Anda di halaman 1dari 8

ESAI TANTANGAN ENTERPRISE, PENDEKATAN TRADISIONAL, DAN

TANTANGAN PENDEKATAN TRADISIONAL


Disusun oleh:

Fasya Ghassani Hadiyan 145150407111026

2017-2018 SEMESTER VII

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Enterprise Architecture (CIS61271)

Kelas - B

Dosen Mata Kuliah:

Welly Purnomo, S.T,. M.Kom.

Program Studi SIstem Informasi


Jurusan Sistem Informasi
Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya
Malang

1
Enterprise Architecture
Kelas – B
145150407111026

DAFTAR ISI

Daftar Isi..................................................................................................................................ii
Esai..........................................................................................................................................1
Daftar Pustaka.........................................................................................................................iii

2
Terdapat banyak tantangan yang dihadapi sebuah enterprise seperti dapat dilihat pada
Figure 2.1. Berikut penjelasan beberapa tantangan yang dihadapi sebuah enterprise.

1. Mengikuti Perkembangan atau Hancur (Keep up or Perish )


Enterprise menghadapi berbagai perubahan seperti merger, akuisisi, invovasi,
perkembangan teknologi, dan lainnya. Ditambah dengan kemajuan eCommerce,
Networked Business, Virtual Enterprise, dan factor-faktor lainnya memaksa
enterprise untuk memenuhi lingkungan dinamis yang terus berkembang. Agar bisa
bertahan sebuah enterprise harus bertindak aktif yang artinya enterprise harus
memiliki kemampuan untuk beradapasi secara cepat terhadap perubahan dan
memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk meningkatkan nilai mereka.
Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi enterprise untuk berkembang, antara
lain:
 Kurang mengetahui akan produk, layanan, kemampuan, dan struktur
internal dari enterprise mereka sendiri.
 Organisasi tradisional didesain dengan efisiensi dan efektivitas dalam pola
pikir dibandingkan untuk bertindak cepat (agility).
 Terlalu banyak infrastruktur dan aplikasi legacy.
 Dll.

1
Enterprise Architecture
Kelas – B
145150407111026

Hambatan-hambatan tersebut merupakan hasil dari:

 Merger yang terlalu sering.


 Hasil dari proyek yang awalnya diperuntukkan berdiri sendiri, namun
berubah menjadi bagian structural dari organisasi.
 Dll.
2. Perubahan Kekuasaan dalam Rantai Nilai (Shifting Powers in the Value Chain)
Klien dari enterprise semakin menuntut menyebabkan terjadinya perubahan
kekuasaan di dalam value chain. Klien menjadi lebih berkuasa dan memiliki
permintaan yang terkostum, dan meminta produk dan layanan secara keseluruhan
dan terintegrasi. Contohnya klien lebih memilih layanan booking penerbangan,
hotel, dan traveling dalam satu layanan dibanding yang terpisah. Untuk
menyediakan layanan yang terjamin kualitasnya dibutuhkan integrasi level tinggi dan
orkertrasi antara proses yang akan diberikan pada klien. Hal tersebut memunculkan
Next Generation Enterprises (NGE), yaitu cara menjalankan bisnis dengan
mengutilisasi model bisnis baru yang inovatif. NGE diperkenalkan oleh Umar.
3. Mencapai Keuntungan Kompetitif (Achieving Competitive Advantage)
Enterprise mencoba dan mempertahankan keuntungan kompetitif. Untuk
melakukan hal tersebut, mereka harus memilih posisi strategis yang optimal. Porter
membedakan empat unit dasar dari keuntungan kompetitif: product development,
purchasing, operation, dan distribution. Menjalankan empat aktivitas tersebut lebih
baik dibanding rival enterprise disebut operational excellence. Treacy dan Wiersema
berpendapat bahwa enterprises harus mencoba dan focus terhadap salah satu dari
tiga disiplin untuk menambah nilai:
 Product leadership: enterprise yang bertujuan untuk menyediakan produk
inovatif terbaik.
 Operational excellence: enterprise yang bertujuan menyediakan level dasar
dari layanan dalam cara yang paling efisien.
 Costumer intimacy: enterprise yang berfokus untuk menyediakan solusi
untuk kostumer.
4. Memenuhi atau Gagal (Comply or Bust)
Pihak manajemen enterprise harus menaati peraturan pemerintah agar bisa
bertahan. Sebagai contoh, sebuah enterprise manufaktur sepatu memperkerjakan
anak dibawah umur, maka dampaknya enterprise tersebut akan memburuk citranya
dan yang paling buruk adalah harus menutup bisnisnya.

2
Enterprise Architecture
Kelas – B
145150407111026

5. Membuat Teknolgi sebagai Pembeda Bisnis (Making Technology the Business


Differentiator)
Pihak manajemen harus memperhatikan perkembangan teknologi dalam
mendukung kegiatan usahanya.
6. Mengatasi atau outsource (Excel or Outsource)
Enterprise harus bisa memilih proses mana saja yang bisa di outsource dan tidak.

Terdapat dua pendekatan tradisional untuk mengatasi tantangan yang sudah


dijelaskan sebelumnya. Pendekatan pertama adalah penggunaan strategi untuk
memfokuskan usaha perubahan dan/atau transformasi dalam enterprise. Pendekatan kedua
adalah pengendalian perubahan yang terprogram, melibatkan kebijakan, manajemen
program, manajemen proyek, dan manajemen portfolio.

1. Strategi untuk Memfokuskan Usaha (Strategy as a Means to Focus Effort)


Dalam menghadapi perubahan enterprise harus membuat pilihan untuk
bertahan. Salah satu disiplin yang dapat diaplikasikan untuk membuat pilihan pada
level enterprise adalah strategic management. Strategic management adalah
kombinasi dari tiga proses utama: formulasi strategi, implementasi strategi, dan
evaluasi strategi.
Konsep dari strategi biasanya berkaitan dengan konsep lainnya antara lain:
 Misi: Tujuan-tujuan yang saling berkaitan sejalan dengan nilai atau
ekspektasi stakeholders.
 Visi: Keadaan di masa mendatang yang diinginkan: aspirasi dari organisasi.
 Strategi: Arahan jangka panjang.
 Goal: Statemen umum akan sasaran atau tujuan.
 Policy: Pernyataan yang memperikan arahan untuk mencapai goal.

Sebuah strategi diposisikan sebagai resultan dari misi dan visi organisasi,
sementara goal adalah formulasi dari milestone untuk mencapai visi organisasi.
Istilah ini dapat dihubungkan satu sama lain, dan diposisikan ke dalam tiga tingkatan:

1. Tingkat pertama terdapat misi sebagai alasan dari keberadaan organisasi.

2. Tingkat kedua menyediakan konkretisasi dari misi dalam istilah dari visi dan
strategi bertujuanuntuk merealisasikan visi.

3
Enterprise Architecture
Kelas – B
145150407111026

3. Tingkat ketiga menyediakan konkretisasi lebihjauh dengan memperbaiki visi


menjadi goals dan strategi menjadi policies.

Eksekusi dari strategi merupakan proses yang berkelanjutan, secara umum,


karenastrategisendiri berevolusi terus menerus. Penting untuk meningkatkan dan
mengadaptasi organisasi strategi akan perubahan. Terdapat dua jenis evolusi
strategi:

 Outside-in: Sebuah strategi dapat dipengaruhi oleh perkembangan di dalam


lingkungan organisasi berada. Perkembangan ini dapat dipengaruhi oleh
factor politik, lingkungan, social-budaya, teknis, ekonomi, dll.
 Inside-out: Sebuah strategi juga dapat dipengaruhi oleh perubahan dalam
ketersidaan dari resource organisasi dan kompetensi, menuntun kepada
resource-based view dari sebuah strategi.
2. Pengendalian Perubahan Yang Terprogram (Programmatic Steering of Change)
Implementasi dari sebuah strategi dieksekusi melalui program. Sebuah
program dapat dianggap sebagai layer di atas proyek individual. Terdapatbeberapa
instrumen yang tersedia untuk pengendalian perubahan terprogram, yaitu:
 Governance: Untuk membuat keseluruhan perubahan dan penguasaan
proses enterprise memungkinkan, governane membutuhkan pandangan
yang jelas akan unsur dan hubungan dari keseluruhan rantai nilai.
 Proyek: Hasil proyek seharusnya tidak hanya menjawab kebutuhan
stakeholder, tapi juga harus sesuai dengan arahan strategis dan batasannya.
 Manajemen portofolio: dimaksudkan untuk mengatur inisiatif dan program
di dalam cara yang terintegrasi dan jelas.
 Manajemen program: sebuah instrument untuk mencapai keuntungan
bisnis.

Berikut merupakan cara mengukur pendekatan tradisional.

1. Menjalankan Strategi Menjadi Aksi


Untuk menerjemahkan formulasi strategi ke dalam eksekusi strategi, berhubungan
dengan tiga area: mengorganisasikan organisasi, alokasi sumber daya, dan
manajemen perubahan. Di dalam ketiga area, muncul permasalahan selama
eksekusi strategi.
 Permasalahan yang muncul dalam area mengorganisasikan organisasi.

4
Enterprise Architecture
Kelas – B
145150407111026

 Pengambilan keputusan dilakukan terlalu awal atau terlalu lama.


 Strategi tanpa kebebasan untuk memilih yang membatasi tim
eksekusi.
 Visi dan strategi yang tidak didefinisikan dengan baik,
 Solusi yang tidak dapat ditelusuri kembali ke dalam strategi.
 Permasalahan yang muncul dalam area alokasi sumber daya.
 Solusi yang tidak cocok karena departemen biasanya memiliki
perencanaan berbeda dengan departemen yang lain.
 Prioritas yang tidak jelas.
 Permasalahan yang muncul dalam area perubahan manajemen.
 Formulasi strategi yang tidak berakhir. Hal ini berujung pada ekseksi
strategi tidak dapat dijalankan.
 Banyak proyek yang tidak memiliki keuntungan bagi strategi.
2. Menjalankan pengendalian terprogram ke dalam aksi
Best practice dari pengendalian terprogram memiliki beberapa kelemahan dan
kebutuhan:
 Portofolio, program, dan proyek tidak sejalan dengan strategi dan batasan.
 Urutan perencanaan program/proyek tidak solid atau tersokong secara
eksplisit.
 Solusi yang teralisasikan saling tumpang tindih atau belum selesai.
 Dll.

5
DAFTAR PUSTAKA

OP’t Land et al. (2009). Enterprise Architecture Creating Value by Informed Governance,
Spinger – verlag Berlin Heidelberg. 6

Anda mungkin juga menyukai