Oleh
Samna Ichsan Nusaputra
NIM : 151811213029
Kelompok : 3
D3 PARAMEDIK VETERINER
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
METODE PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN
Deteksi kebuntingan merupakan salah satu tindakan yang penting dilakukan untuk
mengetahui bunting atau tidaknya seekor ternak atau untuk mengetahui normal tidaknya
saluran reproduksi ternak tersebut. Pemeriksaan kebuntingan ini juga merupakan salah
satu cara untuk memonitor danmembuktikan basil Inseminasi Buatan secara cepat dan
layak. Siklus berahi yang dipergunakan sebagai dasar diagnosa hasil IB adalah berkisar
antara 18-21 hari pada domba dan kambing. Pemeriksaan kebuntingan sebaiknya
dilakukan setelah 3 bulan pasca Inseminasi Buatan aaupun perkawinan alam, untuk
meminimalisir terjadinya keguguran.
Pemeriksaan kebuntingan pada sapi ini memiliki suatu tujuan, diantaranya yaitu:
Progesteron
Test pada susu lebih dianjurkan dari pada test pada darah, karena kadar
progesteron lebih tinggi dalam susu daripada dalam plasma darah. Lagi pula sample susu
mudah didapat saat memerah tanpa menimbulkan stress pada ternaknya. Sample susu
ditest menggunakan radio immuno assay(RIA). Sample ini dikoleksi pada hari ke 18– 21
setelah inseminasi. Teknikkoleksi sample bervariasi namun lebih banyak diambil dari
pemerahan sore hari.Bahan preservasi seperti potasium dichromate atau mercuris chloride
ditambahkanuntuk menghindari susu menjadi basi selama transportasi ke
laboratorium.Metoda ini cukup akurat, tetapi relatif mahal, membutuhkan fasilitas
laboratoriumdan hasilnya harus menunggu beberapa hari. ”Kit” progesteron susu sudah
banyak digunakan secara komersial di peternakan-peternakan dan dapat
mengatasi problem yang disebabkan oleh penggunaan RIA yaitu antara lain karena
keamanan penanganan dan disposal radioaktivnya.. Test dapat dilakukan baikdengan
enzyme-linked immuno assay (ELISA) maupun latex aggluination assay.
Estrone Sulphate
Pada usia kebuntingan bulan akhir akan mengekskresikan 10 X lipathormone
esterogen didalam air seninya dibanding sesudah melahirkan. Estronesulphate adalah
derifat terbesar estrogen yang diproduksi oleh konseptus dandapat diukur dalam plasma
maternal, susu atau urine pada semua species ternak. Estrone sulphate dapat dideteksi
dalam plasma lebih awal pada sapi hari ke 72.
2. Non Return to Estrus (NR)
Selama kebuntingan, konseptus menekan regresi corpus luteum (CL) dan mencegah
hewan kembali estrus. Oleh sebab itu, apabila hewan tidak kembali estrus setelah
perkawinan ataupun IB maka diasumsikan bunting. Pada domba dan kambing
ketidakhadiran estrus setelah perkawinan digunakan secara luas oleh peternak dan sentar-
sentra IB sebagai indicator terjadinya kebuntingan, tetapi ketepatan metode ini tergantung
dari ketetapan deteksi estrusnya.
3. Palpasi Abdominal
Palpasi abdominal yakni melakukan perabaan abdomen terutama bagian kanan dalam
untuk merasakan gerakan fetus yang ada di dalam perut. Biasanya dilakukan dengan cara
menekan tangan pada abdomen bagian dorsal kemudian menekan secara perlahan
mengunakan kedua tangan, apabila antara tangan kanan dan kiri tidak saling bertemu
ujungnya dan dirasakan terdapat seperti gelembung balon/ bola maka dinyatakan positif
bunting dan apabila kedua ujung jari tangan bertemu dan tidak ada seperti bola makan
negetif bunting.
Untuk usia kebuntingan akhir dapat dilakukannya dengan mendengarkan denyut
jantung. Biasanya dilakukan dengan bantuan alat stetoskop yang ditempelkan perut
sebelah kanan. Denyut jantung ini akan tampak dengan jelas sesuai dengan
perkembangannya. Pertumbuhan ambing juga dapat dilihat secara rutinnya, akan
mengalami pembesaran dan ambing mulai turun. Hal ini dikarenakan ambing terisi air
susu didalamnya.
Kesimpulan
Ternak yang mengalami kebuntingan akan memperlihatkan tanda –tanda yang
dapat kita lihat secara kasat mata atau pun perubahan organ-organ reproduksi seperti
adanya perubahan serviks, uterus, cairan amnion dan allantois serta ovarium. Metode
Pemeriksaan kebuntingan pada ternak ada bermacam-macam dan spesifik bagi ternaknya.