Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa
atas terselesaikannya penyusunan perangkat materi Bimtek
Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Materi pendampingan
disusun oleh tim pengembang terdiri atas unsur pengarah,
pengembang kurikulum 2013, Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Balitbang Dikbud, Unit Implementasi Kurikulum 2013 (UIK),
Badan PSDMK&PMP, Narasumber (NS), instruktur nasional
(IN), dosen, widyaiswara, dan dari unsur lapangan yaitu
pengawas, kepala sekolah, guru SMP pelaksana Kurikulum
2013.
i
Pelaksanaan Penilaian, Pengelolaan Layanan BK dan Persiapan
Peminatan, Interaksi dengan Orangtua Siswa, Pengelolaan
Peran Guru TIK.
ii
DAFTAR ISI
iii
PETA KONSEP
Konsep Kurikulum
Rasional Pengembangan
1. Pendahuluan KarakteristikKurikulum
Kerangka Oasar
Sistem Paket/SKS Kurikulum
Ekstrakurikuler
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Konsep
B. Konsep Kurikulum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang
pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang
diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua
dimensi tersebut.
1
C. Rasional Pengembangan Kurikulum
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor berikut.
1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan
penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia
produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-
64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak
berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas).
Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya
pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.
Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah
bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia
produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan
keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi
dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri -kreatif
dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat
internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup
masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi
masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat
terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of
2
Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific
Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area
(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran
kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta
mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan
Program for International Student Assessment (PISA) sejak
tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak
Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan
yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara
lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA
tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
3
g. Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal
dengan tetap memperhatikan pengembangan potensi
khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
h. Penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(multidisciplines); dan
i. Penguatan pola pembelajaran kritis.
5. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi
yang tidak
relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan
bagi peserta didik.
4
3. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
4. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk
kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi
dasar mata pelajaran;
5. Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur
pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar.
Semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti;
6. Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).
2. Landasan Sosiologis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan
akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam
rangka memenuhi dinamika kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara, sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan
5
nasional. Dewasa ini perkembangan pendidikan di Indonesia
tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Perubahan ini dimungkinkan karena
berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kerja,
dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan
perubahan kurikulum secara terus menerus. Hal itu
dimaksudkan agar pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan
perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian
keluaran pendidikan akan mampu memberikan kontribusi
secara optimal dalam upaya membangun masyarakat berbasis
pengetahuan (knowledge-based society).
3. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan
perwujudan konsepsi pendidikan yang bersumbu pada
perkembangan peserta didik beserta konteks kehidupannya
sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogik transformatif.
Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus didudukkan
sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan
perkembangan psikologisnya dan mendapatkan perlakuan
pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan dan jamannya.
Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang
kurikulum untuk jenjang pendidikan menengah khususnya SMP.
Oleh karena itu implementasi pendidikan di SMP yang selama
ini lebih menekankan pada pengetahuan, perlu dikembangkan
menjadi kurikulum yang menekankan pada proses
pembangunan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik melalui berbagai pendekatan yang mencerdaskan dan
mendidik. Penguasaan substansi mata pelajaran tidak lagi
ditekankan pada pemahaman konsep yang steril dari kehidupan
masyarakat melainkan pembangunan pengetahuan melalui
pembelajaran otentik. Dengan demikian kurikulum dan
6
pembelajaran selain mencerminkan muatan pengetahuan
sebagai bagian dari peradaban manusia, juga mewujudkan
proses pembudayaan peserta didik sepanjang hayat.
4. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan
berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori
kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).
Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar
nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci
menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-
luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan
bertindak.
F. Landasan Yuridis
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
7
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Dasar;
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 66 tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kompetensi Dasar
dan Struktur Kurikulum SMP/MTs.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 81.A tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 Lampiran i
Pedoman Penyusunan Dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor. 19 tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk DASAR/MI,
SMP/MTs dan SMA/MA;
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008
tentang Pembinaan Kesiswaan;
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 48 Tahun 2010
tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional
Tahun 2010-2014;
14. Rencana Aksi Nasional (RAN) 2013 Kementerian Pendidikan
Nasional Tahun 2010 – 2014;
8
BAB II TUJUAN PENDIDIKAN
A. Tujuan KTSP
KTSP memberi luang kepada pihak sekolah dan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai
pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
C. Penyusunan Visi
10
a) Rumusannya singkat, padat dan mudah diingat;
b) Bersifat inspiratif dan menantang untuk mencapainya;
c) Sesuatu yang ideal yang ingin dicapai dimasa yang akan
datang yang membawa eksistensi/keberadaan suatu
organisasi;
d) Menarik bagi seluruh anggota organisasi dan pihak-pihak
yang terkait (stakeholders);
e) Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas;
f) Mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan
strategis yang terdapat dalam suatu organisasi;
g) Memiliki orientasi terhadap masa depan, sehingga segenap
jajaran organisasi ikut berperan dalam pencapaiannya;
h) Mampu menumbuhkan komitmen seluruh anggota
organisasi;
i) Menjamin kesinambungan kepemimpinan dan kebijakan
organisasi serta menjembatani keadaan masa sekarang dan
masa yang akan datang;
j) Memungkinkan untuk perubahan atau penyesuaian dengan
perkembangan/perubahan tugas dan fungsi.
11
komponen yang ada dalam satuan organisasi untuk
memberikan kontribusi terbaiknya bagi pencapaian visi yang
akan disepakati.
d) Rumusan Visi yang berasal dari pimpinan (top down) perlu
disosialisasikan kepada seluruh anggota organisasi dengan
pendekatan yang demokratis dan terbuka untuk
penyempurnaan dan memperoleh masukan atau partisipasi
dari bawah.
D. Penyusunan Misi
12
a) Pernyataan misi harus menunjukkan secara jelas
mengenai apa yang hendak dicapai oleh sekolah.
b) Rumusan misi selalu dalam bentuk kalimat yang
menunjukkan “tindakan” dan bukan kalimat yang
menunjukkan “keadaan” sebagaimana pada rumusan visi.
c) Satu indikator visi dapat dirumuskan lebih dari satu
rumusan misi. Antara indikator visi dengan rumusan misi
harus ada keterkaitan atau terdapat benang merahnya
secara jelas.
d) Misi menggambarkan tentang produk atau pelayanan yang
akan diberikan pada masyarakat (siswa)
e) Kualitas produk atau layanan yang ditawarkan harus
memiliki daya saing yang tinggi, namun disesuaikan
dengan kondisi organisasi.
2. Kriteria Misi
Rumusan misi yang baik mempunyai kriteria (ciri-ciri) sebagai
berikut :
a) Rumusannya sejalan dengan visi satuan organisasi/satuan
kerja;
b) Rumusannya jelas dengan bahasa yang lugas;
c) Rumusannya menggambarkan pekerjaan atau fungsi yang
harus dilaksanakan;
d) Dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu;
e) Memungkinkan untuk perubahan/penyesuaian dengan
perubahan visi.
14
12. menantang, namun realistik dan dapat dicapai.
15
BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
A. Struktur Kurikulum
1. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs) merupakan tingkat kemampuan
untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang
harus dimiliki seorang peserta didik SMP/MTs pada setiap
tingkat kelas. Kompetensi inti dirancang untuk setiap kelas.
Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai
kompetensi dasar antarmata pelajaran pada kelas yang
sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada mata pelajaran yang sama pada
kelas yang berbeda dapat dijaga pula.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai
berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap
spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap
sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti
pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti
keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMP/MTs
dapat dilihat pada Tabel berikut.
16
Tabel 1: Kompetensi Inti SMP/MTs
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
17
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
kejadian tampak mata terkait fenomena dan terkait fenomena dan
kejadian kejadian
B. Mata Pelajaran
Struktur Kurikulum SMP/MTs terdiri atas mata pelajaran umum
kelompok A dan mata pelajaran umum kelompok B. Khusus untuk
MTs, dapat ditambah dengan mata pelajaran keagamaan yang
diatur oleh Kementerian Agama.
Struktur kurikulum SMP/MTs adalah sebagai berikut :
18
Tabel 2: Struktur Kurikulum SMP/MTs MATA PELAJARAN
C. Beban Belajar
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti
peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun
pembelajaran.
19
1. Beban belajar di SMP/MTs dinyatakan dalam jam pelajaran
per minggu. Beban belajar satu minggu adalah minimal 38
jam pelajaran.
2. Beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester
paling sedikit 18 minggu efektif.
3. Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit
18 minggu efektif.
4. Beban belajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit
14 minggu efektif.
Beban belajar bagi SMP/MTs yang menyelengarakan Sistem
Kredit Semester (SKS), diatur lebih lanjut dalam Pedoman SKS.
D. Muatan Pembelajaran
Muatan pembelajaran di SMP/MTs yang berbasis pada konsep-
konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan
adalah Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
Pada hakikatnya IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata
pelajaran dalam bentuk integrated sciences dan integrated social
studies. Muatan IPA berasal dari disiplin biologi, fisika, dan kimia,
sedangkan muatan IPS berasal dari sejarah, ekonomi, geografi,
dan sosiologi. Kedua mata pelajaran tersebut merupakan program
pendidikan yang berorientasi aplikatif, pengembangan
kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan
pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan sosial dan alam.
Tujuan pendidikan IPS menekankan pada pemahaman tentang
bangsa, semangat kebangsaan, patriotisme, dan aktivitas
masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan pendidikan IPA menekankan pada pemahaman tentang
lingkungan dan alam sekitar beserta kekayaan yang dimilikinya
20
yang perlu dilestarikan dan dijaga dalam perspektif biologi, fisika,
dan kimia.
Integrasi berbagai konsep dalam Mata Pelajaran IPA dan IPS
menggunakan pendekatan trans-disciplinarity di mana batas-
batas disiplin ilmu tidak lagi tampak secara tegas dan jelas,
karena konsep-konsep disiplin ilmu berbaur dan/atau terkait
dengan permasalahan-permasalahan yang dijumpai di sekitarnya.
Kondisi tersebut memudahkan pembelajaran IPA dan IPS menjadi
pembelajaran yang kontekstual.
Pembelajaran IPA diintegrasikan melalui konten biologi, fisika,
dan kimia. Pengintegrasian dapat dilakukan dengan cara
connected, yakni pembelajaran dilakukan pada konten bidang
tertentu (misalnya fisika), kemudian konten bidang lain yang
relevan ikut dibahas. Misalnya saat mempelajari suhu (konten
fisika), pembahasannya dikaitkan dengan upaya makhluk hidup
berdarah panas mempertahankan suhu tubuh (konten biologi),
serta senyawa yang digunakan di dalam sistem AC (konten kimia).
Pembelajaran IPS diintegrasikan melalui konsep ruang, koneksi
antar ruang, dan waktu. Ruang adalah tempat di mana manusia
beraktivitas, koneksi antar ruang menggambarkan mobilitas
manusia antara satu tempat ke tempat lain, dan waktu
menggambarkan masa di mana kehidupan manusia itu terjadi.
E. Muatan Lokal
1. Pengertian
Pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam
pedoman ini sebagai berikut.
a. Muatan lokal adalah bahan kajian pada satuan pendidikan
yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang
potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk
membentuk pemahaman peserta didik terhadap
keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya.
21
b. Pemerintah provinsi adalah gubernur dan berbagai
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah provinsi.
c. Pemerintah kabupaten/kota adalah bupati/walikota dan
berbagai perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah kabupaten/kota.
2. Tujuan
Muatan lokal sebagai bahan kajian yang membentuk
pemahaman terhadap potensi daerah tempat tinggalnya
bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kepada peserta didik agar:
a. mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya
dan spiritual di daerahnya; dan
b. melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan
kearifan daerah yang berguna bagi diri dan lingkungannya
dalam rangka menunjang pembangunan nasional
3. Prinsip
Pengembangan muatan lokal untuk satuan pendidikan selain
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan KTSP juga
memperhatikan prinsip-prinsip berikut.
a. Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik.
b. Keutuhan Dalam Pengembangan Semua Kompetensi.
c. Substansi kurikulum muatan lokal mencakup keseluruhan
dimensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan).
d. Fleksibilitas dalam Jenis, Bentuk, dan Pengaturan Waktu.
e. Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan
pengaturan waktunya bersifat fleksibel sesuai dengan
kondisi dan karakteristik satuan pendidikan.
f. Kebermanfaatan.
g. Penetapan muatan lokal berorientasi pada upaya
pengenalan, pelestarian, dan pengembangan potensi
22
daerah untuk kepentingan nasional dan menghadap
tantangan global.
4. Lingkup
a. Jenis
Lingkup jenis muatan lokal berupa potensi dan keunikan
lokal yang terkait dengan seni budaya; prakarya; pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan; bahasa; dan/atau
teknologi. Jenisnya dapat berupa bahasa daerah, kesenian
daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat,
dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan
alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu untuk
pengembangan potensi dan kebutuhan daerah yang
bersangkutan.
Potensi daerah adalah kemampuan yg mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan atau kekuatan yang
terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan
dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan
lingkungan sosial budaya.
Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan
oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk
kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan
masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah
perkembangan daerah serta potensi daerah yang
bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut adalah seperti
kebutuhan untuk:
1) melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
2) meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang
tertentu sesuai dengan keadaan perekonomian daerah;
3) meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk
keperluan peserta didik dan untuk mendukung
pengembangan potensi daerah, seperti potensi
pariwisata; dan
23
4) meningkatkan kemampuan berwirausaha.
b. Bentuk
Muatan lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah
provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya dan/atau satuan pendidikan dapat
berbentuk sejumlah bahan kajian terhadap keunggulan
dan kearifan daerah tempat tinggalnya yang menjadi:
1) bagian mata pelajaran kelompok B pada struktur
kurikulum; dan/atau
2) mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok B
sebagai mata pelajaran muatan lokal dalam hal
pengintegrasian tidak dapat dilakukan.
c. Dokumen
Lingkup muatan lokal baik yang menjadi bagian mata
pelajaran maupun berupa mata pelajaran yang berdiri
sendiri sekurang-kurangnya terdiri atas:
1) kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti,
2) silabus yang memuat pembelajaran dengan
pendekatan saintifik dan penilaian otentik, dan
3) buku teks pelajaran (buku siswa dan buku guru) yang
berbasis aktivitas.
F. Kegiatan Ekstrakurikuler
1. Pengertian
Pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam pedoman
ini sebagai berikut.
a. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang
dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan
intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan
dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik
24
secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan
pendidikan.
b. Kegiatan Ekstrakurikuler wajib adalah Kegiatan
Ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan
pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik.
c. Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan adalah Kegiatan
Ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan dan
diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan dapat diikuti
oleh peserta didik sesuai bakat dan minatnya masing-
masing.
2. Bentuk
Bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler dapat berupa:
a. Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan
Siswa (LKS), Palang Merah Remaja (PMR), Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar Bendera
(Paskibra), dan lainnya;
b. Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR),
kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan
akademik, penelitian, dan lainnya;
c. Latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya:
pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, pecinta
alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan
komunikasi, rekayasa, dan lainnya;
d. Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah
keagamaan, baca tulis alquran, retreat; atau
e. Bentuk kegiatan lainnya.
3. Prinsip
Kegiatan Ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan
dengan prinsip: (1) partisipasi aktif yakni bahwa Kegiatan
Ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan peserta didik secara
penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing; dan (2)
25
menyenangkan yakni bahwa Kegiatan Ekstrakurikuler
dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan bagi
peserta didik.
4. Lingkup
Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler meliputi:
a. Individual, yakni Kegiatan Ekstrakurikuler yang diikuti oleh
peserta didik secara perorangan.
b. Berkelompok, yakni Kegiatan Ekstrakurikuler yang diikuti
oleh peserta didik secara:
1) Berkelompok dalam satu kelas (klasikal).
2) Berkelompok dalam kelas paralel
3) Berkelompok antarkelas.
5. Mekanisme
a. Pengembangan
Kegiatan Ekstrakurikuler dikelompokkan menjadi Kegiatan
Ekstrakurikuler wajib dan Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan.
Dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Kepramukaan
merupakan ekstrakurikuler wajib.
Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan
diperuntukan bagi peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
dan SMK/MAK. Pelaksananannya dapat bekerja sama
dengan organisasi kepramukaan setempat/terdekat dengan
mengacu kepada Pedoman dan Prosedur Operasi Standar
Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler
wajib.
Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan diselenggarakan oleh
satuan pendidikan bagi peserta didik sesuai bakat dan minat
peserta didik. Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler
pilihan di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui
tahapan: (1) analisis sumber daya yang diperlukan dalam
26
penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler; (2) identifikasi
kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik; (3) menetapkan
bentuk kegiatan yang diselenggarakan; (4) mengupayakan
sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau
menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga
lainnya; (5) menyusun Program Kegiatan Ekstrakurikuler.
Satuan pendidikan wajib menyusun program Kegiatan
Ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari Rencana Kerja
Sekolah. Program Kegiatan Ekstrakurikuler pada satuan
pendidikan dikembangkan dengan mempertimbangkan
penggunaan sumber daya bersama yang tersedia pada
gugus/klaster sekolah. Penggunaannya difasilitasi oleh
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangan masing-masing. Program Kegiatan
Ekstrakurikuler disosialisasikan kepada peserta didik dan
orangtua/wali pada setiap awal tahun pelajaran.
Sistematika Program Kegiatan Ekstrakurikuler sekurang-
kurangnya memuat:
1) rasional dan tujuan umum;
2) deskripsi setiap Kegiatan Ekstrakurikuler;
3) pengelolaan;
4) pendanaan; dan
5) evaluasi
G. Peminatan
Peminatan peserta didik dalam Kurikulum Tahun 2013
mengandung makna: (1) suatu pembelajaran berbasis minat
peserta didik sesuai kesempatan belajar yang ada dalam satuan
pendidikan; (2) suatu proses pemilihan dan penetapan peminatan
belajar yang ditawarkan oleh satuan pendidikan; (3) merupakan
suatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta
didik tentang peminatan belajar yang didasarkan atas
pemahaman potensi diri dan pilihan yang tersedia pada satuan
27
pendidikan serta prospek peminatannya; (4) merupakan proses
yang berkesinambungan untuk memfasilitasi peserta didik
mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar serta
perkembangan optimal dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional; dan (5) layanan peminatan peserta didik merupakan
wilayah garapan profesi bimbingan dan konseling, yang tercakup
pada layanan perencanaan individual. Peminatan peserta didik
dalam implementasi kurikulum 2013 meliputi peminatan
akademik, peminatan kejuruan, lintas peminatan,
Peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk
mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan
peserta didik dengan orientasi pemusatan, perluasan, dan/atau
pendalaman mata pelajaran dan/atau muatan kejuruan.
Peminatan Akademik adalah program kurikuler yang disediakan
untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan
akademik peserta didik dengan orientasi penguasan kelompok
mata pelajaran keilmuan.
Peminatan Kejuruan adalah program kurikuler yang disediakan
untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan
vokasional peserta didik dengan orientasi penguasan kelompok
mata pelajaran kejuruan.
28
BAB IV PELAKSANAAN DAN PENILAIAN
29
f. Kegiatan Mandiri adalah kegiatan belajar yang dilakukan
oleh peserta didik atas inisiatif atau dengan stimulasi
pendidik yang berfungsi sebagai proses pendalaman
atau perluasan pengalaman belajar yang diterima dalam
kegiatan tatap muka dan/atau terstruktur;
g. Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan
ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar;
h. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah nilai akhir capaian
pembelajaran peserta didik yang dihitung dengan
memperhatikan beban belajar dan nilai yang dicapai
pada akhir penyelesaian suatu program pendidikan;
i. Kenaikan Otomatis adalah proses perpindahan status
belajar peserta didik ke tugas belajar yang lebih tinggi
setelah peserta didik memenuhi tugas belajar
sebelumnya sesuai dengan kriteria ketuntasan belajar
secara otomatis;
j. Program Remedial adalah pengorganisasian kegiatan
belajar yang dimaksudkan untuk membantu peserta didik
mencapai kriteria ketuntasan belajar;
k. Semester Pendek adalah program pembelajaran yang
diselenggarakan diantara semester ganjil dan genap
untuk memberikan kesempatan peserta didik
menuntaskan mata pelajaran sampai mencapai kriteria
ketuntasan minimal yang dipersyaratkan;
2. Penyelenggaraan
30
Dalam penyelenggaraan SKS satuan pendidikan wajib
menyediakan guru Pembimbing Akademik yang berperan
sebagai pengganti wali kelas dalam sistem paket. Setiap guru
Pembimbing Akademik bertanggungjawab terhadap aspek
akademik bagi paling banyak 20 peserta didik sejak awal
semester pertama sampai dengan semester akhir.
31
pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur,
dan satu jam kegiatan mandiri, yang pengertiannya sebagai
berikut
1) Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik.
2) Kegiatan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta
didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai
kompetensi dasar. Waktu penyelesaian penugasan
terstruktur ditentukan oleh pendidik.
3) Kegiatan mandiri adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta
didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai
kompetensi dasar. Waktu penyelesaiannya diatur oleh
peserta didik atas dasar kesepakatan dengan pendidik.
32
Tabel 1: Penetapan Beban Belajar 1 (satu) SKS di SMP/MTs
berdasarkan pada Sistem Paket
Kegiatan Sistem Paket SKS
Tatap Muka 40 menit 40 menit
Penugasan Terstruktur 50% x 40 menit = 40 menit
Kegiatan Mandiri 20 menit 40 menit
Jumlah 60 menit 120 menit
120
1 sks = = 2 jam pelajaran
0
33
a. Beban Belajar Minimal
34
2) Pengambilan jumlah sks semester berikutnya ditentukan
berdasarkan Indeks Prestasi (IP) yang diperoleh pada
semester sebelumnya;
3) Peserta didik wajib menyelesaikan mata pelajaran yang
tertuang dalam Struktur Kurikulum.
4) Satuan pendidikan dapat mengatur penyajian mata
pelajaran secara tuntas dengan prinsip “buka dan tutup”
atau ”on and off”, yaitu suatu mata pelajaran bisa
diberikan hanya pada semester tertentu dengan
mempertimbangkan ketuntasan kompetensi pada setiap
semester.
B. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi
dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil
dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah,
keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama
semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial),
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk
hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi
pada kesejahteraan hidup umat manusia.
Keluarga merupakan tempat pertama bersemainya bibit sikap
(spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik. Oleh karena itu, peran keluarga tidak dapat sepenuhnya
digantikan oleh sekolah.
Sekolah merupakan tempat kedua pendidikan peserta didik
yang dilakukan melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan melalui
mata pelajaran. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui
kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang terkait langsung dengan
35
mata pelajaran, misalnya tugas individu, tugas kelompok, dan
pekerjaan rumah berbentuk proyek atau bentuk lainnya.
Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan yang bersifat umum dan tidak terkait
langsung dengan mata pelajaran, misalnya kepramukaan,
palang merah remaja, festival seni, bazar dan olahraga.
Masyarakat merupakan tempat pendidikan yang jenisnya
beragam dan pada umumnya sulit diselaraskan antara satu
sama lain, misalnya media massa, bisnis dan industri,
organisasi kemasyarakatan, dan lembaga keagamaan. Untuk itu
para tokoh masyarakat tersebut semestinya saling koordinasi
dan sinkronisasi dalam memainkan peranya untuk mendukung
proses pembelajaran. Singkatnya, keterjalinan, keterpaduan,
dan konsistensi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat
harus diupayakan dan diperjuangkan secara terus menerus
karena tripusat pendidikan tersebut sekaligus menjadi sumber
belajar yang saling menunjang.
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana di mana peserta didik
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. Peserta
didik mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
serta menerapkannya dalam berbagai situasi, di sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Proses tersebut berlangsung melalui
tatap muka di kelas, penugasan terstruktur, dan/atau tugas
mandiri.
Terkait dengan hal tersebut, maka pembelajaran ditujukan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu
berkontribusi pada kehidupan masyarakat berbangsa,
bernegara, berperadaban dunia.
36
Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk
secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan
menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus
berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta
didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses
kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu
untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.
2. Prinsip Pembelajaran
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam
dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu
menggunakan prinsip sebagai berikut:
a. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;
b. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;
c. proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;
d. pembelajaran berbasis kompetensi;
e. pembelajaran terpadu;
f. pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen
yang memiliki kebenaran multi dimensi;
g. pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;
h. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan
keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills;
i. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat;
j. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan
memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),
membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani);
37
k. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah,
dan di masyarakat;
l. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
m. pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang
budaya peserta didik; dan suasana belajar
menyenangkan dan menantang.
38
effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan
pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1
dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai
dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran
langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses
pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh
mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di
kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam
proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang
terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah)
dalam rangka mengembangkan moral dan perilaku yang
terkait dengan nilai dan sikap.
39
Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk hasil belajar
Pembelajaran
(questioning) mengajukan pertanyaan yang diajukan
pertanyaan, tanya peserta didik (pertanyaan
jawab, berdiskusi faktual, konseptual,
tentang informasi prosedural, dan hipotetik)
yang belum
dipahami, informasi
tambahan yang ingin
diketahui, atau
sebagai klarifikasi.
Mengumpulkan Mengeksplorasi, jumlah dan kualitas sumber
informasi mencoba, yang dikaji/digunakan,
(experimenting) berdiskusi, kelengkapan informasi,
mendemonstrasi- validitas informasi yang
kan, meniru dikumpulkan, dan
bentuk/gerak, instrumen/alat yang
melakukan digunakan untuk
eksperimen, mengumpulkan data.
membaca sumber
lain selain buku
teks, mengumpul-
kan data dari nara
sumber melalui
angket,
wawancara, dan
memodifikasi/
menambahi/me-
ngembangkan
Menalar/Mengasosias mengolah informasi mengembangkan
i (associating) yang sudah interpretasi, argumentasi
dikumpulkan, dan kesimpulan mengenai
40
Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk hasil belajar
Pembelajaran
menganalisis data keterkaitan informasi dari
dalam bentuk dua fakta/konsep,
membuat kategori, interpretasi argumentasi
mengasosiasi atau dan kesimpulan mengenai
menghubungkan keterkaitan lebih dari dua
fenomena/informas fakta/konsep/teori,
i yang terkait dalam mensintesis dan
rangka argumentasi serta
menemukan suatu kesimpulan keterkaitan
pola, dan antar berbagai jenis fakta-
menyimpulkan. fakta/konsep/teori/pendapat
; mengembangkan
interpretasi, struktur
baru,argumentasi, dan
kesimpulan yang
menunjukkan hubungan
fakta/konsep/teori dari dua
sumber atau lebih yang
tidak bertentangan;
mengembangkan
interpretasi, struktur baru,
argumentasi dan
kesimpulan dari
konsep/teori/pendapat yang
berbeda dari berbagai jenis
sumber.
Mengomunikasi-kan menyajikan laporan menyajikan hasil kajian (dari
(communicating) dalam bentuk bagan, mengamati sampai
diagram, atau grafik; menalar) dalambentuk
menyusun laporan tulisan,grafis, media
41
Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk hasil belajar
Pembelajaran
tertulis; dan elektronik, multi media
menyajikan laporan danlain-lain
meliputi proses,
hasil, dan
kesimpulan secara
lisan
*) Dapat disesuaikan dengan kekhasan masing-masing mata
pelajaran.
C. Pendidikan Kepramukaan
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah
dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik,
menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di
alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode
Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak,
akhlak, dan budi pekerti luhur (SK. Kwarnas No. 231 Thn 20017).
Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian,
kecakapan hidup, dan akhlak mulia Pramuka melalui penghayatan
dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
Secara programatik penyelenggaraan pendidikan kepramukaan
dalam konteks implementasi Kurikulum 2013 dikembangkan
Desain Induk Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler
Wajib sebagai berikut.
42
Pendldlkan Kepramukaan sebagal Ektrakurlkuler Wajib
\
I
PENOIOIKAN KEPRAIVf'KAAN
~
Aktuallsasl slkap dan
Keterampllan
Kurlkulum 2013
Melalul pembangunan
slkap dan kecakapan
Kepramukaan secara
ruttn dan blok.
Pegorganisasian
No. Nama Model Sifat
Kegiatan
1. Model Blok Wajib, setahun Kolaboratif
sekali, berlaku bagi Bersifat intramural
43
Pegorganisasian
No. Nama Model Sifat
Kegiatan
seluruh peserta atau ekstramural
didik, terjadwal, (di luar dan/atau
penilaian umum didalam
lingkungan satuan
pendidikan)
2. Model Wajib, rutin, Pembina Pramuka
Aktualisasi terjadwal, berlaku Bersifat intramural
untuk seluruh (dalam lingkungan
peserta didik dalam satuan pendidikan)
setiap kelas,
penjadwalan, dan
penilaian formal
3. Reguler di Sukarela, berbasis Sepenuhnya dikelola
Gugus Depan minat oleh Gugus Depan
Pramuka pada
satuan pendidikan.
44
dapat dibantu oleh Pembantu Pembina (Instruktur
Muda/Instruktur Pramuka).
2. Model Aktualisasi memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Diikuti oleh seluruh siswa.
b. Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali.
c. Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 80 menit.
3. Model Reguler.
a. Diikuti oleh siswa yang berminat mengikuti kegiatan
Gerakan Pramuka di dalam Gugus Depan.
b. Pelaksanaan kegiatan diatur oleh masing-masing Gugus
Depan.
D. Penilaian
1. Penilaian Hasil Belajar
Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 66 tahun 2013
Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian
otentik, penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian
tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
sekolah, dan ujian nasional.
1) Penilaian otentik dilakukan oleh guru secara
berkelanjutan.
2) Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali
sebelum ulangan harian.
3) Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir
bab atau tema pelajaran.
4) Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi
dengan proses pembelajaran dalam bentuk ulangan
atau penugasan.
5) Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester,
dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan
pendidikan.
45
6) Ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan
pendidikan pada akhir kelas VIII, dengan menggunakan
kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah. Ujian tingkat
kompetensi pada akhir kelas IX dilakukan melalui UN.
7) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi dilakukan dengan
metode survey oleh Pemerintah pada akhir kelas VIII
8) Ujian sekolah dilakukan oleh satuan pendidikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
9) Ujian Nasional dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai
berikut:
1) Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui:
a) observasi,
b) penilaian diri (self assessment),
c) penilaian “teman sejawat” (peer assessment) oleh
peserta didik
d) Jurnal.
Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri,
dan penilaian antar peserta didik adalah lembar
pengamatan berupa daftar cek (checklist) atau skala
penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan
pada jurnal berupa catatan pendidik.
Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai
berikut:
SB = Sangat Baik = 80 - 100
B = Baik = 70 - 79
C = Cukup = 60 - 69
K = Kurang = < 60
46
Nilai kompetensi sikap pada LHB didapat dari rata-rata
nilai observasi, nilai diri sendiri, nilai antar teman dan nilai
jurnal
Contoh:
Seorang peserta didik dalam mata pelajaran Agama dan
Budi Pekerti memperoleh:
Nilai Observasi = 85, Nilai diri sendiri = 75, Nilai antar
teman = 80, Nilai Jurnal = 75
Nilai Sikap = (85+75+80+75) : 4 = 315 : 4 =
79 (dibulatkan)
Kualifikasi = Baik (B)
Deskripsi: Sikapnya baik, berpakaian sesuai dengan
syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan
sikap jujur dan hormat kepada guru, namun kontrol
dirinya perlu ditingkatkan.
47
c) Penilaian LHB untuk pengetahuan menggunakan penilaian
kuantitatif dengan skala 1 – 4 (kelipatan 0,33), dengan 2
(dua) desimal dan diberi predikat sebagai berikut:
49
Rerata NPr, NPj, NPo = 80 + 75 + 80 : 3 = 235 : 3
= 78,33
Nilai Konversi = (78,33/100) x 4 = 3,13;
Predikat B+
Nilai keterampilan yang ditulis pada LHB adalah
nilai koversi (3,13) dan predikatnya (B+).
50
b. Kelulusan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Pasal 72 ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan setelah :
1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran yaitu
memiliki nilai Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
(LHBPD) dari mulai semester 1 kelas VII sampai dengan
semester 6 kelas IX.
2) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk
seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga, dan kesehatan.
3) Lulus Ujian Sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Apabila Nilai Ujian Sekolah (US) paling rendah sama
dengan KKM semester 6 (enam) untuk masing-
masing mata pelajaran;
b) Rata-rata Nilai Sekolah (NS) untuk semua mata
pelajaran yang diujikan paling rendah sama dengan
rata-rata KKM semester 3 sampai dengan 6.
4) Lulus Ujian Nasional.
51
BAB V PENYUSUNAN KALENDER PENDIDIKAN
52
lamanya minggu efektif belajar sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan
b) Waktu pembelajaran efektif, Waktu pembelajaran efektif
adalah jumlah jam pelajaran setiap miggu,meliputi
jumlah jam pelajaran untuk seluruh mata pelajaran
termasuk muatan lokal ditambah jumlah jam untuk
kegiatan pengembangan diri serta jumlah jam untuk
kegiatan lain yang dianggap penting oleh satuan
pendidikan.
53
2) Bagi guru sebagai pedoman dalam menyusun program
dan rencana pembelajaran selama satu tahun pelajaran,
sesuai dengan jumlah minggu dan hari efektif kegiatan
pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran.
B. Waktu Belajar
Waktu belajar menggunakan sistem semester yang membagi 1
tahun pelajaran menjadi semester 1 (satu) dan semester 2 (dua)
dengan waktu pembelajaran sebagai berikut:
54
HARI WAKTU BELAJAR
Senin 07.00 – 13.45
Selasa 07.00 – 13.45
Rabu 07.00 – 13.45
Kamis 07.00 – 13.45
Jum’at 07.00 – 13.30
Sabtu 07.0 – 11.45
C. Libur Sekolah
Hari libur sekolah adalah hari yang ditetapkan oleh sekolah,
pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten untuk tidak
diadakan proses pembelajaran di sekolah.
Penentuan hari libur memperhatikan ketentuan berikut ini.:
1. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan/atau
Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya
keagamaan.
AKTIVITAS PEMBELAJARAN
55
7. Membuat rangkuman.
PENILAIAN
1. Penilaian sikap meliputi: kedisiplinan, kerjasama, dan
tanggung jawab
2. Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis pada akhir
pelatihan
3. Penilaian keterampilan meliputi; keterampilan berpikir, reaktif,
interaktif, dan kontribusi dalam kelompok, serta keterampilan
memimpin.
REFLEKSI
1. Hal-hal baru apa saja yang Anda peroleh setelah mengikuti
kegiatan belajar ini?
2. Apa yang seharusnya Anda lakukan agar penyusunan KTSP
sesuai dengan prinsip-prinsip penyusunan kurikulum ?
3. Apa yang seharusnya Anda lakukan agar penyusununan
visi,misi dan tujuan sekolah sesuai dengan kriteria dan kondisi
sekolah yang ada?
56
DAFTAR PUSTAKA
Ana Ratna Wulan (2013). Penilaian Proses dan Hasil Belajar Kurikulum
2013. Bahan Paparan: Disajikan dalam workshop pembahasan dan
finalisasi naskah pendukung pembelajaran, Direktorat Pembinaan
SMA, Kemdikbud,22 Agustus, 2013
58