Anda di halaman 1dari 13

STROKE LAKUNAR

Laily Irfana 1)
1) Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya - Indonesia
Submitted : October 2016 | Accepted : December 2016 | Published : Januari
2017

ABTRACT
Stroke is the fourth leading cause of death in the United States after heart disease, cancer,
and chronic respiratory disease. The mortality rate reaches 55% of stroke patients. Of all
stroke cases, ischemic stroke incidence rate reached 87% compared with a bleeding
stroke. Among the ischemic stroke cases, Oxfordshire Community Stroke Project (OCSP)
said 25% were lacunar stroke. Stroke Lacunar is important to know because
approximately one in four patients with cerebral ischemia is a lacunar stroke. This
subtype is caused by arterial occlusion perforator that is based on the existence of
pathological processes in small blood vessels, the main risk factor is hypertension and
diabetes mellitus. (QM 2017;01:78-87)
Keywords : lacunar stroke, stroke
Correspondence to : irfanalaily@gmail.com

ABSTRAK
Stroke merupakan penyebab kematian terbesar keempat di Amerika setelah penyakit
jantung, kanker, dan penyakit pernafasan kronis. Angka kematian penderita stroke
mencapai 55 %. Dari seluruh kasus stroke, angka kejadian stroke iskemik mencapai 87 %
dibandingkan dengan stroke perdarahan. Diantara kasus stroke iskemik tersebut,
Oxfordshire Community Stroke Project (OCSP) menyebutkan 25% adalah stroke lakunar.
Stroke lakunar cukup penting mengingat sekitar satu dari empat pasien iskemia otak
adalah stroke lakunar. Subtipe ini disebabkan oleh adanya oklusi arteri perforator yang
didasari oleh adanya proses patologis pada pembuluh darah kecil, dengan faktor resiko
utama adalah hipertensi dan diabetes mellitus. (QM 2017;01:78-87)

Kata kunci : stroke lakunar, stroke,


Korespondensi : irfanalaily@gmail.com
PENDAHULUAN pons, mesensefalon, dan talamus
Stroke lakunar adalah sindrom stroke (Caplan, LR 2009).
klinis dengan gejala dan tanda khusus Sebagian besar infark lakunar berasal
yang merupakan lesi kecil pada dari arteri dengan ukuran 200-400 μm
subkorteks atau batang otak (Wardlaw dan menghasilkan infark sekitar 2-3
2008). Dalam klasifikasi yang dibuat mm. Infark kecil ini ditemukan reguler
oleh TOAST disebutkan bahwa pada hanya pada MRI 1,5 tesla, biasanya
stroke lakunar seharusnya didapatkan terlewatkan pada CT scan, dan
temuan klinis dari salah satu sindrom terabaikan pada otopsi (Marti JL,
lakunar, pencitraan bisa normal atau Arboix, A., Mohr, JP. 2011).
menunjukkan lesi yang relevan
berukuran <1,5cm pada batang otak atau
hemisfer subkorteks. Infark ini terjadi
dari oklusi arteri perforator, terutama
arteri koroidalis anterior, serebri media,
serebri posterior, dan arteri basilaris
(Toni, D., Sacco, RL., Brainin, M. et al.
2011).

Gambar 1. Arteri perforator pada pons.


TINJAUAN ANATOMI DAN Kiri: Potongan Lateral. Kanan: Potongan
aksial. A. Arteri besar midline B. Perforator
PATOFISIOLOGI paramedian C. Arteri perforator pada
tegmentum lateral pons. Caplan LR, 2009.
Stroke lakunar merupakan salah satu
manifestasi dari Small Vessel Disease
(SVD). Yang dimaksud small vessel Patofisiologi Stroke Lakunar

adalah pembuluh darah yang Sebagian besar mekanisme belum

berdiameter kurang dari 500μm dan diketahui dengan jelas namun diduga
terkait mikroateroma, atau merupakan
berlokasi di area yang lebih dalam dari
konsekuensi dari hipertensi,
korteks serebri (Pantoni, L. 2014). SVD
vasospasme, atau baru-baru ini dicurigai
ini terutama mengenai a. lenticulostriata,
merupakan akibat dari kegagalan
cabang dari a. serebri media; a. rekurens
endotel (Wardlaw, J., Smith, C.,
Heubner, cabang dari a. serebri anterior;
Dichgans, M 2013).
a. perforator dari a. khoroidalis anterior;
a. talamoperforata dan talamogenikulata, Dua puluh pemeriksaan klinikopatologi

cabang dari a. serebri posterior; a. Fisher secara detail menjelaskan sepuluh

paramedian perforata dari a. basilaris infark lakunar pada teritori arteri serebri
media. Enam diantaranya terkait dengan
mikroateroma pada arteri perforator, dua PATOLOGI
lipohialinosis, dan dua emboli (karena Infark lakunar adalah lesi kecil,
arteriol tampak normal dan emboli seringkali ireguler, dengan ukuran
diasumsikan telah lepas). Fisher juga berkisar 1-15 mm. Hanya 17% dari
menjelaskan 45 dari 50 infark lakunar lakunar yang berukuran lebih kecil dari
dimana arteri yang mensuplai 1 cm. Inspeksi dari kavitas kecil
menunjukkan lipohialinosis atau biasanya tampak anyaman halus dari
fibrinoid nekrosis (Wardlaw, J., Smith, jaringan ikat menyerupai jaring laba-
C., Dichgans, M. 2013, Lammie 2000, laba(Caplan, LR 2009). Dominasi
Caplan, LR. 2009, Marti, JL., Arboix, lakuna adalah di ganglia basalis,
A., Mohr, JP 2011). terutama putamen, talamus, dan
Ukuran dari infark lakunar diduga substansia alba dari kapsula interna dan
terkait dengan ukuran arteri yang pons. Jarang terjadi pada korpus
terkena, dan karena lesi yang lebih besar kalosum, radiasio optika, sentrum
cenderung menyebabkan gejala, infark semiovale, hemisfer serebri, medula,
lakunar yang simtomatis dipercaya serebelum, spinal (Marti, JL., Arboix,
terkait dengan aterosklerosis atau emboli A., Mohr, JP 2011).
pada arteri yang lebih besar, sedangkan
infark silent lebih kecil dan
dihubungkan dengan lipohialinosis atau
fibrinoid nekrosis pada arteri yang lebih
kecil (Wardlaw, J., Smith, C., Dichgans,
M 2013).
Studi baru-baru ini menyebutkan bahwa
aktivasi endotel pembuluh darah kecil
otak kemungkinan merupakan penyebab
primer dari patogenesis stroke lakunar,
terutama subtipe WML dan aLAC.
Aktivasi endotel menyebabkan
peningkatan permeabilitas sawar darah
otak, yang mengakibatkan komponen
plasma masuk ruang perivaskular
sehingga terjadi kerusakan neuron dan
glia.
jantung iskemik pada stroke lakunar
(Jackson, CA., Hutchison, A., Dennis,
MS et al. 2010). Stroke lakunar
simtomatis terkait dengan hipertensi,
diabetes, merokok, penyakit jantung
iskemik dan hiperlipidemia. Faktor
resiko stroke lakunar hampir sama
dengan stroke infark arteri besar kecuali
bahwa pada stroke lakunar TIA lebih
Gambar 2. Tampilan histologis dari arteriol
dengan patologi SVD, dari arteriolosklerosis jarang, yaitu 13% dibanding 40%, dan
dini ke nekrosis fibrinoid. A. Arteriol riwayat stroke sebelumnya yaitu 19%
dimana otot polos tergantikan oleh jaringan
kolagen dan kumpulan kecil dari sel dibanding 39% (Kim, MH., Moon, JS.,
inflamasi perivaskular. B. Lipohialinosis
dengan penebalan kolagen dari dinding Park, SY. et al 2011).
pembuluh darah, deposisi makrofag foamy,
dan infiltrasi sel inflamasi, lumen yang
tersisa terdiri dari beberapa trombus post MANIFESTASI KLINIS
mortem. C. Fibrinoid nekrosis dengan
destruksi dinding pembuluh darah segmental Infark lakunar dapat bermanifestasi
dan inflamasi disekitarnya. D. Arteriol sebagai infark lakunar asimtomatis,
terganggu berat dengan oklusi (panah). (Caplan
LR, 2009)
episode TIA, dan defisit neurologis
dengan klinis sindrom lakunar.
FAKTOR RESIKO  Asimtomatis
Hubungan antara faktor resiko vaskular Infark lakunar silent atau asimtomatis
dan infark lakunar masih belum lebih sering dibandingkan yang
sepenuhnya dipahami. Hipertensi, simtomatis. Sekitar 20-28% populasi
diabetes melitus, hiperkolesterolemia dengan usia 65 tahun atau lebih
dan merokok sama seringnya pada memiliki lakuna pada gambaran MRI
pasien dengan aterotromboemboli (Marti, JL. et al. 2011). Biasanya terjadi
sebagaimana pada stroke lakunar pada pasien hipertensi, umumnya
(Wardlaw, J., Smith, C., Dichgans, M multipel dan terkait dengan
2013). Baik hipertensi maupun diabetes lipohialinosis. Infark lakunar silent
sama-sama merupakan faktor resiko adalah bentuk yang paling sering, yaitu
yang umum pada stroke lakunar dan non sekitar 77% pada serial kasus yang
lakunar, namun stroke lakunar jarang dilakukan oleh Fisher. Pada pasien
disebabkan oleh emboli dari jantung dengan stroke lakunar, infark silent
atau proksimal arteri dan prevalensi terdokumentasi pada 42% kasus pada
yang lebih rendah untuk penyakit MRI. Hal ini mungkin dijelaskan oleh
ukuran yang kecil dari lakuna dan lain terjadi pada tempat yang strategis
bentuk serta lokasinya, yang tidak seperti kapsula interna dan pons, yang
melibatkan jalur motorik maupun secara klinis mengganggu jalur
sensorik yang biasanya menjadi keluhan ascending dan descending, dengan hasil
utama (Arboix, A., Marti, JL 2009). defisit klinis yang luas bisa terjadi dari
 Transient Ischemic suatu lesi yang secara anatomis kecil
Attack(TIA) (Warlow, J., van Gijn, J., Dennis, M. et
Infark lakunar dapat bermanifestasi al 2008). Hubungan antara sindrom
sebagai TIA, yaitu defisit neurologis lakunar dengan infark lakunar
fokal berlangsung kurang dari satu jam bergantung pada waktu munculnya
atau pada definisi klasik 24 jam. Infark gejala dan pemeriksaan. Paling besar
lakunar terhitung sekitar 29-34% dari hubungannya pada pasien yang
semua kasus TIA (Arboix, A., Marti, JL diperiksa hingga 96 jam setelah onset
2009). stroke, dan kurang keterkaitannya pada
 Sindrom Lakunar pasien yang diperiksa pada jam-jam
Sindrom lakunar diartikan sebagai suatu awal onset stroke (Biller, J., Love, BB.,
gambaran klinis yang pada mayoritas Schneck, MJ 2012).
kasus dikaitkan dengan infark serebri Awalnya hanya sedikit sindrom klinis
tipe lakunar (Arboix, A., Marti, JL terkait dengan lakunar yang relevan
2009). Infark lakunar bisa tunggal atau pada pemeriksaan postmortem, yang
jamak, simtomatis maupun asimtomatis. dipertimbangkan sebagai sindrom
Sindrom lakunar memiliki nilai klinis lakunar klasik, yang derajat sensitifitas
diagnostik sekaligus merupakan suatu dan spesifisitasnya telah diuji dengan
prediktor terjadinya infark lakunar, CT atau MRI. Sejak itu banyak sindrom
dengan nilai prediktif sekitar 84%-90% lakunar lain dilaporkan dihubungkan
(Boiten, J., Lodder, J 1991, Biller, J., dengan gambaran imejing (Warlow, J.,
Love, BB., Schneck, MJ 2012). van Gijn, J., Dennis, M. et al 2008).
Iskemia pada lakunar terjadi pada arteri  Sindrom lakunar klasik atau
perforator tunggal dalam dapat tipikal
menyebabkan infark pada area yang Sindrom lakunar klasik yang sering
terbatas. Infark lakunar yang terjadi dijumpai adalah sebagai berikut:
pada area nukleus lentiformis, terkadang - Stroke Motorik Murni
tidak tampak seperti sindrom lakunar, - Stroke Sensorik Murni
melainkan merupakan penyebab penting - Ataksia Homolateral dan Paresis
dari penurunan kognitif. Infark lakunar Krural
- Dysarthria Clumsy Hand
- Stroke Sensorimotor
(Arboix, et al 2010, Nicolai, et al 1996).
 Sindom Lakunar Atipikal
Sindrom lakunar atipikal yang pernah
dilaporkan diantaranya hemikorea-
hemibalismus, disartria dengan paresis
fasial sentral, disartria terisolasi,
hemiataksia terisolasi (Arboix, 2009).
 Gangguan kognitif pada
infark lakunar
Demensia vaskular menyebabkan
gangguan kognitif dan meningkatkan
resiko buruknya keluaran. Disfungsi
kognitif pada infark lakunar
kemungkinan disebabkan oleh
kerusakan selektif dari sirkuit frontal-
subkortikal yang melayani fungsi
eksekutif. Terjadinya stroke berulang,
infark lakunar multipel terkait dengan
meningkatnya resiko gangguan kognitif.
Sebagian besar infark lakunar adalah
asimtomatis, dan sekitar 20-28%
populasi usia >65 tahun, infark lakunar
ditemukan dari MRI. Infark lakunar
silent telah diidentifikasi sebagai faktor
resiko terjadinya penurunan fungsi
kognitif dan stroke berulang tipe lakunar
(Arboix, A 2011)
Tabel. 1. Diagnosis Stroke Lakunar (Caplan LR, 2009)
Probable Likely but uncertain Eksklusi
Penyebab Hipertensi Diabetes, hipertensi Tidak ada
ringan hipertensi
Tanda neurologis Paralisis wajah, Menyisakan atau
lengan, tungkai keterlibatan yang Paralisis tangan
satu sisi tidak sama dari satu sisi
Gejala lain wajah, lengan,
Tidak ada tungkai
Laboratorium Nyeri kepala ringan Nyeri kepala berat,
Infark kecil dan kejang saat onset
dalam pada CT CT atau MRI Hipodens pada
atau MRI normal frontal kiri pada CT
atau MRI,
perdarahan pada
CT atau MRI
imejing yang paling sensitif dan spesifik
untuk infark akut, dibandingkan CT scan
maupun sekuens MRI yang lain (Jauch,

DIAGNOSIS EC., Saver, JL., Adams, HP 2013).

CT scan relatif kurang sensitif dalam


mendeteksi infark kecil pada kortikal
maupun subkortikal terutama pada fosa
posterior (Jauch, EC., Saver, JL.,
Adams, HP 2013). Infark lakunar
tampak sebagai lesi hipointens pada
MRI T1W. Dalam mendiagnosis infark
lakunar berdasarkan MRI harus
dibedakan dengan ruang perivaskular
(virchow-robin space) yaitu pembesaran
ruangan di sekitar pembuluh darah arteri
perforator pada parenkim otak dengan
area yang berbeda dari infark lakunar,
dengan ukuran rata-rata lebih kecil dari
1x2 mm, isointens dengan cairan
serebrospinal (Pantoni, L 2010). MRI
memiliki sensitifitas tinggi dalam
mendeteksi lakunar infark, terutama
pada batang otak dan kapsula interna.
Studi yang dilakukan oleh Arboix dkk
terhadap 227 pasien dengan infark
lakunar, temuan dari CT scan positif
pada 100 pasien (44%), dimana dari
MRI didapatkan positif pada 78%. MRI
lebih efektif bila dilakukan beberapa
hari onset stroke. Penyangatan dari
infark yang kecil dan dalam pada MRI
tampak pada 67% kasus selama minggu
pertama dan 100% pada minggu kedua
(Pantoni, L 2010). Diffusion weighted
imaging (DWI), merupakan tehnik
Gambar 4. Algoritma diagnosis stroke.(Adams HP,2012)
PENATALAKSANAAN itu sendiri. Prognosis jangka pendek
Penggunaan terapi trombolitik, IV-rTPA infark lakunar cukup baik karena in-
dalam tiga jam sejak onset pada pasien hospital mortality sangat rendah dan
dengan infark lakunar masih case fatality rate satu tahun pertama
kontroversial, namun dari hasil studi kurang dari 2,8% hampir sama dengan
NINDS dan studi lainnya tiga dari empat populasi umum. Pada sebuah studi
pasien dengan infark lakunar memiliki berbasis populasi, angka survival adalah
prognosis yang baik, mendukung tidak 96% pada 1 bulan, 86% pada 2 tahun.
direkomendasikannya terapi tersebut Sedangkan pada jangka panjang,
(Marti, JL., Arboix, A., Mohr, JP 2011). meskipun mortalitas rata-rata sekitar 3%
Studi multisenter Secondary Prevention per tahun, resiko kematian meningkat
of Small Subcortical Strokes (SPS3) dari 27,4% pada 5 tahun, 60% setelah 10
terhadap 3020 pasien dengan infark tahun, dan 75% setelah 14 tahun.
lakunar baru simtomatis yang ditunjang Penyebab kematian berasal dari
oleh MRI. Hasil penelitian ini adalah kardiovaskular 52%, stroke berulang
penambahan clopidogrel tidak signifikan 21%, dan penyebab lain 27% (Arboix,
dalam menurunkan resiko stroke A., Marti, JL 2009). Stroke berulang
berulang dan secara signifikan terjadi 7,7% setelah 1 tahun. Setelah 5
meningkatkan resiko perdarahan dan tahun naik menjadi 22,4% terutama
kematian (Benavente, OR., Hart, RG., infark lakunar baru (50-72%) dan yang
McClure, LA et al. 2012). Studi lebih jarang adalah perdarahan
Cilostazol Stroke Prevention Study intraserebral (10%). Hipertensi, diabetes
(CSPS), 1095 pasien 75% diantaranya melitus, leukoaraiosis dan tingginya
adalah stroke lakunar. Terapi dengan level hematokrit merupakan faktor
cilostazol 2x100mg/hari dikaitkan resiko utama terjadinya rekurensi dan
dengan penurunan resiko rekurensi stroke lakunar multipel. Stroke berulang
stroke lakunar sebesar 43,4% (Pantoni, biasanya adalah subtipe lakunar juga.
L 2010). Stroke lakunar yang berulang atau
multipel bertanggung jawab terhadap
PROGNOSIS terjadinya gangguan kognitif dimana
Mortalitas awal pada stroke lakunar 16% terjadi pada rekurensi pertama,
rendah, sekitar 0-2% pada 30 hari sedangkan pada rekurensi multipel
pertama. Pada fase akut kematian gangguan kognitif terjadi mencapai 40%
kemungkinan terkait dengan adanya (Arboix, A., Marti, JL 2009).
komplikasi dibanding dari infark lakunar KESIMPULAN
Stroke lakunar merupakan salah satu Hingga saat ini belum ada terapi khusus
subtipe stroke yang cukup sering untuk penatalaksanaan stroke lakunar.
ditemukan. OCSP menyebutkan bahwa Penggunaan rTPA masih kontroversial,
25% dari stroke iskemik adalah lakunar, mengingat gejala klinis yang
tidak jauh berbeda dari NINDS yang diakibatkan oleh stroke tipe ini relatif
mendapatkan stroke subtipe ini ringan, dibandingkan dengan resiko
sebanyak 27%. perdarahan yang mungkin terjadi.
Kelainan yang mendasari terjadinya Pengendalian faktor resiko masih
stroke ini adalah SVD dengan proses merupakan penatalaksanaan utama
patologis yang terjadi pada arteri seperti halnya stroke iskemik pada
perforator, yang merupakan pembuluh umumnya. Terapi dengan antihipertensi,
darah kecil berdiameter 100-400 μm. kontrol gula darah, pemberian obat
Patologi yang ditemukan dapat berupa antiplatelet, antikoagulan, dan statin,
mikroateroma, lipohialinosis, nekrosis bermanfaat dalam pencegahan
fibrinoid, yang pada akhirnya terjadinya rekurensi.
menyebabkan oklusi dari pembuluh Saat ini diketahui bahwa stroke lakunar
darah tersebut, dan menyebabkan infark merupakan penyebab utama
dengan area 2-15 mm. Mekanisme lain progresifitas defisit motorik. Selain itu,
yang diduga juga berperan terhadap meskipun prognosis jangka pendek
terjadinya infark lakunar adalah untuk kematian cukup rendah, ternyata
disfungsi endotel. Faktor resiko yang untuk jangka menengah dan panjang,
paling sering untuk terjadinya proses ini dalam hal rekurensi dan mortalitas
adalah hipertensi dan diabetes melitus, stroke lakunar cukup tinggi. Resiko
selain faktor-faktor lain yang telah terjadinya demensia vaskular setelah
disebutkan sebelumnya. stroke dibandingkan subtipe lain, stroke
Diagnosis stroke lakunar ini dibuat lakunar paling banyak terkait dengan
berdasarkan anamnesis, temuan klinis demensia vaskular. Dari pembahasan ini
dan pemeriksaan penunjang. MRI dapat diketahui bahwa meskipun
adalah pencitraan yang paling baik seringkali dijumpai gejala klinis pada
dalam menggambarkan stroke lakunar stroke lakunar adalah ringan, namun
terutama pada fosa posterior. DWI stroke subtipe ini ternyata memiliki
merupakan tehnik yang paling sensitif keluaran yang kurang baik sehingga
dan spesifik dalam mendeteksi stroke tidak bisa kita anggap sebagai penyakit
lakunar akut. yang ringan.
DAFTAR PUSTAKA American Heart Association/
American. Stroke J. 44, pp.870-
Arboix, A. (2011) Lacunar infarct 947
and cognitive decline. Kim, MH., Moon, JS., Park, SY. et al.
Neurother. 9, pp.1251–1254 (2011) Different Risk Factor
Arboix, A., Marti, JL. (2009) Lacunar Profiles between Silent Brain
Stroke. Neurother. 9, pp.179– Infarction and Symptomatic
196 Lacunar Infarction. Eur Neurol
Arboix, A., Massons, J., Eroles, LG. et J. 65, pp.250–256
al. (2010). Clinical predictors of Lammie, G. (2000) Pathology of
lacunar syndrome not due to small vessel stroke. Oxford
lacunar infarction. BMC J. 56(2).
Neurology. 10, pp. 31 Marti, JL., Arboix, A., Mohr, JP.
Benavente, OR., Hart, RG., McClure, (2011) ‘Microangiopathies
LA. et al. (2012) Effects of (Lacunes)’. In Mohr JP, Wolf
Clopidogrel Added to Aspirin in PA, Grotta JC (Eds). Stroke:
Patients with Recent Lacunar Pathophysiology, Diagnosis,
Stroke, The SPS3 Investigators. and Management, 5th ed.
N Engl J Med 367, pp.817-825 Philadelphia: Elsevier Saunders,
Biller, J., Love, BB., Schneck, MJ. pp 506-508
(2012) Vascular Diseases of the Pantoni, L. (2014) Definition and
Nervous System Ischemic classification of SVDs. In
Cerebrovascular Disease. In: Cerebral SVD. United
Daroff RB, Fenichel GM, Kingdom: Cambridge
Jankovic J, et al (Eds). University Press.
Bradley’s Neurology in Clinical Toni, D., Sacco, RL., Brainin, M. et al.
Practice Volume I: Principles of (2011) ‘Classification of
Diagnosis and Management, 6th Ischemic Stroke’. In Mohr JP,
ed. Philadelphia: Elsevier Wolf PA, Grotta JC (Eds).
Saunders, pp 1017-1018 Stroke: Pathophysiology,
Boiten, J., Lodder, J. (1991) Lacunar Diagnosis, and Management,
infarcts, Pathogenesis and 5th ed. Philadelphia: Elsevier
validity of the clinical Saunders, pp.294
syndromes. Stroke J. 22, Wardlaw, J., Smith, C., Dichgans, M.
pp.1374-1378 (2013) Mechanisms of sporadic
Caplan, LR. (2009) Basic pathology, cerebral SVD: insights from
Anatomy, and Pathophysiology neuroimaging. Lancet Neurol.
of Stroke. In Caplan’s stroke: a 12, pp.483–497
clinical approach, 4th ed. Wardlaw, JM. (2008) What Is a
Philadelphia : Elsevier saunders, Lacune?. Stroke J. 39, pp. 2921-
pp.35-45 2922
Jackson, CA., Hutchison, A., Dennis, Warlow, J., van Gijn, J., Dennis, M. et
MS. et al. (2010) Differing Risk al. (2008) ‘Which arterial
Factor Profiles of Ischemic territory is involved?’ In Stroke
Stroke Subtypes Evidence for a Practical Management, 3rd ed.
Distinct Lacunar Arteriopathy?, Massachusets: Blackwell
Stroke J .41, pp.624-629 Publishing, pp.158-173.
Jauch, EC., Saver, JL., Adams, HP.
(2013) Guidelines for the Early
Management of Patients With
Acute Ischemic Stroke: A
Guideline for Healthcare
Professionals From the

Anda mungkin juga menyukai