan
apabila dibandingkan dengan tonsil dan serum sekalipun. Kadar IgG, IgA, IgM terdapat dalam
jumlah bervariasi, dimana peningkatan jumlah memperlihatkan adanya infeksi pada saluran
napas.

Beberapa mediator inflamasi juga dapat ditemukan di dalam polip. Histamin merupakan
mediator terbesar yang konsentrasinya di dalam stroma polip 100-1000 konsentrasi serum.
Mediator kimia lain yang ikut dalam patogenesis dari nasal polip adalah Gamma Interferon
(IFN-γ) dan Tumour Growth Factor β (TGF-β). IFN-γ menyebabkan migrasi dan aktivasi
eosinofil yang melalui pelepasan toksiknya bertanggungjawab atas kerusakan epitel dan sintesis
kolagen oleh fibroblas . TGF-β yang umumnya tidak ditemukan dalam mukosa normal
merupakan faktor paling kuat dalam menarik fibroblas dan meransang sintesis matrik
ekstraseluler. Peningkatan mediator ini pada akhirnya akan merusak mukosa rinosinusal yang
akan menyebabkan peningkatan permeabilitas terhadap natrium sehingga mencetuskan
terjadinya edema submukosa pada polip nasi.

Patogenesis

Mekanisme patogenesis yang bertanggungjawab terhadap pertumbuhan polip nasi sulit


ditentukan. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan polip, antara lain:

1. Proses inflamasi yang disebabkan penyebab multifaktorial termasuk familiar dan faktor
herediter
2. Aktivasi respon imun lokal
3. Hiperaktivitas dari persarafan parasimpatis.

Semua jenis imunoglobulin dapat ditemui pada polip nasi, tapi peningkatan IgE merupakan jenis
yang paling tinggi ditemukan bahkan apabila dibandingkan dengan tonsil dan serum sekalipun.
Kadar IgG, IgA, IgM terdapat dalam jumlah bervariasi, dimana peningkatan jumlah
memperlihatkan adanya infeksi pada saluran napas.

Beberapa mediator inflamasi juga dapat ditemukan di dalam polip. Histamin merupakan
mediator terbesar yang konsentrasinya di dalam stroma polip 100-1000 konsentrasi serum.
Mediator kimia lain yang ikut dalam patogenesis dari nasal polip adalah Gamma Interferon
(IFN-γ) dan Tumour Growth Factor β (TGF-β). IFN-γ menyebabkan migrasi dan aktivasi
eosinofil yang melalui pelepasan toksiknya bertanggungjawab atas kerusakan epitel dan sintesis
kolagen oleh fibroblas . TGF-β yang umumnya tidak ditemukan dalam mukosa normal
merupakan faktor paling kuat dalam menarik fibroblas dan meransang sintesis matrik
ekstraseluler. Peningkatan mediator ini pada akhirnya akan merusak mukosa rinosinusal yang
akan menyebabkan peningkatan permeabilitas terhadap natrium sehingga mencetuskan
terjadinya edema submukosa pada polip nasi.

Fenomena bernouli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui celah yang sempit akan
mengakibatkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya, sehingga jaringan yang lemah akan
terhisap oleh tekanan negatif ini sehingga menyebabkan polip, fenomena ini dapat menjelaskan
mengapa polip banyak terjadi pada area yang sempit di kompleks osteomatal.

Patogenesis polip pada awalnya ditemukan bengkak selaput permukaan yang kebanyakan
terdapat pada meatus medius, kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga
selaput permukaan yang sembab menjadi berbenjol-benjol. Bila proses terus membesar dan
kemudian turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai sehingga terjadi Polip

Polip sering ditemukan pada penderita:

 Asma Bronkiale, 20-50% penderita asma mengalami polip


 Ciystic Fibrosis – Polyps terjadi sekitar 6-48% pada penderita CF
 Rinitis ALERGI
 allergic fungal sinusitis – Terjadi sekitar 85%
 Rinosinusitis kronik
 Primary ciliary dyskinesia
 Aspirin intolerance – Terjadi sekitar 8-26% pada penderita polip
 Alcohol intolerance – Terjadi sekitar 50% pada penderita polip
 Churg-Strauss syndrome – Terjadi sekitar 50 % pada penderita Churg-Strauss syndrome
 Young syndrome (chronic sinusitis, nasal polyposis, azoospermia)
 Nonallergic rhinitis with eosinophilia syndrome (NARES) – Terjadi sekitar 20 % pada
penderita NARES

Gejala
Pada anamnesis kasus polip biasanya timbul keluhan utama adalah hidung tersumbat. sumbatan
ini menetap dan tidak hilang timbul. Semakin lama keluhan dirasakan semakin berat. Pasien
sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar membuang ingus. Gejala lain
adalah hiposmia (gangguan penciuman). Gejala lainnya dapat timbul jika teradapat kelainan di
organ sekitarnya seperti post nasal drip (cairan yang mengalir di bagian belakang mulut), suara
bindeng, nyeri muka, telinga terasa penuh, snoring (ngorok), gangguan tidur dan penurunan
kualitas hidup.

Polip menyebabkan penyumbatan hidung, karena itu penderita seringkali mengeluhkan adanya
penurunan fungsi indera penciuman.
Karena indera perasa berhubungan dengan indera penciuman, maka penderita juga bisa
mengalami penurunan fungsi indera perasa dan penciuman.

Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke hidung.
Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir yang terlalu lama
berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya terjadi sinusitis. Penderita anak-anak
sering bersuara sengau dan bernafas melalui mulutnya.

Secara pemeriksaan mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan selaput permukaan
hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan subselaput permukaan yang sembab.

Polip menyebabkan penyumbatan hidung, karena itu penderita seringkali mengeluhkan


adanya penurunan fungsi indera penciuman. Karena indera perasa berhubungan dengan indera
penciuman, maka penderita juga bisa mengalami penurunan fungsi indera perasa dan penciuman.

Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke
hidung. Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir yang terlalu
lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya terjadi sinusitis.
Penderita anak-anak sering bersuara sengau dan bernafas melalui mulutnya.

Jadi gejala polip ini sangat beragam. Mulai dari pilek yang berlangsung lama, bersin-bersin,
hidung tersumbat yang bersifat menetap, sering mimisan, keluhan akan adanya massa di hidung,
sukar buang ingus, gangguan penciuman, bentuk hidung yang tak lagi simetris, bengek atau
bindeng, telinga rasa penuh, mendengkur/gangguan tidur, lendir dan rasa kering yang terkumpul
di tenggorokan, sakit kepala, dll. Kesemua keluhan itu tentu saja amat mengganggu dan sangat
mempengaruhi produktivitas hidup si penderita.

Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Anamnesis

Melalui anamnesis dapat ditanyakan keluhan-keluhan yang berkaitan dengan gangguan yang
ditimbulkan oleh polip nasi, diantaranya:
 Hidung tersumbat
 Rinore, mulai dari jernih sampai purulen bila terdapat infeksi sekunder
 Post nasal drip

Gejala ini ditandai dengan merasakan adanya suatu cairan yang jatuh secara terus menerus ke
belakang rongga mulut dikarenakan mukus yang berasal dari kavum nasi.

 Anosmia atau hiposmia


 Suara sengau karena sumbatan pada hidung
 Sakit kepala dan snoring bila polipnya berukuran besar
 Pembesaran hidung dan muka apabila massa polip sudah bertambah besar
 Terdapatnya gejala-gejala sinusitis apabila polip sudah mengganggu drainase muara sinus
ke rongga hidung
 Polip yang besar kadang-kadang dapat mengganggu pernapasan saat tidur yang
menimbulkan obstructive sleep apnea.

Selain keluhan-keluhan di atas, harus juga ditanyakan riwayat rinitis, asma, intoleransi terhadap
aspirin, alergi obat lainnya, dan alergi makanan.

Pemeriksaan fisik

Dengan pemeriksaan rhinoskopi anterior biasanya polip sudah dapat dilihat, polip yang masif
seringkali menciptakan kelainan pada hidung bagian luar. Pemeriksaan Rontgen dan CT scan
dapat dilakukan untuk

Polip biasanya tumbuh di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat penimbunan cairan,
seperti daerah di sekitar lubang sinus pada rongga hidung. Ketika baru terbentuk, sebuah polip
tampak seperti air mata dan jika telah matang, bentuknya menyerupai buah anggur yang
berwarna keabu-abuan.

Polip nasi yang masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar
karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dapat terlihat adanya
massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.1
Pembagian polip nasi

 Grade 0 : Tidak ada polip


 Grade 1 : Polip terbatas pada meatus media
 Grade 2 : Polip sudah keluar dari meatus media, tampak di rongga hidung tapi belum
menyebabkan obstruksi total
 Grade 3 : Polip sudah menyebabkan obstruksi total

Naso-endoskopi

Naso-endoskopi memberikan gambaran yang baik dari polip, khususnya polip berukuran kecil di
meatus media. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi
anterior tetapi tampak dengan pemeriksan naso-endoskopi. Pada kasus polip koanal juga dapat
dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila. Dengan naso-endoskopi
dapat juga dilakukan biopsi pada layanan rawat jalan tanpa harus ke meja operasi.

Pemeriksaan radiologi

Foto polos sinus paranasal (posisi water, AP, caldwell, dan lateral) dapat memperlihatkan
penebalan mukosa dan adanya batas udara dan cairan di dalam sinus, tetapi pemeriksaan ini
kurang bermanfaat pada pada kasus polip. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk
melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada kelainan anatomi, polip,
atau sumbatan pada komplek osteomeatal. CT scan terutama diindikasikan pada kasus polip yang
gagal diterapi dengan medikamentosa.

Pengobatan

 Terapi polip nasi dapat terbagi atas terapi medikamentosa dan terapi pembedahan. Terapi
medikamentosa bertujuan untuk mengurangi gejala dan ukuran polip, menunda selama
mungkin perjalanan penyakit, mencegah pembedahan, dan mencegah kekambuhan
setelah prosedur pembedahan. Terapi pembedahan bertujuan menghilangkan obstruksi
hidung dan mencegah kekambuhan. Oleh karena sifatnya yang rekuren, kadang-kadang
terapi pembedahan juga mengalami kegagalan dimana 7-50% pasien yang menjalani
pembedahan akan mengalami kekambuhan
 Terapi medikamentosa ditujukan pada polip yang masih kecil yaitu pemberian
kortikosteroid sistemik yang diberikan dalam jangka waktu singkat, dapat juga diberiksan
kortikosteroid hidung atau kombinasi keduanya.
 Penggunaa kortikosteroid pada pasien polip nasi dapat terbagi atas pemberian topikal dan
sistemik.
 Penggunaaa kortikosteroid pada pasien polip nasi dapat terbagi atas pemberian topikal
dan sistemik. Obat semprot hidung yang mengandung corticosteroid kadang bisa
memperkecil ukuran polip atau bahkan menghilangkan polip.
 Kortikosteroid sistemik Penggunaan kortikosteroid sistemik jangka pendek merupakan
metode alternatif untuk menginduksi remisi dan mengontrol polip. Berbeda dengan
steroid topikal, steroid sistemik dapat mencapai seluruh bagian hidung dan sinus,
termasuk celah olfaktorius dan meatus media dan memperbaiki penciuman lebih baik dari
steroid topikal. Penggunaan steroid sistemik juga dapat merupakan pendahuluan dari
penggunaan steroid topikal dimana pemberian awal steroid sistemik bertujuan membuka
obstruksi nasal sehingga pemberian steroid topikal spray selanjutnya menjadi lebih
sempurna
 Antibiotik Polip nasi dapat menyebabkan obstruksi dari sinus yang berakibat timbulnya
infeksi. Pengobatan infeksi dengan antibiotik akan mencegah perkembangan polip lebih
lanjut dan mengurangi perdarahan selama pembedahan. Pemilihan antibiotik dilakukan
berdasarkan kekuatan daya bunuh dan hambat terhadap spesies staphylococcus,
streptococcus, dan golongan anaerob yang merupakan mikroorganisme tersering yang
ditemukan pada sinusitis kronik.
 Tindakan pengangkatan polip dapat digunakan menggunakan senar polip dan anestesi
lokal. Untuk polip yang besar dan menyebabkan kelainan pada hidung, memerlukan jenis
operasi yang lebih besar dan anestesi umum.

Indikasi Pembedahan

 Polip berhubungan dengan tumor.


 Polip menghalangi saluran pernafasan
 Polip menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi sinus

Polip cenderung tumbuh kembali jika penyebabnya tidak terkontrol.

Penyebab yang sering adalah alergi dan mudah terserang infeksi saluran napas atas. Pemakaian
obat semprot hidung yang mengandung corticosteroid bisa memperlambat atau mencegah
kekambuhan. Tetapi jika kekambuhan ini sifatnya berat, sebaiknya dilakukan pembedahan untuk
memperbaiki drainase sinus dan membuang bahan-bahan yang terinfeksi.

Referensi :
 Bernstein JM, Gorfien J, Noble B. Role of allergy in nasal polyposis: a
review. Otolaryngol Head Neck Surg. Dec 1995;113(6):724-32. [Medline].
 Tos M, Sasaki Y, Ohnishi M, Larsen P, Drake-Lee AB. Fireside conference 2.
Pathogenesis of nasal polyps. Rhinol Suppl. 1992;14:181-5. [Medline].
 Becker SS, Rasamny JK, Han JK, Patrie J, Gross CW. Steroid injection for sinonasal
polyps: the University of Virginia experience. Am J Rhinol. Jan-Feb 2007;21(1):64-
9. [Medline].
 Bikhazi NB. Contemporary management of nasal polyps. Otolaryngol Clin North
Am. Apr 2004;37(2):327-37, vi. [Medline].
 Burgel PR, Escudier E, Coste A, Dao-Pick T, Ueki IF, Takeyama K. Relation of epi
dermal growth factor receptor expression to goblet cell hyperplasia in nasal polyps. J
Allergy Clin Immunol. Oct 2000;106(4):705-12. [Medline].
 Dagli M, Eryilmaz A, Besler T, Akmansu H, Acar A, Korkmaz H. Role of free radicals
and antioxidants in nasal polyps. Laryngoscope. Jul 2004;114(7):1200-3. [Medline].
 Hamilos DL, Thawley SE, Kramper MA, Kamil A, Hamid QA. Effect of intranasal
fluticasone on cellular infiltration, endothelial adhesion molecule expression, and
proinflammatory cytokine mRNA in nasal polyp disease. J Allergy Clin
Immunol. Jan 1999;103(1 Pt 1):79-87. [Medline].
 Nores JM, Avan P, Bonfils P. Medical management of nasal polyposis: a study in a series
of 152 consecutive patients. Rhinology. Jun 2003;41(2):97-102. [Medline].
 Norlander T, Fukami M, Westrin KM, Stierna P, Carlsöö B. Formation of mucosal
polyps in the nasal and maxillary sinus cavities by infection. Otolaryngol Head Neck
Surg. Sep 1993;109(3 Pt 1):522-9. [Medline].
 Nucera E, Schiavino D, Milani A, Del Ninno M, Misuraca C, Buonomo A. Effects of
lysine-acetylsalicylate (LAS) treatment in nasal polyposis: two controlled long term
prospective follow up studies. Thorax. Oct 2000;55 Suppl 2:S75-8. [Medline].
 Parnes SM. Targeting cysteinyl leukotrienes in patients with rhinitis, sinusitis and
paranasal polyps. Am J Respir Med. 2002;1(6):403-8. [Medline].
 Radenne F, Lamblin C, Vandezande LM, Tillie-Leblond I, Darras J, Tonnel AB. Quality
of life in nasal polyposis. J Allergy Clin Immunol. Jul 1999;104(1):79-84. [Medline].
 Rinia AB, Kostamo K, Ebbens FA, van Drunen CM, Fokkens WJ. Nasal polyposis: a
cellular-based approach to answering questions. Allergy. Apr 2007;62(4):348-
58. [Medline].
 Saunders MW, Wheatley AH, George SJ, Lai T, Birchall MA. Do corticosteroids induce
apoptosis in nasal polyp inflammatory cells? In vivo and in vitro
studies. Laryngoscope. May 1999;109(5):785-90. [Medline].
 Singh H, Ballow M. Role of cytokines in nasal polyposis. J Investig Allergol Clin
Immunol. 2003;13(1):6-11. [Medline].
 Steinke JW, Bradley D, Arango P, Crouse CD, Frierson H, Kountakis SE. Cysteinyl
leukotriene expression in chronic hyperplastic sinusitis-nasal polyposis: importance to
eosinophilia and asthma. J Allergy Clin Immunol. Feb 2003;111(2):342-9. [Medline].
 Tuncer U, Soylu L, Aydogan B, Karakus F, Akcali C. The effectiveness of steroid
treatment in nasal polyposis. Auris Nasus Larynx. Aug 2003;30(3):263-8. [Medline].
 Winestock DP, Bartlett PC, Sondheimer FK. Benign nasal polyps causing bone
destruction in the nasal cavity and paranasal sinuses. Laryngoscope. Apr 1978;88(4):675-
9. [Medline].
 Stammberger H. Surgical treatment of nasal polyps: past, present, and
future. Allergy. 1999;54 Suppl 53:7-11. [Medline].
 Mabry RL, Marple BF, Folker RJ, Mabry CS. Immunotherapy for allergic fungal
sinusitis: three years’ experience. Otolaryngol Head Neck Surg. Dec 1998;119(6):648-
51. [Medline].
 Holmstrom M. Clinical performance of fluticasone propionate nasal
drops. Allergy. 1999;54 Suppl 53:21-5. [Medline].
 Lund VJ, Flood J, Sykes AP, Richards DH. Effect of fluticasone in severe
polyposis. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. May 1998;124(5):513-8. [Medline].
 Andrews AE, Bryson JM, Rowe-Jones JM. Site of origin of nasal polyps: relevance to
pathogenesis and management. Rhinology. Sep 2005;43(3):180-4. [Medline].
 Babinski D, Trawinska-Bartnicka M. Rhinosinusitis in cystic fibrosis: not a simple
story. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. May 2008;72(5):619-24. [Medline].
 Bachert C, Watelet JB, Gevaert P, Van Cauwenberge P. Pharmacological management of
nasal polyposis. Drugs. 2005;65(11):1537-52. [Medline].
 Nakamura H, Kawasaki M, Higuchi Y, Takahashi S. Effects of sinus surgery on asthma
in aspirin triad patients. Acta Otolaryngol. 1999;119(5):592-8. [Medline].
 Norlander T, Bronnegard M, Stierna P. The relationship of nasal polyps, infection, and
inflammation. Am J Rhinol. Sep-Oct 1999;13(5):349-55. [Medline].
 Pawliczak R, Lewandowska-Polak A, Kowalski ML. Pathogenesis of nasal polyps: an
update. Curr Allergy Asthma Rep. Nov 2005;5(6):463-71. [Medline].
 Radenne F, Lamblin C, Vandezande LM, et al. Quality of life in nasal polyposis. J
Allergy Clin Immunol. Jul 1999;104(1):79-84. [Medline].
 Rudack C, Bachert C, Stoll W. Effect of prednisolone on cytokine synthesis in nasal
polyps. J Interferon Cytokine Res. Sep 1999;19(9):1031-5. [Medline].
 Slavin SA. The rectus abdominis myocutaneous flap: observation and refinements. Plast
Reconstr Surg. Feb 1983;71(2):280-1. [Medline].
 Small CB, Hernandez J, Reyes A, et al. Efficacy and safety of mometasone furoate nasal
spray in nasal polyposis. J Allergy Clin Immunol. Dec 2005;116(6):1275-81. [Medline].
 Uneri C, Ozturk O, Polat S, Yuksel M, Haklar G. Determination of reactive oxygen
species in nasal polyps. Rhinology. Sep 2005;43(3):185-9. [Medline].
 Young MC. Rhinitis, sinusitis, and polyposis. Allergy Asthma Proc. Jul-
Aug 1998;19(4):211-8. [Medline].
 Bateman ND, Shahi A, Feeley KM, Woolford TJ. Activated eosinophils in nasal polyps:
a comparison of asthmatic and non-asthmatic patients. Clin
Otolaryngol. Jun 2005;30(3):221-5. [Medline].
 Bernstein JM. Update on the molecular biology of nasal polyposis. Otolaryngol Clin
North Am. Dec 2005;38(6):1243-55. [Medline].
 Blaiss MS. Expanding the evidence base for the medical treatment of nasal polyposis. J
Allergy Clin Immunol. Dec 2005;116(6):1272-4. [Medline].
 Bugten V, Nordgard S, Steinsvag S. Long-term effects of postoperative measures after
sinus surgery. Eur Arch Otorhinolaryngol. May 2008;265(5):531-7. [Medline].
 Dunlop G, Scadding GK, Lund VJ. The effect of endoscopic sinus surgery on asthma:
management of patients with chronic rhinosinusitis, nasal polyposis, and asthma. Am J
Rhinol. Jul-Aug 1999;13(4):261-5. [Medline].
 Eghtedari F, Cheraghzadeh SR, Kashef MA, Monabati A, Kashef S. Agreement rate of
skin prick test with tissue eosinophil count in patients with nasal polyps. Iran J Allergy
Asthma Immunol. Jun 2007;6(2):89-92. [Medline].
 Eliashar R, Levi-Schaffer F. The role of the eosinophil in nasal diseases. Curr Opin
Otolaryngol Head Neck Surg. Jun 2005;13(3):171-5. [Medline].
 European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps. Rhinol Suppl. 2005;1-
87. [Medline].
 Hedman J, Kaprio J, Poussa T, Nieminen MM. Prevalence of asthma, aspirin intolerance,
nasal polyposis and chronic obstructive pulmonary disease in a population-based
study. Int J Epidemiol. Aug 1999;28(4):717-22. [Medline].
 Kieff DA, Busaba NY. Efficacy of montelukast in the treatment of nasal polyposis. Ann
Otol Rhinol Laryngol. Dec 2005;114(12):941-5. [Medline].
 Kramer MF, Rasp G. Nasal polyposis: eosinophils and interleukin-
5. Allergy. Jul 1999;54(7):669-80. [Medline].
 Lee CH, Lee KS, Rhee CS, Lee SO, Min YG. Distribution of rantes and interleukin-5 in
allergic nasal mucosa and nasal polyps. Ann Otol Rhinol Laryngol. Jun 1999;108(6):594-
8. [Medline].
 Lund V. Advances in the treatment of nasal polypopsis. Introduction. Allergy. 1999;54
Suppl 53:5-6. [Medline].
 Lund VJ. The effect of sinonasal surgery on asthma. Allergy. 1999;54 Suppl 57:141-
5. [Medline].
 Morinaka S, Nakamura H. Inflammatory cells in nasal mucosa and nasal polyps. Auris
Nasus Larynx. Jan 2000;27(1):59-64. [Medline].
 Mygind N. Advances in the medical treatment of nasal polyps. Allergy. 1999;54 Suppl
53:12-6. [Medline].
 Mygind N, Dahl R, Bachert C. Nasal polyposis, eosinophil dominated inflammation, and
allergy. Thorax. Oct 2000;55 Suppl 2:S79-83. [Medline].

Provided by
children’s ALLERGY CLINIC

JL TAMAN BENDUNGAN ASAHAN 5 JAKARTA PUSAT, JAKARTA INDONESIA


10210

PHONE : (021) 70081995 – 5703646

htpp://www.childrenallergyclinic.wordpress.com/
Clinical and Editor in Chief :

Widodo Judarwanto

email : judarwanto@gmail.com,

Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute
for professional medical advice. You should not use the information on this web site for
diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product
packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your
professional healthcare provider.

Copyright © 2010, Children Allergy Clinic Information Education Network. All rights
reserved.

Advertisements
REPORT THIS AD

Share this:

 Twitter
 Facebook
 Reddit

Like this:

Related

Sinusitis Pada Anak sering terjadi pada penderita alergiIn "alergi hidung-THT"

United Airway Disease : Keterkaitan Penyakit Alergi Rinitis dan Asma pada AnakIn "alergi
hidung-THT"
Permasalahan Alergi MakananIn "alergi gangguan tidur"

Posted in alergi hidung-THT, Alergi Thd Organ Tubuh Lain dan Penyakit Lain | Tags: Polip
Hidung

« Diet Buah dan Sayuran Selama Kehamilan Kurangi Resiko Alergi Bayi
Treatment Anti-Immunoglobulin E Antibody (Omalizumab) for Allergy Diseases »

Responses

1.

mau nanya dok, anak terkecil kami berumur 1,5 bln dan sering muncul bintil2 merah
disekitar pipi tapi bisa hilang timbul, kebetulan istri ada riwayat bila digigit nyamuk
langsung bentol2 dna gatal , kira2 apa penyebabnya dok? bagaimana supaya sifat allergi
pada istri saya tidak menurun ke anak kami? apakah ada makanan yang dihindari agar
sifat allergi pada istri tidak menurun ke anak misal makanan tinggi protein dikurangi
dll?trima kasih atas jawabnya dok

hormat kami
widodo

By: widodo on September 14, 2010


at 4:24 am

Reply

Leave a Reply
d096fa54ec /2010/09/05/polip guest

Fill in your details below or click an icon to log in:


(required)(Address never made public)(required)WordPress.com( Log Out / Change )
1563430874
( Log Out / Change ) ( Log Out / Change ) ( Log Out / Change )
1563430879695

Categories
 0.WELCOME SPEECH
 00.disease-condition
 01.children allergy club
 02.konsultasi online
 03.commercial sites
 04.news-update
 05.photo-images-atlas
 06.professional resources
 07.parenting resources
 08.basic immunology
 09.research
 10.journal watch
 11.diagnosis-assessment
 12.prevention
 13.treatment
 14.cause-etiology
 15.Allergy Quiz
 16.Meetings-Congress
 17. Tools-Devices
 alergi gangguan tidur
 alergi gigi-mulut
 alergi ginjal
 alergi hidung-THT
 alergi hormonal-obesitas
 alergi kehamilan-bayi
 alergi kulit
 alergi makanan
 alergi mata
 alergi obat
 alergi otot-tulang
 alergi pada dewasa
 alergi pembuluh darah-jantung
 alergi saluran-cerna
 alergi susu sapi
 Alergi Thd Organ Tubuh Lain dan Penyakit Lain
 alergi-batuk-asma-tbc
 alergi-gangguan otak
 alergi-gangguan perilaku
 alergi-prevalensi
 Book-Publication
 celiac disease
 Guidelines-Police Statement
 imunologi dasar
 imunologi klinis
 komplikasi
 kontroversi
 obat-terapi
 Pathophysiology
 pencegahan
 penyebab dan pencetus
 perjalanan alergi sesuai usia (allergy march)
 resep – menu makanan
 seminar
 tanda dan gejala
 tes alergi-diagnosis
 Uncategorized

Top Posts
 SUSU HIPOALERGENIK PARSIAL BUKAN UNTUK PENDERITA ALERGI SUSU
SAPI
 Biduran, Giduan, Urtikaria Bukan Sekedar Alergi Makanan Biasa
 Home
 Waspadai Makanan Penyebab Gangguan Otak dan Perilaku Anak
 Pencegahan Alergi Sejak Dini : Kenali Tanda dan gejala Alergi Pada Bayi
 Kejang, Epilepsi, Nonsiezure episode, Nonepilepticseizure, Nonepileptic paraxysmal
disorders atau nonepileptic attack disorders dan Alergi-Hipersensitifitas Makanan
 Sistem Komplemen
 Challenge Tes (Eliminasi Provokasi Makanan) : Diagnosis Pasti Alergi Makanan dan
Hipersensitifitas Makanan
 Sistem Fagosit dan Penyakit
 Sindrom Auriculotemporal atau Sindrom Frey's Sebagai Manifestasi Alergi Makanan
Recent Posts
 References and Bibliography of Asthma
 References and Bibliography of Food Allergy
 Focus in Patophysiology of Food Allergy
 Focus in Pathophysiology of Asthma
 Prevalence and Incidence of Food Allergy 1980 – 2010
 Google
 Asthma Prevalence and Statistics 1980-2010
 Guidelines and Position Statement Allergy
 Recommendations for appropriate sublingual immunotherapy clinical trials
 Allergy and Immunology Books Review
 Worldwide Allergy Meetings Congress
 Maternal consumption of peanut during pregnancy is associated with peanut sensitization
in atopic infants.
 Children with allergic and nonallergic rhinitis have a similar risk of asthma.
 Food Allergy and Stuttering
 Challenge Tes (Eliminasi Provokasi Makanan) : Diagnosis Pasti Alergi Makanan dan
Hipersensitifitas Makanan

link

Indonesian Articles
 Allergy-Adolescent-Man-Old Man
 Allergy-Cough-Asthma-Tuberculosis
 Komplikasi
 Kontroversi
 Obat-Terapi
 Pencegahan
 Penyebab-Pencetus
 Perjalanan Alamiah Alergi (Allergy March)
 PROFESIONAL : Imunologi Dasar
 PROFESIONAL : Imunologi Klinis
 PROFESIONAL : Prevalensi Alergi
 Resep Makanan Alergi
 Tanda-Gejala Alergi
 Tes Alergi-Diagnosis

Search Articles

Point Of Interest
 .Online Consultation
 Abstract-Journal Watch
 Allergy Quiz
 Basic Immunology
 Causes-Etiologies
 Children Allergy Club
 Diagnosis-Assessment
 Disease-Condition
 Meetings-Congress
 Parenting Resources
 Photo-Images-Atlas
 Prevention
 Professional Resources
 Research
 Tools-Devices
 Treatment-Management

Allergy Target Organ


 Allergy Hormone-Obesity
 Allergy Mouth-Tooth
 Allergy Pregnancy-Newborn-Infant
 Allergy Skin-Dermatitis
 Allergy-Behaviour (Gangguan Perilaku)
 Allergy-Brain-Central Nerve System
 Allergy-Cough-Asthma-Tuberculosis
 Allergy-Cow milk
 Allergy-Drug
 Allergy-Ear-Nose-Throath
 Allergy-Eyes
 Allergy-Food
 Allergy-Heart-Blood Vessels
 Allergy-Muscle-Bone
 Allergy-Other Organ-Body
 Allergy-Sleep Problems
 Allergy-Stomach-Gastrointestinal
Healthy Sites Recommendation
 Children Autism Clinic
 Children Celiac Clinic
 Children Speech Clinic
 Children Speech Clinic
 Clinic for Children
 Clinical Pediatric Allergy
 Clinical Pediatric Asthma
 Clinical Pediatric Food Allergy
 Clinical Pediatric Online
 Picky Eaters Clinic – Klinik Khusus Kesulitan Makan Pada Anak

Support For Children


 Fight Against Aids, Save Indonesian Children
 Indonesian Breastfeeding Network
 Poems and Songs For Children
 Save Indonesian Child From Pedophilia and sexual Abuse
 Save Our Children
 Save Our Children from Smoke

Media Internal
 Koran Anak Indonesia
 Koran Demokrasi Indonesia
 Koran Indonesa Sehat

Special Links
 American Academy of Allergy, Asthma and Immunology
 World Allergy Organization

Join with My Twitter


 Penanganan Sinusitis Terbaik, Bukan dengan Obat atau operasi tetapi kenali dan
atasi penyebabnya… twitter.com/i/web/status/1… 1 day ago

Advertisements
REPORT THIS AD

Blog at WordPress.com.

Close and accept


Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy

Anda mungkin juga menyukai