Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu kemampuan matematis yang penting
dalam proses pembelajaran matematika. Kemampuan pemahaman merupakan fondasi untuk
dapat menguasai tingkat kemampuan matematis yang lebih tinggi yaitu kemampuan koneksi
matematis. Hal tersebut sejalan dengan salah satu tujuan pembelajaran matematika yang
diungkapkan oleh Depdikbud yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan hubungan
antarkonsep, hingga pada akhirnya dapat menerapkan konsep atau algoritma. Berdasarkan
hal tersebut maka dalam belajar siswa tidak hanya dituntut untuk sekedar menghafal dan
memahami, tetapi harus bisa menjelaskan keterkaitan konsep hingga akhirnya dapat
menerapkan konsep tersebut dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, kedua kemampuan
tersebut harus dikembangkan secara optimal.
Menurut Skemp (Sumarmo, 2010: 5), pemahaman dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
pemahaman instrumental dan relasional. Pemahaman instrumental diartikan sebagai
pemahaman konsep atau prinsip tanpa ada keterkaitan dengan yang lainnya dan dapat
menerapkan rumus atau konsep dalam perhitungan sederhana. Dalam hal ini, hanya hafal
rumus dan memahami urutan pengerjaan atau algoritma, kemampuan ini tergolong pada
kemampuan matematis tingkat rendah. Adapun pemahaman relasional, termuat skema atau
struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas, dapat mengaitkan
suatu konsep atau prinsip dengan konsep lainnya dan sifat pemakaiannya lebih bermakna.
Menurut Sumarmo (Afgani, 2011: 4.19) menyatakan bahwa koneksi sebagai standar proses
dalam pembelajaran matematika bertujuan untuk memperluas wawasan atau pengetahuan
siswa, memandang matematika sebagai satu kesatuan, dan bukan sebagai materi yang berdiri
sendiri, serta mengenali relevansi, dan manfaat matematika baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui ketercapaian setiap indikator kemampuan pemahaman matematis dan
kemampuan koneksi matematis.
2. Untuk mengetahui ketuntasan kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa
secara klasikal dan individu pada materi bangun ruang sisi datar.
3. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan pemahaman dan koneksi matematis
berdasarkan tingkat kemampuan siswa.
4. Untuk menganalisis kesulitan siswa dalam mengerjakan tes kemampuan pemahaman dan
koneksi matematis.
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini
adalah 34 siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri 6 Cirebon dengan kemampuan
tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan rendah. Metode pengumpulan data yang
digunakan meliputi:
1. Tes kemampuan pemahaman matematis (TKPM) dan tes kemampuan koneksi matematis
(TKKM);
2. Wawancara; dan
3. Dokumentasi
Uji ketuntasan digunakan untuk mengetahui ketercapaian ketuntasan siswa pada materi
bangun ruang sisi datar dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 79 dan
ketuntasan individual yaitu sebesar 65%. Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Teknik Pengolahan Data
No Analisis dan Hipotesis Uji Statistik Interpretasi
1. Ketuntasan Klasikal Menggunakan uji rata- Nilai t hitung dibandingkan
Pemahaman dan rata satu pihak yaitu dengan t tabel menggunakan
Koneksi Matematis pihak kiri
𝑑𝑘 = 𝑛 − 1 dengan 𝛼 = 5%,
Lanjutan Tabel 1. Teknik Pengolahan Data
No Analisis dan Hipotesis Uji Statistik Interpretasi
Hipotesis : 𝑥̅ − 𝜇0 dimana kriteria H0 ditolak jika
𝑡= 𝑠
H0: µ ≥ 79 𝑡 ≤ − 𝑡(1−𝛼) .
√𝑛
H1: µ < 79
2. Ketuntasan Individual Menggunakan uji Nilai z hitung dibandingkan
Pemahaman dan proporsi satu pihak dengan z tabel menggunakan
Koneksi Matematis yaitu pihak kiri
Hipotesis : 𝑥 dengan 𝛼 = 5%, dimana kriteria
− 𝜋 0
H0: 𝜋 ≥ 65 𝑧= 𝑛 tolak 𝐻0 jika 𝑧 ≤ −𝑧0,5−𝛼 .
𝜋 (1−𝜋0 )
H1: 𝜋 < 65 √ 0
𝑛
3. Perbedaan rata-rata Uji One Way Anova Apabila H0 ditolak dilakukan uji
kemampuan menggunakan SPSS Post Hoc untuk mencari
pemahaman dan dimana 𝛼 = 5% kelompok mana yang berbeda.
koneksi matematis Hal ini menunjukkan adanya
siswa dikelompokkan perbedaan. Apabila H0 maka
berdasarkan perbedaan dapat dilihat dari nilai
kemampuan tinggi, rata-ratanya.
sedang dan rendah
Hipotesis
H0 : 𝜇1 = 𝜇2 = 𝜇3
H1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2 ≠ 𝜇3
Berdasarkan Tabel 4 di atas, karena nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu -2,12 ≤ -1,692
maka dapat dikatakan bahwa kemampuan pemahaman matematis belum mencapai
ketuntasan klasikal. Kemampuan koneksi matematis pun demikian belum mencapai
ketuntasan klasikal di mana 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu -2,34 ≤ -1,692.
Pada Tabel 6. di atas, uji perbedaan rata-rata menggunakan Uji One Way Anova
diperoleh nilai Sig. 0,003 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Karena Sig. 0,003 <
0,05 maka H0 ditolak, sehingga setidaknya ada salah satu rata-rata kemampuan
pemahaman matematis yang berbeda. Karena H0 ditolak, maka dilanjutkan dengan
Uji Post Hoc.
Output Uji Post Hoc menggunakan Uji Scheffe berbantu aplikasi SPSS 16.0 dapat
dilihat pada Tabel 7. berikut ini.
Dari Tabel 7. di atas diperoleh nilai Sig. untuk kemampuan pemahaman matematis
siswa dengan kemampuan tinggi dengan sedang, sedang dengan rendah, dan rendah
dengan tinggi secara berurutan adalah 1%, 79,6%, dan 0,6%. Hal ini menunjukkan
terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemahaman matematis berdasarkan tingkat
kemampuan siswa dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Jika dilihat dari rata-ratanya siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah secara
berturut-turut memperoleh 84,56; 72,88; 70,44. Selain itu, jika dihubungkan dengan
ketuntasan klasikal maka siswa dengan kemampuan tinggi mencapai ketuntasan
minimal yaitu lebih dari 79. Sedangkan untuk siswa yang berkemampuan sedang
dan rendah belum mencapai ketuntasan minimal, karena belum mencapai nilai 79.
Dari Tabel 10. di atas diperoleh nilai Sig. untuk kemampuan koneksi matematis siswa
dengan kemampuan tinggi dengan sedang, sedang dengan rendah, dan rendah dengan
tinggi secara berurutan adalah 6,9%, 0,1%, dan 0%. Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan rata-rata kemampuan koneksi matematis berdasarkan tingkat kemampuan
siswa dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Jika dilihat dari rata-ratanya siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah secara
berturut-turut memperoleh 84,22; 75,81; 61,78. Selain itu jika dihubungkan dengan
ketuntasan klasikal, siswa dengan kemampuan tinggi mencapai ketuntasan minimal
yaitu lebih dari 79. Sedangkan untuk siswa yang berkemampuan sedang dan rendah
belum mencapai ketuntasan minimal, karena belum mencapai nilai 79.
Menurut Sudjana (2013: 39), keberhasilan belajar dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu faktor dari luar yaitu lingkungan dan faktor dari dalam yaitu diri siswa
itu sendiri. Berdasarkan penelitian sebelumnya faktor dari dalam diri siswa yaitu
kemampuan, paling dominan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Oleh karena itu,
terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemahaman dan koneksi yang
menunjukkan hasil sesuai tingkat kemampuannya yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Dengan demikian, kemampuan awal siswa diindikasikan dapat berpengaruh terhadap
kemampuan pemahaman dan koneksi matematisnya.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh, maka peneliti dapat menarik simpulan
sebagai berikut:
1. Ketercapaian setiap indikator tiap kemampuan matematis
a. Ketercapaian pada setiap indikator soal TKPM terdapat 5 indikator mencapai lebih
dari 65%, dan hanya 1 indikator yang kurang dari 65% yaitu sebesar 54,28% untuk
soal nomor 6 (a) dan 61,31% untuk soal nomor 6 (b).
b. Ketercapaian pada setiap indikator soal TKKM, 4 soal mencapai lebih dari 65% dan
hanya 2 indikator soal saja yang kurang dari 65% yaitu masing-masing mencapai
63,68% dan 56,71%.
2. Kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa secara klasikal tidak mencapai
ketuntasan yang berarti nilai rata-rata semua siswa berada di bawah KKM yang telah
ditentukan yaitu sebesar 79. Selain itu siswa belum mencapai ketuntasan secara
individual, untuk kemampuan pemahaman matematis proporsi siswa yang mencapai
nilai 79 hanya sebesar 50%. Sedangkan untuk kemampuan koneksi matematis lebih
kecil lagi hanya mencapai 41,18%.
3. Perbedaan rata-rata tiap kemampuan matematis
a. Adanya perbedaan rata-rata kemampuan pemahaman matematis pada kelompok
siswa berdasarkan tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah di mana masing-
masing memperoleh rata-rata 84,36; 72,88; 70,44. Jika dihubungkan dengan
ketuntasan klasikal maka siswa dengan tingkat kemampuan tinggi mencapai
ketuntasan lebih dari 79, sedangkan untuk dua kelompok lainnya belum tuntas.
b. Adanya perbedaan rata-rata kemampuan koneksi matematis pada kelompok siswa
berdasarkan tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah dimana masing-masing
memperoleh rata-rata 84,22; 75,81; 61,78. Jika dihubungkan dengan ketuntasan
klasikal maka siswa dengan tingkat kemampuan tinggi mencapai ketuntasan lebih
dari 79, sedangkan untuk yang berkemampuan sedang dan rendah belum tuntas.
4. Kesulitan siswa dalam mengerjakan soal TKPM kesulitan dalam menyajikan konsep
dalam berbagai macam bentuk representasi matematika serta kesulitan dalam
menentukan konsep atau rumus yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal.
Sedangkan untuk TKKM siswa kesulitan dalam menentukan konsep atau rumus yang
tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal, kesulitan dalam memahami soal
cerita yang termasuk ke dalam indikator menggunakan matematika dalam bidang studi
lain atau dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, saran yang dapat
peneliti berikan adalah sebagai berikut.
1. Diharapkan orang tua dan guru membantu dan memotivasi anak dan siswa agar lebih
mengembangkan serta mengasah kemampuan yang dimilikinya sehingga mendapatkan
pencapaian hasil belajar yang optimal.
2. Bagi guru bidang studi matematika hendaknya dijadikan sebagai bahan masukan, yaitu
lebih sering mengelompokkan siswa secara heterogen dalam kegiatan diskusi dengan
tujuan untuk lebih mengoptimalkan proses pembelajaran matematika di sekolah
3. Bagi guru diharapkan dapat memahami letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika, terutama soal yang berkaitan dengan kemampuan pemahaman dan koneksi
matematis siswa pada materi bangun ruang sisi datar.
4. Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa, maka guru
perlu menggunakan berbagai macam metode pembelajaran bahkan alat peraga jika
diperlukan yang sesuai dengan materi yang disampaikan
[1] Afgani D, Jarnawi. Analisis Kurikulum Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka. (2011)
[2] Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia. (2011)
[3] Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. (2005)
[4] Sudjana, N. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. (2013)
[5] Susanto, A. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Grup. (2013)