Anda di halaman 1dari 19

TRAKSI

1. DEFINISI
Traksi adalah suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi
digunakan untuk meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi, mensejajarkan,
dan mengimobilisasi fraktur ; untuk mengurangi deformitas, dan untuk
menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus
diberikan dengan arah dan besaran yang diinginka untuk mendapatkan efek
terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefekktifan tarikan traksi harus
dihilangkan (Smeltzer & Bare, 2001 ).
Traksi merupakan pemasangan pen atau kawat untuk memberikan traksi
kontinu (Susan Martin, dkk, 1993).Kadang traksi harus dipasang dengan arah
yang lebih dari satu untuk mendapatkangaris tarikan yang diinginkan. Dengan
cara ini, bagian garis tarikan yang pertama berkontraksi terhadap garis tarikan
lainnya. Garis-garis tarikan tersebut dikenalsebagai vektor gaya. Efek traksi
yang dipasang harus dievaluasi dengan sinar-X, dan mungkin diperlukan
penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks, berat yang digunakan
harus diganti untuk memperoleh gaya tarikan yang diinginkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa traksi adalah suatu gaya yang langsung
pada daerah tertentu dan diberikan senatural mungkin untuk menarik otot. Untuk
mengaplikasikan gaya tersebut dibutuhkan tali, katrol, dan dengan pemberat itu
sendiri.
- Prinsip traksi meliputi tali utama dipasang di pin rangka sehingga
menimbulkan gaya tarik, berat ekstremitas dengan alat penyokong harus
seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan, pada tulang-
tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus, traksi dapat
bergerak bebas dengan katrol, pemberat harus cukup tinggi diatas
permukaan lantai, dan traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman.
2. TUJUAN
Tujuan dari pemasangan traksi pada klien yang mengalami gangguan
muskuloskeletal adalah mobilisasi tulang belakang servikal, reduksi dislokasi /
subluksasi, distraksi interforamina vertebrae, mengurangi deformitas, dan
mengurangi rasa nyeri.
Tujuan dari traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme
otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat
penyembuhan, untuk menjaga mereka immobile sedang hingga mereka bersatu.
- Untuk meminimalkan spasme otot
- Untuk mengurangi dan mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat
- Untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang
- Tujuan lain dari pemasangan traksi adalah untuk dapat mempertahankan
panjang ekstermitas kegarisan (aligment) maupun keseimbangan (stability)
pada patah tulang, memungkinkan pergerakan sendi dan mempertahankan
kesegarisan fragmen- fragmen patah tulang
- Mencegah cedera pada jaringan lunak
- Untuk merawat kondisi inflamasi dengan imobilisasi sendi (mis. Arthritis
atau tuberculosis

3. KLASIFIKASI
Menurut jenisnya traksi meliputi :
- Traksi lurus atau langsung, memberikan gaya tarikan dalam satu garis
lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Traksi ekstensi
Buck dan traksi pelvis merupakan contoh traksi lurus.
- Traksi suspensi seimbang memberi dukungan pada ekstrimitas yang sakit
di atas tempat tidur sehingga memungkinkan mobilisasi klien sampai
batas tertentu tanpa terputusnya garis tarikan. Traksi ini memberi
dukungan pada ekstremitas yang sakit di atas tempat tidur, sehingga
memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu tanpa terputusnya
gaya tarikan
Menurut cara pemasangan traksi
Traksi dapat dilakukan pada kulit (traksi kulit) atau langsung ke skelet
tubuh (traksi skelet). Traksi dapat dipasang dengan tangan (traksi manual),
dan merupakan traksi sementara yang bisa digunakan pada saat pemasangan
gips.
a. Traksi kulit
Traksi kulit digunakan untuk mengontrol spasme kulit dan
memberikan imobilisasi. Bila dibutuhkan beban traksi yang berat dan
dalam waktu yang lama, sebaiknya gunakan traksi skelet. Traksi kulit
terjadi akibat beban menarik tali, spon karet atau bahan kanvas yang
diletakkan ke kulit. Traksi pada kulit meneruskan traksi ke struktur
musculoskeletal. Beratnya beban yang dipasang sangat terbatas, tidak
boleh melebihi toleransi kulit, tidak lebih dari 2-3 kg. traksi pelvis
umumnya 4,5-9 kg, tergantung berat badan klien (Smeltzer, 2001).
Beban tarikan pada traksi kulit tidak boleh melebihi 5 kg, karena
bila beban berlebih kulit dapat mengalami nekrosis akibat tarikan
yang terjadi karena iskemia kulit. Pada kulit yang tipis, beban yang
diberikan lebih kecil lagi dan pada orang tua tidak boleh dilakukan
traksi kulit. Traksi kulit banyak dipasang pada anak-anak karena
traksi skelet pada anak dapat merusak cakram epifisis. Jadi beratnya
beban traksi kulit antara 2-5 kg. dikarenakan traksi kulit
diaplikasikan ke kulit kurang aman , batasi kekuatan tahanan traksi.
Lama traksi, baik traksi kulit maupun traksi skelet bergantung
pada tujuan traksi. Traksi sementara untuk imobilisasi biasanya
hanya beberapa hari, sedangkan traksi untuk reposisi beserta
imobilisasi lamanya sesuai dengan lama terjadinya kalus fibrosa.
Setelah terjadi kalus fibrosa, ekstremitas diimobilisasi dengan gips.
Traksi kulit yang berperekat digunakan untuk traksi continue,
sementara yang tidak berperekat digunakan secara intermitten, traksi
tersebut dapat dengan mudah dilepaskan dan dipasang kembali. Hal
ini bisa dilakukan dengan cara yang bervariasi : ekstensi adhesive
dan non adhesive kulit, splint, sling, sling pelvis, dan halter cervical.
Traksi kulit apendikuler (hanya pada ekstremitas) digunakan pada
orang dewasa, termasuk traksi ekstensi Buck, traksi Russel, dan
traksi Dunlop.
- Traksi Buck, ekstensi Buck (unilateral atau bilateral) adalah
bentuk traksi kulit di mana tarikan diberikan pada satu bidang bila
hanya imobilisasi parsial atau temporer yang diinginkan
(Smeltzer, 2001). Traksi Buck digunakan untuk memberikan rasa
nyaman setelah cedera pinggul sebelum dilakukan fiksasi bedah.
Sebelumnya inspeksi kulit dari adanya abrasi dan gangguan
peredaran darah. Kulit dan peredaran darah harus dalam keadaan
sehat agar dapat menoleransi traksi. Kulit harus bersih dan kering
sebelum boot spon atau pita traksi dipasang.
Traksi buck merupakan traksi kulit yang paling sederhana,
dan paling tepat bila dipasang untuk anak muda dalam jangka
waktu yang pendek.
- Traksi Russel, traksi Russel dapat digunakan untuk fraktur pada
plato tibia, menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan
memberikan gaya tarikan horizontal melalui pita traksi dan
balutan elastis ke tungkai bawah. Bila perlu, tungkai dapat
disangga dengan bantal agar lutut benar-benar fleksi dan
menghindari tekanan pada tumit. Walaupun traksi rangka
seimbang dapat digunakan untuk menangani hampir semua
fraktur femur, reduksi untuk fraktur panggul mungkin lebih sering
diperoleh dengan memakai traksi Russell dalam keadaan ini paha
disokong oleh beban.

Traksi ini diperuntukan 3-12 tahun. Traksi longitudinal


diberikan dengan menempatkan pin dengan posisi tranversal
melalui tibia dan fibula diatas lutut. Efek dari rancangan ini
adalah memberikan kekuatan traksi ( berasal dari gaya tarik
vertikal beban paha dan gaya tarik horizontal dari kedua tali pada
kaki ) yang segaris dengan tulang yang cidera dengan kekuatan
yang sesuai. Jenis traksi paling sering digunakan untuk memberi
rasa nyaman pada pasien yang menderita fraktur panggul selama
evaluasi sebelum operasi dan selama persiapan pembedahan.
Meskipun traksi Russell dapat digunakan sebagai tindakan
keperawatan yang utama dan penting untuk patah tulang panggul
pada penderita tertentu tetapi pada penderita usia lanjut dan
lemah biasanya tidak dapat mengatasi bahya yang akan timbul
karena berbaring terlalu lama ditempat tidur seperti dekubitus,
pneumonia, dan tromboplebitis (Smeltzer, 2001).
- Traksi Dunlop adalah traksi yang digunakan pada ekstremitas
atas. Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi
abduksi, dan traksi vertikal diberikan pada lengan bawah dalam
posisi fleksi.

Untuk menjamin traksi kulit tetap efektif, harus dihindari


adanya lipatan dan lepasnya balutan traksi dan kontraksi harus
tetap terjaga. Posisi yang benar harus dipertahankan agar tungkai
atau lengan tetap dalam posisi netral. Untuk mencegah
pergerakan fragmen tulang satu sama lain, klien dilarang
memiringkan badannya namun hanya boleh bergeser sedikit.
Traksi kulit dapat menimbulkan masalah risiko, seperti kerusakan
kulit, tekanan saraf dan kerusakan sirkulasi.
- Traksi Kulit Bryant
Disebut juga Gallow’s traction. Traksi bryan merupakan
adaptasi dari Buck ekstention untuk menstabilkan fraktur femur
atau memperbaiki dislokasi pinggul congenital pada anak yang
masih muda dengan berat dibawah 1,7 kg. Traksi ini sering
digunakan untuk merawat anak kecil yang umurnya < 1 tahun
yang mengalami patah tulang paha (dislokasi sendi panggul).
Traksi Bryant sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak yang
berat badannya lebih dari 30 kg. kalau batas ini dilampaui maka
kulit dapat mengalami kerusakan berat.

b. Traksi Skeletal
Metode ini sering digunakan untuk menangani fraktur femur,
tibia humerus, dan tulang leher. Traksi dipasang langsung ke tulang
dengan menggunakan pin metal atau kawat (missal Steinman’s pin,
Kirchner wire) yang dimasukkan ke dalam tulang di sebelah distal
garis fraktur, menghindari saraf, pembuluh darah, otot, tendon, dan
sendi. Tong yang dipasang di kepala (missal Gardner-Wells tong)
difiksasi di kepala untuk memberikan traksi yang mengimobilisasi
fraktur leher (Smeltzer, 2001).

Traksi skelet biasanya menggunakan beban 7-12 kg untuk


mencapai efek terapi. Beban yang dipasang biasanya harus dapat
melawan daya pemendekan akibat spasme otot yang cedera. Ketika
otot rileks, beban traksi dapat dikurangi untuk mencegah terjadinya
dislokasi garis fraktur dan untuk mencapai penyembuhan fraktur.
Beban traksi untuk reposisi tulang femur dewasa biasanya 5-7 kg,
pada dislokasi lama panggul bisa sampai 15-20 kg.
Kadang-kadang traksi skelet bersifat seimbang, yang menyokong
ekstremitas terkena, memungkinkan klien dapat bergerak sampai
batas-batas tertentu, dan memungkinkan kemandirian klien maupun
asuhan keperawatan, sementara traksi yang efektif tetap
dipertahankan. Bebat Thomas dengan pengait Pearson sering
digunakan dengan traksi kulit dan aparatus suspense seimbang
lainnya.
- Traksi Rangka Seimbang

Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat


patah tulang pada korpus femoralis orang dewasa. Sekilas
pandangan traksi ini tampak komplek, tetapi sesunguhnya
hanyalah satu pin rangka yang ditempatkan tranversal melalui
femur distal atau tibia proksimal. Dipasang pancang traksi dan
tali traksi utama dipasang pada pancang tersebut
- Traksi 90-90-90
Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak
usia 3 tahun sampai dewasa muda. kontrol terhadap fragmen –
fragmen pada fraktur tulang femur hamper selalu memuaskan
dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat bergerak dengan
cukup bebas diatas tempat tidur.
- Traksi manual
Traksi manual menunjukkan tahanan dorongan yang
diaplikasikan terhadap seseorang di bagian tubuh yang terkena
melalui tangan mereka. Dorongan ini harus constant dan gentle.
Traksi manual digunakan untuk mengurangi fraktur sederhana
sebelum aplikasi plester atau selamapembedahan. Hal ini juga
digunakan selama pemasangan traksi dan jika ada kebutuhan
secara temporall melepaskan berat traksi.

- Jenis-jenis traksi tulang


Traksi pada tulang biasanya menggunakan kawat Krischner (K-
wire) atau batang dari Steinmann lokasi-lokasi tertentu, yaitu :
a. Proksimal tibia.
b. Kondilus femur.
c. Olekranon.
d. Kalkaneus (jarang dilakukan karena komplikasinya).
e. Traksi pada tengkorak.
f. Trokanter mayor.
g. Bagian distal metakarpal.

- Jenis- Jenis Traksi dalam Oterpedi


Jenis traksi Kegunaan
Weber Extensionsapparat - Traksi kulit dan traksi skeletal
- Fraktur batang femur pada anak-
anak.

Cotrel traction - Untuk terapi skoliosis (kelainan


tulang punggung)
- Tindakan pendahuluan sebelum
operasi dan pemasangan gips.

Ducroquet extension - Pada skoliosis


- Sebagai persiapan untuk operasi
Cervical traction - Untuk traksi leher
- Pada pasien duduk atau tiduran
- Secara continous atau secara
intermittent
Halo-Femoral traction - Traksi berlawanan pada kepala
dan femur
- Digunakan alat Crutchfield Tongs

Well-Leg traction - Gips pada kedua kaki dengan


batang yang menghubungkan
keduanya.
- Digunakan pada fraktur femur

Fisk traction - Digunakan pada fraktur


supracondylair femur
- Dengan bantuan Thomas Splint
yang dimodifikasi
- Traksi skeletal

c. Traksi Manual
Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan
secara langsung pada tulang dengan kawat atau pins. Traksi ini
menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan terhadap
seseorang di bagian tubuh yang terkena melalui tangan mereka.
Dorongan ini harus constant. Traksi manual digunakan untuk
mengurangi fraktur sederhana sebelum aplikasi plesrer atau selama
pembedahan. Hal ini juga digunakan selama pemasangan traksi dan
jika ada kebutuhan secara temporal melepaskan berat traksi

4. INDIKASI
- Nyeri dan spasme otot
- Hipermobilitas yang reversible : keterbatasan gerak yang progresif
- Imobilitas yang fungsional : traksi yang digunakan pada berbagai macam
fraktur, indikasi traksi antara lain adalah:
- Traksi rusell : digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia
- Traksi buck : indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk
mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa
dan diperbaiki lebih lanjut
- Traksi Dunlop : merupakan traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal
diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertical diberikan
pada lengan bawah dalm posisi flexsi.
- Traksi kulit Bryani : sering digunakan untuk merawat anak kecil yang
mengalami patah tulang paha
- Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang
pada korpus pemoralis orang dewasa
- Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 tahun
sampai dewasa muda
- Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang seperti hernia nukleus
pulposus (HNP) atau spasme otot-otot tulang belakang.

Indikasi Traksi Kulit


- Anak-anak
- Traksi temporer- hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi
- Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg
- Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebut
- Traksi kulit merupakan terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur
suprakondiler humeri anak-anak.
- Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya fraktur
suprakondiler humeri pada anak-anak.

Indikasi Traksi Skeletal


- Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi
- Kerusakan kulit membutuhkan dressings
- Jangka panjang
Indikasi Traksi Tulang
Indikasi penggunaan traksi tulang :
- Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 kg pada orang dewasa.
- Traksi pada anak-anak yang lebih besar.
- Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik atau komunitif.
- Fraktur-faktur tertentu pada daerah sendi.
- Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi eksterna tidak
dapat dilakukan.
- Jangka panjang desinfeksi kulit, penutup steril, anastesi lokal
- Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat
misalnya dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitive

5. KONTRAINDIKASI
a. Hipermobilitas
b. Efusi Sendi
c. Inflamasi
d. Fraktur humeri dan osteoporosis
Kontraksi pada traksi kulit meliputi:
- Nekrosis kulit,
- Obstruksi vaskuler,
- Oedem distal,
- Serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.
Kontraindikasi pada traksi tulang : anak

6. PENATALAKSANAAN
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitive,
prinsip pengobatan fraktur ada empat (4R), yaitu:
a. Recognition
Prinsip pertama adalah diagnosis dan menilai keadaan fraktur,
dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan klinik dan
radiologis. Pada awal pengobatan Perlu diperhatikan lokalisasi fraktur,
bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan,
komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
b. Reduction
Reduksi fraktur apabila perlu.Restorasi fragmen fraktur dilakukan
untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima.Pada fraktur intra-
artikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin
mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi serta kekauan,
deformitas, serta perubahan osteoarthritis dikemudian hari.
Posisi yang baik adalah alignment yang sempurna dan aposisi yang
sempurna.Fraktur seperti fraktu klavikula, iga, dan fraktur impaksi
humerus tidak memerlukan reduksu.Angulasi <5% pada tulang panjang
anggota gerak bawah dan lengan atas dan angulasi sampai 10% pada
humerus dapat diterima. Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50% dan
over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur. Adanya rotasi
tidak dapt diterima dimanapun lokalisasi fraktur.
c. Retention : Imobilisasi fraktur
d. Rehabilitation : Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal
mungkin

Waktu penyembuhan fraktur bervariasi secara individual dan berhubungan


dengan beberapa factor penting pada penderita, antara lain:
a. Umur
Waktu penyembuhan tulang pada anak jauh lebih cepat daripada orang
dewasa. Hal ini terutama disebabkan oleh aktifitas proses osteogenesis pada
periosteum dan endosteum dam juga berhubungan dengan proses remodeling
tulang bayi yang sangat aktif dan makin berkurang apabila umur bertambah.
b. Lokalisasi dan penyembuhan fraktur
Fraktur metafisis penyembuhannya lebih cepat daripada diafisis.
Disamping itu konfigurasi fraktur seperti fraktur tranversal lebih lambat
penyembuhannya dibandingkan fraktur oblik karena kontak yang lebih
banyak.
c. Pergeseran awal fraktur
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka
penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang
bergeser.
d. Vaskularisasi pada kedua fragmen
Bila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya jelek sehingga mengalami
kematoan, maka akan menghambat terjadinya union atau bahkan non union.
e. Reduksi serta imobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi
yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilsasi yang sempurna akan
mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang akan
mengganggu penyembuhan fraktur.
f. Waktu imobilisasi
Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum
terjadi union, maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.
g. Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak
Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periost, maupun otot atau
jaringan fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung
fraktur.
h. Faktor adanya infeksi
Bila terjadi infeksi pada daerah fraktur, misalnya pada operasi terbuka
fraktur tertutup atau terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses
penyembuhan.
i. Cairan synovial
Pada persendian dimana terdapat cairan synovia merupakan hambatan
dalam penyembuhan fraktur.
j. Gerakana aktif dan pasif pada anggota gerak
Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan meningkatkan
vaskularisasi daerah fraktur, tetapi gerakan yang dilakukan pada daerah
fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi.

7. KOMPLIKASI
Komplikasi Traksi secara umum:
a. Dekubitus
- Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet, kemudian berikan
intervensi awal untuk mengurangi tekanan.
- Perubahan posisi dengan sering dan memakai alat pelindung kulit
(misal pelindung siku) sangat membantu perubahan posisi.
- Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk mencegah
kerusakan kulit.
- Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus konsultasi
dengan dokter atau ahli terapi enterostomal, mengenai
penanganannya.
b. Kongesti Paru dan Pneumonia
- Auskultasi paru untuk mengetahui status pernapasan klien.
- Ajarkan klien untuk napas dalam dan batuk efektif.
- Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus,
misalnya spirometri insentif, bila riwayat klien dan data dasar
menunjukkan klien berisiko tinggi mengalami komplikasi
pernapasan.
- Bila telah terjadi masalah pernapasan, perlu diberikan terapi sesuai
indikasi.
c. Konstipasi dan Anoreksia
- Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsang
motilitas gaster.
- Bila telah terjadi konstipasi, konsutasikan dengan dokter mengenai
penggunaan pelunak tinja, laksatif, supposituria, dan enema.
- Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukan dalam
program diet sesuai kebutuhan.
d. Stasis dan Infeksi Saluran Kemih
- Pantau masukan dan keluaran berkemih.
- Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah yang cukup,
dan berkemih setiap 2-3 jam sekali.
- Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih,
konsultasikan dengan dokter untuk menanganinya
e. Trombosis Vena Profunda
- Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas traksi.
- Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang menyertainya, yang akan menyebabkan stasis.
- Pantau klien dari adanya tanda-tanda trombosis vena dalam dan
melaporkannya ke dokter untuk menentukan evaluasi dan terapi.
f. Pressure Ulcer
g. Konstipasi
h. Infeksi, misalnya infekis melalui kawat/pin yang digunakan.
i. Kegagalan penyambungan tulang (nonunion) akibat traksi yang
berlebihan.
j. Luka akibat tekanan misalnya Thomas splint pada tuberositas tibia
k. Parese saraf akibat traksi yang berlebihan (overtraksi) atau bila pin
mengenai saraf.
Komplikasi traksi menurut jenis:
- Traksi kulit yaitu :
Penyakit trombo emboli , abersi, infeksi, alergi pada kulit, perban elastic
dapat menggangu ssirkulasi, timbul ulserasi akibat tekanan pada maleolus, pada
lansia , traksi yang berlebihan dapat merusak kulit yang rapuh.
- Traksi Russell’s yaitu:
Perlu bedrest yang mengakibatkan dekubitus dan pneumoni, penderita
bergerak akibatnya beban turun sehingga traksi tidak adekuat,dan infeksi.
- Cervical Traksin yaitu :
Ganggguan integritas kulit, alergi, dan klien tidak nyaman dan melelahkan.

8. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada klien dengan traksi, yaitu :
- Dampak psikologik dan fisiologik masalah muskuloskeletal dengan
terpasangnya traksi.
- Adanya tanda-tanda disorientasi, kebingungan, dan masalah perilaku
klien akibat terkungkung pada tempat terbatas dalam waktu yang
cukup lama.
- Tingkat ansietas klien dan respon psikologis terhadap traksi.
- Status neurovaskuler, meliputi suhu, warna, dan pengisian kapiler.
- Integritas kulit.
- Sistem integumen perlu dikaji adanya ulkus akibat tekanan.
Dekubitus.
- Sistem respirasi perlu dikaji adanya kongesti paru, stasis pneumonia.
- Sistem gastrointestinal perlu dikaji adanya konstipasi, kehilangan
nafsu makan (anoreksia).
- Sistem perkemihan perlu dikaji adanya stasis kemih, dan ISK.
- Sistem kardiovaskuler perlu dikaji adanya perubahan dan gangguan
pada kardiovaskuler.
- Adanya nyeri tekan betis, hangat, kemerahan, bengkak, atau tanda
Homan positif (tidak nyaman ketika kaki didorsofleksi dengan kuat)
mengarahkan adanya trombosis vena dalam.

Sedangkan pengkajian secara umum pada pasien traksi, meliputi :


- Status neurology.
- Kulit (decubitus, kerusakan jaringan kulit).
- Fungsi respirasi (frekuensi, regular/ irregular).
- Fungsi gastrointestinal (konstipasi, dullness).
- Fungsi perkemihan (retensi urine, ISK).
- Fungsi cardiovaskuler (nadi, tekanan darah, perfusi ke daerah
traksi, akral dingin).
- Status nutrisi (anoreksia).
- Nyeri.

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1) Kurang pengetahuan mengenai program terapi.
2) Ansietas berhubungan dengan status kesehatan dan alat traksi.
3) Nyeri berhubungan dengan traksi dan imobilisasi.
4) Kurang perawatan diri (makan, higiene, atau toileting)
berhubungan dengan traksi.
5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan proses penyakit dan
traksi.
6) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pertahanan
primer tidak efektif, pembedahan.

c. Evaluasi
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan dapat tercapai tujuan
dan kriteria hasil.
- Klien mengerti dengan program terapi, klien menunjukkan pemahaman
terhadap program terapi (menjelaskan tujuan traksi, berpartisipasi
dalam rencana perawatan.
- Klien berpartisipasi aktif dalam perawatan, mengekspresikan perasaan
dengan aktif, dan tingkat ansietas klien menurun.
- Nyeri berkurang, klien mampu mengubah posisi sendiri sesering
mungkin sesuai kemampuan traksi, klien dapat beristirahat nyenyak.
- Klien hanya memerlukan sedikit bantuan pada saat makan, mandi,
berpakaian, dan toileting.
- Mobilitas klien meningkat, klien melakukan latihan yang dianjurkan,
menggunakan alat bantu yang aman.
- Tidak ditemukan adanya dekubitus dan nyeri tekan. Kulit tetap utuh,
atau tidak terjadi luka tekan lebih luas.
KULIT

JENIS

SKELETAL
TRAKSI

DUNLOP'S SKIN
TRAKSI KULIT
TRACTION
EKSTREMITAS ATAS
OVERBODY /LATERAL
TRAKSI SKELETAL
SKELETAL TRACTION

TRAKSI KULIT BUCK'S


EXTENSION
EKSTREMITAS
TRAKSI HAMILTON
TRAKSI KULIT
RUSSELL

TRAKSI GALLOWS

EKSTREMITAS BAWAH
KESATUAN TRAKSI
CHARNLEY

TRAKSI SKELETAL
TRAKSI SKELETAL BALANCED-
SUSPENSION

TRAKSI SKELETAL
TERPAKU
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, Nurma & Lukman. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Sjamsuhidajat, R. & Wim de Jong. 2001. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Susan, Martin. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai