Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketidakberdayaan adalah presepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA, 2014).
Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan adalah dimana individu dengan kondisi
depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang diekspresikan oleh individu baik verbal
maupun non verbal. Intervesi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
ketidakberdayaan adalah mengenali dan mengekspresikan emosi, memodifikasi, pola
kognitif yang negative (latihan berfikir positif), berpartisipasi dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan perawatan dan termotivasi untuk aktif mencapai
tujuan realistis.

1.2 Tujuan Umum


Tujuan umum penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
mengklasifikasikan pasien gangguan jiwa dari berbagai masalah dan cara
berkomunikasi yang baik dengan pasien.

1.3 Tujuan Khusus


Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan konsep ketidakberdayaan
2. Menjelaskan pengkajian keperawatan pada pasien ketidakberdayaan
3. Menjelaskan diagnosa keperawatan pada pasien ketidakberdayaan
4. Menjelaskan rencana tindakan keperawatan pada pasien ketidakberdayaan
5. Menjelaskan implementasi keperawatan pada pasien ketidakberdayaan
6. Menjelaskan evaluasi keperawatan pada pasien ketidakberdayaan

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ketidakberdayaan


Menurut NANDA Internasional (2016) mendefinisikan ketidakberdayaan
sebagai persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan
mempengaruhi hasil; persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau situasi
yang akan segera terjadi. Ketidakberdayaan juga didefinisikan sebagai kondisi ketika
individu atau kelompok merasakan kurangnya kontrol personal terhadap sejumlah
kejadian atau situasi tertentu akan mempengaruhi tujuan dan gaya hidupnya
(Carpenito, 2009). Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang
dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.

2.2 Penyebab Ketidakberdayaan


Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketidakadekuatan
koping sebelumnya (seperti : depresi), serta kurangnya kesempatan untuk membuat
keputusan (Carpenito, 2009). Faktor terkait ketidakberdayaan menurut Doenges,
Townsend, M, (2008) yaitu:
a. Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol terhadap
terapi.
b. Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang kasar.
c. Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau yang
melemahkan kondisi.
d. Gaya hidup ketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan.
Adapun menurut Wilkinson (2007) sebagai berikut:
a. Biologis
Faktor penyebab ketidakberdayaan secara biologis diantaranya yaitu:
1) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua menderita
gangguan jiwa)
2) Gaya hidup (tidak merokok, alkohol, obat dan zat adiktif) dan pengalaman
penggunaan zat terlarang

2
3) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up, tanggal
terakhir periksa)
4) Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang mengganggu
pelaksana aktivitas harian klien
5) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita sampai kejang-
kejang atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang menimbulkan
lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic.
6) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS
b. Psikologis
Faktor penyebab ketidakberdayaan secara psikologis adalah sebagai berikut:
1) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal
2) Ketidakmampuan mengambil keputusan dan mempunyai kemampuan
komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat mengekspresikan
perasaan terkait dengan penyakitnya atau kondisi dirinya
3) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel,
kanker terminal atau AIDS
4) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah dicapai)
5) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya yang
sekarang
6) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu
otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
7) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama tahap
perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam mengembangkan
hobi dan aktivitas sehari-hari
8) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai
saksi
9) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah cemas,
rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
10) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
c. Sosial budaya
1) Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan

3
2) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai kecenderungan
yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan tergantung dari peran yang
dijalankan dalam kehidupannya
3) Pendidikan rendah
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau
orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6 bulan)
5) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol
(misalnya kontrol lokus internal)
6) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang lain,
tidak mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secara aktif,
enggan bergaul dan kadang menghindar dari orang lain
7) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
8) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun secara
pasif.

2.3 Klasifikasi Ketidakberdayaan


Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007) ketidakberdayaan yang
dialami klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain:
a. Rendah
Klien mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi dan
bersikap pasif.
b. Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah. Klien tidak melakukan
praktik perawatan diri ketika ditantang. Klien tidak ikut memantau kemajuan
pengobatan. Klien menunjukkan ekspresi ketidakpuasan terhadap
ketidakmampuan melakukan aktivitas atau tugas sebelumnya. Klien
menujukkan ekspresi keraguan tentang performa peran.
c. Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang terjadi
dengan mengabaikan kepatuhan klien terhadap program pengobatan dan
menyatakan tidak memiliki kendali (terhadap perawatan diri, situasi, dan hasil).

4
Sedangkan menurut Stephenson dalam Carpenito (2009) ada 2 jenis
ketidakberdayaan yaitu:
a. Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan situasional muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan
mungkin berlangsung singkat.
b. Ketidakberdayaan dasar
Ketidakberayaan dasar (trait powerlessness)bersifat lebih menyebar,
memengaruhi pandangan, tujuan, gaya hidup, dan hubungan.

2.4 Gejala Klinis


Menurut SDKI (2017), terdapat tanda dan gejala ketidakberdayaan yaitu
sebagai berikut:
Tanda dan Gejala Mayor Tanda dan Gejala Minor
Subjektif Subjektif
Menyatakan frustasi atau tidak mampu 1. Merasa diasingkan
melaksanakan aktivitas. 2. Menyatakan keraguan tentang kinerja
peran
3. Menyatakan kurang kontrol
4. Menyatakan rasa malu
5. Merasa tertekan
Objektif Objektif
Bergantung pada orang lain 1. Tidak berpartisipasi dalam perawatan
2. Pengasingan

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Kannie (2011), pemeriksaan diagnostik dalam ketidakberdayaan
yaitu dengan memperhatikan ekspresi wajah, menggali perasaan pasien, memahami
dan mengenali karakteristik dari ketidakberdayaan seperti ketidakberdayaan ringan,
sedang, atau berat.

5
2.6 Penatalaksanaan Medis
Menurut Kannie ( 2011), terdapat teknik penatalaksanaan medis pada pasien-
pasien yang mengalami ketidakberdayaan, seperti: melakukan pendekatan,
mengidentifikasi permasalahan, membantu membuat tujuan yang realistis,
menerapkan implementasi, dan melakukan tindakan keperawatan keluarga yaitu
penjelasan terhadap kondisi pasien dan cara merawat pasien, dengan cara latihan
mengontrol perasaan ketidakberdayaan seperti :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenali dan mengekspresikan emosinya.
c. Memodifikasi pola kognitif yang negatif
d. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
perawatannya sendiri.
e. Termotivasi untuk mencapai tujuan yang realistis.

2.7 Komplikasi
Menurut Rosenthal (2006 ), adapun beberapa komplikasi dari
ketidakberdayaan yaitu sebagai berikut :
a. Ansietas
b. Harga diri rendah kronik
c. Kurang dukungan sosial
d. Penyakit yang melemahkan secara progresif
e. Harga din rendah situasionaì
f. Marginalisasi sosial
g. Kondisi terstigma
h. Perjalanan penyakit yang tidak dapat diprediksi

2.8 Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan


Karena ketidakberdayaan dapat menyebabkan gangguan harga diri maka
diagnosa keperawatan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan
adalah mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau
mempengaruhi situasi.
a. Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu

6
b. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
c. Tidak berpartisipasi dalam mengambil keputusan saat kesempatan
diberikan
d. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
e. Apatis, pasif
f. Ekspresi muka murung
g. Bicara dan gerakan lambat
h. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
i. Tidur berlebihan
j. Menghindari orang lain
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yaitu ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan
merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan
hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
A. Tujuan Umum
Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk
mengendalikan situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan
rendah diri.
B. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat membina hubungan terapeutik dengan perawat
b. Pasien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya
c. Pasien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif
d. Pasien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan
dengan perawatannya sendiri
e. Pasien dapat termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistik.
C. Rencana Tindakan
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh
pada ketidakberdayaan (misalnya: pekerjaan, aktivitas hiburan, tanggung
jawab peran, hubungan antar pribadi). Rasional: mengidentifikasi
situasi/hal-hal yang berpotensi dapat dikendalikan dan dapat digunakan
sebagai sumber kekuatan/power bagi klien.

7
b. Diskusikan dengan pasien pilihan yang realistis dalam perawatan, berikan
penjelasan untuk pilihan tersebut. Rasional: Memberikan kesempatan pada
klien untuk berperan dalam proses perawatan, termasuk untuk
meningkatkan pemikiran positif klien, dan meningkatkan tanggung jawab
klien.
c. Libatkan pasien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas
perawatan/rencana terapi. Rasional: Pelibatan klien dalam proses
pembuatan keputusan, mampu meningkatkan rasa percaya diri.
d. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada pasien
(jelaskan semua prosedur, peraturan dan pilihan untuk pasien, berikan
waktu untuk menjawab pertanyaan dan minta individu untuk menuliskan
pertanyaan sehingga tidak terlupakan). Rasional: Meningkatkan
kemampuan berpikir positif terhadap proses perawatan yang sedang
dijalani oleh klien, pelibatan klien dalam setiap pengambilan keputusan
menjadi hal penting.
e. Bantu pasien mengidentifikasi situasi kehidupannya yang dapat
dikendalikan (perasaan cemas, gelisah, ketakutan). Rasional: Kondisi
emosi pasien mengganggu kemampuannya untuk memecahkan masalah.
Bantuan diperlukan agar dapat menyadari secara akurat keuntungan dan
konsekuensi dari alternative yang ada
f. Bantu klien mengidentifikasi situasi kehidupan yang tidak dapat ia
kendalikan. Diskusikan dan ajarkan cara melakukan manipulasi untuk
mengendalikan keadaan yang sulit dikendalikan. Rasional: dorong pasien
untuk mengungkapkan rasa yang berhubungan dengan ketidakmampuan
sebagai upaya mengatasi
masalah yang tidak dapat terselesaikan.
g. Bantu pasien mengidentifikasi faktor pendukung, kekuatan diri (baik dari
diri sendiri, teman, keluarga, dsb). Rasional pada pasien ketidakberdayaan
faktor pendukung dapat mendukung dan menguatkan klien menghadapi
masalah.
h. Sampaikan kepercayaan diri terhadap kemampuan pasien untuk
menangani keadaan dan sampaikan perubahan positif klien. Rasional:
meningkatkan rasa percaya diri klien terhadap kemampuannya.

8
i. Biarkan pasien mengemban tanggung jawab sebanyak mungkin atas
praktik perawatan dirinya (dorong kemandirian pasien). Rasional
memberikan pilihan kepada pasien akan meningkatkan perasaannya dalam
mengendalikan hidupnya
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana
keperawatan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi klien. Selama
dilakukan tindakan, kondisi kesehatan klien perlu diawasi dan dimonitor, baik
biologis maupun psikologisnya.
5. Evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang kita lakukan,dapat
dilakukan dengan menilai kemampuan klien dan keluarga :
a. Kemampuan klien
- Mampu menganal ketidakberdayaan dan yang dialami
- Mampu mengekspresikan emosi terkait kondisi ketidakberdayaan
- Mampu menyebutkan keputusan terkait rencana perawatanya
b. Kemampuan keluarga
- Mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari ketidakberdayaan
- Menyebutkan cara merawat klien dengan ketidakberdayaan
- Mampu mendukung klien berpartisipasi terhadap rencana perawatnya
- Mampu memotivasi klien dalam mencapai tujuan yang realistis

9
BAB 3
STUDI KASUS

A. Kasus Ketidakberdayaan
Nn. M 26 tahun mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tangan kanan dan kaki
kanan patah sehingga harus bed rest untuk waktu yang cukup lama guna
penyembuhan, sedangkan ia adalah mahasiswa semester 10 yang tengah
menyelesaikan tugas skripsinya. Dengan kondisi yang demikian ia tidak dapat
melakukan bimbingan dengan dosen pembimbingnya sedangkan ini adalah semester
terakhirnya untuk menyelesaikan kuliahnya karena akan di drop out bila melebihi 10
semester. Nn. M mengatakan sepertinya tidak mampu menyelesaikan skripsinya,
bingung, jarang mandi, sering menangis saat ditanya tentang skripsi, sering melamun,
tidak punya selera makan, sering menolak orang yang ingin menjenguk keadaannya
dan sering menyalahkan dirinya tentang kecelakaan itu.

B. Proses Asuhan Keperawatan Kasus


Pengkajian
1. Identitas
- Identitas pasien
Nama : Nn. M
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Status : Belum menikah
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Gerokgak Gede, Tabanan
Tanggal masuk : 08/03/2019, pukul 19.00 WITA
Tanggal pengkajian : 10/03/2019, pukul 16.00 WITA
No. Register : 13 241 21
Diagnosa medis : Fraktur tibia 1/3 proksimal dextra dan fraktur humerus
dextra
- Identitas penanggung jawab
Nama : Ny SM

10
Umur : 50 th
Hubungan dgn pasien : Ibu kandung
Pekerjaan : Petani
Alamat : Gerokgak Gede, Tabanan
2. Faktor predisposisi
a. Biologis
- Ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar,
yaitu jarang mandi dan tidak nafsu makan
- Tidak bisa berjalan pergi ke kampus untuk bimbingan skripsi
- Tidak bisa mengetik dengan maksimal karena tangan kanannya patah
b. Psikologis
- Pengalaman traumatis: cedera fisik yang menyebabkan intoleransi
aktivitas
- Gangguan konsep diri karena menganggap dirinya terancam oleh
kegagalan dalam mencapai tujuan sehingga menimbulkan perasaan
frustasi
- Mengalami stres psikologis karena tidak mampu mengontrol stimulus
yang ada
c. Sosial budaya
- Usia: pada usia tersebut individu memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi, namun ketika tekanan dan fungsinya tidak terjalani maka akan
memberikan dampak yang besar pada keputusan yang diambil
- Pembatasan aktivitas oleh tim medis/keluarga akibat penyakit/trauma
yang diderita
- Kondisi pasien yang belum mampu menyelesaikan skripsinya
- Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpatisipasi di
lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal
dengan orang lain (mengungkapkan respon ketidakberdayaan dengan
kesulitan dalam hubungan interpersonal yang berakar dari keterbatasan
fisiknya)

11
3. Pohon masalah

Kurang pengetahuan

Koping individu tidak efektif

Ketidakberdayaan

Harga diri rendah

4. Analisis data
No. Data yang ditemukan Masalah keperawatan
1 DS: Koping individu tidak efektif
- Pasien mengatakan bingung dalam
mengatasi masalahnya
- Pasien menyalahkan dirinya sendiri
DO:
- Pasien sering menangis saat ditanya
tentang skripsinya
- Pasien sering melamun
2 DS: Ketidakberdayaan
- Pasien mengatakan tidak mampu
menyelesaikan skripsinya karena tidak
mampu pergi bimbingan skripsi
DO:
- Pasien sering menangis saat ditanya
tentang skripsinya
- Pasien sering melamun
3 DS: Harga diri rendah
- Pasien enggan bertemu dengan orang yang
akan menjenguknya (membatasi hubungan
interpersonal)
- Pasien menyalahkan dirinya sendiri

12
DO:
- Pasien menangis saat ditanya tentang
skripsinya

4 DS: Defisit perawatan diri: mandi


- Pasien mengatakan tidak mau
mandi/dimandikan sehingga jarang mandi
DO:
- Pasien tidak mampu melakukan perawatan
diri secara mandiri karena bedrest
5 DS: Ketidakseimbangan nutrisi kurang
- Pasien mengatakan tidak selera makan dari kebutuhan tubuh
DO:
- Pasien tidak makan/ makan sedikit dari
yang disediakan

Diagnosis dan Intervensi Keperawatan


No. Diagnosis Tujuan Intervensi
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Peningkatan koping
koping asuhan keperawatan - Bantu pasien dalam memeriksa
berhubungan selama 3x24 jam sumber-sumber yang tersedia
dengan kurang diharapkan pasien untuk memenuhi tujuan-tujuannya
percaya diri dalam memiliki koping yang - Bantu pasien untuk
kemampuan baik dengan kriteria mengidentifikasi strategi positif
mengatasi masalah hasil: untuk mengatasi keterbatasan dan
Koping mengelola gaya hidup dan
- Mengekspresikan perubahan peran
perasaan dan - Bantu pasien beradaptasi dan
kebebasan mengantisipasi perubahan pasien
emosional - Bantu pasien mengidentifikasi
- Melibatkan kemungkinan yang dapat terjadi
anggota keluarga
dalam mengambil

13
keputusan
- Menentukan
prioritas
- Mencari bantuan
ketika dibutuhkan
2 Ketidakberdayaan Setelah dilakukan - Lakukan pendekatan yang hangat,
berhubungan asuhan keperawatan bersifat empati, tunjukkan respon
dengan kurang selama 3x24 jam emosional dan menerima pasien
pengetahuan untuk diharapkan pasien apa adanya
mengelola situasi dapat mengatasi - Sediakan waktu untuk berdiskusi
ketidakberdayaan dan bina hubungan yang sifatnya
dengan kriteria hasil: supportif, beri waktu pasien untuk
Kepercayaan berespon
mengenai kesehatan: - Bantu pasien untuk
merasakan mengidentifikasi faktor-faktor
kemampuan yang dapat berpengaruh terhadap
melakukan ketidakberdayaan
- Penerimaan - Bantu pasien meningkatkan
status kesehatan pemikiran positif
- Adaptasi - Diskusi tentang masalah yang
terhadap dihadapi pasien tanpa memintanya
disabilitas fisik untuk menyimpulkan
- Adanya harapan - Identifikasi cara-cara yang dapat
dicapai oleh pasien. Dorong untuk
berpartisipasi dalam aktivitas-
aktivitass tersebut dan berikan
penguatan positif untuk partisipasi
dalam pencapaian.
- Motivasi keluarga untuk berperan
aktif dalam membantu pasien
menurunkan perasaan
ketidakberdayaan
3 Harga diri rendah Setelah dilakukan - Kaji alasan pasien untuk

14
berhubungan asuhan keperawatan mengkritik dan menyalahkan diri
dengan kegagalan selama 3x24 jam sendiri
dalam mencapai diharapkan pasien - Monitor frekuensi komunikasi
tujuan kembali memiliki verbal pasien yang negatif
kepercayaan diri dan - Dorong pasien untuk
body image yang baik mengidentifikasi kekuatan dirinya
dengan kriteria hasil: - Buat statement positif terhadap
- Menunjukkan pasien
penilaian pribadi - Dukung peningkatan tanggung
tentang harga diri jawab diri, jika diperlukan
- Mengungkapkan
penerimaan diri
- Komunikasi
terbuka
- Mengatakan
optimisme
tentang masa
depan
- Menggunakan
strategi koping
efektif

4 Defisit perawatan Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri:


diri: mandi asuhan keperawatan mandi/kebersihan
berhubungan selama 2x24 jam - Monitor kemampuan pasien untuk
dengan gangguan diharapkan defisit perawatan diri mandiri
muskuloskeletal perawatan diri pasien - Monitor kebutuhan pasien untuk
dan penurunan teratasi dengan kriteria alat-alat bantu kebersihan diri,
motivasi/ minat hasil: berpakaian, berhias, toileting, dan
Perawatan diri: mandi makan
- Pasien bebas dari - Sediakan bantuan sampai pasien
bau badan mampu secara utuh untuk
- Dapat melakukan melakukan perawatan diri

15
aktivitas dengan - Dorong pasien untuk melakukan
bantuan secara mandiri, tetapi beri bantuan
jika pasien tidak mampu
melakukan
- Ajarkan pasien/keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya ketika
pasien tidak mampu melakukan

5 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


nutrisi kurang dari asuhan keperawatan - Tentukan status gizi pasien dan
kebutuhan tubuh selama 2x24 jam kemampuan untuk memenuhi
berhubungan diharapkan kebutuhan kebutuhan gizi
dengan faktor nutrisi pasien - Atur diet yang diperlukan
psikologis terpenuhi secara - Anjurkan keluarga untuk
(keengganan untuk adekuat dengan membawa makanan favorit pasien,
makan) kriteria hasil: yang sesuai
Status nutrisi - Monitor kalori dan asupan
- Berat badan makanan
meningkat - Monitor kecenderungan terjadinya
- Nafsu makan penurunan dan kenaikan berat
meningkat badan
- Pasien mampu
menghabiskan
makanan 1 porsi

Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat dan disesuaikan
dengan kondisi pasien

Evaluasi
1. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan kurang percaya diri dalam kemampuan
mengatasi masalah

16
Evaluasi:
S: Pasien mengatakan bahwa ia masih merasa bingung, namun pasien juga
mengatakan akan berusaha meminta bantuan orang-orang di sekitarnya dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapinya
O: Pasien terlihat lebih ceria, tidak lagi menyalahkan dirinya sendiri, dan sudah mau
bertemu dengan orang lain yang ingin menjenguknya
A: Masalah keperawatan teratasi
P: Tindakan dihentikan
2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk mengelola situasi
Evaluasi:
S: Pasien mengatakan sudah cukup mampu beradaptasi dengan kondisi dirinya yang
harus bedrest selama beberapa waktu, pasien juga mengatakan akan berusaha
berkonsultasi dengan keluarga, teman, serta dosen pembimbingnya dalam rangka
mengatasi permasalahan terkait skripsinya
O: Pasien sudah tidak menangis saat ditanya mengenai skripsinya, pasien juga sudah
tidak pernah melamun
A: Masalah keperawatan teratasi
P: Tindakan dihentikan
3. Harga diri rendah berhubungan dengan kegagalan dalam mencapai tujuan
Evaluasi:
S: Pasien mengatakan telah memiliki kepercayaan diri kembali dan yakin dapat
menyelesaikan skripsinya dengan bantuan orang-orang di sekitarnya
O: Pasien sudah tidak menyalahkan dirinya sendiri dan mau berhubungan dengan
orang lain
A: Masalah keperawatan teratasi
P: Tindakan dihentikan
4. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal dan
penurunan motivasi/minat
Evaluasi:
S: Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah mau mandi dengan bantuan
keluarga
O: Pasien terlihat bersih dan wangi
A: Masalah keperawatan teratasi

17
P: Tindakan dihentikan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
psikologis (keengganan untuk makan)
Evaluasi:
S: Keluarga pasien mengatakan bahwa nafsu makan pasien sudah membaik
O: Makanan yang disediakan untuk pasien tidak tersisa/habis
A: Masalah keperawatan teratasi
P: Tindakan dihentikan

18
BAB 4
PEMBAHASAN

Masalah keperawatan yang dialami oleh pasien Nn. M dalam kasus tersebut
adalah ketidakberdayaan dan koping individu tidak efektif. Hal ini didasarkan dengan
melihat dari data subjektif dan data objektif pasien, seperti:
1. Pasien tidak mampu menyelesaikan skripsinya karena tidak mampu pergi
bimbingan skripsi
2. Pasien sering menangis saat ditanya tentang skripsinya
3. Pasien mengatakan bingung dalam mengatasi masalahnya
4. Pasien menyalahkan dirinya sendiri
5. Pasien enggan bertemu dengan orang lain
6. Pasien sering melamun
Tekanan tugas skripsi yang tidak dapat selesai karena keadaan pasien yang
sekarang mengalami patah tulang kaki dan tangan, yang menyebabkan pasien tidak
dapat mengikuti bimbingan skripsi dan ancaman drop out karena melebihi 10
semester adalah masalah utama yang menyebabkan pasien mengalami
ketidakberdayaan dan koping individu tidak efektif, yaitu persepsi individu bahwa
segala tindakanya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu.
Rencana tindakan yang dapat kami susun adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukkan respon emosional
dan menerima pasien apa adanya
2. Menyediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif,
beri waktu pasien untuk berespon
Untuk intervensi 1 dan 2 sesuai dengan teori yang disampaikan oleh (Legg,
2010) bahwa komunikasi yang baik akan menciptakan hubungan yang baik antara
perawat dan klien. Hubungan yang terjalin dengan baik dihasilkan dari rasa
kepercayaan, rasa saling menghormati dan mengerti
3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh
terhadap ketidakberdayaan
4. Membantu pasien meningkatkan pemikiran positif
Intervensi ke-3 dan ke-4 sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Limbert
(2004 dalam Kholidah & Alsa, 2013) menyebutkan bahwa berpikir positif akan

19
membuat individu menerima situasi hidup secara lebih positif. Hal tersebut sangat
membantu orang dengan ketidakberdayaan yang menganggap dirinya tidak dapat
mengontrol sesuatu dan merasa tidak berdaya
5. Berdiskusi tentang masalah yang dihadapi pasien tanpa memintanya untuk
menyimpulkan
6. Mengidentifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh pasien. Dorong untuk
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitass tersebut dan berikan penguatan positif
untuk partisipasi dalam pencapaian.
Tindakan ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Dochterman &
Bulecheck (2004 dalam Dryer, 2007) menyebutkan bahwa salah satu tindakan yang
dapat dilakukan untuk menguarangi ketidakberdayaan adalah dengan membantu klien
meningkatkan harga diri. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengungkapkan perkataan yang mengandung pujian
7. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu pasien menurunkan
perasaan ketidakberdayaan
Tindakan yang kami tentukan memiliki tujuan untuk mengontrol perasaan
ketidakberdayaan dan menurunkan perasaan tersebut, dengan membina hubungan
yang positif dan memberikan motivasi serta cara-cara positif yang dapat dicapai
pasien sebagai penguatan positif.

20
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ketidakberdayaan sebagai persepsi bahwa tindakan seseorang secara
signifikan tidak akan mempengaruhi hasil; persepsi kurang kendali terhadap
situasi saat ini atau situasi yang akan segera terjadi. Ketidakberdayaan juga
didefinisikan sebagai kondisi ketika individu atau kelompok merasakan
kurangnya kontrol personal terhadap sejumlah kejadian atau situasi tertentu akan
mempengaruhi tujuan dan gaya hidupnya (Carpenito, 2009). Perawat dapat
menyusun intervensi dari masalah ketidakberdayaan dengan meningkatkan
motivasi, hubungan yang positif yang dapat diambil dari sekitar pasien dan dari
dalam diri pasien sendiri, yang dapat meringankan tekanan mental yang dirasakan
pasien karena masalah ketidaknyamanan yang dialami oleh pasien.

5.2 Saran
Meningkatkan motivasi dari dalam diri, dapat mengikhlaskan serta lebih
berlapang dada adalah hal yang sangat peting dilakukan karena dengan hati yang
telah siap menghadapi masalah akan memperkecil resiko terkena masalah
ketidakberdayaan serta dapat dengan mudah mencari solusi dari masalah yang
dialami.

21
DAFTAR PUSTAKA

Asep Hidayat. 2014. Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan Pada Tn. H.


Dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Antasena Rumah
Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Tersedia di
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390998-PR-
Asep%20Hidayat.pdf. Diakses pada 12 Maret 2019

Carpenito, L.J. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Ed 9.


Jakarta: EGC

Dryer,D.E (2007) The phenomenon of powerless in the eldeey. The Ruth & tes Braun
Award For Wraiting Exellence At Saginaw Vlley University

Mamnu’ah. 2017. Panduan Praktikum Keperawatan Jiwa II. Yogyakarta: UNISA

Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC

Townsend, M.C. 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan
& Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

22

Anda mungkin juga menyukai