Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Volume 20, No 1, Juni 2016 (11-26)


Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpep

MODEL EVALUASI PEMBELAJARAN AKIDAH DAN AKHLAK


DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)
1)Darodjat, 2)Darmiyati Zuchdi, 3)Zamroni
1)Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, 2, 3)Universitas Negeri Yogyakarta
1)darodjatjt@gmail.com, 2)darmiyatiz@yahoo.com, 3)zamronihardjowirono@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan: (1) menghasilkan model evaluasi pembelajaran Akidah dan Akhlak di
MTs, (2) menghasilkan instrumen evaluasi yang memiliki reliabilitas dan validitas, (3) mengetahui
kelayakan Model Logik Evaluasi Pembelajaran Akidah dan Akhlak (MLEPAA). Penelitian ini
menggunakan model Borg dan Gall. Teknik penentuan subjek penelitian untuk unit analisis siswa
dengan simple random sampling sejumlah 330 siswa dari tiga MTsN di Kabupaten Banyumas, 3 orang
Guru Akidah dan Akhlak, dan 3 orang Kepala MTsN. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah: kuesioner, tes, dan penilaian antarteman. Validitas instrumen meliputi face validity dan content
validity, dianalisis dengan expert judgment, validasi konstruk dianalisis dengan konfirmatori faktor
analisis (CFA), sedangkan instrumen tes dianalisis dengan bantuan program ITEMAN. Estimasi
reliabilitas instrumen menggunakan formula Alpha Cronbach dan reliabilitas interrater
menggunakan Cohens‟ Kappa dengan program SPSS for Window 16.0. Simpulan penelitian: pertama,
model evaluasi yang dihasilkan (MLEPAA) mencakup empat komponen utama, yaitu: input,
activities, output, dan outcomes. Kedua, hasil analisis dengan CFA diperoleh indeks: (1) ρ-value > 0,05;
(2) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) < 0,8; dan (3) Goodness of Fit Index (GFI) <
0,90. Ketiga, instrumen yang dikembangkan memenuhi validitas dan reliabilitas yang baik. Keempat,
berdasarkan penilaian user, MLEPAA layak digunakan.
Kata kunci: model logik, evaluasi pembelajaran Akidah dan Akhlak, MTs

AKIDAH AND AKHLAK LEARNING EVALUATION MODEL


IN THE MADRASAH TSANAWIYAH
1)Darodjat, 2)Darmiyati Zuchdi, 3)Zamroni
1)Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, 2, 3)Universitas Negeri Yogyakarta
1)darodjatjt@gmail.com, 2)darmiyatiz@yahoo.com, 3)zamronihardjowirono@yahoo.com

Abstract
This study aimed to: (1) develop an evaluation model on Akidah Akhlak subject of Madrasah
Tsanawiyah (MTs), (2) generate some instruments of evaluation which have validity and reliability,
(3) know a worthiness model evaluation of Akidah Akhlak subject in implementation. This study
was a research and development of Borg and Gall model. The subjects were determined by simple
random sampling which consisted of 330 students, 3 teachers, and 3 principles in three public
Madrasah Tsanawiyah in Banyumas regencies. The data gathering techniques used were
questionnaires, tests, and peer assessment. The instrument validation process was carried out in
terms of the face validity and content validity through expert judgment, the construct validity
through the confirmatory factor analysis (CFA), and test by using ITEMAN program. The
instrument reliability was analyzed using the Cronbach's Alpha technique, and inter-rater
reliability was assessed using SPSS for Window 16.0. with Cohens' Kappa technique. The results
of the research were as follows: firstly, the components of MLEPAA evaluation model consisted
of input, activities, output, and outcomes. Secondly, the results of CFA analysis were as follows:
(a) Chi-Square, p > 0.05, the acquired value is= 553.72, (b) Goodness of Fit Indices (GFI) must be
0 to 1, the acquired value is = 0.892, and (c) Root Mean Square Error of Approximation
(RMSEA) < 0.05, the acquired value is = 0.000. Thirdly, instrument utilized in research had
fulfilled reliability and validity. Fourth, based on assessment from user, the MLEPAA was suitable
for using in MTs.
Keywords: logic model, Akidah Akhlak learning evaluation, MTs
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
p-ISSN: 1410-4725, e-ISSN: 2338-6061
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Pendahuluan mahkan pembentukan sikap dan akhlak


Madrasah Tsanawiyah (MTs) merupa- mulia peserta didik. Secara psikologis, usia
kan salah satu lembaga pendidikan dasar peserta didik di Madrasah Tsanawiyah
dalam Sistem Pendidikan Nasional. Oleh (MTs) berada pada masa remaja. Pada masa
karena itu, MTs harus melaksanakan keten- ini, peserta didik berada pada masa kritis
tuan dalam standar nasional pendidikan. dan kegoncangan jiwa, karena berada pada
Ketentuan tersebut telah diatur dalam un- masa peralihan, dari masa anak-anak ke
dang-undang, salah satunya ada di dalam masa dewasa. Pada masa peralihan, terjadi
Pasal 35 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 percepatan pertumbuhan dalam segi fisik
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Na- maupun psikis, baik ditinjau dari bentuk
sional, yang mengatur tentang: standar isi, badan, sikap, cara berpikir dan bertindak.
proses, kompetensi lulusan, tenaga kependi- Mereka bukan lagi anak-anak. Mereka juga
dikan, sarana prasarana, pengelolaan, pem- belum dikatakan manusia dewasa yang
biayaan, dan penilaian pendidikan. memiliki kematangan berpikir.
Standar nasional pendidikan merupa- Masa kritis yang dialami oleh para
kan dasar untuk penjaminan dan pengen- remaja berkaitan dengan beralihnya keter-
dalian mutu pendidikan. Pada proses pelak- ikatan pada pola lama (orang tua) kepada
sanaan ketentuan standar nasional, masih pola baru/teman sebaya (peer group), sehing-
banyak ditemukan kelemahan pada institusi ga mereka cenderung menghabiskan waktu
madrasah, sehingga untuk mencapai tingkat mereka bersama teman sebaya dengan
kualitas berstandar nasional masih meng- segenap aturan yang berbeda dengan aturan
alami kendala. Menurut Fadjar (1998, pp.7- sebelumnya. Kondisi ini berpotensi me-
8), ada empat kelemahan dalam sistem pen- munculkan konflik batin antara diri remaja
didikan di madrasah, yaitu: (1) kurang me- dengan orang tua dan diri remaja dengan
nerapkan manajemen berbasis mutu, (2) teman sebaya. Keadaan ini secara simultan
sumber daya manusia yang kurang, (3) sis- mengondisikan remaja banyak melakukan
tem pembelajaran dan evaluasi yang tidak tindak pelanggaran (LeBlanc, et al., 2008;
tepat, dan (4) sarana-prasarana yang kurang Kerr, Stattin, & Burk, 2010). Orang tua ber-
mendukung. peran besar dalam mengarahkan dan men-
Sejalan dengan temuan Fadjar terse- jaga agar para remaja tidak terjebak pada
but, menurut Mastuhu (1999, p. 59), pem- tindakan yang merusak diri dan masa depan
belajaran di madrasah juga masih banyak mereka.
kelemahan, berupa: (1) lebih mementingkan Kondisi kritis lainnya yang dialami
materi (2) mementingkan memori di atas remaja adalah adanya tuntutan dalam diri
analisis dan dialog, (3) mementingkan pe- remaja akibat perkembangan fisik dan psi-
nguatan pada “otak kiri” di atas “otak kis, dan tuntutan dari lingkungan di luar
kanan”, (4) materi yang diberikan masih dirinya (peer group) yang harus dipenuhinya
bersifat tradisional, belum menyentuh aspek (social adjustment). Dalam proses penyesuaian
rasional, (5) penekanan yang terlalu ber- diri pada diri remaja muncul kegelisahan
lebihan pada ilmu sebagai produk final, batin, kurang percaya diri, kelesuan/tidak
bukan pada proses metodologinya, dan (6) bersemangat, banyak berangan-angan, se-
mementingkan orientasi “memiliki” di atas hingga memunculkan stres, bahkan depresi
“menjadi”. dan tindak perilaku negatif lainnya seperti:
Pada aspek metode, pembelajaran kenakalan remaja, penyalahgunaan zat adik-
yang aktif, inovatif, kreatif, dan menarik be- tif, dan bunuh diri (Gould, et.al., 2003; Bar-
lum digunakan dalam pembelajaran Akidah ber & Olsen, 2004; Newman, et.al., 2007).
dan Akhlak. Materi ini masih bertumpu Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan
pada metode yang bersifat indoktrinatif, dan pembelajaran yang humanis, kondusif, dan
muatan materi berhenti pada tataran norma- memperhatikan kecenderungan remaja ter-
tive-theocentric. Kondisi tersebut dapat mele- sebut.

12 − Volume 20, Nomor 1, Juni 2016


Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Volume 20, Nomor 1, Juni 2016

Pembelajaran Akidah dan Akhlak sa- normative-theocentric, dan banyak mengguna-


ngat berperan bagi proses penyelamatan kan strategi indoktrinatif. Kondisi ini dapat
masa kritis yang dialami remaja, dan sekali- mengurangi efektivitas pencapaian tujuan
gus berfungsi mengembangan potensi yang dan fungsi pendidikan yang sangat strategis
ada pada dirinya. Akidah yang berintikan bagi pengembangan potensi peserta didik,
kepercayaan terhadap eksistensi Allah dapat yaitu: menjadi manusia yang bertakwa, ber-
berfungsi sebagai faktor pendorong dan akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,
pengarah agar semua aktivitas dan ibadah mandiri dan bertanggung jawab (Undang-
dalam makna yang luas dilakukan hanya Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
mencari keridaan Allah (surat al-An’ām: Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3).
162). Peserta didik yang telah memiliki aki- Penerapan metode indoktrinasi dalam
dah yang mantap dan benar, maka akan se- pembelajaran mengandung banyak kele-
lalu merasakan bahwa ke mana pun dirinya mahan, khususnya dalam pengembangan
berada akan selalu diawasi oleh Allah. Aki- kepribadian siswa. Menurut Chazan dan
dah mengajarkan bahwa Allah itu Maha- Soltis (1975, pp. 39-40) kelemahan tersebut
mendengar dan Mahamelihat setiap gerak karena: (1) indoktrinasi memanifestasikan
dan keadaan makhluk-makhluk-Nya (surat proses belajar mengajar yang menekankan
Yunus: 61, al-Baqa-rah: 129), Mahasempurna pada teacher centered, dan siswa sebagai objek
dari segala kekurangan dan kelemahan (su- yang pasif. (2) indoktrinasi dapat mengon-
rat ar-Rahman: 27). Sedangkan, akhlak seba- disikan proses depersonalization, sebab indok-
gai perwujudan dari keimanan atau keper- trinasi lebih mengakui eksistensi masa lam-
cayaan yang mantap dalam dirinya akan pau, sehingga cenderung membatasi potensi
menjadi motivator dan landasan untuk se- masing-masing individu peserta didik. Seba-
lalu mengaktualisasikan keimanan tersebut liknya, melalui indoktrinasi menempatkan
dalam cara berpikir, bersikap, dan bertindak manusia, ruang, dan ideologi tertentu seba-
dalam kerangka mencari keridaan-Nya. gai model pengaruh yang dianggap paling
Pembelajaran Akidah dan Akhlak signifikan dan dibutuhkan.
adalah upaya sadar dan terencana dalam Metode yang bersifat indoktrinatif ju-
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, ga dapat mengondisikan pembelajaran Aki-
memahami, menghayati dan mengimani dah Akhlak menjadi tidak menarik, kelas
Allah, dan merealisasikannya dalam kehidup- menjadi pasif, peserta didik kurang termo-
an sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, tivasi untuk mengikuti pembelajaran, serta
pengajaran, latihan, penggunaan pengalam- menimbulkan sikap yang kurang positif di
an, dan kebiasaan. Dalam kehidupan ma- kalangan peserta didik terhadap pembelajar-
syarakat yang majemuk dalam bidang ke- an. Sarana-prasarana yang kurang, kinerja
agamaan, pembelajaran ini juga diarahkan guru yang tidak optimal, secara simultan
pada peneguhan akidah di satu sisi, dan menambah problem yang ada dalam pendi-
peningkatan toleransi serta saling menghor- dikan Akidah dan Akhlak di MTs. Pendidi-
mati dengan penganut agama lain dalam kan Akidah dan Akhlak yang cenderung in-
rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan doktrinatif juga dapat menumbuhkan keke-
bangsa (Peraturan Menteri Agama RI No- rasan atas nama agama.
mor 2 tahun 2008 tentang Standar Kom- Berkaitan dengan upaya mengatasi ke-
petensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan lemahan penggunaan metode indoktrinasi
Agama Islam dan Bahasa Arab di Mad- yang masih diterapkan pada pembelajaran
rasah). Akidah dan Akhlak, Zuchdi (2010, p. 6)
Implementasi pembelajaran Akidah menjelaskan bahwa sekiranya metode in-
dan Akhlak di madrasah (MTs) masih belum doktrinasi tidak dapat dihindari, maka harus
kondusif sesuai dengan Peraturan Menteri ada usaha mengatasi kelemahan tersebut, di
Agama RI tersebut. Pembelajaran Akidah antaranya yaitu: pertama, sekolah bersama
dan Akhlak masih menekankan pada sisi dengan seluruh komponennya perlu men-

Model Evaluasi Pembelajaran Akidah dan Akhlak di ... − 13


Darodjat, Darmiyati Zuchdi, Zamroni
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

ciptakan setting sosial yang memungkinkan Berdasarkan studi pendahuluan terha-


implementasi pengetahuan yang telah diper- dap pelaksanaan pembelajaran Akidah dan
olehnya untuk memecahkan masalah atau Akhlak MTs di Kabupaten Banyumas pada
problem yang sedang dihadapi masyarakat. Juli 2009 ditemukan bahwa: (1) terdapat
Kedua, peserta didik dirangsang atau di- kelemahan dalam pembelajaran Akidah dan
fasilitasi agar mereka menemukan alasan- Akhlak di MTs, kelemahan ini menyangkut:
alasan yang mendasari keputusan moral. (1) metode yang cenderung indoktrinatif,
Dengan cara demikian, pendidikan yang di- (2) isi/materi yang kurang kontekstual dan
selenggarakan di tengah-tengah masyarakat- tidak diarahkan pada setting sosial sebagai
nya, termasuk madrasah akan lebih efektif upaya untuk mengamalkan ajaran Islam da-
dalam membina peserta didik memiliki akh- lam kehidupan sehari-hari, (3) keteladanan
lak mulia, memiliki kepribadian yang utuh dari semua guru dan tenaga kependidikan
dan bersikap humanis. Menurut al-Abrasyi dalam penerapan nilai akidah dan akhlak
(1984, p. 5) tujuan yang sebenarnya dari belum kondusif, sehingga implementasi
pendidikan Islam adalah terbentuknya akh- nilai-nilai tersebut menjadi kurang efektif,
lak mulia pada diri siswa. (4) penciptaan lingkungan madrasah dalam
Adapun fungsi pembelajaran Akidah penerapan nilai-nilai akidah dan akhlak be-
dan Akhlak sebagaimana tercantum dalam lum terpadu dan terintegrasi, sehingga pem-
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 biasaan akhlak mulia peserta didik belum
Tahun 2008 adalah: (1) penanaman nilai teraktualisasikan dalam kehidupan kesehari-
ajaran Islam untuk mencapai kebahagiaan an di lingkungan madrasah, (5) sikap dan
hidup, baik dunia maupun akhirat (2) pe- motivasi belajar peserta didik yang rendah
ngembangan keimanan, ketakwaan, dan dalam mengikuti pembelajaran, (6) evaluasi
akhlak mulia peserta didik seoptimal mung- pembelajaran belum menggunakan model
kin, (3) penyesuaian mental peserta didik yang komprehensif.
terhadap lingkungan fisik dan sosial, (4) Sepanjang hasil penelitian pendahulu-
perbaikan kesalahan, kelemahan, keyakinan, an, belum ada model evaluasi pembelajaran
dan pengamalan ajaran agama Islam (5) Akidah dan Akhlak di tingkat MTs yang
pencegahan dari hal-hal negatif dari ling- secara komprehensif (meliputi unsur input,
kungannya atau dari budaya asing, (6) peng- proses, output dan outcomes) dapat memberikan
ajaran tentang informasi, pengetahuan ke- informasi secara tepat dan akurat bagi guru
imanan dan akhlak, serta sistem dan fungsi- dan kepala madrasah terhadap pembelajaran
onalnya, (7) penyaluran peserta didik untuk Akidah dan Akhlak, baik dari segi isi, cakup-
mendalami Akidah dan Akhlak pada jenjang an, format, metode, maupun waktu pe-
pendidikan yang lebih tinggi. nyampaian. Oleh karena itu, penelitian ini
Implementasi pembelajaran Akidah dilakukan dalam rangka pengembangan mo-
dan Akhlak di MTs untuk mencapai tujuan del evaluasi tersebut.
tersebut harus dievaluasi dan dikembang- Tujuan penelitian ini adalah: (1)meng-
kan sesuai dengan kebutuhan dan perkem- hasilkan produk berupa model evaluasi, (2)
bangan masyarakat. Evaluasi dan pengem- menghasilkan instrumen evaluasi pembel-
bangan ini tidak hanya menyangkut materi, ajaran yang valid dan reliabel untuk meng-
tetapi juga pengembangan pada aspek evaluasi pembelajaran Akidah dan Akhlak di
kinerja guru, motivasi dan sikap siswa, MTsN, dan (3) mengetahui kelayakan mo-
fasilitas pembelajaran, iklim kelas, metode del logik dan instrumennya dalam penerap-
pembelajaran, serta sarana pembelajaran. an di lapangan.
Dengan kata lain, evaluasi dalam konteks Model evaluasi dikembangkan dari
model logik harus menyeluruh baik me- model logik. Secara keseluruhan model
nyangkut input, proses, output maupun outc- logik ini terdiri dari tujuh komponen, yaitu:
ome pembelajarannya. goal, rationale, assumption, input, activities, output,
dan outcome (Kellogg Foundation, 2004, p.

14 − Volume 20, Nomor 1, Juni 2016


Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Volume 20, Nomor 1, Juni 2016

4., Powell & Heneret, 2008, p. 10, dan Por- dihasilkan. Uji coba dilakukan tiga tahap ya-
teous, 2002, pp. 16-117). Fokus penelitian itu: uji coba dengan sampel kecil (30 siswa),
dan pengembangan ini pada empat kom- sedang (50 siswa) dan sampel besar atau
ponen yang terakhir, yaitu: input, activities, operational field testing (255 siswa). Setelah
output, dan outcomes. Tiga komponen pertama dilakukan uji coba pada tiap tahap, maka
yaitu: goal, rationale, dan assumption merupa- dilakukan validasi, sehingga didapatkan in-
kan komponen yang menjadi dasar penyu- strumen yang valid dan reliabel. Bagian lain
sunan model logik atau sebagai need assess- yang diujicobakan adalah: (1) model evalu-
ment, sehingga tersusun empat komponen asi, (2) panduan model evaluasi, dan (3)
yang terakhir dengan prinsip if-then rela- keterbacaan instrumen model evaluasi.
tionship.
Pada komponen input, ada 5 variabel Teknik Analisis Data
yaitu: (1) kinerja guru akidah akhlak, (2) Instrumen pengumpul data dengan
materi dan metode, (3) sarana pembelajaran, responden peserta didik dianalisis dengan
(4) kultur madrasah dan kelas, dan (5) ke- Confirmatory Factor Analysis (CFA). Tu-
pemimpinan kepala madrasah. Berikutnya, juan dari CFA ini adalah untuk: pertama,
komponen activities, meliputi tiga aktivitas menganalisis validitas instrumen pengumpul
pembelajaran yaitu: kegiatan pendahuluan, data. Jika indeks muatan faktor (λ) nilainya
kegiatan inti, dan kegiatan penutup pembel- > 0,3, maka dinyatakan valid, karena dapat
ajaran. Dua komponen terakhir dari model menjelaskan konstruk atau variabel yang
logik adalah output dan outcomes. Untuk kom- ada. Sebaliknya, jika butir memiliki muatan
ponen output, perubahan hasil pembelajaran faktor/factor loading lebih kecil dari 0,3 (<
yang akan dievaluasi adalah: perubahan 0,3) maka butir tersebut harus dibuang atau
motivasi belajar, perubahan pengetahuan, gugur (Fernandes, 1984, p. 28). Berkaitan
dan perubahan sikap berakidah akhlak siswa dengan validitas, McMillan & Scumacher
MTs. Sedangkan evaluasi pada komponen (2010, p. 116) menyarankan agar didapatkan
outcomes difokuskan pada perubahan peri- validitas eksternal yang tinggi pada desain
laku berakidah akhlak siswa MTs di luar penelitian kuantitatif, maka harus diperhati-
kelas dalam area atau wilayah madrasah. kan faktor berikut, yaitu: (1) subjek peneli-
tian (populasi) harus memiliki karakteristik
Metode Penelitian yang sama, (2) kondisi penelitian dan hasil
yang akan digeneralisasi memiliki kondisi
Jenis penelitian ini adalah penelitian
yang sama. Oleh karena itu, faktor-faktor
pengembangan (research and development,
berikut harus dianulir yaitu: (1) pengaruh
R&D), menggunakan model Borg & Gall
interaksi seleksi yang bias, (2) pengaruh
(1983, p. 775) yang terdiri dari 10 langkah.
interaksi pretest, sebab subjek yang diberi
Namun, dalam penelitian ini disederhana-
pretest akan memberikan respon yang ber-
kan menjadi tiga langkah sebagaimana yang
beda dengan subjek yang tidak diberi pre-
direkomendasikan oleh Cennamo & Kalk
test, (3) pengaruh reaktif dari prosedur
(2005, p. 6), sehingga tahapannya menjadi:
eksperimental, pengaruh yang muncul dari
(1) tahap prapengembangan model, (2) ta-
setting eksperimental yang tidak akan terjadi
hap pengembangan model, dan (3) imple-
pada setting noneksperimental, (4) penga-
mentasi model. Esensi tahapan penelitian
ruh perlakuan yang berulang-ulang terhadap
dan pengembangan model Borg & Gall
subjek yang sama, sebab perlakuan tersebut
tetap dipakai.
akan berpengaruh terhadap perlakuan beri-
Desain Uji Coba kutnya karena pengaruh yang terdahulu
tidak dapat dihilangkan.
Uji coba dimaksudkan untuk mem- Kedua, tujuan dari CFA adalah meng-
peroleh data secara lengkap yang dapat identifikasi dimensi instrumen, menguji
digunakan sebagai bahan revisi produk yang apakah dimensi tersebut dapat dikonfirmasi,

Model Evaluasi Pembelajaran Akidah dan Akhlak di ... − 15


Darodjat, Darmiyati Zuchdi, Zamroni
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

serta cocok dengan data empirik yang se- Pertama, tahap prapengembangan dilakukan:
sungguhya. Sedangkan, model logik akan (a) observasi ke MTsN di Kabupaten Ba-
dianalisis secara deskriptif berdasarkan pe- nyumas dari bulan Juni 2012 sampai bulan
nilaian dari guru Akidah dan Akhlak, kepala September 2012, (b) interview kepada guru
madrasah, dan Pengawas PAI. Disamping Akidah dan Akhlak, dan (3) pemberian ang-
itu, data yang bersumber dari siswa diana- ket kepada user (guru Akidah dan Akhlak,
lisis dengan menggunakan Structural Equa- kepala MTsN, dan pengawas Pendidikan
tion Modeling untuk menguji kecocokan Agama Islam). Hasil observasi, interview, dan
antara model teoritis dengan data empiris pemberian angket tersebut digunakan se-
sehingga didapatkan model yang baik. Me- bagai data awal bagi need assessment, yaitu
nurut Ghozali (2005, pp. 31-32), kriteria kajian tentang kebutuhan pengembangan
model fit bila memenuhi kriteria: (1) Chi- model evaluasi pembelajaran Akidah dan
Square yang diperoleh dari hasil pengujian Akhlak di kelas VIII MTsN. Hasil need
memiliki probabilitas lebih besar dari 0,05 assessment tersebut kemudian diwujudkan da-
(p > 0,05); (2) Root Mean Square Error of lam bentuk prototipe model awal.
Approximation (RMSEA) ≤ 0,08; (3) Goodness Kedua, tahap pengembangan, pada
of Fit Index (GFI) > 0,90. tahap ini dilakukan penentuan dan pem-
Data yang telah terkumpul kemudian buatan desain evaluasi pembelajaran, kemu-
dianalisis dengan menggunakan teknik ana- dian divalidasi oleh para ahli. Ahli yang
lisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan dan terlibat dalam validasi ini meliputi bidang:
memaknai tiap komponen data evaluasi, evaluasi pendidikan, metodologi penelitian,
kemudian membandingkan dengan kriteria pengukuran/konstruksi instrumen, pendi-
yang telah ditentukan sebelumnya. Berda- dikan Islam, pendidikan karakter, dan Ba-
sarkan hasil deskripsi tersebut dapat dijadi- hasa Indonesia. Mereka dimintai pendapat
kan dasar penilaian terhadap model evaluasi tentang model logik evaluasi pembelajaran
pembelajaran Akidah dan Akhlak yang d- Akidah dan Akhlak di MTsN. Pendapat
ikembangkan. Kriteria yang digunakan se- mereka diberikan dalam bentuk skala Likert,
bagi pedoman untuk menganalisis dari data dengan skor tertinggi 5 dan skor terendah.
kuantitatif ke data kualitatif merujuk Penskoran amat baik= 5, baik= 4, cukup=
Sudijono (2006, p. 125), sebagaimana tam- 3, kurang = 2, dan sangat kurang= 1. Selain
pak pada Tabel 1. itu, validator juga diberi ruang untuk mem-
berikan pendapat, usulan, dan saran berkait-
Tabel 1. Kriteria Penilaian an dengan model tersebut dan perangkat-
Skor (X) Kriteria Simpulan
perangkatnya.
Hasil validasi menunjukkan bahwa
X > 4,2 Sangat baik Dapat dijadikan contoh
evaluasi pembelajaran menggunakan model
X > 3,4-4,2 Baik Dapat digunakan tanpa perbaikan
logik dan perangkatnya mendapatkan rerata
X > 2,6 -3,4 Cukup Dapat digunakan, sedikit perbaikan kategori baik, sehingga dapat digunakan
X > 1,6 - 2,8 Kurang Dapat digunakan, banyak perbaikan untuk tahapan penelitian lebih lanjut. Sete-
X < 1,8 Tidak baik Belum dapat digunakan lah mendapat penilaian dan masukan dari
para ahli, maka dilakukan penyempurnaan
model dan perangkatnya. Hasil penyempur-
Hasil Penelitian dan Pembahasan
naan tersebut selanjutnya dikonsultasikan
Produk yang dihasilkan dari penelitian kembali untuk mendapatkan pengesahan,
dan pengembangan ini adalah dihasilkan dan dikonsultasikan ke Promotor dan Copro-
sebuah model evaluasi dan perangkatnya motor. Selanjutnya, draf model dan perang-
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kat yang telah dinilai oleh ahli diberikan
pembelajaran Akidah dan Akhlak di MTs. kepada user untuk dinilai dan diberi ma-
Tahap yang dilakukan meliputi: prapengem- sukan. Unsur user yang terlibat adalah: guru
bangan, pengembangan, dan penerapan. Akidah dan Akhlak MTs, Kepala MTsN,

16 − Volume 20, Nomor 1, Juni 2016


Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Volume 20, Nomor 1, Juni 2016

dan Pengawas Pendidikan Agama Islam skor hasil penilaian Panduan Model Eva-
(PPAI). luasi oleh 17 orang sebagaimana diperinci di
Ketiga, tahap penerapan, setelah model atas sebesar 3.8. Nilai tersebut jika dikon-
beserta perangkatnya mendapat penilaian versikan dengan kriteria penilaian data ku-
dan pengesahan dari expert, user, dan teman antitatif ke data kualitatif dengan skala 5
sejawat, maka instrumen tersebut diujicoba- masuk dalam kategori baik; (c) rerata total
kan pada kelompok kecil, sedang, dan uji skor hasil penilaian keefektifan model eva-
coba utama/operasional dengan melibatkan luasi oleh 17 orang sebagaimana diperinci di
peserta didik kelas VIII di MTsN se-Ka- atas sebesar 3.6. Nilai tersebut jika dikon-
bupaten Banyumas. Berikut ditampilkan da- versikan dengan kriteria penilaian data
ta hasil pengembangan yang dicapai berkait- kuantitatif ke data kualitatif dengan skala 5
an dengan model logik evaluasi pembel- masuk dalam kategori baik; (d) validasi
ajaran Akidah dan Akhlak di MTsN. terhadap panduan model evaluasi yang
dilakukan oleh ahli (expert), user, dan teman
Hasil Expert Judgment dan Validasi User sejawat didaptkan rerata total skor sebesar
Penilaian terhadap model dan pe- 3.5. Nilai tersebut jika dikonversikan de-
rangkatnya oleh ahli, user, dan teman sejawat ngan kriteria penilaian data kuantitatif ke
dapat dideskripsikan sebagai berikut: per- data kualitatif dengan skala 5 masuk dalam
tama, jumlah keseluruhan penilai ada 17 kategori baik.
orang, terdiri dari: 5 orang ahli (expert), 8
Hasil Uji Coba Produk
orang user, dan 4 orang teman sejawat. Pe-
rincian unsur ahli terdiri dari: 1 orang pakar Uji coba tahap pertama dilaksanakan
bidang metodologi evaluasi pendidikan, 1 tanggal 10-19 November 2013, disebut juga
orang pakar pengukuran pendidikan, 1 orang dengan uji coba pendahuluan atau prelimi-
pakar bidang metodologi penelitian, 1 orang nary field testing menurut Borg & Gall. Uji
pakar bidang Pendidikan Islam, dan 1 orang coba ini dilakukan dengan membagikan in-
pakar bidang bahasa Indonesia, dilaksana- strumen evaluasi pembelajaran Akidah dan
kan pada bulan Juni 2013 sampai bulan Akhlak model logik yang meliputi kom-
September 2013. ponen input, proses, produk, dan outcomes
Kedua, perincian 8 orang user terdiri kepada 30 peserta didik di tiga MTsN di
dari unsur: 3 orang guru Akidah dan Akhlak Kabupaten Banyumas, yaitu: MTsN Tam-
di tiga MTsN, 3 orang kepala madrasah bak, MTsN Sumbang, dan MTsN Model.
yang berasal dari tiga MTsN, dan 2 orang Rerata keseluruhan skor hasil uji coba tahap
pengawas Pendidikan Agama Islam pada pertama kepada 30 siswa di tiga MTsN
Kementerian Agama Kabupaten Banyumas. terhadap keterbacaan instrumen model eva-
Penilaian dilakukan pada tanggal 16-21 luasi pembelajaran Akidah dan Akhlak se-
September 2013. Ketiga, validasi/penilaian besar 3,7. Nilai rerata total skor ini jika
oleh teman sejawat dilakukan oleh 4 maha- dikonversikan dengan kriteria penilaian data
siswa program doktor prodi PEP UNY kuantitatif ke data kualitatif dengan skala 5
yang dilaksanakan pada tanggal 24 Juni sam- sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya
pai 8 Juli 2013. masuk dalam kategori baik.
Perincian hasil penilaian model dan Pada uji coba tahap II, ada dua karak-
perangkatnya oleh ahli (expert judgment), user, teristik yang menonjol yaitu: (a) subjek pe-
dan teman sejawat adalah sebagai berikut: nelitian difokuskan pada siswa, karena kata
(a) rerata skor total hasil penilaian keterba- kunci dalam komponen model logik yang
caan instrumen model evaluasi oleh 17 kedua yaitu activities berkenaan dengan sis-
orang sebesar 3.8. Nilai tersebut jika dikon- wa, yaitu what we do in MTsN (learning), dan
versikan dengan kriteria penilaian data ku- who we reach in learning (siswa); (b) pada tahap
antitatif ke data kualitatif dengan skala 5 ini jumlah siswa yang dilibatkan lebih besar
masuk dalam kategori baik; (b) rerata total dibandingkan pada uji coba tahap pertama,

Model Evaluasi Pembelajaran Akidah dan Akhlak di ... − 17


Darodjat, Darmiyati Zuchdi, Zamroni
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

yaitu 50 siswa kelas VIII pada tiga MTsN di Kedua, pada uji coba tahap II, instru-
Kabupaten Banyumas. Uji coba tahap ke- men materi dan metode pembelajaran
dua dilaksanakan tanggal 20-27 Maret 2014; Akidah dan Akhlak respondennya adalah 50
(c) uji coba ini dimaksudkan untuk meng- siswa MTsN di Kabupaten Banyumas.
estimasi reliabilitas instrumen dan membuk- Estimasi reliabilitas dan validitas instrumen
tikan validitas instrumen yang digunakan tersebut dapat disimpulkan bahwa instru-
dalam penelitian. Berdasarkan hasil analisis men materi dan metode pembelajaran Aki-
dengan bantuan program SPSS for Windows dah dan Akhlak yang masuk dalam kom-
16,0 dapat diketahui indeksnya. Parameter ponen input memiliki reliabilitas yang baik,
yang digunakan untuk mengetahui relia- karena koefisien Alphanya lebih dari 0,7
bilitas adalah dengan melihat nilai Alpha yaitu sebesar 0,914. Selanjutnya, terdapat 3
Cronbach pada setiap tabel output yang diper- item kuesioner yang mempunyai nilai faktor
oleh, menurut Nunally (1981, p. 230) jika loading < 0,5, yaitu pada item: MM1_6,
indeks Alphanya > 0,7, maka instrumen ter- MM1_14, dan MM1_26. Dengan demikian,
sebut termasuk reliabel. Melalui teknik CFA ketiga item instrumen tersebut termasuk
(Confirmatory Factor Analysis) juga dapat dike- yang tidak baik/gugur dan tidak dimasuk-
tahui apakah setiap indikator yang diesti- kan dalam instrumen untuk pengambilan
masi secara valid mengukur dimensi dari data pada tahap III (main field testing). Selain
konsep yang diujinya, yaitu dengan cara dari tiga butir intrumen tersebut dinyatakan
melihat nilai factor loading. sebagai indikator yang baik karena nilai
Berikut ini ditampilkan hasil uji coba faktor loading lebih besar dari 0,5.
instrumen komponen model evaluasi diser- Ketiga, pada uji coba tahap II terhadap
tai dengan estimasi reliabilitas dan validitas- instrumen sarana/fasilitas pembelajaran da-
nya: pertama, pada uji coba tahap II, instru- lam ruang kelas didapatkan koefisien Alpha
men untuk mengukur kinerja guru Akidah Cronbach sebesar 0,843. Instrumen dinyata-
dan Akhlak ada 2 macam, pertama meng- kan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,70.
gunakan kuesioner dalam bentuk self assess- Dengan demikian, instrumen sarana dalam
ment (guru Akidah dan Akhlak yang menilai ruang kelas (SP-1) adalah reliabel. Selanjut-
dirinya sendiri), kedua menggunakan kuesio- nya, secara keseluruhan instrumen ini me-
ner dengan responden para siswa. Berdasar- miliki muatan faktor yang baik, karena nilai
kan print out SPSS dapat dijelaskan bahwa faktor loading-nya lebih besar dari 0,5.
hasil estimasi realibilitas dan validitas kuesi- Keempat, pada uji coba tahap II, in-
oner kinerja guru Akidah dan Akhlak de- strumen kultur madrasah dan kelas respon-
ngan responden 50 siswa MTsN di Kabu- dennya adalah 50 siswa di tiga MTsN, yaitu:
paten Banyumas me-nunjukkan bahwa in- MTsN Model, MTsN Sumbang, dan MTsN
strumen kinerja guru Akidah dan Akhlak Tambak. Hasil uji coba intrumen tersebut
yang masuk dalam komponen input me- didapatkan koefisien reliabilitas Alpha
miliki indeks reliabilitas yang baik, karena Cronbach > 0,70. Namun, ada dua butir in-
koefisien Alphanya > 0,7 yaitu 0,905. De- strumen yang mempunyai nilai faktor loading
mikian halnya dengan indeks yang diperoleh < 0,5 yaitu pada item: KM1_5 dan KM1_9.
pada semua indikator yang diestimasi de- Dengan demikian, kedua butir instrumen
ngan teknik CFA menunjukkan bahwa ke- tersebut dinyatakan gugur, sehingga tidak
seluruhan instrumen kinerja guru Akidah dimasukkan lagi dalam instrumen untuk
dan Akhlak yang berjumlah 25 mempunyai pengambilan data pada tahap III (main field
nilai faktor loading > 0,5. Dengan demikian, testing).
semua indikator variabel yang digunakan Kelima, instrumen untuk mengetahui
dalam kuesioner ini adalah valid, kecuali kultur madrasah dan kelas digunakan dua
nomor 1 yang mempunyai nilai faktor instrumen, yaitu: instrumen angket dengan
loading < 0,5 sehingga dinyatakan gugur. kode KM-1 dan angket dengan kode KM-3
dalam bentuk semantic differential. Hasil esti-

18 − Volume 20, Nomor 1, Juni 2016


Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Volume 20, Nomor 1, Juni 2016

masi reliabilitas instrumen kultur madrasah dengan instrumen tes. Instrumen ini diberi-
dan kelas dalam bentuk semantic differential di- kan kepada 51 siswa kelas VIII MTsN di
dapatkan koefisien Alpha Cronbach sebesar Kabupaten Banyumas. Berdasarkan hasil
0,831. Dengan demikian, dapat disimpulkan analisis dengan program ITEMAN, maka
bahwa instrumen kultur madrasah dan kelas dapat diketahui bahwa dari ke 37 item butir
menggunakan semantic differential adalah relia- instrumen, ada 8 item butir yang dikategori-
bel. Selanjutnya, perihal validitas instrumen kan tidak baik/gugur. Butir yang memiliki
kultur madrasah dan kelas, dari KM3_1 sam- tingkat kesukaran soal antara 0,25-0,75 di-
pai KM3_15 memiliki nilai faktor loading di kategorikan sebagai butir yang baik. Tingkat
atas 0,5. Dengan demikian, instrumen kultur kesukaran soal dalam print out ITEMAN
madrasah dan kelas dalam bentuk semantic adalah pada kolom point biserial dan biserial.
differential memiliki validitas yang baik. Menurut Croker dan Algina (1986, p. 135)
Keenam, responden uji coba tahap II indeks daya beda soal yang intervalnya ber-
pada pembelajaran Akidah Akhlak adalah kisar antara 0,19-0,00 termasuk dalam kate-
siswa kelas VIII di 3 MTsN, yaitu: MTsN gori soal yang tidak boleh dipakai/harus di-
Model Purwokerto, MTsN Sumbang, dan buang, sedangkan jika indeks daya bedanya
MTsN Tambak, keseluruhan respondennya berkisar antara 0,20-0,29 maka soal harus
berjumlah 50 siswa. Estimasi terhadap re- diperbaiki. Butir soal yang tidak baik ada 8
liabilitas instrumen ini didapatkan koefisien butir, yaitu: butir soal nomor 6, 10, 14, 20,
Alpha Cronbach sebesar 0,856, jadi nilai ini 21, 30, 33, dan 34. Kedelapan butir soal
> 0,70. Dengan demikian dapat disimpul- yang gugur tersebut tidak dimasukkan da-
kan bahwa instrumen Pembelajaran Akidah lam instrumen pada pengambilan data tahap
dan Akhlak adalah reliabel. Selanjutnya, esti- III (main field testing). Selanjutnya, instrumen
masi terhadap validitas instrumen didapat- tes tersebut dinyatakan reliabel karena nilai
kan bahwa tidak ada satu pun butir item Alpha Cronbach yang didapat (0,880) dan
(dari PAA1_1 sampai dengan butir nilai tersebut lebih besar dari 0,70.
PAA1_20) yang nilai faktor loading-nya < Kesembilan, uji coba tahap II terhadap
0,5. Dengan demikian, dapat disimpulkan intrumen perubahan sikap berakidah dan
bahwa instrumen Pembelajaran Akidahdan berakhlak melibatkan siswa kelas VIII pada
Akhlak (PAA-1) memiliki validitas yang tiga MTsN di Kabupaten Banyumas, de-
baik. ngan jumlah sampel sebanyak 50 siswa. Ber-
Ketujuh, uji coba instrumen perubahan dasarkan kriteria, instrumen dinyatakan
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran reliabel jika koefisien Alpha Cronbach > 0,70.
Akidah dan Akhlak pada tahap II ini me- Nilai Alpha Cronbach yang didapat sebesar
libatkan 50 siswa kelas VIII MTsN di 0,960. Dengan demikian, dapat disimpulkan
Kabupaten Banyumas, terdiri dari MTsN bahwa instrumen perubahan sikap beraki-
Model Purwokerto, MTsN Sumbang, dan dah dan akhlak (OP-3) adalah reliabel.
MTsN Tambak. Estimasi reliabilitas instru- Perihal estimasi validitas instrumen
men tersebut didapatkan Alpha Cronbach se- dapat dijelaskan sebagai berikut: dua item
besar 0,96. Instrumen dinyatakan reliabel butir instrumen yang tidak baik, yaitu butir
jika nilai Alpha Cronbach > 0,70. Selanjutnya, OP3_11 dan OP3_14, karena kedua item
estimasi terhadap validitas instrumen dida- butir tersebut mempunyai nilai r-hitung
patkan nilai faktor loading pada masing-ma- (corrected item total correlation) < 0,3, sehingga
sing item > 0,5. Dengan demikian dapat di- harus dibuang dan tidak dipergunakan da-
simpulkan bahwa instrumen/kuesioner per- lam instrumen pada tahap III. Sedangkan,
ubahan motivasi belajar siswa adalah valid. 38 item termasuk baik, sehingga dapat di-
Kedelapan, instrumen yang digunakan pergunakan lagi pada tahap III.
untuk mengetahui perubahan pengetahuan Kesepuluh, untuk mengetahui perubah-
siswa (komponen output) sebagai hasil pro- an perilaku berakidah akhlak peserta didik
ses pembelajaran Akidah dan Akhlak adalah dengan subjek penelitian 50 siswa kelas VIII

Model Evaluasi Pembelajaran Akidah dan Akhlak di ... − 19


Darodjat, Darmiyati Zuchdi, Zamroni
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

MTsN di Kabupaten Banyumas, yaitu de- GFI > 0,9 menunjukkan fit suatu model
ngan penilaian antarteman. Estimasi relia- yang baik. GFI merupakan suatu ukuran
bilitas instrumen tersebut didapatkan Alpha mengenai ketepatan model dalam mengha-
Cronbach (0,844) > 0,70. Dengan demikian, silkan observed matriks kovarians. Hasil per-
instrumen tersebut adalah reliabel. Selanjut- hitungan dengan program LISREL 8,50
nya, estimasi Intraclass Correlation Coefficient/ diperoleh koefisien GFI= 0,926. Ketiga, Root
ICC sebesar 0,731. Koefisien sebesar 0,731 Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
menunjukkan bahwa reliabilitas interrater- < 0,05. RMSEA > 0,1 mengindikasikan mo-
nya baik (Eye & Mun, 2005, p. 6). Hal ini del yang tidak fit. Koefisien RMSEA yang
menunjukkan pula bahwa dua rater atau pe- berkisar antara 0,08 sampai dengan 0,1 me-
nilai terhadap perubahan perilaku berakidah rupakan model yang cukup fit, sedangkan
yang berasal dari penilai yang berbeda me- RMSEA mengukur penyimpangan nilai pa-
nyetuji tentang bagimana mereka memberi rameter pada suatu model dengan matriks
skor kepada seorang peserta didik. kovarians populasinya. Dari gambar model
Uji coba tahap ketiga atau disebut juga terlihat bahwa: (1) nilai RMSEA= 0,000; (2)
uji coba operasional (main field testing), me- GFI = 0,892; (3) RMSEA= 0,000 Dengan
libatkan subjek lebih luas yaitu 255 siswa demikian, ketiga unsur tersebut terpenuhi
kelas VIII MTsN di Kabupaten Banyumas. sehingga model tersebut dikategorikan seba-
Uji coba operasional ini dilaksanakan pada gai model yang fit.
tanggal 21-24 Juni 2014 di tiga MTsN di Gambar 1 merupakan model empiris
Kabupaten Banyumas, yaitu: MTsN Model berdasarkan hasil analisis SEM.
Purwokerto, MTsN Sumbang, dan MTsN
Tambak pada kelas VIII. Tujuan uji coba Model Pengukuran Kinerja Guru
operasional (main field testing) dari instrumen
Uji model pengukuran kinerja sebagai
angket adalah untuk memperoleh gambaran
variabel laten dan masing-masing aspek
model evaluasi pembelajaran Akidah Akh-
kinerja yaitu: pedagogi, kepribadian, sosial,
lak dalam skala yang lebih luas. Uji coba ter-
dan profesional sebagai variabel tampak.
hadap intrumen tes dimaksudkan untuk
Oleh karena itu, skor variabel tampak da-
menghasilkan instrumen tes yang baik yang
lam model pengukuran kinerja guru Akidah
dapat mengukur kemajuan/perubahan pe-
dan Akhlak merupakan skor komposit dari
ngetahuan Akidah dan Akhlak siswa MTs
model pengukuran masing-masing aspek
kelas VIII. Jumlah responden 140 siswa de-
kinerja guru. Untuk menguji kesesuaian
ngan perincian: 47 siswa dari MTsN Model,
model hipotetik dengan data empirik dida-
47 siswa dari MTsN Sumbang, dan 47 siswa
sarkan pada empat indikator, yaitu: (1) se-
dari MTs Tambak.
mua variabel tampak memiliki nilai muatan
Berdasarkan hasil analisis mengguna-
faktor (λ) > 0,3; (2) Chi-square = 284,31; (3)
kan program ITEMAN dapat disimpulkan
GFI = 0,892; (4) RMSEA = 0,000; (5) P-
bahwa instrumen tes tersebut adalah relia-
value = 0,98301.
bel, dengan koefisien Alpha (0,836) > 0,70.
Berdasarkan hasil analisis dengan CFA
Sedangkan validitas tes secara keseluruhan
(Confirmatory Factor Analysis) dengan Lisrel
adalah baik, namun ada empat butir yang
terhadap instrumen Kinerja Guru Akidah
gugur, yaitu nomor: 7, 13, 21, dan 29.
dan Akhlak diperoleh hasil semua variabel
Pada tahapan selanjutnya adalah di-
tampak memiliki nilai muatan faktor (λ) >
lakukan uji fit model. Suatu model dikatakan
0,30. Dengan demikian, model pengukuran
fit jika memenuhi persyaratan di antaranya
tersebut merupakan model yang cocok un-
adalah: pertama, Chi-Square yang diperoleh
tuk mengumpulkan data tentang Kinerja
dari hasil pengujian memiliki probabilitas
guru Akidah dan Akhlak.
(p) lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Kedua,
GFI harus berkisar antara 0 dan 1. Nilai

20 − Volume 20, Nomor 1, Juni 2016


Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Volume 20, Nomor 1, Juni 2016

Gambar 1. Model Empiris Evaluasi Model Logik Pembelajaran Akidah dan Akhlak
(MLEPAA)

Model Pengukuran Materi dan Metode kan model yang cocok untuk mengumpul-
kan data tentang Materi dan Metode
Uji model pengukuran materi &
Pembelajaran Akidah dan Akhlak.
metode sebagai variabel laten, dan masing-
masing terdiri dari variabel tampak yaitu: Model Pengukuran Sarana Pembelajaran
terprogram, menyeluruh, modeling, inkul-
kasi, fasilitasi, dan pengembangan keteram- Uji model pengukuran sarana pem-
pilan akademik dan sosial. Oleh karena itu, belajaran Akidah dan Akhlak sebagai varia-
skor variabel tampak dalam model peng- bel laten, dan masing-masing terdiri dari
ukuran Materi dan Metode Pembelajaran variabel tampak yaitu: kondisi ruang kelas,
Akidah dan Akhlak merupakan skor kom- ketersediaan meja-kursi, media pembelajar-
posit dari model pengukuran masing-ma- an, ketersediaan buku pembelajaran. Oleh
sing aspek materi dan metode. karena itu, skor variabel tampak dalam mo-
Ada empat indikator yang dapat di- del pengukuran ini merupakan skor kompo-
jadikan pedoman untuk menguji kesesuaian sit. Untuk menguji kesesuaian model den-
model hipotetik dengan data empirik: (1) se- gan data empirik, ada empat indikator yang
mua variabel tampak memiliki nilai muatan dapat dijadikan pedoman, yaitu: (1) semua
faktor (λ) > 0,3; (2) Chi-square = 23,98; (3) variabel tampak memiliki nilai muatan fak-
GFI = 0,969; (4) RMSEA = 0,081, (5) P- tor (λ) > 0,3; (2) Chi-square = 1,93; (3) GFI
value = 0,00434. Berdasarkan hasil analisis = 0,996; (4) RMSEA = 0,00; (5) P-value =
dengan Lisrel terhadap instrumen Materi 0,381. Dengan demikian, model pengukur-
dan Metode Pembelajaran Akidah dan an tersebut merupakan model yang cocok
Akhlak diperoleh nilai muatan faktor (λ) > untuk mengumpulkan data tentang Kinerja
0,30, yaitu: terprogram= 0,72, menyeluruh= guru Akidah dan Akhlak. Dengan demikian,
0,72, modeling= 0,78, inkulkasi= 0,72, fa- model pengukuran tersebut merupakan mo-
silitasi= 0,75, pengembangan keterampilan del yang cocok untuk mengumpulkan data
akademik dan sosial= 0,72. Dengan demi- tentang sarana Pembelajaran
kian, model pengukuran tersebut merupa-

Model Evaluasi Pembelajaran Akidah dan Akhlak di ... − 21


Darodjat, Darmiyati Zuchdi, Zamroni
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Model Pengukuran Kultur Madrasah pada variabel laten endogen. Secara bertu-
rut-turut error variance pada variabel endogen
Uji model pengukuran Kultur Mad-
tersebut adalah sebagai berikut: pembel-
rasah sebagai variabel laten dan masing-
ajaran Akidah dan Akhlak memiliki error
masing terdiri dari variabel tampak yaitu:
variance sebesar 0,495, variabel perubahan
kultur perilaku, artifak, dan pesan verbal.
motivasi 0,850, dan variabel perubahan pe-
Oleh karena itu, skor variabel tampak da-
rilaku berakidah akhlak sebesar 0,876.
lam model pengukuran Kultur Madrasah
merupakan skor komposit dari model peng- Total & Indirect Effect
ukuran masing-masing Kultur Madrasah.
Koefisien pengaruh kinerja guru ter-
Parameter Gamma (γ) hadap pembelajaran Akidah dan Akhlak
sebesar 0,224, sedangkan nilai errornya
Parameter gamma merupakan penga-
sebesar 0,060. Jika nilai 0,224 dibagi dengan
ruh langsung variabel eksogenus terhadap
error-nya (0,060) maka diperoleh nilai t-
variabel endogenus. Berdasarkan output di-
hitung sebesar 3,732. Dengan demikian,
ketahui bahwa nilai standardized estimasi pa-
terdapat pengaruh positif signifikan antara
rameter gama satu= 0,228 sebagai efek lang-
kinerja guru Akidah dan Akhlak terhadap
sung kinerja guru Akidah dan Akhlak terha-
pembelajaran Akidah dan Akhlak, karena
dap pembelajaran Akidah dan Akhlak, gama
nilai t yang diperoleh (3,732) jauh lebih be-
dua= 0,232 sebagai efek langsung materi
sar dibandingkan dengan nilai t-tabel (1,960)
dan metode pembelajaran Akidah dan Akh-
pada taraf signifikansi 5 % (3,732 > 1,960).
lak terhadap pembelajaran Akidah dan Akh-
Berturut-turut nilai t-hit. yang diperoleh
lak, gama tiga= 0,349 sebagai efek langsung
untuk: materi dan metode (3,975), sarana
sarana terhadap pembelajaran, dan gama
pembelajaran (5,609), serta kultur kelas dan
empat= 0,216 sebagai efek langsung kultur
madrasah adalah dan sebesar (3,927), dan
terhadap pembelajaran.
semuanya berpengaruh secara positif signifi-
Parameter Beta (β) kan terhadap pembelajaran Akidah dan
Akhlak, karena t-yang diperoleh lebih besar
Parameter beta menjelaskan besarnya nilainya dari t-tabel (1,960).
pengaruh antara sesama variabel endogenus.
Variabel kinerja guru Akidah dan
Bagian kolom adalah variabel endogen inde-
Akhlak, materi dan metode pembelajaran,
penden, dan bagian baris adalah variabel en-
sarana dan prasarana, serta kultur kelas dan
dogen dependen. Dari output tersebut dike-
madrasah berpengaruh secara total terhadap
tahui nilai standardized pengaruh antara vari-
perubahan motivasi siswa secara positif sig-
abel pembelajaran Akidah dan Akhlak ter-
nifikan, karena koefisien nilai t-yang diper-
hadap perubahan motivasi sebesar 0,388,
oleh lebih besar dari nilai t-tabelnya (3,201;
pengaruh antara variabel pembelajaran Aki-
3,350; 4,166; 3,321 > 1,960). Selanjutnya,
dah Akhlak terhadap perilaku berakidah
kinerja guru Akidah dan Akhlak, materi dan
akhlak sebesar 0,039, dan pengaruh per-
metode pembelajaran, sarana dan prasarana,
ubahan motivasi dalam mengikuti pembel-
serta kultur kelas dan madrasah berpenga-
ajaran Akidah Akhlak terhadap perubahan
ruh secara total terhadap perubahan perila-
perilaku berakidah akhlak siswa sebesar
ku berakidah dan berakhlak siswa dalam
0,335. Pengaruh pembelajaran terhadap pe-
lingkup madrasah secara positif signifikan,
rilaku berakidah dan akhlak termasuk tidak
karena koefisien nilai t-yang diperoleh lebih
signifikan, tetapi pengaruh pembelajaran
besar dari nilai t-tabelnya (2,076; 2,115;
terhadap perilaku berakidah dan akhlak me-
2,281; 2,107 > 1,960).
lalui perubahan motivasi adalah signifikan.
Variabel kinerja guru Akidah dan
Parameter Zeta (ζ) Akhlak, materi dan metode pembelajaran,
sarana dan prasarana, serta kultur kelas dan
Parameter zeta merupakan estimasi
madrasah berpengaruh secara tidak lang-
kesalahan pengukuran yang distandarisasi

22 − Volume 20, Nomor 1, Juni 2016


Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Volume 20, Nomor 1, Juni 2016

sung terhadap perubahan motivasi siswa kan. Kedua, penilaian user tehadap kefektif-
secara positif signifikan, karena koefisien an model diperoleh rerata skor total 3,6, jika
nilai t-yang diperoleh lebih besar dari nilai t- nilai ini dikonversikan ke dalam pedoman
tabelnya (3,201; 3,350; 4,166; 3,321 > 1,960). penilaian, maka masuk dalam kategori
Demikian halnya dengan variabel kinerja “baik” sehingga layak digunakan dan dapat
guru Akidah dan Akhlak, materi dan me- digunakan di lapangan.
tode pembelajaran, sarana dan prasarana,
serta kultur kelas dan madrasah berpenga- Simpulan
ruh secara tidak langsung terhadap perubah- Berdasarkan pada analisis data yang
an perilaku berakidah akhlak siswa dalam telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan
lingkung madrasah secara positif signifikan, hasil penelitian sebagai berikut. Pertama,
karena koefisien nilai t-yang diperoleh lebih Model logik yang diperoleh telah diuji seca-
besar dari nilai t-tabelnya (2,076; 2,115; ra empirik sehingga didapatkan model yang
3,281; 2,107 > 1,960). fit, dilihat dari indikator-indikator berikut:
Koefisien pengaruh total variabel (a) Chi-Square, p > 0,05, nilai yang diperoleh
pembelajaran Akidah dan Akhlak terhadap sebesar = 553,72, (b) Goodness of Fit Indices
variabel perubahan motivasi sebesar 0,388, (GFI) harus berkisar antara 0 dan 1, nilai
dan terhadap perubahan perilaku berakidah yang diperoleh = 0,892; (c) Root Mean Square
akhlak sebesar 0,169. Koefisien pengaruh Error of Approximation (RMSEA) < 0,05;
total variabel perubahan motivasi terhadap nilai yang diperoleh = 0,000
perubahan perilaku berakidah akhlak siswa Kedua, pengaruh variabel pembel-
dalam lingkup madrasah sebesar 0,335. ajaran terhadap perubahan motivasi adalah
Keseluruhan pengaruh total pembelajaran signifikan, sedangkan pengaruh pembelajar-
Akidah dan Akhlak terhadap perubahan an terhadap perubahan perilaku berakidah
motivasi dan perubahan perilaku berakidah akhlak tidak signifikan. Namun, jika per-
akhlak adalah positif signifikan, karena har- ubahan pembelajaran akidah akhlak melalui
ga t-hitungnya lebih besar dari harga t- perubahan motivasi adalah signifikan. Keti-
tabelnya (5,852; 2,471) > 1,960. Demikian ga, validitas dan reliabilitas instrumen pada
halnya de-ngan pengaruh total perubahan komponen model logik telah memenuhi per-
motivasi terhadap perubahan perilaku ber- syaratan yang ditentukan. Keempat, Model
akidah akhlak adalah positif signifikan, ka- logik secara empirik telah dinyatakan layak
rena koefisi-en t-hitungnya lebih besar dari dalam uji implementasi oleh user, yaitu guru
koefisien t-tabelnya (4,461 > 1,960) Akidah dan Akhlak, kepala MTs, dan PPAI,
Koefisien pengaruh tidak langsung dengan rerata skor total 3,6 > 3,4 - 4,2 se-
variabel pembelajaran Akidah dan Akhlak hingga dinyatakan baik dan layak digunakan.
terhadap perubahan perilaku berakidah akh- Kelima, kelebihan model logik untuk
lak siswa MTsN sebesar 0,135, dan penga- mengevaluasi pembelajaran Akidah dan
ruh ini positif signifikan, hal ini ditunjukkan Akhlak kelas VIII MTsN yaitu: (a) dapat
dengan koefisien t-hitung (3,609) lebih besar memberikan pemahaman terhadap rencana
dari t-tabelnya (1,960). kerja/peta evaluasi dan outcomes yang diha-
Deskripsi hasil penelitian untuk men- rapkan; (b) dapat memberikan panduan
jawab pertanyaan nomor tiga, yaitu bagai- yang jelas tentang evaluasi pembelajaran
manakah kelayakan evaluasi model logik Akidah Akhlak; (c) berfungsi sebagai alat
pembelajaran Akidah dan Akhlak di MTsN pengawas evaluasi dan membantu meng-
di Kabupaten Banyumas dapat dijelaskan identifikasi pertanyaan kunci tentang apakah
sebagai berikut. Pertama, hasil penilaian user kunci/inti komponen evaluasi pembelajaran
terhadap panduan model diperoleh rerata Akidah Akhlak telah dilaksanakan kele-
skor total 3,8, jika nilai ini dikonversikan ke mahan/kekurangan jika diterapkan.
dalam pedoman penilaian, maka masuk da- Keenam, kelemahan model logik an-
lam kategori “baik” sehingga layak diguna- tara lain: (a) kurang efektif jika waktu yang

Model Evaluasi Pembelajaran Akidah dan Akhlak di ... − 23


Darodjat, Darmiyati Zuchdi, Zamroni
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

tersedia untuk menyelesaikan penelitian ter- luas, sehingga menghasilkan kualitas model
batas; (b) untuk mengungkap proses pem- dan perangkat yang lebih baik.
belajaran dan kemajuan siswa yang dicapai
dari hasil pembelajaran dibutuhkan instru- Dafatar Pustaka
men yang komprehensif; (c) model logik ini
banyak melibatkan siswa, jika siswa banyak Al-Abrasyi, M.A. (1993). Dasar-dasar pokok
diberi instrumen maka akan terjadi kebo- pendidikan Islam. (Terjemahan Bustami
sanan dalam proses pengisian hal ini dapat A.Gani & Johar Bahri). Jakarta: Bulan
berakibat pada pengisian data yang asal- Bintang.
asalan. Boleh jadi, data yang diperoleh tidak Assegaf, A. (2001). Memahami sumber kon-
sesuai dengan yang diharapkan atau ke- flik antariman. Dalam TH. Sumartana
nyataan yang sesungguhnya. (Eds.), Pluralisme, konflik dan pendidik-
an agama di Indonesia Yogyakarta:
Saran Dian Interfidei.
Berdasarkan pada simpulan yang telah Azwar, S. (2005). Sikap manusia: Teori dan
disampaikan, maka dapat disampaikan be- pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
berapa saran sebegai berikut. Pertama, pem- Pelajar.
belajaran akidah akhlak harus melibatkan
afeksi siswa, sehingga perubahan perilaku Barber, B. K., & Olsen, J. A. (2004).
berakidah akhlak siswa dapat ditingkatkan. Assessing the transitions to middle
Kedua, sebelum digunakan untuk meng- and high school. Journal of Adolescent
evaluasi pembelajaran, model logik ini harus Research, 19, 3–30.
dipahami oleh para pengguna, karena model Bickman, L. (Ed.). (1987). The functions of
digambarkan dalam bentuk flow chart dan program theory. New Directions in Prog-
memiliki sifat hubungan yang rasional dan ram Evaluation: Using Program Theory in
terpadu. Evaluation.
Ketiga, untuk menghindari kebosanan
dalam pengisian instrumen, maka instrumen Borg, W.R., & Gall, M.D. (1983). Educatio-
yang diberikan kepada siswa diberikan se- nal Research: An Introduction. (4th ed.)
suai dengan tahapan evaluasi yang sedang New York: Longman.
berjalan, dan waktu yang tepat. Keempat, Cennamo, K., & Kalk, D. (2005). Real world
penggunaan model ini harus disesuaikan de- instructional design. Canada: Thomson
ngan tujuan, kegunaan dan level program Learning, Inc.
yang diinginkan. Kelima, model ini dapat
Chazan, B., & Soltis, J.F. (1975). Moral
digunakan oleh kepala madrasah, pengawas,
Education. New York: Teacher College
guru MTsN/S. Agar proses evaluasi lebih
Press.
efektif, maka model ini dapat dikembang-
kan lagi dengan pembuatan software, sehing- Eye, A. V. & Mun, E. Y. (2005). Analyzing
ga memudahkan evaluator dalam proses ta- rater agreement (Manifest variable methods).
bulasi, mengoreksi dan mengetahui hasil Marwah, New Jersey: Lawrence Erl-
evaluasinya, pada komponen mana yang baum Associates, Inc.
sudah baik, dan komponenmana yang be- Fadjar, A. M. (1998). Madrasah dan tantangan
lum baik. Dengan adanya software tersebut, modernitas. Bandung: Mizan.
bisa diketahui hasil secara cepat, tepat dan
dapat dilakukan perbaikan pada bagian yang Fernandez, H.J.X (1984). Testing and measure-
kurang. Pembuatan software yang solutif ter- ment. Jakarta: National Educational
sebut membutuhkan tahapan pengembang- and Curriculum Development.
an lebih lanjut. Keenam, diseminasi sebaik- Ghozali, I. (2005). Structural equation modeling:
nya dilaksanakan dalam skala yang lebih Teori, konsep dan aplikasinya dengan prog-
ram Lisrel 8.80 (Edisi II). Semarang:

24 − Volume 20, Nomor 1, Juni 2016


Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Volume 20, Nomor 1, Juni 2016

Badan Penerbit Universitas Dipo- LeBlanc, L., et.al. (2008) High school social
negoro. climate and antisocial behavior: A 10
year longitudinal and multilevel study.
Griffin, P., & Nix, P. (1991). Educational
Journal of Research on Adolescence. 18 (3),
assessment and reporting. Sydney: Har-
395–419.
cout Brace Javanovich, Publisher.
Mardapi, D. (2007). Teknik penyusunan instru-
Gould, M. S., Greenberg, T., Velting, D., &
men tes dan nontes. Yogyakarta: Mitra
Shaffer, D. (2003). Youth suicide risk
Cendikia.
and preventive interventions: A re-
view of the past 10 years. Journal of the Mastuhu. (1999). Memberdayakan sistem pen-
American Academy of Child and Adole- didikan Islam. Jakarta: Logos.
scent Psychiatry, 42, 386–405. McLaughlin, J. A., & Jordan, G. B. (1999).
Heneret, E., & Powel, E.T. (2008). Develop- Logic models: A tool for telling your
ing a logic model: Teaching and training programs Performance Story. Evalu-
guide. Madison: University of Wis- ation and Program Planning, 22, 65-72.
consin. McMillan, J.H., & Schumacher, S. (2010).
Keller, J. M. (1979). Motivation and instruc- Research in education (7th ed.). New York:
tional design: A theoretical perspec- Pearson.
tive. Journal of Instructional Development, Miskawaih, I. (1999). Menuju kesempurnaan
2 (4), 26-34. akhlak (Cetakan V). (Terjemahan Hel-
Keller, J. M. (1983). Motivation design of mi Hidayat). Libanon: Darulkutub al-
instruction. In C. M. Reigeluth (Ed.), „Ilmiyyah. (Buku asli diterbitkan tahun
Instructional-design theories and models: An 1985).
overview of their current status (pp. 383- Newman, B. M., et.al, (2007). The relation-
434). Hillsdale, NJ: Lawrence Erl- ship of social support to depressive
baum Associates. symptoms during the transition to
Keller, J. M. (1987a). Development and use high school. Journal of Adolescent Re-
of the ARCS model of instructional search, 42, 441–459.
design. Journal of Instructional Develop- Nunally, J.C. (1981). Psychometric Theory (2nd
ment, 10 (3), 2-10. ed). New Delhi: Tata McGraw-Hill
Kellogg, W.K. Foundation. (2004). Using Publishing Company Limited
logic models to bring planning, evaluation, Peraturan Menteri Agama RI No. 2 tahun 2008
and action. Michigan: WK Kellogg tentang Standar Kompetensi Lulusan dan
Foundation. Diambil pada tanggal 10 Standar Isi. Diambil pada tanggal 12
Juli 2012, dari http://www.wkkf.org. Juli 2011, dari http://www.scribd.
Kerr, M.,et.al. (2010). A reinterpretation of com/doc/57115839/Peraturan-
parental monitoring in longitudinal Menteri-Agama-Republik-Indonesia.
perspective. Journal of Research on Porteous, N.L., et al. (2002). Introducing
Adolescence. 20 (1), 39–64, 2010. program team to logic models: Facili-
La Greca, A. M., & and Hannah Moore tating the learning process. Canadian
Harrison, H. M. (2005). Adolescent Journal of Program Evaluation. Vol. 17,
peer relations, friendships, and ro- No. 3, 113-141.
mantic relationships: Do they predict Powell, T., & Heneret, E. (2008). Enhan-
social anxiety and depression?. Journal cing program performance with logic
of Clinical Child and Adolescent Psycho- models. Diakses tanggal 15 Novem-
logy, 34 (1), 49–61. ber 2011 dari Wisconsin Extension
Website:

Model Evaluasi Pembelajaran Akidah dan Akhlak di ... − 25


Darodjat, Darmiyati Zuchdi, Zamroni
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

http://www.UWEX/edu.ces/pdande Sudijono, A. (2003). Pengantar evaluasi pen-


/ didikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rahman, F. (1985). Approach to Islam in
religious studies review essays. Dalam Zuchdi, D. (2010). Humanisasi pendidikan:
Richard C. Martin (Ed.). Approaches to Menemukan kembali pendidikan yang
Islam in religious studies. Tuscon: The manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara.
University of Arizona. Zuchdi, D. et al. (2011). Laporan Penelitian
Schunk, D.H., Pintrich, P.R., & Meece, J.L. Hibah Penelitian Tim Pascasarjana-HPTP
(2010). Motivation in education: Theory, (Hibah Pasca). Pengembangan model
research, and application (3nd ed.). New pendidikan karakter dengan pende-
Jersey: Pearson Education, Inc., katan komprehensif terpadu dalam
Upper Saddle River. pembelajaran bahasa indonesia, IPA,
dan IPS di Sekola Dasar. Yogyakarta:
Slavin, R. E. (2006). Educational psychology
Universitas Negeri Yogyakarta.
theory and practice (8th ed.). Boston:
Pearson Education, Inc.

26 − Volume 20, Nomor 1, Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai