Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TENTANG HIPOGLIKEMIA

Di susun oleh :
AYU JUNITA (1708)
BELA INDRIYANI (17009)
CHRISNA WAHYU RAMDHAN (17010)

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA WACANA METRO


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmad dan karunia-Nya kepada penyusun, sehinggga dengan
limpakan rahmad dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “HIPOGLIKEMIA”.
Makalah ini kami buat berdasarkan berbagaimacam sumber buku-buku
referensi, media elektronik, dan dari hasil pemikiran kami sendiri.
Kami mengharapkan agar para pembaca dapat mengetahui dan memahami
tentang HIPOGLIKEMIA.
Selama penyusunan makalah ini kami banyak mendapat masukan dan
bimbimgan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang selalu meberikan
dukungan kepada penulis baik bersifat moril maupun materiil.
2. Rekan-rekan yang sama-sama melakukan penyusunan dan penelitian
dalam makalah ini.
3. Serta pacar saya yang selalu mendukung saya dalam mengerjakan
tugas yang di berikan dari dosen.
4. Dan semua yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan
laporan ini.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun masih banyak kekurangannya


semoga yang membacanya dapat memberikan kritik ataupun saran untuk
memperbaiki makalah ini sehingga kedepannya lagi dapat lebih sempurna dalam
penyusunannya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pembacanya dan dapat


dijadikan acuan terhadap penyusunan makalah berikut-berikutnya.

Metro, 26 Agustus 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................I

DAFTAR ISI .............................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ...................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH ...............................................................................2
C. TUJUAN UMUM ..........................................................................................2
D. TUJUAN KHUSUS .......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA .........................................................................3


B. PENYEBAB HIPOGLIKEMIA ....................................................................3
C. TANDA DAN GEJALA ................................................................................5
D. PATOFISIOLOGIS HIPOGLIKEMIA .........................................................6
E. MENIFETASI KLINIS ..................................................................................7
F. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA .................................................8
G. KOMPLIKASI ...............................................................................................9
H. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA................9
I. ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA..........................................11

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ..............................................................................................14
B. KRITIK DAN SARAN ..................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Hipoglikemi adalah salah satu kegawatan yang mengancam bila


tidak segera teratasi, dimana terjadi akibat menurunnya kadar glukosa
darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemi dapat disebabkan oleh puasa,
khususnya puasa yang disertai olahraga, karena olahraga meningkatkan
pemakaian glukosa oleh sel-sel otot. Hipoglikemia lebih sering
disebabkan kelebihan dosis insulin pada pengidap diabetes dependent
insulin (IDDM).

Studi yang berlangsung dari tahun 1998-2002, melibatkan 1.465


partisipan dengan DM tipe 2 dan berusia rata-rata 65 tahun yang pernah
mengalami sekali atau lebih episode hipoglikemia, menunjukkan
sebanyak 17% menderita demensia, dibandingkan dengan 10,3% dari
mereka yang tidak ada riwayat hipoglikemia. Risiko terjadinya demensia
ada 26% pada kelompok pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia
berat sebanyak 1 kali, meningkat 15% pada pasien yang memiliki riwayat
hipoglikemia berat sebanyak 2 kali, dan menjadi 16% pada pasien yang
memiliki riwayat hipoglikemia 3 kali atau lebih. (Soemadji 2007, 1870).

Penyebab adanya Hipoglikemia adalah Dosis suntikan insulin


terlalu banyak. Lupa makan atau makan terlalu sedikit, Aktifitas terlalu
berat, Minum alkohol tanpa disertai makan, Menggunakan tipe insulin
yang salah pada malam hari, Penebalan di lokasi suntikan, Kesalahan
waktu pemberian obat dan makanan, Penyakit yang menyebabkan
gangguan penyerapan glukosa, Gangguan hormonal, Pemakaian aspirin
dosis tinggi, Riwayat hipoglikemia sebelumnya.

Penatalaksanaan hiperglikemi adalah Makanan kaya gula, Hal ini


merupakan pertolongan instan namun sementara untuk hipoglikemia,
meskipun hal ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan jangka
panjang. Tujuan dari makanan ini adalah untuk memberikan perawatan
hipoglikemia instan untuk mencegah seseorang agar tidak benar - benar
pingsan. Minuman seperti soda (bukan soda diet) dan makanan seperti
permen keras, jus buah manis, susu, madu dengan air hangat, dan gula
mentah (satu sendok teh) bisa diberikan untuk perawatan instan terhadap
hipoglikemia. Peningkatan bertahap dari gula darah akan muncul setelah

1
mengonsumsi makanan tersebut diatas, dan harus diikuti dengan
memakan makanan ringan. Solusi yang lain yaitu Tablet glukosa/solusi
glukosa lewat mulut, Pilihan perawatan hipoglikemia instan bisa dalam
bentuk solusi glukosa lewat mulut atau tablet yang bisa dibeli di toko
obat. Mereka yang terkena Hipoglikemia harus selalu membawa beberapa
pil ini kemanapun mereka pergi, terutama ketika bepergian jauh. Setiap
kali hipoglikemia terjadi, mereka bisa dengan udah meminum tabletnya
untul menjaga tingkat gula darah mereka tetap berada dalam tingkat
normal. Selain itu, tablet perawatan hipoglikemia yang dipersiapkan
secara komersil bisa bekerja dua kali lebih cepat untuk mengembalikan
tingkat gula darah ke tingkat normal dari pada mengonsumsi makanan.
Mengonsumsi makanan tidak secepat tablet glukosa karena tablet ini bisa
memberikan gula instan untuk hipoglikemia yang sudah parah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud hipoglikemia?
2. Apa penyebab hipoglikemia?
3. Apa saja tanda dan gejala hipoglikemia?
4. Bagaimana patofisiologi hipoglokemia ?
5. Bagaimana penatalaksanaan hipoglikemia?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hipoglikemia ?

C. TUJUAN UMUM
Untuk Mengetahui Konsep dan Asuhan Keperawatan Hipoglikemia.

D. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hipoglikemia.
2. Untuk Mengetahui Penyebab Hipoglikemia.
3. Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala Hipoglikemia.
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi Hipoglikemia.
5. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Hipoglikemia.
6. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Psien Hipoglikemia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA

Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan


dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi
karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik
dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan
gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar,
pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok
hipoglikemia).(Nabyl, 2009).

Otak memerlukan glukosa darah sebagai sumber energi utama. Oleh


sebab itu jika gula darah terlalu rendah maka organ pertama yang terkena
dampaknya adalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala akibat
perubahan aliran darah otak, konfusi, iritabilitas, kejang, dan koma.
hipoglikemia juga menyebabkan pengaktifan sistem saraf simpatis yang
menstimulasi rasa lapar, gelisah, berkeringat dan takikardia.(CORWIN :
541,2000)

B. PENYEBAB HIPOGLIKEMIA

Penyebab Hipoglikemia yaitu :

1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.


Penyutikan Insulin pada pasien diabetes uyang melebihi
dosis, seharusnya penderita diabetes militus melakukan
pengecekan gula dalam darah (gds) sebelum menyuntikan insulin
sehingga pasien mengetahui dosis yang akan digunakan.

2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.


Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin
dengan kerja lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat
sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang
dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang dikonsumsi
kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah
hipoglikemia.

3
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang
mirip dengan insulin. Pada saat berolahraga, tubuh akan
menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa
darah akan menurun. Maka dari itu, olahraga merupakan cara
terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa
menggunakan insulin.

4. Minum alkohol tanpa disertai makan.


Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga
kadar glukosa darah akan menurun.

5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.


Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan
untuk mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama
yang bekerja secara lambat. Jika salah mengkonsumsi obat
misalnya meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka
saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.

6. Penebalan di lokasi suntikan.


Dianjurkan bagi yang menggunakan suntikan insulin agar
merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat
dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan
penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan
insulin menjadi lambat.

7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.


Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu
yang dianjurkan. Penderita harus mengetahui dan mempelajari
dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga
kadar glukosa darah menjadi seimbang.

8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.


Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan
penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih
dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang
terlanjur beredar, ini akan menyebabkan kadar glukosa darah
menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.

4
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan
hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar
gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah
menjadi terganggu.

10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.


Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila
dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.

11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.


Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek
yang masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini
penderuta merasa sudah sehat akan tetapi belum menjamin tidak
akan mengalami hipoglikemia lagi.

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:

1. Fase pertama
Gejala - gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom
di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin.
Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor,
ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%).

2. Fase kedua
Gejala - gejala yang terjadi akibat mulai
terjadinya gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing,
pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya
ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang-
kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).

Adapun gejala- gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai


berikut:

1. Perubahan tingkah laku.


2. Serangan sinkop yang mendadak.
3. Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi.
4. Keringat berlebihan waktu tidur malam.
5. Bangun malam untuk makan,
6. Hemiplegi/ afasia sepintas.

5
D. PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama


bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat
jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari
penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa
menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat
tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam
jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam
system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah
menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan
kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula
darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian
besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

6
E. MANIFESTASI KLINIK

Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah


sehingga menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula
darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi
antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar
gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal
dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari
cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan
kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung
berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat
menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing,
bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak
mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.
Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak
yang permanen.
Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak
bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering
terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral.
Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada
pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah
habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya
hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama
serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi
pusat autonom di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone
epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat,
tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.)
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai
terjadinya gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing,
pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya
ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang-
kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).

7
Adapun gejala- gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara
lain :

Adrenergik Neuroglikopenia
Pucat Bingung
Keringat dingin Bicara tidak jelas
Takikardi Perubahan sikap perilaku
Gemetar Lemah
Lapar Disorientasi
Cemas Penurunan kesadaran
Gelisah Kejang
Sakit kepala
Mengantuk

F. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA

1. Pengobatan Hipoglikemia.

a. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan
pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10 - 20 gram glukosa oral
harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau
150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah
segar dan non diet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan
karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila
belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan
tambahan 10-20 gram karbohidrat kompleks. Bila pasien
mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat,
pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat
mukosa rongga hidung dapat dicoba.

b. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya
akan tampak dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat
di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan
biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15
menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian

8
glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram
(4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram
karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit
untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg
glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan
kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi
insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan
puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol,
pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon
tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.

c. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus diberikan dengan berhati-hati.
Pemberian glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10-
25 cc setiap 10-20 menit sampai pasien sadar disertai infuse
dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi dari pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu


dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga
dapat mengakibatkan kerusakan otak akut, hipoglikemia berkepanjangan
parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang
sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia
berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku
dan pola bicara abnormal (jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011)
hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak
yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai
kematian.

H. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA

Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah


penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa)
maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering
mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu
membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan
sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan,
sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung
karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika
hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk
memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa

9
intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang
memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu
membawa glukagon.

Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas,


yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan
karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan
biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor
penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum
pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh
tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering
mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia
dengan sering makan dalam porsi kecil.

I. ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMI

Data dasar yang perlu dikaji adalah :

1. Anamnesa
Biodata pasien

2. Keluhan utama :
Pasien merasakan nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk di kepala
denagn skala 5 pada saat beraktivitas,kejang, kegelisahan, berkeringat,
serta pasien merasakan lapar terus menerus.

3. Keadaan umum
Pasien biasanya tampak pucat,lemas, gelisah, dan kesadaran menurun.
Ini disebabkan karena glukosa dalam darah kurang dari kebutuhan
sehingga membuat pasien mengalami kekurangan energi.
4. Pemeriksaan fisik
 B1 : Breathing (Respiratory System) ada Sesak nafas,
takipnea.
 B2 : Blood (Cardiovascular system) misalnya takikardi,
penurunan TD, aritmia jantung.
 B3 : Brain (Nervous system) gangguan sistem syaraf pusat,
terjadi peningkatan sistem syaraf simpatis.
 B4 : Bladder (Genitourinary system) ada penurunan
frekuensi / jumlah urine.
 B5 : Bowel (Gastrointestinal System) ada Anorexia, muntah,
mual, kekurangan nutrisi.

10
 B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument) ada kelemahan dan
nyeri pada daerah ekstremitas.

5. Pemeriksaan penunjang
 Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi
glukosa postprandial oral 5 jam menunjukkan glukosa serum
<50 mg/dl setelah 5 jam.
 Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen
urin dua kali negatif terhadap glukosa.
 EKG: Takikardia.

6. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai
dengan aliran darah ke otak menurun dan nyeri dirasakan
sepditusuk-tusuk di kepala dengan skala 5 pada saat beraktivitas.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Menyeluruh

7. NOC Dan NIC

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai


dengan aliran darah ke otak menurun dan nyeri dirasakan
sepditusuk-tusuk di kepala dengan skala 5 pada saat beraktivitas.

 Noc : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam


dapat mengontrol nyeri.
KH :
- Mengenali faktor penyebab
- Mengenali lamanya sakit
- Menggunakan metode pencegahan
- Penggunaan analgetik sesuiai kebutuhan

 Nic :
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Tingkatkan istirahat
- Tingkatkan keefektifan kontrol nyeri

11
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.

 Noc : fluid balance


- Mampu mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan
berat badan
- Hematokrit dibatas normal
Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal

 Noc : status hidrasi


- Tidak ada tabda-tanda dehidrasi
- Elastisitas turgor kulit baik
- Membran mukosa lembab
- Tak ada rasa haus yang berlebihan

 NIC : monitor tanda-tanda vital


- Monitor status hidrasi
- Kolaborasi pemberian cairan infus intravena
- Motivasi pasien minum air putih banyak

c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Menyeluruh.

 NOC :
1. Fatigue Level
Kriteria hasil:
 Klien tidak megalami kelelahan
 Terjadi peningkatan kualitas istirahat
 Peningkatan kualitas tidur
 Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
2. Activity Tolerance
Kriteria hasil:
 Frekuensi nadi saat beraktivitas dalam rentang
normal (60-100 x/menit)
 RR saat beraktivitas dalam rentang normal (12-20
x/menit).
 Mudah bernapas saat beraktivitas
 Tekanan systolik saat beraktivitas dalam rentang
normal (120-140 mmHg)
 Tekanan diastolic saat beraktivitas dalam rentang
normal (80-90 mmHg)
 Mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari

12
 NIC :
1. AKTIVITAS TERAPI
 Berkolaborasi dengan terapis kegiatan, fisik, dan /
atau rekreasi dalam perencanaan dan monitoring
program aktivitas, yang sesuai.
 Tentukan komitmen pasien untuk peningkatan
frekuensi dan / atau berbagai aktivitas.
 Membantu untuk mengeksplorasi makna pribadi
aktivitas biasa (misalnya, bekerja) dan / atau
aktivitas rekreasi favorit.
 Membantu untuk memilih aktivitas sesuai dengan
fisik, capabiliti psikologi, dan sosial.
 Membantu untuk fokus pada apa yang dapat pasien
lakukan, bukan pada ketidakmampuan.
 Membantu untuk mengidentifikasi dan memperoleh
sumber daya yang dibutuhkan untuk aktivitas yang
diinginkan

2. Manajemen Energi
 Tentukan keterbatasan fisik pasien
 Tentukan pasien/ yang lainnya yang signifikan
penyebab persepsi kelelahan
 Mendorong verbalisasi perasaan tentang
keterbatasan
 Menentukan penyebab kelelahan (misalnya,
perawatan, nyeri, dan obat-obatan)
 Tentukan apa dan berapa banyak aktivitas yang
dibutuhkan untuk membangun ketahanan
 Memantau asupan nutrisi untuk memastikan
sumber energi yang memadai
 Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara-cara
untuk meningkatkan asupan makanan berenergi
tinggi
 Memantau pasien untuk bukti dari kelelahan fisik
dan emosional yang berlebihan
 Memantau respons kardiorespirasi terhadap
aktivitas (misalnya, takikardia, dysrhytmias
lainnya, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan
hemodinamik, tingkat pernapasan).
 Pola tidur. Monitor / catatan pasien dan jumlah jam
tidur

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah Hipoglikemia adalah


salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari
menurunnya kadar gula darah <60mg/dl. Tanda dan Gejala hipoglikemia
terdiri dari fase 1. Gejala-Gejala akibat aktivitas pusat atau autonom di
hipotalamus sehingga hormon efineprin di lepaskan. Gejala awal ini
merupakan peringatan karenan saat itu pasien masih sadar sehingga di
ambil tindakan yang perlu untuk mengatsi hipoglikemia lanjut. Fase II,
Gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi Otak, karena
itu dinamakan gejala neurologis.

B. Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan Keperawatan dalam keadaan
darurat secara cepat dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/
protokol yang dapat digunakan setiap hari. Diharapkan kepada pembaca
sekalian dapat menjadikan makalah “asuhan keperawtan hipoglikemia”
sebagai salah satu acuan yang bermanfaat, walaupun masih penuh dengan
keterbatasab dan kekurangan yang sangat perlu kritik dan saran dari
pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Herdman,T.Heather(2012).Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Corwin,Elizabeth j (2000).Buku Saku Patofisisologi Jakarta : EGC

Sriyanti.2013.Askep Hipoglikemi.Retrieved from


http://chelyriyanti.blogspot.com/2013/08/askep-hipoglikemia21.html

Somantri.2014.Asuhan keperawatan pada klien dengan hipoglikemia.

Retrieved from http://rianisomantri.blogspot.com/2014/02/asuhan-keperawatan-


pada-klien-dengan12.html

Anda mungkin juga menyukai