1. DEFINISI
Traksi adalah suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi
digunakan untuk meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi, mensejajarkan,
dan mengimobilisasi fraktur ; untuk mengurangi deformitas, dan untuk
menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus
diberikan dengan arah dan besaran yang diinginka untuk mendapatkan efek
terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefekktifan tarikan traksi harus
dihilangkan (Smeltzer & Bare, 2001 ).
Traksi merupakan pemasangan pen atau kawat untuk memberikan traksi
kontinu (Susan Martin, dkk, 1993).Kadang traksi harus dipasang dengan arah
yang lebih dari satu untuk mendapatkangaris tarikan yang diinginkan. Dengan
cara ini, bagian garis tarikan yang pertama berkontraksi terhadap garis tarikan
lainnya. Garis-garis tarikan tersebut dikenalsebagai vektor gaya. Efek traksi
yang dipasang harus dievaluasi dengan sinar-X, dan mungkin diperlukan
penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks, berat yang digunakan
harus diganti untuk memperoleh gaya tarikan yang diinginkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa traksi adalah suatu gaya yang langsung
pada daerah tertentu dan diberikan senatural mungkin untuk menarik otot. Untuk
mengaplikasikan gaya tersebut dibutuhkan tali, katrol, dan dengan pemberat itu
sendiri.
- Prinsip traksi meliputi tali utama dipasang di pin rangka sehingga
menimbulkan gaya tarik, berat ekstremitas dengan alat penyokong harus
seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan, pada tulang-
tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus, traksi dapat
bergerak bebas dengan katrol, pemberat harus cukup tinggi diatas
permukaan lantai, dan traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman.
2. TUJUAN
Tujuan dari pemasangan traksi pada klien yang mengalami gangguan
muskuloskeletal adalah mobilisasi tulang belakang servikal, reduksi dislokasi /
subluksasi, distraksi interforamina vertebrae, mengurangi deformitas, dan
mengurangi rasa nyeri.
Tujuan dari traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme
otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat
penyembuhan, untuk menjaga mereka immobile sedang hingga mereka bersatu.
- Untuk meminimalkan spasme otot
- Untuk mengurangi dan mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat
- Untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang
- Tujuan lain dari pemasangan traksi adalah untuk dapat mempertahankan
panjang ekstermitas kegarisan (aligment) maupun keseimbangan (stability)
pada patah tulang, memungkinkan pergerakan sendi dan mempertahankan
kesegarisan fragmen- fragmen patah tulang
- Mencegah cedera pada jaringan lunak
- Untuk merawat kondisi inflamasi dengan imobilisasi sendi (mis. Arthritis
atau tuberculosis
3. KLASIFIKASI
Menurut jenisnya traksi meliputi :
- Traksi lurus atau langsung, memberikan gaya tarikan dalam satu garis
lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Traksi ekstensi
Buck dan traksi pelvis merupakan contoh traksi lurus.
- Traksi suspensi seimbang memberi dukungan pada ekstrimitas yang sakit
di atas tempat tidur sehingga memungkinkan mobilisasi klien sampai
batas tertentu tanpa terputusnya garis tarikan. Traksi ini memberi
dukungan pada ekstremitas yang sakit di atas tempat tidur, sehingga
memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu tanpa terputusnya
gaya tarikan
Menurut cara pemasangan traksi
Traksi dapat dilakukan pada kulit (traksi kulit) atau langsung ke skelet
tubuh (traksi skelet). Traksi dapat dipasang dengan tangan (traksi manual),
dan merupakan traksi sementara yang bisa digunakan pada saat pemasangan
gips.
a. Traksi kulit
Traksi kulit digunakan untuk mengontrol spasme kulit dan
memberikan imobilisasi. Bila dibutuhkan beban traksi yang berat dan
dalam waktu yang lama, sebaiknya gunakan traksi skelet. Traksi kulit
terjadi akibat beban menarik tali, spon karet atau bahan kanvas yang
diletakkan ke kulit. Traksi pada kulit meneruskan traksi ke struktur
musculoskeletal. Beratnya beban yang dipasang sangat terbatas, tidak
boleh melebihi toleransi kulit, tidak lebih dari 2-3 kg. traksi pelvis
umumnya 4,5-9 kg, tergantung berat badan klien (Smeltzer, 2001).
Beban tarikan pada traksi kulit tidak boleh melebihi 5 kg, karena
bila beban berlebih kulit dapat mengalami nekrosis akibat tarikan
yang terjadi karena iskemia kulit. Pada kulit yang tipis, beban yang
diberikan lebih kecil lagi dan pada orang tua tidak boleh dilakukan
traksi kulit. Traksi kulit banyak dipasang pada anak-anak karena
traksi skelet pada anak dapat merusak cakram epifisis. Jadi beratnya
beban traksi kulit antara 2-5 kg. dikarenakan traksi kulit
diaplikasikan ke kulit kurang aman , batasi kekuatan tahanan traksi.
Lama traksi, baik traksi kulit maupun traksi skelet bergantung
pada tujuan traksi. Traksi sementara untuk imobilisasi biasanya
hanya beberapa hari, sedangkan traksi untuk reposisi beserta
imobilisasi lamanya sesuai dengan lama terjadinya kalus fibrosa.
Setelah terjadi kalus fibrosa, ekstremitas diimobilisasi dengan gips.
Traksi kulit yang berperekat digunakan untuk traksi continue,
sementara yang tidak berperekat digunakan secara intermitten, traksi
tersebut dapat dengan mudah dilepaskan dan dipasang kembali. Hal
ini bisa dilakukan dengan cara yang bervariasi : ekstensi adhesive
dan non adhesive kulit, splint, sling, sling pelvis, dan halter cervical.
Traksi kulit apendikuler (hanya pada ekstremitas) digunakan pada
orang dewasa, termasuk traksi ekstensi Buck, traksi Russel, dan
traksi Dunlop.
- Traksi Buck, ekstensi Buck (unilateral atau bilateral) adalah
bentuk traksi kulit di mana tarikan diberikan pada satu bidang bila
hanya imobilisasi parsial atau temporer yang diinginkan
(Smeltzer, 2001). Traksi Buck digunakan untuk memberikan rasa
nyaman setelah cedera pinggul sebelum dilakukan fiksasi bedah.
Sebelumnya inspeksi kulit dari adanya abrasi dan gangguan
peredaran darah. Kulit dan peredaran darah harus dalam keadaan
sehat agar dapat menoleransi traksi. Kulit harus bersih dan kering
sebelum boot spon atau pita traksi dipasang.
Traksi buck merupakan traksi kulit yang paling sederhana,
dan paling tepat bila dipasang untuk anak muda dalam jangka
waktu yang pendek.
- Traksi Russel, traksi Russel dapat digunakan untuk fraktur pada
plato tibia, menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan
memberikan gaya tarikan horizontal melalui pita traksi dan
balutan elastis ke tungkai bawah. Bila perlu, tungkai dapat
disangga dengan bantal agar lutut benar-benar fleksi dan
menghindari tekanan pada tumit. Walaupun traksi rangka
seimbang dapat digunakan untuk menangani hampir semua
fraktur femur, reduksi untuk fraktur panggul mungkin lebih sering
diperoleh dengan memakai traksi Russell dalam keadaan ini paha
disokong oleh beban.
b. Traksi Skeletal
Metode ini sering digunakan untuk menangani fraktur femur,
tibia humerus, dan tulang leher. Traksi dipasang langsung ke tulang
dengan menggunakan pin metal atau kawat (missal Steinman’s pin,
Kirchner wire) yang dimasukkan ke dalam tulang di sebelah distal
garis fraktur, menghindari saraf, pembuluh darah, otot, tendon, dan
sendi. Tong yang dipasang di kepala (missal Gardner-Wells tong)
difiksasi di kepala untuk memberikan traksi yang mengimobilisasi
fraktur leher (Smeltzer, 2001).
c. Traksi Manual
Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan
secara langsung pada tulang dengan kawat atau pins. Traksi ini
menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan terhadap
seseorang di bagian tubuh yang terkena melalui tangan mereka.
Dorongan ini harus constant. Traksi manual digunakan untuk
mengurangi fraktur sederhana sebelum aplikasi plesrer atau selama
pembedahan. Hal ini juga digunakan selama pemasangan traksi dan
jika ada kebutuhan secara temporal melepaskan berat traksi
4. INDIKASI
- Nyeri dan spasme otot
- Hipermobilitas yang reversible : keterbatasan gerak yang progresif
- Imobilitas yang fungsional : traksi yang digunakan pada berbagai macam
fraktur, indikasi traksi antara lain adalah:
- Traksi rusell : digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia
- Traksi buck : indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk
mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa
dan diperbaiki lebih lanjut
- Traksi Dunlop : merupakan traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal
diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertical diberikan
pada lengan bawah dalm posisi flexsi.
- Traksi kulit Bryani : sering digunakan untuk merawat anak kecil yang
mengalami patah tulang paha
- Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang
pada korpus pemoralis orang dewasa
- Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 tahun
sampai dewasa muda
- Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang seperti hernia nukleus
pulposus (HNP) atau spasme otot-otot tulang belakang.
5. KONTRAINDIKASI
a. Hipermobilitas
b. Efusi Sendi
c. Inflamasi
d. Fraktur humeri dan osteoporosis
Kontraksi pada traksi kulit meliputi:
- Nekrosis kulit,
- Obstruksi vaskuler,
- Oedem distal,
- Serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.
Kontraindikasi pada traksi tulang : anak
6. PENATALAKSANAAN
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitive,
prinsip pengobatan fraktur ada empat (4R), yaitu:
a. Recognition
Prinsip pertama adalah diagnosis dan menilai keadaan fraktur,
dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan klinik dan
radiologis. Pada awal pengobatan Perlu diperhatikan lokalisasi fraktur,
bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan,
komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
b. Reduction
Reduksi fraktur apabila perlu.Restorasi fragmen fraktur dilakukan
untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima.Pada fraktur intra-
artikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin
mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi serta kekauan,
deformitas, serta perubahan osteoarthritis dikemudian hari.
Posisi yang baik adalah alignment yang sempurna dan aposisi yang
sempurna.Fraktur seperti fraktu klavikula, iga, dan fraktur impaksi
humerus tidak memerlukan reduksu.Angulasi <5% pada tulang panjang
anggota gerak bawah dan lengan atas dan angulasi sampai 10% pada
humerus dapat diterima. Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50% dan
over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur. Adanya rotasi
tidak dapt diterima dimanapun lokalisasi fraktur.
c. Retention : Imobilisasi fraktur
d. Rehabilitation : Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal
mungkin
7. KOMPLIKASI
Komplikasi Traksi secara umum:
a. Dekubitus
- Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet, kemudian berikan
intervensi awal untuk mengurangi tekanan.
- Perubahan posisi dengan sering dan memakai alat pelindung kulit
(misal pelindung siku) sangat membantu perubahan posisi.
- Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk mencegah
kerusakan kulit.
- Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus konsultasi
dengan dokter atau ahli terapi enterostomal, mengenai
penanganannya.
b. Kongesti Paru dan Pneumonia
- Auskultasi paru untuk mengetahui status pernapasan klien.
- Ajarkan klien untuk napas dalam dan batuk efektif.
- Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus,
misalnya spirometri insentif, bila riwayat klien dan data dasar
menunjukkan klien berisiko tinggi mengalami komplikasi
pernapasan.
- Bila telah terjadi masalah pernapasan, perlu diberikan terapi sesuai
indikasi.
c. Konstipasi dan Anoreksia
- Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsang
motilitas gaster.
- Bila telah terjadi konstipasi, konsutasikan dengan dokter mengenai
penggunaan pelunak tinja, laksatif, supposituria, dan enema.
- Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukan dalam
program diet sesuai kebutuhan.
d. Stasis dan Infeksi Saluran Kemih
- Pantau masukan dan keluaran berkemih.
- Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah yang cukup,
dan berkemih setiap 2-3 jam sekali.
- Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih,
konsultasikan dengan dokter untuk menanganinya
e. Trombosis Vena Profunda
- Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas traksi.
- Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang menyertainya, yang akan menyebabkan stasis.
- Pantau klien dari adanya tanda-tanda trombosis vena dalam dan
melaporkannya ke dokter untuk menentukan evaluasi dan terapi.
f. Pressure Ulcer
g. Konstipasi
h. Infeksi, misalnya infekis melalui kawat/pin yang digunakan.
i. Kegagalan penyambungan tulang (nonunion) akibat traksi yang
berlebihan.
j. Luka akibat tekanan misalnya Thomas splint pada tuberositas tibia
k. Parese saraf akibat traksi yang berlebihan (overtraksi) atau bila pin
mengenai saraf.
Komplikasi traksi menurut jenis:
- Traksi kulit yaitu :
Penyakit trombo emboli , abersi, infeksi, alergi pada kulit, perban elastic
dapat menggangu ssirkulasi, timbul ulserasi akibat tekanan pada maleolus, pada
lansia , traksi yang berlebihan dapat merusak kulit yang rapuh.
- Traksi Russell’s yaitu:
Perlu bedrest yang mengakibatkan dekubitus dan pneumoni, penderita
bergerak akibatnya beban turun sehingga traksi tidak adekuat,dan infeksi.
- Cervical Traksin yaitu :
Ganggguan integritas kulit, alergi, dan klien tidak nyaman dan melelahkan.
8. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada klien dengan traksi, yaitu :
- Dampak psikologik dan fisiologik masalah muskuloskeletal dengan
terpasangnya traksi.
- Adanya tanda-tanda disorientasi, kebingungan, dan masalah perilaku
klien akibat terkungkung pada tempat terbatas dalam waktu yang
cukup lama.
- Tingkat ansietas klien dan respon psikologis terhadap traksi.
- Status neurovaskuler, meliputi suhu, warna, dan pengisian kapiler.
- Integritas kulit.
- Sistem integumen perlu dikaji adanya ulkus akibat tekanan.
Dekubitus.
- Sistem respirasi perlu dikaji adanya kongesti paru, stasis pneumonia.
- Sistem gastrointestinal perlu dikaji adanya konstipasi, kehilangan
nafsu makan (anoreksia).
- Sistem perkemihan perlu dikaji adanya stasis kemih, dan ISK.
- Sistem kardiovaskuler perlu dikaji adanya perubahan dan gangguan
pada kardiovaskuler.
- Adanya nyeri tekan betis, hangat, kemerahan, bengkak, atau tanda
Homan positif (tidak nyaman ketika kaki didorsofleksi dengan kuat)
mengarahkan adanya trombosis vena dalam.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1) Kurang pengetahuan mengenai program terapi.
2) Ansietas berhubungan dengan status kesehatan dan alat traksi.
3) Nyeri berhubungan dengan traksi dan imobilisasi.
4) Kurang perawatan diri (makan, higiene, atau toileting)
berhubungan dengan traksi.
5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan proses penyakit dan
traksi.
6) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pertahanan
primer tidak efektif, pembedahan.
c. Evaluasi
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan dapat tercapai tujuan
dan kriteria hasil.
- Klien mengerti dengan program terapi, klien menunjukkan pemahaman
terhadap program terapi (menjelaskan tujuan traksi, berpartisipasi
dalam rencana perawatan.
- Klien berpartisipasi aktif dalam perawatan, mengekspresikan perasaan
dengan aktif, dan tingkat ansietas klien menurun.
- Nyeri berkurang, klien mampu mengubah posisi sendiri sesering
mungkin sesuai kemampuan traksi, klien dapat beristirahat nyenyak.
- Klien hanya memerlukan sedikit bantuan pada saat makan, mandi,
berpakaian, dan toileting.
- Mobilitas klien meningkat, klien melakukan latihan yang dianjurkan,
menggunakan alat bantu yang aman.
- Tidak ditemukan adanya dekubitus dan nyeri tekan. Kulit tetap utuh,
atau tidak terjadi luka tekan lebih luas.
KULIT
JENIS
SKELETAL
TRAKSI
DUNLOP'S SKIN
TRAKSI KULIT
TRACTION
EKSTREMITAS ATAS
OVERBODY /LATERAL
TRAKSI SKELETAL
SKELETAL TRACTION
TRAKSI GALLOWS
EKSTREMITAS BAWAH
KESATUAN TRAKSI
CHARNLEY
TRAKSI SKELETAL
TRAKSI SKELETAL BALANCED-
SUSPENSION
TRAKSI SKELETAL
TERPAKU
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, Nurma & Lukman. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Sjamsuhidajat, R. & Wim de Jong. 2001. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Susan, Martin. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta:
EGC.