Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
2018
BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 0
TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

DAFTAR ISI

BAB 1. APA ITU BIOFLOK ..................................................................................................................... 1


BAB 2. TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME ...................................................... 3
Apa yang harus dicapai dalam budidaya ikan gurame? ................................................................... 3
Permasalahan dalam budidaya ikan gurame ................................................................................... 3
Teknologi bioflok dan problem solving budidaya ikan gurame ....................................................... 4
BAB 3. BIOFLOK DAN MORTALITAS IKAN GURAME ........................................................................... 7
BAB 4. BIOFLOK DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME ..................................................................... 9
Laju Pertumbuhan Harian ................................................................................................................ 9
Pertumbuhan Mutlak ....................................................................................................................... 9
BAB 5. BIOFLOK DAN EFISIENSI PAKAN IKAN GURAME .................................................................. 12
Efisiensi Pakan ................................................................................................................................ 12
Konversi Pakan ............................................................................................................................... 12
BAB 6. BIOFLOK DAN KUALITAS AIR ................................................................................................. 15
Suhu ............................................................................................................................................... 15
pH ................................................................................................................................................... 16
Kelarutan Oksigen (DO).................................................................................................................. 16
Total Amonia (TAN) ........................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................... 18

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN I


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

BAB
APA ITU BIOFLOK
1

Asal kata bioflok adalah dari kata bio yang berati kehidupan dan flok
yang berasal dari kata floc yang berarti gumpalan. Bioflok dapat diartikan
sebagai kumpulan mahluk hidup berukuran kecil (mikroorganisme) yang
menyatu menjadi gumpalan-gumpalan. Pada kenyataan yang menyatu dalam
sebuah flok adalah bukan hanya mahluk hidup saja (biotik), akan tetapi juga
terdapat komponen abiotik yang berperan penting dalam membentuk sistem
flok tersebut.

Mikroorganisme air yang membentuk bioflok diantaranya adalah


bakteri heterotrof, fitoplankton, zooplankton, protozoa, nematoda, dan spesies
alga. Pada perairan yang besrsifat mesotrofik dan eutrofik kandungan
fitoplankton dan zooplankton serta mikroorganisme lainnya akan tinggi,
sehingga berpeluang membentuk bioflok yang sarat akan muatan
mikroorganisme.

Selain mengandung mikroorganisme, di dalam bioflok juga terdapat


feses, sisa makanan, dan detritus (mikroorganisme mati yang terdekomposisi)
[1]. Pada budidaya ikan dengan kepadatan tinggi keberadaan feses, sisa pakan,
dan detritus akan tinggi. Sisa pakan akan menjadi komponen abiotik terbesar
dalam bioflok, karena pakan yang diberikan kepada ikan hanya 20-30% yang
tersimpan dalam tubuh ikan [2], selebihnya terbuang ke lingkungan perairan.
Gambaran mekanisme pembentukan bioflok disajikan pada Gambar 1.

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 1


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

Gambar 1. Mekanisme
pembentukan bioflok [3]

Pembentukan bioflok terkait erat dengan kerja bakteri, maka upaya


menumbuhkan bakteri menjadi sangat penting. Pertumbuhan bakteri
dipengaruhi oleh komposisi C/N rasio [4]. Unsur Karbon (C) dalam media
budidaya akan berasal dari bahan an organik di perairan dan juga dari sisa
pakan. Unsur nitrogen (N) juga sama dalam media budidaya akan berasal dari
bahan an organik di pearaian dan juga dari sisa pakan. Apabila unsur C rendah
diperairan maka untuk mencapai C/N rasio yang ideal dapat ditambahkan
karbon dari sumber molase.

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 2


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

BAB TEKNOLOGI BIOFLOK


UNTUK BUDIDAYA
2 IKAN GURAME

Apa yang harus dicapai dalam budidaya ikan gurame?


Usaha budidaya ikan gurame dikembangkan oleh masyarakat dan
pemerintah untuk mencapai orientasi tujuan utamanya adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Nilai jual ikan gurame yang tinggi menjadikan
komoditas ini ideal sebagai salah satu komoditas yang dikembangkan
budidayanya untuk memberikan keuntungan ekonomi yang tinggi bagi
masyarakat.

Penerjemahan keuntungan ekonomi dalam sudut pandang produksi


budidaya perikanan adalah tercapainya produksi budidaya yang tinggi.
Produksi budidaya ikan yang tinggi tercapai pada saat kelangsungan hidup ikan
tinggi (mortalitas rendah), pertumbuhan ikan tinggi, efisiensi pakan tinggi, dan
efisiensi sarana dan prasarana pendukung budidaya juga tinggi.

Permasalahan dalam budidaya ikan gurame


Salah satu permasalahan dalam pengembangan budidaya ikan gurame
adalah pertumbuhan yang lambat. Menurut [5] pertumbuhan yang lambat dari
ikan gurame disebabkan oleh sistem pemeliharaannya masih tradisional dan
pakan yang diberikan memiliki nutrisi dan kecernaan yang rendah. Nutrisi
pakan yang baik untuk ikan gurame membutuhkan kandungan protein yang
tinggi (kebutuhan kadar protein benih ikan gurami berkisar 30,29−45,03% [6],

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 3


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

sehingga biaya produksi dari unsur pakan akan menjadi tinggi. Perbaikan
nutrisi pakan memberikan masalah baru yaitu meningkatnya biaya produksi.

Ikan gurame juga dikenal rentan mengalami stress, sehingga


penanganannya harus hati-hati. Faktor lingkungan juga dapat memacu stress
ikan gurame, seperti kondisi hujan dan perubahan suhu lingkungan yang
mendadak. Stres berpengaruh pada jalur metabolik yang menekan sistem imunitas
ikan [7], sehingga ikan yang mudah stres rentan terhadap penyakit. Sifat ikan
yang mudah stress menjadikan ikan gurame rentang terserang penyakit dan
mengalami kematian.

Kondisi ikan yang mudah stress menjadikan proses budidaya ikan


gurame seminimal mungkin memberikan gangguan bagi ikan. Kerentanan
akan lebih tinggi pada fase benih. Kegiatan penyiponan dan pergantian air yang
terlalu sering juga akan memberikan gangguan juga dapat meningkatkan stress
ikan gurame. Teknologi budidaya yang memberikan pengaruh kecil terhadap
stress ikan gurame dibutuhkan sebagai inovasi teknologi.

Teknologi bioflok dan problem solving budidaya ikan gurame


Teknologi bioflok pertama kali dikembangkan pada awal 1970 di
Ifremer-COP dengan spesies penaeid yang berbeda termasuk Penaeus
monodon, Fenneropenaeus merguiensis, Litopenaeus vannamei dan L.
stylirostris. Pada tahun 1980an dan awal 1990an Israel dan Amerika Serikat
memulai teknologi bioflok (BFT) dengan menggunakan ikan nila dan udang
putih L. vannamei.

Teknologi bioflok (BFT/Bio Floc Technology) dalam akuakultur adalah


teknologi yang dikembangkan dengan memanfaatkan kemampuan
mikroorganisme yang membentuk flok untuk menghasilkan kondisi media

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 4


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

budidaya yang mendukung produksi ikan yang baik sekaligus menyediakan


pakan dalam bentuk flok yang potensial untuk meningkatkan efisiensi pakan
dan pertumbuhan ikan. Teknologi ini secara fisiologis akan mampu
meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan; secara ekonomis
terwujudnya efiensi pakan dan pergantian air dapat menekan biaya budidaya;
dan secara ekologis keberadaan bakteri yang melimpah mampu merombak
bahan organik dengan cepat sehingga timbulnya gas-gas beracun seperti NH3
dan H2S dapat terkendali dan terwujud lingkungan perairan yang aman untuk
mendukung budidaya perikanan yang berkelanjutan.

Salah satu keunggulan dari budidaya sistem bioflok adalah hemat air,
karena tidak memerlukan pergantian air sepanjang proses budidaya. Bagi
pembudidaya ikan gurame, keunggulan ini akan memberikan dua keuntungan.
Keuntungan pertama adalah akan sedikit kontak pembudidaya dengan ikan,
sehingga akan dapat mengurangi stress bagi ikan gurame dan kematian ikan
akibat stres juga dapat dihindari. Keuntungan kedua adalah tidak adanya
pergantian air akan mengurangi biaya pengadaan air dan juga mengurangi biaya
listrik, sehingga biaya produksi akan lebih murah dan secara ekonomi
memberikan keuntungan yang lebih besar.

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 5


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

Pertum-
Ikan Gurame
buhan
Nilai lambat
ekonomi
tinggi Rentan
mati

Pakan Lingkungan

Faktor penting yang BIOFLOC


BIOFLOC mempengaruhi produksi

Sisa pakan dan limbah pakan dari sisa metabolisme (70-80 %) (Avnimelech and Ritvo, 2003)
adalah bahan organik yang terakumulasi dalam media budidaya dan berpotensi menjadi racun bagi ikan.

Reduksi bahan organik dalam media budidaya dapat dilakukan dengan meningkatkan populasi bakteri heterotrof

C/N rasio adalah faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri heterotrof (Montoya & Velasco, 2000)

Gambar 2. Konsep penerapan teknologi bioflok untuk budidaya ikan Gurame

Teknologi bioflok ideal untuk diterapkan pada budidaya ikan gurame. Konsep
penerapan teknologi bioflok untuk budidaya ikan Gurame dapat dilihat pada Gambar
2. Polutan yang masuk ke media budidaya sebagai dampak dari kelebihan pakan
dapat dieliminasi, sehingga kualitas air tetap terjaga baik, sekalipun tanpa dilakukan
pergantian air. Stress ikan gurame yang relatif rendah pada teknologi ini dan suplai
pakan tambahan dari bioflok mendukung efisiensi pakan dan pertumbuhan ikan
gurame yang lebih baik. Upaya menumbuhkan bakteri dikakukan dengan mengatur
C/N rasio di media budidaya.

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 6


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

BAB BIOFLOK DAN


MORTALITAS
3 IKAN GURAME

Mortalitas ikan Gurame (Tabel 1) memperlihatkan bahwa media


pemeliharaan ikan dengan C/N ratio memberikan mortalitas lebih baik
(mortalitas rendah) dibanding kontrol. Berdasarkan hasil analisis ragam
diperoleh bahwa perlakuan C/N ratio berbeda memberikan pengaruh yang
berbeda nyata (P<0,05) terhadap mortalitas ikan Gurame. Hasil uji lanjut pada
Penelitian Tahun I menggunakan beda nyata terkecil, terlihat bahwa kontrol
berbeda nyata dengan perlakuan C/N ratio 12, 16, dan 20. Perlakuan C/N ratio
12 sama dengan C/N ratio 16, tetapi berbeda dengan perlakuan C/N ratio 20.
C/N rasio 20 pada Penelitian Tahun I memberikan tingkat mortalitas terbaik
yaitu 0 (tidak ada ikan yang mati).

Pada penelitian Tahun II, perlakuan C/N rasio 12 memberikan


pengaruh yang lebih baik Tabel 1. Mortalitas ikan Gurame pada
penelitian Tahun I dan Tahun II
terhadap mortalitas
Tahun Mortalitas
Variabel
dibanding kontrol. Proporsi Penelitian (%)

protein pakan yang rendah Kontrol 27,0a


C/N rasio 12 3,0b
tidak mempengaruhi Tahun I
C/N rasio 16 2,67b
kemampuan bioflok (C/N
C/N rasio 20 0,0c
rasio) untuk mendukung
Kontrol + protein
60,0 a
kehidupan ikan yang baik, pakan 30%
Tahun II
yaitu dengan tingkat C/N rasio 12 +
11,0 b
protein pakan 17%
mortalitas yang rendah. Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 7


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

Hal ini menunjukkan peran penting bioflok (C/N rasio) dalam mengendalikan
kematian ikan.

Mortalitas merupakan persentase ikan yang mati pada akhir


penelitian. Hasil penelitian ini memperlihatkan mortalitas ikan pada media
bioflok lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Mortalitas dapat terjadi
dikarenakan kualitas air yang jelek atau karena pathogen. Pada penelitian ini
kualitas air media pemeliharaan pada media bioflok yang tidak ganti air dan
kontrol yang ganti air relatif sama (lihat Bab 6). Rendahnya nilai mortalitas
pada media bioflok karena ada peranan dari bakteri. Penambahan karbon
pada media pemeliharaan ikan akan meningkatkan kelimpahan bakteri. Pada
penelitian ini nilai kelimpahan bakteri pada media perlakuan C/N ratio
(bioflok) lebih tinggi daripada kontrol pada akhir penelitian. Bakteri yang
tumbuh pada media bioflok ini merupakan bakteri heterotroph dan
menguntungkan. Tingginya jumlah bakteri yang menguntungkan ini akan
melawan bakteri pathogen yang ada di media pemeliharaan ikan. Selain itu
bioflok yang mengandung poly-β hydroxybutirate dapat meningkatkan system
imun ikan (Defoirdt dkk.(2007). Menurut Boyd (2015), nilai konsentrasi nitrit
0,66-2,00 mg/L dapat menyebabkan kematian pada ikan air tawar.

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 8


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

BAB BIOFLOK DAN


PERTUMBUHAN
4 IKAN GURAME
Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian ikan Gurame (Tabel 2) memperlihatkan


bahwa media pemeliharaan ikan dengan C/N ratio 12 memberikan laju
pertumbuhan harian terbaik,
Tabel 2. Laju pertumbuhan harian (%) ikan
Gurame selama penelitian yaitu sebesat 1,80%.
Perlakuan (C/N ratio) Berdasarkan hasil analisis
Ulang-an
Kontrol 12 16 20 ragam diperoleh bahwa
1 1,61 1,78 1,44 1,72 perlakuan C/N ratio berbeda
2 1,70 - 1,47 1,50 tidak memberikan pengaruh
3 - 1,81 1,50 1,36 yang berbeda nyata (P>0,05)
Rerata 1,65 1,80 1,47 1,53 terhadap laju pertumbuhan
harian ikan Gurame.

Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan mutlak ikan Tabel 3. Pertumbuhan bobot mutlak


(gram) ikan Gurame selama penelitian
Gurame (Tabel 3) memperlihatkan Perlakuan (C/N ratio)
Ulang-an
bahwa media pemeliharaan ikan Kontrol 12 16 20
dengan C/N ratio 12 memberikan 1 13,71 15,39 11,46 14,63
pertumbuhan mutlak terbaik, yaitu 2 14,56 - 12,00 12,34
sebesat 15,54 gram. Berdasarkan 3 - 15,68 12,25 10,89
hasil analisis ragam diperoleh Rerata 14,14 15,54 11,90 12,62

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 9


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

bahwa perlakuan C/N ratio berbeda tidak memberikan pengaruh yang


berbeda nyata (P>0,05) terhadap pertumbuhan mutlak ikan Gurame.

Perbedaan C/N ratio pada media bioflok dan kontrol tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata (P>0.05) terhadap laju pertumbuhan harian
(Tabel 2) dan pertumbuhan mutlak (Tabel 3) ikan gurame. Hasil yang tidak
berbeda ini menunjukan bahwa media bioflok dengan C/N ratio yang berbeda
masih mendukung untuk pertumbuhan ikan walaupun tidak dilakukan
pergantian air selama penelitian, sedangkan pada kontrol dilakukan
pergantian air kurang lebih 20% dari volume air. Pergantian air pada kontrol
dilakukan untuk menjaga kualitas air tetap baik. Pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh lingkungan dimana ikan dipelihara. Kualitas air merupakan
faktor lingkungan yang berpengaruh kepada pertumbuhan ikan. Pemanfaatan
aktivitas bakteri pada teknologi bioflok dapat mengurangi bahan organik di
dalam media budidaya (Avnimelech 2012), sehingga kualitas air tetap terjaga
dengan baik. Teknologi bioflok dapat menurunkan konsentrasi ammonium
dan menyebabkan perbaikan kualitas air pada kolam budidaya [8]. Hasil
penelitian [9] pada Litopenaeus vannamei, Magondu et al. (2013) pada Labeo
victorianus dan Wang et al. (2015) pada Carassius auratus, dimana semuanya
dipelihara dengan media C/N ratio berbeda memberikan hasil yang sama
dengan penelitian ini, yaitu tidak berperngaruh terhadap laju pertumbuhan
harian. Berbeda dengan hasil penelitian Widanarni et al. (2010), Zhao et al.
(2012), Xu dan Pan (2012), Husain et al. (2014), dan Faizullah et al. (2015),
dimana penggunaan teknologi bioflok memberikan laju pertumbuhan harian
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Teknologi bioflok juga
memberikan kinerja pertumbuhan yang lebih baik pada udang vanamei (Ray
et al. 2011; Schveitzer et al. 2013), pada udang Farfantepanaeus brasiliensis

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 10


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

([10], dan udang galah (Perez-Fuentes et al. 2013).

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 11


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

BAB BIOFLOK DAN


EFISIENSI PAKAN
5 IKAN GURAME

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan ikan Gurame (Tabel 4) memperlihatkan bahwa media


pemeliharaan ikan dengan C/N ratio 12 memberikan efisiensi pakan terbaik,
yaitu sebesat 76,29 %. Berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh bahwa
perlakuan C/N ratio berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata
(P<0,05) terhadap efisiensi pakan ikan Gurame. Hasil uji lanjut menggunakan
beda nyata terkecil, terlihat bahwa efisiensi pakan pada kontrol berbeda nyata
dengan C/N ratio 12 dan 20, tetapi
Tabel 4. Efisiensi pakan (%) ikan Gurame
sama dengan C/N ratio 16. Efisiensi selama penelitian

pakan pada perlakuan C/N ratio 12 Perlakuan (C/N ratio)


Ulang-an
Kontrol 12 16 20
berbeda dengan C/N ratio 16, tetapi
1 60,05 78,67 62,21 73,22
sama dengan C/N ratio 20;
2 50,69 - 63,67 64,60
sedangkan efisiensi pakan
3 - 73,90 64,67 68,22
perlakuan C/N ratio 16 sama
Rerata 55,37a 76,29b 63,52ac 68,68b
dengan C/N ratio 20 [11]. c

Konversi Pakan

Konversi pakan ikan Gurame (Tabel 5) memperlihatkan bahwa media


pemeliharaan ikan dengan C/N ratio 12 memberikan efisiensi pakan terbaik,
yaitu sebesat 1,31. Berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh bahwa

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 12


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

perlakuan C/N ratio berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata


(P<0,05) terhadap konversi pakan ikan Gurame. Hasil uji lanjut menggunakan
beda nyata terkecil, terlihat bahwa konversi pakan pada perlakuan kontrol
berbeda nyata dengan perlakuan
Tabel 5. Konversi pakan ikan Gurame
selama penelitian lainnya. Konversi pakan pada
Perlakuan (C/N ratio) perlakuan kontrol memberikan hasil
Ulang-an
Kontrol 12 16 20 terendah dari perlakuan lainnya,
1 1,67 1,27 1,61 1,37
yaitu sebesar 1,82. Perlakuan C/N
2 1,97 - 1,57 1,55
ratio 12 berbeda nyata dengan
3 - 1,35 1,55 1,47
perlakuan C?N ratio 16, tetapi sama
Rerata 1,82a 1,31b 1,57c 1,46bc dengan C/N ratio 20; sedangkan
konversi pakan perlakuan C/N ratio 16 sama dengan C/N ratio 20.

Penelitian Rosmawati dan Muarif (2017) memperlihatkan bahwa


perlakuan C/N ratio memberikan pengaruh terhadap efisiensi pakan ikan, hasil
efisiensi pakan tertinggi diperoleh pada perlakuan C/N ratio 12. Tabel 5.
memperlihatkan bahwa efisiensi pakan pada media bioflok lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol. Hal yang sama diperoleh pada penelitian
Widanarni et al. (2010) pada udang vanamei. Nilai efisiensi pakan yang lebih
tinggi pada media yang menggunakan bioflok menunjukan bahwa ikan lebih
dapat memanfaatkan pakan yang diberikan untuk pertumbuhannya. Xu et al.
(2012), menyatakan bahwa bioflok dapat memicu aktivitas enzim pencernaan,
yang mana memberikan keuntungan untuk pertumbuhan. Pengaruh dari
bioflok terhadap efisiensi pakan yang lebih tinggi dikarenakan adanya peranan
bakteri yang ada dalam media pemeliharaan ikan. Seperti telah diketahui
bahwa bakteri yang ada di dalam media budidaya akan membentuk flok
(gumpalan) yang merupakan pakan tambahan berprotein untuk ikan sehingga

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 13


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

dapat menaikan efisiensi pakan (Crab et al. 2007). Nutrisi yang terkandung
dalam flok cukup tinggi dan dapat dimanfaatkan langsung oleh ikan yang
dipelihara sebagai pakannya (Azim et al. 2007; De Schryver dan Verstraete
2009; Ekasari 2008; Kuhn et al. 2009).

Perlakuan C/N ratio yang berbeda memberikan pengaruh berbeda


nyata pada konversi pakan. Konversi pakan terbaik diperoleh pada perlakuan
C/N ratio 12. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini memperlihatkan bahwa
konversi pakan pada media bioflok lebih baik dibandingkan kontrol. Riani et
al. (2012), menyatakan bahwa teknologi bioflok mampu menurunkan ratio
konversi pakan. Pertumbuhan pada penelitian ini tidak berbeda antar
perlakuan, tetapi hasil konversi pakan berbeda nyata. Hasil penelitian yang
sama dimana nilai konversi pakan pada media bioflok lebih rendah
dibandingkan kontrol (Xu dan Pan 2012; Schveitzer et al. 2013; Zhao et al.
2012). Konversi pakan adalah jumlah pakan yang menghasilkan satu kilogram
ikan. Nilai konversi pakan yang rendah ini menunjukan bahwa pada perlakuan
C/N ratio jumlah pakan yang diberikan lebih sedikit dibandingkan kontrol.
Pertumbuhan yang sama, tetapi jumlah pakan lebih sedikit pada media bioflok
menunjukan adanya kontribusi dari bakteri sebagai pakan tambahan untuk
pertumbuhan ikan. Bakteri dalam media pemeliharaan ikan dapat digunakan
sebagai sumber pakan untuk ikan (Crab et al. 2007; Hari et al. 2004).

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 14


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

BAB BIOFLOK DAN


KUALITAS AIR
6

Suhu

Suhu air selama penelitian berkisar antara 25,0-28,4 oC pada Tahun I


dan 23,3–30,0 oC (Tabel 2). Nilai suhu tersebut masih tergolong baik sampai
optimal untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan Gurame. [12]
menetapkan kisaran sushu untuk kehidupan ikan adalah antara 12-35 oC
dengan kisaran terbaik anatara 24-30 oC.

Tabel 6. Kualitas air pada pada penelitian Tahun I dan Tahun II


Parameter Kualitas Air
Tahun
Variabel TAN
Penelitian Suhu (oC) pH DO (mg/L)
(mg/L)
Kontrol 25,0-27,8 6,7-7,2 5,2-7,1 0,4
C/N rasio 12 25,0-28,4 6,5-7,1 5,1-7,2 1,2
Tahun I
C/N rasio 16 25,0-27,7 6,3-7,0 5,1-7,1 0,6
C/N rasio 20 25,3-28,2 6,7-7,2 5,1-7,1 1,2
Kontrol + protein pakan
23,3-29,2 6,5-8,8 6,3-8,8 -
30%
Tahun II
C/N rasio 12 + protein
23,6–30,0 6,4-8,8 6,3-8,8 -
pakan 17%
Optimal untuk ikan* 24-30 6,5-9,0 >5 <0,1
Kriteria
Kisaran untuk ikan* 12-35 4-11 >2 0,1-2
Keterangan: * [12]

Kisaran suhu pada setiap perlakuaan relatif sama, menunjukkan C/N


rasio yang berbeda tidak mempengaruhi suhu. Dengan demikian sekalipun
pada perlakuan C/N rasio tidak dilakukan pergantian air akan tetapi memiliki
suhu yang relatif sama dengan kontrol.

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 15


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

pH

Nilai pH air menunjukkan derajat keasamaan air, semakin rendah pH


derajat keasamaannya semakin tinggi. Nilai pH air selama penelitian berkisar
antara 6,3-7,2 (Penelitian Tahun I) dan 6,4-8,8 (Penelitian Tahun II) (Tabel 1).
Sebaran nilai pH tersebut masih tergolong normal, bahkan optimal. Menurut
Bhatnagar and Devi (2013) ikan masih dapat hidup pada kisaran pH 4-11, akan
tetapi mencapai daya dukung yang optimum pada pH 6,0-9,0.

Kelarutan Oksigen (DO)

Oksigen sangat dibutuhkan untuk proses pernapasan ikan. Ikan


gurame memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut labirin sehingga
mampu hidup pada oksigen yang rendah. Menurut Bhatnagar and Devi 2013
oksigen terlarut yang masih dapat ditolerir oleh ikan adalah > 2 mg/L, dan ikan
hidup optimal pada oksigen terlarut > 5 mg/L. Konsentrasi oksigen terlarut
pada Tahun I berkisar antara 5,1-7,7 mg/L dan pada Tahun II berkkisar antara
, sehingga tergolong optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hisupnya
ikan Gurame.

Total Amonia (TAN)

Nilai TAN pada semua perlakuan masih dalam batas yang layak untuk
kelangsungan hidup ikan Gurame. Pada penelitian Tahun pertama didapatkan
nilai TAN antara 0,4-1,2 mg/L. Nilai TAN terendah diperoleh pada perlakuan
konrol, proses penyiponan dan pergantian air efektif mengeliminasi bahan
organik, sehingga kadar amonianya juga rendah. Pada perlakuan C/N rasio 12
dan 20 diperoleh nilai TAN yang cukup tinggi yaitu 1,2 mg/L, akan teapi nilai
tersebut masih dibawah ambang batas amonia aman yang ditetapkan
Bhatnagar and Devi 2013. Penambahan karbon untuk meningkatkan C/N rasio

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 16


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

terbukti mampu mengendalikan amonia sekalipun tidak dilakukan pergantian


air.

Hasil pengamtan amonia awal dan akhir penelitian terjadi penurunan


nilai TAN, yang dapat mengindikasikan bahwa bahan organik dimanfaatkan
oleh bakteri untuk pertumbuhannya. Menurut Hargreaves (2006), untuk
pertumbuhannya bakteri memanfaatkan nitrogen, sehingga menurunkan
konsentrasi ammonium yang ada di dalam air. Akumulasi bahan organik
menurun karena adanya aktivitas bakteri (Avnimelech 2012). Pada kontrol,
nilai TAN relatif tidak begitu berfluktuasi dibandingkan pada perlakuan C/N
ratio, dan nilainya juga lebih rendah. Rendahnya nilai TAN pada perlakuan
kontrol dikarenakan adanya pergantian air sebanyak 20% setiap harinya.
Selain itu rendahnya nilai TAN pada kontrol dikarenakan adanya proses
nitrifikasi dan denitrifikasi oleh bakteri, yang merubah TAN menjadi nitrit dan
nitrat.

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 17


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

DAFTAR PUSTAKA

[1] H. Manan, J. Hwei, Z. Moh, N. Azman, and K. Suhaimi, “Identification of


biofloc microscopic composition as the natural bioremediation in zero
water exchange of Pacific white shrimp , Penaeus vannamei , culture in
closed hatchery system,” Appl. Water Sci., vol. 7, no. 5, pp. 2437–2446,
2017.
[2] Y. Avnimelech and G. Ritvo, “Shrimp and fish pond soils : processes and
management,” vol. 220, no. 1–4, pp. 549–567, 2003.
[3] R. Crab, Y. Avnimelech, T. Defoirdt, P. Bossier, and W. Verstraete,
“Nitrogen removal techniques in aquaculture for a sustainable
production,” Aquaculture, no. October 2017, pp. 1–14, 2007.
[4] D. J. W. Moriarty, “The role of microorganisms in aquaculture ponds,”
Aquaculture, vol. 151, no. 1997, pp. 333–349, 1997.
[5] R. Affandi, “Studi kebiasaan makanan ikan gurame (Ospronemus
gouramy),” J. Ilmu-ilmu Perair. dan Perikan. Indones., vol. 1, no. 2, pp.
56–67, 1993.
[6] I. Mokoginta, M. Suprayudi, and M. Setiawati, “Kebutuhan opiimtum
protein dan energi pakan benih ikan gurame (Osphronemus gouramy
lac.),” J. Penelit. Perikan. Indoinesia, vol. 1, no. 3, pp. 82–94, 1995.
[7] D. P. Anderson, “Environmental factors in fish health: immunological
aspects,” Fish Physiol., vol. 15, no. 1996, pp. 289–310, 1996.
[8] J. Ekasari, “Teknologi Biotlok : Teori dan Aplikasi dalam Perikanan
Budidaya Sistem Intensif,” J. Akuakultur Indones., vol. 8, no. 2, pp. 117–
126, 2009.
[9] W. J. Xu, L. Q. Pan, X. H. Sun, and J. Huang, “Effects of bioflocs on water
quality , and survival , growth and digestive enzyme activities of
Litopenaeus vannamei ( Boone ) in zero -water exchange culture tanks,”
pp. 1–10, 2012.
[10] M. Emerenciano, E. L. C. Ballester, R. O. Cavalli, and W. Wasielesky,
“Biofloc technology application as a food source in a limited water
exchange nursery system for pink shrimp Farfantepenaeus brasiliensis
( Latreille , 1817 ),” Aquac. Res., vol. 4, no. 3, pp. 447–457, 2012.

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 18


TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAME

[11] Rosmawati and Muarif, “Growth and Feed Efficiency of Gourami Fish
Reared in Biofloc Media with Different C / N Ratios,” Int. J. Sci. Basic
Aplpied Res., vol. 36, no. 6, pp. 47–59, 2017.
[12] A. Bhatnagar and P. Devi, “Water quality guidelines for the
management of pond fish culture,” Int. J. Environ. Sci., vol. 3, no. 6, pp.
1980–2009, 2013.

BAHAN AJAR MANAJEMEN BUDIDAYA PERAIRAN 19

Anda mungkin juga menyukai