Anda di halaman 1dari 9

Antihelmintik Ekstrak Rimpang ….

(Rian Nurhasanah) 1

ANTIHELMINTIK EKSTRAK RIMPANG PAKU Drynaria quercifolia TERHADAP


MORTALITAS CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO
The Antihelmintik of Drynaria quercifolia l. J. SmExtract toward Ascaridia galli Worms Mortality in an
in vitro Treatment

Oleh:Rian Nurhasanah, Program Studi BiologiJurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
AlamEmail: riannurhasanah@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi ekstrak rimpang paku Drynaria
quercifolia terhadap mortalitas cacing Ascaridia galli secara in vitro, mengetahui konsentrasi ekstrak rimpang paku
Drynaria quercifolia yang efektif dalam mematikan cacing Ascaridia galli secara in vitro, serta untuk mengetahui
toksisitas ekstrak rimpang paku Drynaria quercifolia terhadap mortalitas cacing Ascaridia galli secara in vitro.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016. Perlakuan yang
dikenakan berupa variasi konsentrasi ekstrak rimpang paku yaitu 13,5 %; 24%; 42%; 56% dan 75% terhadap mortalitas
cacing selama 8 jam. Sampel cacing diperoleh secara acak dengan syarat panjang cacing 7-10 cm. Ekstrak dibuat
dengan melarutkan rimpang paku dalam etanol 70%. Uji pendahuluan dilakukan sebelum uji toksisitas secara in vitro.
Hasil uji toksisitas selanjutnya dianalisis menggunakan analisis regresi linear dan analisis probit.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variasi konsentrasi ekstrak rimpang paku mempengaruhi mortalitas cacing dengan nilai signifikan
0,000< 0,05, artinya ada pengaruh nyata (signifikan) variasi konsentrasi ekstrak terhadap mortalitas cacing, Nilai
koefisien determinasi sebesar 0,164, artinya pengaruh konsentrasi ekstrak hanya 16,4% sedangkan sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain, misalnya karena kondisi perlakuan secara in vitro tidak sebaik kondisi cacing secara in vivo.
Kata kunci: Antihelmintik, paku Drynaria quercifolia, cacing Ascaridia galli

Abstract
This research aimed to know the effect of Drynaria quercifolia (a species of tumbuhan paku) extract
concentration and different time of treatment toward Ascaridia galli worms mortality according to in vitro treatment,
the effective concentration of Drynaria quercifolia extract to kill the Ascaridia galli worm in an in vitro treatment, and
to know the toxicity of Drynaria quercifolia extract toward Ascaridia galli worms mortality in an in vitro treatment.
This research is an experimental research which was done in March to May 2016.The Drynaria quercifolia extract
consentration which done toward Ascaridia galli worms mortality were 13,5 %; 24%; 42%; 56% and 75% in 8 hours.
Ascaridia galli worms samples were took randomly which has 7-10 cm length. Drynaria quercifolia extract made by
Drynaria quercifolia in ethanol 70%. The result of the toxicity test were analyzed by linier-regretion analysis and
probit analysis. The result of this research showed that the different concentration of treatment were effected toward
Ascaridia galli worms mortality with 0,000< 0,05 significan value, meant there was tangible effect (significan effect)
on the Drynaria quercifolia extract concentration toward Ascaridia galli worms mortality. The determine coeficient
value was 0,164, meant that the effect of the Drynaria quercifolia extract concentration were just 16,4%. While the rest
was effected by others variable, such as the in vitro condition toward Ascaridia galli worms not as well as the in vivo
condition.

PENDAHULUAN mengalami penurunan produksi akibat terserang


Menurut Deptan (2004: 64), ditinjau dari penyakit cacingan. Masyarakat mengenal cacing
segi ekonomis, beternak ayam yang paling ini dengan nama cacing gelang. Studi kasus yang
menguntungkan adalah beternak ayam boiler dan dilakukan oleh Suparman (Irawan, 1995: 64)
ayam kampung. Para peternak unggas banyak menunjukkan bahwa ketika usus halus ayam
yang mengeluhkan hewan ternak mereka kampung yang terinfeksi dibelah, akan ditemukan
2Jurnal Biologi Vol 5 No 4 Tahun 2016

banyak cacing gelang didalamnya. Selain itu Masyarakat mengendalikan infeksi cacing
ditemukan cacing gelang di dalam kotoran yang gelang pada ayam dengan cara memberikan obat
dikeluarkan. Menurut Mukayat (1987: 134) antihelmintik untuk mengeluarkan cacing. Obat
hampir 99% cacing yang ditemukan di dalam usus antihelmintik yang beredar di pasaran adalah
ayam adalah jenis Ascaridia galli. piperazin sitrat. Piperazin sitrat bersifat sintetis
Penyakit yang disebabkan oleh cacing dan memiliki harga yang relatif mahal bagi
Ascaridia gallidikenal dengan nama Ascariosis. masyarakat. Penggunaanpiperazin dalam waktu
Ascariosis menimbulkan kerugian dalam bidang lama dapat menimbulkan peningkatan populasi
peternakan, apalagi komoditas ternak ayam cacing yang resisten terhadap antihelmintik. Obat
memegang peranan penting dalam penyedian cacing sintetis juga dapat terakumulasidi dalam
protein hewani, baik untuk produksi daging tubuhayam. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
maupun produksi telur (Deptan, 2004: 65). alternatif obat antihelmintik yang berasal dari
Ascariosis tidak menimbulkan kematian tetapi tanaman dengan harga yang relatif murah dan
secara ekonomis merugikan. Beberapa kerugian mudah diperoleh sehingga dapat menambah
ekonomi yang ditimbulkan adalah nilai jual turun, keragaman obat cacing dan menghindari efek
waktu bertelur terhambat, produksi telur berkurang samping dari obat cacing sintetis.
dan kondisi ternak secara umum menurun Sebenarnya penyakit pada ayam dapat
sehingga mempermudah terinfeksi oleh penyakit disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
lainnya, diare, gangguan pencernaan dan absorbsi jamur, bakteri, protozoa (Coccidiosis), parasit
zat makanan, kerusakan mukosa usus, pendarahan (kutu dan cacing), atau karena defisiensi salah satu
dan anemia (Adiwinata dan Sukarsih, 1992: 21). zat makanan, namun yang paling umum
Pertumbuhan ayam yang terinfeksi cacing disebabkan oleh cacing. Oleh karena itu, penyakit
Ascaridia galli menjadi terhambat hingga 38% menjadi faktorpenting dalam beternak ayam,
sehingga di akhir pemeliharaan didapat berat karena apabila ternak terserang penyakit sudah
badan ayam yang rendah (Tabbu, 2002:37). menjadi indikasi gagalnya suatu peternakan.
Menurut perhitungan Dirjen Peternakan tahun Terutama peternak tradisional yang kurang
1985 kerugian ekonomi akibat infeksi cacing memperhatikan tentang cara pemeliharaan yang
sebesar 250 milyar rupiah per tahun baik, salah satu contohnya dengan membiarkan
(Kusumamihardja, 1992: 94), sedangkan ayam berkeliaran tanpa memperhatikan kebersihan
Kusumamihardja (1992: 94) menganalisis bahwa kandang dan lingkungannya (Wahyu, 1997: 10).
kerugian kasar akibat infeksi cacing pada saluran Drynaria quercifoliamerupakan salah satu
pencernaan ayam potong sebesar 2.240 – 3.148 tumbuhan paku yang memiliki kemampuan
juta kg atau 4,48 – 6,29 milyar rupiah setahun. sebagai daya antihelmintik.Tanaman
Antihelmintik Ekstrak Rimpang …. (Rian Nurhasanah) 3

inimengandung saponin, tanin, fenol dan fitosterol. 100 %, 10-1 % dan 102 % dari volume ekstrak. Uji
Menurut Liener (1969: 170) senyawa saponin toksisitas menggunakan 5 konsentrasi perlakuan
dapat menghambat kerja enzim asetilkolinesterase dengan berdasar pada hasil uji pendahuluan dan
yang menyebabkan penumpukan asetilkolin. Skala Rand/Doundorof (1980: 391) yaitu13,5 %;
Penumpukan asetilkolin akan menimbulkan 24%; 42%; 56% dan 75%.
ketegangan otot cacing yang dapat mengakibatkan
Waktu dan Tempat Penelitian
kematian. Penggunaan rimpang paku Drynaria
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei
quercifolia sebagai alternatif obat cacing selain
2016. Pengambilan rimpang paku Drynaria
kandungannya juga karena rimpang paku
quercifolia dilakukan di taman Fakultas Teknik
Drynaria quercifolia mudah di dapat dan
UNY, cacing Ascaridia galli ditempat pemotongan
melimpah di lingkungan masyarakat. Dampak
ayam Pasar Terban, perlakuan uji di Laboratorium
penggunaan rimpang paku Drynaria quercifolia
hewan FMIPA UNY, dan pembuatan ekstrak di
secara ekonomi dapat menekan biaya produksi dan
LPPT UGM, Yogyakarta.
biaya pemeliharaan yang cukup besar sehingga
Target/Subjek Penelitian
peternak ayam tidak akan mengalami kerugian.
Populasi hewan uji berupa cacing gelang
Berdasarkan beberapa hal diatas, dalam
(Ascaridia galli). Sampel cacing gelang diperoleh
penelitian ini peneliti akan membuat obat alternatif
dari usus halus (duodenum) di Pasar Terban,
menggunakan ekstrak rimpang paku Drynaria
Yogyakarta, secara acak bersyarat (rendom
quercifolia. Tujuannya untuk mengetahui
sampling bersyarat) yaitu dengan panjang 7-10
pengaruh, konsentrasi efektif dan sifat toksisitas
cm.
ekstrak tersebut dalam mematikan cacingAscaridia
Prosedur
galli pada berbagai konsentrasiekstrak secara in
vitro. 1. Pembuatan dan verifikasi kandungan zat aktif
ekstrak rimpang pakuDrynaria quercifolia
METODE PENELITIAN
Pembuatan ekstrak rimpang
Jenis Penelitian
pakudilakukan melalui proses maserasi selama
Penelitian inimerupakan penelitian
24 jam dengan pelarut etanol 70%. Verifikasi
eksperimen yang dilakukan dengan uji
kandungan zat aktif ekstrakdilakukan dengan
pendahuluan dan uji toksisitas. Uji pendahuluan
metode KLT. Keberadaan flavonoid pada
untuk menentukan ambang atas dan ambang
sampel ditunjukkan dengan warna kuning,
bawah ekstrak rimpang paku Drynaria quercifolia
saponin dengan warna biru, dan tanin
terhadap mortalitas cacing Ascaridia galli.
ditunjukkan dengan warna biru-kelabu.
Konsentrasi ekstrak menggunakan deretan
2. Uji pendahuluan
konsentrasi berbasis angka 10 yaitu 10 -2 %, 10-1%,
4Jurnal Biologi Vol 5 No 4 Tahun 2016

Uji pendahuluan dilakukan untuk Data dianalisis menggunakan analisis regresi


menentukan ambang atas dan ambang bawah linear dan analisis probit. Analisis regresi linear
ekstrak terhadap mortalitas cacing Ascaridia digunakan untuk mengetahui pengaruh variasi
galli. Konsentrasi ekstrak menggunakan konsentrasi ekstrak rimpang paku Drynaria
deretan konsentrasi berbasis angka 10 yaitu 10 - quercifolia(x)terhadap mortalitas cacing Ascaridia
2
%, 10-1 %, 100 %, 10-1 % dan 102 % dari galli (y) secara in vitro. Analisis probit dilakukan
volume ekstrak.Setiap cawan berisi 100 ml untuk menentukan LC50-8jam pada uji toksisitas.
larutan dan 10ekor cacing Ascaridia galli. Selanjutnya nilai LC50-8jam dibandingkan dengan
Penghitungan cacing yang mati dilakukan Skala Toksisitas Loomis.
setiap 1 jam sekali. Cacing dinyatakan mati HASIL DAN PEMBAHASAN
apabila tidak menunjukkan respon ketika Tabel 1. Mortalitas cacing Ascaridia galli pada uji
pendahuluan ekstrak rimpang paku
diberi rangsangan menggunakan batang
Drynaria quercifolia
pengaduk dan jarum ose. Konsentrasi ambang Konsentras Ulanga  Mortalitas Cacing (Jam) Mortali
atas dan ambang bawah yang diperoleh dari uji i (%) n Ke (ekor) tas (%)
1 2 3 4 5 6 7 8
pendahuluan, kemudian digunakan untuk 0,01 1 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
rentang konsentrasi di uji toksisitas atau uji 2 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
sesungguhnya.
4 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3. Uji toksisitas 5 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Uji toksisitas menggunakan 5 0,1 1 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
konsentrasi perlakuan berdasarkan hasil uji
3 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
pendahuluan danSkala Rand/Doundorof (1980: 4 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0

391). Data mortalitas per 1 jam selama 8 jam 5 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0


1 1 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(dalam %) tiap konsentrasi uji digunakan
2 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
untuk menghitung LC50-8jam menggunkan 3 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Analisis Probit dengan program SPSS 17 4 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0


5 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(Asih, 2014: 6).Nilai LC50-8jam dibandingkan
10 1 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
dengan Skala Toksisitas Loomis (1978: 22) 2 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
untuk menetukan tingkatan toksisitas ekstrak
4 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
rimpang paku Drynaria quercifolia terhadap 5 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
mortalitas cacing Ascaridia galli secara in 100 1 10 0 10 10 10 10 10 10 10 100
2 10 0 10 10 10 10 10 10 10 100
vitro.
3 10 0 10 10 10 10 10 10 10 100
4 10 0 10 10 10 10 10 10 10 100
Teknik Analisis Data 5 10 0 10 10 10 10 10 10 10 100
Antihelmintik Ekstrak Rimpang …. (Rian Nurhasanah) 5

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa cacing Ascaridia gallisebesar 92% sedangkan
konsentrasi ambang bawah ekstrak rimpang pada konsentrasi 13,5% rerata mortalitas cacing
pakusebesar 10% dan konsentrasi ambang Ascaridia galli hanya 54%. Hal tersebut terjadi
atasnyasebesar 100%. Konsentrasi ambang atas karena semakin besar konsentrasi zat toksik akan
dan bawah ini digunakan sebagai rentang semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk
konsentrasi ekstrak pada uji toksisitas. membunuh cacing Ascaridia galli. Begitu
Tabel 2. Mortalitas cacing Ascaridia galli pada uji sebaliknya, semakin lama waktu perlakuan maka
toksisitas ekstrak rimpang paku Drynaria
semakin tinggi waktu toksisitas bahan uji yang
quercifolia

Rerata terpapar pada cacing Ascaridia galli. Daya tahan
mortal
Konsentr Ulang  Mortalitas Cacing (Jam) Mortalit
asi (%) an Ke (ekor) as (%)
itas tubuh hewan uji akan semakin turun hingga
(100%)
1 2 3 4 5 6 7 8 konsentrasi yang rendah pun sudah dapat
13,5 1 10 0 0 0 0 0 0 0 4 40 54
mematikan (Sukiya, 1999: 18).
2 10 0 0 0 0 0 0 1 3 30
3 10 0 0 0 0 0 0 0 6 60
4 10 0 0 0 0 0 0 0 6 60
5 10 0 0 0 0 0 1 1 8 80
24 1 10 0 0 0 0 0 1 3 8 80 92
2 10 0 0 0 0 0 1 5 9 90
3 10 0 0 0 0 0 2 7 10 100
4 10 0 0 0 0 0 2 6 10 100
5 10 0 0 0 0 0 1 3 9 90
42 1 10 0 0 0 0 5 10 10 10 100 100
2 10 0 0 0 0 7 10 10 10 100
3 10 0 0 0 1 7 10 10 10 100
4 10 0 0 0 1 8 10 10 10 100
5 10 0 0 0 0 6 10 10 10 100
56 1 10 0 0 3 7 10 10 10 10 100 100
2 10 0 0 4 7 10 10 10 10 100
3 10 0 0 2 6 10 10 10 10 100
4 10 0 0 3 8 10 10 10 10 100
5 10 0 0 6 10 10 10 10 10 100
75 1 10 0 3 10 10 10 10 10 10 100 100
Gambar 1. Diagram batang rata rata mortalitas
2 10 0 6 10 10 10 10 10 10 100 cacing Ascaridia galli terhadap
3 10 0 3 10 10 10 10 10 10 100 perlakuan waktu dan variasi
4 10 0 3 10 10 10 10 10 10 100 konsentrasi ekstrak rimpang paku
5 10 0 4 10 10 10 10 10 10 100 Drynaria quercifolia
Berdasarkan data mortalitas cacing
Berdasarkan diagram tersebut dapat
Ascaridia galli yang diperoleh, rerata mortalitas
diketahui bahwa penggunaan ekstrak rimpang
cacing Ascaridia galli tertinggi terdapat pada
paku Drynaria quercifolia pada konsentrasi 42%
konsentrasi 75%, 56%, dan 42% yaitu sebesar
memiliki efektivitas mortalitas yang sama dengan
100%.Pada konsentrasi 24%, rerata mortalitas
penggunaan piperazin sitrat (kontrol positif) yaitu
6Jurnal Biologi Vol 5 No 4 Tahun 2016

dapat menyebabkan mortalitas cacing Ascaridia galli. Seberapa besar pengaruh variasi konsentrasi
galli sebesar 100% pada jam ke-6, namun dalam ekstrak rimpang paku Drynaria quercifolia
segi waktu, penggunaan ekstrak rimpang paku terhadap mortalitas cacing Ascaridia galli dapat
Drynaria quercifolia pada konsentrasi 42% dilihat pada tabel 4.
memiliki waktu yang lebih cepat. Hal ini Tabel 4. Data analisis regresi linear besarnya
persentase pengaruh variasi konsentrasi
membuktikan bahwa dalam kecepatan mematikan
ekstrak rimpang paku Drynaria
cacing ekstrak rimpang paku Drynaria quercifolia terhadap mortalitas cacing
Ascaridia galli
quercifolialebih efektif daripada obat pembanding
piperazin sitrat. Model Summary
Tabel 3. Data analisis regresi linear uji toksisitas
ekstrak rimpang paku Drynaria Mode Adjusted R Std. Error of
quercifoliaterhadap mortalitas cacing l R R Square Square the Estimate
Ascaridia galli 1 .405a .164 .161 4.15397
ANOVAb
a. Predictors: (Constant), konsentrasi
Sum of Mean
Sumber: Analisis data primer
Model Squares df Square F Sig.
1 Regressi 939.889 1 939.889 54.46 .000a
on 9
Residual 4797.021 278 17.255
Total 5736.911 279 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh
a. Predictors: (Constant), konsentrasi koefisien determinasi (R2) sebesar 0,164 yang
b. Dependent Variable: hasil
artinya pengaruh variasi konsentrasi ekstrak
a
Coefficients
rimpang paku Drynaria quercifolia terhadap
Standardi
zed mortalitas cacing Ascaridia galli adalah sebesar
Unstandardized Coefficie
Coefficients nts 16,4% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
Std.
Model B Error Beta t Sig. variabel lain. Variabel ini berkaitan dengan
1 (Constan .354 .555 .637 .525
t) batasan pada penelitian in vitro, karena pada
konsentr .916 .124 .405 7.380 .000 keadaan in vivo cacing Ascaridia galli dapat
asi
a. Dependent Variable: hasil hidup selama 90 hari, yaitu 50 hari cacing jalani
Sumber: Analisis data primer mulai dari telur hingga dewasa dan 40 hari cacing
Analisis regresi linear menunjukkan bahwa jalani sebagai cacing dewasa hingga mengalami
variasi konsentrasi mempengaruhi jumlah kematian. Padahal pada penelitian secara in vitro,
mortalitas cacing Ascaridia galli. Hal ini dapat cacing hanya dapat hidup selama 8 jam di dalam
dilihat dari nilai signifikan 0,000< 0,05. Artinya larutan fisiologis NaCl 0,9%. Oleh karena itu,
ada pengaruh yang nyata (signifikan) variasi sebaiknya pada penelitian berikutnya gunakanlah
konsentrasi ekstrak rimpang paku Drynaria kotoran pada usus ayam kampung sebagai larutan
quercifolia terhadap mortalitas cacing Ascaridia
Antihelmintik Ekstrak Rimpang …. (Rian Nurhasanah) 7

kontrol karena lebih mendekati pada keadaan in bantuan enzim kholinesterase. Asetilkolin yang
vivo cacing tersebut. dihasilkan tersebut disimpan di dalam vasikel
Data uji toksisitas pada tabel 2 sinaptik. Apabila implus saraf mencapai terminal
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi akson, vasikel sinaptik akan melepaskan sejumlah
maka semakin besar jumlah mortalitas cacing, hal asetilkolin untuk meningkatkan reseptor spesifik
tersebut dikarenakan semakin tinggi konsentrasi yang terletak di bagian luar membaran sel dari
zat toksik (saponin) yang diberikan dalam periode perikaryon, dendrit, atau sel efektor pada enzim
waktu tertentu akan menyebabkan semakin asetilkolinesterase. Sel efektor pada enzim
banyak zat toksik yang masuk ke dalam tubuh asetilkolinesterase berfungsi sebagai
hewan uji. Saponin yang masuk ke dalam tubuh biokatalisator penguraian asetilkolin menjadi
cacing Ascaridia galli dapat mempengaruhi asam asetat dan kolin, setelah asetilkolin
proses fisiologis di tubuhnya sehingga membawa implus melewati sinaptis. Penumpukan
mengganggu kelangsungan hidup cacing. Saponin asetilkolin akan meneruskan implus saraf
masuk ke dalam tubuh melalui dinding tubuh dan sehingga menaikkan mekanisme penghantaran
saluran pencernaan. implus dan gerakan otot, akibatnya otot terus
Saponin pada ekstrak rimpang paku bekerja. Keadaan ini akan memerlukan banyak
Drynaria quercifolia dapat menghambat kerja energi, sehingga serat otot yang kehabisan ATP
enzim asetilkolinesterase pada sistem saraf cacing akan mengalami ketegangan otot yang hebat.
Ascaridia galli. Asetilkolin (ACH) dibentuk pada Kejadian ini akan mendorong kematian cacing
ujung saraf dari kolin dan asam asetat dengan Ascaridia galli.
pakuDrynaria quercifolia positif mengandung
senyawa saponin, tanin, dan flavonoid. Saponin
digunakan sebagai alternatif obat cacingan. Oleh
karena itu, penggunaan obat alternatif untuk
mengobati penyakit cacingan ini sangat
bermanfaat bagi para peternak
Saponinmempunyai efek yang sama
dengan obat pembanding piperazin sitrat.
Gambar 2. Skema produksi, pelepasan dan piperazin sitrat bekerja dengan cara memblokade
penggunaan asetilkolin menurut Liener (1969:170)
enzim asetilkolinesterase sehingga asetilkolin
Berdasarkan hasil verifikasi kandungan tidak dapat diubah menjadi asam asetat dan kolin.
ekstrak rimpang paku Drynaria quercifolia yang Keadaan ini mengakibatkan depolarisasi ion Ca2+
dilakukan di LPPT UGM, ekstrak rimpang tidak berhenti dan terjadi konstraksi otot terus
8Jurnal Biologi Vol 5 No 4 Tahun 2016

menerus, sehingga otot cacing menjadi kelelahan rentan terhadap ekstrak rimpang paku Drynaria
dan kemudian mati. quercifolia, yaitu sistem saraf.
Berdasarkan hasil analisis probit pada data
SIMPULAN DAN SARAN
tabel 2, diperoleh LC50-8jam sebesar 42,55984%.
Simpulan
Nilai ini diperoleh dari nilai probability 0,5.
1. Variasi konsentrasi ekstrak rimpang paku
Maksud dari nilai LC50-8jam sebesar 42,55984%
Drynaria quercifolia mempengaruhi jumlah
adalah pada konsentrasi 42,55984% ekstrak
mortalitas cacing Ascaridia galli. Hal ini dapat
rimpang paku Drynaria quercifolia memiliki efek
dilihat dari nilai signifikan 0,000< 0,05.
mematikan bagi cacing Ascaridia galli paling
Artinya ada pengaruh yang nyata (signifikan)
efektif. Daya racun suatu bahan kimia terhadap
variasi konsentrasi ekstrak rimpang paku
suatu organisme, menurut Loomis (1978: 22)
Drynaria quercifolia terhadap mortalitas
digolongkan dalam beberapa tingkatan tergantung
cacing Ascaridia galli. Walaupun demikian,
dari banyak sedikitnya bahan kimia tersebut dapat
nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,164,
menyebabkan pengaruh buruk. Penggolongan
artinya pengaruh variasi konsentrasi ekstrak
daya racun bahan kimia menurut Loomis disajikan
hanya 16,4% sedangkan sisanya dipengaruhi
pada tabel 6.
oleh variabel lain, seperti adanya batasan
Tabel 5. Penggolongan toksisitas menurut Loomis
atas dasar banyaknya zat kimia yang penelitian in vitro misalnya kondisi lingkungan
diperlukan untuk menimbulkan bahaya
cacing secara in vitro tidak mendekati kondisi
Nilai LC50-96jam Tingkat Daya Racun
cacing secara in vivo.
< 1 mg/1 Luar biasa toksik
2. Konsentrasi efektif ekstrak rimpang paku
1 – 50 mg/l Sangat toksik
Drynaria quercifolia dalam mematikan cacing
50 – 500 mg/l Cukup toksik
Ascaridia galli secara in vitro adalah
0,5 – 5 g/l Sedikit toksik
konsentrasi 42%.
5 – 15 g/l Praktis tidak toksik
>15 g/l Relatif kurang berbahaya 3. Ekstrak rimpang paku Drynaria
quercifolia bersifat sangat toksikterhadap
mortalitas cacing Ascaridia galli secara in
Sumber: Loomis (1978: 22)
vitro.
Nilai LC50-8jam = 42,55984% ekstrak
rimpang paku Drynaria quercifoliakemudian Saran

dibandingkan dengan data pada tabel 5, ekstrak 1. Sebaiknya pada penelitian berikutnya
rimpang paku Drynaria quercifoliatergolong menggunakan kotoran pada usus ayam
dalam tingkatan sifat daya racun yang sangat kampung sebagai larutan kontrol karena lebih
toksik. Efek ini terletak pada bagian tubuh yang mendekati pada keadaan in vivo cacing
Antihelmintik Ekstrak Rimpang …. (Rian Nurhasanah) 9

tersebut, sehingga batasan penelitian secara in Liener, Irvin E. (1969). Toxic Constituens of Plant
Foodstuffs. New York, USA: Academic
vitro dapat diperjelas.
Press.
2. Sebaiknya pada penelitian in vitro perlu
Loomis, T.A. (1978). Toksikologi Dasar. (Alih
dilakukan kajian ulang terkait batasan
Bahasa: Imono Argo Donatus). Semarang:
penelitian in vitro karena penelitian in vitro IKIP Semarang Press.
memiliki ruang lingkup yang luas.
Mukayat, D.B. (1987). Parasit dan Parasitisme.
3. Dilakukan penelitian lebih lanjut terkait daya Jakarta: PT Melton Putra.
antihelmintik ekstrak rimpang paku Drynaria
Rand, G.M. (1980). Detection Bioassay in
quercifolia terhadap mortalitas cacing Introduction to Environmental Toxicology.
F.E. Guthris and J.J. Perry (Eds). New
Ascaridia galli pada ayam kampung tidak
York: Elsevier.
hanya secara in vitro tetapi juga secara in vivo
Sukiya. (1999). Toksisitas Limbah Cair Pabrik
agar kebermanfaatan bagi dunia kesehatan
Kulit terhadap Kehidupan dan Organ
hewan lebih nyata. Osmoregulasi Ikan Tombro (Cyprinus
carpio L). Seminar Nasional Biologi.
Yogykarta: FMIPA-IKIP Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Tabbu, C. R. (2002). Penyakit Ayam dan
Adiwinata, G., & Sukarsih. (1992). Gambaran
Penyebabnya. Penyakit Asal Parasit, Non
Darah Domba yang Terinfeksi Cacing
Infeksius dan Enthiologi Kompleks. Vol. 2.
Nematoda Saluran Pencernaan Secara
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Alami di Kab. Bogor Kec. Jeruk, Jasinga
dan Rumpin. Majalah Penyakit Hewan
Wahyu, J. (1997). Ilmu Nutrisi Unggas Cetakan
Avesia. Hlm. 13-17.
Ke-4. Yogyakarta: UGM Press
Asih, A. (2014). Antihelmintik Infusa Daun
Andong (Cordyline fruitosa) terhaadap
Ascaridia galli secara in vitro. Hasil
Penelitian Parasitologi.Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Deptan. (2004). Buku Saku Peternakan. Jakarta:


Direktorat Jenderal Bina Produksi
Peternakan, Departemen Pertanian
Republik Indonesia.

Irawan, A. (1995). Menanggulangi Berbagai


Panyakit Ayam, Cetakan Kedua. Solo: CV
Aneka.

Kusumamihardja, S. (1992). Parasit dan


Parasitosis Pada Ternak dan Hewan
Piaraan diIndonesia. Bogor: Pusat Antar
Universitas IPB.

Anda mungkin juga menyukai