Anda di halaman 1dari 1

TUNA DAKSA

Tuna daksa adalah anak yang mengalami kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang,
dan persendian karena kecelakaan, kongenital, dan atau kerusakan otak. Tuna daksa disebut juga
cacat tubuh atau cacat ortopedi. Pada ilmu anak, tuna daksa disebut juga dengan gangguan
perkembangan motorik (motor disorders). Etiologi terjadinya gangguan motorik ini dipercaya
disebabkan oleh kelainan neurofisiologis dan terdapatnya cedera pada bagian otak.(1)

Kemampuan motorik dibagi menjadi dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik
kasar merupakan kemampuan yang melibatkan otot-otot besar (misalnya berjalan), sedangkan
motorik halus merupakan kemampuan yang melibatkan otot-otot kecil (misalnya menulis).

Patogenesis dari gangguan motorik halus pada bayi preterm secara perlahan dijelaskan.
Untuk moderately preterm/premature ringan (32-36 minggu kehamilan), terbukti bahwa ini
menjadi salah satu risiko yang menyebabkan meningkatnya masalah perkembangan. Anak yang
lahir dengan moderately preterm/premature ringan bagaimanapun tidak mengalami gangguan dari
motorik kasar, dimana anak yang lahir dengan very preterm/premature berat (<32 minggu
kehamilan).(1) beberapa studi juga menjelaskan bahwa extremity preterm/premature sangat berat
(<28 minggu kehamilan) merupakan faktor risiko terjadinya gangguan perkembangan seperti
motorik, behavior dan performance sekolahnya.(2)

Berikut ini merupakan perubahan perkembangan penting yang terjadi di otak selama
kehamilan prematur: Peningkatan volume materi putih lima kali lipat, peningkatan mielinisasi,
konektivitas neuron, arborisasi dendritik, pembentukan persimpangan sinaptik, dll.(3)

Jenis cedera otak yang paling umum pada bayi prematur adalah cedera materi putih yang
difus. Pre-oligodendrosit adalah target seluler utama pada cedera materi putih otak yang
menyebabkan jenis cedera otak ini, dan selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi motorik.
Cedera primer pada pre-oligodendrosit berhubungan dengan karakteristik yang tergantung pada
pematangan yang membuat sel-sel ini rentan terhadap dua mekanisme hulu utama: hipoksia–
iskemia dan infeksi sistemik atau peradangan. Mekanisme hulu utama ini bertemu pada tiga hilir
yang berinteraksi mekanisme: aktivasi mikroglial, eksitotoksisitas, dan pada akhirnya serangan
radikal bebas yang berkontribusi terhadap kerusakan saraf. Setiap bayi prematur mengalami
berbagai tingkat hipoksia–iskemia dan peradangan, dan karena motorik memerlukan jaringan otak
yang terintegrasi dan efisien untuk memberi makan informasi sensorik online dari beberapa
korteks sensorik ke korteks motorik dengan cepat, anak prematur meningkat kerentanan terhadap
kerusakan materi putih dapat dengan mudah mempengaruhi pengembangan jaringan tersebut.
Jenis cedera otak tertentu, seperti perdarahan dan lesi iskemik, yang mempengaruhi korteks
motorik dan saluran kortikospinalis.(1,2,3)

Anda mungkin juga menyukai