Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja
membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah
kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.Untuk mewujudkan keperawatan sebagai
profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Setiap perawat harus
mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan kepada
masyarakat melalui praktik keprofesian yang didasari motivasi altruistik, mempunyai
standar kompetensi dan kode etik profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan
khusus pada jenjang pendidikan tinggi. Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang
bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala
keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran.Sementara itu, kewenangan yang bersifat
khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi
masing-masing.Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari Undang-Undang dan
Peraturan tentang praktek Keperawatan.
Penting bagi perawat mengetahui dasar konsep hukum, karena perawat
bertanggung gugat atas penilaian dan tindakan profesional mereka.Tanggung gugat
merupakan konsep penting dalam praktik keperawatan profesional dan
hukum.Pengetahuan mengenai hukum yang mengatur dan memengaruhi praktik
keperawatan harus dimiliki, tidak hanya oleh seorang perawat namun juga oleh calon
perawat (mahasiswa). Beranjak dari latar belakang ini, kami mencoba menyajikan
makalah terkait konsep legal dalam keperawatan khususnya keperawatan di kamar
bedah. Selain sebagai salahsatu syarat pemenuhan tugas mata kuliah KDK PO 1, kami
berharap makalah ini dapat menjadi refrensi bagi profesi keperawatan khususnya dan
masyarakat pada umumnya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud konsep legal dalam keperawatan?
2. Bagaimana tata urut perundang-undangannya?
3. Adakah UU dan aturan legal yang terkait dalam praktik profesi keperawatan?
4. Bagaimana aspek legal dalam kamar bedah?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep legal dalam keperawatan.
2. Mahasiswa mampu memahami tata urut perundang-undangan aspek legal
keperawatan.
3. Mahasiswa mengetahui dan mampu memahami tentang UU dan aturan legal yang
terkait dalam praktik profesi keperawatan.
4. Mahasiswa mengetahui dan mampu memahami tentang aspek legal dalam kamar
bedah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Legal Dalam Keperawatan
Legal adalah Ketentuan hukum yang mengatur seseorang untuk melakukan suatu
tindakan yang tidak berbenturan dengan hukum.baik pidana ,perdata dan hukum
administrasi. Aspek Legal Keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya. Keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja
membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah
kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.Untuk mewujudkan keperawatan sebagai
profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Setiap perawat harus
mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan kepada
masyarakat melalui praktik keprofesian yang didasari motivasi altruistik, mempunyai
standar kompetensi dan kode etik profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan
khusus pada jenjang pendidikan tinggi.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi
perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu (1)bidang Professional, Ethical and Legal
Practice, (2)bidang Care Provision and Management (3)dan bidang Profesional
Development.Profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang
diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam
melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang bertanggung jawab
dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat profesi
maupun masyarakat luas.Beberapa ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi
itu sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan
waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus

3
untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela berkorban).Kemampuan atau
kompetensi, diperoleh seorang profesional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan
kewenangan diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui
pemberian izin.
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan
praktik profesi.Kewenangan memiliki dua aspek, yakni kewenangan material dan
kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki
kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat
atau SIP.Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang
memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat
yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik
Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan.Namun,
memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.Seperti juga kemampuan yang
didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang.Kompetensi
dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang
memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui.Dalam profesi kesehatan hanya
kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai
penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran.Sementara itu,
kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu
diserahkan kepada profesi masing-masing.Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari
Undang-Undang dan Peraturan tentang praktek Keperawatan.
Praktik keperawatan diatur oleh berbagai konsep hukum.Penting bagi perawat
mengetahui dasar konsep hukum, karena perawat bertanggung gugat atas penilaian dan
tindakan profesional mereka.Tanggung gugat merupakan konsep penting dalam praktik
keperawatan profesional dan hukum.Pengetahuan mengenai hukum yang mengatur dan
memengaruhi praktik keperawatan harus dimiliki.
1. Untuk memastikan bahwa keputusan dan tindakan perawat sesuai dengan prinsip
hukum yang berlaku.
2. Untuk melindungi perawat dari tanggung wajib.

Tujuan aspek legal dalam keperawatan :

4
• Meningkatkan Mutu Perawat
• Meningkatkan Mutu Pelayanan Keperawatan
• Memberikan Perlindungan dan Kepastian Hukum kepada perawat dan Klien
• Meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat

B. Tata Urut Perundang-Undangan Aspek Legal Dalam Keperawatan


UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pasal 63 ayat (4) penggati UU No. 23 tahun 1992 :
Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu
 Pasal 27 ayat (1) : tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai profesinya.
 Pasal 27 ayat (2) : Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

Permenkes No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 : Pasal 12 ayat (1) : Dalam


melaksanakan praktik, perawat wajib untuk :
1. Menghormati hak pasien
2. Melakukan rujukan
3. Menyimpan rahasia sesuai peraturan perundangundangan
4. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan pelayanan yang
dibutuhkan
5. Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
6. Melakukan pencatatan asuhan keperawatan yang dilakukan secara sistematis, dan
Mematuhi standar

5
C. Undang-Undang Dan Aturan Legal Yang Terkait Dalam Profesi Keperawatan
Undang-undang Keperawatan (UUK) merupakan dasar hukum praktek keperawatan.
Isi UUK harus diketahui oleh profesi dan calon profesi perawat (mahasiswa). Hal ini
dikarenakan, tidak hanya profesi perawat yang membutuhkan UU ini tetapi calon profesi
perawat juga harus mengetahui isi dari UUK agar dimasa mendatang bisa menjadi perawat
yang taat akan aturan serta menjalankan hak dan kewajibannya sebagai seorang perawat.
Undang-undang Keperawatan diatur oleh UU nomor 38 tahun 2014.UUK ini
disahkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2014 oleh presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono. Dalam UUK terdiri dari 13 bab dan 66 pasal. Dibawah ini akan dijelaskan isi
dari Undang-undang keperawatan.

BAB I : Ketentuan Umum

pasal 1 memuat tentang pengertian Keperawatan, Perawat, Pelayanan Keperawatan,


Praktik Keperawatan, Asuhan Keperawatan, Uji Kompetensi, Sertifikat Kompetensi,
Sertifikat Profesi, Registrasi, Surat Tanda Registrasi, Surat Ijin Praktek Perawat,
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Perawat Warga Negara Asing, Klien, Organisasi Profesi
Perawat, Kolegium Keperawatan, Konsil Keperawatan, Institusi Pendidikan, Wahana
Pendidikan Keperawatan, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Menteri.

Pasal 2 memuat asas praktik keperawatan yaitu perikemanusiaan, nilai ilmiah, etika dan
profesionalitas, manfaat, keadilan, pelindungan dan kesehatan dan keselamatan klien.
Pasal 3 memuat pengaturan keperawatan yang bertujuan meningkatkan mutu perawat,
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, memberikan perlindungan dan
kepastian hukum kepada perawat dan klien dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

BAB II : Jenis Perawat memuat


pasal 4 bahwa jenis perawat terdiri atas perawat profesi dan perawat vokasi. Perawat
profesi adalah ners, ners spesialis dan untuk ketentuan lebih lanjut mengenai jenis
perawat, Undang-Undang ini mengamanatkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri.

6
BAB III : Pendidikan Tinggi Keperawatan pada
pasal 5 membagi pendidikan tinggi keperawatan terdiri atas pendidikan vokasi,
pendidikan akademik, dan pendidikan profesi.
Pendidikan vokasi dalam pasal 6 disebutkan merupakan program diploma keperawatan
dan paling rendah diploma tiga keperawatan.

Pasal 7 mengenai pendidikan akademik yang terdiri dari pendidikan sarjana


keperawatan, program magister keperawatan dan program doktor keperawatan.
Sedangkan program profesi dimuat pada pasal 8 yang terdiri program profesi
keperawatan dan program spesialis keperawatan.
Pasal 9 sampai pasal 16 mengatur tentang pendidikan tinggi keperawatan.

BAB IV : Registrasi, Izin Praktik, dan Registrasi Ulang


memuat pada bagian pertama pasal 17 umum, bagian kedua registrasi pasal 18 tentang
kewajiaban memiliki STR, persyaratan, masa berlaku dan ketentuan tentang hal tersebut
diamanatkan untuk diatur dalam peraturan konsil keperawatan. Bagian ketiga izin praktik
dimuat pada pasal 19 tentang kewajiban perawat yang menjalankan praktik keperawatan
wajib memiliki izin dalam bentuk SIPP, tata cara mendapatkan dan masa berlaku. pasal
20 memuat tempat berlakunya SIPP hanya 1 tempat dan diberikan paling untuk 2 tempat.
Pasal 21 memuat kewajiban memasang papan nama praktik keperawatan dan ketentuan
tentang hal tersebut akan diatur dalam peraturan menteri ( pasal 23 ). pasal 24 - 27
memuat tentang ketentuan perawat warga negara asing yang akan menjalankan praktik
keperawatan di Indonesia.

BAB V : Praktik keperawatan


memuat bagian kesatu umum pada pasal 28 ayat 1 menyebutkan praktik keperawatan
dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat lainnya yang terdiri atas
praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan (
ayat 2 ) yang harus didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi dan
standar prosedur operasional ( ayat 3) serta prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dann
atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah ( ayat 4 ) yang ketentuan lebih

7
lanjutnya akan diatur dengan peraturan menteri (ayat 5). Bagian kedua memuat tugas
dan wewenang pada pasal 29 bahwa perawat bertugas sebagai pemberi asuhan
keperawatan, penyuluh dan konselor bagi klien, pengelola pelayanan keperawatan,
peneliti keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan atau
pelaksana tugas dalam keterbatasan tertentu.

BAB VI : Hak dan Kewajiban.


Bagian Kesatu memuat Hak dan Kewajiban perawat yang dimuat pada pasal 36 tentang
hak perawat dan pasal 37 tentang kewajiban perawat. Bagian kedua memuat hak dan
kewajiban klien pada pasal 38 tentang hak klien, pasal 39 tentang dasar pengungkapan
rahasia klien dan pasal 40 tentang kewajiban klien.

BAB VII : Organisasi Profesi Perawat.


Pasal 41 memuat tentang tujuan organisasi profesi perawat sedangkan fungsinya dimuat
pada pasal 42. Lokasi organisasi perawat di Ibukota RI dan perwakilannya di daerah
disajikan pada pasal 43.

BAB VIII: Kolegium Keperawatan.


Kolegium keperawatan merupakan badan otonom di dalam organisasi profesi perawat
dan bertanggung jawab kepada organisasi profesi perawat tercantum pada pasal 44,
sedangkan fungsi kolegium yaitu mengembangkan cabang disiplin ilmu keperawatan
dan standar pendidikan tinggi bagi perawat profesi disajikan pada pasal 45 dan
ketentuan lebih lanjut tentang kolegium keperawatan menurut pasal 46 diatur oleh
oragnisasi profesi perawat.

BAB IX : Konsil Keperawatan.


Pasal 47 merupakan dasar pembentukan konsil keperawatan yang berkedudukan di
ibukota RI (pasal 48) dan mempunyai fungsi pengaturan, penetapan, dan pembinaan
perawat serta memiliki berbagai macam tugas ( pasal 49 ). Untuk wewenang konsil
keperawatan tercantum pada pasal 50 dan pendanaan konsil keperawatan yang
dibebankan kepada APBN dan sumber lain yang tidak mengikat tercantum pada pasal

8
51. Pasal 52 mencantumkan tentang keanggotaan konsil keperawatan yang terdiri atas
unsur pemerintah, organisasi profesi keperawatan, kolegium keperawatan, asosiasi
institusi pendidikan keperawatan, asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan dan tokoh
masyarakat. Jumlah anggotanya 9 (sembilan) orang dan ketentuan lebih lanjut tentang
susunan organisasi, pengangkatan, pemberhentian dan keanggotaan diatur Peraturan
Presiden.

BAB X : Pengembangan, Pembinaan, dan Pengawasan.


Pasal 53 mengatur tentang pengembangan praktik keperawatan yang dilakukan melalui
pendidikan formal dan pendidikan non formal atau pendidikan berkelanjutan yang
bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan keprofesionalan perawat. Pasal 54
mencantumkan tentang pembinaan pendidikan keperawatan oleh kementerian urusan
pemerintahan di bidang pendidikan dan koordinasi dengan menteri kesehatan. Pasal 55
menyebutkan Pemerintah, Pemda, Konsil keperawatan dan organisasi profesi membina
dan mengawasi praktik keperawatan sesuai fungsi dan tugas masing-masing. Pasal 56
memuat maksud pembinaan dan pengawasan serta pasal 57 mengatur tentang ketentuan
lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB XI: Sanksi Adminitrasi.


Pasal 58 mengatur tentang ketentuan bagi pelanggar pasal 18 ayat(1), pasal 21 ayat(1),
dan pasal 27 ayat (1) dikenai sanksi administratif yang dapat berupa teguran lisan,
peringatan tertulis, denda adminitrasi dan/atau pencabutan izin dan ketentuan lebih
lanjutnya akan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XII : Ketentuan Peralihan.


Pasal 59 menyebutkan STR dan SIPP yang telah dimiliki oleh perawat sebelum UU
Keperawatan diundangkan dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktu STR dan
SIPP berakhir, dan untuk permohonan memperoleh STR yang masih dalam proses
diselesaikan dengan prosedur yang berlaku sebelum UU Keperawatan diundangkan (
pasal 60). Pasal 61 mengatur untuk lulusan SPK yang telah melakukan praktik

9
keperawatan sebelum UU Keperawatan diundangkan masih diberi kewenangan selama
jangka waktu 6(enam) tahun setelah diundangkannya UU Keperawatan.

BAB XIII : Ketentuan Penutup.


Pasal 62 mencantumkan Institusi Pendidikan Keperawatan yang telah ada sebelum UU
Keperawatan diundangkan harus menyesuaikan persyaratan dalam pasal 9 paling lama 3
(tiga) sejak diundangkan. Konsil keperawatan dibentuk paling lama 2 (dua) tahun
(pasal 63). Pasal 64 mengatur tentang semua Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur mengenai Keperawatan dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti berdasarkan UU ini. Pasal 65 menyebutkan peraturan
pelaksanaan dari UU ini harus ditetapkan paling lama 2(dua) tahun terhitung sejak
diundangkannya dan pasal 66 menyatakan bahwa Undang-Undang ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.

D. Fungsi Hukum dalam Keperawatan

Fungsi hukum dalam keperawatan, antara lain :

 Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan keperawatan


yang sah dalam asuhan klien.
 Hukum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga professional kesehatan
lain.
 Hukum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri.
 Hukum membantu mempertahankan standar praktik keperawatan dengan membuat
perawat bertanggung gugat di bawah hukum yang berlaku.

Jenis-jenis tindakan hukum

1. Hukum Pidana
Hukum pidana termasuk pada ranah hukum publik. Hukum pidana adalah hukum
yang mengatur hubungan antar subjek hukum dalam hal perbuatan – perbuatan yang
diharuskan dan dilarang oleh peraturan perundang – undangan dan berakibat
diterapkannya sanksi berupa pemidanaan dan/atau denda bagi para pelanggarnya.
10
Pada hukum pidana ini hukuman di tanggung sendiri oleh perawat sesuai ketentuan
KUHP. Pada hukum pidana ini pertama tama melihat dahulu akibat yang di
timbulkan , baru Motif dari tindakan tersebut. Kecelakaan Medis ( Medical Mishap )
dan atau Kelalaian Medis ( Niglegence ) kedua duanya menimbulkan akibat dari
kerugian kepada pasien.
KELALAIAN MEDIS dapat dipersalahkan , sedangkan pada KECELAKAAN
MEDIS Tidak dapat dipersalahkan, asalkan kecelakaan ini kecelakaan murni, dimana
tidak ada unsur kelalaiannya.hal ini disebabkan karena di dalam hukum medis yang
terpenting bukanlah akibatnya, tetapi bagaimana sampai terjadi akibat itu, bagaimana
tindakan itu dilakukan. Untuk itu dipakailah tolok ukur yaitu Etik Kedokteran , sop
keperawatan dan standars profesi Medis.

Aspek Hukum Pidana

Tanggung jawab atas kesalahan pribadi/ sifat subyektifitas Hukum Pidana

Tanggung jawab Hukum Pidana Perawat :

 Kesalahan karena kesengajaan : melanggar UU


Aborsi Ilegal, Keterangan Palsu, membocorkan rahasia jabatan, penipuan,
penyerangan seks, dll
 Kesalahan karena kelalaian yang menyebabkan orang lain meninggal (psl 359
KUHP), luka berat (psl 360 KUHP)
pasal 359
Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaaannya) menyebabkan orang lain mati,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling
lama satu tahun.
Pasal 360 (1)barangsiapa karena kesalahannya(kealpaannya) menyebabkan
oranglain mendapat luka-luka berat diancam dengan pidana penjara palinglama
lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun
 Ukuran Kelalaian adalah Pelaksanaan pekerjaan sesuai Standar

11
2. Hukum Perdata
Salah satu bidang hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara individu-
individu dalam masyarakat dengan saluran tertentu. Hukum perdata disebut juga
hukum privat atau hukum sipil.
Aspek Hukum Perdata
 atas kesalahan sendiri (Pasal 1365)
 atas kesalahan orang lain yang di bawah tanggungjawabnya (Psl. 1367 ayat 3
KUH Perdata)

Hukum perdata menurut sifat hubungan kerja perawat dgn institusi / rs dilihat dari sisi
kontrak kerja :.

 Ditanggung penuh oleh institusi / rs.


 Ditanggung sendiri oleh perawat.
 Ditanggung bersama dgn proporsi yang disepakati

3. Hukum Administrative (hukum peraturan)


Pengambilan putusan yang dilakukan oleh badan administrative.salah satu contoh
hukum peraturan adalah kewajiban untuk melaporkan tindakan keperawatan yang
tidak kompeten atau tidak etis.

E. Aspek legal dalam kamar bedah


Aspek legal kamar bedah adalah peraturan hukum yang berlaku di dalam kamar bedah
yang mencakup Hak dan Kewajiban serta tanggung gugat yang terkait dengan praktek
keperawatan di dalam tindakan pembedahan , baik itu perawat asisten , perawat
instrument dan perawat sirkulair.
Konsideran UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
 Pelayanan keperawatan di kamar bedah
 Bertanggungjawab, akuntable, bermutu, aman dan terjangkau diberikan oleh
perawat yg kompeten, berwenang, beretika dan bermoral yg tinggi.
 Perlu diatur secara komprehensip, memberi perlindungan dan kepastian hukum :
perawat dan masyarakat

12
Tujuan

1. Menyiapkan standar operating prosedur bagi perawat kamar bedah

2. Membuat uraian tugas bagi masing-masing

3. Memberikan rambu-rambu hukum bagi perawat kamar bedah agar tidak melampui
batas kewenangan dalam melakukan praktek keperawatan dikamar bedah

4. Membantu keperawatan dalam menjaga standar mutu pelayanan dan utamakan pasien
safety.

5. Menjunjung tinggi peraturan rumah sakit dan mentaati kebijakan yg oleh rumah sakit.

Kriteria Perawat di Kamar Bedah


 Scrubing Nurse (Instrumentaris)
Pengertian: Seorang Perawat profesional yang diberi wewenang dan ditugaskan
dalam pengelolaan paket alat pembedahan selama pembedahan
berlangsung.
Syarat: Sama seperti Perawat pada umumnya, ditambah sertifikasi pelatihan minimal
di kamar operasi 2 tahun berturut-turut
Peran
 Menyiapkan ruang operasi dalam keadaan siap pakai
 Kebersihan ruang operasi dan peralatanya (meja op, lampu op, pompa hisap,
esu, set instrumen steril sesuai dengan jenis dan kebutuhan operasi)
 BHP (bahan habis pakai)

 Circulating nurse/Perawat sirkuler


Uraian tugasnya hampir sama dengan perwat instrumentaris sebelum pembedahan
dimulai.
Selama pembedahan bertugas kelancaran pelaksanaan operasi (mengatur posisi,
lampu, BHP yg dibutuhkan, mengamankan spesimen, menghitung kasa, cairan, dll.)

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aspek Legal Keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya.
UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pasal 63 ayat (4) penggati UU No. 23 tahun 1992 :
Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
Aspek legal kamar bedah adalah peraturan hukum yang berlaku di dalam kamar bedah
yang mencakup Hak dan Kewajiban serta tanggung gugat yang terkait dengan praktek
keperawatan di dalam tindakan pembedahan , baik itu perawat asisten , perawat
instrument dan perawat sirkulair.

B. Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar-benar memahami dan mewujudnyatakan peran tenaga
kesehatan yang professional serta dapat melaksanakan tugas-tugas dengan penuh
tanggungjawab, serta mengembangkan ilmunya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kathleen Koening Blass. 2006. Praktek keperawatan Profesional: Konsep dan Perspektif
Edisi 4. Jakarta : EGC

Hariyati, T. (2006). Aspek Legal Keperawatan sebagai salah satu Menyiasati Era
Globalisasi dalam jurnal Keperawatan Indonesia. Jakarta: FIK UI

https://dokumen.tips/documents/aspek-legal-bagi-perawat-kamar-bedah.html
diakses pada 29 july 2019 pukul 18.22 wib

https://www.scribd.com/presentation/370725321/Aspek-Legal-Perawat-Kamar-Bedah
diakses pada 24 july 2019 pukul 15.00 wib

https://www.slideshare.net/fredyakbark/aspek-legal-perioperatif
diakses pada 27 july 2019 pukul 20.00 wib

15

Anda mungkin juga menyukai