Anda di halaman 1dari 8

Etiologi

Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini tersumbat.
Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar
membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi.
Abses Bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk organisme yang
menyebabkan penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonore serta bakteri yang
biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia coli. Umumnya abses ini
melibatkan lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran Bartolini bisa
mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan pembentukan
kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam kelenjar. Kista Bartolini tidak
selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar. Kelenjar Bartolini adalah abses polimikrobial.
Meskipun Neisseria gonorrhoeae adalah mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi,
bakteri anaerob adalah patogen yang paling umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin
menjadi organisme kausatif. Namun, kista saluran Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi
dianggap sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal
adalah penyebab umum kista dan abses tersebut.
Infeksi pada kelenjar ini disebabkan oleh kuman gram negative ,yaitu a.l :

1. Golongan staphylococcus 2. Golongan Gonococcus

Kista Bartolini merupakan tumor kistik jinak. Ditimbulkan akibat saluran kista Bartolini
yang mengalami sumbatan. Sumbatan biasanya disebabkan oleh infeksi. Kuman yang sering
menginfeksi kelenjar Bartolini adalah Neisseria gonorrhoeae.
Pada laki laki kuman ini menyebabkan penyakit kelamin yang disebut kencing nanah
atau gonore,tidak sama dengan sipilis.
Perjalanannya. Karena kelenjar terus menerus menghasilkan cairan,maka lama kelamaan
sejalan dengan membesarnya kista,tekanan didalam kista semakin besar. Dinding
kelenjar/kista mengalami peregangan dan meradang. Demikian juga akibat peregangan pada
dinding kista, pembuluh darah pada dinding kista terjepit mengakibatkan bagian yang lebih
dalam tidak mendapatkan pasokan darah sehingga jaringan menjadi mati (nekrotik).
Dibumbui dengan kuman,maka terjadilah proses pembusukan, bernanah dan menimbulkan
rasa sakit. Karena letaknya di vagina bagian luar,kista akan terjepit terutama saat duduk dan
berdiri menimbulkan rasa nyeri yang terkadang disertai dengan demam. Pasien berjalan
mengegang ibarat menjepit bisul diselangkangan.

Epidemiologi
Kista Bartholini merupakan pertumbuhan kistik yang paling sering ditemukan pada
vulva. Sekitar 2% wanita pernah terinfeksi kista Bartholini dan abses selama hidupnya.
Abses hampir tiga kali lebih sering ditemukan dari pada kista. Involusi bertahap dari
kelenjar Bartholin dapat terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini
mungkin menjelaskan sering terjadinya Kista Bartholin dan abses kelenjar selama usia
reproduksi, khususnya antara 20 hingga 29 tahun.

Patofisologi
Tersumbatnya bagian distal dari duktus Bartholin dapat menyebabkan retensi dari
sekresi, dengan akibat berupa pelebaran duktus dan pembentukan kista. Kista tersebut
dapat menjadi terinfeksi, dan abses bisa berkembang dalam kelenjar. Kelenjar Bartholin
sangat sering terinfeksi dan dapat membentuk kista atau abses pada wanita usia
reproduksi. Kista dan abses bartholin seringkali dibedakan secara klinis. Kista Bartholin
terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat, sehingga menyebabkan distensi dari
kelenjar dan tuba yang berisi cairan. Sumbatan ini biasanya merupakan akibat sekunder
dari peradangan nonspesifik atau trauma. Kista bartholini dengan diameter 1-3 cm
seringkali asimptomatik. Sedangkan kista yang berukuran lebih besar, kadang
menyebabkan nyeri dan dispareunia.
Abses Bartholini merupakan akibat dari infeksi primer dari kelenjar, atau kista
yang terinfeksi. Pasien dengan abses Bartholin umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang
akut dan bertambah secara cepat dan progresif. Abses kelenjar Bartholin disebakan oleh
polymicrobial.
Tatalaksana
Tujuan penanganan kista bartholini adalah memelihara dan mengembalikan fungsi
darikelenjar bartholini. Metode penanganan kista bartholini yaitu insersi word catheter untuk
kista dan abses kelenjar bartholini dan marsupialization untuk kista kelenjar bartholini.
Terapiantibiotic spectrum luas diberikan apabila kista atau abses kelenjar bartholini disertai
denganadanya selulitis. Biopsy eksisional dilakukan untuk pengangkatan adenokarsinoma
pada wanitamenopause atau perimenopause yang irregular dan massa kelenjar Bartholini
yang nodular.
Penatalaksanaan dari kista duktus bartholin tergantung dari gejala pada pasien. Kista
yang asimptomatik mungkin tidak memerlukan pengobatan, tetapi symptomatic kista duktus
bartholin dan abses bartholin memerlukan drainage. Kecuali kalau terjadi rupture spontan,
abses jarang sembuh dengan sendirinya.
Tindakan Operatif
Beberapa prosedur yang dapat digunakan:

1. Insisi dan Drainase


• Tindakan ini dilakukan bila terjadi symptomatic Bartholin's gland abscesses .
• Sering terjadi rekurensi

Cara:
• Disinfeksi abses dengan betadine
• Dilakukan anastesi lokal( khlor etil)
• Insisi abses dengan skapel pada titik maksimum fluktuasi
• Dilakukan penjahitan
Gambar 1. Insisi abses

2. Word Catheter
Word catheter biasanya digunakan ada penyembuhan kista duktus bartholin dan
abses bartholin. Panjang tangkai catheter 1 inch dan mempunyai diameter seperti
foley catheter no 10. Balon Catheter hanya bias menampung 3 ml normal saline.
Cara:
Disinfeksi dinding abses sampai labia dengan menggunakan betadine.
• Dilakukan lokal anastesi dengan menggunakan lidokain 1 %
• Fiksasi abses dengan menggunakan forsep kecil sebelum dilakukan tindakan insisi.
• Insisi diatas abses dengan menggunakan mass no 11
• Insisi dilakukan vertikal di dalam introitus eksternal terletak bagian luar ring himen.
Jika insisi terlalu lebar, word catheter akan kembali keluar.
• Selipkan word kateter ke dalam lubang insisi
• Pompa balon word kateter dengan injeksi normal salin sebanyak 2-3 cc
• Ujung Word kateter diletakkan pada vagina.
Proses epithelisasi pada tindakan bedah terjadi setelah 4-6 minggu, word catheter
akan dilepas setelah 4-6mgg,meskipun epithelisasa bias terbentuk pada 3-4 minggu. Bedrest
selama 2-3 hari mempercepat penyembuhan. Meskipun dapat menimbulkan terjadinya
selulitis, antibiotic tidak diperlukan. Antibiotik diberikan bila terjadi selulitis (jarang).
Gambar 2. Pemasangan word catheter
3. Marsupialisasi

Banyak literatur menyebutkan tindakan marsupialisasi hanya digunakan pada kista


bartholin.Namun sekarang digunakan juga untuk abses kelenjar bartholin karena memberi
hasil yang sama efektifnya. Marsupialisasi adalah suatu tehnik membuat muara saluran
kelenjar bartholin yang baru sebagai alternatif lain dari pemasangan word kateter. Komplikasi
berupa dispareuni, hematoma, infeksi.
Cara:
• Disinfeksi dinding kista sampai labia dengan menggunakan betadine.
• Dilakukan lokal anastesi dengan menggunakan lidokain 1 %.
• Dibuat insisi vertikal pada kulit labium sedalam 0,5cm (insisi sampai diantara jaringan
kulit dan kista/ abses) pada sebelah lateral dan sejajar dengan dasar selaput himen.
• Dilakukan insisi pada kista dan dinding kista dijepit dengan klem pada 4 sisi, sehingga
rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi dengan cairan salin.
• Dinding kista dijahit dengan kulit labium dengan atraumatik catgut. Jika
memungkinkan muara baru dibuat sebesar mungkin(masuk 2 jari tangan), dan dalam
waktu 1 minggu muara baru akan mengecil separuhnya, dan dalam waktu 4 minggu
muara baru akan mempunyai ukuran sama dengan muara saluran kelenjar bartholin
sesungguhnya.

Gambar 3. Marsupialisasi

4. Eksisi (Bartholinectomy)
Eksisi dari kelenjar Bartholin dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak
berespon terhadap drainase, namun prosedur ini harus dilakukan saat tidak ada
infeksi aktif. Eksisi kista bartholin karena memiliki risiko perdarahan, maka
sebaiknya dilakukan di ruang operasi dengan menggunakan anestesi umum.
5. Penggunaan antibiotic
Antibiotik sesuai dengan bakteri penyebab yang diketahui secara pasti dari hasil
pengecatan gram maupun kultur pus dari abses kelenjar bartholin
• Infeksi Neisseria gonorrhoe:
Ciprofloxacin 500 mg single dose
Ofloxacin 400 mg single dose
Cefixime 400 mg oral ( aman untuk anak dan bumil)
Cefritriaxon 200 mg i.m ( aman untuk anak dan bumil)
• Infeksi Chlamidia trachomatis:
Tetrasiklin 4 X500 mg/ hari selama 7 hari, po
Doxycyclin 2 X100 mg/ hari selama 7 hari, po
• Infeksi Escherichia coli:
Ciprofoxacin 500 mg oral single dose
Ofloxacin 400 mg oral single dose
Cefixime 400 mg single dose
• Infeksi Staphylococcus dan Streptococcus :
Penisilin G Prokain injeksi 1,6-1,2 juta IU im, 1-2 x hari
Ampisilin 250-500 mg/ dosis 4x/hari, po.
Amoksisillin 250-500 mg/dosi, 3x/hari po.

Terapi utama terhadap kista Bartholini adalah insisi dinding kista dan drainase cairan
kista atau abses, yang disebut dengan prosedur marsupialisasi. Pengosongan dan drainase
eksudat abses dapat pula dilakukan dengan memasang kateter Ward. Insisi dan drainase
sederhana, hanya dapat mengurangi keluhan penderita untuk sementara waktu karena jenis
insisi tersebut akan diikuti dengan obstruksi ulangan sehingga terjadi kembali kista dan
infeksi yang memerlukan tindakan insisi dan drainase ulangan. Berikan juga antibiotik untuk
mikro-organisme yang sesuai dengan hasil pemeriksaan pewarnaan gram maupun kultur pus
dari abses kelenjar Bartholin

Prognosis
Terapi pembedahan kista atau abses Bartholin dengan prosedur marsupialisasi yang
dikombinasikan dengan antibiotik berspektrum luas dapat menurunkan tingkat rekurensi
infeksi pada kelenjar Bartholin menunjukkan prognosis yang baik.

Kesimpulann
Kista Bartholini merupakan kista berukuran relatif besar yang paling sering dijumpai.
Kelenjar Bartholini terletak pada 1/3 posterior dari setiap labium mayus dan muara dari duktus
sekretorius dari kelenjar ini, berada tepat di depan (eksternal) himen pada posisi jam 4 dan 8.
Pembesaran kistik tersebut terjadi akibat parut setelah infeksi (terutama yang disebabkan oleh
nisereria gonorea dan kadang-kadang streptokok dan stafilokok) atau trauma yang kemudian
menyebabkan sumbatan pada saluran ekskresi kelenjar Bartholini. Bila pembesaran kelenjar
Bartholini terjadi pada usia pascamenopause, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara
seksama terkait dengan resiko tinggi terhadap keganasan.
Pada kista yang terbentuk akibat sumbatan duktus sekretorius dan kelenjar Bartholini
dapat juga terjadi secara kronis dan berlangsung hingga bertahun-tahun. Untuk jenis ini,
biasanya diameter indurasi kista, tidak mencapai ukuran yang besar sehingga penderita juga
tidak menyadari adanya kelainan ini. Lokasi kista juga berada di dinding sebelah dalam pada
1/3 bawah labium mayus. Infeksi sekunder atau eksaserbasi akut yang berat dapat
menyebabkan indurasi yang luas, reaksi peradangan, dan nyeri sehingga menimbulkan gejala
klinik berupa nyeri, dispareunia, ataupun demam.
Bila pembesaran kistik ini tidak disertai dengan infeksi lanjutan atau sekunder,
umumnya tidak akan menimbulkan gejala-gejala kkhusus dan hanya dikenali melalui palpasi.
Sementara itu, infeksi akut disertai penumbatan, indurasi, dan peradangan. Gejala akut inilah
yang sering membawa penderita untuk memeriksakan dirinya. Gejala utama akibat infeksi
biasanya berupa nyeri sentuh dan dispareunia. Pada tahap supuratif, dinding kista berwarna
kemerahan, tegang, dan nyeri. Bila sampai tahap eksudatif dimana sudah terjadi abses, maka
rasa nyeri dan ketegangan dinding kista menjadi sedikit berkurang disertai dengan penipisan
dinding di area yang lebih putih dari sekitarnya. Umumnya hanya terjadi gejala dan keluhan
lokal dan tidak menimbulkan gejala sistemik kecuali apabila terjadi infeksi yang berat dan luas.
Terapi utama terhadap kista Bartholini adalah insisi dinding kista dan drainase cairan
kistatau abses, yag disebut dengan prosedur marsupialisasi. Pengosongan dan drainase eksudat
abses dapat pula dilakukan dengan memasang kateter Ward. Insisi dan drainase sederhana,
hanya dapat mengurangi keluhan penderita untuk sementara waktu karena jenis insisi tersebut
akan diikuti dengan obstruksi ulangan sehingga terjadi kembali kista dan infeksi yang
memerlukan tindakan insisi dan drainase ulangan. Berikan juga antibiotik untuk mikro-
organisme yang sesuai dengan hasil pemeriksaan apus atau kultur bakteri.

referetnsi

Anda mungkin juga menyukai