Anda di halaman 1dari 14

1)

Mahasiswa FKIP Unswagati, Cirebon; euis.sri.kartikasari.math@gmail.com


2)
Dosen FKIP Unswagati, Cirebon; citadwirosita@gmail.com
3)
Dosen FKIP Unswagati, Cirebon; wahyu_hartono@ymail.com

Dalam kegiatan pembelajaran matematika, kemampuan dasar matematis wajib


dimiliki oleh setiap siswa di antaranya kemampuan pemahaman dan koneksi matematis.
Namun berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu pada materi bangun ruang sisi datar
menunjukkan bahwa kedua kemampuan tersebut masih tergolong rendah. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis
ketercapaian setiap indikator kemampuan pemahaman dan koneksi matematis,
menganalisis ketercapaian ketuntasan pemahaman dan koneksi matematis siswa secara
klasikal dan individual, menganalisis perbedaan rata-rata kemampuan pemahaman dan
koneksi matematis siswa berdasarkan tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,
serta menganalisis kesulitan siswa dalam mengerjakan soal tes kemampuan pemahaman
dan koneksi matematis pada materi bangun ruang sisi datar. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah 34 siswa kelas VIII SMP
Negeri 6 Cirebon. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi: (1) tes
kemampuan pemahaman dan koneksi; (2) wawancara; dan (3) dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan: (1) Ketercapaian pada setiap indikator soal
TKPM, terdapat 5 indikator yang mencapai lebih dari 65% sedangkan 1 indikator
lainnya kurang dari 65%. Untuk indikator soal TKKM, terdapat 4 indikator yang
mencapai lebih dari 65% sedangkan 2 indikator lainnya kurang dari 65%; (2) Tes
Kemampuan Pemahaman Matematis (TKPM) maupun Tes Kemampuan Koneksi
Matematis (TKKM) siswa secara klasikal dan individual tidak mencapai ketuntasan; (3)
Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemahaman dan koneksi matematis pada
kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; (4)
Kesulitan siswa dalam mengerjakan soal TKPM dan TKKM diantaranya adalah: (a)
kesulitan dalam menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi
matematika; (b) menentukan konsep atau rumus yang tepat untuk digunakan dalam
menyelesaikan soal; dan (c) kesulitan dalam memahami soal cerita yang termasuk ke
dalam indikator menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau dalam
kehidupan sehari-hari.

Pemahaman Matematis, Koneksi Matematis, Bangun Ruang Sisi Datar,


Analisis Ketuntasan.

Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu kemampuan matematis yang penting
dalam proses pembelajaran matematika. Kemampuan pemahaman merupakan fondasi untuk
dapat menguasai tingkat kemampuan matematis yang lebih tinggi yaitu kemampuan koneksi
matematis. Hal tersebut sejalan dengan salah satu tujuan pembelajaran matematika yang
diungkapkan oleh Depdikbud yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan hubungan
antarkonsep, hingga pada akhirnya dapat menerapkan konsep atau algoritma. Berdasarkan
hal tersebut maka dalam belajar siswa tidak hanya dituntut untuk sekedar menghafal dan
memahami, tetapi harus bisa menjelaskan keterkaitan konsep hingga akhirnya dapat
menerapkan konsep tersebut dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, kedua kemampuan
tersebut harus dikembangkan secara optimal.
Menurut Skemp (Sumarmo, 2010: 5), pemahaman dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
pemahaman instrumental dan relasional. Pemahaman instrumental diartikan sebagai
pemahaman konsep atau prinsip tanpa ada keterkaitan dengan yang lainnya dan dapat
menerapkan rumus atau konsep dalam perhitungan sederhana. Dalam hal ini, hanya hafal
rumus dan memahami urutan pengerjaan atau algoritma, kemampuan ini tergolong pada
kemampuan matematis tingkat rendah. Adapun pemahaman relasional, termuat skema atau
struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas, dapat mengaitkan
suatu konsep atau prinsip dengan konsep lainnya dan sifat pemakaiannya lebih bermakna.
Menurut Sumarmo (Afgani, 2011: 4.19) menyatakan bahwa koneksi sebagai standar proses
dalam pembelajaran matematika bertujuan untuk memperluas wawasan atau pengetahuan
siswa, memandang matematika sebagai satu kesatuan, dan bukan sebagai materi yang berdiri
sendiri, serta mengenali relevansi, dan manfaat matematika baik di sekolah maupun di luar
sekolah.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui ketercapaian setiap indikator kemampuan pemahaman matematis dan
kemampuan koneksi matematis.
2. Untuk mengetahui ketuntasan kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa
secara klasikal dan individu pada materi bangun ruang sisi datar.
3. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan pemahaman dan koneksi matematis
berdasarkan tingkat kemampuan siswa.
4. Untuk menganalisis kesulitan siswa dalam mengerjakan tes kemampuan pemahaman dan
koneksi matematis.

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini
adalah 34 siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri 6 Cirebon dengan kemampuan
tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan rendah. Metode pengumpulan data yang
digunakan meliputi:
1. Tes kemampuan pemahaman matematis (TKPM) dan tes kemampuan koneksi matematis
(TKKM);
2. Wawancara; dan
3. Dokumentasi
Uji ketuntasan digunakan untuk mengetahui ketercapaian ketuntasan siswa pada materi
bangun ruang sisi datar dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 79 dan
ketuntasan individual yaitu sebesar 65%. Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Teknik Pengolahan Data
No Analisis dan Hipotesis Uji Statistik Interpretasi
1. Ketuntasan Klasikal Menggunakan uji rata- Nilai t hitung dibandingkan
Pemahaman dan rata satu pihak yaitu dengan t tabel menggunakan
Koneksi Matematis pihak kiri
𝑑𝑘 = 𝑛 − 1 dengan 𝛼 = 5%,
Lanjutan Tabel 1. Teknik Pengolahan Data
No Analisis dan Hipotesis Uji Statistik Interpretasi
Hipotesis : 𝑥̅ − 𝜇0 dimana kriteria H0 ditolak jika
𝑡= 𝑠
H0: µ ≥ 79 𝑡 ≤ − 𝑡(1−𝛼) .
√𝑛
H1: µ < 79
2. Ketuntasan Individual Menggunakan uji Nilai z hitung dibandingkan
Pemahaman dan proporsi satu pihak dengan z tabel menggunakan
Koneksi Matematis yaitu pihak kiri
Hipotesis : 𝑥 dengan 𝛼 = 5%, dimana kriteria
− 𝜋 0
H0: 𝜋 ≥ 65 𝑧= 𝑛 tolak 𝐻0 jika 𝑧 ≤ −𝑧0,5−𝛼 .
𝜋 (1−𝜋0 )
H1: 𝜋 < 65 √ 0
𝑛

3. Perbedaan rata-rata Uji One Way Anova Apabila H0 ditolak dilakukan uji
kemampuan menggunakan SPSS Post Hoc untuk mencari
pemahaman dan dimana 𝛼 = 5% kelompok mana yang berbeda.
koneksi matematis Hal ini menunjukkan adanya
siswa dikelompokkan perbedaan. Apabila H0 maka
berdasarkan perbedaan dapat dilihat dari nilai
kemampuan tinggi, rata-ratanya.
sedang dan rendah
Hipotesis
H0 : 𝜇1 = 𝜇2 = 𝜇3
H1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2 ≠ 𝜇3

a. Ketercapaian Setiap Indikator Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis


Ketercapaian Setiap Indikator Pemahaman Matematis
Adapun indikator kemampuan pemahaman matematis pada penelitian ini adalah
adalah: (1) kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep yang telah dipelajari; (2)
kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi
matematika; dan (3) kemampuan menerapkan konsep secara algoritma. Persentase
hasil ketercapain setiap indikator tes kemampuan pemahaman matematis dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Persen Ketercapaian Setiap Soal TKPM
No. Kemampuan yang Rata-rata Skor Skor Ketercapaian
Soal Diukur yang Diperoleh Maksimal (%)
1. Siswa dapat 11,47 12 95,58
menyebutkan sisi-
sisi yang
membentuk kubus
ABCD.EFGH.
Lanjutan Tabel 2. Persen Ketercapaian Setiap Soal TKPM
No. Kemampuan yang Rata-rata Skor Skor Ketercapaian
Soal Diukur yang Diperoleh Maksimal (%)
2. Siswa dapat 11,41 12 95,08
menyebutkan unsur-
unsur balok
3. Siswa dapat 11,41 16 71,32
membuat sketsa
balok dan jaring-
jaringnya.
4. Siswa dapat 13,82 18 76,80
menghitung volume
kubus secara
algoritma.
5. Siswa dapat 13,26 18 73,69
menghitung luas
permukaan balok
secara algoritma.
6. a. Siswa dapat 5,97 11 54,28
membuat sketsa
menara gabungan
prisma dan limas.
b. Siswa dapat 7,97 13 61,31
menghitung
volume menara.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase kemampuan siswa dalam


menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari dengan indikator pembelajaran 1-2
diperoleh masing-masing 95,58% dan 95,08%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir
semua siswa paham unsur-unsur kubus dan balok. Adapun kekeliruan yang
dilakukan oleh beberapa siswa yaitu hanya menjawab jumlah sisi yang membentuk
kubus ABCD.EFGH saja, tidak dijelaskan secara rinci sisi-sisinya apa saja. Selain
itu jawaban siswa ada yang tidak lengkap yaitu hanya menyebutkan 5 unsur saja
dari 6 unsur yang diminta.
Untuk persentase kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara algoritma
dengan indikator pembelajaran 4-5 diperoleh masing-masing 76,80% dan 73,69%.
Kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah dalam hal perhitungan dasar matematis
yaitu dalam operasi perkalian, operasi perpangkatan bahkan operasi penjumlahan
masih ada yang keliru.
Indikator ke-3 yaitu membuat sketsa balok dan jaring-jaringnya mencapai 71,32%.
Ketercapaian yang hanya 71,32% ini karena sebagian besar siswa tidak dapat
membuat jaring-jaring balok dengan baik. Untuk indikator 6 (a) yaitu membuat
sketsa menara gabungan antara prisma dan limas hanya mencapai 54,28%.
Kesalahan yang dilakukan sebagian siswa adalah tidak dapat membuat sketsa
menara dengan baik. Sedangkan untuk indikator 6 (b) yaitu siswa dapat menghitung
volume menara hanya mencapai 61,31%, persentase ini masih kurang dari 65%.
Kekeliruan yang dilakukan oleh beberapa siswa adalah kurang memahami maksud
dari soal, sehingga hasil akhirnya keliru
Ketercapaian Setiap Indikator Koneksi Matematis
Untuk indikator kemampuan koneksi matematis meliputi: (1) mencari hubungan
berbagai representasi konsep dan prosedur; (2) memahami hubungan antar topik
matematika; dan (3) menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau dalam
kehidupan sehari–hari. Untuk persentase hasil ketercapain setiap indikator tes
kemampuan koneksi matematis dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3.Persen Ketercapaian Setiap Soal TKKM


Rata-rata
No. Skor Ketercapaian
Kemampuan yang Diukur Skor yang
Soal Maksimal (%)
Diperoleh
1 Siswa dapat menentukan 9,41 10 94,11
volume kubus lain dengan
menggunakan konsep
yang sama dalam mencari
volume kubus
ABCD.EFGH
2 Siswa dapat menentukan 13,29 15 88,63
volume balok lain dengan
menggunakan konsep
volume balok sebelumnya.
3 Siswa dapat menghitung 12,85 15 85,69
volume limas dengan cara
mengkaitkan topik
matematika lain
4 Siswa dapat menghitung 11,85 15 79,02
luas prisma dengan cara
mengkaitkan topik
matematika lain
5 Siswa dapat menggunakan 12,74 20 63,68
matematika dalam
menyelesaikan soal yang
berkaitan dengan bidang
studi lain.
6 Siswa dapat 14,18 25 56,71
menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-
hari dengan menerapkan
konsep volume balok.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase kemampuan siswa dalam mencari
hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur dengan indikator pembelajaran
1-2 diperoleh masing-masing 94,11% dan 88,63%. Ketercapaian ini dinilai sangat
baik, untuk indikator ke-1 hampir semua siswa dapat menentukan volume kubus lain
dengan menggunakan konsep yang sama dalam mencari volume kubus
ABCD.EFGH. Meskipun demikian masih ada beberapa siswa yang melakukan
kesalahan yaitu tidak menuliskan apa yang diketahui, ditanyakan, dan kesimpulan
jawaban. Untuk indikator ke-2 kekeliruan yang dilakukan adalah masih ada siswa
yang keliru dalam operasi perkalian, selain itu beberapa siswa kurang memahami
maksud dari soal yaitu tidak memperbesar ukuran balok sehingga menghasilkan
jawaban yang keliru.
Untuk persentase kemampuan siswa dalam memahami hubungan antar topik
matematika dengan indikator pembelajaran 3-4 diperoleh masing-masing 85,69%
dan 79,02%. Kesalahan yang dilakukan oleh beberapa siswa adalah salah dalam
menggunakan rumus sehingga jawabannya pun keliru, selain itu masih ada siswa
yang salah dalam menuliskan satuan volume. Indikator ke-5 yaitu menggunakan
matematika dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan bidang studi lain
mencapai 63,68%. Siswa kesulitan dalam memahami maksud dari soal. Beberapa
siswa sudah paham konsep fisika yaitu mencari lamanya waktu untuk mengisi kolam
dengan air sampai penuh, tetapi salah dalam menentukan ketinggian kolam sehingga
volumenya salah.
Sedangkan untuk indikator ke-6 yaitu menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari dengan menerapkan konsep volume balok hanya mencapai 56,71%.
Adapun kekeliruan yang dilakukan oleh siswa adalah beberapa siswa menjawab soal
nomor 6 (a) hanya mencari luas kertas untuk satu buah coklat saja, padahal dalam
satu hari produksi cokelat yang harus dikemas ada 150.000 buah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa siswa keliru dalam menentukan maksud dari pertanyaan. Selain
itu beberapa siswa keliru dalam perhitungan karena rumus yang digunakan salah.
b. Uji Ketuntasan Klasikal dan Individual

Uji Ketuntasan Klasikal Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis


Berdasarkan data uji ketuntasan klasikal menggunakan uji rata-rata satu pihak yaitu
pihak kiri diperoleh hasil TKPM dan TKKM pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Klasikal
Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis Siswa

Kemampuan Rata-rata S 𝜇0 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Simpulan


Pemahaman 75,32 10,11 79 - 2,12 - 1,692 𝐻0 ditolak

Koneksi 74,32 11,68 79 - 2,34 - 1,692 𝐻0 ditolak

Berdasarkan Tabel 4 di atas, karena nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu -2,12 ≤ -1,692
maka dapat dikatakan bahwa kemampuan pemahaman matematis belum mencapai
ketuntasan klasikal. Kemampuan koneksi matematis pun demikian belum mencapai
ketuntasan klasikal di mana 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu -2,34 ≤ -1,692.

Uji Ketuntasan Individual Pemahaman dan Koneksi Matematis


Berdasarkan data uji ketuntasan individual menggunakan uji proporsi satu pihak
yaitu pihak kiri diperoleh hasil TKPM dan TKKM pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Individual


Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis Siswa

Kemampuan 𝑧 𝜋0 𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 −𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Simpulan

Pemahaman 17 65 - 1,83 - 1,64 𝐻0 ditolak

Koneksi 14 65 - 2,91 - 1,64 𝐻0 ditolak

Keterangan: 𝑥 = banyaknya siswa yang tuntas KKM


Berdasarkan 5 Tabel di atas, karena nilai 𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu -1,83 ≤ -1,64 maka
dapat dikatakan bahwa kemampuan pemahaman matematis belum mencapai
ketuntasan individual. Begitu pula dengan kemampuan koneksi matematis belum
mencapai ketuntasan klasikal di mana 𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ −𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu -2,91 ≤ -1,64.

c. Perbedaan Rata-rata Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis Berdasarkan


Tingkat Kemampuan Siswa
Kemampuan Pemahaman Matematis
Dari hasil uji ini, yaitu uji perbedaan rata-rata kemampuan berdasarkan tingkat
kemampuan siswa dalam kategori tinggi, sedang dan rendah dapat dilihat pada Tabel
6 berikut.

Tabel 6. Uji One Way Anova


Kemampuan Pemahaman Matematis
Pemahaman
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between
1077.247 2 538.623 7.265 .003
Groups
Within
2298.194 31 74.135
Groups
Total 3375.441 33

Pada Tabel 6. di atas, uji perbedaan rata-rata menggunakan Uji One Way Anova
diperoleh nilai Sig. 0,003 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Karena Sig. 0,003 <
0,05 maka H0 ditolak, sehingga setidaknya ada salah satu rata-rata kemampuan
pemahaman matematis yang berbeda. Karena H0 ditolak, maka dilanjutkan dengan
Uji Post Hoc.
Output Uji Post Hoc menggunakan Uji Scheffe berbantu aplikasi SPSS 16.0 dapat
dilihat pada Tabel 7. berikut ini.

Tabel 7. Uji Post Hoc


Kemampuan Pemahaman Matematis
Pemahaman
Scheffe
95% Confidence
Interval
Mean Std. Lower Upper
(I) Kelompok (J) Kelompok Difference (I-J) Error Sig. Bound Bound
Rendah Sedang -2.431 3.588 .796 -11.65 6.79
Tinggi -14.111* 4.059 .006 -24.55 -3.68
Sedang Rendah 2.431 3.588 .796 -6.79 11.65
Tinggi -11.681* 3.588 .010 -20.90 -2.46
Tinggi Rendah 14.111* 4.059 .006 3.68 24.55
*
Sedang 11.681 3.588 .010 2.46 20.90

Dari Tabel 7. di atas diperoleh nilai Sig. untuk kemampuan pemahaman matematis
siswa dengan kemampuan tinggi dengan sedang, sedang dengan rendah, dan rendah
dengan tinggi secara berurutan adalah 1%, 79,6%, dan 0,6%. Hal ini menunjukkan
terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemahaman matematis berdasarkan tingkat
kemampuan siswa dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 8 Rata-rata Kemampuan Pemahaman Matematis


Berdasarkan Tingkat Kemampuan Siswa
Pemahaman
95% Confidence
Std. Interval for Mean
Devia- Std. Lower Upper
N Mean tion Error Bound Bound Minimum Maximum
Rendah 9 70.44 10.537 3.512 62.35 78.54 58 90
Sedang 16 72.88 8.229 2.057 68.49 77.26 58 84
Tinggi 9 84.56 7.020 2.340 79.16 89.95 70 92
Total 34 75.32 10.114 1.734 71.79 78.85 58 92

Jika dilihat dari rata-ratanya siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah secara
berturut-turut memperoleh 84,56; 72,88; 70,44. Selain itu, jika dihubungkan dengan
ketuntasan klasikal maka siswa dengan kemampuan tinggi mencapai ketuntasan
minimal yaitu lebih dari 79. Sedangkan untuk siswa yang berkemampuan sedang
dan rendah belum mencapai ketuntasan minimal, karena belum mencapai nilai 79.

Kemampuan Koneksi Matematis


Uji One Way Anova berbantu aplikasi SPSS 16.0 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut
ini.

Tabel 9 Uji One Way Anova


Kemampuan Koneksi Matematis
Koneksi
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between
2333.893 2 1166.946 16.674 .000
Groups
Within Groups 2169.549 31 69.985
Total 4503.441 33
Berdasarkan Uji One Way Anova diperoleh nilai Sig. 0,000 dengan taraf signifikansi
α = 0,05. Karena Sig. 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga setidaknya ada salah
satu rata-rata kemampuan koneksi matematis yang berbeda. Karena H0 ditolak maka
selanjutnya dilakukan Uji Post Hoc. Adapun Output Uji Post Hoc menggunakan Uji
Scheffe berbantu aplikasi SPSS 16.0 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10 Uji Post Hoc


Kemampuan Koneksi Matematis
Koneksi
Scheffe
95% Confidence
Mean Interval
(I) (J) Difference Lower Upper
Kelompok Kelompok (I-J) Std. Error Sig. Bound Bound
Rendah Sedang -14.035* 3.486 .001 -23.00 -5.07
Tinggi -22.444* 3.944 .000 -32.58 -12.31
Sedang Rendah 14.035* 3.486 .001 5.07 23.00
Tinggi -8.410 3.486 .069 -17.37 .55
Tinggi Rendah 22.444* 3.944 .000 12.31 32.58
Sedang 8.410 3.486 .069 -.55 17.37

Dari Tabel 10. di atas diperoleh nilai Sig. untuk kemampuan koneksi matematis siswa
dengan kemampuan tinggi dengan sedang, sedang dengan rendah, dan rendah dengan
tinggi secara berurutan adalah 6,9%, 0,1%, dan 0%. Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan rata-rata kemampuan koneksi matematis berdasarkan tingkat kemampuan
siswa dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 11 Rata-rata Kemampuan Koneksi Matematis


Berdasarkan Tingkat Kemampuan Siswa
Koneksi
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Rendah 9 61.78 8.333 2.778 55.37 68.18 50 75
Sedang 16 75.81 8.750 2.188 71.15 80.48 60 90
Tinggi 9 84.22 7.629 2.543 78.36 90.09 70 90
Total 34 74.32 11.682 2.003 70.25 78.40 50 90

Jika dilihat dari rata-ratanya siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah secara
berturut-turut memperoleh 84,22; 75,81; 61,78. Selain itu jika dihubungkan dengan
ketuntasan klasikal, siswa dengan kemampuan tinggi mencapai ketuntasan minimal
yaitu lebih dari 79. Sedangkan untuk siswa yang berkemampuan sedang dan rendah
belum mencapai ketuntasan minimal, karena belum mencapai nilai 79.

Berdasarkan hasil penelitian kemampuan pemahaman metematis dan kemampuan


koneksi matematis siswa, di bawah ini akan dijabarkan hasil penelitian tersebut.
a. Ketercapaian Setiap Indikator
1) Ketercapaian Setiap Indikator Kemampuan Pemahaman Matematis
Berdasarkan Tabel 2 di atas, kekeliruan siswa sering terjadi pada indikator
menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika.
Siswa tidak dapat membuat jaring-jaring balok dan membuat sketsa menara
gabungan prisma dan limas dengan baik sesuai informasi yang tertera pada soal.
Yaitu pada soal nomor 6 belum mencapai ketercapaian lebih dari 65%,
sedangkan untuk 5 indikator soal yang lainnya mencapai lebih dari atau sama
dengan 65%.
2) Ketercapaian Setiap Indikator Kemampuan Pemahaman Matematis
Sedangkan untuk ketercapaian pada setiap indikator soal TKKM, 4 indikator
soal mencapai lebih dari atau sama dengan 65% dan hanya 2 indikator soal saja
yang kurang dari 65% yaitu masing-masing mencapai 63,68% dan 56,71%.
Kekeliruan yang sering dilakukan siswa adalah pada indikator menggunakan
matematika dalam bidang studi lain atau dalam kehidupan sehari-hari.
Kurangnya kemampuan siswa pada indikator ini, kemungkinan karena siswa
tidak dibiasakan untuk mengerjakan soal-soal cerita yang berhubungan dengan
bidang studi lain ataupun kehidupan sehari-hari.
b. Ketuntasan Klasikal dan Ketuntasan Individual
1) Ketuntasan Klasikal Pemahaman dan Koneksi Matematis
Hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan menggunakan uji rata-rata satu
pihak yaitu pihak kiri, didapat bahwa kemampuan pemahaman dan koneksi
matematis siswa secara klasikal belum tuntas. Berdasarkan gambaran Tabel 4
didapat H0 ditolak yang artinya ketuntasan klasikal kemampuan pemahaman
matematis siswa kurang dari 79. Sejalan dengan pernyataan di atas nilai rata-rata
ketuntasan klasikal kemampuan pemahaman dan koneksi matematis diperoleh
rata-rata untuk nilai TKPM dan TKKM adalah sebesar 75,32 dan 74,32,
sehingga benar bahwa nilai rata-rata ketuntasan TKPM dan TKKM kurang dari
79.
2) Ketuntasan Individual Pemahaman dan Koneksi Matematis
Hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan menggunakan uji proporsi satu
pihak yaitu pihak kiri, didapat bahwa kemampuan pemahaman dan koneksi
matematis siswa secara individual belum tuntas. BerdasarkanTabel 5 didapat H0
ditolak yang artinya proporsi siswa yang mendapatkan nilai 79 pada
kemampuan pemahaman dan koneksi masiih kurang dari 65%. Di mana untuk
masing-masing kemampuan hanya mencapai 50% dan 41,18%.
Menurut Hamdani (2011: 60), ketuntasan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya adalah model pembelajaran, peran guru, dan peran siswa. Jika ketiga
faktor ini di optimalkan secara maksimal dalam proses pembelajaran, maka
diharapkan ketuntasan belajarnya pun akan menunjukkan hasil yang optimal.
c. Perbedaan Rata-rata Kemampuan Matematis Siswa
1) Perbedaan Rata-rata Kemampuan Pemahaman Matematis
Berdasarkan Tabel 6 diperoleh bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan
pemahaman matematis antara siswa yang berkemampuan tinggi, sedang
maupun rendah. Karena pada Uji One Way Anova diketahui terdapat perbedaan,
maka dilakukan uji lanjut atau uji post hoc.
Uji Post Hoc yang dipilih oleh peneliti adalah uji Scheffe. Pada Tabel 8 untuk
siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah secara berturut-turut
memperoleh rata-rata 84,56; 72,88; 70,44. Jika dihubungkan dengan ketuntasan
klasikal siswa dengan kemampuan tinggi mencapai ketuntasan minimal yaitu
lebih dari KKM 79. Sedangkan untuk siswa yang berkemampuan sedang dan
rendah belum mencapai ketuntasan klasikal, karena belum mencapai KKM 79.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan
rata-rata kemampuan pemahaman matematis berdasarkan siswa berkemampuan
tinggi, sedang, dan rendah.
2) Perbedaan Rata-rata Kemampuan Koneksi Matematis
Karena pada Uji One Way Anova diketahui terdapat perbedaan, maka dilakukan
uji lanjut atau uji post hoc. Peneliti menggunakan Uji Scheffe sebagai uji
lanjutnya. Pada tabel 11 untuk siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah
secara berturut-turut memperoleh rata-rata 84,22; 75,81; 61,78. Jika
dihubungkan dengan ketuntasan klasikal siswa dengan kemampuan tinggi
mencapai ketuntasan minimal yaitu lebih dari KKM 79. Sedangkan untuk siswa
yang berkemampuan sedang dan rendah belum mencapai ketuntasan klasikal,
karena belum mencapai KKM 79. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan rata-rata kemampuan koneksi
matematis berdasarkan siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Menurut Sudjana (2013: 39), keberhasilan belajar dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu faktor dari luar yaitu lingkungan dan faktor dari dalam yaitu diri siswa
itu sendiri. Berdasarkan penelitian sebelumnya faktor dari dalam diri siswa yaitu
kemampuan, paling dominan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Oleh karena itu,
terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemahaman dan koneksi yang
menunjukkan hasil sesuai tingkat kemampuannya yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Dengan demikian, kemampuan awal siswa diindikasikan dapat berpengaruh terhadap
kemampuan pemahaman dan koneksi matematisnya.

d. Kesulitan Siswa dalam Mengerjakan Soal Kemampuan Matematis


Wawancara digunakan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa saja yang dialami
siswa ketika mengerjakan soal TKPM dan TKKM. Kesulitan dalam mengerjakan
soal TKPM yaitu: Kesulitan dalam menyajikan konsep dalam berbagai macam
bentuk representasi matematika. Siswa mengalami kesulitan dalam membuat jaring-
jaring balok dan membuat sketsa menara. Jaring-jaring yang dibuat oleh siswa tidak
sesuai dengan ukuran yang tertera pada soal, begitu pula dengan sketsa menara. Hal
tersebut menunjukkan daya imajinasi siswa masih kurang. Selain itu, kesulitan
dalam menentukan konsep atau rumus yang tepat untuk digunakan dalam
menyelesaikan soal. Berdasarkan hasil wawancara, siswa mengalami kesulitan
dalam menentukan rumus volume kubus. Karena faktor lupa, siswa tertukar
menghitung volume kubus dengan menggunakan rumus luas kubus.

Sedangkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal tes


kemampuan koneksi matematis adalah sebagai berikut: kesulitan dalam menentukan
konsep atau rumus yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal. Dari hasil
wawancara, siswa kesulitan dalam menentukan rumus luas alas yang berbentuk
belah ketupat pada soal nomor 4. Selain itu siswa juga kesulitan pada soal nomor 5,
yaitu menentukan rumus apa yang tepat digunakan untuk mencari lamanya waktu
yang diperlukan untuk mengisi kolam renang dengan air sampai penuh. Selain itu
siswa kesulitan dalam memahami soal cerita. Siswa mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal nomor 6 yang merupakan soal cerita. Siswa tidak paham maksud
dari pertanyaan pada nomor 6 karena siswa tidak terbiasa mengerjakan soal bangun
ruang sisi datar dalam bentuk soal cerita. Soal nomor 6 ini termasuk ke dalam
indikator menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau dalam kehidupan
sehari-hari.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh, maka peneliti dapat menarik simpulan
sebagai berikut:
1. Ketercapaian setiap indikator tiap kemampuan matematis
a. Ketercapaian pada setiap indikator soal TKPM terdapat 5 indikator mencapai lebih
dari 65%, dan hanya 1 indikator yang kurang dari 65% yaitu sebesar 54,28% untuk
soal nomor 6 (a) dan 61,31% untuk soal nomor 6 (b).
b. Ketercapaian pada setiap indikator soal TKKM, 4 soal mencapai lebih dari 65% dan
hanya 2 indikator soal saja yang kurang dari 65% yaitu masing-masing mencapai
63,68% dan 56,71%.
2. Kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa secara klasikal tidak mencapai
ketuntasan yang berarti nilai rata-rata semua siswa berada di bawah KKM yang telah
ditentukan yaitu sebesar 79. Selain itu siswa belum mencapai ketuntasan secara
individual, untuk kemampuan pemahaman matematis proporsi siswa yang mencapai
nilai 79 hanya sebesar 50%. Sedangkan untuk kemampuan koneksi matematis lebih
kecil lagi hanya mencapai 41,18%.
3. Perbedaan rata-rata tiap kemampuan matematis
a. Adanya perbedaan rata-rata kemampuan pemahaman matematis pada kelompok
siswa berdasarkan tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah di mana masing-
masing memperoleh rata-rata 84,36; 72,88; 70,44. Jika dihubungkan dengan
ketuntasan klasikal maka siswa dengan tingkat kemampuan tinggi mencapai
ketuntasan lebih dari 79, sedangkan untuk dua kelompok lainnya belum tuntas.
b. Adanya perbedaan rata-rata kemampuan koneksi matematis pada kelompok siswa
berdasarkan tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah dimana masing-masing
memperoleh rata-rata 84,22; 75,81; 61,78. Jika dihubungkan dengan ketuntasan
klasikal maka siswa dengan tingkat kemampuan tinggi mencapai ketuntasan lebih
dari 79, sedangkan untuk yang berkemampuan sedang dan rendah belum tuntas.
4. Kesulitan siswa dalam mengerjakan soal TKPM kesulitan dalam menyajikan konsep
dalam berbagai macam bentuk representasi matematika serta kesulitan dalam
menentukan konsep atau rumus yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal.
Sedangkan untuk TKKM siswa kesulitan dalam menentukan konsep atau rumus yang
tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal, kesulitan dalam memahami soal
cerita yang termasuk ke dalam indikator menggunakan matematika dalam bidang studi
lain atau dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, saran yang dapat
peneliti berikan adalah sebagai berikut.
1. Diharapkan orang tua dan guru membantu dan memotivasi anak dan siswa agar lebih
mengembangkan serta mengasah kemampuan yang dimilikinya sehingga mendapatkan
pencapaian hasil belajar yang optimal.
2. Bagi guru bidang studi matematika hendaknya dijadikan sebagai bahan masukan, yaitu
lebih sering mengelompokkan siswa secara heterogen dalam kegiatan diskusi dengan
tujuan untuk lebih mengoptimalkan proses pembelajaran matematika di sekolah
3. Bagi guru diharapkan dapat memahami letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika, terutama soal yang berkaitan dengan kemampuan pemahaman dan koneksi
matematis siswa pada materi bangun ruang sisi datar.
4. Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa, maka guru
perlu menggunakan berbagai macam metode pembelajaran bahkan alat peraga jika
diperlukan yang sesuai dengan materi yang disampaikan

[1] Afgani D, Jarnawi. Analisis Kurikulum Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka. (2011)
[2] Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia. (2011)
[3] Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. (2005)
[4] Sudjana, N. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. (2013)
[5] Susanto, A. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Grup. (2013)

Anda mungkin juga menyukai