Pend Agama 1# (Bab 1 - Bab 2)
Pend Agama 1# (Bab 1 - Bab 2)
Pada dasarnya Agama dapat bersifat primitif dan ada yang dianut oleh
masyarakat yang telah meninggalkan fase keprimitifan. Agama-agama yang
terdapat dalam masyarakat primitif adalah dinamisme, animisme, politeisme dan
henoteisme.
Dinamisme adalah kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius.
Dalam faham ini ada benda-benda tertentu yang dianggap mempunyai kekuatan
gaib yang berpengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari. Kekuatan gaib itu
ada yang bersifat baik dan ada pula yang bersifat jahat. Benda yang dianggap
mempunyai kekuatan gaib yang bersifat baik, disenangi dan dipakai bahkan
dimakan agar orang yang memakannya senantiasa dipelihara dan dilindungi oleh
kekuatan gaib yang ada di dalamnya. Kekuatan gaib itu disebut mana yang
dalam Bahasa Indonesia disebut tuah atau sakti. Dalam masyarakat Indonesia
ada orang yang masih menghargai barang-barang yang dianggap bertuah atau
sakti, misalnya keris, batu dan cincin yang apabila dipakai akan terpelihara dari
penyakit, kecelakaan, bencana dll. Semakin banyak mana yang dimiliki oleh
sebuah benda maka semakin jauh orang dari bahaya dan selamatlah dia dalam
hidupnya, kehilangan mana berarti maut. Sedangkan benda yang mempunyai
kekuatan gaib yang bersifat jahat banyak ditakuti oleh orang, oleh karena itu
dijauhi.
Animisnme adalah kepercayaan yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda
baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa memiliki roh. Roh ada yang
baik dan ada pula yang jahat. Kepada roh yang baik senantiasa dijaga hubungan
Beriman kepada Allah SWT. berarti yakin dan percaya dengan sepenuh
hati akan adanya Allah SWT., baik keesaan-Nya (QS. Al-Ikhlash ayat 1 s/d 4)
maupun sifat-sifat-Nya yang sempurna (yang terdapat dalam al-Asma’ul Husna =
99 nama sifat Allah).
Sebagai mahasiswa, yang perlu diketahui lebih baik adalah bahwa Allah
SWT. adalah Tuhan Yang Maha Esa itu bersifat :
1. Hidup
Allah SWT. adalah Tuhan Yang Maha Hidup. Hidupnya itu Maha Esa
tanpa memerlukan makanan, minuman, istirahat dan sebagainya. Konsekuensi
keyakinan yang demikian adalah setiap atau segala sesuatu yang sifat hidupnya
2. Berkuasa
Allah SWT. adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Kekuasaan-Nya Maha Esa,
tiada setara, tidak ada tolok bandingnya. Ia Maha Kuasa tanpa memerlukan
pihak lain manapun juga dalam kekuasan-Nya. Ia adalah Maha kuasa dengan
sendiri-Nya. Konsekuensi keyakinan yang demikian adalah seorang muslim
harus teguh dalam keyakinannya pada kekuasaan Allah, melampaui segala
kekuasaan selain dari kekuasaan Allah. Dan sebagai akibatnya, seorang muslim
tidak boleh takut pada kekuasaan lain yang ada dalam alam ini, baik kekuasaan
itu berupa kekuatan-kekuatan alamiah maupun kekuasaan insaniah.
3. Berkehendak
Allah SWT. mempunyai kehendak. Kehendak-Nya Maha Esa dan berlaku
untuk seluruh alam semesta, termasuk manusia di dalamnya. Konsekuensi
keyakinan yang demikian adalah Kehendak Allah Tuhan Yang Maha Esa wajib
diikuti oleh setiap muslim. Selain itu, kehendak Allah dapat pula dijumpai pada
ayat-ayat kauniyah di alam semesta berupa sunnatullah yaitu hukum-hukum
Allah yang oleh para sarjana disebut law of nature (hukum-hukum alam).
Malaikat adalah makhluk gaib, tidak dapat ditangkap oleh panca indera
manusia. Akan tetapi dengan izin Allah, malaikat dapat menjelmakan dirinya
seperti manusia, sebagai contoh Malaikat Jibril menjadi manusia dihadapan
Maryam, ibu Nabi Isa AS. (QS. Maryam ayat 16 s/d 17). Allah SWT. menciptakan
malaikat dari nur (cahaya). Di dalam Al-Qur’an dijelaskan malaikat selalu taat
dan patuh kepada Allah, tidak pernah maksiat kepada Allah SWT. (QS. At-Tahrim
ayat 6).
Keyakinan kepada kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab suci itu
memuat wahyu Allah. Perkataan kitab yang berasal dari kata kerja kataba
(artinya ia telah menulis) memuat wahyu Allah. Perkataan wahyu berasal dari
bahasa Arab al-wahy. Kata ini mengandung makna suara, bisikan, isyarat, tulisan
dan kitab. Dalam pengertian yang umum wahyu adalah firman Allah yang
disampaikan Malaikat Jibril kepada para Rasul-Nya. Dengan demikian dalam
perkataan wahyu terkandung pengertian penyampaian firman Allah kepada
orang yang dipilih-Nya untuk diteruskan kepada umat manusia guna dijadikan
pegangan hidup.
Firman Allah itu mengandung ajaran, petunjuk dan pedoman yang
diperlukan oleh manusia dalam perjalanan hidupnya di dunia ini menuju akhirat.
Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya untuk
disampaikan kepada umat manusia, semua terekam dengan baik di dalam Al-
Qur’an, kitab suci umat Islam. Al-Qur’an meyebut beberapa kitab suci misalnya
Zabur yang diturunkan melalui Nabi Daud AS., Taurat melalui Nabi Musa AS.,
Injil melalui Nabi Isa AS., dan Al-Qur’an melalui Nabi Muhammad SAW sebagai
Rasul-Nya.
Namun, dalam perjalanan sejarah kecuali Al-Qur’an, isi kitab-kitab suci itu
telah berubah, tidak lagi memuat firman-firman Allah yang asli secara utuh
sebagaimana disampaikan Malaikat Jibril kepada para Rasul dahulu. Taurat dan
Antara Nabi dan Rasul terdapat perbedaan tugas utama. Para Nabi
menerima tuntunan atau wahyu dari Allah, akan tetapi tidak diwajibkan untuk
menyampaikan kepada umat manusia. Sedangkan Rasul adalah utusan Allah
yang menerima wahyu dan wajib menyampaikan wahyu tersebut kepada umat
manusia. Oleh karena itu seorang Rasul pastilah Nabi, tetapi seorang Nabi
belum tentu seorang Rasul.
Beriman kepada qadha dan qadhar adalah rukun iman yang ke enam atau
rukun iman yang terakhir. Qadha dan qadhar disebut juga dengan takdir.
Menurut Al-Qur’an, qadha berarti : hukum (QS. An-Nisa ayat 65), perintah (QS.
Al-Isra ayat 23), memberitakan (QS. Al-Isra ayat 24), menghendaki (QS. Ali
Imran ayat 47), menjadikan (QS. Fushilat ayat 12). Kemudian arti qadhar dalam
Al-Qur’an dapat kita memahaminya bahwa qadhar itu adalah suatu peraturan
umum yang telah diciptakan oleh Allah SWT. untuk menjadi dasar alam ini,
dimana terdapat hubungan sebab dan akibat. Telah menjadi sunnatullah yang
abadi dimana manusia juga terikat pada sunnatullah itu, sebagaimana yang
terdapat dalam QS. Al-Qamar ayat 49, QS. Al-Ahzab ayat 38, dan Al-Furqan ayat
2).
Oleh karena itu beriman kepada takdir memberikan arti dimana kita wajib
mempercayai bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini, dalam kehidupan
dan diri manusia adalah menurut hukum berdasarkan suatu undang-undang
universil atau kepastian umum atau takdir. Dari sekian banyak ayat Al-Qur’an
dipahami bahwa semua makhluk telah ditetapkan takdirnya oleh Allah SWT.
Mereka tidak dapat melampaui batas ketetapan itu dan Allah SWT. menuntun
dan menunjukkan mereka arah yang seharusnya mereka tuju.
Kata taqwa berasal dari kata waqaya yang memiliki arti takut, menjaga diri
tanggung jawab dan memenuhi tanggung jawab. Karena itu orang yang
bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah SWT. berdasarkan kesadaran,
mengerjakan perintah-Nya dan tidak melanggar larangan-Nya baik secara
lahiriah maupun batiniah, ia takut terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Orang
yang taqwa adalah orang yang menjaga (membentengi) dirinya dari perbuatan
jahat, memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak diridhai oleh
Allah SWT., bertanggung jawab mengenai sikap tingkah laku dan perbuatannya
serta memenuhi kewajiban.
Di dalam QS. Al-Hujarat ayat 13, Allah SWT. mengatakan bahwa :
“Manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa”. Dalam
surat lain, taqwa dipergunakan sebagai dasar persamaan hak antara pria dan
wanita (suami dan isteri) dalam keluarga, karena pria dan wanita diciptakan dari
jenis yang sama (QS. An-Nisa ayat 1). Sedangkan dalam QS. Al-Baqarah ayat
117 makna taqwa terhimpun dalam pokok-pokok kebajikan.
Ruang lingkup taqwa dalam makna memelihara meliputi empat jalur
hubungan manusia, yaitu :
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.
b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
c. Hubungan manusia dengan sesama manusia
d. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup.
BAB II
MANUSIA DALAM PERSPEKTIF
ISLAM
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT. yang misterius dan sangat
menarik. Dikatakan misterius karena semakin dikaji semakin terungkap betapa
banyak hal-hal mengenai manusia yang belum terungkapkan. Dan dikatakan
menarik karena manusia sebagai subyek sekaligus sebagai objek kajian yang
tiada henti-hentinya terus dilakukan manusia khususnya para ilmuwan. Oleh
karena itu ia telah menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini dan kemudian hari.
Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak
karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Para ahli telah mengkaji manusia menurut bidang studinya masing-
masing, tetapi sampai sekarang para ahli masih belum mencapai kata sepakat
tentang manusia. Ini terbukti dari banyaknya penamaan manusia, misalnya
homo shapien (manusia berakal), homo ecominicus (manusia ekonomi) yang
6. Sifat-sifat Allah SWT. banyak dan tidak dapat diperkirakan. Namun demikian,
dari Al-Qur’an dapat diketahui sembilan puluh sembilan nama sifat Allah
SWT. yang biasanya disebut dengan ........
a. Al-Muhaimin b. Al-Khabir c.. Wahdaniyat d. Asma’ul Husna
11. Jumlah para Rasul yang pernah diutus oleh Allah SWT. untuk memimpin
manusia adalah 313 orang, sedangkan jumlah para Nabi 124.000 orang. Di
dalam Al-Qur’an ada ...... orang Nabi atau Rasul.
a.10 b. 55 c. 100 d. 25
12. Di bawah ini merupakan sifat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW.,
kecuali .....
a. Shiddiq b. Amanah c. Wahdaniyat d. Fathanah
13. Salah satu sifat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. adalah Amanah,
artinya adalah .......
15. “Muhammad SAW itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu, tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup nabi-nabi. Dan
adalah Allah mengetahui atas segala sesuatu”. Arti ayat tersebut terdapat
dalam Al-Qur’an surat .......
a. Al-Ahzab 40 c. An-Nisa ayat 40
b. Al-Anbiya’ 107 d. Saba’ ayat 28
16. “Jika kalian beriman kepada Allah dan beriman kepada hari akhir”. Arti ayat
tersebut terdapat dalam Al-Qur’an surat ........
a. An-Nisa ayat 59 c. Saba’ ayat 2
b. An-Nisa ayat 40 d. Al-Ahzab ayat 40
17. Arti ayat suci Al-Qur’an yang ada dalam Surat Ali Imran ayat 19 adalah .........
a. “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”.
d. “Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam”.
b. “Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”.
c. “Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan dari kubur di hari
kiamat”.
19. “Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”. Arti ayat tersebut terdapat dalam Al-Qur’an surat .......