Anda di halaman 1dari 20

PENGEMBANGAN E-BOOK INTERAKTIF

KRIYA LOGAM MOTIF MAJAPAHIT


DITINJAU DARI IKONOGRAFI

Oleh
AKMAD RHOFI
16020124066

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
JURUSAN SENI RUPA
PRODI PENDIDIKAN SENI RUPA
2018

1
Bab I: Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Pengembangan/Masalah


Secara etimologi, revolusi adalah perubahan besar, secara cepat, dan radikal
yang mempengaruhi kehidupan corak manusia. Banyak perkembangan dalam
segala bidang kehidupan yang merupakan sebuah tuntutan seiring
perkembangan zaman yang semakin mudah dan praktis dalam bebagai bidang
kehidupan manusia termasuk pendidikan.
Berdasarkan hasil riset Bank Dunia (World Bank) baru-baru ini menyatakan
bahwa Indonesia perlu 45 tahun (hampir setengah abad) mengejar
ketertinggalan dalam bidang pendidikan dan perlu 75 tahun untuk mengejar
ketertinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan. Sementara daya saing
Indonesia tahun 2017 masih ada diurutan 36 dari 137 negara. Menurut Trilling
dan Fadel dalam Daryanto (2017:13), keterampilan yang harus dimiliki pada
abad 21 adalah life and career skills, learning and innovation skills, dan
information media and technology skills. Artinya masih banyak pekerjaan
rumah yang harus dikejar oleh pemerintah dan kita sebagai rakyat Indonesia
dalam menjalani RI 4.0 ini. Tuntutan yang stagnan dengan dasar fundamental
masyarakat kita yang menginginkan sesuatu yang mudah dan praktis namun
tidak mengurangi nilai utuh suatu benda tersebut. Pada era ini nilai estetis,
filososofis dari kearifan lokal yang merupakan harta bangsa dan saksi literasi
sejarah Indonesia yang pernah ditempati oleh beberapa kerajaan-kerajaan besar
nusantara yang terdiri dari 29 kerajaan yang terbagi di beberapa wilayah
khususnya kerjaan Majapahit yang merupakan kerajaam dengan wilayah
teritorial terbesar di nusantara yang memiliki lingkup peradaban yang maju
meliputi perdagaan, teknologi, irigasi, dan tata letak ibukota yang
mencerminkan kemakhsyuran sebuah kerajaan modern.
Teknologi pengolahan bahan dengan simbol-simbol estetika yang
merupakan pencerminan dari nilai animisme dan kulturasi dari nilai keagamaan
Hindu dan Buddha yang diterapkan pada perundagian lebih rincinya logam,
yang memiliki nilai simbolis dan dapat di intepretasi serta didefinisikan melalui
bahasa kontekstual menggunakan displin persepsi.

2
Diperlukan sebuah media interaktif untuk memperkenalkan sebuah nilai
kearifan lokal yang menjadi kultur dan tradisi keorisinalitasan sebuah warisan
leluhur, dari nilai dan daya leluhur yang beguna bagi generasi selanjutnya.
Media interaktif berupa e-book dengan desain yang lebih menarik dan
interaraktif disertai beberapa animasi, akan memudahkan proses pengajaran dan
pendidikan karakter anak diadopsi dari nilai filosif dan estestis tradisi
kebudayaan leluhur.
E-book atau buku elektronik adalah salah satu bentuk teknologi yang
memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam
bentuk yang ringkas dan dinamis dengan mengintegrasikan tayangan video,
efek animasi, audio, gambar, dan unsur multimedia lainnya. Berdasar jenisnya,
ebook paling sederhana adalah yang hanya memindahkan buku konvensional
ke dalam bentuk elektronik.
E-book lebih ringkas dan memerlukan berlembar-lembar kertas untuk
mengahasilkan sebuah bacaaan yang tetunya mempermudah proses
pembelajaran kultur tradisi leluhur masa lampau pada zaman perundagian yang
menghasilkan sebuah seni ketrampilanan untuk mengolah bahan baku yang
sering ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai
pakai, tetapi juga bernilai estetis yaitu kriya.
Kriya logam adalah seni kerajinan atau keterampilan untuk membuat
sesuatu menjadi barang- barang yang memiliki nilai guna dengan menggunakan
logam sebagai medianya. Adapun karya yang dihasilkan dapat berupa karya 2
dimensi (lukisan logam), ataupun 3 dimensi (patung logam). Sejarah kriya
logam itu dimulai pada saat manusia belum mengenal tulisan, tepatnya di zaman
logam yang memunculkan Budaya perundagian atau juga budaya logam (
logam disini bisa diartikan dengan perunggu, emas serta besi, disebabkan di
Indonesia itu tidak dilewati oleh kebudayaan tembaga) merupakan suatu jenis
kebudayaan dari masyarakat pra-sejarah.
Sedangkan pada setiap ornamen benda, perabotan maupun alat-alat dalam
kerajaan Majapahit menggunakan berbagai ornamen dan simbol yang diadopsi
dari nilai kepercayaan animisme seperti dewa dan dewi dalam kepercayaan
hindu maupun alam sekitar yang disimbolkan sebagai sebuah perwujudan yang

3
memiliki makna tetentu. Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di
Jawa Timur, Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peninggalan Majapahit yang
keseluruhannya berada di Jawa Timur khususnya di Trowulan Mojokerto.
Zaman kerajaan Majapahit terdapat tiga golongan agama yaitu: Agama Resi,
Agama Siwa/Hindhu, dan Agama Buddha. Tiga golongan tersebut disebut
Tripaksa. Multikulturalisme ini tentunya melahirkan simbol-simbol filosofis
yang kemudian diadopsi menjadi sebuah motif ragam hias yang diterpkan pada
benda, bangunan, maupun peralatan sehari-hari masyarakat Majapahit.
Simbol atau motif-motif ragam hias yang terdapat pada setiap lingkup
masyarakat Majapahit tentunya jika ditelaah lebih jauh memiliki makna tertentu
dan merupakan penggambaran dari simbolisme dari kehidupan jika ditinjau dari
pemahaman ikonografi. Selain itu nilai-nilai karakter pun dapat diterapkan dan
digali lebih dalam untuk bidang pendidikan pengajaran dengan proses
mempelajari identifikasi, deskripsi dan interpretasi isi dan makna dari simbol,
ragam hias dan motif –motif peninggalan kerajaan Majapahit. Untuk itu
diperlukan perancangan sebuah media yang lebih praktis dan mudah
diaplikatifkan di sekolah-sekolah yang menyesuaikan era perkembangan digital
saat ini, untuk meningkatkan keinteraktifan proses pembelajaran di kelas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, untuk membatasi ruang lingkup
penelitian agar tidak terjadi kerancuan, maka penulis meruuskan permasalahan
yang menjadi pedoman sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana merancang e-book interaktif dan komunikatif berdasarkan
pembelajaran kriya logam ditinjau dari materi motif Majapahit ?
1.2.2 Apa hubungan motif Majapahit dengan nilai filosofis dan estetis ditinjau
dari ikonografi untuk pembelajaran karakter ?
1.2.3 Bagaimana keefektifan pembelajaran menggunakan e-book interaktif
berdasarkan ikonografi untuk proses pembelajaran afektif ?

4
1.3 Fokus Pengembangan
Secara ringkas e-book dapat disebut sebagai buku elektronik atau juga buku
digital. Buku elektronik adalah versi digital yang umumnya terdiri dari sekumpulan
kertas yang didalamnya berisi teks atau gambar. Biasanya format teks polos,*pdf,
*jpeg, *lit, dan *html. Namun da kalanya juga melampirkan beberap fitur
multimedia seperti foto, effect slide yang menarik dll. Kebanyakan e-book
dirancang dengan kesan dinamis dan ringkas tidak banyak e-book yang
menambahkan karakter dan pergerakan animatif didalamnya, sehingga terkesan
monoton.
E-book interaktif berfokus pada penambahan bahan interaktif pendukung
proses pembelajaran yang menarik seperti animasi history, emotic yang lebih
menarik, penambahan videografi literasi sejarah, penambahan link-link pendukung
informasi lain yang dapat memberikan informasi yang lebih spesifik, dikemas
dengan desain yang lebih dinamis dari e-book sebelumnya.
Seperti proyek Guttenberg, arXiv, dan The Million Book Project. Proyek
Guttenberg adalah layanan buku digital yang paling besar dan paling tua yang
mendukung free e-book proyek e-book ini masih terkesan sederhana dan tentunya
membutuhkan inovasi-inovasi yang lebih spesifik untuk e-book pembelajaran.

1.4 Spesifikasi Produk Pengembangan/Perancangan


E-book interaktif menggunakan teknologi khusus yang biasa disebut E-
Ink. E-Ink atau E-Paper yang akan mendisplay desain teks dan gambar yang
lebih menarik dari e-book kebanyakan. Proses pembuatannya menggunkan
software multiplatform Callibre yang tersupport dengan beraneka format
konversi seperti: HTML, HTMLZ, LIT, LRF, MOBI, ODT, PDF, PRC, PDB,
PML, RB, RTF, SNB, TCR, TXT. Menggunakan satuan ukuran A4 untuk tata
letak layouting e-book. Koleksi font menggunakan font bertype Sans yang
meberikan kesan dinamis dan rapi.
Tahap desain desain backdrop buku, sampul dan beberapa karakter atau
tampilan menggunakan software desain dari Adobe Collection yaitu Adobe
Illustrator yang menghasilkan warna yang lebih cerah dan desain yang lebih
ringan. Tahap pembuatan animasi penggambaran sejarah, tahap pembuatan, dan

5
karakater animasi menggunakan software Adobe Animate yang dikonversikan
kedalam software e-book CallibreFitur tambahan seperti link-link informasi
mengenai materi yang lebih spesifik menggunakan software Linkedin untuk
menjelelajah ke browser informasi.
Penambahan fitur videografi yang berisi film sejarah proses perundagian
logam, sejarah kerajaan Majapahit hingga proses pembuatan logam
menggunakan software editing Adobe Premiere Pro. Desain cover depan dan
belakang menggunakan salah satu tehnik variasi digital illustration yaitu digital
painting.

1.5 Tujuan dan Manfaat Pengembangan

1.5.1 Membuat e-book yang interaktif untuk mengasah keaktifan siswa yang
didasarkan pada nilai afektif untuk mempermudah proses pembelajaran
siswa.
1.5.2 Melatih kepekaaan visual siswa menggunakan e-book interaktif yang
meningkatkan keefektifitasan proses belajar.
1.5.3 Mengarahkan nilai sosial yang didapatkan dari proses pengikonografian
nilai filosofis dari motif Majapahit yang dapat diterapkan pada pedidikan
karakter siswa. Yang dapat diadopsi dari motif Nawasanga, Gula Klapa dll.

1.6 Definisi Operasional


1.6.1 Sebagai Bahan ajar untuk siswa Sekolah Menengah Kejuruan.
1.6.2 E-book interaktif adalah: sebuah buku digital yang mirip seperti buku
sebagai sumber bacaan yang dibuat dengan teknik digital menggunakan
komputer dan berisi konten-konten interaktif seperti animasi, videografi,
gambar dan browser internet untuk mempermudah memberi kesan menarik
pada proses belajar.
1.6.3 Media pembelajaran adalah sarana proses pembelajaran untuk siswa yang
membantu kegiatan belajar siswa meliputi media cetak maupun audio visual
termasuk perangkat keras untuk membantu pembelajaran siswa di sekolah.

6
1.6.4 Membaca adalah kegiatan yang dilakukan untuk berkomunikasi diri sendiri
maupun orang lain yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang dapat
menggunakan beberapa sarana seperti media digital maupun cetak.

Bab II: Kajian Pustaka

2.1 Kajian Penelitian Pengembangan Bahan Ajar Yang Relevan


Penelitian terdahulu yang hampir sama dengan penelitian ini pernah
dilakukan oleh Septiyan Dwi Nugraha, 2012 dengan judul “ Nilai Estetis Kerajinan
Logam di UD Sumber Rejeki Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten
Mojokerto” sebagai bukti kebesaran kerajaan Majapahit, peninggalan Majapahit
yang masih tersisa dan terawat sampai sekarang, seperti Candi Bajang Ratu, candi
tikus, Candi Brahu, Candi Gentong, Candi Waringin Lawang, Candi Tikus, Situs
Umpak Sentonorejo, Makam-Makam Raja Era Majapahit dan Pusat informasi
Majapahit (Museum Trowulan) serta industri kerjainan cor logam kuningan di desa
Bejijong. Sisa peradaban Majapahit pun masih meninggalkan lingkup kultur
budaya yang masih erat pada masyarakatnya yang terampil dalam mengolah segala
hal yang berhubungan dengan keterampilan tangan. Didaerah Trowulan Kabupaten
Mojokerto, sebagian masyaraktnya memiliki mata pencaharian dalam bidang
kerajinan seperti yang terbuat dari batu. Batik tulis, dan yang terbuat dari logam
yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Proses produksi kerajinan kriya logam ditunjang dari segi bahan dan tehnik
pembuatan itu sendiri mengutamakan keterampilan tangan dan kesabaran dalam
setiap prosesnya.
Dalam penelitian Fadrizal Merdhianto, dkk, 2013 dengan judul
“Perwujudan Peninggalan Karya Seni Majapahit Sebagai Representasi Kehidupan
Religi Masyarakat” pada zaman masa kerajaan peradaban Majaphit, beraneka jenis
artefak logam sangat beraneka macam pula meliputi bentuk, kegunaan dan tehnik
pembuatannya. Tehnik pembuatan artefak terdahulu menggunakan cetak dan tehnik
tempa. Tehnik tempa dan cetak pun dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung
dengan jenis bentuk logam yang dibuat. Jenis Artefak logam pada zaman kerajaan

7
Majapahit cukup banyak dan beragam: arca, perunggu, darpana perunggu (cermin),
dipa ( lampu minyak).
Dalam sebuah pengembangan buku yang relevan dengan kajian ini yang
berjudul “Kerajinan Tradisional” karya dari Dr. Andri Kurniawan, M.Si. Setiap
jenis kerajinan atau karya tangan manusia tentunya mempunyai sebuah filsuf atau
pemaknaan yang terkandung didalamnya. Memerlukan tahap analisis
memungkinkan pada setiap tahapnya akan menunjukkan temuan-temuan yang
otentik yang akan mengafirmasi pandangan-pandangan baru. Temuan konseptual
tersebut selanjutnya mengalami proses perumusan yang mengarah pada
mengacunya sebuah basic penciptaan seni kriya. Khususnya budaya Majapahit
yang menyebarkan seluruh kebudayaannya di hampir seluruh wilayah nusantara,
terdapat beberapa corak yang merupakan pencerminan dari kehidupan sehari-hari,
religi dll yang di aplikasikan kepada benda yang digunakan setiap harinya. Ciri kuat
dari ornamen motif M ajaphit adalah adanya dualisme dwitunggal: memadukan dua
hal yang bertentangan atau dipertentangkan sehingga menjadi satu agar seimbang,
selaras , serasi dan lestari yang erat dengan seni tradisional Majapahit.
Penelitian sebelumnya yang berjudul “ Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis Non Cetak Ebook Menggunakan Adobe Capivate 3.0 Untuk Siswa SMA
Kelas X “ karya Erah Siti Syariah, 2013. Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru
perlu untuk mengembangkan
bahan ajar, yakni antara lain: ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum,
karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Penggunaan Adobe
Captivate untuk proses perancangan materi pembelajaran, dilihat dari segi
kepraktisan dan tampilan yang menarik serta kompleks akan meningkatkan proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif.

2.2 Kajian Teoritis


Teori bahan ajar berupa pengembangan ebook yang memuat materi atau
intisari dari kerajinan kriya logam yang meliputi sejarah, proses dan tehnik yang
kompleks dan menyuluruh yang berfungsi meningkatkan hasil belajar dengan
suasana yang lebih aktif dan interaktif dengan tampilan yang lebih menarik serta
pemahaman yang lebih muda dicerna dengan adanya tampilan animasi, fungsinya

8
dalam proses belajar. E-book membantu pendidik dalam mengefektifkan dan
mengefisienkan waktu pembelajaran. Pendidik repot jika harus membawa banyak
buku bacaan dalam bentuk fisiknya yang berat. E-book yang berupa data digital
sangat mudah untuk dibawa dalam banyak file, sehingga pendidik tidak kehabisan
bahan belajar untuk peserta didik. Pembelajaran mengenai kerajinan tradisional
khususnya kriya yang merupakan warisan luhur nenek moyang kita yang pada
zaman saat ini mulai pupus eksistensinya. Dalam sejarah literasi budaya Majapahit
zaman perundagian besi sudah mulai maju dan berkembang pesat pada era Kerajaan
Majapahit yang terkenal pada era lampau yaitu Mpu seorang pandai besi yang
dipercaya sebagai abdi dalem kerajaan untuk membuat berbagai perabotan,
persenjataan yang ada hubungannya dengan logam.
Kultur kerajaan Majapahit yang memiliki pengaruh besar meninggalkan
sebuah kebudayaan yang sekarang masih dipertahankan dan bukti peninggalannya
pun masih tetap ada hingga sekarang. Terletak di desa Trowulan Kabupaten
Mojokerto, masih memgang teguh tradisi pandai besi, pembuatan patung, dan
keramik tentunya kultur budaya ini lyak dan cocok untuk diangkat menjadi bacaan
dengan tampilan yang modern yang membuat anak akan tertarik untuk
membacanya.
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki cakupan wilayah yang
sangat luas, pada era masa lampau tentunya nusantara memiliki berbagai kearifan
dan kebudayaan yang beraneka ragam kareana pada era lampau nusantara dikuasai
oleh beberapa kerajaan besar yang memiliki dampak yang kuat pada nusantara.
Khususnya Majapahit yang memiliki budaya perdagangan, sistem irigasi dan
kehalian kerajian yang di wariskan turun temurun pada anak cucunya. Dalam setiap
budaya baik itu berupa soial budaya, peralatan tidak lepas dari ornamen atau motif
yang menghisasi setiap detailnya terbagi menjadi ornamen dekoratif, tumbuhan,
hewan, manusia maupun penggabungan dari beberapa bentuk yang jika ditinjau
dradri sisi ikonografi atau pemaknaan dari simbol akan berguna bagi pendidikan
moral peserta didik.

9
2.2.1 Definisi, Posisi dan Fungsi Media Pembelajaran
Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware).
Sedangkan menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Batasan-batasan mengenai media, dapat dikatakan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware
yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke
pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di
luar kelas) menjadi lebih efektif.
Media pembelajaran merupakan suatu perantara seperti apa yang dimaksud
pada pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang digunakan memiliki posisi
sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi
guru (teaching aids). Misalnya alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk
menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau verbal.
penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar
terhadap alat-alat indera. Terhadap pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat
dikemukakan bahwa dengan penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya
pemahaman yang lebih baik pada siswa dengan tampilan yang menarik dan lebih
atraktif.

2.2.2 Media Audio Visual


Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Pesan dan informasi
yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal
yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran. Pembelajaran
menggunakan teknologi audio visual adalah satu cara menyampaikan materi
dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan
pesan-pesan audio visual.
Karakteristik media audio visual :

10
a. Bersifat Linier
b. Menyajikan visual yang dinamis
c. Gambaran fisik dari gagasan real dan abstrak
d. Dikrmbangkan dari prinsip psikologi behaviorisme dan kognitif
Media audio visual dapat berupa media interaktif seperti: Televisi, Video,
Animasi maupun Ebook yang dapat dirasakan oleh indera penglihatan dan
pendengaran.

2.2.3 Sejarah dan Perkembangan Ebook


Secara sederhana ebook dapat diartikan sebagai buku elektronik atau buku
digital. Buku elektronik adalah versi digital yang umumnya terdiri dari kumpulan
kertas yang berisi teks atau gambar. Biasanya dalam format teks polos,*pdf, *jpeg,
*lit, dan *html.
Sejarah penemuan ebook, merupakan sebuah ketidak sengajaan Michael S.
Hart ketika ingin memuat deklarasi pendirian Amerika Serikat yang dimuat lewat
mesin teletype dan ingin memuatnya via email, ternyata tidak bisa. Karena ingin
menghindari tabrakan sistem akhirnya dia mendownload secara individual. Dari
sinilah cikal bakal proyek Gutenberg, yang kemudian berdiri sendiri. Hingga tahun
1987, dia telah memuat 313 buku dalam penemuannya ini. Kemudian, dengan
bantuan teman-temannya terbentuklah ebook.
Jika ditelusuri lebih mendalam, ebook merupakan salah satu teknologi yang
memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi dalam bentuk yang lebih
ringkas dan dinamis. Ebook mampu mengintegrasikan suara, grafik, gambar,
animasi, maupun movie sehingga informasi yang disampaikan lebih kaya
dibandingkan dengan buku konvensional.
Buku elektronik juga sebagai versi digital dari buku. Dengan buku
elektronik, tidak perlu lagi dibutuhkan kertas untuk menghasilkan bacaan. Oleh
karenanya, perlu dibuat aplikasi buku elektronik berbasis web yang mendukung
konversi dokumen *.doc menjadi *.pdf. Dengan aplikasi ini, pembaca dokumen
dapat membaca dengan efisien dan praktis.
Ebook biasanya diterbitkan dengan salah satu cara dari dua cara seperti:
Pertama, buku yang telah dicetak pada kertas kemudian diubah menjadi format

11
ebook. Dengan semakin populernya ebook reader, maka semakin banyak buku
cetak yang juga diterbitkan dan dijual dalam format digital (ebook). Kedua, ebook
yang memang dibuat oleh individu untuk keperluan pribadi maupun untuk tujuan
komersial. Sejak pengguna internet berkembang dengan pesat, maka banyak orang
yang berbagi pengetahuan dengan menggunakan ebook. Kelebihan utama dari
ebook adalah kita bisa membaca pengetahuan dari orang-orang yang tidak memiliki
akses untuk menerbitkan pengetahuannya dalam bentuk buku cetak.

2.2.4 Sejarah Logam


Sejarah kriya logam dimulai pada saat manusia belum mengnal tulisan,
tepatnya pada zaman logam yang memunculkan Budaya perundagian atau budaya
logam ( logam disini diartikan dengan perunggu, emas dan besi, karena di Indonesia
tidak dilewati oleh kebudayaan tembaga) adalah jenis kebudayaan dari masyarakat
pra-sejarah yang menggunakan logam dalam pembuatan benda-benda dan seni
kriya logam untuk melengkapi kebutuhan hidupnya. Meski benda kriya logam yang
dibuat tidak terlalu banyak karena pada saat itu belum terdapat alat dan bahan yang
banyak, tetapi hasil karya yang dibuat pada zaman logam tersebut tidak kalah
bagusnya dengan seni kriya yang ada pada masa sekarang yang moderen karena
seni kriya pada masa tersebut memiliki nilai artistik (seni) dan nilai sejarah yang
sangat indah. Kebudayaan ini diperkirakan mulai berkembang sekitar 500 SM.
Contoh peninggalan seni kriya logam pada zaman logam yang dapat kita temui
antara lain kapak corong, candrasa, nekara, moko, topeng emas, serta bejana.

2.2.5 Sejarah Majapahit


Kerajaan Majapahit terkenal dengan Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Patih
Gajah Mada. Sumpah tersebut menjadi kenyataan ketika raja Hayam Wuruk
berkuasa dan dapat mencapai puncak kejayaannya. Menurut Slamet Muljana (2011:
175-176), nama Majapahit sendiri berasal dari buah maja yang banya ditemukan di
hutan Tarik yang rasanya pahit, karena pada masa itu nama tempat biasanya berasal
dari apa yang banyak ditemukan di dekat daerah tersebut maka dinamailah
Majapahit. Selain nama Majapahit, dalam kitab Negarakertagama kerajaan ini
sering disebut juga dengan nama Wilwatikta, Tiktawilwa, atau Tiktasrihala.

12
2.2.6 Logam Pada Masa Kerajaan Majapahit
Dari penggalian arkeologi di situs Trowulan kota pra Islam terbesar di
Indonesia (Miksic 1990; 46) dan berdasar berbagai temuan barang yang terbuat dari
logam tersebut menunjukkan bahwa tehnik perwujudan logam mencapai
puncaknya karena berbagai tehnik pembuatan logam telah di kenal baik (Kartodirjo
Dkk 1993; 254). Dengan kata lain kerajaan majapahit memang di kenal sebagai
kerajaan besar dan berbagai jenis tinggalan arkeologisnya yang telah di temukan
menunjukan corak kebudayaan yang bermutu tinggi.
Pembuatan kerajinan logam Majapahit mayoritas menggunakan bahan
emas, salah satu penyebabnya karena memiliki pulau-pulau yang kaya akan sumber
daya alam tersebut. Pada masa pengaruh kebudayaan india di indonesia atau disebut
masa hindu budha di indonesia khususnya di Jawa (dari abad 5-15 M) memang
belum di temukan situs penambangan bijih, namun pada masa itu masarakat jawa
telah memanfaatkan benda benda logam dalam kehidupan mereka (Timbul
Haryono 2002; 6). Ramainya perniagaan laut dan sungai mendorong adanya
keahlian produksi hampir semua jenis barang keramik dan logam. Desa-desa yang
sepenuhnya hanya mengerjakan pot dan pecah belah dari tanah, pengambilan kapur
atau peleburan logam bisa saja di tempatkan dekat dengan sumber bahan mentahnya
yang terpenting. Akan tetapi kota-kota besar dengan perniagalah yang menarik,
menjadi pusat kerajinan, di sini berdiam para konsumen terkaya dari kerajinan-
kerajinan istimewa, termasuk istana raja-raja.
Secara hipotesis Dr.JLA Brandes pernah menyatakan bahwa jauh sebelum
mendapatkan pengaruh dari kebudayaan India, bangsa indonesia memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam bidang metalurgi. Pengetahuan metalurgi
merupakan salah satu dari 10 unsur kebudayaan yang telah di miliki bangsa
Indonesia yaitu wayang, gamelan. ilmu irama puisi, membatik, mengerjakan logam,
sistem mata uang, ilmu pelayaran, astronomi, penanaman padi, dan birokrasi
pemerintahan. (Timbul Haryono 2008;60). Baru pada abad awal dari zaman kita
sebuah proses baru di kepulauan indonesia di mulai yaitu asimilasi serta adaptasi

13
dari kebudayaan India. banyak teori cara pengaruh India masuk ke Indonesia.
Dugaan paling tua adalah dugaan tentang kolonialisasi orang India dengan para
pemimpin lokal. Penyebaran kebudayaan india diperkuat oleh perdagangan yang
lebih awal, yang melibatkan pertukaran barang, budaya dan juga material. Cerita
kehidupan keagamaan di india, kebesaran dari raja serta istananya dan juga contoh
seni keagamaan India. Sebaliknya berita tentang pengusaha, rempah-rempah, emas
perak dan padinya dapat di peroleh di India sana. dan tentang sifat-sifat penduduk
lokal di desa mereka, pertanian mereka yang telah berkembang baik, ketrampilan
mereka dalam mengerjakan kayu, logam dan batu serta keindahan tenun mereka.
Pertukaran budaya dan material pada masa itu dilakukan dengan cara berlayar.
Migrasi dewa-dewa India ke pulau-pulau Indonesia datang lewat jalan damai dari
dua sistem keagamaan yaitu brahmanisme terutama aspek shivait (walaupun secara
sporadis melewati waktu seribu tahun berikutnya degan nyata menjadi
penyembahan kepada vishnu), dan budhisme yang setelah penampilan pertama dari
aliran hinayana, dengan kuat di bumbui oleh elemen-elemen tantris. Pada suatu
waktu kedua sistem keagamaan ini menerime ciri-ciri dari indonesia hingga
tumpang tindih dan bahkan terpadu ke dalam pemujaan-pemujaan sinkertisme
Indonesia Hindu-Buddha.

2.2.7 Ornamen dan Motif Logam Era Kerajaan Majapahit


Pada masa era kerajaan Majaphit sebelum terpengaruh kebudaayan India,
tersebut bentuk ragam hias yang sebelumnya sudah ada yaitu bentuk-bentuk
geometris tetap dipakai sebagai hiasan pada benda-benda hasil budaya. Dan di
padukan bentuk-bentuk non geometris, selanjutnya muncul ragam hias berupa
penggambaran manusia, dunia tumbuh-tumbuhan, dan dunia binatang di gubah
sedemikian rupa sehingga terwujud suatu bentuk tertentu. Bentuk alam yang asli di
stiril seniman, maupun berdasar ragam yang bersifat turun temurun. Rupanya
pengaruh hindu memberikan perkembangan dengan motif hiasan (ragam hias) dan
seni relief. Berbagai teori dan kaidah seni rupa yang berasal dari India dengan
tuntunan agama hindu dan budha telah menjiwai para seniman seni rupa Indonesia,
sehingga kegiatan dalam seni adalah untuk menjamin keberlangsungan hidup
beragama berdasarkan tata kehidupan masyarakat agraris Indonesia yang

14
menempatkan raja dan keluarganya sebagai penguasa tertinggi sederajat dengan
dewa (Wiyosoyudhoseputro 1990-1992;35). Penggunaan perhiasan sebagai sarana
upacara juga kita ketahui dari prasasti-prasasti Jawa kuno, yang menyebutkan
rangkaian upacara penetapan sima (desa perdikan). Dalam upacara tersebut ada
pemberian hadiah (pasek-pasek) kepada para pejabat antara lain berupa kain
(widihan), cincin, serta uang emas dan perak. Dalam Kitab Sumanasantaka (sekitar
abad 12) menyebutkan hadiah yang di berikan itu (misalkan gelang, kalung, cincin)
di peruntukkan bagi mereka yang menguasai tingkat kepandaian dalam bidang seni
musik, tari dan sastra.

2.2.8 Tehnik Pembuatan Logam Era Kerajaan Majapahit


Kerajaan Majapahit memiliki kebudayaan yang sudah cukup maju dan
modern pada eranya sebagai kerajaan terbesar sebagai kemakhsyuran sebuah
kerajaan besar. Tehnik pengerjaan logam meliputi tehnik pembentukan, teknik
pembuatan hiasan dan teknik penyelesaian. Teknik pembentukan dasar dilakukan
menggunakan teknik cetak dan teknik tempa, teknik cetak yang di gunakan ada dua
macam yaitu cetak langsung dan cetak acire perdue. Teknik cetak langsung yaitu
teknik mencetak dengan cara menuangkan logam cair langsung ke dalam cetakan.
Adapun cetak acire perdue terlebih dahulu membuat model positif sesuai dengan
bentuk yang akan di bua. Model tersebut di buat dari bahan lilin yang kemudian
dibalut dengan tanah liat. Model ini kemudian di bakar hingga lilin itu meleleh
keluar dan terbentuklah cetakan negatif. Oleh karena itu teknik ini sering di sebut
dengan istilah Lost Wax Casting. Selanjutnya di teruskan dengan proses penuangan
logam cair kedlm rongga cetakan tersebut. Untuk tehnik pembuatan selanjutnya
adalah tehnik tempa, untuk menghasilkan bentuk bentuk wadah di lakukan dengan
penempaan dari sisi dalam di atas permukaan landasan yang cekung atau dari sisi
luar pada landasan yang cembung (Haryono 2008; 176-177). Berdasarkan temuan
beberapa artefak majapahit yang di paparkan oleh John miksic dalam old javanese
gold, ada satu tehnik lagi yang di gunakan untuk membuat perhiasan pada masa
majapahit, yang sering di sebut dengan Teknik Filigri.

15
Filigri adalah kata yang berasal dari bahasa latin `filum` dan 1granum` yang artinya
`benang` dan `biji`. Filigri adalah seni atau tehnik untuk membuat perhiasan
ataupun produk seniyang terbuat dari logam emas, perak, atau tembaga. yaitu
menggunakan benang logam atau kawat halus yang di pelintir, di anyam, di bentuk,
dan di satukan dengan patri sehingga menjadi sebuah bentuk tertentu.
Khusus perhiasan yang di lengkapi batu permata ada berbagai tehnik yang di
gunakan para perajin tradisional untuk memasang batu permata tersebut seperti
berikut:
a. Teknik ikat pendem, yaitu memasang batu permata pada cekungan sebagai
penjepitnya.
b. Teknik bandhilan, yaitu memasang batu mulia pada kaki-kaki yang terbuat
dari kait-kait tipis secara terpisah dari cincin, kemudian batu permata tsb di
masukkan pada lubangnya dan masing-masing bagian di patri pada cincin.
c. Teknik tumpang, yaitu meninggikan logam penahan di sekeliling batu
dengan cara melubang lubangi sehingga bisa menahan batu mulianya.
d. Tehnik cakaran, yaitu membuat semacam cakar terpisah dari cincin dan
memasukkan batu di antara cakar yang telah di buat kemudian mematrinya
pada cincin.

2.2.9 Definisi Ikonografi


Ikonografi merupakan sebuah cabang disiplin ilmu yang menggunakan
beberapa persepsi rasa untuk mendeskripsikan sesuatu. Ilmu yang mempelajari
tentang simbol, tema dan bahan subjek dalam seni rupa. Batasan ikonografi juga
dapat menunjukkan kepada para seniman untuk menggunakan perbandingan ini
pada pekerjaan khusus. Ilmu ikonografi muncul pada abad ke 16 dengan munculnya
katalog lambang dan pengetahuan kesussatraan kuno yang ditampilkan pada
majalah bergambar untuk mendefinisikan sebuah monumen kuno. Analisis
ikonografi menfokuskan pada pemaknaan yang dikaitakan dengan dunia gambar,
sejarah dan alegori. Kita dapat mengungkap pemaknaan suatu karya seni dengan
menyikapi panduan gambarnya. Sumber literatur bisa menjadi koreksi pemaknaan
simbol karena meniliti kondisi sejarah yang berbeda, tema-tema dan konsep-konsep
diungkapkan oleh objek atau peristiwa sejarah. Sebaliknya ikonografi tidak hanya

16
terkait dengan sumber-sumber literatur, tetapi juga menuntut pengetahuan visual,
buah dari mempelajari gambar, lukisan, graveru, tapisserie, kepingan uang atau
patung.
2.3 Teori Pembelajaran Pemaknaan Simbol/Ornamanen Majapahit Pada
Kriya Logam
Motif adalah bentuk utama atau unsur pokok ornamen atau ragam hias.
Melalui motif, tema atau ide dasar ornament dapat dikenali, apakah tentang alam,
manusia, fauna, flora, atau bentuk imajinasi tertentu.
Menurut Sunaryo (2011 : 16), jenis-jenis ornament nusantara berdasarkan
motif hiasnya dapat dikelompokkan menjadi (1) Motif geometris (2) motif manusia
(3) motif binatang (4) motif tumbuh-tumbuhan (5) motif benda-benda alam (6)
motif benda teknologis dan kaligrafi.
Bermacam bentuk motif sesungguhnya memiliki beberapa fungsi, yakni (1)
fungsi murni estetis, fungsi murni estetis merupakan fungsi motif untuk
memperindah penampilan bentuk produk karya seni, misalnya produk meubel,
keramik, tenun anyaman, peralatan rumah tangga, produk-produk kerajinan bahkan
pada karya-karya arsitektur. (2) fungsi simbolis dimaksudkan sebagai pencitraan
tanda-tanda, harapan-harapan atau cita-cita. Motif yang berfungsi simbolis
biasanya terdapat pada benda-benda pusaka, benda-benda upacara atau benda-
benda yang di sakralkan yang tentu saja nilai estetisnya tidak begitu saja diabaikan.
Secara simbolis banyak terdapat pada produk-produk seni masa lalu, biasanya yang
digunakan adalah motif kala, biawak, naga, burung atau garuda. Motif kala pada
gerbang candi merupakan gambaran muka raksasa atau banaspati sebagai simbol
penolak bala. Biawak sebagai motif ornament diwaksudkan sebagai penjelmaan roh
nenek moyang, naga atau ular sebagai simbol dunia bawah dan burung dipandang
sebagai simbol dunia atas ( Sunaryo, 2009 : 5 ). Sebagai contoh fungsi simbolik
terdapat pada ornament di sebuah mihrob masjid mantingan yang digunakan
sebagai condro sengkolo atautiti mangsatanda masa (tahun) dibangunnya masjid
mantingan,(3) fungsi estetik konstruktif, dalam hal ini ornament menjadi bagian
untuk memperindah struktur konstruksi produk atau benda seni. Adanya fungsi
estetik konstruktif ornamen terkait erat dengan produk yang dihiasinya, contohnya
motif kuda pada karya ukir bonggol kayu jati, atau motif kepiting pada karya kursi.

17
Menurut Sunaryo (2011 : 16), jenis-jenis ornament nusantara berdasarkan
motif hiasnya dapat dikelompokkan menjadi (1) Motif geometris (2) motif manusia
(3) motif binatang (4) motif tumbuh-tumbuhan (5) motif benda-benda alam (6)
motif benda tehnologis dan kaligrafi.
Jenis-Jenis Motif Nusantara:
a. Motif geometris adalah bentuk motif yang menggunakan bentuk garis atau
bidang yang pada umumnya bersifat ilmu ukur maksudnya bentuk-bentuk yang
ada berbentuk garis, bidang segi empat, segi tiga, jajaran genjang belah ketupat
dan sejenisnya.Motif geometris ada yang disebut motif meander, pilin, banji,
swastika, kawung maupun tumpal.
b. Motif meander biasanya digunakan sebagai hiasan tepi suatu produk kerajinan,
motif ini mempunyai variasi bentuk yang beragam. Apabila di perhatikan
bentuknya motif meander ada yang berbentuk seperti huruf “T”atau huruf “ J “
yang berjajar saling berkebalikan terkait, dengan variasi garis lurus maupun
yang lengkung berkelok-kelok. Di bali motif meander dengan berbagai
variasinya disebut kuta Mesir.
c. Motif pilin berbentuk garis lengkung sepiral, di Jepara bentuk ini dikenal
dengan namaulir. Motif pilin dapat dibedakan menjadi pilin tunggal yang
berbentuk ikal, pilin ganda yang berbentuk seperti huruf “ S “ dan adapula jenis
pilin ganda yang saling menyambung berganti arah. Motif pilin biasanya
disusun secar berulang dan berderet secara vertical, horizontal bahkan
berbentuk diagonal seperti yang dikenal dengan motif parang.Namun jenis
motif parang ini ada yang menyebutnya sebagai jenis motif lereng yaitu motif
geometris yang memiliki bentuk atau pola dasar garis-garis miring yang sejajar.
d. Motif banji hanya di kenal dijawa, meskipun kata banji sesungguhnya berasal
dari kata china wan-ji sehingga tidak salah apabila motif jenis ini dikatakaan
sebagi motif yang mendapat pengaruh china. Motif ini memiliki bentuk dasar
garis tekuk yang bersilang atau palang berkait.Motif banji di beberapa daerah
jawa lebih dikenal sebagi motif swastika.
Pada era kerajaan Majapahit proses pembuatan barang-barang yang berbau
logam mengadopsi beberapa motif yang merupakan representasi dari
pemaknaan dari unsur-unsur agama brahmanisme dan buddhisme maupun

18
bentuk-bentuk alam yang telah mengalami deformasi maupun stilasi yang
menjadikan bentuknya nampak indah. Namun pada setiap bentuk karya logam
Majapahit tentunya terdapat makna yang merupakan hasil dari pemfilosofisan
dari sebuah pemikiran olah rasa dan spiritual orang terdahulu. Terdapat
pemaknaan mendalam dari setiap motif ornamen Majapahit yang didalamnya
difungsikan sebagai simbolisasai dari sebuah perumpamaan , sifat dll. Jika
dikaji dari sisi persepsi Ikonografi yang akan mengolah dari setiap lekuk,
bentuk, maupun cerita yang tertinggal pada setiap ornamen peninggalan
Majapahit. Jika ditinjau dari sudut pandang ikonografi maka akan ditemukan
beberapa tahapan dalam menganalisis sebuah simbol ataupun relief sehingga
akan ditemukan makna utuh dari pensimbolisasian tersebut: Tahapan Analisis
seperti Exploring, Pendekatan Bahasa Visual, dan Highligting. Adapun cara
lain dengan menggunakan penyimbolan yang ditemukan pada peninggalan
seperti serat, lontar maupun kakawin yang akan mendeskripsikan setiap makna
dan kandungan filosofis apa dari setiap motifnya. Sebagai Contoh Motif
Nawasanga pada motif simbol Surya majapahit yang merupakan lambang
negara dari nuswantara atau Majapahit era lampau yang bermakna. Surya
Majapahit ini merupakan hasil paduan dari agama hindhu siwa dan
kepercayaan pada masa itu. Dapat dilihat dari bentuknya yang identik dengan
bentuk matahari, Kusen (1993) menyatakan bahwa pada masa kerajaan ini
sistem kepercayaan keagamaannya berkembang sistem kepercayaan terhadap
dewa-dewa diantaranya yaitu dewa matahari. Sehingga konsep kosmogoni
mendasari pandangan hidup mereka. Maka pada penyusunan Surya Majapahit
ini disusun menurut arah mata angin dan dewa-dewa yang dimaksud adalah
dewa Lokapala, yang merupakan dewa kepercayaan Hindhu. Berikut dewa
yang disebut sebagai Dewata Nawasanga dan Lokapala. Adapun nilai-nilai
karakter tersebut antara lain: (1) teguh, (2) kuat, (3)
menjaga keseimbangan, (4) mengayomi seluruhnya, (5) tangguh, (6) lembut,
(7)sopan, (8) suci, (9) jujur, (10) setia, (11) cemerlang, (12) pintar, (13)
bijaksana,(14) murah hati, (15) adil, (16) sederhana, (17) abadi, (18) peduli
lingkungan,(19) peduli sosial, (20) pemberani, (21) semangat, (22) cinta kasih,
(23) membela kebenaran, (24) penuh dengan mimpi, (25) muda, (26) bebas,

19
(27) anggun, (28) halus, (29) bersahabat, (30) sadar, (31) harmonis, (32)
hangat, (33) rela berkorban, (34) ceria, (35) aktif, (36) kreatif, (37) semangat
kebangsaan, (38) cinta tanah air, (39) tanggung jawab, (40) demokrasi, (41)
menghargai prestasi, (42) disiplin, (43) bekerja keras, (44) pemaaf, (45)
berwibawa, (46) tenang, (47) sabar, (48) kokoh, (49) cerdas, (50) cermat, (51)
menampung segala masukan, (52) suka menolong, (53) simpati, (54) toleran,
(55) berjiwa besar, (56) berbudi. luhur, (57) mengutamakan orang lain, (58)
menyenangkan, (59) religius, (60) berhati nurani, (61) tidak sombong, (62)
ikhlas, (63) terbuka, (64) cinta damai dan (65) fokus.

2.3 Teori Pengembangan/Perancangan

20

Anda mungkin juga menyukai