Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia menandakan bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang merdeka dari belenggu penjajahan. kurun waktu
tahun 1945 hingga tahun 1950 merupakan masa Revolusi Indonesia. Ini
merupakan sebuah masa dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang
sarat dengan perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan, baik
perjuangan secara fisik ataupun secara diplomasi. Kemerdekaan yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 ternyata tidaklah serta
merta segera mengubah situasi dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa
yang merdeka seutuhnya.
Revolusi Indonesia sudah dilancarkan, dan mendapat reaksi hebat
di seluruh pelosok nusantara, meskipun tidak segera diketahui di Jakarta
(Kahin, 1995, hlm. 173). Banyak rakyat Indonesia yang menaruh harapan
besar kepada para pemimpin negara ini agar dapat membawa kehidupan
yang lebih layak, aman dan sejahtera. Rakyat Indonesia sudah
memimpikan setelah tahun 1945 akan hidup lebih baik dari sebelumnya.
Namun kenyataan berbicara terbalik. Beberapa pertempuran melawan
musuh negara pun gencar dilakukan setelah kemerdekaan Indonesia
dikumandangkan.
Pasca proklamasi kemerdekaan, para tokoh Indonesia berusaha
untuk membenahi tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Suatu
negara yang baru merdeka memerlukan suatu dasar negara dan pemimpin
yang mampu memimpin pemerintahan. Selain itu juga perlunya
membentuk badan atau lembaga yang berfungsi membantu pemimpin
Negara dalam menjalankan tugasnya. Poesponegoro dan Notosusanto
(1993, hlm. 95) menjelaskan bahwa setelah peristiwa proklamasi terdapat
beberapa rapat yang dilakukan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Rapat tersebut menghasilkan keputusan mengenai
langkah yang akan ditempuh oleh Indonesia kedepan. Selepas peristiwa

Dikky Kurniawan Wibawa Sakti, 2016


PERANAN UMAR WIRAHADIKUSUMAH DALAM MEMBANGUN INDONESIA TAHUN 1945-1988
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2

proklamasi golongan muda dan golongan tua bersatu untuk menyamakan


persepsi melalui satu wadah yang bernama PPKI. Terdapat beberapa
keputusan penting dalam sidang PPKI yang berlangsung selama tiga tahap
salah satunya Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Usaha bangsa Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan
negara, tidaklah cukup hanya dengan pasukan perjuangan rakyat yang
tradisional saja, akan tetapi diperlukan sebuah sistem pertahanan yang
sifatnya nasional. Namun karena kondisi Republik Indonesia yang baru
merdeka, hal tersebut sulit terwujud karena alat kelengkapan negara yang
bisa mendukung keberlangsungan pemerintahan di Indonesia belum
memadai. Oleh karena itu, langkah yang diambil oleh para pemimpin
negara melalui PPKI adalah menyusun konstitusi negara dan membentuk
alat kelengkapan negara. Salah satu yang dirumuskan dalam sidang PPKI
tanggal 22 Agustus 1945 adalah dibentuknya Badan Keamanan Rakyat
(BKR). Pembentukan BKR ini disambut dengan pendaftaran menjadi
anggota BKR dari kota besar hingga pelosok (Disjarahdam VI/ Siliwangi,
1979, hlm. 24).
Namun karena situasi Indonesia semakin pelik akibat ancaman dari
dalam ataupun dari luar negeri, maka pemerintah merasa perlu untuk
membentuk angkatan bersenjata sebagai tentara nasional dan dibentuklah
Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Demikianlah pada tanggal 5 Oktober
1945 pemerintah mengeluarkan maklumat No. 2/ X/ 45 yeng berisi tentang
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) (Hartanti dkk, 1990, Hlm 23)
Pada umumnya, yang berjuang setelah kemerdekaan Indonesia
tahun 1945 adalah seluruh rakyat Indonesia. Tetapi tentara mempunyai
kewajiban untuk turut serta mempersoalkan dan memikirkan yang
merupakan sebagaian dari tenaga sosial yang mendorong lekas tercapainya
tujuan revolusi Bangsa Indonesia (Nasution, TTh, hlm. 205). Ketika
pembentukan TKR diumumkan, pada hari itu juga bekas mayor KNIL
Oerip Soemohardjo yang telah dipensiunkan pada tahun 1938 diangkat
sebagai Kepala Markas Besar Umum TKR. Batalion-batalion TKR
dikelompokan menjadi resimen dan divisi. Enam divisi terbentuk di

Dikky Kurniawan Wibawa Sakti, 2016


PERANAN UMAR WIRAHADIKUSUMAH DALAM MEMBANGUN INDONESIA TAHUN 1945-1988
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3

Sumatra, tiga di Jawa Barat, empat di Jawa Tengah, dan tiga di Jawa
Timur (Shundhaussen, 1986, hlm. 10-15).
Ribuan Pemuda mendaftarkan namanya guna membela Negara.
Para pemuda Indonesia yang masuk Tentara Keamanan Rakyat
mempunyai dasar dan keyakinan politik ingin menyumbangkan apa saja
yang ada padanya untuk menjaga keamanan negaranya. Rakyat pun
gembira dengan adanya kelahiran TKR pada waktu itu. Panitia setempat
tidak dapat menampung beribu-ribu pemuda yang datang untuk
mendaftarkan diri. Bahkan dokter-dokter, insinyur-insinyur, pedagang-
pedagang, pamong praja dan sebagainya meninggalkan pekerjaannya
untuk dapat menggambarkan jiwa raganya bagi membela negara
(Nasution, 1963, hlm. 126-127).
Salah satu yang mendaftar dan menjadi anggota TKR pada waktu
itu adalah Umar Wirahadikusumah. Beliau merupakan mantan tentara
PETA dan turut menjadi anggota TKR dalam masa perang kemerdekaan.
Karir militernya sudah dimulai sejak masa remaja yang kemudian
mendaftarkan diri untuk menjadi anggota dari angkatan perang pertama
bangsa Indonesia yaitu Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Umar Wirahadikusumah lahir di Desa Situraja, Kabupaten
Sumedang pada tanggal 10 Oktober 1924. Beliau merupakan orang Suku
Sunda asli yang dilahirkan dari pasangan Raden Lesmana Ratnaningrum
yang terkenal akan kecantikanya di daerah Situraja dan Raden Dadang
Maryun Wirahadikusumah, pria ganteng yang menjabat sebagai Wedana
Cibatu, Kabupaten Garut itu dikenal pula sebagai Raden Rangga
Wirahadikusumah (Janarto, 2006, hlm. 5).
Pada masa kecilnya, Umar mengenyam pendidikan tidak di daerah
kelahiranya yaitu Situraja. Karena pada saat itu tidak ada sekolah yang
memadai untuk Umar kecil. Maka Umar hijrah ke daerah Cicalengka
sehubungan dengan diangkatnya ayahanda yaitu Raden Rangga
Wirahadikusumah sebagai Wedana Cicalengka dan diterima di Bangku
Sekolah dasar atau ELS (Europeesche Lagere School) dan sempat
melanjutkan juga di daerah Tasikmalaya. Setelah menamatkan ELS, Umar

Dikky Kurniawan Wibawa Sakti, 2016


PERANAN UMAR WIRAHADIKUSUMAH DALAM MEMBANGUN INDONESIA TAHUN 1945-1988
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4

lalu melanjutkan pelajaranya ke MULO (setaraf SMP) “Pasundan”


(Sudirjo, 1983, hlm. 31).
Mengawali karir kemiliteran bersama pasukan bentukan Jepang
yaitu PETA diawali dengan pendidikan kemiliteran Seinendoyo di
Tangerang selama 8 bulan pada gelombang kedua dan latihan pendahuluan
selama 4 bulan di Bandung (Disjarahad. 2013, hlm. 29). Setalah menimba
ilmu kemiliteran, Umar Muda mengemban tugas pertama di PETA sebagai
Shudanco (setingkat Komandan Peleton) Daidan II yang ditempatkan
selama satu tahun di kota Tasikmalaya. Setalah itu Umar dipindahkan ke
Daidan III di Pangandaran, Kabupaten Ciamis pada tanggal 1 April 1943
sebagai Komandan Peleton (Hidayat dkk, 1983, hlm 14).
Pendudukan Jepang di Indonesia mendekati akhir, setelah kota
Nagasaki dan Hiroshima di Jepang diserang oleh Amerika dengan
menggunakan Bom Atom dan memaksa Jepang untuk bertekuk-lutut dan
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Rupanya ramalan yang pernah
beredar di kalangan rakyat yang lebih populer disebut sebagai ramalan
“Jayabaya” yang mengatakan, bahwa masa pendudukan Jepang di Tanah
Air kita hanya seumur jagung, ternyata mengandung kebenaran (Salam,
1994, hlm 16).
Setelah masa pendudukan Jepang berakhir, Umar
Wirahadikusumah bergabung bersama BKR. Dengan menyandang jabatan
Shudanco saat bergabung bersama PETA, Umar dipercaya sebagai
Komandan BKR di Cicalengka. Seiring dengan kondisi Indonesia pasca
kemerdekaan yang dimana konflik masih terus terjadi, maka pada tanggal
5 Oktober 1945 Presiden Soekarno mengumumkan bahwa Eks PETA,
Heiho, Kaigun Heiho, KNIL, Hisbullah dan lain-lain dapat bergabung
bersama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sejak tanggal 1 September
1945 telah menyusun Badan Keamanan Rakyat di Kawedanan Cicalengka,
dimana ia sendiri telah dipercayai oleh Wedana untuk menjabat sebagai
Komandannya (Salam, 1994, Hlm. 19)
Beberapa pertempuran terjadi pada masa setelah kemerdekaan
terutama Belanda yang melancarkan serangan dalam Agresi Militer I dan

Dikky Kurniawan Wibawa Sakti, 2016


PERANAN UMAR WIRAHADIKUSUMAH DALAM MEMBANGUN INDONESIA TAHUN 1945-1988
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5

Agresi Militer Belanda II. Dalam Agresi Militer Belanda I yang


merupakan dampak dari perjanjian Linggarjati yang dianggap Indonesia
sebagai sebuah pelanggaran yang dilakukan oleh Belanda yang dimana
peristiwa ini terjadi di Pulau Jawa dan Sumatera. Umar Wirahadikusumah
turut serta dalam berbagai peretempuran yang terjadi akibat Agresi Militer
Belanda I tersebut. Kapten Umar yang bergabung bersama Divisi III
Siliwangi dipercaya memegang jabatan di jajaran Divisi Siliwangi.
Beberapa jabatan yang dipegang Umar adalah sebagai Direktur Latihan
bagi komandan-komandan kesatuan jajaran Divisi III Siliwangi,
Komandan Batalyon I Resimen V Divisi III/Siliwangi yang dimana
merangkap sebagai Komandan gerilya III Cirebon pada tanggal 1 agustus
1947 (Disjarahad, 2013, hlm. 43). Dalam rangka menyelesaikan
pertempuran yang terjadi akibat Agresi Militer Belanda I maka dilakukan
sebuah diplomasi baru yang disebut dengan Perjanjian Renville.
Pada tahun 1947 pasukan Siliwangi mulai melakukan hijrah ke
Jawa Tengah dan Umar Wirahadikusumah turut serta dalam hijrah
Siliwangi tersebut. Umar ditugaskan sebagai Pamen Staf KRU-X dalam
hjrah siliwangi tersebut. Pada 1 Maret 1948, Kapten Umar naik pangkat
menjadi Mayor setelah dipercaya sebagai Komandan Batalyon IV Brigade
XIII di Solo. Pada saat pasukan Siliwangi berada di Jawa Tengah terjadi
pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang didalangi oleh
Muso. Ricklefs menjelaskan (2008, hlm. 480-481) bahwa pada
pertengahan bulan September pertempuran terbuka terjadi antara tentara
Indonesia dan PKI. Para pendukung PKI merebut dan menduduki kota-
kota strategis yang berada di daerah Madiun, membunuh tokoh-tokoh pro
pemerintah dan mengumumkan bahwa suatu pemerintahan Front Nasional
yang baru telah terbentuk. Sampai tanggal 19 September sekitar 200 orang
anggota PKI dan pemimpin golongan kiri lainnya masih berada di
Yogyakarta.
Kemerdekaan Indonesia yang baru saja berjalan selama tiga tahun,
sudah dikacaukan oleh pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok
Partai komunis Indonesia (PKI) pada tanggal 18 September 1948

Dikky Kurniawan Wibawa Sakti, 2016


PERANAN UMAR WIRAHADIKUSUMAH DALAM MEMBANGUN INDONESIA TAHUN 1945-1988
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6

(Sulistiyawati, 2013, hlm. 37). Pemerintah dengan kekuatan militer segera


bertindak untuk mengatasi masalah yang terjadi di di Madiun dengan
membentuk sebuah operasi militer. Dalam Gerakan Operasi Militer
(GOM) yang dilancarkan oleh pasukan yang taat kepada pemerintah RI
berjalan dengan baik dan berhasil menguasai kembali Madiun dalam 12
Hari. Ricklefs memaparkan (2008, hlm. 482) pada tanggal 30 September
kaum pemberontak meninggalkan kota Madiun dan terus dikejar oleh
pasukan pro pemerintah ke wilayah-wilayah pedesaan. Muso tertangkap
dan tewas saat berupaya melarikan diri dari tahanan yang juga
menandakan berakhirnya dalam memimpin PKI.
Akibat dari adanya Agresi Militer Belanda II ini pada suatu hari
datang perintah untuk seluruh pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat
dengan melakukan Long March. Pada tanggal 20 Desember 1948 pasukan
Siliwangi melakukan Long March karena adanya Agresi Militer Belanda
yang kedua tersebut, pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat. Ribuan
prajurit TNI dari divisi Siliwangi berjalan menempuh jarak beratus-ratus
kilometer bergerak dari Jawa Tengah menuju ke Jawa Barat pada akhir
bulan Desember 1948 (Soetanto, 2007, hlm. 1-2).
Umar yang dimutasikan sebagai Pamen Staf KRU-X pada saat
hijrah, ditunjuk sebagai Komandan Komando Troep Staf Divisi Siliwangi
Solo-Tasikmalaya setelah kembali ke Jawa Barat. Seolah mengemban
tugas berat, Pada tanggal 24 Oktober 1949 Umar dipercaya sebagai
Komandan Komando Militer Kota (KMK) Cirebon. Setelah kurang dari
setahun menjabat Komandan KMK Cirebon, Umar diangkat menjadi
Ketua Komisi Screening lalu menjadi Kepala Staf Urusan Eks KNIL di
Divisi Siliwangi (Komando Daerah Militer Jakarta Raya, TTh, Hlm 10).
Selepas masa Revolusi bergulir, karir Umar Wirahadikusumah
tetap berlanjut untuk terus mengabdi kepada negara Indonesia. pada
rentang tahun 1952-1955 Umar banyak melakukan operasi-operasi
penumpasan Darul Islam (DI) khususnya Jawa Barat di beberapa kota
seperti Tasikmalaya, Garut, Bandung dan Sumedang. Kesibukan tidak
lantas menjadikan Umar lupa kodrat manusia sebagai mahluk sosial.

Dikky Kurniawan Wibawa Sakti, 2016


PERANAN UMAR WIRAHADIKUSUMAH DALAM MEMBANGUN INDONESIA TAHUN 1945-1988
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7

Dalam suatu pertemuan di akhir Desember 1956, Letkol Umar


Wirahadikusumah berkenalan dengan seorang gadis cantik kelahiran
Bandung bernama R. Karlina atau sering dipanggil Lien, putri dari
keluarga Jayaatmaja. Tanggal 2 Februari 1957 Letkol Umar
Wirahadikusumah mempersunting R. Karlina (Lien) resmi menjadi
pendamping Letkol Umar dalam segala keadaan (Hidayat dkk, 1983, hlm
101). Setelah beberapa tahun membina keluarga bersama ibu Karlina,
Lerkol Umar diberi kepercayaan oleh sang pencipta untuk menjadi seorang
ayah dari Rina Arlani dan Nila Shanti.
Setelah menikah tidak lantas menjadikan Umar lebih banyak
menghabiskan waktu bersama keluarga, namun seolah tugas negara adalah
nafas untuk seorang Umar Wirahadikusumah. Pada tanggal 18 Januari
1960 sesuai dengan Surat Keputusan Kasad No. Kpts. 12/1/1960 Umar
Wirahadikusumah diangkat sebagai Panglima Kodam V/Jaya yang dimana
bertanggung jawab atas wilayah Komando Militer Kota Besar Djakarta
Raya (KMKBDR) dan daerah-daerah Perwira Distrik Militer (PDM) yang
berada di sekitaran Bekasi dan Tanggerang. Seiring pesatnya
perkembangan di Kodam V/Jaya pangkat Umar dinaikan menjadi Brigadir
Jenderal dan selanjutnya dinaikan menjadi Mayor Jenderal berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor. Kpts. 33/Koti/65 tertanggal 1 Juli 1965
(Komando Daerah Militer Jakarta Raya, TTh, Hlm 12)
Pada tahun 1973, karir Umar dalam kancah Militer telah berakhir.
Walaupun pada kenyataanya Umar Wirahadikusumah bisa diproyeksikan
menjabat sebagai Panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia). Namun kenyataan berkata lain, Umar melanjutkan karirnya
diluar militer diawali dengan menjabat sebagai ketua Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK/BEPEKA). Pada akhirnya berdasarkan Surat Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 153/M/1973 tanggal 10 Agustus 1973,
Jenderal TNI Umar Wirahadikusumah diangkat sebagai Ketua BPK
(Disjarahad, 2013, hlm, 97). Jabatan ini sekaligus karir pertama Umar
Wirahadikusumah di luar dunia militer. Dalam awal karirnya di BPK,
Umar menemui masalah baru, ketika pekerjaan sebagai ketua BPK terasa

Dikky Kurniawan Wibawa Sakti, 2016


PERANAN UMAR WIRAHADIKUSUMAH DALAM MEMBANGUN INDONESIA TAHUN 1945-1988
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8

asing bagi beliau. Namun seiring waktu, Umar bekerja sangat keras dan
giat untuk bisa memahami pekerjaanya sebagai Ketua BPK. Sebelum
kesuksesanya itu berhasil mengantarkan Umar ke bursa kursi Calon Wakil
Presiden Republik Indonesia, Umar menjabat sebagai ketua di BPK
selama 10 tahun.
Hingga tahun 1983, bangsa Indonesia baru mempunyai 2 orang
Presiden dan 3 orang Wakil Presiden, Ir. Sukarno dan Jenderal Soeharto
sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta, Sultan Hamengkubuwono,
H. Adam Malik sebagai Wakil Presiden (Sudirjo, 1983, hlm. 141). Jabatan
Umar Wirahadikusumah yang sangat menggemparkan seluruh rakyat
Indonesia adalah pada saat beliau dilantik sebagai Wakil Presiden. Nama
Umar sangat dikenal melalui jabatan tersebut. Setelah Wakil Presiden
sebelumnya, Adam Malik menyatakan bahwa beliau tidak akan
mencalonkan diri lagi. Pada hari terakhir Sidang Umum akan dilantik
seorang Wakil Presiden baru menggantikan H. Adam Malik yang telah
menjalankan tugasnya sebagai Wakil Presiden periode 1978-1983.
Nama Umar Wirahadikusumah yang pada saat itu menjabat
sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan maju sebagai calon Wakil
Presiden dan akhirnya pada tanggal 11 Maret 1983 Jum’at malam,
Jenderal (Purn.) Umar Wirahadikusumah mengucapkan sumpah jabatan
sebagai Wakil Presiden di depan Rapat Paripurna MPR (Majelis
Permusyawaratan Rakyat). Yang dihadiri oleh Presiden Soeharto, bekas
Wakil Presiden H. Adam Malik, Pimpinan lengkap MPR-RI dan para
anggota MPR. Selesai pengangkatan sumpah, Jenderal Umar
Wirahadikusumah menerima ketetapan MPR-RI tentang pengangkatannya
sebagai Wakil Presiden (Tap MPR No. VIII/MPR/1983 tanggal 11 Maret)
(Hidayat dkk, 1983, hlm 298).
Setelah lengser dari jabatanya sebagai Wakil Presiden, mengingat
Umar Wirahadikusumah dan sang Istri sudah beranjak senja, Karlinah
Umar Wirahadikusumah membeli sebuah rumah di luar kota untuk
istirahat di daerah Cilember dan beliau sangat merasa nyaman di rumah itu
bersama sang istri. Setelah Pak Harto lengser, mulailah era reformasi

Dikky Kurniawan Wibawa Sakti, 2016


PERANAN UMAR WIRAHADIKUSUMAH DALAM MEMBANGUN INDONESIA TAHUN 1945-1988
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9

dimana pada saat itu kondisi kesehatan Umar Wirahadikusumah mulai


memburuk. Beberapa penanganan medis hingga ke negeri Belanda
dilakukan namun tidak membuahkan hasil. Pada akhirnya beliau masuk
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) pada tanggal 5 Maret 2003.
Bertahan 16 hari di rumah sakit, akhirnya Umar yang pendiam itu
menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya pada pukul 07.53 WIB,
Jumat, 21 Maret 2003. Karlinah pada saat itu ada di sisinya (Janarto, 2006,
hlm 251).
Ketertarikan penulis mengambil kajian mengenai tokoh Umar
Wirahadikusumah dalam Membangun Indonesia tahun 1945-1988 yang
pertama adalah, karena tidak dapat dipungkiri bahwa peranan Umar
seiring dengan terbentuknya NKRI memiliki andil besar dalam untuk
membela sebuah negara yaitu Negara Indonesia. Dengan dasar
pengetahuan militer yang diperolehnya di PETA membuat Umar
Wirahadikusumah merupakan orang penting disetiap organisasi ataupun
instansi pemerintah dengan bukti selalu dijadikan sebagai pemimpin
maupun ditempatkan dengan jabatan yang memiliki tanggung jawab besar.
Pandangan Umar Wirahadikusumah terhadap pembentukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia memberikan inspirasi bagi penulis untuk
mengangkat kisah Umar Wirahadikusumah sebagai salah satu dari sekian
banyak putra bangsa yang bangga terhadap negaranya dengan
dibuktikannya banyak pemuda Indonesia yang rela mengabdikan hidupnya
untuk membangun Negara Indonesia. Sebagai orang yang pernah menjabat
sebagai Wakil Presiden RI ke-4 ini dengan Presiden Soeharto tidak banyak
orang yang mengetahui sepak terjang Umar Wirahadikusumah sebelum
mengemban tugas sebagai Wakil Presiden RI ke-4 maupun setelah beliau
menghembuskan nafas terakhirnya pada 21 Maret 2003.
Ketertarikan kedua penulis mengangkat kisah seorang Umar
adalah karena pada umumnya masyarakat mengetahui Umar
Wirahadikusumah sebagai mantan Wakil Presiden saja, sehingga penulis
tertarik dengan kajian Umar Wirahadikusumah dalam menjalani karir
semasa hidupnya. dikarenakan tulisan mengenai Umar Wirahadikusumah

Dikky Kurniawan Wibawa Sakti, 2016


PERANAN UMAR WIRAHADIKUSUMAH DALAM MEMBANGUN INDONESIA TAHUN 1945-1988
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10

belum terlalu banyak dan tidak semua orang mengetahui latar belakang
kehidupan, karir militer seorang Umar Wirahadikusumah maupun setelah
beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Padahal tidak bisa dipungkiri
bahwa seorang Umar Wirahadikkusumah memiliki andil besar dalam
membangun bangsa Indonesia dengan banyak terlibat dalam beberapa
perjuangan membela negara maupun pada saat memimpin negara sebagai
Wakil Presiden Republik Indonesia. Tidak hanya karena hal-hal tersebut,
ketertarikan terhadap Umar Wirahadikusumah timbul karena beliau
merupakan putra Sumedang yang dapat mengharumkan dan
membanggakan rakyat Sumedang dikarenakan karir militernya yang
sukses dalam mempertahankan kedaulatan negara hingga menjadi orang
satu-satunya dari tanah Sunda yang menjabat sebagai Wakil Presiden RI
ke-4. Kurangnya penjelasan mengenai latar belakang dan karir seorang
Umar Wirahadikusumah membuat penulis tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai pembahasan tersebut.
Berdasarkan uraian singkat di atas mengenai karir seorang Umar
Wirahadikusumah maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian yang mendalam mengenai peranan Umar Wirahadikusumah
dalam membangun dan membela negara. Penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan rumusan masalah mengenai “Peranan Umar
Wirahadikusumah Dalam Membangun Indonesia Tahun 1945-1988”.
Peranan Umar Wirahadikusumah dalam menjaga dan mempertahankan
kedaulatan Republik Indonesia penulis tuangkan dalam sebuah karya
ilmiah berbentuk skripsi ini guna mengetahui dan mengemukakan peranan
besar yang dilakukan oleh Umar Wirahadikusumah dalam perjuangan
membangun Indonesia.
Pemilihan periode dalam kajian ini didasarkan pada alasan yang
terdapat dalam sumber, bahwa tahun 1945 merupakan tahun dimana Umar
Wirahadikusumah memulai karir dalam kancah militer untuk membela
negara Indonesia dan tahun itu pun merupakan awal tahun bangsa
Indonesia memasuki masa yang baru yaitu masa revolusi atau masa perang
kemerdekaan. Umar Wirahadikusumah merupakan salah satu putra bangsa

Dikky Kurniawan Wibawa Sakti, 2016


PERANAN UMAR WIRAHADIKUSUMAH DALAM MEMBANGUN INDONESIA TAHUN 1945-1988
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11

yang ikut terlibat dan memiliki andil besar dalam perjuangan membangun
Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia dengan
ikut serta dalam angkatan perang nasional bangsa Indonesia. Sedangkan
tahun 1988 dijadikan tahun akhir kajian dimana Umar Wirahadikusumah
berhenti dari jabatan Wakil Presiden RI ke-4 sekaligus tugas negara
terakhir yang dijalankan oleh beliau.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan mengenai Umar
Wirahadikusumah dari mulai latar belakang kehidupan sampai peranannya
pada masa Revolusi hingga masa Orde Baru di Indonesia yang telah
dikemukakan di atas maka peneliti dapat mengemukakan rumusan
masalah: “Bagaimana Peranan Umar Wirahadikusumah dalam
Membangun Indonesia Tahun 1945-1988?”
Rumusan masalah yang telah ditentukan tersebut diperinci kembali
guna memperjelas dan mempermudah dalam melakukan penelitian.
Penulis merincinya dengan membuat pertanyaan penelitian yang terdiri
dari:
1. Bagaimana latar belakang kehidupan Umar Wirahadikusumah
?
2. Bagaimana peran Umar Wirahadikusumah pada masa Revolusi
Indonesia ?
3. Bagaimana peran Umar Wirahadikusumah pada masa
Demokrasi Liberal dan Terpimpin di Indonesia ?
4. Bagaimana peran Umar Wirahadikusumah pada masa Orde
Baru di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan merupakan hal utama yang menyebabkan seseorang
melakukan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan
penelitian yang telah dikemukakan di atas sebagai berikut:
1. Menjelaskan Latar Belakang kehidupan Umar
Wirahadikusumah.

Dikky Kurniawan Wibawa Sakti, 2016


PERANAN UMAR WIRAHADIKUSUMAH DALAM MEMBANGUN INDONESIA TAHUN 1945-1988
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12

2. Mengidentifikasi karir Umar Wirahadikusumah dalam militer


Indonesia.
3. Menganalisis peran Umar Wirahadikusumah dalam
membangun Indonesia tahun 1945-1988.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian secara khusus yang penulis
harapkan adalah sebagai berikut:
1. Menambah khazanah pengetahuan mengenai Sejarah Indonesia
khususnya mengenai Tokoh Umar Wirahadikusumah.
2. Memberikan pengetahuan dan referensi pada satuan
pendidikan terutama hal yang berhubungan dengan perjuangan
membangun bangsa Indonesia.
3. menjadi bahan bacaan masyarakat umum maupun militer
sebagai bahan bacaan sejarah tokoh, dengan harapan agar
dapat memberi gambaran mengenai latar belakang kehidupan,
peranan, maupun karir dalam mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi


Sesuai dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang
diterbitkan oleh UPI tahun 2015. Struktur organisasi skripsi adalah sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan. Bab ini memuat mengenai latar belakang
masalah penulisan yang dimana berkaitan dengan alasan penulis meneliti
topik kajian sesuai dengan problematika maupun temuan di lapangan.
Setelah latar belakang, bab ini juga memuat rumusan masalah yang
dimana hal ini membantu fokus pada masalah yang telah ditentukan.
Selanjutnya, pada bab ini terdapat tujuan, manfaat, metode dan sistematika
penulisan skrispi.

Dikky Kurniawan Wibawa Sakti, 2016


PERANAN UMAR WIRAHADIKUSUMAH DALAM MEMBANGUN INDONESIA TAHUN 1945-1988
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13

Bab II Kajian Pustaka. Bab ini menjelaskan materi-materi yang


dimana memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penulisan karya
ilmiah ini. Materi-materi yang dijelaskan sudah melalui studi literatur yang
dilakukan oleh peneliti. Hasil kajian pustaka dipaparkan beberapa konsep
yang relevan dengan penulisan. Selanjutnya, agar penelitian lebih terarah
teori yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian selanjutnya dibuat
kerangka konsep. Mengenai penelitian terdahulu menjadi bagian terakhir
dari bab ini dimana penelitian ini berbentuk karya ilmiah yang tentu
memiliki hubungan dengan topik penelitian.
Bab III Metode Penelitian. Bab ini menjelaskan mengenai metode
penelitian yang digunakan dalam penulisan. Kegiatan-kegiatan dan cara-
cara yang dilakukan penulis dalam rangka penulisan skripsi pun tertuang
pada bab ini.
Bab IV Peranan Umar Wirahadikusumah dalam Membangun
Indonesia tahun 1948-1988. Bab ini menjelaskan seluruh pembahasan
penulisan dan diuraikan secara sistematis. Dalam bab ini juga tersaji
jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian yang terdapat pada
rumusan masalah.
Bab V Simpulan dan Saran dari penulis terkait pertanyaan dan
pembahasan yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya. Dalam simpulan
tersebut disertai dengan analisis penulis atas jawaban-jawaban dari
permasalahan pada rumusan masalah. Saran dan rekomendasi dari penulis
yang diajukan kepada berbagai pihak yang berkaitan dengan penulisan
pun termuat dalam bab ini.

Dikky Kurniawan Wibawa Sakti, 2016


PERANAN UMAR WIRAHADIKUSUMAH DALAM MEMBANGUN INDONESIA TAHUN 1945-1988
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai