Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan

ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang

perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang

perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu

seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat

memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan

intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku perawat.

Peran perawat adalah seseorang yang mampu memberikan perhatian kepada

klien dalam segala situasi yang berhubungan dengan kondisi klien (Kusnanto,

2004). Perawat dalam melakukan peran, diharapkan memiliki pemahaman dasar

yang diperlukan mengenai prinsip dalam menjalankan tanggung jawab secara

efisien dan efektif dalam suatu sistem tertentu (Bastable, 2002).

Terdapat berbagai macam peran perawat. Saat ini perawat memiliki peran

yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan

penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat menjalankan

fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran sebagai comforter, protector dan

advokad, comunikator, rehabilitator, perawat sebagai pendidik, perawat sebagai

pengelola dan peran perawat sebagai peneliti.

B. Rumusan Masalah
Apakah peran dan fungsi perawat ?

C. Tujuan Makalah

Untuk memahami peran dan fungsi perawat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Perawat

Peran perawat adalah memberikan perawatan dan kenyamanan karena

perawat menjalankan fungsi perawat spesifik. Namun, peran perawat telah

berubah menjadi lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Dewasa ini,

perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam berbagai

bidang. Perawat menjalankan fungsinya dalam kaitannya dengan berbagai peran

yaitu perawat sebagai pelaksana, perawat sebagai pendidik, perawat sebagai

pengelola, perawat sebagai peneliti.

Perawat secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Dalam

menjalankan peran sebagai care giver, perawat menggunakan metode pemecahan

masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran perawat

bertindak sebagai comforter, protector, dan advokat, comunicator, serta

rehabilitator.

2.1.1 Peran Perawat sebagai Comforter

Sebagai comforter, perawat mengutamakan kenyamanan dan rasa aman

pasien. Perawat merawat pasien sebagai seorang manusia. Peran perawat sebagai

comforter, merupakan peran tradisional dan historis dalam keperawatan dan

telah berkembang sebagai sesuatu yang penting dimana perawat melakukan

peran baru. Karena asuhan keperawatan harus ditujukan pada manusia secara
utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan

emosi sehingga seringkali memberikan kekuatan bagi pasien untuk mencapai

kesembuhannya. Selama melakukan tindakan, perawat dapat memberikan

kenyamanan dengan mendemonstrasikan perawatan kepada pasien sebagai

individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Sebagai pemberi

kenyamanan, perawat sebaiknya membantu pasien untuk mencapai tujuan yang

terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.

2.1.2 Peran Perawat sebagai Protector dan Advokad

Sebagai protector dan advokad, perawat berupaya melindungi pasien,

mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan

kesehatan. Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan yang aman

bagi pasien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan

melindungi pasien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu

tindakan diagnostic atau pengobatan. Dalam menjalankan perannya sebagai

advokad, perawat melindungi hak pasien sebagai manusia dan secara hukum,

serta membantu pasien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Sebagai

contoh, perawat memberikan informasi tambahan bagi pasien yang sedang

berusaha memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Perawat juga melindungi

hk-hak pasien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau

tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan pasien atau menentang hak-

hak pasien.

2.1.3 Peran Perawat sebagai Advokad


Perawat juga dapat menjadi advokad ketika resiko kesehatan teridentifikasi

dimana tidak ada pedoman legal. Perawat dapat terlibat secara aktif sebagai

pelobi melalui proses legislative dan administrative. Pelobi adalah seorang yang

menginformasikan pebuatan keputusan dan mendidik mereka mengenai

kebutuhan pasien dan praktik keperawatan yang aman titik. Perawat bertindak

sebagai ahli dalam pembuat hukum dan kebijakan pada kebutuhan pasien

komunitas.

2.1.4 Perawat sebagai Comunicator

Perawat sebagai comunicator tampak ketika perawat bertindak sebagai

mediator antara pasien dengan tim kesehatan maupun dengan keluarga.

Keperawatan mencakup komunikasi dengan sesama pasien dan keluarga, antara

sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi, dan

komunitas. Kualitas komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam

memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan komunitas.

2.1.5 Perawat sebagai Rehabilitator

Perawat sebagai rehabilitator, tujuan pemberian asuhan keperawatan adalah

mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi

normal. Rehabilitasi merupakan proses dimana individu kembali ke tingkat

fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan

ketidakberdayaan lainnya. Seringkali pasien mengalami gangguan fisik dan

emosi yang mengubah kehidupan pasien dan perawat membantu pasien

beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut. Proses penyembuhan


lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu, sekalipun keterampilan

tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal yang penting.

Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan pasien secara holistik,

meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial.

Agar peran sebagai pelaksana dapat bertindak lebih efektif dan efisien sehingga

tujuan asuhan keperawatan, maka perawat harus melaksanakan proses asuhan

keperawatan yang terdiri atas assessment, diagnosis, planning, implementation,

dan evaluation. Dalam peran inilah perawat berhubungan langsung dengan

pasien selama 24 jam. Oleh karena itu, perawat rentan terhadap kesalahan dan

kelalaian yang menimbulkan tuntutan pertanggungjawaban dan tanggung gugat

dimana pasien dan atau keluarganya tidak bisa menerima kegagalan upaya

pelayanan kesehatan yang sudah dilakukan terhadap pasien.

2.1.6 Perawat sebagai Pendidik

Fokus utama dari perawat pendidik adalah mengajarkan individu yang sakit

atau tidak mampu dan keluarganya untuk melakukan perawatan mandiri.

Perawat melakukan penyuluhan kepada individu yang ada dibawah

tanggungjawabnya. Sebagai pendidik, perawat menjelaskan kepada pasien

konsep dan data-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti

aktivitas perawatan diri, menilai apakah pasien memahami hal-hal yang

dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat

menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan

kebutuhan pasien serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga

dalam pengajaran yang direncanakan.


Peran perawat sebagai pendidik, juga tampak pada perawat yang bekerja

dibidang akademik. Seorang pendidik dibidang akademik, menyiapkan peserta

didiknya untuk berfungsi sebagai perawat. Seorang pendidik bertanggungjawab

terhadap pendidikan terkini dalam melaksanakan teori keperawatan dan

keterampilan khusus laboratorium dan klinik. Seorang pendidik juga dituntut

mempunyai pengetahuan yang luas dibidang kesehatan.

2.1.7 Perawat sebagai Pengelola


Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggungjawab dalam

mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan

manajemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai

pengelola, perawat berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan

atau pelayanan keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan sistem

pelayanan keperawatan. Pada institusi pelayanna keperawatan, peran perawat

sebagai pengelola atau manajer dibedakan atas tiga tingkatan yaitu:


1. Tingkat atas (Top Manager)
2. Menengah (Middle Manager)
3. Tingkat dasar atau bawah (Superficial Manajer)

Dalam struktur organisasi rumah sakit di Indonesia misalnya, sebagai

pengelola tingkat atas adalah kepala seksi keperawatan dan penyelia

(supervisor). Sedangkan pengelola tingkat dasar adalah perawat yang menjabat

kepala ruangan.

Peran perawat dalam mengelola pendidikan meliputi tanggungjawab dalam

penyelenggaraan pendidikan. Dalam hal ini menjaga kualitas pendidikan

keperawatan dengan menumbuhkembangkan iklim pendidikan akademik

profesional yaitu penguasaan iptek keperawatan, penyelesaian masalah secara

ilmiah, pembinaan sikap secara profesional, serta belajar aktif dan mandiri.
Secara umum di Indonesia pelaksanaan peran pengelola belum optimal. Hal

ini disebabkan pemahaman perawat terhadap konsep manajemen keperawatan

masih kurang, mayoritas posisi, lingkup kewenangan dan tanggungjawab

perawat hampir tidak berpengaruh dalam perencanaan dan pengambilan

keputusan, serta adanya kecenderungan sistem promosi karir dan jabatan belum

menggunakan kriteria objektif sebagai stimulus untuk berprestasi. Oleh karena

itu, agar peran ini terlaksana dengan baik perawat harus memahami lingkup

manajemen asuhan keperawatan yaitu penguasaan terhadap proses keperawatan.

Selain itu memiliki dan menguasai keterampilan manajerial yaitu kemampuan

berkomunikasi dan memberi motivasi keterampilan memimpin serta kemampuan

dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

2.1.8 Perawat sebagai Peneliti


Dalam upaya ikut berperan serta dalam pengembangan body of knowledge

keperawatan, maka perawat harus mempunyai kemampuan untuk melakukan

penelitian dibidangnya. Dengan kemampuan meneliti, perawat akan dapat

mengidentifikasi masalah keperawatan, menetapkan prinsip dan metode yang

tepat. Hasil penelitian akan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan

pendidik keperawatan.
Menurut Gaffar (1999), peneliti bertujuan untuk menghasilkan:
1. Jawaban terhadap pertanyaan
2. Solusi penyelesaian masalah baik melalui produk teknologi atau metode baru

maupun produk berupa jasa


3. Penemuan dan penafsiran fakta baru
4. Pengujian teori berdasarkan kondisi atau fakta baru
5. Perumusan teori baru
Penelitian keperawatan difokuskan pada jarak penuh respons manusia dan

tujuan untuk membantu seseorang meningkatkan status kesehatan dan tetap


sehat, dan juga membantu individu yang sakit dan tidak mampu karena

penyakitnya untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya. The

International Council of Nurse menyatakan mendukung kebutuhan penelitian

keperawatan sebagai media meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat. Penelitian keperawatan adalah cara untuk mengidentifikasi

pengetahuan baru, meningkatkan pendidikan dan praktik profesional serta

menggunakan sumber secara efektif. Material yang disertakanmemberikan satu

studi penelitian klinis yang telah mengubah praktik keperawatan.


Penelitian dibidang keperawatan berperan dalam mengurangi disparitas atau

kesenjangan penguasaan teknologi mutakhir dibidang kesehatan karena temuan

hasil penelitian lebih memungkinakan terjadinya transformasi IPTEK. Selain itu

sangat penting dalam memperkokoh upaya memantapkan realisasi keperawatan

sebagai profesi. Penelitian dibidang keperawatan juga bermanfaat dalam

menopang dan menciptakan pengembangan ruang lingkup praktik keperawatan

karena hanya dengan hasil temuan penelitian efektifitas praktik keperawatan

dapat dievaluasi sehingga dapat diidentifikasi cara pemecahan masalah yang

tepat. Untuk itu perlu penciptaan iklim yag menumbuhkembangkan kegiatan

penelitian dibidang keperawatan yaitu:


1. Kemapuan perawat dalam menggunakan hasil penelitian dan memodifkasi

hasil asuhan keperawatan sejalan dengan hasil temuan penelitian.


2. Memperluas kesempatan kepada perawat untuk mengaktualisasi diri pada

cara berfikir kritis pada semua tatanan pelayanan keperawatan.


3. Apresiasi terhadap metodologi dan prosedur penelitian serta kebutuhan pasien

untuk melandasi pelayanan atau asuhan keperawatan dengan hasil penelitian.


4. Meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian dalam bentuk desminasi ilmu

secara luas dan terencana.


5. Perlunya posisi perawat pada lembaga pendidikan pemerintah maupun swasta
6. Perawat selalu didukung untuk melakukan penelitian dengan struktur

pengembangan karir yang jelas dan perlu dipikirkan adanya insentif khusus

bagian perawat peneliti.

2.2 Fungsi Perawat


Dalam praktik keperawatan fungsi perawat terdiri dari tiga yaitu:
2.2.1 Fungsi Independen
Fungsi independen peran adalah those activities that are considered to be

within nursing’s scope of diagnosis and treatment. Dalam fungsi ini perawat

tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat

mandiri, berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Oleh karena perawat

bertanggungjawab terhadap akibat yang ditimbulkan dari tindakan yang diambil.

Contoh tindakan perawat dalam menjalankan fungsi independen adalah


1. Pengkajian seluruh kesehatan pasien atau keluarganya dan menguji secara

fisik untuk menentukan status kesehatan


2. Mengidentifikasi tindakan keperawatn yang mungkin dilakukan untuk

memelihara atau memperbaiki kesehatan


3. Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari
4. Mendorong pasien untuk berperilaku secara wajar

2.2.2 Fungsi Interdependen


Fungsi interdependen perawat adalah carried out in conjunction with other

health team members. Tindakan perawat berdasar pada kerjasama dengan tim

perawatan atau tim kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga

kesehatan lain berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Sebagai

sesama kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan mempunyai kewajiban

untuk memberikan pelaya kesehatan pada pasien sesuai bidang ilmunya. Dalam

kolaborasi ini pasien menjadi fokus upaya pelayanan kesehatan. Contohnya

untuk menangani ibu hamil penderita diabetes, perawat bersama tenaga gizi

berkolaborasi membuat rencana untuk menentukan kebutuhan makanan yang


diperlukan bagi ibu dan perkembangan janin. Ahli gizi memberikan kontribusi

dalalm perencanaan makanan dan perawat mengajarkan dan mengawasi

kemampuan pasien untuk melaksanakan diet serta mengajarkan pasien memilih

makanan sehari-hari. Dalam fungsi ini perawat bertanggung jawab secara

bersama-sama dengan tenaga kesehatan lain terhadap kegagalan pelayanan

kesehatan terutama untuk bidang keperawatannya.

2.2.3 Fungsi Dependen

Fungsi dependen perawat adalah the activities performed based on the

physician order. Dalam fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalam

memberikan pelayanan medik. Perawat membantu dokter memberikan

pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan

seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat,

melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi

tanggungjawab dokter. Setiap tindakan perawat yang berdasarkan perintah

dokter dengan menghormati hak pasien tidak termasuk tanggungjawab perawat.


BAB 3

LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN

1.1 Kasus

Terdapat sebuah kasus yang terjadi di Kecamatan Pegantenan,

Pamekasan pada tahun 2012. Kasus itu terjadi ketika korban bernama Sudeh 42

tahun datang ke klinik harapan yang menjadi tempat praktik perawat itu di

rumahnya. Ketika itu, korban merasakan pusing - pusing dan perawat itu

menyarankan untuk dilakukan operasi karena dibagian punggung korban

terdapat benjolan yang diduga sebagai penyebab dari penyakit yang diderita

pasien.

Perawat yang bernama B itu memaksa keluarga korban untuk tidak

melakukan operasi di rumah sakit lain padahal keluarga korban telah

mengatakan untuk merujuk korban ke rumah sakit lain, karena perawat itu

mengaku bisa melakukan tindakan medis dan juga ia mengaku sebagai dokter

spesialis bedah. Setelah dilakukan operasi ternyata pasien tidak sembuh,

bahkan pandangan mata kian memburam, pendengaran terganggu, dan terjadi

kelumpuhan. Setelah itu korban dilarikan ke rumah sakit lain, dan ternyata

saraf korban putus akibat dari operasi yang dilakukan oleh perawat Bustami.

Ternyata setelah diselidiki perawat Bustami merupakan perawat di unit gawat

darurat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).


1.2 Pembahasan

Profesi perawat ialah salah satu profesi yang memiliki disiplin ilmu
khususnya dalam hal pemberian asuhan keperawatan baik kepada individu
yang sakit ataupun yang sehat. Perawat disebut sebagai profesi karena perawat
merupakan pekerjaan yang membutuhkan suatu pengetahuan, keterampilan,
dan persiapan khusus (Berman et al,2016). Peran serta dari profesi perawat
sangat memberikan dampak yang besar untuk peningkatan
derajat kesehatan klien. Ketika melaksanakan tugasnya sebagai profesi
perawat, perawat harus mampu menerapkan sikap profesional didalam diri.
Namun, berdasarkan faktanya masih banyak perawat di Indonesia yang
menjalankan tugasnya dengan tidak menerapkan sikap profesional.

Berdasarkan sumber yang saya baca terdapat sebuah kasus yakni


perawat melakukan operasi kepada pasien hingga menyebabkan saraf dari
pasien putus. Kasus itu terjadi di Kecamatan Pegantenan, Pamekasan pada
tahun 2012. Kasus itu terjadi ketika korban bernama Sudeh 42 tahun datang ke
klinik harapan yang menjadi tempat praktik perawat itu di rumahnya. Ketika
itu, korban merasakan pusing - pusing dan perawat itu menyarankan untuk
dilakukan operasi karena dibagian punggung korban terdapat benjolan yang
diduga sebagai penyebab dari penyakit yang diderita pasien.

Perawat yang bernama B itu memaksa keluarga korban untuk tidak


melakukan operasi di rumah sakit lain padahal keluarga korban telah
mengatakan untuk merujuk korban ke rumah sakit lain, karena perawat itu
mengaku bisa melakukan tindakan medis dan juga ia mengaku sebagai dokter
spesialis bedah. Tanpa persetujuan pasien maupun keluarga perawat melakukan
tindakan medis, Setelah dilakukan operasi ternyata pasien tidak sembuh,
bahkan pandangan mata kian memburam, pendengaran terganggu, dan terjadi
kelumpuhan. Setelah itu korban dilarikan ke rumah sakit lain, dan ternyata
saraf korban putus akibat dari operasi yang dilakukan oleh perawat B. Ternyata
setelah diselidiki perawat B merupakan perawat di unit gawat darurat Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD).

Kasus yang dilakukan oleh perawat B ini membuktikan bahwa masih


belum diterapkannya peranan perawat dalam praktik keperawatan. Peran
perawat yang dilanggar oleh perawat bustami dalam praktik keperawatan
tersebut mencakup peran perawat sebagai comforter, protector advokad,
comunikator, rehabilitator.

1. Peran perawat sebagai comforter adalah perawat mengutamakan


kenyamanan dan rasa aman pasien. Justru tindakan perawat bustami pada
kasus diatas menunjukkan tidak memberikan kenyamanan dan rasa aman.
Di tunjukkan dengan sikap memaksa keluarga, mengaku sebagai ahli bedah
dan tindakan yang dilakukan menciderai pasien.
2. Peran perawat sebagai protector dan advokad berupaya melindungi pasien,
mengupayakan terlaksanakanya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan
kesehatan. Pada kasus tersebut perawat B melanggar peran perawat sebagai
protector dan advokad dengan beliau memaksa pasien dan keluarga pasien
untuk tidak dirujuk ke rumah sakit lain dan meyakinkan bahwa dirinya bisa
melakukan tindakan medis dan ahli bedah. Padahal beliau tau tindakan nya
akan membahayakan pasien karena beliau bukan ahli bedah tetapi perawat
unit gawat darurat.

3. Peran perawat sebagai comunicator tampak ketika perawat bertindak


sebagai mediator antara pasien dengan tim medis lain dan keluarga. Dalam
hail ini perawat bustami justru cenderung memaksa keluargan, dan
cenderung tidak mengkomunikasikan bagaimana dampak resiko operasi
pembedahan yang dilakukan perawat bustami. Perawat B juga tidak
melakukan kolaborasi tindakan dengan timmedis lain nya.

4. Peran perawat sebagai rehabilitator, mengembalikan fungsi organ atau


bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal. Tindakan medis yang
dilakukan perawat B jutru menciderai pasien, ada beberapa sel saraf putus
membuat pasien kehiilangan fungsi penglihatannya.

Dokter memiliki wewenang dalam hal curing yaitu tindakan yang lebih
mengarahkan kepada tindakan pengobatan aspek kesehatan dan fisik,
sedangkan perawat berwewenang dalam hal caring yaitu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, menunjukkan perhatian, empati, cinta, dan
menyayangi. Caring lebih di titik beratkan pada kebutuhan dan respon klien
untuk ditanggapi dengan pemberian keperawatan yang dilihat dari aspek fisik,
psikologi, sosial, dan spiritualnya. Berdasarkan hal tersebut seseorang perawat
tidak boleh berperan sebagai profesi dokter seperti apa yang telah dilakukan
oleh perawat Bustami dalam kasus tersebut, karena pada dasarnya perawat dan
dokter memiliki wewenang yang berbeda.

Dalam kasus tersebut terdapat tiga fungsi perawat yang telah dilanggar
oleh Perawat B. Tiga fungsi tersebut adalah independen, interdependen, dan
dependen.

1. Fungsi independen adalah peranan perawat dalam melakukan tindakan


asuhan keperawatan tidak memerlukan perintah dokter seperti mengkaji
pasien, mengidentifikasi tindakan keperawatan dan medorong pasien.
Perawat bustami melanggar fungsi independen karena dirinya mengaku
sebagai dokter ahli bedah dan memaksa keluarga agar tidak pindah rumah
sakit.
2. Fungsi interdependen adalah tindakan perawat berdasarkan pada kerjasama
dengan tim perawat atau tim lain nya. Disini jutru perawat bustami
melakukan tindakan medis sendiri tanpa kerjasama atau
mengkomunikasikan dengan tim medis lainnya. Padahal tindakan operasi
yang akan dilakukannya berbahaya dan dapat menciderai pasien.

3. Fungsi dependen adalah perawat bertindak membantu dokter dalam


memberikan pelayanan medik. tindakan yang dilakukan perawat bustami
dalam khasus tersebut beliau tidak membantu dokter dalam memberikan
tindakan medik, namun beliau mengaku sebagai dokter ahli bedah dan
melaukan tindakan medik sendiri tanpa kolaborsi dengan dokter atau tim
medik lainnya.

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Keperawatan gawat darurat merupakan rangkaian kegiatan praktik keperawatan

kegawatdaruratan yang dilakukan oleh perawat yang kompeten di bidang gawat

darurat, dimana dalam menjalankan praktik keperawatan harus sesuai dengan fungsi

dan peran perawat gawat darurat seperti peran perawat sebagai comforter, protector

advokad, comunikator dan rehabilitator,sementara fungsi perawat meliputi fungsi

dependen, independen, dan interdependen. Yang terpenting dalam melakukan asuhan

keperawatan gawat darurat yaitu diperlukannya kerja sama tim tanpa

mengesampingkan hak dan kewajiban pasien agar peran dan fungsi perawat gawat

darurat dapat terlaksana dengan baik dan tercapai asuhan keperawatan gawat darurat

yang optimal.

4.2 Saran

Bagi perawat gawat darurat hendaknya selalu memperhatikan peran dan

fungsinya sebagai perawat gawat darurat dalam memberikan asuhan keperawatan

yang optimal.
Daftar Pustaka

AACN. (2008). The Essentials of Baccalaureate Education for Professional


Nursing.

Berman, A., Snyder, S., Frandsen, G. (2016). Fundamental of nursing


consepts, process, and practice 10th Edition. New Jersey: Pearson.https://ppni-inna-
org/doc/ADART/KODE_ETIK_KEPERAWATAN_INDONESIA.pdf

Potter, P.A., Perry, A.G., Stocker, P.A., & Hall, A.M. (2013). Fundamentals
Of Nursing 8th Edition. Singapore: Elsevier, Inc

Susanto, G. A. (2013). Oknum Perawat Ini Operasi Pasien Hingga Sarafnya


Putus. Retrieved from https://www.liputan6.com/health/read/691951/oknum-
perawat-ini-operasi pasien-hingga-sarafnya-putus

Susanto, G. A. (2013). Klinik Bustami di Pamekasan Ilegal. Retrieved from


https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/687977/klinik-bustami-di-
pamekasan-ilegal

victoria Elfrink, E. M. (1991). American Association of Colleges of Nursing


essential values: National study of faculty perceptions, practices, and plans.
Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai