Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan tak terlepas dari suatu proses belajar mengajar yang melibatkan guru

dan siswa. Interaksi edukatif ini diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

dirumuskan sebelum pembelajaran. Salah satu harapan guru terhadap pelajaran yang

diberikan adalah siswa mampu menguasai materi yang diberikan secara tuntas. Harapan

ini didukung oleh berbagai tindakan yang harus dilakukan guru, diantaranya guru bisa

mengelola kelas dengan baik, guru harus mampu mengadakan variasi dalam mengajar

baik dari segi model, metode, pendekatan dalam pembelajaran maupun media

pembelajaran belum efektif. Metode yang biasa dipakai untuk proses pembelajaran IPA

Terpadu selama ini adalah metode ceramah, informasi dengan memakai media charta

atau hanya sekedar mengisi LDS (Lembar Diskusi Siswa).

Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal

3 menyatakan bahwa: “Pendidikan nacional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang bertakwa kepadaTuhan YME, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”. Dengan memperhatikan isi dari UU No. 20 tahun 2003 tersebut,

peneliti berpendapat bahwa tugas seorang guru memang berat, sebab kemajuan suatu

bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang

seorang guru atau pendidik tidak berhasil mengembangkan potensi peserta didik maka

1
negara itu tidak akan maju, sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan

potensi peserta didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas.

Dalam pelajaran IPA, pembelajaran menekankan pada pengembangan

keterampilan berpikir melalui proses dan produk. IPA merupakan ilmu yang diperoleh

dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan

selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif).

Ada dua hal yang berkaitan dengan IPA yang tidak terpisahkan, yaitu IPA

sebagai produk (pengetahuan IPA yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori)

temuan ilmuwan dan IPA sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran

IPA dan penilaian hasil belajar IPA harus memperhatikan karakteristik ilmu IPA

sebagai proses dan produk. Dengan demikian, tujuan mata pelajaran IPA oleh peserta

didik hendaknya dicapai melalui berbagai pendekatan, strategi, dan atau model-model

pembelajaran yang menekankan pengembangan keterampilan berpikir melalui proses

dan sikap ilmiah.

Untuk mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Menurut Wina

Sanjaya (2006 : 19), peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola,

demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu

membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil

dengan baik.

Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran adalah dengan mengganti cara / model pembelajaran yang selama ini

tidak diminati lagi oleh peserta didik, seperti pembelajaran yang dilakukan dengan

ceramah dan tanya-jawab, model pembelajaran ini membuat peserta didik jenuh dan

2
tidak kreatif. Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan peserta

didik sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-

masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak

sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah peserta

didik yang lebih banyak berperan (kreatif).

Peningkatan kualitas pembelajaran ditandai dengan semakin meningkatnya hasil

belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Tetapi, kenyataan yang dialami

oleh guru IPA di SMP N 2 Sitihasil belajar IPA masih rendah dan sering menjadi

kendala dalam menentukan keberhasilan siswa. Salah satu penyebab rendahnya hasil

belajar pada mata pelajaran IPA adalah rendahnya aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran sehingga menyebabakan hasil belajar peserta didik pun rendah.

Hasil dari pengamatan proses pembelajaran dikelas IX.A SMP N 2 Sitiung pada

mata pelajaran IPA , minat dan perhatian peserta dididk terhadap pembelajaran IPA

kurang sekali. Hal ini dapat dilihat dari 22 peserta didik yang mau bertanya hanya 3

orang (13,64 %) , mau menjawab 5 orang (22,72%) , yang acuh tak acuh 5 orang

(22,72%), yang mengganggu teman 3 orang (13,63%) dan lainnya mendengarkan dan

mau mencatat.

Dengan diterapkannya berbagai model pembelajaran yang dapat mengaktifkan

siswa, diharapkan siswa aktif dalam belajar sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan.

Pada saat pembelajaran di kelas diharapkan interaksi antara siswa dengaa siswa,

maupun siswa dengan guru dapat berjalan dengan baik. Siswa dapat melibatkan diri

secara aktif, siswa mau bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat dan

3
memberi saran baik kepada teman maupun kepada guru sehingga pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran menjadi tinggi.

Berdasarkan yang peneliti hadapi di dalam proses pembelajaran IPA yang tidak

aktif maka peneliti berusaha mencarikan model pembelajaran lain, sehingga

pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas. Model pembelajaran yang akan di

coba untuk melakukannya adalah model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student

Teams Achievement Divisions) di kelas IX. A SMPN 2 Sitiung. Pada akhirnya

diharapkan, melalui penerapan metode pembelajaran koopertif tipe STAD ini nantinya

dapat memacu tumbuhnya semangat, saling membantu dan saling memotivasi di antara

peseta didik, dan akhirnya juga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar

pada mata pelajaran IPA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan dan supaya penelitian

ini lebih terarah maka perlu dirumuskan masalah pokok yang ingin dicari jawaban

pemecahannya adalah sebagai berikut: “Apakah dengan pengunakan metode

Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dalam

pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar kelas IX. A di SMP Negeri 2

Sitiung?

C.Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif

tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran IPA di kelas

IX. A SMP N 2 Sitiung

4
D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Metode pembelajaran

kooperatif type STAD (Student Teams Achievement Divisios) ini diharapkan

menjadikan proses Pembelajaran IPA lebih menyenangkan dan berkesan, serta tidak

menjenuhkan, melatih siswa untuk meningkatkan kerjasama, saling membantu dan

saling memotivasi dalam belajar, meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

IPA.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakekat Pendidikan IPA

IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya

produk saja tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan dalam hal

melaksanakan penyelidikan ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya

melalui pengamatan, eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional. Sedang

sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur dalam mengumpulkan data yang

diperoleh.Dengan menggunakan prosesdan sikap ilmiah itu saintis memperoleh

penemuan-penemuan atau produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori.

Jadi pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses

ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri atas

kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga

merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari

gejala-gejala alam yang belum dapat direnungkan.

Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau

bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar (Sudjana,

1991:29)Jadi kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan

sengaja dicipatakan, gurulah yang menciptakannya guna pembelajaran anak

didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua

unsur manusiawi ini, lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan

sebagai mediumnya. Disana semua komponen pengajaran diperankan secara

optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum

6
pengajaran dilaksanakan. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa

terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya.

Dalam interaksi ini siswa lah yang lebih aktif, guru hanya berperan sebagai

motivator dan fasilitator. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses

memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan

proses belajar (Sudjana, 1991:29)

Jadi kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja

dicipatakan, gurulah yang menciptakannya guna pembelajaran anak didik. Guru

yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur

manusiawi ini, lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai

mediumnya. Disana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal

guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran

dilaksanakan. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa terlibat dalam

sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi

ini siswa lah yang lebih aktif, guru hanya berperan sebagai motivator dan

fasilitator.

B. Hakekat Belajar

Hilgrad (Dimyati dan Mujiono, 1994:9) mengatakan belajar adalah proses

melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan, yang dibedakan

dalam perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan,

misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk belajar.

Sedangkan Skiner (Dimyati dan Mujiono, 1994:9) berpandangan bahwa belajar

7
adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih

baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.

C. Aktifitas Belajar

Aktifitas adalah keaktifan; kegiatan; kesibukan (Tim Penyusun Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 1989). Aktifitas belajar adalah segala bentuk atau

kegiatan untuk melakukan proses pembelajaran. Aktifitas belajar IPA yang

dimaksud disini adalah aktifitas yang dilakukan siswa dalam belajar IPA baik

secara individu maupun kelompok dalam menemukan dan memahami konsep

yang mencakup berbagai keterampilan dasar.

Dalam penelitian ini aktifitas belajar yang akan diamati oleh guru ataupun observer

adalah;

1. Aktif dalam diskusi kelompok dalam timnya

2. Aktif berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan dalam menyelesaikan soal,

tidak hanya menyerahkan tugas penyelesaian soal pada seseorang anggota tim

3. Aktif berdiskusi untuk menyelesaikan tugas.

4. Aktif berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas

Upaya untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar perlu ditumbuhkan

agar memperoleh hasil belajar yang baik, jangan sampai aktifitas yang terjadi tidak

mendukung pada proses pembelajaran seperti ; mengganggu teman, banyak main-

main, sering keluar (izin), dan lain-lain. Pendapat ini sesuai dengan pendapat

S. Nasution (1995:90) yang mengatakan bahwa “Tanpa aktifitas, belajar tidak akan

memberikan hasil yang baik” ini berarti guru harus memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya kepada siswa untuk berkembang secara aktif dalam belajar.

8
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara sadar dan sengaja

mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindarkan

ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan,

sebagai latihan hidup di masyarakat. Menurut Muslimin dkk, 2000 (dalam

Widyantini, 2008: 4) semua model pembelajaran ditandai dengan adanya

struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Pembelajaran

kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan kerja sama

antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu

menurut Agus Suprijono (2011) model pembelajaran kooperatif adalah

rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-

kelompok tertentu untu mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Ada 4 unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Adanya peserta dalam kelompok

2. Adanya aturan kelompok

3. Adanya upaya belajar setiap aggota kelompok

4. Adanya tujuan yang harus dicapai

Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif Muslim dkk (dalam Widyantini

2008:4) adalah sebagai berikut:

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang dikerjakan dalam kelompok.


9
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota

kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab

yang sama diantara anggota kelompok.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggung

jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar

sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-

beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin,

anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta

memperhatikan kesetaraan jender.

c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing

individu.

Tabel 1. Langkah- langkah dalam pembelajaran kooperatif.

Langkah Indikator Tingkah Laku Siswa


Langkah 1 Menyampaikan Guru menyampaikan tujuan
tujuan dan pembelajaran dan
memotivasi siswa mengkomunikasikan kompetensi

10
dasar yang akan dicapai serta
memotivasi siswa.
Langkah 2 Menyajikan Guru menyajikan informasi kepada
informasi tentang siswa.
materi
pembelajaran
Langkah 3 Mengorganisasikan Guru menginformasikan cara
siswa ke dalam pengelompokkan siswa.
kelompok-
kelompok belajar
Langkah 4 Membimbing Guru memotivasi serta memfasilitasi
kelompok belajar kerja siswa untuk materi
pembelajaran dalam kelompok-
kelompok belajar.
Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi pembelajaran yang
telah dipelajari.
Langkah 6 Memberikan Guru memberikan penghargaan hasil
penghargaan belajar individu dan kelompok.

Menurut Muslimin dkk (2000) dalam Widyantini (2008 : 12), manfaat

pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah antara lain adalah:

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.

2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.

3. Memperbaiki kehadiran.

4. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar.

5. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.

6. Konflik antar pribadi berkurang.

11
7. Sikap apatis berkurang.

8. Motivasi lebih besar atau meningkat.

9. Hasil belajar lebih tinggi

10.Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok

yang memiliki aturan-aturan tertentu, pada dasarnya adalah siswa membentuk kelompok

kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam

pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa

dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan

karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya

terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa

berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya (Priyanto, 2007

dalam Trianto, 2009: 189).

Menurut Lie, 2002 (dalam Trianto, 2009: 190) pembelajaran kooperatif

adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja

sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstuktur, dan dalam sistem ini guru

bertindak sebagai fasilitator. Sedangkan menurut Abdurrahman dan Bintaro ( dalam

Trianto, 2009: 190) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih,

dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.

Berdasarkan beberapa mengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat

(siswa lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar yang lainnya.

12
Tanggung jawab guru selama pembelajaran berlangsung antara lain:

Memonitor prilaku siswa

a. Memberi bantuan jika diperlukan

b. Menjawab pertanyaan jika pertanyaan itu merupakan pertanyaan tim

c. Menginterupsi proses untuk menguatkan keterampilan-keterampilan kooperatif

atau untuk memberikan pengajaran langsung kepada seluruh siswa

d. Memberikan ringkasan pelajaran

e. Mengevaluasi proses kelompok dengan mendiskusikan tindakan-tindakan

anggota timg.

f. Membantu para siswa belajar bertanggung jawab dalam pembelajaran secara

individu

Manfaat pembelajaran kooperatif antara lain adalah :

a.Lebih banyak meluangkan waktu pada tugas

b. Rasa percaya diri menjadi lebih tinggi

c. Sikap apatis berkurang

d. Pemahaman lebih mendalam

e. Motivasi lebih besar

f. Hasil belajar lebih baik

g. Dan lain-lain

b. Model Pembelajaran Tipe STAD

13
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif

yang dikembangkan oleh Robert E Slavin dkk dari Universitas John Hopkins. Model ini

dipandang yang paling sederhara dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran

kooperatif. Pada model ini pembelajaran lebih mendorong keaktifan, kemandirian, dan

tanggung jawab dalam diri siswa. Sehingga siswa saling bertukar pendapat dalam

memahami konsep secara berdiskusi dalam kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams achievment Divisions),

tipe ini memiliki tujuan kognitif yaitu informasi akademik sederhana dan tujuan sosial

kerjasama dalam kelompok. Menurut Slavin (Pahyono, 2004:4), model pembelajaran

kooperatif tipe STAD terdiri dari 5 komponen (fase), yakni: a) Presentasi kelas (Class

Presentation); b) Pembentukan tim (Teams); c) Kuis individu (Individual Quizzes); d)

Perubahan skor individu (Individual Improvement Score); e) Pengakuan tim (Team

Recognition).

Model ini sangat cocok untuk menyajikan materi pembelajaran terstruktur yang

terdiri dari bebarapa bagian dan saling berhubungan antar bagiannya. Misalnya seorang

guru akan menyajikan pokok materi/ bahasan A, B, C dan D. Artinya, sebelum dapat

mempelajari Sub B, siswa harus menguasai sub A, sebelum mempelajari sub C, siswa

harus sudah menguasai Sub A dan B, demikian seterusnya untuk sub D.

STAD singkatan dari Student Teams Achievement Division yang berarti kelompok

siswa yang menghasilkan kesuksesan dalam artian sukses belajar. Inti kegiatan dalam

STAD adalah sebagai berikut:

1. Mengajar: Guru mempresentasikan materi pelajaran yang sesuai dengan yang

disyaratkan oleh silabus pengajaran.

14
2. Belajar dalam tim: siswa dengan bimbingan dan arahan guru belajar melalui

kegiatan kerja dalam kelompok mereka dengan dipandu oleh LKS untuk

mengerti dan menuntaskan materi pelajaran.

3. Pemberian kuis : Siswa mengerjakan kuis secara individual dan siswa tidak

boleh bekerja sama dengan yang lain.

4. penghargaan: pemberian penghargaan pada siswa yang berprestasi dan tim yang

memperoleh skor tertinggi dalam menyelesaikan kuis.

Prosedur pelaksanaan model Cooperative Learning tipe STAD dalam pengajaran IPA

dapat digambarkan sebagai berikut : guru merencanakan proses pembelajaran yang

sesuai dengan silabus pengajaran dengan menyiapkan LKS, meteri pelajaran, kuis,

lembar angket observasi aktivitas siswa, lembar observasi guru dan rubrik kinerja guru

serta perangkat pengajaran di rumah untuk diberikan kepada siswa di depan kelas. Pada

saat yang sudah ditentukan semua perencanaan dilaksanakan pada kelas yang dimaksud.

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah seperti

pada tabel berikut :

Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Langkah-langkah pembelajaran KEGIATAN GURU


kooperatif tipe STAD adalah
sebagai berikut :
Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan dan pembelajaran yang ingin dicapai pada
memotivasi siswa pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar satu topik yang sudah ditentukan
lebih dahulu.

15
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi baik dengan peragaan (demonstrasi) atau
teks mengenai topik yang diajarkan.
Fase 3 Guru menjelaskan siswa bagaimana
Mengorganisasikan siswa ke caranya membentuk kelompok belajar dan
dalam kelompok-kelompok membantu setiap kelompok agar
belajar melakukan perubahan yang efisien.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok
Membantu kerja kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas dan
dalam belajar mendiskusikan pekerjaannya dalam
kelompok masing-masing dan tiap
individu anggota kelompok memiliki tugas
dan tanggung jawab yang sama untuk
menguasai materi pelajaran.
Fase 5 Guru mengetes individu atau kelompok
Melakukan tes materi untuk mengevaluasi penguasaan mereka
terhadap materi bahan ajar

16
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian tindakan kelas dengan

menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Esensi dari penelitian tindakan

kelas terletak pada adanya tindakan dalam situasi yang dialami untuk memecahkan

permasalahan praktis.

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas IX.A SMP Negeri 1

Sitiung, Kabupaten Dharmasraya yang terletak di kenagarian Sitiung, pada

semester 2 dengan jumlah siswa sebanyak 22 orang, yang terdiri 8 orang laki-

laki, dan 14 orang perempuan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama empat (4) bulan, yaitu

dari bulan Januari sampai bulan April 2017 semester 2 tahun pelajaran 2016 /

2017.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pembelajaran IPA dengan materi “Matahari,

Bulan, Bintang dan Satelit Buatan” yang meliputi kegiatan guru dan siswa dalam

proses meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

17
B. Prosedur Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas.

2. Materi Ajar

Materi ajar disesuaikan dengan kurikulum yang dianut di sekolah yaitu kurikulum

KTSP . Materi pembelajaran adalah Matahari, Bulan, Bintang Dan satelit Buatan.

3. Lama Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan setiap siklus

terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap kali pertemuan proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan lembar hasil ulangan harianpeserta didik pada setiap

akhir siklus I dan Siklus II sebagai alat pengumpul data selama penelitian.

5. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan sebanyak 2 siklus kegiatan,

yaitu kegiatan siklus I dan siklus II. Setiap siklus dilaksanakan dengan prosedur

perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observation) dan

refleksi (reflection). Hal ini dapat dilihat dalam Gb. 3.1 sebagai berikut

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

18
Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

a. Persiapan Awal Penelitian

Persiapan awal penelitian ini diamati pada pembelajaran sebelumnya tanpa

menggunakan model pembelajaran kooperatif, kemudian diuji dengan memberikan

soal-soal. Hasil ujian ini dijadikan sebagai data awal. Adapun data awal seperti pada

tabel 1 yaitu rincian perolehan nilai siswa kelas IX.A SMPN 2 Sitiung.

Tabel 3.1 Data awal nilai IPA kelas IX.A SMPN 2 Sitiung

No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase

1 90-100 0 0

2 80-89 4 18,19

3 70-79 5 22,72

4 60-69 5 27,27

5 < 60 8 36,37

Jumlah 22 100

a. Siklus I

19
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri dan tanpa dibantu seorang

guru sebagai observer. Secara garis besar langakah-langkah penelitian tindakan kelas

melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD

a). Tahap Perencanaan

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan berbagai persiapan

awal, yaitu :

1). Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran di Kelas.

2). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3).Merancang kegiatan Pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4).Membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang masing-masing

kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang dengan latar belakang yang

bervariasi, baik jenis kelamin, tingkat kecerdasan, suku, agama dan

tingkat kecerdasannya.

5).Masing-masing kelompok berembuk untuk menentukan siapa yang

menjadi ketua kelompok, moderator dan pembahasa soal-soal yang

ada dalam LKS.

6).Membuat LKS untuk setiap pertemuan untuk masing-masing

kelompok membuat lembar observasi siswa, dan perangkat

pembelalajan.

b). Tahap Pelaksanaan Tindakan

1). Siswa dikondisikan untuk mengikuti model pembelajaran kooperatif

tipe STAD.

20
2). Siswa diingatkan kembali tentang materi sebelumnya yaitu ciri - ciri

trafo step up dan step down.

3).Masing-masing siswa dibekali LKS tentang materi yang akan dipelajari

hari itu.

4). Siswa dibagi dalam kelompok- kelompok yang sama besar.

5). Guru memberikan penjelasan singkat tentang materi hari itu.

6). Siswa bekerja secara kolaboratif menyelesaikan pekerjaan yang ada di

LKS, guru memberi bantun jika diperlukan.

7 ).Salah satu kelompok kecil yang telah ditunjuk memberikan presentasi

singkat tentang LKS mereka. Siswa yang belum faham diberikan

waktu untuk bertanya.

8). Siswa dibimbing oleh guru untuk mengambil kesimpulan dari LKS

yang telah mereka kerjakan.

c). Tahap Pengamatan

Tahap pengamatan dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung.

d). Tahap Refleksi

Guru menganalisis dan merefleksi pelaksanaan hasil tindakan

siklus I.Untuk keperluan analisis ini dilakukan kegiatan antara lain

memeriksa lembar ulangan harian peserta didik. Hasil analisis dan

refleksi terhadap tidakan I ini menjadi bahan pelaksanaan tindakan

berikutnya.

b. Siklus II

21
Setelah dilakukan penelitian siklus I berikutnya dilanjutkan dengan pelaksanaan

pembelajaran siklus II dengan bertitik tolak pada hasil refleksi pada siklus I. Materi

pada siklus II masih kompetensi dasar yang sama. Siklus II juga terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

a).Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan RPP serta sarana prasarana.

b). Tahap Pelaksanaan Tindakan

1). Siswa dikondisikan untuk mengikuti model pembelajaran kooperatif

tipe STAD.

2). Siswa diingatkan kembali tentang materi sebelumnya yaitu anggota

tata surya

3). Masing-masing siswa dibekali LKS tentang materi yang akan

dipelajari hari itu.

4). Siswa dibagi dalam kelompok- kelompok yang sama besar yang

berbeda dengan kelompok pada siklus I

5). Guru memberikan penjelasan singkat tentang materi hari itu.

6). Siswa bekerja secara kolaboratif menyelesaikan pekerjaan yang ada

di LKS, guru memberi bantun jika diperlukan.

7). Salah satu kelompok kecil yang telah ditunjuk memberikan

presentasi singkat tentang LKS mereka. Siswa yang belum faham

diberikan waktu untuk bertanya.

8). Siswa dibimbing oleh guru untuk mengambil kesimpulan dari LKS

yang telah mereka kerjakan.

22
9). Kuis yang merupakan tugas individu.

10). Observer mengisi lembar observasi sesuai dengan kegiatan yang

sedang berlangsung.

c). Tahap Pengamatan

Tahap pengamatan dilakukan pada saat kegiatan sedang

berlangsung.

d). Tahap Refleksi

Tahap refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan

observer yang melakukan pengamatan selama proses pelaksanaan siklus

II. Pada tahap ini peneliti menganalisis data yang diperoleh berdasarkan

proses dpembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil analisis data akan

diketahui apa saja yang menjadi hambatan siswa dalam proses

pembelajaran.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Observasi

Pengumpulan data dengan observasi, yaitu untuk memperoleh

informasi bagaimana pembelajaran IPA yang dilaksanakan dalam 2 siklus

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Setiap

siklus terdiri dari kegiatan perencanaan ,tindakan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan tindakan, dan refleksi terhadap tindakan. Termasuk juga

aktifitas belajar siswa.

2. Tes

23
Tes yang diberikan berupa tes tiap akhir siklus, tes bertujuan untuk melihat

hasil belajar siswa pada aspek kognitif. Dalam penyusunan tes peneliti

mengkonsultasikan dengan kolaborator. Tes tersebut terdiri dari soal-soal

dalam bentuk essay. Dalam penyusunan tes tersebut penulis melakukan

langkah-langkah untuk memenuhi validitas sebagai berikut :

a. Menentukan tujuan mengadakan tes, yaitu untuk mendapatkan hasil

belajar siswa.

b. Membuat pembatasan terhadap bahan yang akan diujikan.yaitu batasan

mengenai materi pelajaran yang dituangkan dalam kisi-kisi soal tes, kisi-

kisi soal tes siklus I dan kisi-kisi soal tes siklus II.

c. Menyusun butir-butir soal yang akan diujikan yang berbentuk essay

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara terus menerus pada setiap siklus tindakan.

Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah :

a. Catatan lapangan / jurnal guru tentang kejadian yang terjadi selama tindakan, baik

yang positif maupun yang negatif.

b. Lembaran tes untuk melihat hasil belajar.

E. Analisa Data

Analisa data hasil penelitian tindakan kelas merupakan interpretasi dari hasil

observasi, aktifitas siswa selama pembelajaran dievaluasi, direvisi dan direfleksikan

untuk mengetahui adanya peningkatan aktifitas belajar siswa. Data yang diperoleh dari

kegiatan pembelajaran pada materi sistem tata surya melalui penerapan pendekatan

24
kooperatif tipe STAD akan digunakan untuk mengambil kesimpulan terhadap hasil

penelitian.

1. Data Hasil Observasi

Untuk melihat kecenderungan aktivitas siswa belajar IPA, data

yang terkumpul pada lembar pengamatan dianalisis dengan cara

menghitung prosentase aktivitas siswaa belajar IPA dengan

menggunakan rumus teknik proporsi (Sudjana, 1996) yaitu

K = [ A / N ] x 100 %

Dengan K = presentase siswa yang aktif dalam setiap aktivitas

A = jumlah siswa yang melakukan aktivitas

N = jumlah total siswa

2. Data hasil tes

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan

perhitungan persentase. Data diperoleh dari hasil tes tertulis, setelah data

diperoleh dilakukan pengolahan data sebagai berikut:

a. Persentase ketuntasan belajar klasikal

Untuk melihat ketuntasan belajar, dilakukan dengan melihat

penguasaan belajar siswa terhadap pokok bahasan yang dipelajari.

Ketuntasan belajar diukur dengan menggunakan kriteria belajar yang

tercantum dalam buku pedoman analisis hasil belajar Depdikbud

(1994:6) yaitu

1). Siswa dikatakan tuntas belajar jika siswa tersebut telah menguasai

65% dari materi yang diuji.

25
2). Siswa dikatakan tuntas secara klasikal jika 85% dari pengikut tes

telah menguasai materi 65% dari materi yang diajarkan.

s
TB = x100%
n

Dimana: TB = Tuntas belajar

S = Jumlah yang memperoleh nilai lebih dari atau sama

dengan 6,5

N = Jumlah Siswa

b. Nilai rata- rata

x=
x
n

Dimana

x = Nilai rata-rata siswa

x = Nilai siswa

n = Jumlah siswa

Data hasil belajar yang diperoleh dikatakan meningkat apabila

hasil belajar yang diperoleh dari siklus kedua lebih tinggi dari hasil

belajar siklus pertama . Dimana pada penelitian ini peneliti menggunakan

hasil tes ulangan harian sebagai titik awal untuk melihat peningkatan

pada siklus pertama.

26
.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Studi Pendahuluan

Pada kondisi awal diperoleh angka ketuntasan 75 % sebagai dasar

perencanaan siklus I. Kesalahan dalam menjawab soal cukup beragam dilihat dari

hasil tes pada materi sebelum penelitian.

Table 4.1 Data Awal Hasil Ulangan Harian sebelum penelitian


No Nama Hasil nilai ulangan
1. Aprilia Delvi 65

2. Andrian Saputra 75

3. Chiko 45

4. Darmi 88

5. Desi Arisandi 75

6. Dian Arfini 60

7. Dian Safitri 60

8. Edi santoso 50

9. Fiki hermansyah 40

10. Gracetina 81

11. Maisaroh 84

12. M. Amin 50

13. Pito Fernando 35

27
14. Maria susanti 80

15. Radiah 40

16. Ramadanil 60

17. Susi deswati 76

18. Ultra Iskandar 73

19. Utari ega pratiwi 82

20. Wanda 62

21. Widya 75

22. Yelsa 60

Jumlah 1.421 (64,59 %)

Tabel 4.2 Data awal nilai IPA kelas IX.A SMPN 2 Sitiung

No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase

1 90-100 0 0

2 80-89 4 18,18

3 70-79 5 22,73

4 60-69 5 22,73

5 < 60 8 36,36

Jumlah 22 100

Ketuntasan KKM 4 18,18

28
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah perencanaan,

pelaksanaan, pengamatandan refleksi. Prosedur ini dilaksanakan melalui kegiatan siklus

I dan kegiatan perbaikan pada siklus II .

B. Siklus I

1. Perencanaan

a. Peneliti melakukan kegiatan analisis tentang temuan data awal, hanya 18,18

% kemampuan ketuntasan hasil belajar yang dicapai oleh siswa kelas IX.A

SMPN 2 Sitiung.

b. Data awal tersebut diambil ketika peneliti merancang RPP tidak

menggunakan pembelajaran kooperatif.

c. Peneliti menyusun RPP perbaikan pada siklus I dengan mempersiapkan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

d. Membuat perencanaan format dan standar pengamatan

e. Peneliti menyiapkan LKS setiap kali pertemuan

f. Menyiapkan soal-soal tertulis untuk tes kegiatan pada siklus I.

2. Pelaksanaan

a. Pendahuluan

1) Menyiapkan kondisi kelas dan pembelajaran yang kondusif

2) Peneliti mengabsen siswa

3) Peneliti memberikan pertanyaan motivasi dan prasarat

4) Menyampaikan tujuan

b. Kegiatan inti

29
1) Peneliti melaksanakan kegiatan proses pembelajaran pada kegiatan

perbaikan siklus 1. Berupaya menyajikan bahan ajar seperti yang

tertera pada RPP perbaikan pertama. Menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses belajar IPA kelas

IX.A SMPN 2 Sitiung

2) Siswa dibagi 4 kelompok diskusi, peneliti membagikan LKS untuk

masing masing kelompok.

3) Peneliti melakukan bimbingan agar siswa dapat menguasai konsep

bahan ajar IPA melaui diskusi kelompok sesuai dengan RPP

perbaikan

4) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya.

5) Siswa dengan bimbingan membahas hasil kerja dengan cara tanya

jawab

c. Penutup

1). Peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran

2). Peneliti memberikan penghargaan kepada siswa dan kelompok yang

aktif

3). Peneliti memberikan test tertulis di akhir PBM

4). Hasil jawaban dinilai, sebagai dasar untuk dijadikan hasil belajar pada

siklus 1

3. Observasi

30
a. Hasil observasi dan penilaian pada kegiatan meningkat, aktifitas dan hasil

belajar siswa terlihat meningkat melalui model pembelajaran kooperatif tipe

STAD di kelasIX.A SMPN 2 Sitiung.

b. Pada siklus I terdapat kemajuan hasil belajar dari nilai rata-rata 64,59 ( data

awal ) menjadi 76,09.

c. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD,ternyata siswa-siswa kelas

IX.A SMPN 2 Sitiung aktif dan menerima pesan-pesan pembelajaran dengan

baik.

Table 4.3 Data Nilai Hasil Ulangan Harian I Siklus I

No Nama Hasil nilai ulangan


1. Aprilia Delvi 78

2. Andrian Saputra 80

3. Chiko 75

4. Darmi 90

5. Desi Arisandi 78

6. Dian Arfini 75

7. Dian Safitri 78

8. Edi santoso 68

9. Fiki hermansyah 70

10. Gracetina 90

11. Maisaroh 90

12. M. Amin 56

31
13. Pito Fernando 58

14. Maria susanti 80

15. Radiah 65

16. Ramadanil 78

17. Susi deswati 80

18. Ultra Iskandar 80

19. Utari ega pratiwi 85

20. Wanda 70

21. Widya 80

22. Yelsa 70

Jumlah 1.674 (76,09%)

Tabel 3.1 Data Nilai Ulangan I IPA Siklus kelas IX.A SMPN 2 Sitiung

No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase

1 90-100 3 13,64

2 80-89 6 27,27

3 70-79 9 40,91

4 60-69 2 9,09

5 < 60 2 9,09

Jumlah 22 100

Ketuntasan KKM 9 40,90

d. Rata-rata nilai ulangan harian pada siklus I adalah 70,00

4. Refleksi

32
Berdasarkan hasil pengamatan dari pelaksanaan pembelajaran

ditemukan hal-hal seperti di bawah ini :

a. Siswa kurang mempersiapkan diri belajar dan mengerti penjelasan guru di

awal pembelajaran yang mengakibatkan mereka masih ada yang bingung

memahami pertanyan-pertanyaan yang ada dalam LKS.

b. Sebagian besar peserta didik sangat tekun mengikuti penjelasan tentang

Matahari, Bulan, Bintang, dan Satelit Buatan tapi aktivitas masih sangat

rendah pada keaktifan berdiskusi dalam kelompok.

c. Sebagian besar peserta didik sangat tertarik mengikuti sistem pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

d. Hasil belajar peserta didik dapat diperbaiki melalui model pembelajaran

kooperatif tipe STAD, ini terlihat pada ketuntasan yang dicapai pada siklus I

adalah40,90 %. Jika dibandingkan dengan data awal yaitu 18,18% maka

perbaikan kegiatan siklus I terjadi kenaikan ketuntasan sebanyak 22,72%.

e. Masih banyak peserta didik yang belum mencapai ketuntasan seperti yang

diharapkan pada siklus I, yaitu dari 22 siswa ada 6 siswa yang belum tuntas.

f. Berdasarkan dari refleksi siklus I maka dapat dibuatkan dalam bentuk table

sbb.

10
8
6
jumlah siswa
4
persentase
2
0
90-100 80-89 70-79 60-69

33
C. Siklus II

Kegiatan pelaksanaan siklus II dilaksanakan sama dengan kegiatan siklus

sebelumnya meliputi : perencanaan,pelaksanaan, pengamatan, refleksi.

1. Perencanaan

Dalam rangka meningkatkan aktifitas dan hasil belajar yang ingin dicapai pada

siklus 1 belum optimal. Perencanaan pada kegiatan perbaikan siklus II ini di

fokuskan kembali dalam upaya meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa

terhadap materi Matahari, Bulan, Bintang dan satelit buatan melalui model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

a. Peneliti membuat perencanaan perbaikan pada kegiatan siklus II

b. Peneliti membuat RPP perbaikan pada siklus II

c. Peneliti menyiapkan LKS dan dibantu oleh alat peraga lain.

d. Peneliti menyusun soal-soal test evaluasi yang akan di gunakan pada kegiatan

siklus II.

2. Pelaksanaan

a. Pendahuluan

1) Menyiapkan kondisi kelas dan pembelajaran yang kondusif

2) Peneliti mengabsen peserta didik

3) Peneliti memberikan pertanyaan motivasi dan prasarat

4) Menyampaikan tujuan

b. Kegiatan inti

1) Peneliti menyajikan pembelajaran dibantu dengan Charta.

34
2) Siswa dibagi 4 kelompok diskusi kemudian membagi LKS untuk masing-

masing kelompok.

3) Peneliti melakukan bimbingan terutama kepada siswa yang belum tuntas

4) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok

5) Peneliti bersama siswa membahas hasil kerja secara kelompok dengan cara

bertanya jawab.

c. Penutup

1) Peneliti bersama siswa membuat kesimpulan

2) Peneliti memberikan penghargaan kepada siswa dan kelompok yang aktif

dalam diskusi.

3) Peneliti memberikan test tertulis di akhir PBM untuk mengetahui hasil

belajar

4) Hasil jawaban dinilai, sebagai dasar untuk dijadikan hasil belajar pada

siklus I.

3. Observasi

a. Dengan memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ternyata

siswa mudah menerima pesan-pesan pembelajaran.

Table 4. Data Nilai Hasil Ulangan Harian II Siklus II

No Nama Hasil nilai ulangan


1. Aprilia Delvi 88

2. Andrian Saputra 85

3. Chiko 77

4. Darmi 90

35
5. Desi Arisandi 80

6. Dian Arfini 82

7. Dian Safitri 85

8. Edi santoso 70

9. Fiki hermansyah 72

10. Gracetina 90

11. Maisaroh 92

12. M. Amin 56

13. Pito Fernando 70

14. Maria susanti 90

15. Radiah 78

16. Ramadanil 78

17. Susi deswati 80

18. Ultra Iskandar 82

19. Utari ega pratiwi 95

20. Wanda 76

21. Widya 85

22. Yelsa 78

Jumlah 1.779 ( 80,86 %)

Tabel 4. Data Nilai Ulangan II IPA Siklus II kelas IX.A SMPN 2 Sitiung
No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase
1 90-100 5 22,72
2 80-89 8 36,36
3 70-79 8 36,36
4 60-69 0 0
36
5 < 60 1 45,45
Jumlah 22 100
Ketuntasan KKM 13 59,09

4. Refleksi

a. Peserta didik kelas IX.A SMPN 2 Sitiung dapat diperbaiki hasil belajar

IPA melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini dapat di

buktikan pada siklus 1I dapat dicapai ketuntasan 59,09%. Jika

dibandingkan dengan data Siklus 1 yaitu 40,90% maka perbaikan

kegiatan siklus II terjadi kenaikan ketuntasan sebanyak 18,19 %.

b. Keberhasilan yang dicapai pada kegiatan siklus II merupakan tanda-tanda

keberhasilan yang memuaskan. Peneliti hanya membatasi kegiatan

tindakan perbaikan sampai pada siklus II. Mengingat hasil ketuntasannya

sudah baik. Untuk kegiatan Penelitian Tindakan Kelas angka 59,09 %

dengan rata-rata nilai secara klasikal 80,86. Angka ini telah mencapai

KKM melihat perbedaan dari data awal dengan data akhir siklus II,

terlihat sangat besar. Untuk itu penelitian sudah bisa dihentikan.

D. Pembahasan

2. Data Hasil Belajar Siswa

Hasil tes prestasi melalui kuis yang dilakukan setelah berlangsungnya pembelajaran

adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Nilai Kuis Akhir Pada Siklus I

No Nilai Jumlah tuntas Tidak tuntas


siswa
1 < 59 0
A2 60 – 69 0
3 70 – 79 5 5
4 80 – 89 8 8
37
5 90 - 100 10 10
Jumlah 23 18 5

Dari tabel 2.di atas dapat dikatakan bahwa pada siklus I siswa yang tuntas baru

mencapai 78% dan yang belum tuntas 21,7% masih ada 5 orang siswa yang belum

tuntas, sehingga pada siklus I belum mencapai hasil optimal minimal 85% siswa sudah

tuntas belajar.Untuk memperbaiki pelaksanakan pembelajaran maka perlu dilanjutkan

pada siklus II.

3.Refleksi siklus I

Berdasarkan lembaran observasi siswa yang diperoleh secara umum, terjadi peningkatan

aktivitas siswa. Namun dari analisa data yang diperoleh ada aktivitas siswa yang berada

pada kategori masih rendah sekali yaitu aktif berdiskusi, bertanya dan menjawab

pertanyaan guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

1. Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menekankan keaktifan

siswa.

1. Karena memang tidak tahu jawaban, sebab tidak mengulang pelajaran

dirumah.

2. Kurangnya keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan karena kalau salah

takut ditertawakan teman dan tidak terbiasa berpendapat

Pada siklus II diharapkan pembelajaran dapat berjalan lebih optimal dengan

meningkatkan aktivitas siswa dalam berdiskusi, bertanya dan menjawab pertanyaan

pada pelajaran yang berlangsung.

d. Hasil Penelitian Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data-data persentase aktivitas siswa belajar

pada siklus II dari pertemuan pertama dan ke dua dapat dilihat pada Tabel 3.
38
Data Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II

Tabel 3.Data persentase dan rata-rata Aktivitas siswa pada siklus II

No Aktivitas yang diamati Pertemuan ke (%) Rata-rata

1 2

1 Perhatian dalam belajar 91 % 100 % 95 %

2 Aktif membaca 100 % 100 % 100 %

3 Aktif mengerjakan tugas 86 % 86% 86 %

4 Aktif berdiskusi 82% 86 % 84 %

5 Aktif bertanya 78% 86 % 82 %

6 Aktif menjawab 82 % 86% 88 %

Rata-rata 86% 93 % 89 %

Dari tabel 3. tentang aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan untuk

indikator perhatian dalam belajar (95%) baik, aktif membaca baik sekali (100%), aktif

mengerjakan tugas baik (86 %), aktif berdiskusi sedang (84 %), aktif bertanya baik

sekali (82 %), dan aktif menjawab sedang (88 %) sehingga sudah mencapai indikator

yang ditentukan, sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Untuk lebih jelasnya distribusi aktivitas siswa dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik.2 Persentase dan Rata-Rata Aktivitas Pada Siklus II

39
100

50
pertemuan 1
pertemuan 2
0
rata-rata

2. Data Hasil Belajar siswa pada penelitian siklus II

Data hasil belajar dari nilai kuis pada akhir pembelajaran, merupakan data pendukung

pada penelitian tindakan kelas yang mengacu pada aktivitas belajar siswa.Tabel 4.

Hasil Nilai Kuis akhir pada Siklus II

No Nilai Jumlah tuntas Tidak tuntas


siswa

1 < 59 0
2 60 – 69 0
3 70 – 79 2 2
4 80 – 89 7 7
5 90 - 100 14 14
Jumlah 23 21 2

Pada tabel 4. Di atas menunjukkan hasil nilai belajar siswa melalui kuisdi akhir

siklus pembelajaran telah memenuhi standar ketuntasan belajar minimum (91%).

3.Refleksi siklus II

40
Refleksi dilakukan oleh peneliti dengan rekan guru satu rumpun sebagai

observer setelah pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berkhir. Dari refleksi

menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II relatif lebih baik dari pada

pelaksanaan pembelajaran siklus I. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan rata-rata

aktivitas siswa dan nilai kuis pada akhir siklus II.Test akhir siklus II dilaksanakan

bertujuan untuk mengukur peningkatan prestasi siswa dan kemampuan siswa dalam

pembelajaran IPA dengan model embelajaran kooperatif tipe Student

TeamsAchievement Divisions (STAD). Pada test siklus II ini sebagian besar siswa telah

menjawab benar.

Secara umum aktivitas belajar IPA pada siklus kedua meningkat di banding

dengan siklus pertama. Pada siklus kedua ini tampak siswa mengalami peningkatan

aktivitas dalam berdiskusi, bertanya dan menjawab pertanyaan guru katagori sedang.

Hal ini menunjukkan siswa sudah memahami bagaimana belajar dengan model

pembelajaran STAD. Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas siswa belajar IPA,

maka pada siklus kedua ditemukan hal-hal seperti berikut:

1. Siswa berintekrasi dalam kelompok sehingga keberanian bertanya,

menjawab pertanyaan guru/ teman dan mau berdiskusi sudah terlihat.

2. Perhatian dan bimbingan guru membuat siswa cenderung lebih aktif dalam

kegiatan pembelajaran.

3. Pemberian penghargaan kepada siswa/ kelompok yang mempunyai aktivitas

terbesar menumbuhkan semangat dan mendorong terhadap penguasaan

materi.

A. Pembahasan.
41
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat

diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Aachievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas atau motivasi siswa

dalam belajar IPA dan prestasi belajar siswa terbukti naiknya ketuntasan belajar siswa

melalui tes individu (kuis). Menurut Sujana, Nana (1995: 5), peningkatan aktivitas

siswa yang ikut berdiskusi disebabkan adanya teman yang ikut aktif dalam kelompok

serta adanya penilaian langsung oleh observer, maka siswa termotivasi untuk ikut serta

dalam berdiskusi selain itu sistem belajar berkelompok dengan teman sebaya banyak

membantu siswa yang kurang mengerti belajar kepada siswa yang lebih mengerti (

pintar ) dengan cara mereka masing-masing.

Dari data-data hasil penelitian dilakukan pembahasan sebagai berikut :

1. Aktivitas Siswa

Tabel 5 .Data persentase Aktivitas siswa pada siklus 1 dan siklus II Serta

peningkatannya

Aktivitas yang diamati Pertemuan ke (%) Peningkatan

Siklus 1 Siklus 2

Perhatian dalam belajar 75 % 95 % 20 %

Aktif membaca 93 % 100 % 7%

Aktif mengerjakan tugas 77 % 86 % 9%

Aktif berdiskusi 47 % 84 % 37 %

Aktif bertanya 38 % 82 % 44 %

Aktif menjawab 45 % 88 % 43 %

42
Rata-rata 62 % 89 % 27 %

Pada Tabel 5. dapat dilihat bahwa aktivitas siswa belajar IPAdi kelas IX.B SMP N

2 Sitiung mengalami peningkatan yang sangat baik. Peningkatan aktivitas siswa terlihat

pada semua indikator, data ini menunjukkan peningkatan rata-rata aktivitas belajar

siwameningkat 27 % artinya penggunaan metode STAD pada pembelajaran IPA

mampu meningkatkan aktivitas siswa. Peningkatan aktiviatas ini karena siswa mulai

merasakan kesan positif belajar berdiskusi untuk mencari jawaban soal bersama

temannya tanpa merasa takut dan malu,siswa menyadari betapa pentingnya berbagi

pengetahuan demi kemajuan kelompok mereka masing, selain itu peningkatan aktvitas

ini cukup besar karenas motivasi yang diberikan guru di awal pembelajaran.

Berdasarkan data pada grafik dibawah ini, pelaksanaan pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe tipe STADdi SMPN 2 Sitiung cukup memberikan

hasil yang memuaskan. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas belajar

siswa dari siklus I ke siklus II

Grafik 3. Persentase Aktivitas Siswa Belajar pada Siklus 1 dan Siklus II

serta peningkatannya

43
100
90
80
70
60
50
40
siklus 1
30
20 siklus 2
10
peningkatan
0

2.Hasil belajar tes individu

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Akhir Siklus I dan Siklus II

Tabel 6. Data Rata-rata Hasil Belajar Siswa, Ketuntasan Klasikal dan

Peningkatannya

Nilai rata-rata % ketuntasan klasikal

Akhir Siklus I 81,3 78 %

Akhir Siklus II 87,8 91 %

Peningkatan 6,5 13 %

Dari data tabel 6. Dapat dilihat peningkatan hasil belajar melalui tes individu

(kuis) sebesar 6,5 dan persentase peningkatan secara klasikal sebesar 13 % data ini

menunjukkan penggunaan metode STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

44
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Penggunaan metode STAD pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan

aktivitas siwa dari siklus I sebesar 62 % menjadi 89 %.

2. Penerapan metode STAD pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil

tes individu belajar siswa dari siklus I sebesar 78 % menjadi 91 %

ketuntasannya.

3. Minat siswa untuk berkompetisi dalam pemahaman materi dapat diketahui

dari peningkatan kemampuan menjawab kuis dalam setiap akhir pertemuan

siklus.

B. SARAN

Untuk mengefektifkan penggunaan metode STAD, sebaiknya guru tepat

dalam memilih anggota kelompok dalam pembentukan kelompoknya, sehingga

kemampuan setiap kelompok setara.

45
DAFTAR PUSTAKA

Dimiyanti, Mujiono (1994). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Direktorat

Jendral Perguruan Tinggi Dipdikbud.

Dipdikbud (1993). Kurikulum Pendidikan Dosen, Jakarta, Dipdikbud.

Dimyati dan Mudjiono (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka cipta

Suprijono, Agus (2011). Model-model Pembelajaran Kontemporer, Jakarta :

Bumi Aksara

Sudjana, Nana (1991). Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya.

Slavin, Robert. E (2000). Cooperatif Learning : Teori, Riset, dan Praktik. Bandung :

Nusa Media

Trianto (2009).Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana

Prenada

Widyantini (2008). Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD Dalam

Pembelajaran Matematika SMP, Yogyakarta : PPPPTK Matematika Yogyakarta

Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta, Kencana Prima, 2006.

46
47
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2000.Model –Model Pembelajaran Yang Efektif.Jakarta : Depdiknas

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) Dan sukses Dalam Sertifikasi Guru.

Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada

Nana Sudjana.1995.Penelitian Hasil Proses Belajar mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Suharsimi Arikunto. 1996. Pengelolaan Kelas dan Siswa.Jakarta: PT Raja


48
Grafindo Persada.

Slavin, Robert E.2008.Cooperatif Learning : Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:

Nusa Media.

Sujana, 1989.Metode Statistik. Bandung : Transito

49
50
51
52
53

Anda mungkin juga menyukai