Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
1. Goentor Priambodo Joeang 030.11.116
2. Ira Nurul Afina 030.10.135
3. Andi Nita Apriliana 030.12.017
4. Topan Goesdar 030.11.288
Pembimbing :
dr. Satria Nugraha W, Sp.THT.KL
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan nikmat islam,
iman, dan ikhsan sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan baik. Shalawat serta
salam kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman
yang terang benderang ini.
Pertama-tama kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dokter-dokter
konsulen THT yang telah mengajarkan kami, terutama kepada dr. Satria Nugraha W, Sp.THT.KL
sebagai pembimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan. Kritik dan saran yang bangun
sangat kami harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan referat ini yang diharapkan dapat
bermanfaat di masa yang akan datang.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan kasus “GANGGUAN
PENDENGARAN PADA GERIATRI” dapat bermanfaat umumnya bagi khalayak dan khususnya
bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bekasi. Terima kasih banyak atas perhatiannya.
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan pendengaran atau tuli bukan saja merupakan masalah kesehatan perorangan
seringkali menimbulkan masalah sosial mengingat erat kaitannya tuli dengan tanda-tanda
penuaan, rasa malu dan berkurangnya kualitas hidup seseorang. Berbeda dengan menurunnya
penglihatan yang dapat diatasi dengan kacamata, yang dengan mudah dapat diterima masyarakat,
masih menjadi stigma di masyarakat sehingga sering menyebabkan tekanan psikologis bagi
jenis kelamin dan usia. Namun kebanyakan kasus ditemukan pada usia 30-60 tahun. Biasanya
dan berkomunikasi secara utuh, anak akan mengalami gangguan dalam perkembangan psikologi
bagi orang dewasa, ketulian sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang sehingga sulit
bekerja, berkomunikasi, dan bersosialisasi yang dapat menimbulkan masalah sosial. Karenanya
penting untuk mengenal, mendiagnosis secara dini dan menangani secara tepat penderita
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga luar sendiri terbagi atas daun telinga (pinna), liang telinga dan bagian
lateral dari membran timpani. Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta
ditutupi oleh kulit. Ke arah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong
menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga lainnya (liang telinga) dibentuk oleh
tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat dan berhubungan dengan membran timpani.
Bentuk daun telinga dengan berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga
yang lurus dengan panjang sekitar 2,5 cm, menyebabkan terjadinya resonansi bunyi
sebesar 3500 Hz.4 Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan
rawan liang telinga merupakan salah satu patokan pembedahan untuk mencari saraf
umumnya berbentuk bulat. Membran timpani tersusun dari lapisan epidermis di bagian
luar, lapisan fibrosa di bagian tengah sebagai tempat melekatnya tangkai maleus, dan
lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat di atas prosesus lateralis
maleus dan ini menyebabkan bagian membran timpani yang disebut membran
Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah
terbagi atas tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas dari batas
atas membran timpani, mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak medial dari
membran timpani dan hipotimpanum terletak kaudal dari membran timpani. Organ
Dinding superior dari telinga tengah berbatasan dengan lantai fossa cranii
media. Bagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan di
bawahnya terdapat saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan
tendonnya menembus melalui suatu piramida tulang menuju leher stapes. Saraf korda
timpani timbul dari saraf kranialis di bawah stapedius dan berjalan ke arah lateral
menuju inkus dan keluar dari telinga tengah lewat sutura petrotimpanika. Korda timpani
ke ganglion submandibularis dan serabut pengecap dari dua pertiga anterior lidah. Dasar
telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang pada sebelah superolateral menjadi
sinus sigmoidea dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus. Keduanya adalah aliran
Fungsi dari telinga tengah akan meneruskan energi akustik yang berasal dari
telinga luar kedalam koklea yang berisi cairan. Sebelum memasuki koklea bunyi akan
diamplifikasi melalui perbedaan ukuran membran timpani dan tingkap lonjong, daya
ungkit tulang pendengaran dan bentuk spesifik dari membran timpani. Meskipun bunyi
yang diteruskan ke dalam koklea mengalami amplifikasi yang cukup besar, namun
efisiensi energi dan kemurnian bunyi tidak mengalami distorsi walaupun intensitas
Aktifitas dari otot stapedius disebut juga refleks stapedius pada manusia akan
muncul pada intensitas bunyi diatas 80 dB (SPL) dalam bentuk refleks bilateral dengan
sisi homolateral lebih kuat. Refleks otot ini berfungsi melindungi koklea, efektif pada
frekuensi kurang dari 2 khz dengan masa latensi 10 mdet dengan daya redam 5-10 dB.
Dengan demikian dapat dikatakan telinga mempunyai filter terhadap bunyi tertentu,
Bagian lateral tuba eustachius bersifat pertulangan, sementara dua pertiga bagian medial
bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas bagian bertulang
dan kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya. Tuba eustachius dapat dibuka
melalui kontraksi otot levator palatinum dan tensor palatinum yang masing – masing
dipersarafi pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustachius berfungsi untuk
Telinga dalam terdiri dari organ keseimbangan dan organ pendengaran. Telinga
dalam terletak di pars petrosus os temporalis dan disebut labirin, karena bentuknya
kompleks. Telinga dalam pada waktu lahir bentuknya sudah sempurna dan hanya
terdiri dari dua bagian yaitu labirin tulang dan labirin membran. Labirin tulang
merupakan susunan ruangan yang terdapat dalam pars petrosa os temporalis (ruang
perilimfatik) dan merupakan salah satu tulang terkeras. Labirin tulang terdiri dari
vestibulum, kanalis semisirkularis dan kohlea. Labirin membran diisi oleh endolimfe,
satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium.
Labirin membran dikelilingi oleh cairan perilimfe yang tinggi natrium dan rendah
ukuran panjang 5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm. Bagian vestibulum telinga dalam
dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis semisirkularis. Utrikulus dan sakulus
mengandung makula yang diliputi oleh sel rambut. Sel rambut ini ditutupi oleh lapisan
gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolith yang
mengandung kalsium, dengan berat jenis lebih besar daripada endolimfe. Karena
pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolith akan membengkokkan silia sel rambut dan
akustikus internus dan ditembus oleh saraf. Pada dinding medial terdapat dua cekungan
yaitu spherical recess untuk sakulus dan eliptical recess untuk utrikulus. Di bawah
eliptical recess terdapat lubang kecil akuaduktus vestibularis yang menyalurkan duktus
Di belakang spherical recess terdapat alur yang disebut vestibular crest. Pada
ujung bawah alur ini terpisah untuk mencakup recessus cochlearis yang membawa
serabut saraf koklea ke basis koklea. Serabut saraf untuk utrikulus, kanalis
semisirkularis superior dan lateral menembus dinding tulang pada daerah yang
Ada tiga buah semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior, posterior dan
lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum. Bentuknya seperti dua pertiga
lingkaran dengan panjang yang tidak sama tetapi dengan diameter yang hampir sama
sekitar 0,8mm. Pada salah satu ujungnya masing – masing kanalis ini melebar disebut
dekat lantai vestibulum. Ujung kanalis superior dan inferior yang tidak mempunyai
ampula bertemu dan bersatu membentuk crus communis yang masuk vestibulum pada
dinding posterior bagian tengah. Ujung kanalis lateralis yang tidak memiliki ampula
masuk vestibulum sedikit dibawah crus communis. Kanalis lateralis kedua telinga
terletak pada bidang yang hampir sama yaitu bidang miring ke bawah dan belakang
dengan sudut 30o terhadap bidang horizontal bila orang berdiri. Kanalis lainnya letaknya
tegak lurus terhadap kanal ini, sehingga kanalis superior sisi telinga kiri letaknya hampir
sejajar dengan posterior telinga kanan demikian pula dengan kanalis posterior telinga
Koklea membentuk tabung ulir yang dilindungi oleh tulang dengan panjang
sekitar 35mm dan terbagi atas skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Koklea
melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu –setengah putaran. Skala timpani
dan skala vestibuli berisi cairan perilimfe dengan konsentrasi K + 4 mEq/l dan Na+ 139
mEq/l. Perilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat setelah
ujung buntu yang dikenal dengan helikotrema. Skala media berada dibagian tengah,
dibatasi oleh membran reissner, membran basilaris, lamina spiralis dan dinding lateral,
berisi cairan endolimfe dengan konsentrasi K+ 144 mEq/l dan Na+ 13 mEq/l. Membran
basilaris sempit pada basis (nada tinggi) dan melebar pada apeks (nada rendah).
basal dan melebar sampai 0,5 mm di bagian apeks, berbentuk seperti spiral. Beberapa
komponen penting pada organ corti adalah sel rambut dalam, sel rambut luar, sel
penunjang Deiters, Hensens, Claudius, membran tektoria dan lamina retikularis. Sel
rambut tersusun dalam 4 baris, yang terdiri dari 3 baris sel rambut luar yang terletak
lateral terhadap terowongan yang terbentuk oleh pilar – pilar Corti, dan sebaris sel
rambut dalam yang terletak di medial terhadap terowongan. Sel rambut dalam yang
berjumlah sekitar 3.500 (satu baris sel rambut dalam) dan sel rambut luar dengan jumlah
12.000 (tiga baris sel rambut luar) berperan dalam merubah hantaran bunyi dalam
anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A. Vertebralis. Arteri ini masuk ke
meatus akustikus internus dan terpisah menjadi A. Vestibularis anterior dan A. Kohlearis
terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan cabang koklear. Cabang vestibular
memperdarahi sakulus, sebagian besar kanalis semisirkularis dan ujung basal kohlea.
Cabang koklear memperdarahi ganglion spiralis, lamina spiralis ossea, limbus dan
internus dan didalam koklea mengitari modiolus. Vena dialirkan ke V. Labirin yang
diteruskan ke sinus petrosus inferior atau sinus sigmoideus. Vena – vena kecil melewati
vestibular, didalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral akar N. Fasialis
dan masuk batang otak antara pons dan medula. Sel –sel sensoris vestibularis dipersarafi
oleh N. Kohlearis dengan ganglion vestibularis (scarpa) terletak didasar dari meatus
membran tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga struktur penting
tersebut sangat berperan dalam proses mendengar. Pada bagian apikal sel rambut sangat
kaku dan terdapat penahan yang kuat antara satu bundel dengan bundel lainnya,
sehingga bila mendapat stimulus akustik akan terjadi gerakan yang kaku secara
bersamaan. Pada bagian puncak stereosilia terdapat rantai pengikat yang
menghubungkan stereosilia yang tinggi dengan stereosilia yang lebih rendah, sehingga
pada saat terjadi defleksi gabungan stereosilia akan mendorong gabungan – gabungan
yang lain, sehingga akan menimbulkan regangan pada rantai yang menghubungkan
stereosilia tersebut. Keadaan tersebut akan mengakibatkan terbukanya kanal ion pada
membran sel, maka terjadilah depolarisasi. Gerakan yang berlawanan arah akan
mengakibatkan regangan pada rantai tersebut berkurang dan kanal ion akan menutup.
Terdapat perbedaan potensial antara intra sel, perilimfe dan endolimfe yang
pembangkit pembesaran gelombang energi akustik dan sepenuhnya diproduksi oleh sel
rambut luar. Pola pergeseran membran basilaris membentuk gelombang berjalan dengan
amplitudo maksimum yang berbeda sesuai dengan besar frekuensi stimulus yang
diterima. Gerak gelombang membran basilaris yang timbul oleh bunyi berfrekuensi
tinggi (10 kHz) mempunyai pergeseran maksimum pada bagian basal koklea, sedangkan
arah apeks. Gelombang yang timbul oleh bunyi berfrekuensi sangat tinggi tidak dapat
mencapai bagian apeks, sedangkan bunyi berfrekuensi sangat rendah dapat melalui
bagian basal maupun bagian apeks membran basilaris. Sel rambut luar dapat
gerakan membran basilaris pada frekuensi tertentu. Keadaan ini disebut sebagai
cochlear amplifier.
Skema proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
telinga luar, lalu menggetarkan membran timpani dan diteruskan ketelinga tengah
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran
timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasikan akan diteruskan
menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini
merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel – sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari
badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
pendengaran.
vestibularis yang memberikan informasi penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk
koordinasi gerakan – gerakan mata dan posisi tubuh. Aparatus vestibularis terletak di
dalam tulang temporalis di dekat koklea – kanalis semisirkularis dan organ otolith yaitu
sakulus dan utrikulus. Kanalis semisirkularis terdiri dari tiga saluran semisirkuler yang
tersusun dari tiga dimensi bidang yang tegak lurus satu sama lain di dekat koklea jauh di
bertulang antara koklea dan kanalis semi sirkularis. Ini mempunyai fungsi sebagai
mendeteksi perubahan kepala menjauhi sumbu vertikal dan mengerahkan akselerasi dan
mempunyai fungsi mendeteksi perubahan posisi kepala menjauhi sumbu horizontal dan
Telinga dalam tersusun dari dua labirin. Labirin tulang terdiri dari serial
ruangan dalam bagian petrosa dari tulang temporal yang melingkupi labirin
membranosa. Labirin membranosa adalah kavitas dari ektoderm yang dilapisi epitel
secara kontinu. Labirin membranosa berasal dari vesikel auditori yang berkembang di
bagian lateral kepala embrio. Selama perkembangan embrionik, vesikel ini mengalami
invaginasi ke jaringan ikat sekitar, kehilangan kontak dengan Ectoderm sefalik dan
masuk ke dalam rudimenter yang akan berkembang menjadi tulang temporal. Selama
proses ini terjadi perkembangan kompleks hingga terbentuk utrikulus dan sakulus.
Duktus semisurkularis berasal dari utrikulus dan duktus koklearis berasal dari sakulus.
Pada setiap area ini, lapisan epitel menjadi terspesialisasi untuk membentuk struktur
sensoris seperti makula utrikulus dan sakulus, krista dari duktus semisirkularis, dan
Labirin tulang memiliki kavitas ireguler dan vestibulum meliputi sakulus dan
utrikulus. Di belakang struktur tersebut terdapat tiga kanalis semisirkularis yang terdiri
dari duktus – duktus semisirkularis. Koklea yang berada pada posisi anterolateral terdiri
dari duktus koklearis. Koklea memiliki panjang total 35 mm dan membentuk dua
setengah putaran inti tulang yang disebut modiolus. Modiolus memiliki ruangan berisi
pembuluh darah dan badan sel serta prosesus cabang akustik dari nervus kranial ke – 8
(ganglion spiralis). Lamina spiralis oseosa berada lateral dari modiolus. Struktur ini
membentang melewati koklea lebih jauh pada region basal. Labirin tulang berisi
perilimf dengan komposisi ion serupa dengan cairan ekstraselular namun dengan protein
yang sangat rendah. Labirin membranosa berisi endolimfe dengan karakteristik kadar
sodium dan protein yang rendah serta potasium yang tinggi. Duktus koklearis, suatu
divertikulum dari sakulus sangat terspesialisasi sebagai reseptor suara dan dikelilingi
oleh ruang perilimfatik. Panjang dari duktus koklearis kurang lebih 35 mm. Koklea
(labirin tulang) dibagi menjadi 3 ruangan yaitu skala vestibuli di bagian atas, skala
media (duktus koklearis) di bagian tengah, dan skala timpani. Duktus koklearis yang
berisi endolimfe berakhir pada apeks koklea. Skala vestibuli dan timpani mengandung
perilimfe dan merupakan suatu tuba yang panjang yang dimulai dari jendela oval dan
berakhir pada tingkap bundar. Terdapat komunikasi antara kedua skala pada apeks
Duktus koklearis terdiri dari membran vestibuli (Reissner’s) yang disusun dari
dua lapis epitel skuamosa (salah satunya berasal dari skala media dan lainnya dari skala
vestibuli). Sel – sel dari kedua lapisan ini dihubungkan oleh tight junction yang
membantu mempertahankan gradien ionik yang sangat tinggi melewati membran ini.
koklearis. Stria mengandung sel – sel yang memiliki banyak lipatan ke dalam pada
menandakan bahwa sel – sel bertindak sebagai transport ion dan air. Sel – sel ini
diyakini berperan dalam komposisi ionik dari endolimfe. Struktur dari telinga dalam
memngandung reseptor auditori khusus yang dinamakan organ korti. Organ korti
mengandung sel – sel rambut yang memberi respon terhadap frekuensi suara yang
berbeda. Sel – sel rambut terletak pada lapisan tebal yang disebut membran basilar. Sel
rambut dibagi menjadi dua tipe yaitu sel rambut luar dan sel rambut dalam dan terdapat
juga sel penyokong. Karakteristik dari sel rambut ialah adanya stereosilia berbentuk W
pada sel rambut luar dan berbentuk linear pada sel rambut dalam. Tidak adanya
kinosilium memberikan kesimetrisan pada sel rambut yang penting untuk proses
transduksi sensoris. Ujung dari stereosilia tertinggi pada sel rambut luar terkumpul
dalam membran tektorial. Sel – sel pilar yang merupakan sel penyokong mengandung
banyak mikrotubulus yang menyebabkan kekakuan dari sel penyokong. Sel – sel pilar
mengisi ruang antara sel rambut luar dan dalam (terowongan dalam). Struktur ini
penting untuk transduksi suara. Sel rambut luar maupun dalam memiliki ujung saraf
aferen dan eferen. Meskipun sel rambut dalam memiliki inervasi aferen yang lebih
banyak, fungsi dari hal ini tidak diketahui. Badan sel dari neuron aferen bipolar terletak
1. Faktor Genetik
atau merpakan suatu malformasi pada satu atau beberapa organ telinga (contoh :
stenosis atau atresia kanal telinga eksternal sering dihubungkan dengan
2. Faktor Didapat
Infeksi
Rubela konginetal, Cytomegalovirus, Toksoplasmosis, virus herpes
2.5. PATOFISIOLOGI
Terjadi perubahan struktur koklea dari nervus akustik, berupa atrofi dan
degenrasi sel-sel rambut penunjang pada organ corti, disertai perubahan vaskular pada
stria vaskularis. Jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf juga bekurang. Dengan
makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel
saraf yang dimulai pada usia pertengahan. juga dilaporkan bahwa keadaan yang sama
terjadi pula pada serabut aferen dan eferen sel sensorik dari koklea. Terjadi pula
perubahan pada sel ganglion siralis di basal koklea. Di samping itu juga terdapat
berbagai penurunan yang terjadi pada organ pendengaran, pasokan darah dari reseptor
neurosensorik mungkin mengalami gangguan, sehingga baik jalur auditorik dan lobus
temporalis otak sering terganggu akibat lanjutnya usia. Dari penjelasan diatas terlihat
bahwa gangguan pendengaran pada usia lanjut dapat disebabkan oleh berbagai sebab, di
samping kenyataan bahwa jenis kelainan pendengran itu sendiri yang bisa berbagai
jenis. Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan N.VIII. Pada
koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang
pada organ corti. Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskular juga terjadi pada
strain vaskularis. Selain itu terdapat pula perubahan berupa berkurangnya jumlah dan
ukuran sel-sel ganglion dan saraf. Hal yang sama terjadi juga pada myelin akson saraf.
pendengaran dari rambut sel koklea ke korteks auditori di korteks pendengaran pada
lobus temporal di otak. Perubahan histologis ini kira-kira berhubungan dengan gejala
dari pendengaran.1
2.6. KALSIFIKASI
jumlah sel-sel rambut berkurang. Pada gambaran histologi, terdapat atrofi yang terbatas
hanya beberapa milimeter pada membrana basalis dan terdapat akumulasi pigmen
lipofuscin yang merupakan pigmen penuaan. Proses ini berjalan perlahan tapi progresif
Beberapa teori mengatakan perubahan pada tipe sensori terjadi akibat akumulasi
dari granul pigmen lipofusin. Ciri khas dari tipe sensory presbyacusis ini adalah terjadi
konfigurasi menurut Schuknecght, jenis sensori adalah tipe noise inducec hearing loss
auditorik pada kokhlea. Menurut Schuknecht, 2100 neuron hilang setiap dekade (dari
total 35.000). Hal ini dimulai sejal awal kehidupan dan mungkin peran genetik yang
berpengaruh. Pengaruh tidak terlihat sampai usia tua karena rata-rata nada murni tidak
terpengaruh sampai 90% dari neuron hilang. Atrofi terjadi sepanjang koklea, dengan
hanya sedikit wilayah basilar yang terpengaruhi dari seluruh membrana basilaris di
koklea. Oleh karena itu, tidak terdapat penurunan terjal di batas frekuensi tinggi seperti
presbikusis tipe sensorik dan hanya terdapat penurunan sedang di frekuensi tinggi. Pada
presbikusis neural, terjadi pula kehilangan neuron secara umum yang berupa perubahan
SSP yang difus dan berhubungan dengan defisit lain seperti kelemahan, penurunan
dijumpai. Kerusakan yang terjadi pada tipe ini berupa atrofi stria vaskularis, potensial
berkurang. Secara histologis pada kokhlea, terlihat stria vaskularis yang tipis tersebar
sepanjang kelokan kokhlea yang dengan mikroskop stria tampak berupa lapisan seluler
selapis. Juga tampak adanya degenerasi kistik dari elemen stria dan atrofi ligamen
spiralis. Seperti diketahui stria vaskularis adalah tempat produksi endolimfa dan
sodium dan metabolisme oksidatif. Daerah ini juga sebagai tempat pembangkitan dari
endokokhlear potensial sebesar 80 miliVolt antara duktus kokhlea dan ruang perilimfe
yang diperlukan untuk transduksi signal di dalam kokhlea. Atrofi stria vaskularis
seluruh koklea terpengaruh. Proses ini cenderung terjadi pada orang berusia 30-60
kokhlearis, atrofi ligamentum kokhlearis, dan membran basilaris menjadi lebih kaku.
Secara histologis tampak hialinisasi dan kalsifikasi membrana basalis, degenerasi kistik
elemen stria, atrofi ligamen spiralis, pengurangan selularitas ligamen secara progesif
lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya pendengaran tidak
pendengaran pada frekuensi tinggi, dan kemudian diikuti oleh tidak bisa mendengar
dengan jelas akibat sukarnya menangkap huruf konsonan yang bersuara mendesis (S,
SH, Z, C dan T). Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien
dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila
diucapkan dengan cepat di tempat dengan latar belakang yang ramai (cocktail party
deafness). Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal ini
disebabkan oleh faktor kelelahan saraf (recruitment). Pada kasus presbikusis yang berat
komunikasi dengan penderita lebih sukar. Umumnya penderita presbikusis ini lebih suka
bila kita berbicara lambat-lambat, jelas, kata-kata yang pendek dan bicara agak ke dekat
terutama bila cepat dan latarnya riuh. Bila intensitas ditinggikan akan timbul rasa
nyeri. Dapat disertai tinnitus dan invertigo. Pendengaran berkurang secara perlahan-
bagian dalam membuat sulit untuk memahami tipe bunyi bicara tertentu dan
menyebabkan intoleran terhdap bunyi keras. Bunyi-bunyi yang biasanya hilang pertama
kali adalah: f, s, th, ch dan sh. Saat penurunan pendengaran berlanjut, kemampuan untuk
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan pendengaran :1
bergumam
utamanya pada nada tinggi dan faktor predisposisi timbulnya presbikusis. Pada
pemeriksaan klinis berupa otoskopi akan didapatkan gambaran membran timpani yang
Audiometri yang digunakan adalah audiometri nada murni dan audiometri tutur.
Tabel 2. Audiogram pada presbikusis
4
slooping) berat
3 Metabolik Penurunan pendengaran dengan Gangguan
progresif pelan
2.10. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan pada penderita presbikusis berupa rehabilitasi medik
dengan menggunakan alat bantu dengar (hearing aid) dan dibantu dengan konseling. Alat
bantu dengar ini berfungsi sebagai alat yang membantu penggunaan sisa pendengaran
menggunakan alat bantu dengar apabila kehilangan pendengaran lebih dari 40 dB.
Alat bantu dengar memiliki beberapa jenis, diantaranya:
a. Tipe behind the ear (BTE) adalah jenis alat bantu dengar yang ditempatkan di belakang
telinga.
b. Tipe in the ear (ITE) adalah alat bantu dengar yang ditempel menutupi konkha.
c. Tipe in the canal (ITC) adalah alat bantu dengar paling kecil dan mahal yang ditempatkan
telinga dalam. Implant cochlea secara elektrik akan menstimulasi membran tissue dari
Indonesia, maka perlu adanya antisipasi dengan melakukan upaya promotif, preventif.
Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT) yaitu pola hidup bersih & sehat. Salah
satu strategi dalam Renstranas PGPKT adalah penguatan advokasi, komunikasi dan
dan ketulian. Upaya sosialisasi ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
Untuk itu diperlukan kerjasama dan kesamaan visi dari berbagai pihak yaitu dokter,
plug
LAPORAN KASUS
3.1. IDENTITAS
Nama : Tn. MM
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
3.2. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : Kurang mendengar pada kedua telinga sejak 1 bulan SMRS
B. Keluhan Tambahan : -
Os datang ke poli THT dengan keluhan kurang mendengar pada kedua telinga
sejak 1 bulan SMRS. Penurunan pendengaran dirasakan timbul secara perlahan dan
semakin lama semakin memberat. Os menyangkal adanya keluhan lain seperti gatal,
keluar cairan, nyeri pada telinga, berdengung pada telinga, pusing berputar, demam,
batuk, pilek dan sakit tenggorok, riwayat trauma kepala, riwayat telinga tertampar,
riwayat sering terpajan bising, pemakaian obat yang rutin diminum, . Pasien belum
Os mengaku memiliki penyakit kencing manis (tidak minum obat rutin) dan
menyangkal adanya riwayat tekanan darah tinggi, keganasan, alergi maupun asma.
E. Riwayat Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang memilki penyaki sama seperti pasien, riwayat
A. STATUS GENERALIS
Kepala : normosefali
1. Pemeriksaan Telinga
TIMPANI
Intak Bentuk Intak
Normal Warna Normal
Pukul 5 Reflek Cahaya Pukul 7
(-) Perforasi (-)
Kesan : Tidak ditemukan kelainan
2. Pemeriksaan Hidung
a. Rinoskopi Anterior
Tonsila palatine : Besar TI- TI, warna merah muda, kripta (-), detritus(-).
Perlekatan (-)
6. Leher
3. 5. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Telinga Kanan :
Tuli campuran
derajat sedang-berat
Telinga Kiri :
Tuli sensorineural
sedang
3. 5. RESUME
Pasien laki-laki, 63 tahun datang ke poli THT dengan keluhan kurang mendengar
pada kedua telinga sejak 1 bulan SMRS dan dirasakan timbul secara perlahan, semakin
lama semakin memberat. Gatal, otore, otalgia, tinittus vertigo, demam, batuk, pilek dan
sakit tenggorok, riwayat trauma kepala, riwayat telinga tertampar, riwayat sering terpajan
bising, pemakaina obat yang rutin diminum disangkal. Os mengaku memiliki penyakit
Diabetes Melitus namun selama ini tidak minum obat. Pasien belum pernah berobat
sebelumnya.
3.8. PENATALAKSANAAN
1. Hearing Aid
3.9. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
ANALISIS KASUS
DAFTAR PUSTAKA
1. Suwento R dan Hendarmin H. 2010. Gangguan Pendengaran pada Geriatri. Dalam Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, : Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta:
overview.
3. Presbikusis http://eprints.undip.ac.id/31380/3/Bab_2.pdf
4. Conductive hearing loss. Available from http://www.veterans-
uk.info/publications/conductive_hearing_loss.pdf
5. National Instituite on Deafness and Other Communication Disorders National Institutes of
://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/presbycusis.asp
6. Adams, Boies, Higler. 2007. Buku ajar penyakit THT BOIES. Jakarta: EGC. 132-133.
7. Pendengaran Sehat Untuk Hidup Bahagia. Available at : www.depkes.go.id. Accesed at:
Februari, 09 2017.