Anda di halaman 1dari 64

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa
atas terselesaikannya penyusunan perangkat materi Bimtek
Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Materi pendampingan
disusun oleh tim pengembang terdiri atas unsur pengarah,
pengembang kurikulum 2013, Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Balitbang Dikbud, Unit Implementasi Kurikulum 2013 (UIK),
Badan PSDMK&PMP, Narasumber (NS), instruktur nasional
(IN), dosen, widyaiswara, dan dari unsur lapangan yaitu
pengawas, kepala sekolah, guru SMP pelaksana Kurikulum
2013.

Materi bimtek ini merupakan bahan acuan bagi narasumber,


peserta bimtek pendampingan, dan kepala sekolah SMP
pendamping serta kepala SMP sasaran dalam memantapkan
pelaksanaan Kurikulum 2013 melalui program pendampingan
dengan pola “in – on – in – on – in”. Pola pendampingan “In”
berarti para kepala SMP berhimpun di Musyawarah Kerja
Kepala Sekolah (MKKS) untuk mendiskusikan berbagai kendala
yang terkait dengan implementasi Kurikulum di sekolahnya, dan
pola “On” berarti kepala SMP pendamping melakukan kunjungan
pendampingan ke SMP sasaran dalam rangka melakukan
refleksi dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi
dalam implementasi kurikulum 2013. Materi/bahan ajar pada
bimtek pendampingan kepala sekolah SMP meliputi Kebijakan
Implementasi Kurikulum 2013, Penyusunan KTSP, Integrasi
Muatan Lokal, Integrasi Ekskul Kepramukaan, Matrikulasi,
Pemahaman terhadap buku guru dan buku siswa, Penyusunan
RPP, Media Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran,

i
Pelaksanaan Penilaian, Pengelolaan Layanan BK dan Persiapan
Peminatan, Interaksi dengan Orangtua Siswa, Pengelolaan
Peran Guru TIK.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih serta


penghargaan atas dedikasi yang tinggi para tim pengembang
materi yang berupaya untuk menggali dan mengantisipasi
sejumlah permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan
kurikulum di sekolah dan berupa mencari alternatif solusi yang
disesuaikan dengan kebutuhan perbaikan mutu implementasi
Kurikulum 2013 secara berkelanjutan.

Semoga materi bimtek ini dapat membantu narasumber, peserta


bimtek, kepala SMP pendamping, kepala SMP sasaran dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013.

Jakarta, Agustus 2014


Direktur Pembinaan PTK
Dikdas

Sumarna Surapranata, Ph.D


NIP. 195908011985031002

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. I


DAFTAR ISI .............................................................................................. III
PETA KONSEP ........................................................................................ IV
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. DESKRIPSI KONSEP ............................................................................ 1
B. KONSEP KURIKULUM ........................................................................... 1
C. RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM ............................................... 2
D. KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013 ....................................................... 4
E. KERANGKA DASAR KURIKULUM ............................................................ 5
F. LANDASAN YURIDIS............................................................................. 7
BAB II TUJUAN PENDIDIKAN ................................................................ 9
A. TUJUAN KTSP ................................................................................... 9
B. TUJUAN PENDIDIKAN DASAR ................................................................ 9
C. PENYUSUNAN VISI .............................................................................. 9
D. PENYUSUNAN MISI ........................................................................... 12
E. TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN ............................................................ 13
BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM ............................... 16
A. STRUKTUR KURIKULUM ..................................................................... 16
B. MATA PELAJARAN ............................................................................. 18
C. BEBAN BELAJAR .............................................................................. 19
D. MUATAN PEMBELAJARAN .................................................................. 20
E. MUATAN LOKAL ................................................................................ 21
F. KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ........................................................... 24
G. PEMINATAN ...................................................................................... 27
BAB IV PELAKSANAAN DAN PENILAIAN ........................................... 29
A. SISTEM PAKET/SISTEM KREDIT SEMESTER ......................................... 29
B. PEMBELAJARAN ................................................................................ 35
C. PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN .............................................................. 42
D. PENILAIAN ........................................................................................ 45
BAB V PENYUSUNAN KALENDER PENDIDIKAN ................................ 52
A. PERMULAAN TAHUN PELAJARAN ........................................................ 52
B. WAKTU BELAJAR .............................................................................. 54
C. LIBUR SEKOLAH................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 57

iii
PETA KONSEP

Konsep Kurikulum

Rasional Pengembangan
1. Pendahuluan KarakteristikKurikulum

Kerangka Oasar
Sistem Paket/SKS Kurikulum

Pembelajaran 4. Pelaksanaan Tujuan PengembanganKTSP


Pendidikan Kepramukaan dan Penilaian
Tujuan Pendidikan Oasar
Penilaian 2. Tujuan Visi dan Misi Satuan
Pendidikan Pendidikan
Penyusunan KTSP
Berbasis Tujuan Satuan
Pendidikan
Permulaan Tahun Kurikulum 2013
Pelajaran
Struktur Kurikulum
Waktu Belajar 5. Kalender
Mata Pelajaran
Pendidikan 3. Struktur
Libur Sekolah
dan Muatan Beban Belajar
Rencana Kegiatan Kurikulum
Muatan Lokal

Ekstrakurikuler

iv
BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi Konsep

Materi penyusunan KTSP berbasis kurikulum 2013 terdiri


atas beberapa bagian, yaitu 1) Latar belakang pengembangan
kurikulum, meliputi: konsep kurikulum, rasional pengembangan,
karakteristik kurikulum, dan kerangka dasar kurikulum. 2) Tujuan,
meliputi: tujuan pengembangan, tujuan pendidikan, visi dan misi,
dan tujuan SMP. 3) Struktur dan muatan kurikulum, meliputi:
struktur kurikulum, mata pelajaran, beban belajar, mulok,
ekstrakurikuler, dan pembiasaan. 4) Pelaksanaan, meliputi: sistem
paket/sks, pembelajaran, bimbingan dan konseling, penilaian hasil
belajar, penilaian hasil belajar, peminatan, dan pendidikan
kepramukaan. 5) Lampiran, meliputi: kalender akademik,
pembagian tugas guru, tata tertib guru dan siswa, contoh model
silabus, dan contoh RPP.

B. Konsep Kurikulum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang
pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang
diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua
dimensi tersebut.

1
C. Rasional Pengembangan Kurikulum
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor berikut.
1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan
penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia
produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-
64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak
berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas).
Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya
pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.
Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah
bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia
produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan
keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi
dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri -kreatif
dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat
internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup
masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi
masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat
terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of

2
Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific
Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area
(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran
kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta
mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan
Program for International Student Assessment (PISA) sejak
tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak
Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan
yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara
lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA
tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

3. Penyempurnaan Pola Pikir


Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola
pikir sebagai berikut.
a. Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap
materi yang dipelajari dan gaya belajarnya (learning style)
untuk memiliki kompetensi yang sama;
b. Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-
peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media
lainnya);
c. Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik
dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang
dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
d. Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa
aktif mencari semakin diperkuat dengan pendekatan
pembelajaran saintifik);
e. Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim);
f. Penguatan pembelajaran berbasis multimedia;

3
g. Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal
dengan tetap memperhatikan pengembangan potensi
khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
h. Penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(multidisciplines); dan
i. Penguatan pola pembelajaran kritis.

4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum


Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut.
a. Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif;
b. Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan
kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan
kependidikan (educational leader); dan
c. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan
manajemen dan proses pembelajaran.

5. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi
yang tidak
relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan
bagi peserta didik.

D. Karakteristik Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut.
1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan
sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
2. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang
memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

4
3. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
4. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk
kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi
dasar mata pelajaran;
5. Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur
pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar.
Semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti;
6. Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).

E. Kerangka Dasar Kurikulum


1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum
menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum,
sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi
peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik
dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta
didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum
dalam tujuan pendidikan nasional.

2. Landasan Sosiologis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan
akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam
rangka memenuhi dinamika kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara, sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan
5
nasional. Dewasa ini perkembangan pendidikan di Indonesia
tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Perubahan ini dimungkinkan karena
berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kerja,
dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan
perubahan kurikulum secara terus menerus. Hal itu
dimaksudkan agar pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan
perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian
keluaran pendidikan akan mampu memberikan kontribusi
secara optimal dalam upaya membangun masyarakat berbasis
pengetahuan (knowledge-based society).

3. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan
perwujudan konsepsi pendidikan yang bersumbu pada
perkembangan peserta didik beserta konteks kehidupannya
sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogik transformatif.
Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus didudukkan
sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan
perkembangan psikologisnya dan mendapatkan perlakuan
pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan dan jamannya.
Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang
kurikulum untuk jenjang pendidikan menengah khususnya SMP.
Oleh karena itu implementasi pendidikan di SMP yang selama
ini lebih menekankan pada pengetahuan, perlu dikembangkan
menjadi kurikulum yang menekankan pada proses
pembangunan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik melalui berbagai pendekatan yang mencerdaskan dan
mendidik. Penguasaan substansi mata pelajaran tidak lagi
ditekankan pada pemahaman konsep yang steril dari kehidupan
masyarakat melainkan pembangunan pengetahuan melalui
pembelajaran otentik. Dengan demikian kurikulum dan

6
pembelajaran selain mencerminkan muatan pengetahuan
sebagai bagian dari peradaban manusia, juga mewujudkan
proses pembudayaan peserta didik sepanjang hayat.

4. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan
berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori
kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).
Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar
nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci
menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-
luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan
bertindak.

F. Landasan Yuridis
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
7
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Dasar;
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 66 tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kompetensi Dasar
dan Struktur Kurikulum SMP/MTs.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 81.A tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 Lampiran i
Pedoman Penyusunan Dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor. 19 tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk DASAR/MI,
SMP/MTs dan SMA/MA;
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008
tentang Pembinaan Kesiswaan;
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 48 Tahun 2010
tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional
Tahun 2010-2014;
14. Rencana Aksi Nasional (RAN) 2013 Kementerian Pendidikan
Nasional Tahun 2010 – 2014;

8
BAB II TUJUAN PENDIDIKAN

A. Tujuan KTSP
KTSP memberi luang kepada pihak sekolah dan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai
pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

B. Tujuan Pendidikan Dasar


Pendidikan dasar bertujuan meletakkan dasar kecerdasan
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

C. Penyusunan Visi

Visi merupakan keinginan dan pernyataan moral yang menjadi


dasar atau rujukan dalam menentukan arah dan kebijakan
pimpinan dalam membawa gerak langkah organisasi menuju masa
depan yang lebih baik, sehingga eksistensi/keberadaan organisasi
dapat diakui oleh masyarakat. Visi merupakan gambaran tentang
masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan dalam
kurun waktu tertentu. Ini sejalan dengan pendapat Akdon, yang
menyatakan bahwa “Visi adalah pernyataan yang diucapkan atau
ditulis hari ini, yang merupakan proses manajemen saat ini yang
menjangkau masa yang akan datang” (2006:94).

Visi yang tepat bagi suatu instansi pemerintah akan menjadi


accelerator (pemercepat) kegiatan instansi pemerintah
bersangkutan, meliputi perencanaan strategi, perencanaan kinerja
tahunan, pengelolaan sumber daya, pengembangan indikator
kinerja, pengukuran kinerja, dan evaluasi pengukuran kinerja
instansi tersebut.
9
1) Syarat perumusan visi
a) Visi bukanlah fakta, tetapi gambaran pandangan ideal masa
depan yang ingin diwujudkan.
b) Visi dapat memberikan arahan, mendorong anggota organisasi
untuk menunjukkan kinerja yang baik.
c) Dapat menimbulkan inspirasi dan siap menghadapi tantangan
d) Menjembatani masa kini dan masa yang akan datang.
e) Gambaran yang realistik dan kredibel dengan masa depan
yang menarik.
f) Sifatnya tidak statis dan tidak untuk selamanya.

2) Prosedur Perumusan Visi adalah sebagai berikut :


a) Mengkaji makna visi satuan organisasi diatasnya unuk
digunakan sebagai acuan;
b) Menginventarisasi rumusan tugas satuan organisasi yang
tercantum dalam struktur dan tata kerja satuan organisasi yang
bersangkutan;
c) Rumusan tugas satuan organisasi tersebut dirangkum dan
dirumuskan kembali menjadi konsep rumusan visi satuan
organisasi;
d) Konsep rumusan visi satuan organisasi didiskusikan dengan
seluruh anggota organisasi untuk memperoleh masukan,
klarifikasi dan saran-saran;
e) Rumusan Visi Satuan Organisasi dikomunikasikan dengan
seluruh stakeholders guna memperoleh penyempurnaan;
f) Rumusan Visi Satuan Organisasi yang telah menjadi
kesepakatan ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan Satuan
Organisasi, sehingga visi tersebut menjadi milik bersama,
mendapat dukungan dan komitmen seluruh anggota organisasi.
3) Kriteria Visi
Rumusan Visi yang baik mempunyai kriteria (ciri-ciri) sebagai
berikut :

10
a) Rumusannya singkat, padat dan mudah diingat;
b) Bersifat inspiratif dan menantang untuk mencapainya;
c) Sesuatu yang ideal yang ingin dicapai dimasa yang akan
datang yang membawa eksistensi/keberadaan suatu
organisasi;
d) Menarik bagi seluruh anggota organisasi dan pihak-pihak
yang terkait (stakeholders);
e) Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas;
f) Mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan
strategis yang terdapat dalam suatu organisasi;
g) Memiliki orientasi terhadap masa depan, sehingga segenap
jajaran organisasi ikut berperan dalam pencapaiannya;
h) Mampu menumbuhkan komitmen seluruh anggota
organisasi;
i) Menjamin kesinambungan kepemimpinan dan kebijakan
organisasi serta menjembatani keadaan masa sekarang dan
masa yang akan datang;
j) Memungkinkan untuk perubahan atau penyesuaian dengan
perkembangan/perubahan tugas dan fungsi.

4) Teknik Perumusan Visi


Visi Satuan Organisasi dirumuskan dengan cara sebagai
berikut :
a) Melibatkan seluruh anggota satuan organisasi dan satuan
kerja untuk memberikan partisipasi (sharing) secara
maksimal sesuai dengan kemampuannya;
b) Menumbuhkan sikap rasa memiliki (melu handarbeni atau
sense of belongingness) mengenai visi yang akan
dirumuskan bersama.
c) Mengakomodasi cita-cita dan keinginan seluruh anggota
satuan organisasi atau satuan kerja. Dengan pendekatan
seperti ini (bottom up) akan menstimulasi segenap

11
komponen yang ada dalam satuan organisasi untuk
memberikan kontribusi terbaiknya bagi pencapaian visi yang
akan disepakati.
d) Rumusan Visi yang berasal dari pimpinan (top down) perlu
disosialisasikan kepada seluruh anggota organisasi dengan
pendekatan yang demokratis dan terbuka untuk
penyempurnaan dan memperoleh masukan atau partisipasi
dari bawah.

D. Penyusunan Misi

Misi organisasi adalah pangkal dari perencanaan strategi suatu


organisasi. Misi organisasi akan menggiring penentuan tujuan dan
sasaran yang akan dicapai oleh organisasi, untuk itu perlu
dirumuskan secara cermat dan memungkinkan untuk dicapai serta
dapat diukur pencapaiannya. Perumusan misi organisasi
merupakan hal yang mendasar meskipun sulit, namun harus
diupayakan.

Perumusan dan penetapan misi organisasi harus secara eksplisit


menyatakan apa yang akan dicapai atau fungsi apa yang
dilaksanakan oleh organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Penetapan misi sebagai pernyataan cita-cita organisasi dan seluruh


komponen yang terkait yang akan menjadi landasan kerja yang
harus diikuti oleh seluruh komponen organisasi guna mewujudkan
tujuan organisasi.

1. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan


misi antara lain:

Berdasarkan pengertian, teknik perumusan, prosedur


perumusan dan kriteria misi sebagaimana diuraikan di atas,
terdapat hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam
perumusan misi yaitu :

12
a) Pernyataan misi harus menunjukkan secara jelas
mengenai apa yang hendak dicapai oleh sekolah.
b) Rumusan misi selalu dalam bentuk kalimat yang
menunjukkan “tindakan” dan bukan kalimat yang
menunjukkan “keadaan” sebagaimana pada rumusan visi.
c) Satu indikator visi dapat dirumuskan lebih dari satu
rumusan misi. Antara indikator visi dengan rumusan misi
harus ada keterkaitan atau terdapat benang merahnya
secara jelas.
d) Misi menggambarkan tentang produk atau pelayanan yang
akan diberikan pada masyarakat (siswa)
e) Kualitas produk atau layanan yang ditawarkan harus
memiliki daya saing yang tinggi, namun disesuaikan
dengan kondisi organisasi.

2. Kriteria Misi
Rumusan misi yang baik mempunyai kriteria (ciri-ciri) sebagai
berikut :
a) Rumusannya sejalan dengan visi satuan organisasi/satuan
kerja;
b) Rumusannya jelas dengan bahasa yang lugas;
c) Rumusannya menggambarkan pekerjaan atau fungsi yang
harus dilaksanakan;
d) Dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu;
e) Memungkinkan untuk perubahan/penyesuaian dengan
perubahan visi.

E. Tujuan Satuan Pendidikan

Tujuan satuan pendidikan merupakan penjabaran dari pernyataan


misi, tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan
dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Penetapan tujuan pada
13
umumnya didasarkan pada faktor-faktor kunci keberhasilan yang
dilakukan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan tidak harus
dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, akan tetapi harus dapat
menunjukkan kondisi yang ingin dicapai dimasa mendatang
(Akdon, 2006:143). Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran,
kebijaksanaan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan
misi, oleh karena itu tujuan harus dapat menyediakan dasar yang
kuat untuk menetapkan indikator.
Satuan Pendidikan merumuskan dan menetapkan tujuan serta
mengembangkannya, dengan kriteria diantaranya :
1. menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam
jangka menengah (empat tahunan);
2. mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta
relevan dengan kebutuhan masyarakat;
3. mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah
ditetapkan oleh satuan pendidikan dan Pemerintah;
4. mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang
berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan
diputuskan oleh rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah;
5. disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap
pihak yang berkepentingan.
6. mendeskripsikan hal-hal yang perlu diwujudkan sesuai dengan
karakteristik satuan pendidikan. Tujuan harus serasi dan
mengklarifikasikan misi, visi dan nilai-nilai organisasi.
7. Pencapaian tujuan akan dapat memenuhi atau berkontribusi
memenuhi misi, program dan sub program organisasi.
8. esensinya tidak berubah, kecuali terjadi pergeseran lingkungan,
atau dalam hal isu strategik hasil yang diinginkan.
9. biasanya secara relatif berjangka panjang
10. menggambarkan hasil program
11. menggambarkan arahan yang jelas dari organisasi.

14
12. menantang, namun realistik dan dapat dicapai.

Selanjutnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam


merumuskan tujuan sekolah :
1. Tujuan sekolah harus memberikan ukuran yang spesifik dan
akuntabel
2. Tujuan sekolah merupakan penjabaran dari misi ,oleh Karen aitu
harus selaras dengan visi dan misi
3. Tujuan sekolah menyatakan kegiatan khusus apa yang akan
diselesaikan dan kapan diselesaikannya

15
BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

A. Struktur Kurikulum

1. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs) merupakan tingkat kemampuan
untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang
harus dimiliki seorang peserta didik SMP/MTs pada setiap
tingkat kelas. Kompetensi inti dirancang untuk setiap kelas.
Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai
kompetensi dasar antarmata pelajaran pada kelas yang
sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada mata pelajaran yang sama pada
kelas yang berbeda dapat dijaga pula.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai
berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap
spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap
sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti
pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti
keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMP/MTs
dapat dilihat pada Tabel berikut.

16
Tabel 1: Kompetensi Inti SMP/MTs
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX

1. Menghargai dan 1. Menghargai dan 1. Menghargai dan


menghayati ajaran menghayati ajaran menghayati ajaran
agama yang dianutnya agama yang dianutnya agama yang dianutnya

2. Menghargai dan 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan


menghayati perilaku menghayati perilaku menghayati perilaku
jujur, disiplin, jujur, disiplin, jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli tanggungjawab, peduli tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong (toleransi, gotong (toleransi, gotong
royong), santun, royong), santun, royong), santun,
percaya diri, dalam percaya diri, dalam percaya diri, dalam
berinteraksi secara berinteraksi secara berinteraksi secara
efektif dengan efektif dengan efektif dengan
lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan alam dalam jangkauan alam dalam jangkauan
pergaulan dan pergaulan dan pergaulan dan
keberadaannya keberadaannya keberadaannya

3. Memahami 3. Memahami dan 3. Memahami dan


pengetahuan (faktual, menerapkan menerapkan
konseptual, dan pengetahuan (faktual, pengetahuan (faktual,
prosedural) konseptual, dan konseptual, dan
berdasarkan rasa ingin prosedural) prosedural)
tahunya tentang ilmu berdasarkan rasa ingin berdasarkan rasa ingin
pengetahuan, tahunya tentang ilmu tahunya tentang ilmu
teknologi, seni, budaya pengetahuan, pengetahuan,
terkait fenomena dan teknologi, seni, budaya teknologi, seni, budaya

17
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
kejadian tampak mata terkait fenomena dan terkait fenomena dan
kejadian kejadian

Mencoba, mengolah, 4. Mengolah, menyaji, 4. Mengolah, menyaji,


dan menyaji dalam dan menalar dalam dan menalar dalam
ranah konkret ranah konkret ranah konkret
(menggunakan, (menggunakan, (menggunakan,
mengurai, merangkai, mengurai, merangkai, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan memodifikasi, dan memodifikasi, dan
membuat) dan ranah membuat) dan ranah membuat) dan ranah
abstrak (menulis, abstrak (menulis, abstrak (menulis,
membaca, membaca, membaca,
menghitung, menghitung, menghitung,
menggambar, dan menggambar, dan menggambar, dan
mengarang) sesuai mengarang) sesuai mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari dengan yang dipelajari dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber di sekolah dan sumber di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam lain yang sama dalam lain yang sama dalam
sudut pandang/teori sudut pandang/teori sudut pandang/teori

B. Mata Pelajaran
Struktur Kurikulum SMP/MTs terdiri atas mata pelajaran umum
kelompok A dan mata pelajaran umum kelompok B. Khusus untuk
MTs, dapat ditambah dengan mata pelajaran keagamaan yang
diatur oleh Kementerian Agama.
Struktur kurikulum SMP/MTs adalah sebagai berikut :

18
Tabel 2: Struktur Kurikulum SMP/MTs MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PER


MATA PELAJARAN MINGGU
VII VIII IX
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan 3 3 3
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 5 5 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7. Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B (Umum)
1. Seni Budaya 3 3 3
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan 3 3 3
Kesehatan
3. Prakarya 2 2 2
Jumlah jam pelajaran per minggu 38 38 38

Struktur Kurikulum SMP/MTs terdiri atas mata pelajaran umum


kelompok A dan mata pelajaran umum kelompok B. Khusus untuk
MTs, dapat ditambah dengan mata pelajaran keagamaan yang
diatur oleh Kementerian Agama.

C. Beban Belajar
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti
peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun
pembelajaran.

19
1. Beban belajar di SMP/MTs dinyatakan dalam jam pelajaran
per minggu. Beban belajar satu minggu adalah minimal 38
jam pelajaran.
2. Beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester
paling sedikit 18 minggu efektif.
3. Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit
18 minggu efektif.
4. Beban belajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit
14 minggu efektif.
Beban belajar bagi SMP/MTs yang menyelengarakan Sistem
Kredit Semester (SKS), diatur lebih lanjut dalam Pedoman SKS.

D. Muatan Pembelajaran
Muatan pembelajaran di SMP/MTs yang berbasis pada konsep-
konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan
adalah Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
Pada hakikatnya IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata
pelajaran dalam bentuk integrated sciences dan integrated social
studies. Muatan IPA berasal dari disiplin biologi, fisika, dan kimia,
sedangkan muatan IPS berasal dari sejarah, ekonomi, geografi,
dan sosiologi. Kedua mata pelajaran tersebut merupakan program
pendidikan yang berorientasi aplikatif, pengembangan
kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan
pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan sosial dan alam.
Tujuan pendidikan IPS menekankan pada pemahaman tentang
bangsa, semangat kebangsaan, patriotisme, dan aktivitas
masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan pendidikan IPA menekankan pada pemahaman tentang
lingkungan dan alam sekitar beserta kekayaan yang dimilikinya
20
yang perlu dilestarikan dan dijaga dalam perspektif biologi, fisika,
dan kimia.
Integrasi berbagai konsep dalam Mata Pelajaran IPA dan IPS
menggunakan pendekatan trans-disciplinarity di mana batas-
batas disiplin ilmu tidak lagi tampak secara tegas dan jelas,
karena konsep-konsep disiplin ilmu berbaur dan/atau terkait
dengan permasalahan-permasalahan yang dijumpai di sekitarnya.
Kondisi tersebut memudahkan pembelajaran IPA dan IPS menjadi
pembelajaran yang kontekstual.
Pembelajaran IPA diintegrasikan melalui konten biologi, fisika,
dan kimia. Pengintegrasian dapat dilakukan dengan cara
connected, yakni pembelajaran dilakukan pada konten bidang
tertentu (misalnya fisika), kemudian konten bidang lain yang
relevan ikut dibahas. Misalnya saat mempelajari suhu (konten
fisika), pembahasannya dikaitkan dengan upaya makhluk hidup
berdarah panas mempertahankan suhu tubuh (konten biologi),
serta senyawa yang digunakan di dalam sistem AC (konten kimia).
Pembelajaran IPS diintegrasikan melalui konsep ruang, koneksi
antar ruang, dan waktu. Ruang adalah tempat di mana manusia
beraktivitas, koneksi antar ruang menggambarkan mobilitas
manusia antara satu tempat ke tempat lain, dan waktu
menggambarkan masa di mana kehidupan manusia itu terjadi.

E. Muatan Lokal
1. Pengertian
Pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam
pedoman ini sebagai berikut.
a. Muatan lokal adalah bahan kajian pada satuan pendidikan
yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang
potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk
membentuk pemahaman peserta didik terhadap
keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya.

21
b. Pemerintah provinsi adalah gubernur dan berbagai
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah provinsi.
c. Pemerintah kabupaten/kota adalah bupati/walikota dan
berbagai perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah kabupaten/kota.

2. Tujuan
Muatan lokal sebagai bahan kajian yang membentuk
pemahaman terhadap potensi daerah tempat tinggalnya
bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kepada peserta didik agar:
a. mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya
dan spiritual di daerahnya; dan
b. melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan
kearifan daerah yang berguna bagi diri dan lingkungannya
dalam rangka menunjang pembangunan nasional
3. Prinsip
Pengembangan muatan lokal untuk satuan pendidikan selain
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan KTSP juga
memperhatikan prinsip-prinsip berikut.
a. Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik.
b. Keutuhan Dalam Pengembangan Semua Kompetensi.
c. Substansi kurikulum muatan lokal mencakup keseluruhan
dimensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan).
d. Fleksibilitas dalam Jenis, Bentuk, dan Pengaturan Waktu.
e. Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan
pengaturan waktunya bersifat fleksibel sesuai dengan
kondisi dan karakteristik satuan pendidikan.
f. Kebermanfaatan.
g. Penetapan muatan lokal berorientasi pada upaya
pengenalan, pelestarian, dan pengembangan potensi

22
daerah untuk kepentingan nasional dan menghadap
tantangan global.
4. Lingkup
a. Jenis
Lingkup jenis muatan lokal berupa potensi dan keunikan
lokal yang terkait dengan seni budaya; prakarya; pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan; bahasa; dan/atau
teknologi. Jenisnya dapat berupa bahasa daerah, kesenian
daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat,
dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan
alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu untuk
pengembangan potensi dan kebutuhan daerah yang
bersangkutan.
Potensi daerah adalah kemampuan yg mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan atau kekuatan yang
terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan
dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan
lingkungan sosial budaya.
Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan
oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk
kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan
masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah
perkembangan daerah serta potensi daerah yang
bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut adalah seperti
kebutuhan untuk:
1) melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
2) meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang
tertentu sesuai dengan keadaan perekonomian daerah;
3) meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk
keperluan peserta didik dan untuk mendukung
pengembangan potensi daerah, seperti potensi
pariwisata; dan

23
4) meningkatkan kemampuan berwirausaha.
b. Bentuk
Muatan lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah
provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya dan/atau satuan pendidikan dapat
berbentuk sejumlah bahan kajian terhadap keunggulan
dan kearifan daerah tempat tinggalnya yang menjadi:
1) bagian mata pelajaran kelompok B pada struktur
kurikulum; dan/atau
2) mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok B
sebagai mata pelajaran muatan lokal dalam hal
pengintegrasian tidak dapat dilakukan.
c. Dokumen
Lingkup muatan lokal baik yang menjadi bagian mata
pelajaran maupun berupa mata pelajaran yang berdiri
sendiri sekurang-kurangnya terdiri atas:
1) kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti,
2) silabus yang memuat pembelajaran dengan
pendekatan saintifik dan penilaian otentik, dan
3) buku teks pelajaran (buku siswa dan buku guru) yang
berbasis aktivitas.

F. Kegiatan Ekstrakurikuler
1. Pengertian
Pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam pedoman
ini sebagai berikut.
a. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang
dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan
intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan
dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik
24
secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan
pendidikan.
b. Kegiatan Ekstrakurikuler wajib adalah Kegiatan
Ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan
pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik.
c. Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan adalah Kegiatan
Ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan dan
diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan dapat diikuti
oleh peserta didik sesuai bakat dan minatnya masing-
masing.
2. Bentuk
Bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler dapat berupa:
a. Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan
Siswa (LKS), Palang Merah Remaja (PMR), Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar Bendera
(Paskibra), dan lainnya;
b. Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR),
kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan
akademik, penelitian, dan lainnya;
c. Latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya:
pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, pecinta
alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan
komunikasi, rekayasa, dan lainnya;
d. Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah
keagamaan, baca tulis alquran, retreat; atau
e. Bentuk kegiatan lainnya.

3. Prinsip
Kegiatan Ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan
dengan prinsip: (1) partisipasi aktif yakni bahwa Kegiatan
Ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan peserta didik secara
penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing; dan (2)

25
menyenangkan yakni bahwa Kegiatan Ekstrakurikuler
dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan bagi
peserta didik.

4. Lingkup
Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler meliputi:
a. Individual, yakni Kegiatan Ekstrakurikuler yang diikuti oleh
peserta didik secara perorangan.
b. Berkelompok, yakni Kegiatan Ekstrakurikuler yang diikuti
oleh peserta didik secara:
1) Berkelompok dalam satu kelas (klasikal).
2) Berkelompok dalam kelas paralel
3) Berkelompok antarkelas.

5. Mekanisme
a. Pengembangan
Kegiatan Ekstrakurikuler dikelompokkan menjadi Kegiatan
Ekstrakurikuler wajib dan Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan.
Dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Kepramukaan
merupakan ekstrakurikuler wajib.
Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan
diperuntukan bagi peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
dan SMK/MAK. Pelaksananannya dapat bekerja sama
dengan organisasi kepramukaan setempat/terdekat dengan
mengacu kepada Pedoman dan Prosedur Operasi Standar
Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler
wajib.
Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan diselenggarakan oleh
satuan pendidikan bagi peserta didik sesuai bakat dan minat
peserta didik. Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler
pilihan di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui
tahapan: (1) analisis sumber daya yang diperlukan dalam

26
penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler; (2) identifikasi
kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik; (3) menetapkan
bentuk kegiatan yang diselenggarakan; (4) mengupayakan
sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau
menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga
lainnya; (5) menyusun Program Kegiatan Ekstrakurikuler.
Satuan pendidikan wajib menyusun program Kegiatan
Ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari Rencana Kerja
Sekolah. Program Kegiatan Ekstrakurikuler pada satuan
pendidikan dikembangkan dengan mempertimbangkan
penggunaan sumber daya bersama yang tersedia pada
gugus/klaster sekolah. Penggunaannya difasilitasi oleh
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangan masing-masing. Program Kegiatan
Ekstrakurikuler disosialisasikan kepada peserta didik dan
orangtua/wali pada setiap awal tahun pelajaran.
Sistematika Program Kegiatan Ekstrakurikuler sekurang-
kurangnya memuat:
1) rasional dan tujuan umum;
2) deskripsi setiap Kegiatan Ekstrakurikuler;
3) pengelolaan;
4) pendanaan; dan
5) evaluasi

G. Peminatan
Peminatan peserta didik dalam Kurikulum Tahun 2013
mengandung makna: (1) suatu pembelajaran berbasis minat
peserta didik sesuai kesempatan belajar yang ada dalam satuan
pendidikan; (2) suatu proses pemilihan dan penetapan peminatan
belajar yang ditawarkan oleh satuan pendidikan; (3) merupakan
suatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta
didik tentang peminatan belajar yang didasarkan atas
pemahaman potensi diri dan pilihan yang tersedia pada satuan
27
pendidikan serta prospek peminatannya; (4) merupakan proses
yang berkesinambungan untuk memfasilitasi peserta didik
mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar serta
perkembangan optimal dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional; dan (5) layanan peminatan peserta didik merupakan
wilayah garapan profesi bimbingan dan konseling, yang tercakup
pada layanan perencanaan individual. Peminatan peserta didik
dalam implementasi kurikulum 2013 meliputi peminatan
akademik, peminatan kejuruan, lintas peminatan,
Peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk
mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan
peserta didik dengan orientasi pemusatan, perluasan, dan/atau
pendalaman mata pelajaran dan/atau muatan kejuruan.
Peminatan Akademik adalah program kurikuler yang disediakan
untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan
akademik peserta didik dengan orientasi penguasan kelompok
mata pelajaran keilmuan.
Peminatan Kejuruan adalah program kurikuler yang disediakan
untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan
vokasional peserta didik dengan orientasi penguasan kelompok
mata pelajaran kejuruan.

28
BAB IV PELAKSANAAN DAN PENILAIAN

A. Sistem Paket/Sistem Kredit Semester


1. Pengertian

Pengertian Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem


penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
menentukan jumlah beban belajar dan mata pelajaran yang
diikuti setiap semester pada satuan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan, dan kecepatan
belajarnya, selanjutnya ada beberapa pengertian penunjang
diantaranya adalah :
a. Satuan kredit (sks) adalah satuan beban belajar setiap
mata pelajaran dalam SKS.
b. Belajar tuntas adalah sistem belajar yang menekankan
pada prinsip bahwa setiap peserta didik dapat belajar
untuk memenuhi kriteria ketuntasan belajar sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing;
c. Kegiatan Tatap Muka adalah kegiatan pembelajaran
yang dilakukan secara tatap muka dalam ruang kelas,
Laboratorium, workshop, bengekl kerja, kebun percobaan
atau pengaturan pembelajaran lainnya;
d. Kegiatan belajar virtual adalah kegiatan pembelajaran
yang dilakukan secara maya dengan memanfaatkan
berbagai jaringan Teknologi Informasi dan Komunikasi
baik secara terstruktur atau mandiri;
e. Kegiatan Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran
dalam bentuk penugasan dari pendidik terkait muatan
atau mata pelajaran yang berfungsi sebagai proses
pendalaman atau perluasan pengalaman belajar yang
diterima setelah kegiatan tatap muka;

29
f. Kegiatan Mandiri adalah kegiatan belajar yang dilakukan
oleh peserta didik atas inisiatif atau dengan stimulasi
pendidik yang berfungsi sebagai proses pendalaman
atau perluasan pengalaman belajar yang diterima dalam
kegiatan tatap muka dan/atau terstruktur;
g. Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan
ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar;
h. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah nilai akhir capaian
pembelajaran peserta didik yang dihitung dengan
memperhatikan beban belajar dan nilai yang dicapai
pada akhir penyelesaian suatu program pendidikan;
i. Kenaikan Otomatis adalah proses perpindahan status
belajar peserta didik ke tugas belajar yang lebih tinggi
setelah peserta didik memenuhi tugas belajar
sebelumnya sesuai dengan kriteria ketuntasan belajar
secara otomatis;
j. Program Remedial adalah pengorganisasian kegiatan
belajar yang dimaksudkan untuk membantu peserta didik
mencapai kriteria ketuntasan belajar;
k. Semester Pendek adalah program pembelajaran yang
diselenggarakan diantara semester ganjil dan genap
untuk memberikan kesempatan peserta didik
menuntaskan mata pelajaran sampai mencapai kriteria
ketuntasan minimal yang dipersyaratkan;

2. Penyelenggaraan

Penyelenggaraan SKS di SMP/MTs harus memenuhi syarat


terakreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah (BAN-S/M).

30
Dalam penyelenggaraan SKS satuan pendidikan wajib
menyediakan guru Pembimbing Akademik yang berperan
sebagai pengganti wali kelas dalam sistem paket. Setiap guru
Pembimbing Akademik bertanggungjawab terhadap aspek
akademik bagi paling banyak 20 peserta didik sejak awal
semester pertama sampai dengan semester akhir.

3. Prinsip penyelenggaraan SKS di SMP/MTs mengacu pada


prinsip sebagai berikut.
a. Terbuka adalah bahwa SKS diselenggarakan dengan
fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program yang
memungkinkan peserta didik menentukan dan mengatur
strategi belajar secara mandiri dan dapat belajar sambil
bekerja.
b. Multimakna adalah bahwa SKS diselenggarakan dengan
berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan,
pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai
kecakapan hidup.
c. Keunggulan adalah bahwa peserta didik memperoleh
kesempatan belajar dan mencapai tingkat kemampuan
optimal sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan.
d. Maju keberlanjutan adalah bahwa peserta didik dapat
langsung mengikuti muatan, mata pelajaran atau program
lebih lanjut tanpa tanpa harus menunggu peserta didik lain.
e. Keadilan adalah bahwa peserta didik mendapatkan
kesempatan unuk memperoleh perlakuan seusai dengan
kapasitas belajar yang dimiliki dan prestasi belajar yang
dicapainya secara perseorangan.

4. Lingkup Beban Belajar


Beban belajar setiap mata pelajaran pada SKS dinyatakan
dalam sks. Beban belajar satu sks meliputi satu jam

31
pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur,
dan satu jam kegiatan mandiri, yang pengertiannya sebagai
berikut
1) Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik.
2) Kegiatan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta
didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai
kompetensi dasar. Waktu penyelesaian penugasan
terstruktur ditentukan oleh pendidik.
3) Kegiatan mandiri adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta
didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai
kompetensi dasar. Waktu penyelesaiannya diatur oleh
peserta didik atas dasar kesepakatan dengan pendidik.

5. Cara Menetapkan Beban Belajar

Penetapan beban belajar SKS untuk SMP/MTs ditetapkan


beban belajar 1 (satu) sks di SMP/MTs meliputi 40 menit tatap
muka, 40 menit kegiatan terstruktur, dan 40 menit kegiatan
mandiri.
Sebelum menetapkan beban belajar 1 (satu) sks untuk
SMP/MTs yaitu memadukan semua komponen beban belajar,
baik untuk Sistem Paket maupun untuk SKS, sebagaimana
yang tercantum dalam Tabel 1.

32
Tabel 1: Penetapan Beban Belajar 1 (satu) SKS di SMP/MTs
berdasarkan pada Sistem Paket
Kegiatan Sistem Paket SKS
Tatap Muka 40 menit 40 menit
Penugasan Terstruktur 50% x 40 menit = 40 menit
Kegiatan Mandiri 20 menit 40 menit
Jumlah 60 menit 120 menit

Berdasarkan pada Tabel 1 dapat dijelaskan lebih lanjut


bahwa untuk menetapkan beban belajar 1 (satu) sks yaitu
dengan formula sebagai berikut:

120
1 sks = = 2 jam pelajaran
0

Dengan demikian, beban belajar 1 (satu) sks untuk


SMP/MTs dengan mengacu pada rumus tersebut dapat
ditetapkan bahwa setiap pembelajaran dengan beban belajar
1 (satu) sks sama dengan beban belajar 2 jam pelajaran
pada Sistem Paket. Agar lebih jelas lagi, dalam Tabel 2
disajikan contoh konversi kedua jenis beban pembelajaran
tersebut.

Tabel 2: Contoh Konversi Beban Belajar di SMP/MTs


Sistem Paket SKS
2 jam pembelajaran 1 sks
4 jam pembelajaran 2 sks
6 jam pembelajaran 3 sks
8 jam pembelajaran 4 sks

33
a. Beban Belajar Minimal

Agar proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan yang


menggunakan SKS dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien perlu ditetapkan batas minimal beban belajar sks
sebagai berikut:
Beban belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik
SMP/MTs dengan SKS adalah minimal 114 sks setara dengan
228 jam pelajaran pada sistem paket. Beban belajar dalam
SKS dapat ditempuh paling cepat 2 tahun (4 semester) dan
paling lama 5 tahun (10 semester).

b. Komposisi Beban Belajar

Komposisi beban belajar di SMP/MTs, adalah untuk peserta


didik SMP/MTs terdiri atas mata pelajaran kelompok A (umum)
dan mata pelajaran kelompok B (umum).

c. Kriteria Pengambilan Beban Belajar


Kriteria yang digunakan dalam pengambilan beban belajar
adalah sebagai berikut:
a. Fleksibilitas dalam SKS yaitu peserta didik diberi keleluasaan
untuk menentukan beban belajar pada setiap semester.
b. Pengambilan beban belajar oleh peserta didik didampingi
oleh guru Pembimbing Akademik dan guru Bimbingan dan
Konseling
c. Kriteria yang digunakan untuk menentukan beban belajar
bagi peserta didik yaitu:
1) Pengambilan jumlah sks pada semester 1 sesuai
dengan prestasi yang dicapai pada satuan pendidikan
sebelumnya atau hasil tes seleksi masuk dan/atau hasil
tes penempatan peserta didik baru;

34
2) Pengambilan jumlah sks semester berikutnya ditentukan
berdasarkan Indeks Prestasi (IP) yang diperoleh pada
semester sebelumnya;
3) Peserta didik wajib menyelesaikan mata pelajaran yang
tertuang dalam Struktur Kurikulum.
4) Satuan pendidikan dapat mengatur penyajian mata
pelajaran secara tuntas dengan prinsip “buka dan tutup”
atau ”on and off”, yaitu suatu mata pelajaran bisa
diberikan hanya pada semester tertentu dengan
mempertimbangkan ketuntasan kompetensi pada setiap
semester.

B. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi
dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil
dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah,
keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama
semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial),
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk
hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi
pada kesejahteraan hidup umat manusia.
Keluarga merupakan tempat pertama bersemainya bibit sikap
(spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik. Oleh karena itu, peran keluarga tidak dapat sepenuhnya
digantikan oleh sekolah.
Sekolah merupakan tempat kedua pendidikan peserta didik
yang dilakukan melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan melalui
mata pelajaran. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui
kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang terkait langsung dengan
35
mata pelajaran, misalnya tugas individu, tugas kelompok, dan
pekerjaan rumah berbentuk proyek atau bentuk lainnya.
Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan yang bersifat umum dan tidak terkait
langsung dengan mata pelajaran, misalnya kepramukaan,
palang merah remaja, festival seni, bazar dan olahraga.
Masyarakat merupakan tempat pendidikan yang jenisnya
beragam dan pada umumnya sulit diselaraskan antara satu
sama lain, misalnya media massa, bisnis dan industri,
organisasi kemasyarakatan, dan lembaga keagamaan. Untuk itu
para tokoh masyarakat tersebut semestinya saling koordinasi
dan sinkronisasi dalam memainkan peranya untuk mendukung
proses pembelajaran. Singkatnya, keterjalinan, keterpaduan,
dan konsistensi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat
harus diupayakan dan diperjuangkan secara terus menerus
karena tripusat pendidikan tersebut sekaligus menjadi sumber
belajar yang saling menunjang.
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana di mana peserta didik
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. Peserta
didik mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
serta menerapkannya dalam berbagai situasi, di sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Proses tersebut berlangsung melalui
tatap muka di kelas, penugasan terstruktur, dan/atau tugas
mandiri.
Terkait dengan hal tersebut, maka pembelajaran ditujukan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu
berkontribusi pada kehidupan masyarakat berbangsa,
bernegara, berperadaban dunia.

36
Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk
secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan
menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus
berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta
didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses
kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu
untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

2. Prinsip Pembelajaran
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam
dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu
menggunakan prinsip sebagai berikut:
a. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;
b. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;
c. proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;
d. pembelajaran berbasis kompetensi;
e. pembelajaran terpadu;
f. pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen
yang memiliki kebenaran multi dimensi;
g. pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;
h. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan
keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills;
i. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat;
j. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan
memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),
membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani);

37
k. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah,
dan di masyarakat;
l. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
m. pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang
budaya peserta didik; dan suasana belajar
menyenangkan dan menantang.

3. Ruang Lingkup Pembelajaran


Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan
pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses
keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan
beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model
pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya
discovery learning, project-based learning, problem-based
learning, inquiry learning.
Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran
langsung (direct instructional) dan tidak langsung (indirect
instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran
yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir
dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik
melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang
dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran
langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan
mengomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan
pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut
dengan dampak pembelajaran (instructional effect).
Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang
terjadi selama proses pembelajaran langsung yang
dikondisikan menghasilkan dampak pengiring (nurturant

38
effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan
pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1
dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai
dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran
langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses
pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh
mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di
kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam
proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang
terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah)
dalam rangka mengembangkan moral dan perilaku yang
terkait dengan nilai dan sikap.

Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar


sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 1: Deskripsi Langkah Pembelajaran *)


Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk hasil belajar
Pembelajaran
Mengamati mengamati dengan perhatian pada waktu
(observing) indra (membaca, mengamati suatu
mendengar, objek/membaca suatu
menyimak, melihat, tulisan/mendengar suatu
menonton, dan penjelasan, catatan yang
sebagainya) dengan dibuat tentang yang diamati,
atau tanpa alat kesabaran, waktu (on task)
yang digunakan untuk
mengamati
Menanya Membuat dan jenis, kualitas, dan jumlah

39
Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk hasil belajar
Pembelajaran
(questioning) mengajukan pertanyaan yang diajukan
pertanyaan, tanya peserta didik (pertanyaan
jawab, berdiskusi faktual, konseptual,
tentang informasi prosedural, dan hipotetik)
yang belum
dipahami, informasi
tambahan yang ingin
diketahui, atau
sebagai klarifikasi.
Mengumpulkan Mengeksplorasi, jumlah dan kualitas sumber
informasi mencoba, yang dikaji/digunakan,
(experimenting) berdiskusi, kelengkapan informasi,
mendemonstrasi- validitas informasi yang
kan, meniru dikumpulkan, dan
bentuk/gerak, instrumen/alat yang
melakukan digunakan untuk
eksperimen, mengumpulkan data.
membaca sumber
lain selain buku
teks, mengumpul-
kan data dari nara
sumber melalui
angket,
wawancara, dan
memodifikasi/
menambahi/me-
ngembangkan
Menalar/Mengasosias mengolah informasi mengembangkan
i (associating) yang sudah interpretasi, argumentasi
dikumpulkan, dan kesimpulan mengenai

40
Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk hasil belajar
Pembelajaran
menganalisis data keterkaitan informasi dari
dalam bentuk dua fakta/konsep,
membuat kategori, interpretasi argumentasi
mengasosiasi atau dan kesimpulan mengenai
menghubungkan keterkaitan lebih dari dua
fenomena/informas fakta/konsep/teori,
i yang terkait dalam mensintesis dan
rangka argumentasi serta
menemukan suatu kesimpulan keterkaitan
pola, dan antar berbagai jenis fakta-
menyimpulkan. fakta/konsep/teori/pendapat
; mengembangkan
interpretasi, struktur
baru,argumentasi, dan
kesimpulan yang
menunjukkan hubungan
fakta/konsep/teori dari dua
sumber atau lebih yang
tidak bertentangan;
mengembangkan
interpretasi, struktur baru,
argumentasi dan
kesimpulan dari
konsep/teori/pendapat yang
berbeda dari berbagai jenis
sumber.
Mengomunikasi-kan menyajikan laporan menyajikan hasil kajian (dari
(communicating) dalam bentuk bagan, mengamati sampai
diagram, atau grafik; menalar) dalambentuk
menyusun laporan tulisan,grafis, media

41
Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk hasil belajar
Pembelajaran
tertulis; dan elektronik, multi media
menyajikan laporan danlain-lain
meliputi proses,
hasil, dan
kesimpulan secara
lisan
*) Dapat disesuaikan dengan kekhasan masing-masing mata
pelajaran.

C. Pendidikan Kepramukaan
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah
dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik,
menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di
alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode
Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak,
akhlak, dan budi pekerti luhur (SK. Kwarnas No. 231 Thn 20017).
Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian,
kecakapan hidup, dan akhlak mulia Pramuka melalui penghayatan
dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
Secara programatik penyelenggaraan pendidikan kepramukaan
dalam konteks implementasi Kurikulum 2013 dikembangkan
Desain Induk Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler
Wajib sebagai berikut.

42
Pendldlkan Kepramukaan sebagal Ektrakurlkuler Wajib

,.. --- ------- ... .... , '


dalam Konteks Kurlkulum 2013

\
I
PENOIOIKAN KEPRAIVf'KAAN
~
Aktuallsasl slkap dan
Keterampllan
Kurlkulum 2013
Melalul pembangunan
slkap dan kecakapan
Kepramukaan secara
ruttn dan blok.

Desain Induk Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler


Wajib dalam konteks Kurikulum 2013, pada dasarnya berwujud
proses aktualisasi dan penguatan capaian pembelajaran
Kurikulum 2013, ranah sikap dalam bingkai KI-1, KI-2, dan ranah
keterampilan dalam KI-4, sepanjang yang bersifat konsisten dan
koheren dengan sikap dan kecakapan Kepramukaan. Dengan
demikian terjadi proses saling interaktif dan saling menguatkan
(mutually interactive and reinforcing.)
Secara programatik, Ektrakurikuler Wajib Pendidikan
Kepramukaan diorganisasikan dalam Model sebagai berikut.

Pegorganisasian
No. Nama Model Sifat
Kegiatan
1. Model Blok Wajib, setahun  Kolaboratif
sekali, berlaku bagi  Bersifat intramural
43
Pegorganisasian
No. Nama Model Sifat
Kegiatan
seluruh peserta atau ekstramural
didik, terjadwal, (di luar dan/atau
penilaian umum didalam
lingkungan satuan
pendidikan)
2. Model Wajib, rutin,  Pembina Pramuka
Aktualisasi terjadwal, berlaku  Bersifat intramural
untuk seluruh (dalam lingkungan
peserta didik dalam satuan pendidikan)
setiap kelas,
penjadwalan, dan
penilaian formal
3. Reguler di Sukarela, berbasis Sepenuhnya dikelola
Gugus Depan minat oleh Gugus Depan
Pramuka pada
satuan pendidikan.

Secara rinci untuk masing-masing model dapat dideskripsikan


sebagai berikut.
1. Model Blok memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Diikuti oleh seluruh siswa.
b. Dilaksanakan pada setiap awal tahun pelajaran.
c. Untuk kelas kelas VII diintegrasikan di dalam Masa
Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
d. Untuk SMP/MTs dilaksanakan selama 36 Jam.
e. Penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Sekolah
selaku Ketua Mabigus.
f. Pembina kegiatan adalah Guru Kelas/Guru Mata pelajaran
selaku Pembina Pramuka dan/atau Pembina Pramuka serta

44
dapat dibantu oleh Pembantu Pembina (Instruktur
Muda/Instruktur Pramuka).
2. Model Aktualisasi memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Diikuti oleh seluruh siswa.
b. Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali.
c. Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 80 menit.
3. Model Reguler.
a. Diikuti oleh siswa yang berminat mengikuti kegiatan
Gerakan Pramuka di dalam Gugus Depan.
b. Pelaksanaan kegiatan diatur oleh masing-masing Gugus
Depan.

D. Penilaian
1. Penilaian Hasil Belajar
Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 66 tahun 2013
Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian
otentik, penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian
tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
sekolah, dan ujian nasional.
1) Penilaian otentik dilakukan oleh guru secara
berkelanjutan.
2) Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali
sebelum ulangan harian.
3) Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir
bab atau tema pelajaran.
4) Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi
dengan proses pembelajaran dalam bentuk ulangan
atau penugasan.
5) Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester,
dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan
pendidikan.
45
6) Ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan
pendidikan pada akhir kelas VIII, dengan menggunakan
kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah. Ujian tingkat
kompetensi pada akhir kelas IX dilakukan melalui UN.
7) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi dilakukan dengan
metode survey oleh Pemerintah pada akhir kelas VIII
8) Ujian sekolah dilakukan oleh satuan pendidikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
9) Ujian Nasional dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai
berikut:
1) Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui:
a) observasi,
b) penilaian diri (self assessment),
c) penilaian “teman sejawat” (peer assessment) oleh
peserta didik
d) Jurnal.
Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri,
dan penilaian antar peserta didik adalah lembar
pengamatan berupa daftar cek (checklist) atau skala
penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan
pada jurnal berupa catatan pendidik.
Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai
berikut:
SB = Sangat Baik = 80 - 100
B = Baik = 70 - 79
C = Cukup = 60 - 69
K = Kurang = < 60

46
Nilai kompetensi sikap pada LHB didapat dari rata-rata
nilai observasi, nilai diri sendiri, nilai antar teman dan nilai
jurnal
Contoh:
Seorang peserta didik dalam mata pelajaran Agama dan
Budi Pekerti memperoleh:
Nilai Observasi = 85, Nilai diri sendiri = 75, Nilai antar
teman = 80, Nilai Jurnal = 75
Nilai Sikap = (85+75+80+75) : 4 = 315 : 4 =
79 (dibulatkan)
Kualifikasi = Baik (B)
Deskripsi: Sikapnya baik, berpakaian sesuai dengan
syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan
sikap jujur dan hormat kepada guru, namun kontrol
dirinya perlu ditingkatkan.

2) Penilaian kompetensi pengetahuan


Penilaian Pengetahuan dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran
(Pendidik) melalui:
a) Tes tulis
b) Tes lisan
c) Penugasan
Penilaian Pengetahuan terdiri atas: Nilai Proses (Nilai Harian)
= NH, Nilai Ulangan Tengah Semester = UTS, dan Nilai
Ulangan Akhir Semester = UAS.
a) Nilai Harian diperoleh dari hasil Tes Tulis, Tes Lisan, dan
Penugasan yang dilaksanakan pada setiap akhir
pembelajaran satu Kompetensi Dasar (KD).
b) Penghitungan nilai Pengetahuan diperoleh dari rerata NH,
UTS, dan UAS.

47
c) Penilaian LHB untuk pengetahuan menggunakan penilaian
kuantitatif dengan skala 1 – 4 (kelipatan 0,33), dengan 2
(dua) desimal dan diberi predikat sebagai berikut:

A : 3,67 – 4.00 C+ : 2,01 - 2,33


A- : 3,34 - 3,66 C : 1,67 - 2,00
B+ : 3,01 - 3,33 C- : 1,34 - 1,66
B : 2,67 - 3,00 D+ : 1,01 - 1,33
B- : 2,34 - 2,66 D : < 1,00

d) Penghitungan Nilai Pengetahuan adalah dengan cara:


 NH, UTS, dan UAS menggunakan skala nilai 0 sd 100
 Nilai rapor merupakan hasil konversi dari rerata NH, UTS,
dan UAS, dengan perhitungan sebagai berikut  (rerata
NH, UTS, dan UAS /100) x 4
 Contoh:
Seorang Peserta didik memperoleh nilai pengetahuan
pada Mata Pelajaran Agama dan Budi Pekerti sebagai
berikut:
NH = 80, UTS = 75, UAS = 85
Nilai rerata NH, UTS, dan UAS = (80 + 75 + 85) : 3 =
240 : 3 = 80
Nilai Konversi = (80 : 100) x 4 = 3,20 ; Predikat B+
Nilai pengetahuan yang ditulis pada LHB adalah nilai
koversi (3,20) dan predikatnya (B+).
3) Penilaian kompetensi keterampilan
a) Penilaian kompetensi keterampilan dilakukan oleh Guru
Mata Pelajaran (Pendidik)melalui:
 Tes praktik
 Projek
 Portofolio
b) Penilaian kompetensi keterampilan terdiri atas:
48
 NilaiPraktik,
 Nilai Projek,
 Nilai Portofolio
c) Penilaian Keterampilan dilakukan pada setiap akhir
menyelesaikan satu KD.
d) Penghitungan nilai keterampilan diperoleh dari rata-rata
Penilaian Praktik, Penilaian Projek dan Penilaian
Portofolio.
e) Pengolahan Nilai Rapor (LHB) untuk
Keterampilanmenggunakan penilaian kuantitatif dengan
skala 1 - 4 (kelipatan 0,33), dengan 2 (dua) desimal dan
diberi predikat sebagai berikut:
A : 3,67 – 4.00 C+ : 2,01 - 2,33
A- : 3,34 - 3,66 C : 1,67 - 2,00
B+ : 3,01 - 3,33 C- : 1,34 - 1,66
B : 2,67 - 3,00 D+ : 1,01 - 1,33
B- : 2,34 - 2,66 D : ≤ 1,00

f) Penghitungan Nilai Keterampilan adalah dengan cara:


 Nilai praktik, projek, dan portofolio menggunakan
skala nilai 0 sd 100.
 Nilai rapor merupakan hasil konversi dari rerata nilai
praktik (NPr), projek (NPj), dan portofolio (NPo)
dengan perhitungan sebagai berikut  (rerata NPr,
NPj, dan NPo /100) x 4
 Contoh:
Seorang peserta didik memperoleh nilai keterampilan
pada Mata Pelajaran Agama dan Budi Pekerti
sebagai berikut:
 Nilai Praktik (NPr) = 80; Nilai Projek (NPj) = 75;
Nilai Portofolio (NPo) = 80

49
 Rerata NPr, NPj, NPo = 80 + 75 + 80 : 3 = 235 : 3
= 78,33
 Nilai Konversi = (78,33/100) x 4 = 3,13;
Predikat B+
Nilai keterampilan yang ditulis pada LHB adalah
nilai koversi (3,13) dan predikatnya (B+).

2. Kenaikan Kelas dan kelulusan.


a. Kenaikan kelas
1) Dilaksanakan pada setiap akhir Tahun Pelajaran.
2) Kehadiran tatap muka pada setiap mata pelajaran
minimal 90% diperhitungkan dari tatap muka tanpa
memperhitungkan ketidak hadiran karena sakit atau
alasan tertentu sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3) Khusus untuk Kelas VII dan VIII, peserta didik harus
mencapai KKM untuk Kompetensi Sikap, Pengetahuan,
dan Keterampilan sesuai ketentuan penilaian yang
berlaku.
4) Sikap, prilaku, budi pekerti peserta didik antara lain :
- Tidak terlibat narkoba, perkelahian/tawuran dan tidak
melawan tenaga pendidik/tenaga kependidikan
secara fisik atau non fisik.
- Tidak terlibat tindak kriminal
5) Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas, apabila yang
bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal,
lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran dan memiliki
kepribadian yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
6) Peserta didik dinyatakan tidak naik, apabila:
memiliki nilai tidak tuntas lebih dari 3 (tiga) pada mata
pelajaran untuk kelas VII dan Kelas VIII.

50
b. Kelulusan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Pasal 72 ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan setelah :
1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran yaitu
memiliki nilai Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
(LHBPD) dari mulai semester 1 kelas VII sampai dengan
semester 6 kelas IX.
2) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk
seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga, dan kesehatan.
3) Lulus Ujian Sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Apabila Nilai Ujian Sekolah (US) paling rendah sama
dengan KKM semester 6 (enam) untuk masing-
masing mata pelajaran;
b) Rata-rata Nilai Sekolah (NS) untuk semua mata
pelajaran yang diujikan paling rendah sama dengan
rata-rata KKM semester 3 sampai dengan 6.
4) Lulus Ujian Nasional.

51
BAB V PENYUSUNAN KALENDER PENDIDIKAN

Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan


pembelajaran peserta didik selama satu tahun efektif, efektif
fakultatif dan hari libur. Kalender pendidikan disusun dan
disesuikan setiap tahun oleh sekolah untuk mengatur waktu
kegiatan pembelajaran. Pengaturan waktu belajar mengacu kepada
Standar Isi dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah,
karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat,
serta ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah. Pengaturan
waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu
tahun ajaran adalah sebagi berikut:

A. Permulaan Tahun Pelajaran


Untuk kelas VII hari-hari pertama masuk sekolah berlangsung
selama 6 (enam) hari untuk melaksanakan Masa Orientasi
Peserta Didik (MOPD) yang dintegrasikan dengan kegiatan
pramuka sistim blok.
Alokasi waktu
Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang
diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan pada
setiap tahun ajaran. Kalender pendidikan adalah pengaturan
waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu
tahun ajaran yang mencakup
1) Permulaan tahun pelajaran, Permulaan waktu pelajaran di
setiap satuan pendidikan dimulai pada setiap awal tahun
pelajaran.
2) Pengaturan waktu belajar efektif, yang meliputi:
a) Minggu efektif belajar, Minggu efektif belajar adalah
jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap
tahun pelajaran. Sekolah dapat mengalokasikan

52
lamanya minggu efektif belajar sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan
b) Waktu pembelajaran efektif, Waktu pembelajaran efektif
adalah jumlah jam pelajaran setiap miggu,meliputi
jumlah jam pelajaran untuk seluruh mata pelajaran
termasuk muatan lokal ditambah jumlah jam untuk
kegiatan pengembangan diri serta jumlah jam untuk
kegiatan lain yang dianggap penting oleh satuan
pendidikan.

3) Pengaturan Waktu Libur


Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak
diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada sekolah.
Penetapan waktu libur dilakukan dengan mengacu pada
ketentuan yang berlaku tentang hari libur, baik nasional
maupun daerah. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah
semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran,
hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari
besar nasional, dan hari libur khusus

a. Manfaaat kalender pendidikan :


1) Bagi sekolah ,
a) Sebagai dasar dalam merancang program sekolah untuk
satu tahun pelajaran, baik yang berhubungan dengan
manajerial maupun akademik
b) Sekolah dapat merumuskan pengaturan waktu untuk
kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun
ajaran
c) Dapat merancang jumlah hari dan minggu efektif
dalam satu tahun pelajaran yang sedang berjalan
d) Dapat mengetahui jumlah hari libur dalam satu tahun
pelajaran,baik libur keagamaan maupun libur umum.

53
2) Bagi guru sebagai pedoman dalam menyusun program
dan rencana pembelajaran selama satu tahun pelajaran,
sesuai dengan jumlah minggu dan hari efektif kegiatan
pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran.

b. Langkah dalam penyusunan kalender pendidikan


1) Menyiapkan kalender umum untuk mengetahui jumlah
minggu, jumlah minggu efektif, jumlah hari libur, mengacu
pada kalender pendidikan yang dikeluarkan oleh Dinas
Pendidikan ataupun Yayasan Penyelenggara Pendidikan.
2) Mengkaji jumlah jam mata pelajaran pada setiap minggu
sesuai dengan jenjang pendidikan (Permendikbud No. 67
untuk SD, Permendikbud No. 68 untuk SMP, Permendikbud
No. 69 untuk SMA dan Permendikbud No. 70 untuk SMK).
3) Mengidentifikasi kegiatan akademik tahun sebelumnya
sebagai bahan perbandingan untuk tahun pelajaran yang
akan berjalan.
4) Menghitung jumlah minggu efektif, merancang waktu
kegiatan pembelajaran, merancang waktu pelaksanaan
kegiatan penilaian, terdiri dari : Ulangan tengah semester,
Ulangan Akhir Semester, Ujian Tingkat Kompetensi (UTK),
Ujian Mutu Tingkat Kompetensi (UMTK), Ujian Nasional
(UN), Ujian sekolah.
5) Merencanakan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya sesuai
dengan kebutuhan.

B. Waktu Belajar
Waktu belajar menggunakan sistem semester yang membagi 1
tahun pelajaran menjadi semester 1 (satu) dan semester 2 (dua)
dengan waktu pembelajaran sebagai berikut:

54
HARI WAKTU BELAJAR
Senin 07.00 – 13.45
Selasa 07.00 – 13.45
Rabu 07.00 – 13.45
Kamis 07.00 – 13.45
Jum’at 07.00 – 13.30
Sabtu 07.0 – 11.45

C. Libur Sekolah
Hari libur sekolah adalah hari yang ditetapkan oleh sekolah,
pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten untuk tidak
diadakan proses pembelajaran di sekolah.
Penentuan hari libur memperhatikan ketentuan berikut ini.:
1. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan/atau
Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya
keagamaan.

2. Peraturan Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten dalam hal


penentuan hari libur umum/nasional atau penetapan hari
libur serentak untuk setiap jenjang dan jenis Pendidikan.

AKTIVITAS PEMBELAJARAN

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi


ini mencakup aktivitas individual dan kelompok.

1. Memahami dan mencermati materi


2. Mengerjakan latihan/tugas, menyelesaikan masalah/kasus
3. Menyimpulkan mengenai penyusunan KTSP berbasis
kurikulum 2013
4. Melakukan refleksi.
5. Mendiskusikan materi bimtek
6. Bertukar pengalaman (sharing) dalam melakukan latihan
menyelesaikan masalah/kasus

55
7. Membuat rangkuman.

 PENILAIAN
1. Penilaian sikap meliputi: kedisiplinan, kerjasama, dan
tanggung jawab
2. Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis pada akhir
pelatihan
3. Penilaian keterampilan meliputi; keterampilan berpikir, reaktif,
interaktif, dan kontribusi dalam kelompok, serta keterampilan
memimpin.

 REFLEKSI
1. Hal-hal baru apa saja yang Anda peroleh setelah mengikuti
kegiatan belajar ini?
2. Apa yang seharusnya Anda lakukan agar penyusunan KTSP
sesuai dengan prinsip-prinsip penyusunan kurikulum ?
3. Apa yang seharusnya Anda lakukan agar penyusununan
visi,misi dan tujuan sekolah sesuai dengan kriteria dan kondisi
sekolah yang ada?

56
DAFTAR PUSTAKA

Ana Ratna Wulan (2013). Penilaian Proses dan Hasil Belajar Kurikulum
2013. Bahan Paparan: Disajikan dalam workshop pembahasan dan
finalisasi naskah pendukung pembelajaran, Direktorat Pembinaan
SMA, Kemdikbud,22 Agustus, 2013

BSNP. (2007). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu


Pengetahuan Dan Teknologi.
http://ardanayudhistira.blogspot.com/2012/02/pengertian-fungsi-dan-
tujuan-penilaian.html (diunduh 10 Januari 2014
Depdiknas;2008 Pedoman Penilaian dan Rapor Direktorat Pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Materi Pelatihan Implementasi


Kurikulum 2013 SMA/MA dan SMK/MAK: Bahasa Indonesia (2013).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Penilaian Autentik Pada Proses


dan Hasil Belajar (2013). Hand out 2.3.1 Pelatihan Instruktur Nasional
Implementasi Kurikulum 2013.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses.
57
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan.

Oemar Hamalik. (2002). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru


Algesindo

Sumardyono; Wiworo, 2011 : Pengembangan dan Pengelolan Bank Soal


Matematika di KKG/MGMP ; Program Bermutu
BPSDMP2MP,Kemendikbud

58

Anda mungkin juga menyukai