PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Bp. N
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 55 tahun
Alamat :
Pekerjaan : Sopir
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
No RM :
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 4 Januari 2014 dan data
sekunder.
Keluhan Utama
buang air kecil seperti anyang-anyangan dan terasa panas. Di samping itu pasien mengeluhkan
sering buang air kecil namun sedikit keluar dengan warna kuning agak merah, kencing tidak
lancar dan lancar kembali saat pasien merubah posisi. Pasien juga mengeluh pegel bagian
pinggang mulai dari kiri menjalar ke kanan, sakit terus menerus, sakit sampai mengganggu
aktivitas. Keluhan ini sudah dirasakan sejak kurang lebih 1 minggu terakhir, keluhan dirasakan
sering terjadi/ hampir setiap hari dengan waktu nyeri dan pegel yang lebih lama tanpa disertai
keluarnya batu secara spontan saat buang air kecil. Alergi obat (+) kurang tau nama obatnya
1
dengan reaksi menggigil kedinginan dan gatal, alergi debu (+) dan minuman dingin (+) dengan
yang sama.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran/GCS : Compos Mentis/E4V5M6
Vital Sign
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, isi cukup
Respirasi : 18 kali/menit, reguler
Temperatur: 36,2°C
TB/BB : 171 cm / 68 kg
Mata : konjungtiva kanan kiri tidak anemis, sklera kanan kiri tidak ikterik
Leher : trakea lurus di tengah, tak ada pembesaran kelenjar lymphonodi, JVP tidak
meningkat
Thorax :
Pulmo
inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-), deformitas (-)
palpasi : fremitus kanan dan kiri sama, tak ada ketinggalan gerak
perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
auskultasi : suara napas vesikuler normal, ronkhi (-/-_, wheezing (-/-)
Cor
2
auskultasi : S1S2 reguler, gallop (-). Murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : abdomen datar, tidak ada jejas, tidak tampak adanya massa.
Palpasi : semua kuadran dinding abdomen supel, massa (-), nyeri tekan (-), asites (-),
Hepar/lien : tidak teraba.
Perkusi : timpani.
Ekstremitas : dbn
Superior : oedem (-), sianosis (-), tremor (-), akral hangat, tonus otot cukup
Inferior : oedem (-), sianosis (-), termor (-), akral hangat, tonus otot cukup
Status Lokalisata
Regio Suprapubik
Inspeksi : tidak ada penonjolan
Palpasi : nyeri tekan (+), tidak teraba massa
Regio Lumbalis
Inspeksi : datar
Palpasi : nyeri tekan (-), ginjal tidak teraba, tidak teraba massa
Perkusi : nyeri ketok ginjal (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Diperiksa tanggal : 2 Januari 2014
3
Ureum 47 17-43 mg/dl
Creatinin 1,73 0,90-1,30 mg/dl
Asam Urat 8,71 3,60-8,20 mg/dl
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu 112 80-200 mg/dl
URINALISA
Warna Merah Kuning
Kekeruhan Keruh Jernih
Reduksi Negatip Negatip
Bilirubin 1+ Negatip
Keton urin +/- Negatip
BJ >=1,03 1,015-1,025
Darah Samar 3+ Negatip
PH 5,5 5,00-8,50
Protein 3+ Negatip
Urobilinogen 0,2 0,20-1,00 EU/dl
Nitrit Negatip Negatip
Lekosit Esterase +/- Negatip
SEDIMEN URIN
Eritrosit >50 0-2 /LPK
Lekosit 2-3 0-3 /LPK
Sel Epitel Positip Positip /LPK
Kristal
Ca Oksalat Negatip Negatip /LPK
Asam Urat Negatip Negatip /LPK
Amorf Negatip Negatip /LPK
Silinder
Eritrosit Negatip Negatip /LPK
Leukosit Negatip Negatip /LPK
Granular Negatip Negatip /LPK
Bakteri Negatip Negatip /LPK
USG Upper Lower Abdomen
Diperiksa tanggal : 2 Januari 2014
Kesan : 1. Vesicolithiasis dengan cystitis
2. Multiple nefrolithiasis sinistra
3. Nefrocalcinosis ren dextra
4. Tak tampak kelainan pada hepar, VF, lien, pankreas
Rontgen Abdomen AP
Diperiksa tanggal : 3 Januari 2014
Hasil : tampak bayangan opak-bulat dengan diameter lebih kurang 3 cm, porus, di dalam
E. DIAGNOSIS KERJA
Vesicolithiasis.
F. PENATALAKSANAAN
Pro Operasi : vesicolithotomi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BULI-BULI
Buli-buli atau vesica urinaria adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot
ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli, kedua muara ureter dan meatus uretra internum
2011).
Buli-buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian mengeluarkannya
melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam menampung urine, buli-buli
mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa lebih kurang adalah 300 –
450 ml; sedangkan kapasitas buli-buli pada anak menurut formula dari Koff adalah:
berada di atas simfisis sehingga dapat dipalapasi dan diperkusi. Buli-buli yang terisi penuh
memberikan rangsangan pada saraf aferen dan mengaktifkan pusat miksi di medula spinalis
segmen sakral S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli,
dan relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi (Purnomo, 2011).
Buli-buli mendapat vaskularisasi dari cabang arteria iliaka interna, yakni arteria vasikalis
superior, yang menyilang di depan ureter. Sistem vena dari buli-buli bermuara ke vena iliaka
5
Vesicolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes
miksi atau terdapat benda asing di vesica urinaria. Gangguan miksi terjadi pada pasien-pasien
hyperplasia prostat, striktura uretra, divertikel buli-buli, atau buli-buli neurogenik. Kateter yang
terpasang pada buli-buli dalam waktu yang lama, adanya benda asing yang secara tidak sengaja
dimasukkan ke dalam buli-buli sering kali menjadi inti untuk terbentuknya batu buli-buli. Selain
itu batu buli-buli dapat berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli. Di
negara-negara berkembang masih sering dijumpai batu endemik pada buli-buli yang banyak
dijumpai pada anak-anak yang menderita kurang gizi atau yang sering menderita kurang gizi atau
hingga stranguri, perasaan tidak enak sewaktu kencing, dan kencing tiba-tiba terhenti kemudian
menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh. Nyeri pada saat miksi seringkali
dirasakan (refered pain) pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki. Pada anak
seringkali mengeluh adanya enuresis nokturna, di samping sering menarik-narik penisnya (pada
anak laki-laki) atau menggosok-gosok vulva (pada anak perempuan) (Purnomo, 2011).
Seringkali komposisi batu buli-buli terdiri atas asam urat atau struvit (jika penyebabnya
adalah infeksi), sehingga tidak jarang pada pemeriksaan foto polos abdomen tidak tampak
sebagai bayangan opak pada kavum pelvis. Dalam hal ini pemeriksaan IVU pada fase sistogram
memberikan gambaran sebagai bayangan negatif. USG dapat mendeteksi batu radiolusen pada
pembedahan terbuka (vesikolitotomi). Hal yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan
Kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada kandung kemih seorang mumi.
Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia.
Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negara berkembang
6
banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit
batu saluran kemih bagian atas; hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien
dunia rata-rata terdapat 1-12 % penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak di bidang urologi di samping infeksi saluran kemih dan
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang
saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor ini adalah faktor intrinsik, yaitukeadaan yang
berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan
tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu),
sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran
kemih.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
saluran kemih.
5. Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis),
7
divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura, dan
anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan
metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang
membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-
bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat
kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal
menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat
konsentrasi solut di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus
alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu (Purnomo, 2011).
Lebih dari 80 % batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan
oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan
sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium amonium fosfat (batu infeksi), batu
xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu di
atas hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis
batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam,
sedangkan batu magnesium amonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa (Purnomo,
2011).
F. PENGHAMBAT PEMBENTUKAN BATU SALURAN KEMIH
Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih ditentukan juga oleh adanya
keseimbangan antara zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat yang mampu mencegah
timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu saluran kemih,
yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses pembentuka inti batu
atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal (Purnomo, 2011).
8
Ion magnesium (Mg++) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika
berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat yang
akan berikatan dengan kalsium (Ca ++) untuk membentuk kalsium oksalat menurun. Demikian
pula sitrat jika berikatan dengan ion kalsium (Ca ++) membentuk garam kalsium sitrat; sehingga
jumlah kalsium yang akan berikatan dengan oksalat ataupun fosfat berkurang. Hal ini
menyebabkan kristal kalsium oksalat atau kalsium fosfat jumlahnya berkurang (Purnomo, 2011).
Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan
retensi kristal. Senyawa itu antara lain adalah: glikosaminoglikan (GAG), protein Tamm Horsfall
(THP) atau uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang berfungsi sebagai
inhibitor batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih (Purnomo,
2011).
G. KOMPOSISI BATU
Komposisi batu yang ditemukan pada seseorang perlu ditentukan karena komposisi batu
dipakai sebagai landasan untuk menelusuri etiologi penyakit batu saluran kemih. Analisis batu
dapat dilakukan secara kimiawi, yaitu cara kualitatif dan cara kuantitatif dengan metode
kromatografik dan auroanalisis. Cara lain ialah cara optik dengan diseksi mikroskopik binokuler
dengan mikroskop petrografik. Juga ada cara instrumental melalui kristalografi radiografik,
merupakan cara yang dianggap paling baik ditinjau dari segi kesederhanaan dan ketepatannya
oksalat, fosfat, sistin dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik.
Batu campuran oksalat kalsium fosfat biasanya juga idiopatik; di anataranya berkaitan dengan
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, dan sistin, silikat, dan senyawa
lainnya. Data mengenai kandungan/komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk
9
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70 – 80 % dari seluruh
batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat,
Menurut Pak (1976) terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain:
Hiperkalsiuri absobtif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi kalsium
melalui usus.
Hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium
yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid.
Hiperoksaluri, adalah ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 gram per hari. Keadaan
ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani
pembedahan usus dan pasien yang banyak mengonsumsi makanan yang kaya akan
oksalat, di antaranya adalah teh, kopi instan, minuman soft drink, kokoa, arbei, jeruk
Asam urat yang berlebihan dalam urine bertindak sebagai inti batu/nidus untuk
terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal dari
makanan yang mengandung banyak purin maupun berasal dari metabolisme endogen
(Purnomo, 2011).
Hipositraturia. Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium
sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Hal ini
dimungkinkan karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut daripada kalsium oksalat.
Oleh karena itu sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium.
Hipositraturi dapat terjadi pada: penyakit asidosis tubuli ginjal atau renal tubular
acidosis, sindrom malabsorbsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka
timbulnya batu kalsium, karena di dalam urine magnesium bereaksi dengan oksalat
10
Penyebab tersering hipomagnesium adalah penyakit inflamasi usus (inflamatory bowel
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman
golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan
merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, sepert
pada reaksi:
karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) atau (Mg NH 4 PO4. H2O) dan
karbonat apatit (Ca[PO4]6CO3). Karena terdiri atas 3 kation ( Ca++ Mg++ dan NH4+) batu
Kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah: Proteus spp, Klebsiella,
menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea
(Purnomo, 2011).
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antara 75-
80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran kalsium
oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien penyakit gout, penyakit
Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar
11
Sumber asam urat berasal dari diet yang mengandung purin dan metabolisme
endogen di dalam tubuh. Degradsi purin di dalam tubuh melalui asam inosinat dirubah
menjadi hipoxantin. Dengan bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah menjadi
xanthin yang akhirnya dirubah menjadi asam urat. Pada mamalia lain selain manusia dan
dalmation, mempunyai enzim urikase yang dapat merubahasam urat bebas dan garam urat
yang lebih sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat. Natrium urat lebih
mudah larut di dalam air dibandingkan dengan asam urat bebas, sehingga tidak mungkin
Asam urat relatif tidak larut di dalam urine sehingga pada keadaan tertentu mudah
sekali membentuk kristal asam urat, dan selanjutnya membentuk batu asam urat. Faktor
sehingga membentuk batu staghorn yang mengisi seluruh pelvikales ginjal. Tidak seperti
batu jenis kalsium yang bentuknya bergerigi, batu asam urat bentuknya halus dan bulat
sehingga seringkali keluar spontan. Batu asam urat murni bersifat radiolusen, sehingga pada
pemeriksaan IVU tampak sebagai bayangan filling defect pada saluran kemih sehingga
sering kali harus dibedakan dengan bekuan darah, bentukan papila ginjal yang nekrosis,
tumor, atau bezoar jamur. Pada pemeriksaan USG memberikan gambaran bayangan akustik
banyak, alkalinisasi urine dengan mempertahankan pH di antara 6,5-7, dan menjaga jangan
dianjurkan untukmemeriksa pH urine dengan kertas nitrazin, dan dijaga supaya produksi
urine tidak kurang dari 1500-2000 mL setiap hari. Dilakukan pemeriksaan kadar asam urat
secara berkala, dan jika terjadi hiperurisemia harus diterapi dengan obat-obatan inhibitor
12
Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang dijumpai.
Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu kelainan dalam absorbsi
sistin di mukosa usus. Demikian batu xanthin terbentuk karena penyakit bawaan berupa
xanthin dan xanthin menjadi asam urat. Pemakaian antasida yangmengandung silikat atau
aluminometilsalisilat) yang berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
perbatasan utero-pelvik, saat ureter menyilang vasa iliaka, dan saat ureter masuk ke dalam buli-
buli. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih
yang disebabkan oleh batu. Kadang-kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis
bidang urologi. Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak kelainan anatomik pada saluran
kemih yang mendasari timbulnya urosepsis dan segera dilakukan terapi berupa drainase dan
menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab
pertumbuhan kuman pemecah urea. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai
faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih (antara lain kadar: kalsium, oksalat, fosfat
diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan
penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi, dan
13
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu
radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat
radio-opak dan paling sering dijumpai di antara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat
bersifat non opak (radio-lusen).Urutan radiopasitas beberapa batu saluran kemih seperti
MAP Semiopak
2. USG
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU, yaitu pada
keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita
yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli
I. PENYULIT
Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder, dan iritasi yang
berkepanjangan pada urotelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan yang sering
kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrotis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal
yang terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal, akan timbul uremia karena gagal ginjal total. Hal
yang sama dapat juga terjadi akibat batu kandung kemih, lebih-lebih bila batu tersebut membesar
sehingga juga mengganggu aliran kemih dari kedua orifisium ureter (Sjamsuhidajat-Wim de
Jong, 2010).
14
Khusus pada batu uretra, dapat terjadi divertikulum uretra. Bila obstruksi berlangsung
lama, dapat terjadi ekstravasasi kemih dan terbentuklah fistula yang terletak proksimal dari batu
batu saja, tetapi harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu atau paling sedikit
disertai dengan terapi pencegahan. Hal ini karena batu sendiri hanya merupakan gejala penyakit
batu sehingga pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah merupakan terapi yang sempurna.
Selanjutnya, perlu juga diketahui bahwa pengeluaran batu baru diperlukan bila batu
menyebabkan gangguan pada saluran kemih. Bila batu tersebut tidak memberi gangguan fungsi
ginjal, batu tersebut tidak perlu diangkat, apalagi misalnya pada batu ureter diharapkan batu
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan
tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi,
Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter atau
hidronefrosis dan batu yang sudah menyebabkan infeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan.
Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti di atas tetapi diderita oleh
seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang diderita oleh seorang pilot pesawat
terbang) mempunyai resiko tinggi dapat menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang
bersangkutan sedang menjalankan profesinya; dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran
Dapat pula dengan pembedahan atau dengan tindakan yang kurang invasif, misalnya nefrostomi
15
perkutan, atau tanpa pembedahan sama sekali secara gelombang kejut (Sjamsuhidajat-Wim de
Jong, 2010).
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum
banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih (Purnomo, 2011).
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada
tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli
tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-
fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-
pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan kolik dan menyebabkan hematuria
(Purnomo, 2011).
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemihyang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau
di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises
melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
16
Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
evakuator Ellik.
Ureteroskopi atau utero-renoskopi adalah dengan memasukkan alat ureteroskopi per-
uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Denganmemakai
energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter (Purnomo, 2011).
5. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-
melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau
nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di
ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal
karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), kosteksnya sudah
sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan
pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan pada batu
saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun (Purnomo, 2011).
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang menyusun
batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya pencegahan itu berupa:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3
17
FAKTOR PENYEBAB MEKANISME KERJA
JENIS BATU JENIS OBAT/TINDAKAN
TIMBULNYA BATU OBAT
Kalsium Hiperkalsiuri absorbtif Natrium selulosa fosfat Mengikat Ca dalam usus absorbsi
Thiazide reabsorbsi Ca di tubulus
Orthofosfat sintesa vitamin D
urine inhibitor
Hiperkalsiuri renal Thiazide reabsorbsi Ca di tubulus
Hiperkalsiuri resorptif Paratiroidektomi resorpsi Ca dari tulang
Hipositraturi Potasium sitrat pH sitrat Ca urine
Hipomagnesiuri Magnesium sitrat Mg urine
Hiperurikosuri Allopurinol urat
Potasium alkali pH
Hiperoksaluria Allopurinol urat
Pyridoxin
Kalsium suplemen
MAP Infeksi Antibiotika Eradikasi infeksi
AHA (amino hydroxamic acid) Urease inhibitor
Urat Dehidrasi Hidrasi cukup pH
(pH urine ) Potasium Alkali (Nat Bik) urat
Hiperurikosuri Allopurinol
18
BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis vesicolithiasis karena tampak massa opak
di cavum pelvis pada pemeriksaan. Rencana terapi pada pasien ini sudah tepat yaitu
diameter lebih kurang 3 cm keluar dari rongga buli-buli sehingga mengatasi vesicolithiasis.
19
BAB IV
KESIMPULAN
20
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
R. Sjamsuhidajat-Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. EGC : Jakarta.
R. Sjamsuhidajat-Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah –Ed. 3. –. EGC : Jakarta
Purnomo, Basuki B. 2009. Buku Dasar-dasar Urologi. CV. Sagung Seto : Jakarta.
Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-dasar Urologi Edisi Ketiga. CV. Sagung Seto : Jakarta.
21