TENTANG HIPOGLIKEMIA
Di susun oleh :
AYU JUNITA (1708)
BELA INDRIYANI (17009)
CHRISNA WAHYU RAMDHAN (17010)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN ..............................................................................................14
B. KRITIK DAN SARAN ..................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
mengonsumsi makanan tersebut diatas, dan harus diikuti dengan
memakan makanan ringan. Solusi yang lain yaitu Tablet glukosa/solusi
glukosa lewat mulut, Pilihan perawatan hipoglikemia instan bisa dalam
bentuk solusi glukosa lewat mulut atau tablet yang bisa dibeli di toko
obat. Mereka yang terkena Hipoglikemia harus selalu membawa beberapa
pil ini kemanapun mereka pergi, terutama ketika bepergian jauh. Setiap
kali hipoglikemia terjadi, mereka bisa dengan udah meminum tabletnya
untul menjaga tingkat gula darah mereka tetap berada dalam tingkat
normal. Selain itu, tablet perawatan hipoglikemia yang dipersiapkan
secara komersil bisa bekerja dua kali lebih cepat untuk mengembalikan
tingkat gula darah ke tingkat normal dari pada mengonsumsi makanan.
Mengonsumsi makanan tidak secepat tablet glukosa karena tablet ini bisa
memberikan gula instan untuk hipoglikemia yang sudah parah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud hipoglikemia?
2. Apa penyebab hipoglikemia?
3. Apa saja tanda dan gejala hipoglikemia?
4. Bagaimana patofisiologi hipoglokemia ?
5. Bagaimana penatalaksanaan hipoglikemia?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hipoglikemia ?
C. TUJUAN UMUM
Untuk Mengetahui Konsep dan Asuhan Keperawatan Hipoglikemia.
D. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hipoglikemia.
2. Untuk Mengetahui Penyebab Hipoglikemia.
3. Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala Hipoglikemia.
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi Hipoglikemia.
5. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Hipoglikemia.
6. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Psien Hipoglikemia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
B. PENYEBAB HIPOGLIKEMIA
3
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang
mirip dengan insulin. Pada saat berolahraga, tubuh akan
menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa
darah akan menurun. Maka dari itu, olahraga merupakan cara
terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa
menggunakan insulin.
4
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan
hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar
gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah
menjadi terganggu.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama
Gejala - gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom
di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin.
Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor,
ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%).
2. Fase kedua
Gejala - gejala yang terjadi akibat mulai
terjadinya gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing,
pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya
ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang-
kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).
5
D. PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah
menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan
kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula
darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian
besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
6
E. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi
pusat autonom di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone
epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat,
tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.)
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai
terjadinya gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing,
pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya
ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang-
kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).
7
Adapun gejala- gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara
lain :
Adrenergik Neuroglikopenia
Pucat Bingung
Keringat dingin Bicara tidak jelas
Takikardi Perubahan sikap perilaku
Gemetar Lemah
Lapar Disorientasi
Cemas Penurunan kesadaran
Gelisah Kejang
Sakit kepala
Mengantuk
F. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
1. Pengobatan Hipoglikemia.
a. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan
pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10 - 20 gram glukosa oral
harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau
150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah
segar dan non diet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan
karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila
belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan
tambahan 10-20 gram karbohidrat kompleks. Bila pasien
mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat,
pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat
mukosa rongga hidung dapat dicoba.
b. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya
akan tampak dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat
di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan
biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15
menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian
8
glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram
(4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram
karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit
untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg
glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan
kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi
insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan
puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol,
pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon
tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.
c. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus diberikan dengan berhati-hati.
Pemberian glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10-
25 cc setiap 10-20 menit sampai pasien sadar disertai infuse
dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
G. KOMPLIKASI
9
intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang
memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu
membawa glukagon.
1. Anamnesa
Biodata pasien
2. Keluhan utama :
Pasien merasakan nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk di kepala
denagn skala 5 pada saat beraktivitas,kejang, kegelisahan, berkeringat,
serta pasien merasakan lapar terus menerus.
3. Keadaan umum
Pasien biasanya tampak pucat,lemas, gelisah, dan kesadaran menurun.
Ini disebabkan karena glukosa dalam darah kurang dari kebutuhan
sehingga membuat pasien mengalami kekurangan energi.
4. Pemeriksaan fisik
B1 : Breathing (Respiratory System) ada Sesak nafas,
takipnea.
B2 : Blood (Cardiovascular system) misalnya takikardi,
penurunan TD, aritmia jantung.
B3 : Brain (Nervous system) gangguan sistem syaraf pusat,
terjadi peningkatan sistem syaraf simpatis.
B4 : Bladder (Genitourinary system) ada penurunan
frekuensi / jumlah urine.
B5 : Bowel (Gastrointestinal System) ada Anorexia, muntah,
mual, kekurangan nutrisi.
10
B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument) ada kelemahan dan
nyeri pada daerah ekstremitas.
5. Pemeriksaan penunjang
Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi
glukosa postprandial oral 5 jam menunjukkan glukosa serum
<50 mg/dl setelah 5 jam.
Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen
urin dua kali negatif terhadap glukosa.
EKG: Takikardia.
6. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai
dengan aliran darah ke otak menurun dan nyeri dirasakan
sepditusuk-tusuk di kepala dengan skala 5 pada saat beraktivitas.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Menyeluruh
Nic :
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Tingkatkan istirahat
- Tingkatkan keefektifan kontrol nyeri
11
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
NOC :
1. Fatigue Level
Kriteria hasil:
Klien tidak megalami kelelahan
Terjadi peningkatan kualitas istirahat
Peningkatan kualitas tidur
Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
2. Activity Tolerance
Kriteria hasil:
Frekuensi nadi saat beraktivitas dalam rentang
normal (60-100 x/menit)
RR saat beraktivitas dalam rentang normal (12-20
x/menit).
Mudah bernapas saat beraktivitas
Tekanan systolik saat beraktivitas dalam rentang
normal (120-140 mmHg)
Tekanan diastolic saat beraktivitas dalam rentang
normal (80-90 mmHg)
Mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari
12
NIC :
1. AKTIVITAS TERAPI
Berkolaborasi dengan terapis kegiatan, fisik, dan /
atau rekreasi dalam perencanaan dan monitoring
program aktivitas, yang sesuai.
Tentukan komitmen pasien untuk peningkatan
frekuensi dan / atau berbagai aktivitas.
Membantu untuk mengeksplorasi makna pribadi
aktivitas biasa (misalnya, bekerja) dan / atau
aktivitas rekreasi favorit.
Membantu untuk memilih aktivitas sesuai dengan
fisik, capabiliti psikologi, dan sosial.
Membantu untuk fokus pada apa yang dapat pasien
lakukan, bukan pada ketidakmampuan.
Membantu untuk mengidentifikasi dan memperoleh
sumber daya yang dibutuhkan untuk aktivitas yang
diinginkan
2. Manajemen Energi
Tentukan keterbatasan fisik pasien
Tentukan pasien/ yang lainnya yang signifikan
penyebab persepsi kelelahan
Mendorong verbalisasi perasaan tentang
keterbatasan
Menentukan penyebab kelelahan (misalnya,
perawatan, nyeri, dan obat-obatan)
Tentukan apa dan berapa banyak aktivitas yang
dibutuhkan untuk membangun ketahanan
Memantau asupan nutrisi untuk memastikan
sumber energi yang memadai
Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara-cara
untuk meningkatkan asupan makanan berenergi
tinggi
Memantau pasien untuk bukti dari kelelahan fisik
dan emosional yang berlebihan
Memantau respons kardiorespirasi terhadap
aktivitas (misalnya, takikardia, dysrhytmias
lainnya, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan
hemodinamik, tingkat pernapasan).
Pola tidur. Monitor / catatan pasien dan jumlah jam
tidur
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan Keperawatan dalam keadaan
darurat secara cepat dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/
protokol yang dapat digunakan setiap hari. Diharapkan kepada pembaca
sekalian dapat menjadikan makalah “asuhan keperawtan hipoglikemia”
sebagai salah satu acuan yang bermanfaat, walaupun masih penuh dengan
keterbatasab dan kekurangan yang sangat perlu kritik dan saran dari
pembaca.
14
DAFTAR PUSTAKA