Anda di halaman 1dari 53

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa Kerajaan Sunda pelabuhan Sunda Kalapa sudah menjadi pelabuhan

utama. Ibukota kerajaan ini, Pakuan Pajajaran, terletak di Batutulis (Bogor) dan pada

masa itu dapat dicapai dalam dua hari perjalanan dengan menyusuri Ciliwung. Sunda

Kalapa dikunjungi kapal-kapal dari Palembang, Tanjungpura, Malaka, Makassar, dan

Madura, bahkan oleh pedagang-pedagang dari India, Tiongkok Selatan, dan

Kepulauan Ryuku (kini Jepang). Sunda Kalapa mengekspor antara lain lada, pala,

beras, dan juga emas, seperti juga cula badak ke Tiongkok (Heuken SJ, 1997: 22).

Salah satu prasasti Purnawarwan raja Tarumanagara, yang ditemukan di desa

Tugu, Jakarta Utara, mengisyaratkan tentang adanya “Kota” di daerah pantai utara

Jawa Barat sekitar perairan Teluk Jakarta (Poerbatjaraka, 1952, Noorduyn &

Verstappen. 1972: 298-307). Berita-berita Cina yang berasal dari masa pertengahan

abad V sampai abad VII telah menyebutkan pula adanya hubungan antara Cina

dengan kerajaan-kerajaan di Jawa Barat, yaitu Ho-lo-t’o atau Ho-lo-tan, dan To-lo-

mo (Taruma) (Wolters, 1967: 354). Berdasarkan berita Cina tersebut, diduga di

daerah pantai utara Jawa Barat telah terdapat tempat-tempat yang menjadi pusat

pelayaran dan perdagangan, salah satunya adalah Sunda Kalapa.

1
Pelabuhan Tanjung Priok adalah pelabuhan air modern terbesar se-Indonesia di

Jakarta. Dimana dibangun untuk menggantikan pelabuhan lama yakni Pasar Ikan

yang dinilai sudah tidak memenuhi syarat sebagai pelabuhan. Lokasinya berjarak

sekitar 9 km di sebelah timur dari pelabuhan lama. Wilayahnya masuk dalam lingkup

administratif pemerintahan Kelurahan Tanjung Priok, Kec. Tanjung Priok,

wilayah Kotamadya Jakarta Utara. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan suatu

pelabuhan laut dalam yang pertama di mana kapal-kapal dapat bersandar, memuat

batu bara dan diperbaiki di suatu dok yang sudah kering. Selain itu sebuah jalan

kereta api juga dibuat untuk menghubungkan Tanjung Priok dengan kota

lama Batavia dan daerah baru di selatan. Bermula dari kritik atas kelemahan

fasilitas pelabuhan lama di Batavia yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa, maka Tanjung

Priok sampai sekarang masih tetap eksis sebagai pelabuhan penting bagi Jakarta

untuk lalu lintas kapal-kapal besar.

Menurut Tome Pires (1511-1515) menggambarkan Pelabuhan Sunda Kelapa

ramai disinggahi pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti Sumatra, Malaka,

Sulawesi Selatan, Jawa dan Madura. Menurut Tome pires, Sunda Kelapa banyak

diperdagangkan lada, beras, asam, hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan.

Sekitar tahun 1859 Sunda Kelapa tak seramai sebelumnya. Karena pendangkalan

kapal-kapal, sehingga kapal tidak dapat bersandar di dekat pelabuhan.

Pada 1867 Saat dilakukan survei untuk Membangun Pelabuhan Tanjung Priok

Menggantikan Pelabuhan Sunda Kelapa Di Pasar Ikan. Awalnya areal ini merupakan

tanah partikelir yaitu tanah yang dimiliki oleh orang-orang swasta Belanda dan orang-

2
orang pribumi yang mendapatkan hadiah tanah karena dianggap berjasa oleh Belanda

Pelabuhan Tanjung Priok dibangun dalam beberapa periode. tahun 1877-1933 oleh

Gubernur Jenderal Johan Wilhelm Van Lasberge. Alasan Belanda membangun

pelabuhan di Tanjung Priok karena Sunda Kelapa tidak mampu menampung arus

barang masuk dan keluar.

Pelabuhan Tanjung Priok di bangun dalam beberapa periode tahun 1877-1932.

Dengan rampungnya tiga pelabuhan yang dibangun oleh Belanda, Tanjung Priok

menjadi pintu gerbang utama lalu-lintas Perdagangan Hindia-Belanda (Candra,

1978;22).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka terungkap beberapa

masalah yang ada dalam sejarah Pelabuhan Tanjung Priok, dapat diidentifiksasikan

sebagai berikut:

1. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Sunda Kelapa.

2. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Sunda Kelapa.

3. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Tanjung Priok.

4. Bagaimana Latar Belakang Perubahan Fungsi Pelabuhan Sunda Kelapa ke

pada Pelabuhan Tanjung Priok.

5. Bagaimanakah Pengaruh pelabuhan Tanjung Priok terhadap mata

pencarian masyarakat setempat.

3
C. Pembatasan Masalah

Untuk terarahnya pembahasan maka penulisan ini adalah bentuk karya ilmiah

penelitian saya sebagai perwujudan rasa ingin tahu yang besar terhadap

Perkembangan Pelabuhan Tanjung Priok Di Jakarta Utara, agar tidak meluas dengan

Permasalahan lain maka Peneliti Membatasi Masalah yaitu: Sejarah Pelabuhan

Tanjung Priok periode I tahun 1877- 1883 sampai periode III tahaun 1921- 1932.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka

penulisan ini dapat di rumuskan sebabagai berikut :

1. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Sunda Kelapa.

2. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Sunda Kelapa.

3. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Tanjung Priok.

4. Bagaimana Latar Belakang Perubahan Fungsi Pelabuhan Sunda Kelapa

ke pada Pelabuhan Tanjung Priok.

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Sunda Kelapa

2. Menjelaskan Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Sunda Kelapa

3. Menjelaskan Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Tanjung Priok

4
4. Menjelaskan Latar Belakang Perubahan Fungsi Pelabuhan Sunda

Kelapa ke pada Pelabuhan Tanjung Priok.

Adapun Kegunaann yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah informasi mengenai Latar Belakang Berdirinya

Pelabuhan Sunda Kelapa.

2. Untuk menambah informasi mengenai Sejarah Latar Belakang

Pelabuhan Tanjung Priok.

3. Untuk menambah pengetahuan akan sejarah lokal.

4. Untuk pihak lain ini boleh dipergunakan sebagai refensi untuk

memperkaya penulisan sejarah terutama dalam pengenalan Maritim di

Indonesia yang kaya akan lautannya.

F. Sistematika penulisan

Dalam penyusunan hasil penelitian ini, penulis membagi ke dalam 5 Bab dan

setiap babnya terdiri dari sub-sub bab yang masing-masing berkaitan dengan judul

yang ditentukan. Adapun Sistematika Penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB 1 : Pendahuluan

Dalam Bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

sistimatika penulisan dan teknik penulisan.

5
BAB II : Definisi Konsep Dan Kerangka Berfikir

Dalam Bab ini diuraikan mengenai literature yang berhubungan dengan

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitan, antaranya Buku-buku yang berkaitan

dengan Pelabuhan Tanjung Priok.

BAB III : Metodologi Peneletian

Bab ini membahas tentang langkah-langkah seperti metode yang dipergunakan

oleh penulis dalam memperoleh sumber, pola pengolahan sumber dengan melakukan

kritik eksternal dan internal, interpretasi yaitu menganalisis dan melakukan sintesis

terhadap fakta-fakta yang telah didapatkan dari kegiatan sebelumnya. Historiografi

ialah merupakan hasil akhir dari penelitian yang dijadikan laporan sesuai dengan

pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di UNINDRA PGRI.

BAB IV : Hasil Penelitian

Dalam Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai

latar belakang Pelabuhan Tanjung Priok. Pada bab ini juga diuraikan mengenai

aspek-aspek yang ditanyakan dalam rumusan masalah.

6
BAB V : Simpulan Dan Saran

Dalam Bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran dari kajian penafsiran

yang diperoleh dari hasil penelitian akan latar belakang Sejarah Pelabuhan Tanjung

Priok, temuan hasil ini telah dibahas dibab IV dan juga hasil dari penjelasan pada

bab-bab sebelumnya yang telah diuraikan penulis lalu disimpulkan dalam sebuah

analisis.

Daftar Pustaka

Lampiran

7
BAB II

DEFINISI KONSEP DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Landasan Teori

Sejarah adalah Asal usul keturunan silsilah, kejadian dan peristiwa yang benar-

benar terjadi pada masa lampau, riwayat, tambo. Menurut Prof Dr. Kuntowijoyo,

Sejarah dibagi dua yaitu secara positif dan negatif. Secara positif, Sejarah adalah ilmu

tentang manusia, tentang waktu, tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial dan

ilmu tentang sesuatu yang terinci dan tertentu. Sedangkan secara negatif sejarah

adalah Sejarah bukan mitos, bukan fisafat, bukan ilmu alam dan bukan sastra.

1. Pelabuhan

Sebelum melangkah pada pemaparan hasil penelitian, maka penulis

memulainya dengan memaparkan pengertian tentang pelabuhan. Menurut Kamus

Sejarah Indonesia Pelabuhan adalah tempat berlabuh setengah terlindung, dimana

kapal-kapal berlabuh di lepas pantai untuk dimuat dan dibongkar muatannya

menggunakan kapal-kapal lebih kecil.

Pelabuhan secara harfiah adalah sebagai tempat berlabuh dan tempat

bertambahnya kapal-kapal serta kendaraan air lainnya, tempat untuk menaikan dan

menurunkan penumpang, bongkar muatan barang dan sebagai daerah lingkungan

kerja, kegiatan ekonomi. Sedangkan pengertian lainnya pelabuhan adalah kawasan

yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu

8
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dilengkapi dengan

fasilitas keselamatan perlayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan (Kosasih Anang

2013:9).

Pelabuhan adalah uang yang dibayarkan oleh pemilik kapal untuk penggunaan

jasa pelabuhan. Pelabuhan menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 17

Tahun 2008 tentang pelayaran adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di

sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan

kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik

turun penumpang dan bongkar muat barang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan

pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra

dan antar moda transportasi (Sunoyo, 2001:1).

Bertolak dari definisi diatas dapat diartikan bahwa pelabuhan adalah sebuah

fasilitas di ujung samudra, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan

memindahkan barang maupun penumpang ke dalamnya. pelabuhan juga daerah

perairan yang terlindungi dari gelombang laut dan dilengkapi dengan fasilitas

terminal.

Pelabuhan Laut harus memiliki kedalaman tertentu, serta dilengkapi dengan

sejumlah fasilitas dasar seperti derek untuk memuat dan memunggah barang serta

gudang enggal badan air laut yang terlindung dari air, arus, dan gelombang sehingga

cocok untuk dijadikan tempat berlabuh kapal. Untuk menjalankan fungsinya dengan

baik tempat penyimpanan. Menurut Lapian 2008:95, Pelabuhan yang satu berbeda

9
dengan pelabuhan yang lain. Ramai tidaknya pelabuhan tergantung dari berbagai

faktor, diantaranya yang penting sekali adalah faktor ekologi. Pelabuhan bukan saja

tempat berlabuh, tetapi temapat bagi kapal berlabuh dengan aman, terlindungi dari

ombak besar, angin, dan arus yang kuat.

Menurut Bambang 2007:45, Pelabuhan adalah Daerah perairan yang

terlindungi terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut

meliputi dermaga dimana kapal akan bertambat untuk bongkar muat barang.

2. Tanjung Priok

a. Tanjung

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Tanjung adalah tanah (ujung) atau

pegunungan yang menganjur ke laut (ke danau). Menurut kamus umum bahasa

Indonesia tanjung adalah 1 tanah (ujung) atau pegunungan yang menganjur kelaut

b. Priok

Menurut Kamus Sejarah Indonesia, Priok adalah (Priuk) yaitu semacam panci

masak tanah liat yang merupakan komoditas perdagangan sejak zaman dulu. Dari

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Tanjung Priok adalah daratan yang

menjorok kelaut, merupakan hasil bumi dan kerajinan setempat yang dapat

dimanfaatkan sebagai ekspor bahan mentah yang dapat digolongkan menurut standar

perdagangan internasional.

10
B. Hasil Penelitian yang Relevan

Skripsi Anang Hermansyah 2013, “Pelabuhan Sunda Kalapa Sekitar Awal

Abad XVI”, mengungkapkan Kerajaan Sunda meliputi separuh pulau Jawa, juga

dikemukakan bahwa kerajaan Sunda memiliki struktur perwilayahan yang terdiri dari

kerajaan-kerajaan daerah. Namun point yang saya dapat ambil disini mengenai

pelabuhan dan bagaimana fungsi dari pelabuhan itu sendiri.

Mochamad Hasim 2001, Menurut analisa Pengembangan Fasilitas Terminal

Penumpang Di Pelabuhan Tanjung Priok. Menunjukan bahwa Pelabuhan Tanjung

Priok mempunyai wilayah Perairan (Didalam pelabuhan / breakweater) seluas 424 ha

dan wilayah daratan seluas 604 ha, dan mempunyai tiga jenis terminal, yaitu terminal

penumpang, terminal barang konvensional dan terminal peti kemas. Sebagai

Pelabuhan yang penting tidak saja bagi wilayah metropolitan Jakarta tetapi juga bagi

seluruh Indonesia ini dan dimasa Mendatang, Tanjung Priok menghadapi berbagai

masalah besar yang bermuara pada pengembangan kapasitas, efisiensi/produktifitas,

serta lingkungan. Di harapkan bahwa sesudah adanya Pelabuhan Tanjung Priok tidak

ada lagi kendala-kendala yang terjadi seperti penumpukan kapasita`s muatan, baik itu

muatan barang ataupun orang.

Tesis Susanto Zuhdi 2002 yang berjudul Cilacap 1830-1942, Bangkit dan

Runtuhnya Suatu Pelabuhan di jawa. Memberikan gambaran ke aarah pembahasan

fungsi dan kedudukan pelabuhan, jadi ada kejelasan hubungan mati dan hidupnya

suatu pelabuhan. Bagaimana aktivitas pelabuhan berpengaruh pada keberadaannya

dapat menjadi pembanding keadan di pelabuhan Tanjung Priok.

11
Buku karya Heriyanti Ongkodharma `dengan judul Kapitalisme Pribumi Jawa,

Kesultanan Bnten 1522-1684. Memberikan sumbangan informasi data kondisi

Daerah atau Kerajaan Banten dan Sumatera Selatan masa lalu terutama Banten

sebagai Kota Pelabuhan dan sebagai Pusat Pemerintahan dan perdagangan serta

posisi daerah Sumatera Selatan sebagai daerah bawahan pensuplay kebutuhan

Kesultanan Banten.

Buku yang berjudul “Jakarta Sejarah 400 tahun”, karya dari Susan Blackburn

tahun 2001 memuat Kota Kolonial Batavia Pada Abad ke-19 menemukan kembali

mengenai pembahasan bahwa kesulitan mendarat Didermaga Sunda penyebab utama

pemindahan Pelabuhan utama ini Ke Tanjung Priok.

Tesis Andi Syamsu Rijal 2011, Dua Pelabuhan Satu Selat: Sejarah Pelabuhan

Merak dan Pelabuhan Bakauheni di Selat Sunda 1912-2009. Mengungkap kan dan

memahami sejarah Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni yang berada di Selat

Sunda dari tahun 1912-2009. Selat ini memiliki posisi yang sangat starategis

menyatukan dan melayani dua pulau besar dan utama di Indonesia yaitu Pulau Jawa

dan Sumatera.

Dari tulisan-tulisan diatas tampak bahwa permasalahan utama yang diangkat

dalam penelitian belum terjawab, karena perbedaan dalam tujuan penulisan dan pusat

perhatian. Namun tulisan-tulisan tersebut memberikan wawasan yang mendalam

bagaimana bentuk dan proses sejarah maritim sesungguhnya.

12
C. Kerangka berfikir

Sunda Kelapa merupakan sebutan sebuah pelabuhan tradisional di teluk Jakarta.

Nama kelapa diambil dari berita yang terdapat dalam tulisan perjalanan Tome Pires

pada tahun 1513 yang berjudul Suma Oriental. Dalam buku tersebut disebutkan

bahwa nama pelabuhan itu adalah Kelapa. Karena pada waktu itu wilayah ini berada

di bawah kekuasaan kerajaan Sunda maka kemudian pelabuhan ini disebut Sunda

Kelapa.

Pelabuhan Sunda Kelapa telah dikenal semenjak abad ke-12 dan kala itu

merupakan pelabuhan terpenting Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran.

Kemudian pada masa masuknya Islam dan para penjelajah Eropa, Sunda Kelapa

diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Akhirnya Belanda

berhasil menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun. Para penakluk ini

mengganti nama-nama pelabuhan Sunda Kelapa dan daerah sekitarnya. Namun pada

awal tahun 1970-an, nama kuno “Sunda Kelapa” kembali digunakan sebagai nama

resmi pelabuhan tua ini.

Tahun 1859, Sunda Kelapa tidak seramai masa-masa sebelumnya, akibat

pedangkalan, kapal-kapal tidak dapat bersandar dekat pelabuhan yang mengakibatkan

barang-barang dari tengah laut harus diangkut dengan perahu. Maka di bangunlah

tanjung priok, yang jaraknya sekitar 15km ketimur dari sunda kelapa ( Supratikno,

1996:21).

13
Syahbandar adalah badan yang melaksanakan pemeriksaan surat-surat kapal,

agar kapal dapat keluar masuk pelabuhan. Syahbandar adalah penegak hukum dalam

ketertiban Bandar dan pengawas keselamatan pelayaran. Kapal-kapal harus memiliki

dokumen yang menyatakan bahwa kapal layak serta memenuhi syarat dan ketentuan

keselamatan pelayaran (suyono, 2001:19).

Pertengahan abad ke -19 Kawasan Syahbandar di tinggali para elit Belanda dan

Eropa menjadi tidak sehat. Sesudah wilayah sekeliling Batavia bebas dari ancaman

binatang buas dan gerombolan budak , rakyat dari Sunda Kelapa berpindah wilayah

ke selatan (Gonda, 1951:348).

Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok dimulai pada 1877, Tanjung Priok

adalah Pelabuhan baru yang di bangun untuk menggantikan Pelabuhan Sunda Kelapa

yang dikembangkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Perencanaan pelabuhan

dibangun untuk pusat kawasan bisnis, dengan demikian Jawa memiliki pelabuhan

laut dalam pertama dimana kapal-kapal dapat ditambatkan ke dermaga, memuat batu

bara, dan menjalani perbaikan di tempat yang kering. Kebutuhan dunia akan bahan-

bahan baku dan peningkatan industri. Sering kali memerlukan pembukaan suatu

daerah industri dan pertambangan baru. Pengetahauan tentang perkembangan suatu

kota bukan hanya dilihat dari tempat wisatanya. Namun pasar labuhan adalah wilayah

yang paling tepat untuk pengembangan suatu kota.

14
Di Indonesia itu sendiri ada sekitar 100 juta titik pelabuhan. Salah satu

pelabuhan itu adalah pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan priok itulah yang

membantu perkembangan daerah kota itu sendiri. pelabuhan juga memiliki tempat

pertemuan , yaitu dimana para nahkoda transoprtasi laut dapat bertemu juga

istirahat. Begitupun dengan gapura, gapura ini berfungsi sebagai tempat pertalian

ekonomi Negara masuk melewati gapura ini.

Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 1877-1932. Menunjukan pelabuhan yang

mampu menarik banyak peminat untuk berlabuh di pelabuhan tersebut. hal itu terjadi

karena pelabuhan tersebut memiliki sarana yang memadai sebagai pelabuhan yang

nyaman. Pengaruh pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok terhadap mata

pencaharian penduduk asli sebagai berikut: pengangkat barang, pengatur lalu lintas di

pelabuhan, juga sebagai petugas kebersihan. Sebagai penduduk asli Tanjung Priok

dapat memanfaatkan kesempatan tersebut sebagai mata pencarian.

Penulis mencoba mengungkapkan tentang sejarah pembangunan Pelabuhan

Tanjung Priok 1877-1932, baik yang menyangkut masalah latar belakang pencetus

ide, pelaksana pembangunan, dan bagaimana keadaan pelabuhan tersebut sebagai

kawasan pelabuhan, serta pengaruh pembangunan pelabuhan terhadap mata

pencaharian masyarakat setempat

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam menentukan tempat dan waktu penelitian , penulis menggunakan

penelitian historis, dimana dalam metode penelitian ini berusaha untuk mencari

penjelasan tentang masa silam dan masih memungkinkan untuk mengadakan

penelitian pada masa kini dan juga yang akan datang. Intepretasi penelitian terhadap

fakta yang ada memberikan dampak terakhir bagi penulisan kembali pada peristiwa

sejarah secara diskriptif analitis.

Pendekatan yang digunakan penulis adalah sosiologi, politik dan ekonomi.

Serta pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah menggunakan

pendekatan kualitatif, sehingga hasil akhir yang diharapkan penulis dari penulisan ini

dalam bentuk penjelasan naratif dan untuk mendapatkan data-data juga sumber yang

dibutuhkan maka penulis memperoleh bahan kajian didapat dari dokumen dan kajian

pustaka yang penulis lakukan di Arsip Nasional Indonesia, Perpustakaan Pusat

Universitas Indonesia, Perpustakaan Universitas Indraparasta PGRI, Perpustakaan

Nasional Indonesia. Adapun waktu penelitian penulis targetkan selama empat bulan

dimulai bulan Maret-Agustus 2015.

16
B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis ialah metode sejarah. Motode Sejarah

adalah proses menguji serta menganalisa secara kritis terhadap rekaman serta

peninggalan masa lampau (Gottschalk 1986:32). Sementara Sartono Kartodirdjo,

seperti yang dikutip Helius Sjamsudin membedakan antara metode sebagai

“bagaimana orang memperoleh pengetahuan” (How to Know) dan metodologi

sebagai “mengetahui bagaimana harus mengetahui” (to know how to know),

(Sjamsudin, 2007:14).

Teknik penulisan skripsi ini menggunakan studi literatur sebagai tehnik yang

dipergunakan dalam memperoleh data-data yang bersifat teoritis, sehingga diperoleh

data akurat yang dibutuhkan dalam menulis skripsi. Dalam upaya yang dilakukan

penulis untuk merekontruksi peristiwa sejarah yang menjadi objek kajian ialah

melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memperoleh informasi dari

berbagai buku dan artikel-artikel melalui internet yang relevan sesuai dengan masalah

ynag diangkat dan dikaji, berdasarkan uraian tersebut penulis melakukan empat

langkah penting penelitian dalam menyususn skripsi ini. Sjamsudin 1996:67-187

menjelaskan dalam bukunya Metodelogi Sejarah, antaranya:

17
1) Heuristik, yaitu proses pencairan dan pengumpulan sumber sejarah yang

relevan dengan penelitian.

2) Verifikasi (Kritik), yaitu melakukan penilaian terhadap sumber sejarah

yang telah dikumpulkan sehingga menghasilkan fakta-fakta.

3) Interpretasi, yaitu memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang

memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh selama

penelitian.

4) Historiografi, yaitu proses penyusunan dan penuangan seluruh hasil

penelitian kebentuk tulisan.

Sedangkan untuk mengetahui bagaimana sejarah dengan menggunakan

metodologi dapat dilakukan dengan pendekatan teoritis (Leirissa, 1999:40-59). Empat

tahap atau fase yang harus dilalui dalam metode sejarah secara berurutan dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Heuristik

Heuristik, berasal dari kata Yunani heuriskhein yang artinya memperoleh.

Adalah tahap atau fase pertama dalam kegiatan penelitian sejarah, dimana peneliti

melakukan kegiatan penelusuran dan menghimpun sumber-sumber sejarah yang

memilki relevansi dengan permasalahan yang akan dibahas. Pada tahap ini penulis

melakukan penelusuran di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan

18
Universitas Indraprasta PGRI Jakarta (Unindra), Pepustakaan Pusat Universitas

Indonesia (UI). Yang dilakukan dari bulan Maret 2015 sampai bulan Juni 2015.

Sumber-sumber yang didapat dapat berupa buku-buku, artikel, hasil penelitian

(laporan), majalah atau jurnal.

2. Verifikasi atau Kritik

Untuk tahap selanjutnya berupa berupa verifikasi atau kritik yaitu mencoba

memberikan pemilihan terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan sehingga

sumber-sumber yang ada itu diharapkan diperoleh sumber yang sesuai dengan topik

penelitian. Secara teoritik kritik terhadap sumber dapat dilakukan melalui :

a. Kritik Intern yaitu menilai otentisitas atau keabsahan dari sumber yang

ditemukan (bisa dilihat dari bahan dan tulisan).

b. Kritik Ekstern yaitu menilai keabsahan (kredibilitas) dari isi atau materi

yang dikandung oleh sumber yang ditemukan dengan menggunakan

pendekatan “Hermeneutika” (memahami suasana zaman ketika

dokumen dihasilkan).

3. Interpretasi atau Penafsiran

Fase ketiga dari metode sejarah. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti

memberikan penjelasan (eksplanasi) terhadap data-data sejarah yang telah dihimpun

dan diseleksi dengan cara membuat analisis untuk menghasilkan sintesis berdasarkan

atas interpretasi atau penafsirannya. Pada fase inilah seorang peneliti dituntut untuk

mencurahkan kemampuannya dalam memhami peristiwa yang sedang diteliti, dan hal

19
ini akan menentukan kualitas karya ilmiah yang dihasilkannya. Dalam penelitian

sejarah, hasil penelitian dan pembahasan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Hasil penelitian sejarah berupa data-data sejarah dalam bentuk kutipan atau

suntingan dari sumber sejarahnya, sedangkan pembahasan adalah analisis terhadap

data-data sejarah sebagai bukti kebenaran peristiwa yang dibahas. Analisis dapat

berupa pandangan, pernyataan setuju atau tidak setuju berdasarkan interpretasi atau

penafsiran penulisnya.

4. Histioriografi atau Penulisan Sejarah

Tahap atau fase terakhir dari metode sejarah adalah histioriografi. Dari fakta

baru yang merupakan hasil interpretasi yang penulis lakukan pada tahap sebelumnya,

selanjutnya direkonstruksi kembali dengan senantiasa memperhatikan aspek-aspek

historis berdasarkan tema-tema penting sehingga akan menghasilkan sejarah yang

keobjektifasannya dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah dengan memihak

kepada bukti-bukti yang didapatkan.

C. Sumber Sejarah

Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai data dari suatu peristiwa. Berdasarkan sumbernya, dibedakan menjadi dua,

yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus

menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data

20
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau

tempat objek penelitian dilakukan.

2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat

ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber

data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang

berkenaan dengan penelitian yang dilakukan (Sugiyono 2009: 137).

Sumber Data adalah sumber-sumber sejarah berupa sumber benda, sumber

tertulis, dan sumber lisan. Sumber yang terjangkau dalam pembuatan sekripsi ini

merupakan sumber tertulis yang mana merupakan karangan atau dokumen yang dekat

dengan judul penulis, dimana penulis memperoleh dari berbagai buku-buku teks,

skripsi, artikel dan sebagainya. Sumber-sumber tersebur diperoleh di Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Universitas Indraprasta PGRI,

Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Arsip Nasional Indonesia. Sumber yang

penulis gunakan diantaranya adalah Buku mengenai laporan-laporan, Dokumen,

Skripsi, Dan Buku mengenai Tanjung Priok Masa Hindi-Belanda yang tersimpan

oleh Kantor Arsip Nasional Republik Indonesia. Dalam arsip ini dijabarkan mengenai

pendirian Pelabuhan Tanjung Priok, Letak Pendirian Pelabuhan Tanjung Priok pada

masa Hindia-Belanda.

21
Sumber utama meliputi:

1. Tome Pires 1513-1515, dalam bukunya Summa Oriental. Dalam

catatan Tome Pires menyatakan bahwa sejak tahun 1513 pelabuhan-

pelabuhan yang dikuasai oleh Kerajaan Sunda yaitu Banten, Pontang,

Cikande, Tangerang, Kalapa, Krawang, dan Cimanuk (Indramayu)

semakin ramai disinggahi oleh para pedagang dari berbagai bangsa.

Dari ketujuh pelabuhan tersebut, yang berkembang dengan pesat

hanya Pelabuhan Banten yang terletak di Selat Sunda dan Pelabuhan

Kalapa di muara Sungai Ciliwung (sekitar Teluk Jakarta). Mengenai

Kerajaan Sunda Tome Pires menulis demikian. Sementara orang

menegaskan bahwa Kerajaan Sunda meliputi separo Pulau Jawa.

Orang lain yang dianggap lebih kompeten berkata bahwa Kerajaan

Sunda mencakup sepertiga Pulau Jawa ditambah seperdelapannya

lagi”.

2. Hardi Lasmidja 1987. Buku Jakarta Ku Jakarta Mu Jakarta Kita,

Yayasan peginta sejarah dan pemerintah daerah khusus Ibukota. Nama

Kerajaan Sunda baru kita kenal dari prasasti bogor tahun 926 m. Ibu

Kota kerajaan terletak di Cicurug Kabupaten Sukabumi. Chau Yu-Kua

dalam karyanya ling-wai-tai ta yang dibuat pada tahun 1178

menggambarkan Kerajaan Sunda. penduduk hidup dari hasi pertanian,

rumah mereka berdiri diatas tiang beratap kulit kayu. Hasil buminya

22
lada yang ditanami di pegunungan. Bahnya cukup kecil namun

mutunya cukup tinggi.

3. Hanna A. Willard 1988 ,Hikayat jakarta, secara garis besar buku ini

bercerita tentang perkembangan kota jakrta dari masa kerajaan Sunda

Kalapa hingga penjajahan Belanda. Tetapi sumber tertulis dibuku ini,

yang saya gunakan ialah mengenai peranan pelabuhan Sunda Kalapa

Pada masa Jayakarta dan kedatangan VOC Belanda.

4. Kaharmen Ida Marina 1992, Peranan Unitisasi Muatan Dalam

Menunjang Peningkatan Produktivitas Di Pelabuhan Studi Kasus

Pelabuhan Tanjung Priok. 1992. Menunjukan bahwa Pelabuhan

Tanjung Priok mempunyai wilayah Perairan (Didalam pelabuhan /

breakweater) seluas 424 ha dan wilayah daratan seluas 604 ha, dan

mempunyai tiga jenis terminal, yaitu terminal penumpang, terminal

barang konvensional dan terminal peti kemas. Sebagai Pelabuhan yang

penting tidak saja bagi wilayah metropolitan Jakarta tetapi juga bagi

seluruh Indonesia ini dan dimasa Mendatang, Tanjung Priok

menghadapi berbagai masalah besar yang bermuara pada

pengembangan kapasitas, efisiensi atau produktifitas, serta

lingkungan. Di harapkan bahwa sesudah adanya Pelabuhan Tanjung

Priok tidak ada lagi kendala-kendala yang terjadi seperti penumpukan

kapasitas muatan, baik itu muatan barang ataupun orang.

23
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum

1) Kajian latar Belakang Kerajaan Sunda

Masyarakat Tatar Sunda sekarang masih mengenal nama-nama kerajaan yang

pernah ada di wilayahnya, seperti Kerajaan Galuh, Kerajaan Kawali, dan Kerajaan

Pajajaran. Dikenalnya nama-nama tersebut menyebabkan timbulnya anggapan bahwa

di Tatar Sunda pada Jaman Kuna pernah terdapat beberapa kerajaan. Anggapan

seperti ini memang beralasan, karena dalam beberapa sumber tertulis buhun dan

sumber lisan dari masa yang lebih muda berupa certia pantun, disebutkan adanya

kerajaan-kerajaan tersebut. Sumber tertulis yang tertua berupa prasasti yang

menyebutkan adanya kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berangka

tahun Saka dalam bentuk candrasengkala kawi haji panca pasagi (= 854 S.) yang

bertepatan dengan tahun 932 M. Prasasti Kebon Kopi II menyebutkan sebuah

peristiwa penting dalam sejarah Tatar Sunda, yaitu pemulihan kekuasaan kepada raja

Sunda (barpulihkan haji sunda) (Djafar, 2008:1-2).

Demikian juga halnya dengan Antonio Pigafetta yang menulis buku Primo

viaggio intorno al mondo pada 1522 yang memberitakan Sunda sebagai sebuah

daerah yang banyak menghasilkan lada. Bahkan, dari masa yang sama itu juga

terdapat kesaksian seorang penyair yang ikut dalam pelayaran keliling dunia dengan

24
Magelhaens, Camoes, telah mengenal adanya kerajaan bernama Sunda (Lubis dkk.,

2003: 80-81). Bujangga Manic juga melaporkan adanya pelabuhan (kalapa) dalam

naskah yang ditulisnya sekitar (XIV-XV) menjelaskan bahwa kerajaan sunda telah

memfungsikan pelabuhan kalapa (Ridwan Saidi, 1993:31).

Sumber kesusastraan yang sampai kepada kita lebih tegas lagi menyebut Sunda

jika mengacu ke daerah yang sekarang disebut Jawa Barat. Carita Parahiyangan

(akhir abad XVI) menyebut Sunda sebagai nama kawasan. Demikian pula Naskah

Siksa Kanda ng Karesian yang berangka tahun 1440 Saka (1518 M). Penemuan

prasasti batu Huludayeuh di daerah Sumber, Cirebon, pada tahun 1991, telah

memperkuat kesimpulan-kesimpulan tersebut. Prasasti Huludayeuh ini memiliki

beberapa kesamaan dengan prasasti Batutulis dari Bogor. Keduanya ditulis dalam

bahasa Sunda Kuna dengan aksara pasca Palawa yang memiliki kesamaan dalam

bentuk paleografinya, prasasti tersebut. Menyebutkan pula raja yang berkuasa pada

waktu itu ialah Sri Baduga Raharaja Ratu Haji dari Pakuan Pajajaran (Djafar, 2008:

3-4).

Dari sumber-sumber yang ada dapat pula digambarkan bagaimana bentuk

keraton pada zaman Kerajaan Sunda. Tome Pires (1512-1515) telah memberitakan

tentang ibu kota Kerajaan Sunda yang dapat dicapai dua hari perjalanan dari Kalapa.

Kota besar itu penuh dengan rumah-rumah yang kokoh dari daun rumbia dan kayu.

Dikatakan bahwa kediaman raja (keraton) mempunyai 330 tiang dari kayu yang

25
tebalnya seperti drum anggur dengan tinggi lima fadem serta di bagian puncaknya

diukir indah, merupakan bangunan yang kokoh (Lubis dkk., 2003: 83).

Kebijaksanaan pemerintahan di pusat kerajaan pada umumnya dilaksanakan

pula di daerah-daerah kekuasaannya, seperti di kadipaten-kadipaten serta di kota-kota

pelabuhan. Salah satu kota pelabuhan yang terutama dan terpenting serta letaknya

paling dekat dan lurus ke ibukota kerajaan ialah kota pelabuhan Kalapa atau kelak

disebut pula Sunda Kalapa. Ini berarti Kalapa sebagai kota pelabuhan yang amat

penting, terutama strategis keletakannya serta terdekat ke pusat pemerintahan

kerajaan Sunda, memerlukan daya juang para pejabat dan masyarakatnya untuk

memenuhi keinginan pusat, terutama untuk melancarkan serta meningkatkan

perdagangan dengan negeri-negeri lain, baik di lingkungan kerajaan-kerajaan di

Indonesia maupun internasional. Pakuan Pajajaran merupakan pusat pemerintahan

yang dapat digolongkan ke dalam City-sate (negara-kota) dan biasanya amat erat

kaitannya dengan pemasukan pendapatan kerajaan dari pajak ekspor dan impor

perdagangan internasional (Leirissa dkk., 1997: 22-23).

Pelabuhan Sunda Kelapa dari sisi ekonomi memang memiliki nilai strategis,

karena berdekatan dengan pusat-pusat perdagangan di Jakarta, seperti Glodok, Pasar

Pagi, Mangga Dua, dan lain-lain. Wisatawan yang berkunjung ke sini dapat melihat

keramaian aktivitas bongkar muat barang-barang kapal antarpulau berukuran 175

BRT (500 m2) yang mengangkut barang kebutuhan sehari-hari, seperti sembako dan

tekstil. Selain itu, pengunjung juga dapat melihat aktivitas bongkar muat barang-

26
barang lainnya, seperti, besi beton, kayu gergajian, rotan, kaoliang, dan kopra. Yang

menarik, bongkar muat barang di pelabuhan ini masih menggunakan cara tradisional,

yakni menggunakan tenaga manusia.

Ramainya aktivitas bongkar muat barang komoditas perdagangan ini

sebenarnya memang ditunjang oleh kondisi fisik di pelabuhan tersebut. Menurut

catatan, pelabuhan ini mempunyai luas daratan sekitar 760 hektar dan luas perairan

sebesar 16.470 hektar yang terdiri dari pelabuhan utama dan Pelabuhan Kalibaru.

Pelabuhan utama memiliki panjang area 3.250 meter dengan luas kolam 12.000 meter

persegi, sedangkan Pelabuhan Kalibaru mempunyai panjang area 750 meter dengan

luas daratan sekitar 343.339 meter persegi. Dengan ukuran tersebut, pelabuhan utama

setidaknya bisa menampung sekitar 70 perayu layar motor, dan untuk Pelabuhan

Kalibaru dapat menampung sekitar 65 kapal motor antarpulau.

Periode akhir Kerajaan Sunda semakin jelas karena sumber-sumber sezaman,

baik sumber dalam negeri maupun sumber luar negeri, saling menguatkan data.

Rekonstruksi periode akhir Kerajaan Sunda adalah Sebelum Portugis menguasai

Malaka, jalur perniagaan di Kepulauan Nusantara senantiasa melewati Selat Malaka,

baik yang bertujuan ke Cina maupun ke Maluku. Oleh karena itu, pelabuhan-

pelabuhan yang terdapat di Pesisir Utara Kerajaan Sunda kurang begitu berkembang

meskipun tetap terlibat dalam perdagangan di Kepulauan Nusantara. Seiring dengan

penguasaan Malaka oleh Portugis, Selat Sunda memegang peranan yang sangat

penting dalam perdagangan di Kepulauan Nusantara. Hal tersebut dimungkinkan

27
karena para pedagang Muslim tidak mau berdagang melalui Selat Malaka. Akibatnya,

pelabuhan-pelabuhan yang terdapat di sepanjang Pesisir Utara Kerajaan Sunda

semakin memegang peranan yang sangat penting dalam perdagangan di Kepulauan

Nusantara (Kosasih Anang 2013:29-30).

Dari bukti-bukti tersebut dapat disimpulkan kembali sebagai berikut:

1. Di Tatar Sunda hanya ada satu kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda.

2. Galuh, Kawali dan Pajajaran, bukanlah nama kerajaan, melainkan nama

pusat pemerintahan atau ibukota (dayeuh) dari kerajaan-kerajaan daerah.

3. Telah terjadi perpindahan pusat kerajaan, mulai dari Galuh dan berakhir di

Pakuan Pajajaran.

2) Kajian Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Sunda Kelapa

Menurut Djafar (1995:123-124) berdasarkan berita Cina abad V-VII di Daerah

pantai utara Jawa Barat diperkirakan sudah ada kota-kota pelabuhan yang menjadi

pusat-pusat perdagangan. Keletakan kota pelabuhan Sunda Kalapa sudah tertera

dalam peta-peta pelayaran dan perniagaan, sekitar tahun 1500-1600 yang dibuat oleh

orang-orang Portugis.

Bagi Kerajaan Sunda, perkembangan pelabuhan-pelabuhan tersebut

memberikan keuntungan yang signifikan bagi perkembangan perekonomiannya.

Sektor perdagangan semakin memberikan kontribusi besar bagi perkembangan

ekonomi Kerajaan Sunda. Di pihak lain, perkembangan pelabuhan-pelabuhan tersebut

melahirkan kekhawatiran yang semakin besar di kalangan penguasa Sunda karena

perkembangan tersebut diiringi pula dengan masuknya faktor yang bisa

28
menghancurkan negara. Faktor tersebut adalah semakin banyaknya saudagar Islam

yang singgah di pelabuhan-pelabuhan Kerajaan Sunda. Penguasaan Sunda merasa

khawatir dengan kenyataan tersebut karena dengan demikian agama Islam akan

semakin besar pengaruhnya di Kerajaan Sunda. Sejak tahun 1479 pengaruh Islam di

Kerajaan Sunda sudah cukup kuat seiring dengan tumbuhnya Cirebon sebagai pusat

kekuasaan baru di pesisir utara Tatar Sunda. Bagi Kerajaan Sunda, pertumbuhan

Cirebon tersebut merupakan ancaman serius terhadap eksistensinya karena daerah ini

telah mengembangkan kehidupan yang bercorak Islam.

Sedangkan Ruchiat 2012:151, Nama aslinya Sunda Kalapa adalah Kalapa,

sebuah pelabuhan utama Kerajaan Sunda atau lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan

Pajajaran. Sunda Kalapa yang merupakan salah satu pelabuahan utama dan terpenting

dari Kerajaan Sunda dihubungkan dengan Ibukota Pakuan Pajajaran melalui Sungai

Ciliwung yang bermuara di Teluk Jakarta. Ada jalan darat dari Pakuan Pajajaran

kearah barat menuju Banten Girang yang merupakan kota kadipaten dengan

pelabuhannya di Teluk Banten melalui Jasinga, Rangkasbitung, samapai Banten

Girang di Serang kini. Demikian pula ada jalan dari Banten Girang ke pelabuhannya

melalui Sungai Cubanten. Dari Ibukota Kerajaan Sunda ke pelabuhan Tanggerang

ada jalan darat melalui Ciampea dan Rumpin, yang dapat diteruskan melalui Sungai

Cisadane sampai ke Tanggerang dan pelabuhannya. Ada kemungkinan pula dari

Pakuan Pajajaran sudah menggunakan jalan Sungai Cisadane, mengingat sungai ini

disebutkan dalam prasasti Muara pada zaman kerajaan Taruma sehingga mungkin

29
sudah berperan sebagai hubungan lalulintas antara daerah pedalaman dan daerah

pesisir.

Menurut sumber Portugis, Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan yang

dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan

Cimanuk. Sunda Kelapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan

yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan

nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti kota) dalam tempo

dua hari. Pelabuhan ini telah dipakai sejak zaman Tarumanagara dan diperkirakan

sudah ada sejak abad ke-5 dan saat itu disebut Sundapura. Pada abad ke-12,

pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk milik Kerajaan Sunda, yang

memiliki ibukota di Pakuan Pajajaran atau Pajajaran yang saat ini menjadi Kota

Bogor. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan

Timur Tengah sudah berlabuh dipelabuhan ini membawa barang-barang

seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk

ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.

30
3) Tanjung Priok dibawah kekuasaan Sunda

Pelabuhan Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat sekitarnya

di Jakarta, Indonesia. Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan, kecamatan

Penjaringan, Jakarta Utara. Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan

bersejarah peninggalan Kota Jakarta. Pelabuhan Sunda Kelapa terletak di Jalan

Baruna Raya No.2, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara,

Propinsi DKI Jakarta, Indonesia. Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki berbagai daya

tarik yang berbeda dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya. Yaitu dengan adanya

peninggalan dan jejak sejarah yang dapat menarik para wisatawan domestic maupun

wisatawan asing untuk mengunjingi pelabuhan.

Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang

bernama Sunda Kalapa, berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan

Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang

Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan.

Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang

dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan

Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan

yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan

nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti ibu kota) dalam tempo

dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara

pada abad ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 dan

31
diperkirakan merupakan ibu kota Tarumanagara yang disebut Sundapura. Pada abad

ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing

yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh

di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-

wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang

menjadi komoditas dagang saat itu.

Jakarta tempo dulu ketika berada di bawah kekuasaan kerajaan Sunda yaitu

Galuh Pakuan Pajajaran bernama Sunda Kelapa, yang namanya telah digunakan

sekitar abad ke 12. Nama Sunda Kelapa tersebut di ubah menjadi Jayakarta (Soekanto

1954:55). Pada waktu Faletehan berhasil mengalahkan Portugis yang atas izin

kerajaan Galuh Pakuan Pajajaran mendirikan benteng di wilayah Sunda Kelapa (Gie

1958:6). Nama Jayakarta tidak lama, hanya dapat bertahan kurang lebih satu abad,

karena oleh bangsa Belanda pada Maret 1621 secara resmi namanya diganti menjadi

Batavia (Gie, 1958:15). Kota itu kemudian dijadikan sebagai pusat perdagangan serta

pemerintahan Bangsa Belanda.

Stad_Batavia merupakan bentuk pemerintahan pertama yang dijalankan bangsa

Belanda di Batavia, pemerintahan ini di bentuk pada 18 agustus 1620 (Coen 1620:9)

Peran pemerintah dan pembesar Negeri menginvestasi sebagian dari hartanya dalam

perdagangan dan pelayaran. Mereka yang menghimpun modal untuk memperlengkapi

kapal dan muatannya. Disamping itu, ada kapal-kapal malaka yang menjadi milik

32
Sultan Agung. dalam perdagangan yang dijalankannya memiliki keuntungan yang

tidak sedikit dari perdagangannya (Poesponegoro & Notosusanto 2010:120).

Pengusaha swasta juga menanam modal di Indonesia dengan membuka

perkebunan misalnya tembakau, kopi, karet, dan kelapa sawit. Untuk mendukung

pelaksanaan dan pengembangan usaha swasta, dibangun sarana dan prasarana yaitu

irigasi, jalan raya, jembatan dan kereta api. Bagi Belanda sistem ini telah memberi

keuntungan yang besar karena meningkatkan tanaman ekspor seperti gula, kopi dan

teh. Dalam perdagangan tidak adanya perbedaan antara pelaksana perdagangan dan

yang melaksanakan pelayaran, nahkoda, dan pedagang. Ketiganya berada dalam satu

individu. Angkutan laut dilayani oleh pengangkutan Belanda bernama (KPM)

Koninklijke Paketvaart Maatchappij (Irfan Habib, 1990).

Daerah lingkungan kepentingan pelabuhan adalah wilayah perairan di sekeliling

perairan pelabuhan laut yang digunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran.

Yang dimaksud dengan keselamatan pelayaran adalah satu keadaan dimana

terpenuhinya persyaratan keselamatan yang menyangkut angkutan diperairan dan

dipelabuhan. Wilayah perairan yang digunakan untuk menjamin keselamtan adalah

alur ke pelabuhan laut (Aripin 2004: 10).

Penduduk yang tinggal di kawasan ini pada umumnya terdiri dari berbagai suku

bangsa yang terdapat di kepulauan Indonesia dan berbagai bangsa asing seperti Cina,

India, dan Eropa (Wijaya1987:27). Mereka datang ke Sunda Kelapa dengan berbagai

alasan, salah satunya adalah untuk memperbaiki kehidupan ekonomi mereka.

33
Masing-masing suku bangsa tersebut hidup berbaur dengan suku bangsa lain.

Meskipun demikian mereka pada umumnya tetap mempertahankan adat istiadat suku

bangsa asal mereka, terutama untuk acara-acara khusus seperti upacara kelahiran,

kematian, perkawinan. Masing-masing suku bangsa tersebut hidup berbaur dengan

suku bangsa lain. Meskipun demikian mereka pada umumnya tetap mempertahankan

adat istiadat suku bangsa asal mereka, terutama untuk acara-acara khusus seperti

upacara kelahiran, kematian, perkawinan (Hardi 1898:5).

Setiap suku bangsa telah mengembangkan budaya pelayarannya menurut arah,

selera, kebutuhan. Karena tidak semua kapal membawa peta sewaktu berlayar.

(Marwati djoened poesponegoro, 2010:99). Peta Decadas Da Asia IV Karya De

Barros, di kenal sebagai Peta Lavanha Menggambarkan Pelabuhan Kelapa (Ridwan

Saidi 1993: 33). Peta dan roteiros yaitu petunjuk untuk berlayar, tidak hanya di dasari

atas observasi sendiri oleh orang portugis, tetapi oleh kemampuannya untuk

memperoleh pengetahuan pengalaman pelaut di Indonesia, setelah mempelajari peta

portugis yang sudah mengenal pantai dan pengetahuan yang di pakai untuk

membetulkan, juga melengkapi peta yang sebelumnya. (Poesponegoro Djoened

Marwati 2010:95).

B. Uraian Hasil Penelitian

1) Pelabuhan Tanjung Priok

Daerah lingkungan kepentingan pelabuhan adalah wilayah perairan di

sekeliling perairan pelabuhan laut yang digunakan untuk menjamin keselamatan

34
pelayaran. Yang dimaksud dengan keselamatan pelayaran adalah satu keadaan

dimana terpenuhinya persyaratan keselamatan yang menyangkut angkutan diperairan

dan dipelabuhan. Wilayah perairan yang digunakan untuk menjamin keselamtan

adalah alur ke pelabuhan laut (Aripin 2004: 10)

Pemerintah hindia belanda mengembangkan kawasan tanjung priok sebagai

pelabuhan baru Batavia pada akhir abad ke-19 untuk menggantikan pelabuhan sunda

kelapa. Gagasan tersebut diambil, karena peningkatan lalu lintas perdagangan yang

terjadi di pelabuhan sunda kelapa. Kongesti pelabuhan terjadi akibat kapasitas

penampungan pelabuhan tidak sebanding dengan jumlah kapal yang akan masuk

kepelabuhan untuk melakukan pekerjaan bongkar muat barang. Dalam usaha

mewujudkan ide pembangunan pelabuhan tersebut, terpilihnya daerah tanjung priok.

Karena lokasi pelabuhan tanjung priok berjarak 9km dari pelabuhan sunda kelapa

(Thijse 1950).

Sebelum menjadi wilayah pelabuhan, tanah itu merupakan tanah partikelir

yaitu tanah yang dimiliki oleh orang-orang swasta Belanda dan orang-orang pribumi

yang mendapatkan hadiah tanah karena dianggap berjasa oleh Belanda di wilayah

Tanjung Priok. Tuan tanah yang berkuasa itu adalah Hana birtti sech Seman Daud,

Oeij Tek Tjiang, Said Alowie bin Abdulah Atas, Ko Siong Thaij, Gouw kimmirt.

Tanah tersebut kemudian diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda untuk

disewakan kepada maskapai-maskapai pelayaran Koninklijke Paketvaar

Maatschappij. Sebagai pelaksana pembangun pelabuhan Tanjung Priok adalah Jr.

35
J.A.de Gelder dari departemen B.O.W seorang Insinyur perairan dan perencana.

Sedangkan ide pembangunan pelabuhan Tanjung Priok ini adalah ide dari

Ir.J.A.A.Waldrop, ia adalah seorang Insinyur yang berasal dari Belanda.

Tujuan dari pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok adalah untuk

mendapatkan kawasan perairan yang relatif luas dengan kedalaman laut yang cukup

ditinjau dari tingkatan pasang surut air laut sehingga dapat menjadi tempat berlindung

bagi kapal-kapal dan lokasi didarat serta fasilitas-fasilitasnya. Guna menunjukan

perdagangan dan lalu lintas muatan, maka pelabuhan di ciptakan sebagai titik sentra

(simpul) yang memungkinkan perpindahan muatan dan penumpang, dimana kapal-

kapal dapat berlabuh dan bersandar untuk kemudian melakukan bongkar muat ke

dermaga yang mempunyai kedalam dan lebar yang cukup sehingga kapal aman untuk

berlayar (Aripin 2004:11)

Dalam merancang sutu pelabuhan, maka perlu diketahui berbagai sifat dan

fungsi kapal, karena dari data kapal dapat di ketahui ukuran-ukuran pokok dari kapal,

yang berguna bagi perencanaan untuk menetapkan ukuran-ukuran teknis pelabuhan.

Sebagai dasar pembangunan pelabuhan Tanjung Priok dengan perencanaan yang

terintegrasi. Dasar pembangunan yang terintegrasi tersebut harus berlandaskan suatu

konsepsi dan evaluasi yang sistematis dari semua factor yang mempengaruhi suatu

pelabuhan. Selain itu Negara juga memerlukan pemasukan. Oleh karena itu,

keberadaan pelabuhan sangat penting peranannya bagi Negara. Begitu pula juga

36
kegiatan ekspor dan impor barang yang harus di datangkan dari Negara lain demi

memenuhi kebutuhan masing-masing Negara (Asiyanto 2008:2).

Pemilihan suatu lokasi yang didasarkan atas perhitungan ekonomi sering

dihadapkan kepada para teknisi suatu kondisi tanah tidak menguntungkan. Sehingga

membutuhkan cara pemecahan dalam bangunan pemecah gelombang. Pelabuhan

muatan umum, tipe pelabuhan ini biasanya dipakai untuk bongkar muat dengan cara

lama. Disebabkan adanya kecenderungan bertambah besar ukuran kapal dan cara

bongkar muat yang dilakukan keran kapal. Pelabuhan muat cair ini tidak memerlukan

lebar dermaga yang besar. karena penangan muatan dilakukan dengan transport

melalui pipa untuk itu maka dibutuhkan rumah pompa.

Karna semakin banyak barang yang masuk dan keluar, juga banyk pula

pengusaha yang menjadi pelopor perkembangan perdagangan. Maka pelabuhan

barang semakin meningkat lagi semenjak dibangunannya pelabuhan Tanjung Priok.

Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok dalam beberapa periode atau tahap,

yaitu:

a) Tahun 1877-1881, tahap pembangunan breakweater yang berfungsi mencegah

terjadinya pengendapan dan pemecah gelombang di pelabuhan.

b) Tahun 1914-1917, tahap pembangunan dermaga yang berfungsi melayani

kapal dalam menurunkan dan menaikan barang ataupun penumpang.

37
c) Tahun 1921-1932, tahap pembangunan gudang, perkantoran, peti kemas, yang

berfungsi untuk memberikan pelayanan juga penyimpanan barang di

pelabuhan (Soedjono, 1993:1). Dengan keterangan sebagai berikut:

1. Periode tahun 1877-1881

Pembangunan pelabuhan pertama tahun 1877-1881 yang berlokasi disebelah

Utara kota Jakarta yang berhadapan dengan laut jawa, memakan waktu kurang lebih 6

tahun. Bersamaan dengan pembangunan pelabuhan pertama dibuat bendungan

sebelah barat dengan panjang 1765m. Dan bendungan sebelah timur sepanjang 1963

m. pembangunan kedua bendungan ini memiliki kegunaan untuk menjaga ketenangan

kolam pelabuhan dari gelombang laut, sehingga kapal-kapal yang berlabuh di

dermaga itu tidak menimbulkan gelombang yang besar (Darusman, 1978:20)

Bangunan pemecah gelombang yaitu breakweater, menggunakan tumpukan

batu dari berbagai ukuran menjadi satu (Asianto 2008:22). Bangunan bendungan

pemecah gelombang dibuat dari batu granit yang di datangkan dari merak dengan

perahu, batu granit tersebut disusun sedemikian rupa sehingga bisa tahan ratusan

tahun ( Darusman, 1978:21).

Pengetahuan akan gelombang laut sangat penting bagi perencanaan

pelabuhan.tergantung dari kegunaan pelabuhan, maka tinggi gelombang sebesar 0,80

madalah tidak berarti bagi kapal sebesar 100.000-300.000. adalah tugas perencanaan

untuk dapat memperkecil tinggi gelombang di perairan pelabuhan. Akibat

perkembangan guna memperoleh kualitas yang lebih baik, kegunaan beton dalam

38
pracetak dalam berbagai bentuk kini telah terkenal. Salah satu beton yang terkenal

saat ini adalah bentuk tetrapod (Asiyanto 2008:20).

Penggunaan beton dengan bentuk tetrapod, telah terbukti dapat menahan

gelombang dengan lebih curam, dengan begitu, volume tumpukan batu akan menjadi

lebih kecil. Bentuk beton juga dapat disesuaikan dengan beratnya sehingga dapat

dipergunakan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Pengembangan itu

memanfaatkan kekuatan tanah dasar sehingga menimbulkan jenis breakweater yang

berbentuk vertical. Penahan gelombang dari batu-batu yang kuat berguna untuk

menahan ombak dan gelombang, karena didalam pelabuhan terdapat dermaga-

dermaga tempat kapal-kapal sandar. Dengan demikian pelabuhan lebih tenang karena

terindungi. Dipenahan gelombang di buat pula beberapa pintu masuk kapal yang

hendak masuk kepelabuhan. Karena sebelum masuk, kapal harus berlabuh dahulu

untuk menunggu izin masuk. Tempat labuh merupakan tempat perairan dimana kapal

dapat melakukan kegiatan. Tempat labuh juga berfungsi sebagai tempat menunggu

untuk masuk ke suatu pelabuhan (Suyono, 2001: 11-12).

Pada wilayah perairannya Tanjung Priok mempunyai kendala dalam olah gerak

kapal keluar masuk pelabuhan. Lalu lintas kapal di seluruh kanal dalam pelabuhan

hanya dapat dilakukan satu arah dan dengan kolam putar kapal. Sehingga

memperbesar waktu tunggu kapal yang akan melakukan bongkar muat. Kecepatan

rata-rata kapal dalam pelabuhan sekitar 1 sampai 2 knots karena harus ditarik oleh

kapaltunda, sehingga kapal yang akan bersandar di terminal Tanjung Priok

membutuhkan waktu 2-2,5 jam dari pintu masuk sampai sandar di dermaga. Kolam

39
pelabuhan juga harus disiapkan oleh pelabuhan, agar tesedianya tempat yang sesuai

dengan jenis kapal dan muatannya. Ditahun 1912 Tanjung Priok mengalami kongesti

yaitu banyaknya barang tertimbun di suatu tempat sehingga menimbukan kemacetan

arus barang. Pada saat itu tercatat 85 buah kapal mengalami penundaan masuk, yang

disebabkan karena kurangnya dermaga dan gudang. Masalah ini diatasi dengan

membangun dermaga dan gudang di pelabuhan dua yaitu di sebelah timur pelabuhan

satu (Darusman, 1978:21).

2. Periode 1914-1917

Rencana pembangungunan berlanjut setelah pemerintah Hindia Belanda

melegalkan izin tentang pembangunan. artinya dalam tahap dua ini adalah perluasan

wilayah yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memegang wewenang penuh atas

Pelabuhan Tanjung Priok. Pemborong tahap dua adalah volklor, volklor adalah satu

pengusaha dari belanda yang memiliki saham yang ada diwiliyah pelabuhan Tanjung

Priok.

Pembangunan Pelabuhan Tahap Dua pada tahun 1914-1917 (Darusman 1978:

22). Alasan pembangunan ini untuk melayani kapal-kapal yang masuk, karena

banyaknya barang yang tertimbun di pelabuhan Tahap 1. Pelabuhan menyediakan

Dermaga yaitu tempat dimana kapal dapat melakukan kegiatannya, baik bongkar

muat ataupun kegiatan yang lainnya (Suyono 2001: 14).

Pelabuhan menyediakan beberapa dermaga yang sesuai dengan bentuk dan

macam kapal-kapal yang akan melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan.

Penentuan lebar dermaga, lebar apron depan, apron belakang, gudang dan jalan.

40
Apron pada dermaga adalah bagian areal atau muka dermaga.sampai muka gudang

ada terdapat pengalihan kegiatan angkutan laut yaitu kapal, yaitu kepada angkutan

darat kereta api, truk dan lain-lainnya. Dalam merencanakan lebar dermaga banyak

ditentukan oleh kegunaan dari drmaga tersebut. Ditinjau dari jenis dan volume barang

yang mungkin ditangani di pelabuhan atau dermaga tersebut (Asiyanto 2008:250).

a. Dermaga konvensional

Dermaga konvensional adalah dermaga yang digunakan untuk

melakukan aktivitas bongkar muat kapal kargo. Yang terdiri dari

peralatan dermaga, gudang-gudang, lapangan terbuka, dan

perlengkapan kran-kran yang dapat membantu pembongkaran juga

pemuatan kapal. Dermaga konvensional di pakai untuk kapal

kargo biasa, yang membawa berbagai jenis muatan yang

memerlukan jenis penyimpanan peti.(suyono, 2001:14)

Didermaga konvensional terdapat lebih banyak tenaga manusia

yaitu buruh. Buruh didermaga ini dipergunakan untuk mengangkat

barang kegudang, baik masih dilakukan dengan cara dipanggul,

dengan kereta dorong maupun dengan forklift ke kapal.

Buruh juga dipergunakan untuk membantu menumpuk atau

membongkar muatn dikapal.

b. Dermaga petikemas

41
Demaga ini di gunakan untuk melakukan bongkar muat kapal-

kapal petikemas. Dermaga petikemas terdiri dari lapangan terbuka

dan dilengkapi dengan kran-kran pengangkat khusus petikemas,

agar pemindahan dan penumpukan barang secara

mekanis.(suyono, 2001:15)

Buruh disini dimanfaatkan untuk mengisi atau membongkar

barang dari petikemas. Dermaga petikemas juga dilengkapi dengan

beberapa gudang untuk menampung muatan dari petikemas. Baik

didermaga petikemas maupun dermaga konvensional.

c. Dermaga khusus

Selain kapal petikemas ada juga kapal-kapal dengan muatan

khusus, seperti kapal ferry, biasanya auntuk kapal ini disediakan

kapal yang khusus.kapal-kapal pengankut minyak atau tanker juga

disediakan tempat kusus untuk aktivitasnya.

Untuk lebih jelasnya mengenai petikemas akan di perdalam

dalam sub-bab periode tahun 1921-1932.

3. Periode 1921-1932

42
Sejalan dengan pertumbuhan periode pertama, untuk mengatasi

kesulitan penyimpanan barang, telah di bangun pelabuhan petikemas

dalam periode ketiga di Tanjung Priok. Dengan panjang dermaga 420-

500m, luas tamping dari lapangan petikemas 10 ha, yang terabagi

maenjadi dua dengan masing-masing daya tampung

120.000..(soedjono, 1993:382)

Semakin tahun semakin banyak barang yang masuk dan

semakin banyak pula pengusaha yang menjadi pelopor perkembangan

perdagangan.

Pembangunan pelabuhan pada periode III yaitu tahun 1921-

1932, dimulai dengan pembangunan peluasan gudang dan perluasan

jalan. (Darusman,candra, 1984:30). Perluasan-perluasan wilayah

semakin meningkat mengenai pembangunan dermaga labuhan untuk

pengiriman barang dan penampungan barang yang meningkat dari

tahun per tahun.

Petikemas bisa juga disebut container, yaitu kemasan yang

dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, yang dapat dipakai

berulang-ulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan mengangkut

muatan yang ada di dalamnya. Petikemas dapat dibawa baik krndaraan

itu berupa kapal laut, kereta api,dan truk.(suyono. 2001:133)

Ukuran muatan petikemas memiliki berbagagai macam variasi

sesuai kegunaannya. Oleh karena itu, ukuran standar dari petikemas

43
dimulai dari panjang 20 feet, maka satu petikemas 20’ dinyatakan

sebagai 1 TEU yaitu twenty foot equivalent unit, dan petikemas 40’

dinyatakan sebagai 2 TEU .

Meskipun ukuran petikemas dari luar adalah seragam atau

sama. Namun petikemas dikeluarkan dalam berbagai variasi sesuai

kegunaannya. Variasi tersebut dapat dilihat berdasarkan bentuk,

ukuran, barang yang dimuat, dan cara pengisian kedalamnya. Ada

petikemas yang berbentuk kotak, tabung. Ada yang berukuran kecil

dan besar.(suyono, 2001:135)

Jenis-jenis dari petikemas yaitu general side continer yang

biasa dipakai mengangkut muatan umum.( lampiran 4). Open side

container petikemas bagian sampingnya dapat dibuka untuk

memasukan dan mengeluarkan barang.( lampiran 5). Open top

container yaitu petikemas bagian atasnya dapat dibuka agar barang

dapat dimasukan atau dikeluarkan lewat atas. ( lampiran 6)(suyono,

2001: 137)

Keuntungan memakai petikemas yaitu cepat dan ekonomis dalam menangani

petikemas, terutama dalam bongkar muat petikemas di pelabuhan. Keamanan

terhadap kerusakan dan pencurian lebih terjaga, terutama untuk barang-barang kecil

atau berharga. Sedangkan kerugian dari memakai petikemas yaitu kapal petikemas

mahal. Harus dibuat terminal kusus untuk bongkar muat petikemas dan harus

menggunakan peralatan kusus untuk mengangkut dan menumpuknya. Dan jalan-

44
jalan yang ada harus disesuikan untuk pengangkutan petikemas. (Dalam memilih

petikemas, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dan di perhatikan. Semua

hal tersebut terkait dengan tujuan penggunaan petikemas. Yang mesti di

pertimbangkan adalah jenis muatan, besar muatan, berat muatan, kelembaban muatan,

ukuran dan daya muat petikemas, dan kelayakan petikemas (Suyono 2001: 140

&148).

Dalam memilih petikemas, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dan di

perhatikan. Semua hal tersebut terkait dengan tujuan penggunaan petikemas. Yang

mesti di pertimbangkan adalah jenis muatan, besar muatan, berat muatan, kelembaban

muatan, ukuran dan daya muat petikemas, dan kelayakan petikemas.

Pemeriksaan petikemas dapat di bagi dalam beberapa tahap, yaitu sebelum

mengisi petikemas, saat memuatnya, dan setelah menutup petikemas di pelabuhan

pembongkaran yang dilakukan sebelum membongkar isinya, saat membongkar dan

saat petikemas kosong. Pemadatan barang kedalam petikemas secara aman dan tidak

bergerak adalah salah satu syarat utama dalam mengangkut petikemas, karena

petikemas sendiri serta isi didalamnya adalah bagian dari intermodal transport

sehingga mengalami gerakan dan guncangan secara bergantian dalam

pengangkutannya (Suyono, 2001:162), Selain petikemas, di tahap ini juga adanya

tempat penyimpanan bagi barang yang masuk dan keluar yaitu pergudangan. Gudang

adalah tempat penyimpanan barang yang akan di muat atau barang yang akan di

bongkar dari kapal.

45
Tata letak gudang yang baik harus memenuhi persyaratan tata letak tertentu

demi kelancaran arus masuk dan keluar barang, serta keamanan penyimpanan.

Beberapa syarat tata letak gudang yaitu letak gudang harus sedekat mungkin dari

tempat dilakukannya kegiatan bongkar muat. Gudang juga harus terletak ditempat

aman dan mudah diawasi juga tidak mudah terkena bencana alam seperti banjir.

Menurut bentuknya gudang bisa dibagi menjadi dua yaitu gudang tertutup dan

terbuka. Gudang tertutup adalah gudang yang memiliki dinding dan penutup. Gudang

ini digunakan untuk menyimpan barang-barang yang harus terlindungi dari panas,

kelembaban, juga air hujan. Sedangkan gudang terbuka bisa juga lapangan, lapangan

ini merupakan gudang untuk menyimpan atau meletakan muatan yang tahan terhadap

siraman hujan, sengatan matahari, atau kelembaban. (Suyono 2001:247), Selain itu

gudang juga memiliki fungsinya masing-masing yaitu pemindahan, penerimaan,

penyimpanan, pengerjaan, pengiriman, dan pembungkusan. Pemindahan adalah

kegiatan menerima atau mengeluarkan barang dengan menggunakan tenaga buruh

atau mekanik.

Penerima merupakan operasi menerima barang di gudang, biasanya dari truk,

atau kapal yang kemudian dimasukan kedalam gudang dengan tenaga manusia.

Penyimpanan barang diterima lalu disusun dan disimpan sesuai permintaan atau

sesuai peraturan yang berlaku. Untuk itu akan dikeluarkan penyimpanan. Pengerjaan

adalah pekerjaan operasi yang berhubungan dengan cara mengerjakan barang di

dalam gudang. Yaitu menumpuk, menyortir, memperbaiki bungkusan, mengarungkan

46
kembali, menimbang, memeriksa dan meneliti serta pekerjaan yang berhubungan

dengan barang yang ada. Pengiriman dapat dibagi menjadi dua yaitu pengiriman

langsung dan tidak langsung. Pengiriman langsung yaitu pengiriman barang dari

tempat penyimpanan langsung ketempatnyang diminta atau perdagangan. Sedangkan

pengiriman tidak langsung adalah pengiriman dokumennya saja sambil menunggu

instruksi lebih lanjut. Pembungkusan merupakan kegiatan membungkus barang atau

muatan yang dimana barang yang tidak dibungkus akan mengalami Kerusakan

(Suyono 2001: 249).

1. Pengaruh dan dampak Pelabuhan Tanjung Priok Terhadap Pasar Tenaga

Kerja Masyarakat Setempat

Perkembangan pelabuhan Tanjung Priok tidak terlepas dari

pertumbuhan indusrti dan perdagangan daerah. Pertumbuhan industri dan

perdagangan yang pesat akan diikuti peningkatan bahan baku dan hasil

produksi. (kaharmen, 1992:III-1), Semakin ramai aktifitas perdagangan di

pelabuhan maka semakin besar pelabuhan tersebut.(suyono, 2001:4)

Perkembangan penduduk yang tinggi sebagai akibat dari arus

urbanisasi yang terjadi di jakarta. Secara garis besar disebabkan karena tiga

factor yaitu sebab social budaya, ekonomi, dan poitik.(lohanda, 1948:41)

Pertumbuhan arus muatan dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah

dalam bidang ekonomi seperti memberi peluang pada dunia industri,

perdagangan, kerajinan di pelabuhan tanjung priok. Berbagai industri yang

47
berada diwilayah pelabuhan tanjung priok memanfaatkannya sebagai mata

rantai jalur bahan baku dan hasil produksinya, khususnya ekspor.

Di pelabuhan berbagai moda transportasi bertemu dan bekerja.

Karena pelabuhan laut merupakan salah satu dari mata rantai angkutan darat

dengan angkutan laut.

Factor ekonomi di pelabuhan tanjung priok menjadi tumpuan harapan

untuk memperbaiki nasib masyarakat yang berada di sekitar pelabuhan.

Masyarakat yang hidup kekurangan dan mempunyai tingkat

pendidikan formal yang tidak memadai, sehingga tidak mempunyai keahlian

yang dapat di pakai untuk mencari pekerjaan yang memerlukan tenaga

terdidik.(harian rakjat, 1950:6)

Sebagai akibat dari hal tesebut mereka sukar mendapatkan pekerjaan

yang mencukupi untuk hidup layak dan banyak diantara mereka hidup lebih

menderita akibat pendidikan formal yang tidak memadai.(Indonesia raja,

1950:3)

Dengan adanya kegiatan di pelabuhan, maka keuntungan secara

ekonomi yang langsung dapat dirasakan adalah terbukanya lapangan kerja

bagi masyarakat sekitar,karena dalam segala bidang kegiatan pelabuhan

tenaga kerja manusia akan sangat di butuhkan seperti tenaga kerja kuli.

Proses kerja buruh pelabuhan tidak dapat terlepas dari pasar tenaga

kerja sebagai tempat proses penyewaan untuk bekerja di pelabuhan. Buruh

48
yang akan bekerja di pelabuhan tidak terpusat pada satu tempat, tetapi tersebar

disekitar pelabuhan. (razief, 1998:237)

Buruh-buruh bekerja tidak berdasarkan seluruh pekerjaan bongkar

muat kapal, tetapi bekerja sebagai pekerja borongan.

.bagi buruh pelabuhan sulit untuk bekerja disiplin. Karena tempat

tinggal yang jauh dari tempat kerja.

Rumah penampung buruh di usulkan pembangunannya oleh

manajemen Batavia tahun 1916 yang direncanakan bahwa perumahan itu

hanya memuat 700 buruh.(razief, 1998:239)

Buruh pelabuhan mendapatkan upah dari hasil kerjanya dua kali dalam

satu minggu.

Buruh pelabuhan mempunyai status sebagai pekerja semi permanen.

Mereka mendapatkan kartu khusus agar tetap bekerja pada perusahan

pelayaran yang telah di tentukan.

Dalam peraturan bongkar muat di pelabuhan pada malam hari dan hari

libur, buruh pelabuhan mendapatkan bayaran dua kali lipat dari hari kerja

biasa. Pekerja bongkar muat pada malam hari perlu mendapatkan izi dari

kepala pelabuhan.(G.kolf, 1914:25)

Sejumlah mandor bisa menjadi kaya dengan cara menguasai buruh-

buruh bongkar muat.yaitu legoa dan tjitra. Kedua mandor ini bisa

mendapatkan pengikut sekitar ratusan orang untuk mendapatkan pekerjaan di

pelabuhan. (sin po, 1931)

49
Menurut R Bintarto, 1968, dalam segi kepentingan suatu daerah

pelabuhan memiliki arti ekonomis karena pelabuhan berfungsi sebagai tempat

ekspor impor dan kegiatan ekonomi lainnya saling berhubungan.

Masyarakat nelayan di pelabuhan Tanjung Priok menggunkan

kemudahan perairan untuk mencari mata pencaharian dengan tekhnologi

sederhana mereka mencari ikan, membuat garam, dan terasi.

Salah satu pekerjaan yang bisa masyarakat lakukan adalah bekerja

sebagai administrator. Administrator pelabuhan yaitu petugas memadukan

rencana operasinal dalam mempergunakan gudang dan fasilitas pelabuhan

lainnya. Selain itu juga, mengendalikan kelancaran arus kapal dan barang.

50
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pada bab-bab sebelumya, kita dapat melihat proses tumbuh dan

berkembangnya pelabuhan Tanjung Priok, Suatu peroses bagaimana sebuah

pelabuhan di suatu daerah secara lambat laun berkembang dan berperan besar

khususnya di bidang ekspor, dibagian utara pulau jawa. Tradisi pelayaran dan

perdagangan baik antara pulau mau pun internasional di jawa terletak di

pantai utara. Pelabuhan-pelabuhan seperti banten, sunda kelapa.

1. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki peran penting sebagai pintu

gerbang ekonomi Indonesia yangn dapat dilihat dari besarnya

jumlah muatan total yang ditangani di bandingkan dengan

pelabuhan lain di Indonesia.

2. Dalam prakiraan muatan, factor yang mempengaruhi adalah

kedatangan kapal.

3. Pada perdagangan luar negeri sudah di tangani dengan

petikemas, sedangkan perdagangan dalam negeri belum

menggunakan petikemas.

51
4. Pertumbuhan pelabuhan ditentukan berdasarkan fasilitas

dermaga, jumlah muatan yang pelayanan bongkar muatnya

dilakukan pada dermaga dan muatan yang telah di terapkan.

5. Setiap alur pelayaran atau daerah operasi memiliki jalur nya

masing-masing baik jarak sedang, jarak jauh, di sesuaikan pula

dengan keadaan perairan laut.

6. Pembangunan pelabuhan tanjung priok berpengaruh terhadap

perkembangan ekonomi di tanjung priok.

7. Banyak warga atau masyarakat sekitar yang tergusur akibat

pembangunan pelabuhan tanjung priok.

8. Konsep unitisasi muatan adalah sejumlah muatan yang didisain

untuk di ambil, ditransportasikan atau disimpan sebagai suatu

kesatuan.

B. Saran

Penelitian sejarah yang bersifat kedaerahan saat ini sudah mulai jarang

dilakukan oleh mahasiswa, karena menemui bergabai macam kendala baik

teknis maupun non teknis. Namun karena hal itulah kita melihat adanya

peluang untuk membahas sejarah yang bersifat kedaerahan karena tentunya

banyak masalah yang dapat dijadikan bahan penelitian.

52
1. Sebaiknya setiap mahasiswa sejarah mau dan tidak malu untuk

menonjolkan identitas kedaerahanya, melalui penelitian sejarah lokal.

Penelitian yang bersifat lokal tentu akan mendapatkan apresiasi tersendiri

baik itu dilingkungan kampus maupun di daerah asal mahasiswa.

2. Dalam pengumpulan sumber sebaiknya mahasiswa tidak malu

mengunjungi meminta bantuan pemerintah daerah. Kemudian kunjungi

setiap perpustakaan dan kantor arsip yang berada di daerah peristiwa

sejarah.

3. Seorang yang akan melakukan penelitian sejarah yang bersifat kedaerahan

haruslah memiliki kemauan dan tekad yang kuat, karena lapangan yang

akan dihadapi masih buram dan sangan sedikit sekali sumber. Oleh karena

itu mahasiswa harus benar-benar fokus dalam melakukan penelitia.

4. Dalam penelitian sejarah lokal seorang peneliti harus selalu berkonsultasi

dengan sejarawan lokal untuk meminta saran dan pendapat mengenai

tulisan yang akan dibuat. Selain itu hal ini juga dilakukan agar tidak

terjadi kerancuan dalam pembahasan masalah penelitian.

53

Anda mungkin juga menyukai