Naskah Publikasi
diajukan oleh
diajukan oleh :
Kepada :
0
0
DESAIN SABO DAM DI PA-C4 KALI PABELAN MERAPI
ABSTRAKSI
Sabo dam di PA-C4 Kali Pabelan Merapi terletak di Desa Gondosuli, Kecamatan
Muntilan, Kabupaten Magelang. Sabo dam berfungsi untuk mengendalikan aliran
sedimen lahar dingin dan menahan sedimen dalam jumlah besar, serta melokalisir
endapan sedimen agar tidak merusak daerah sekitarnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan sabo dam yang mampu
mengalirkan Q50 serta aman terhadap beban gempa, beban gaya hidrostatik, uplift, aman
terhadap bahaya piping, dan aman terhadap daya dukung tanah di lapangan.
Perencanaan ini dilakukan dengan analisis data hujan, hujan efektif, dan analisis
hujan rerata dengan metode Poligon Thiesen serta analisis banjir rencana dengan metode
HSS Nakayasu. Analisa tersebut menghasilkan debit banjir rencana 50 tahun (Q50) sebesar
148,516 m3/dt.
Analisis sabo dam dilakukan kontrol kestabilan terhadap rembesan (piping)
sehingga didapatkan hasil CL = 5,216 ≥ 3. Kestabilan terhadap momen guling didapatkan
hasil SF = 5,519 > 1,2 (kondisi banjir belum ada sedimen), SF = 4,159 >1,2 (kondisi
banjir penuh sedimen), SF = 7,147 > 1,2 (kondisi normal), dan SF = 5,001 >1,2 (kondisi
gempa saat muka air normal). Kestabilan terhadap momen geser didapatkan hasil SF =
1,632 > 1,2 (kondisi banjir belum ada sedimen), SF = 1,297 > 1,2 (kondisi banjir penuh
sedimen), SF = 2,408 > 1,2 (kondisi normal), SF = 2,000 > 1,2 (kondisi gempa saat muka
air normal). Kestabilan terhadap daya dukung tanah pondasi didapatkan hasil σmax =
4,160 < 53,300 ton/m2 (kondisi banjir belum ada sedimen), σmax = 1,579 < 53,300
ton/m2 (kondisi banjir penuh sedimen), σmax = 2,761 < 53,300 ton/m2 (kondisi normal),
σmax = 1,568 < 53,300 ton/m2 (kondisi gempa saat muka air normal). Analisis sabo dam
di PA-C4 Kali Pabelan Merapi aman terhadap beban gempa, beban gaya hidrostatik,
beban uplift, aman terhadap bahaya piping, dan aman terhadap daya dukung tanah di
lapangan.
Kata kunci : Sabo Dam (di PA-C4 Kali Pabelan Merapi), Kestabilan sabo dam
1
PENDAHULUAN solusi yang dapat dilakukan guna mengendalikan
sedimentasi pada sungai.
Indonesia secara alami terletak di daerah Joko Cahyono dalam catatannya dengan
resiko tinggi dari tipe bencana, antara lain gempa, judul “Perhitungan Desain Sabo Dam”. Hasil
longsor dan banjir. Indonesia mempunyai 129 yang didapatkan adalah pada angka keamanan
gunung aktif, dan bila terjadi erupsi gunung api, stabilitas terhadap geser dan daya dukung tanah
bahan vulkanik yang dikeluarkan dari yang sebesar 4 karena tinggi main dam (H) >
berdiameter kasar seperti bom vulkanik dan 15m.Perhitungan debit rencana direncakan
berdiameter kacil yang berupa abu vulkanik. mampu mengalirkan debit dengan kala ulang 50
Bahan vulkanik ini menyebar mulai dari puncak tahun.
lereng hingga kaki gunung. Salah satunya sabo Heri Efendi (2007) dalam tugas akhirnya
dam PA-C4 di Kali Pabelan Merapi yang terletak dengan judul “Perencanaan Sabo Dam dan
di Desa Gondosuli, Kecamatan Muntilan, Bendung di Kali Putih Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang. Propinsi Jawa Tengah”. Pada perencanaan ini
Pada musim hujan, endapan bahan vulkanik data hujan yang dipakai menggunakan metode
bercampur dengan air hujan menjadi lumpur dan rata-rata aljabar. Perhitungan debit banjir
mengalir ke palung sungai, bahkan dapat terjadi rencananya mengambil periode dengan kala ulang
banjir alias debris. Salah satu bangunan untuk 50 tahun dan pada rencana pembebanan
mengendalikan dasar sungai maupun aliran memperhitungkan stabilitas sabo dam yang aman
sedimen adalah bangunan sabo dam. Sabo dam terhadap gaya penggulingan, geser, dan
merupakan salah satu bangunan yang diharapkan penurunan (settlement) saat kondisi banjir,
mampu secara langsung menahan sedimen dalam normal dan akibat gempa.
jumlah besar, melokalisir endapan sedimen agar Widiyanto (2010) dalam tugas akhirnya
tidak merusak daerah di sekitarnya. dengan judul “Perencanaan Sabo Dam di Kali
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan Cepe Kabupaten Bangka- Bangka Belitung”.
sabo dam yang mampu mengalirkan Q50 tahun Perencanaan peluap Sabo Dam di desain untuk
dan yang aman terhadap beban gempa, beban mampu melewatkan debit banjir rancangan
gaya hidrostatik, uplift, aman terhadap bahaya (Qrancangan). Dari data hujan yang diperoleh
piping, dan aman terhadap daya dukung tanah di kemudian dianalisis dengan menggunakan
lapangan. metode analisis frekuensi sehingga di peroleh
curah hujan dengan periode ulang 2,5,10,25,50
TINJAUAN PUSTAKA dan 100 tahun. Desain debit banjir rancangan
dihitung dengan menggunakan 3 metode yaitu
Ada beberapa penelitian atau perencanaan Metode HSS Gama I, Metode HSS Nakayasu dan
terdahulu yang serupa antara lain : Metode Rasional. Perhitungan perencanaan main
PT. Satyakarsa Mudatama (2012) dalam dam, sub dam, apron, fondasi dan dinding tepi di
paket pekerjaanya yang berjudul “Detail Desain hitung berdasarkan manual perencanaan Sabo dan
Bangunan Sabo Dam”. Perencanaan ini mengacu pada SNI 1991 tentang bendung
menghitung debit banjir rencana dengan kala penahan sedimen.
ulang 200 tahun dan pada rencana pembebanan Nanda Anjaribowo dalam tugas akhirnya
memperhitungkan stabilitas terhadap gaya dengan judul “Perencanaan Sabo Dam Kali Putih
penggulingan, geser, dan daya dukung tanah saat (KM 16,7) Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
kondisi aliran debris dan banjir, sedangkan saat Debit yang digunakan sebagai dasar pendesainan
kondisi normal dianggap aman. Sabo Dam adalah debit dengan periode ulang 20
Yudistiro Pambudi (2012) dalam tugas tahun. Dari hasil perhitungan debit banjir terbesar
akhirnya yang berjudul “ Perencanaan Bangunan didapat dari hasil perhitungan dengan metode
Pengendali Sedimen Pada Sungai Sampean”. Weduwen yaitu sebesar 35,06 m3/det. Hasil yang
Sedimen adalah material atau pecahan dari didapatkan berupa tinggi total main dam sebesar
batuan, mineral dan material organik yang hanyut 8,55 meter, tinggi total sub dam sebesar 2,79
dan bergerak mengikuti arah aliran air sungai. meter, panjang apron sebesar 6,1 m dan volume
Sedimentasi pada DAM Sampean Baru yang tampungan sebesar 8.100 m3, dengan total biaya
terjadi sebesar 184,812 m3/tahun mengakibatkan sebesar Rp.1.470.615.000,00 (termasuk PPN) dan
pendangkalan sehingga mengurangi kapasitas masa konstruksi selama 14 minggu.
tampungan air pada DAM Sampean Baru. Edy Harseno (2008) dalam tugas akhirnya
Pembangunan Sabo Dam merupakan salah satu dengan judul “Analisis Stabilitas Sabo Dam dan
2
Gerusan Lokal Kali Woro Gunung Merapi 4) Menghitung Sk** = Sk* / Stdev
Kabupaten Klaten. Untuk menganalisis stabilitas
∑( − ̅)
Sabo Dam sesuai dengan Standarisasi dan kriteria =
Perencanaan Gugus kerja bidang Sabo pada Sub-
Panitia Teknik Bidang Sumber Daya Air, dan 5) Menghitung Qmaks dan Rmaks
untuk rencana desain bangunan gerusan lokal Q = maks (Sk**)
sesuai dengan standar Departemen Kimpraswil, R = maks Sk**- min Sk**
Puslitbang SDA – Balai Sabo Yogyakarta. 6) Menganalisis menggunakan Tabel nilai kritik
Analisis stabilitas Sabo Dam menggunakan data dari Q dan R dengan syarat (Qmaks < Qtabel)
Flood Time dengan Beban Mati dan Gaya dan (Rmaks < Rtabel).
Hidrostatik Vertikal = 385,98 tm, Total Momen = Tabel 1. Tabel nilai kritik dari Q dan R
3,633.50 tm, Faktor Keamanan Geser 1,42 > 1,2 Q/√n R/√n
n
sf. Stabilitas dari pondasi didapat eksentrisitas = 90% 95% 99% 90% 95% 99%
2,21 m, Tegangan Maximum pada pondasi Sabo 10 1.05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38
Dam = 49,41 t/m2 < 60 t/m2 lebih kecil dari daya
20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,60
dukung tanah. Untuk Tinggi Gerusan Lokal
30 1,12 1,24 1,46 1,40 1,50 1,70
Dmax = 4.43 m. Dengan menggunakan
40 1,13 1,26 1,50 1,42 1,53 1,74
konstruksi pelindung dasar sungai Beehive W = 1
ton dan jumlah blok beton yang digunakan 24x83 50 1.14 1,27 1,52 1,44 1,55 1,78
bh untuk bagian hilir Sabo Dam. 100 1,17 1,29 1,55 1,50 1,62 1,86
B. Hujan Rata-rata Pada Suatu Daerah
LANDASAN TEORI Cara perhitungan curah hujan daerah dan
pengaruh curah hujan di beberapa titik dapat
A. Analisis Data Hujan dihitung dengan beberapa cara, salah satunya
a) Pengisian Data Hujan yang hilang adalah metode Poligon Thiesen. Perhitungan
Data curah hujan kurang lengkap atau hilang hujan rata-rata metode Thiesen sebagai
dapat disebabkan oleh stasiun hujan yang tidak berikut.
dapat bekerja dengan baik. Data hujan yang ⋯
=
hilang dapat dilakukan dengan salah satu metode ⋯
⋯
berikut : =
Metode Reciprocal Method
dimana :
….. R = rata-rata curah hujan (mm).
Px = R1,R2,...,Rn = curah hujan di masing-masing
stasiun dan n adalah jumlah stasiun hujan.
Dimana : A = A1+A2+....+An (km2)
Px = hujan di stasiun x yang diperkirakan A1,A2,....,An = luas sub area yang mewakili
PA = hujan di stasiun A yang diketahui masing-masing stasiun hujan (km2)
Ai, Bi, Ci = jarak antara stasiun x dan stasiun C. Analisis Frekuensi
acuan A Analisis frekuensi harus dilakukan secara
b) Analisis Konsistensi Data Hujan bertahap dan sesuai dengan urutan kerja yang
Uji konsistensi untuk mengecek apakah data telah ada karena hasil dari masing-masing
hujan yang didapat konsisten terhadap data hujan perhitungan sebelumnya. Berikut adalah
dari catatan terdahulu. Uji konsistensi juga dapat penerapan dari langkah-langkah analisis frekuensi
di cek dengan data hujan di stasiun sekitarnya. setelah persiapan data dilakukan.
Pengujian ini dilakukan untuk meminimalisir a) Standar Deviasi (S) :
penyimpangan data hujan yang ada. Pengujian ini ∑ ( )
=
dilakukan dengan metode RAPS (Rescaled
Adjusted Partial Sums). Langkah yang harus dengan :
dilakukan adalah sebagai berikut : S = standar deviasi.
1) Menghitung Rerata data hujan tiap tahun. X =curah hujan rancangan pada periode
2) Menghitung Rerata hujan tahunan tertentu.
∑ = curah hujan harian maksimum rata-rata.
=
n = jumlah data.
Dimana :
b) Koefisien variasi (Cv)
∑Xi = rerata hujan tahunan
n = jumlah tahun =
3) Menghitung Sk* = komulatif (Xi- )
3
c) Koefisien Asimetri / Skewness (Cs) : dipilih, maka setelah penggambarannya pada
= ( ).( ). . ∑( − ) kertas probabilitas, masih perlu lagi dilakukan
pengujian kecocokan (testing of goodness of fit).
d) Koefisien Kurtosis (Ck) :
Pengujian kecocokan dapat dilakukan dengan dua
.∑ ( )
= cara, yaitu :
Perhitungan hujan rancangan dapat 1) Chi-kuadrat (Chi-square).
dikerjakan dengan berbagai metode distribusi, Uji Chi-kuadrat dimaksudkan untuk
yaitu metode normal, log normal, Gumbel, menentukan apakah persamaan jenis sebaran
maupun Log Pearson Type III. Hal ini tergantung yang telah dipilih dapat mewakili dari
dari hasil perhitungan analisa frekuensi. distribusi statistik sampel data yang dianalisis.
( )
Tabel 2. Pemilihan jenis distribusi menurut = ∑
kriteria Sri Harto (1981) : dengan :
X2 = Harga Chi-kuadrat
Distribusi Syarat Ef = frekuensi (banyaknya pengamatan)
Cs = 0,00 yang diharapkan, sesuai dengan pembagian
Normal kelasnya.
Ck = 3,00
Of = frekuensi yang terbaca pada kelas yang
Log Normal Cs/Cv = 3,00 sama.
Cs = 1,1396 Uji Chi-kuadrat lolos jika X2 < X2cr (Chi-
Gumbel kuadrat – kritik) yang didapat dari tabel
Ck = 5,4002 distribusi X2 pada lampiran 82. Untuk derajat
Log Pearson Cs ≠ 0 nyata tertentu (α) yang sering diambil sebesar
5%. Derajat kebebasan secara umum dapat
dihitung dengan
D. Penggambaran Kurva DK = K – (P + 1)
Dari berbagai jenis sebaran, yang dengan :
seluruhnya apabila digambarkan pada kertas skala DK = derajat kebebasan
normal, memberikan garis lengkung, sangat sulit K = banyaknya kelas (grup)
digunakan untuk extrapolasi. Oleh sebab itu P = banyaknya keterikatan ata sama dengan
dibuat kertas skala kemungkinan (probability) banyaknya parameter (untuk chi-kuadrat
dengan skala yang dibuat sedemikian hingga = 2).
untuk suatu sebaran tertentu, penggambarannya
akan berupa garis lurus. Ada berbagai macam 2) Smirnov-Kolmogorov.
cara yang digunakan, seperti cara California, cara Uji Smirnov-Kolmogorov dimaksudkan untuk
Hazen, cara Benard dan Bos – Levenbach, dll. membandingkan kemungkinan (probability)
Tetapi satu cara yang paling banyak digunakan untuk tiap variat, dari distribusi empiris dan
hampir pada setiap analisa frekuensi adalah cara teoritisnya, akan terdapat perbedaan tertentu.
yang dikembangkan oleh Weibull & Gumbel yang Uji smirnov-Kolmogorov lolos jika Δmax data
menghasilkan persamaan : P (Xi ≥ X) = < Δmax smirnov-kolmogorov . Contoh hasil plotting
data hujan maksimum di kertas probabilitas
E. Pengujian Kecocokan adalah sebagai berikut :
Untuk dapat mengetahui, apakah data tersebut
benar sesuai dengan jenis sebaran teoritis yang
Gambar 1. Plotting Distribusi Log Pearson Type II
(Sumber : http://dc300.4shared.com/doc/cSNRRNKs/preview.html )
4
Tinggi jagaan diperhitungkan berdasarkan
F. Hujan Rancangan Efektif debit banjir rencana. Tinggi jagaan
Analisis hujan efektif dapat dilakukan diperhitungkan untuk menghindari
dengan cara mengamati hujan yang terjadi dan meluapnya aliran air ke samping.
debit hidrograf banjir yang terjadi di lapangan, c) Kemiringan dinding pelimpah (m) = 1: m
atau dengan memprediksikan hujan efektif (hujan d) Lebar dasar pelimpah (B1)
yang melimpas) dari tata guna lahan efektif. B1 = .
Besaran C (Koefisien Limpasan) = Hujan yang Dimana : a = koefisien limpasan
melimpas / Hujan total. e) Lebar permukaan aliran (B2)
B2 = B1+2.m2.hw
G. Banjir Rancangan dimana :
Untuk memperoleh angka-angka m = kemiringan dinding pelimpah (0,5)
kemungkinan besar debit banjir pada banjir yang f) Tinggi total pelimpah (Hc)
diakibatkan oleh luapan sungai, analisis dilakukan Hc = hw+hf
dengan menggunakan data banjir terbesar tahunan 3. Desain Main Dam
atau curah hujan terbesar tahunan yang sudah a. Bentuk permukaan mercu main dam
terjadi. Perhitungan debit banjir menggunakan menggunakan tipe trapesium yang sudah
Metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) standart.
Nakayasu. Rumus Hidrograf Satuan Sintetik b. Lebar mercu main dam
(HSS) Nakayasu adalah sebagai berikut : Lebar mercu peluap ditetapkan dengan
= melihat kondisi material dasar sungai,
, ( , , )
dengan : kondisi aliran sedimen dan debit desain..
3
Qp = Debit puncak banjir (m /dt) c. Tinggi efektif main dam (hm)
Ro = Hujan satuan (mm) Tinggi efektif main dam (hm) ≤ tinggi
A = Luas daerah pengaliran sungai (km ) 2 tebing sungai
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan d. Kedalaman pondasi main dam (hp)
sampai puncak hp = (1/3 s/d 1/4) . (hw +hm)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan e. Kemiringan tubuh main dam
debit sampai menjadi 30% dari puncak Kemiringan tubuh main dam terdiri dari
(jam) kemiringan pada hulu dan hilir, dimana
kemiringan pada hilir lebih kecil daripada
H. Desain Kriteria Sabo Dam kemiringan pada hulu, hal ini berfungsi
1. Perencanaan debit banjir bangunan sabo untuk menghindari benturan akibat batu-
dam batuan yang melimpas dari peluap main dam
a) Debit banjir rencana dengan kala ulang 50 yang dapat menyebabkan abrasi pada bagian
tahunan hilir main dam. Selain itu, kemiringan hilir
Debit banjir rencana diketahui berdasarkan sangat mempengaruhi kestabilan dari main
analisis debit Q50 dengan metode HSS dam.
Nakayasu. 4. Desain Sub Dam
b) Debit banjir rencana bersedimen (Qd) a. Lebar peluap sub dam
Qd = Q50 . (1+α) Lebar peluap sub dam direncanakan sesuai
dimana : dengan perhitungan lebar peluap main dam.
α = Rasio konsentrasi sedimen, dengan b. Tebal peluap sub dam
syarat : Tebal peluap sub dam direncanakan sesuai
sedimen biasa, α = 10 % dengan perhitungan tebal peluap main dam.
aliran debris , α = 50 % c. Tinggi Sub dam
2. Desain Pelimpah/ Peluap Tinggi sub dam direncanakan menggunakan
a) Kedalaman aliran di pelimpah (hw) persamaan sebagai berikut :
Kedalaman pelimpah pada kondisi debit H2 = (1/3 s/d ¼ ) . (hm + hp)
banjir rencana dihitung dengan cara trial d. Pondasi Sabo Dam
error berdasarkan rumus berikut : Pondasi sabo dam, sebaiknya diletakkan
Qd = (1,77 . B1 + 1,42.hw).hw2/3 pada kedalaman lebih dari 3 m, untuk
Dimana : menghindari scouring yang sering terjadi.
B1 = Lebar dasar pelimpah (m) e. Kemiringan tubuh sub dam
hw = Kedalaman aliran di pelimpah (m) Penentuan kemiringan tubuh sub dam sama
b) Tinggi jagaan (hf) dengan kemiringan tubuh pada main dam.
5
f. Konstruksi sayap sub dam f = Koefisien geser terhadap pondasi
Kedalaman pondasi sayap sub dam d. Stabilitas daya dukung tanah.
diperhitungkan sama dengan kedalaman Daya dukung tanah dengan teori Terzaghi
pondasi sub dam, hal ini berfungsi untuk dengan persamaan sebagai berikut
menghindari scouring. (Hardiyatmo. HC; 1992) :
5. APRON (LANTAI TERJUN) Keruntuhan geser umum :
a. Tebal lantai terjun qult = c.Nc + γs.hp.Nq + ½.γs.b2.Nγ
Tebal minimum apron untuk dasar pasir dan σ = qult / SF
kerikil adalah 1 m. Keruntuhan geser lokal :
b. Panjang Lantai terjun qult’ = c’.Nc’ + γs.hp.Nq’ + ½.γs.b2.Nγ’
Untuk sabo dam dengan tinggi main dam < σ’ = qult’ / SF
15 m, maka digunakan rumus sebagai Nilai eksentrisitas :
berikut : ∑ ∑
e = ∑
− ≤ (b2/6)
he = H1 – ta
L = 2 . (he + hw) – n . he Tegangan yang terjadi :
dimana : σmax = (∑V/b2).(1+(6e/b2) ≤ σ dan σ’
he = beda tinggi antara mercu main dam σmin = (∑V/b2).(1-(6e/b2) ≥ 0
sampai permukaan apron (m) Dimana :
n = kemiringan hilir qult = Daya dukung ultimit keruntuhan
6. Dinding Tepi geser umum (ton/m2)
Dinding tepi merupakan bangunan qult’= Daya dukung ultimit keruntuhan geser
pelengkap untuk menahan erosi dan lokal (ton/m2)
longsoran antara main dam dan sub dam c = Kohesi tanah (ton/m2)
yang disebabkan oleh jatuhnya air yang γs = Berat jenis sedimen (ton/m3)
melewati mercu main dam. hp = Kedalaman pondasi (m)
7. Kedalaman Gerusan Lokal (Dmax) b2 = Lebar pondasi main dam (m)
Bila nilai (H+hw) kurang dari 5 m, maka Nc,Nq,Nγ = Faktor daya dukung
harga Dmax diambil yang paling kecil dari σ = Daya dukung ijin tanah keruntuhan
tabel kedalaman maksimum gerusan lokal geser umum
σ’= Daya dukung ijin tanah keruntuhan geser
I. Analisis Stabilitas lokal
a. Stabilitas terhadap erosi bawah tanah e = Nilai eksentrisitas
(piping). ∑MV = Momen vertikal total terhadap titik
∑ ∑ momen pusat (t.m)
= ∑MH = Momen horizontal terhadap titik
dengan : momen pusat (t.m)
CL = Angka rembesan Lane ∑V = Gaya horizontal terhadap titik momen
∑ LV = Jumlah panjang vertikal (m) pusat (ton)
∑ LH = Jumlah panjang horisontal (m) SF = Angka keamanan terhadap gaya
H = Beda tinggi muka air (m) dukung tanah
b. Kontrol terhadap penggulingan.
∑
= ≥ 1,2
∑ METODOLOGI PENELITIAN
Dimana : Tahapan pelaksanaan Tugas Akhir “Desain
FS = Angka keamanan terhadap Sabo Dam di PA-C4 Kali Pabelan-Merapi” dapat
penggulingan dilihat pada Gambar 5.
∑ MV = Momen vertikal total terhadap titik
momen pusat
∑MH = Momen horizontal terhadap titik
momen pusat
c. Kontrol terhadap gaya geser.
.∑
SF = ∑
Dimana :
SF = Angka keamanan terhadap gaya geser
∑V = Gaya vertikal total
∑H = gaya horizontal total
6
Persiapan :
1. Studi terdahulu
2. Telaah teori
Dalam perhitungan ini digunakan data hujan Sk** = Sk*/ stdev = (-622,542)/418,057
harian di setiap pos. Dari data hujan masing- = -1,489
masing pos, dilakukan analisis pengisian data
hujan dan konsistensi. Qmax = Nilai konsisten maksimum dari Sk**
7
Rmax = Nilai konsistensi maksimum dari Sk**
Tabel 4. Konsistensi Stasiun Banggalan Tabel 6. Konsistensi Stasiun Krogowanan
(Xi) (Sk*) (Xi) (Sk*)
Sk** Sk**
No. Tahun Hujan Kom (Xi- Hujan Kom (Xi-
(Sk*/Stdev) No. Tahun (Sk*/Stdev)
setahun Xrata) setahun Xrata)
1 2000 2327 33,429 0,038 1 2000 2358 -711,786 -1,262
2 2001 2495 234,857 0,265
2 2001 2454 -1327,571 -2,354
3 2002 0 -2058,714 -2,323
3 2002 2562 -1835,357 -3,254
4 2003 1127 -3225,286 -3,640
4 2003 2830 -2075,143 -3,679
5 2004 2727 -2791,857 -3,151
5 2004 2863 -2281,929 -4,045
6 2005 3349 -1736,429 -1,960
7 2006 2303 -1727,000 -1,949 6 2005 3826 -1525,714 -2,705
8 2007 2468 -1552,571 -1,752 7 2006 2504 -2091,500 -3,708
9 2008 2428 -1418,143 -1,600 8 2007 3530 -1631,286 -2,892
10 2009 1891 -1820,714 -2,055 9 2008 3055 -1646,071 -2,918
11 2010 3646 -468,286 -0,528 10 2009 4275 -440,857 -0,782
12 2011 2439 -322,857 -0,364 11 2010 3680 169,357 0,300
13 2012 1779 -837,429 -0,945 12 2011 3288 387,571 0,687
14 2013 3131 0,000 0,000 13 2012 2594 -88,214 -0,156
Xrata 14 2013 3158 0,000 0,000
2293,571 Q max = 0,265
=
Xrata
stdevp
886,074 R max= 3,905 = 3069,786 Q max = 0,687
=
stdevp
Cek : = 564,079 R max = 4,732
Qmax tabel dengan interpolasi : Cek :
10 1,14 Qmax tabel dengan interpolasi :
14 1,172 10 1,14
20 1,22 14 1,172
Q tabel = Q/n0,5 = 1,172/140,5 = 4,385 20 1,22
Q max < Q tabel Q tabel = Q/n0,5 = 1,172/140,5 = 4,385
0,265 < 4,385 (Konsisten) Q max < Q tabel
0,687< 4,385 (Konsisten)
Tabel 5. Konsistensi Stasiun Pagersari Setelah dilakukan analisis pengisian data hujan
(Xi) (Sk*) Sk** dan konsistensi, didapatkan curah hujan
Hujan Kom (Xi- (Sk*/Stdev)
No. Tahun setahun Xrata)
maksimum hasil rata-rata metode Poligon
1 2000 3233 92,930 0,110 Thiesen.
2 2001 2691 -356,139 -0,421
3 2002 1840,975 -1655,234 -1,958
4 2003 2675 -2120,304 -2,508
Tabel 7. Curah hujan maksimum hasil rata-rata
5 2004 1939 -3321,373 -3,929 Thiesen
6 2005 3870 -2591,443 -3,066 No X
7 2006 4288 -1443,513 -1,708 1 116,81
8 2007 4502 -81,582 -0,097 2 110,32
9 2008 4327 1105,348 1,308 3 104,273
10 2009 2593 558,278 0,660 4 102,034
11 2010 3458 876,209 1,037 5 95,378
12 2011 3127 863,139 1,021 6 94,734
7 88,253
13 2012 2180 -96,930 -0,115
8 87,913
14 2013 0,000 0,000 9 87,591
Xrata 10 86,786
= 3140,070 Q max = 1,308 11 86,118
stdevp 12 84,039
= 845,267 R max= 5,237 13 83,862
14 82,441
Cek : 15 81,623
16 79,553
Qmax tabel dengan interpolasi : 17 76,306
10 1,14 18 75,403
19 74,111
14 1,172 20 73,438
21 73,165
20 1,22 22 73,079
Q tabel = Q/n0,5 = 1,172/140,5 = 4,385 23
24
72,928
72,633
Q max < Q tabel 25 71,681
1,308 < 4,385 (Konsisten) Catatan : nilai diambil dari besar ke kecil
8
2) Hujan Rancangan
a) Analisa Frekuensi
9
Tabel 9. Perhitungan Metode Log Pearson Type III
(Log X-Log x̅
No x Log X Log x̅ (Log x)² (Log X-Log x̅ ) (Log X-Log x̅ )²
)³
1 2 3 4 5 6 7 8
1 116,810 2,067 1,927 4,274 0,140 0,020 0,003
2 110,320 2,043 1,927 4,172 0,116 0,013 0,002
3 104,273 2,018 1,927 4,073 0,091 0,008 0,001
4 102,034 2,009 1,927 4,035 0,082 0,007 0,001
5 95,378 1,979 1,927 3,918 0,052 0,003 0,000
6 94,734 1,977 1,927 3,907 0,049 0,002 0,000
7 88,253 1,946 1,927 3,786 0,019 0,000 0,000
8 87,913 1,944 1,927 3,779 0,017 0,000 0,000
9 87,591 1,942 1,927 3,773 0,015 0,000 0,000
10 86,786 1,938 1,927 3,758 0,011 0,000 0,000
11 86,118 1,935 1,927 3,745 0,008 0,000 0,000
12 84,039 1,924 1,927 3,704 -0,003 0,000 0,000
13 83,862 1,924 1,927 3,700 -0,004 0,000 0,000
14 82,441 1,916 1,927 3,672 -0,011 0,000 0,000
15 81,623 1,912 1,927 3,655 -0,015 0,000 0,000
16 79,553 1,901 1,927 3,612 -0,026 0,001 0,000
17 76,306 1,883 1,927 3,544 -0,045 0,002 0,000
18 75,403 1,877 1,927 3,525 -0,050 0,002 0,000
19 74,111 1,870 1,927 3,496 -0,057 0,003 0,000
20 73,438 1,866 1,927 3,482 -0,061 0,004 0,000
21 73,165 1,864 1,927 3,476 -0,063 0,004 0,000
22 73,079 1,864 1,927 3,474 -0,063 0,004 0,000
23 72,928 1,863 1,927 3,470 -0,064 0,004 0,000
24 72,633 1,861 1,927 3,464 -0,066 0,004 0,000
25 71,681 1,855 1,927 3,443 -0,072 0,005 0,000
∑ 2134,47 48,17873 92,936 0,000 0,088 0,004
Penelitian hujan rancangan menggunakan distribusi Log Pearson Type III sesuai dengan hasil
analisis frekwensi diatas.
Menghitung harga standart deviasi dengan rumus :
∑ ( ) .
= = = 0,061
Tabel 10. Harga –Harga G (Koefisien Pearson) untuk periode ulang tertentu
10
c) Penggambaran Kurva
Hujan jam-jaman
Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit
1 2 3 4 5 dari debit puncak sampai menjadi 30% dari
Gambar 4. Curah hujan jam-jaman debit puncak :
2 17,205
12
160
Debit banjir rencana
140
120
100
80
60
40
20
0
0 50 100 150 200 250
Qd = Debit banjir rencana bersedimen
B. Desain Sabo Dam (m3/dt)
1) Perencanaan debit banjir e) Lebar permukaan aliran (B2)
a) Debit banjir rencana dengan kala ulang 50 B2 = B1+2.m.hw = 74,6+2 . 0,5 . 1,5 =
tahunan 75,2 m
Debit banjir rencana diketahui berdasarkan dimana :
analisis debit Q50 dengan metode HSS B1 = Lebar dasar pelimpah (m)
Nakayasu. m = kemiringan dinding pelimpah (0,5)
Q50 = 148,516 m3/dt hw = kedalaman aliran di pelimpah (m)
b) Debit banjir rencana bersedimen (Qd) f) Tinggi total pelimpah (Hc)
Qd = Q50 . (1+α) = 148,516 . (1+ 0,5 ) Hc= hw+hf = 1,5 + 0,8 = 2,3 m
= 222,774 m3/dt dimana :
hw = kedalaman aliran di pelimpah (m)
2) Desain Pelimpah/Peluap hf = tinggi jagaan (m)
a) Kedalaman aliran di pelimpah (hw)
Qd = (1,77 . B1 + 1,42.hw).hw2/3 3) Desain Main Dam
222,774 = (1,77 . 74,6 + 1,42.hw).hw2/3 a) Tinggi efektif main dam (hm)
Tabel 14. Perhitungan kedalaman aliran Tinggi tebing sungai = 377,896 – 368,586
hw b Qd Ket = 9,310 m
1 74,628 132,802 Tinggi efektif main dam (hm) direncanakan
1.4 74,628 220,457 1,7 m ≤ 9,310 m
1.5 74,628 244,624 mendekati (Qd) b) Kedalaman pondasi main dam (hp)
1.6 74,628 269,634 hp = (1/3 s/d 1/4) . (hw +hm)
1.7 74,628 295,460
= (1/3 s/d 1/4) . (1,5 + 1,7)
Berdasarkan perhitungan nilai kedalaman = 1,07 s/d 0,8 diambil 3 m
c) Kemiringan tubuh main dam
aliran (hw) diambil 1,5 m
Kemiringan Hilir (n) = 1:n = 1:0,2
Dimana :
Kemiringan Hulu (m) = 1:m = 1:0,5
Qd = Debit banjir rencana bersedimen
(m3/dt)
B1 = Lebar dasar pelimpah (m) 4) Desain Sub Dam
a) Lebar peluap sub dam
hw = Kedalaman aliran (m)
b) Tinggi Jagaan (hf) = 0,8 m Lebar peluap sub dam = 74,6 m
b) Tebal peluap sub dam
c) Kemiringan dinding pelimpah (m) = 1: m =
Tebal peluap sub dam = 2,5 m
1:0,5
d) Lebar dasar pelimpah (B1) c) Tinggi Sub dam
H2 = (1/3 s/d ¼ ) . (hm + hp)
B1 = a . = 5 . √222,774 = 74,6 m = (1/3 s/d ¼) . (1,7+3)
Dimana : = (1,57 s/d 1,18) = 3 m
a = Koefisien limpasan d) Pondasi sub dam direncanakan 3m
13
e) Kemiringan tubuh sub dam = kemiringan antara main dam dan sub dam yang disebabkan
tubuh main dam. oleh jatuhnya air yang melewati mercu main
f) Kedalaman pondasi sayap sub dam = 3m dam. Maka direncanakan sebagai berikut :
5) Apron (lantai terjun) - Tinggi dinding tepi (H) = 4 m
a) Tebal lantai apron (ta) direncanakan 1,5 m - Tebal dinding tepi (DC)= 0,5 m
b) Panjang apron (L) - Kemiringan standar (1:m) = 1:0,5
he = hd – ta = 4,7 – 1,5 = 3,2 m - Lebar dasar dinding tepi (DB) = 1,7 m
L = 2 . (he + hw) – n . he
= 2 . ( 3,2 + 1,5 ) – 0,2 . 3,2 = 8,76 m 7) Kedalaman Gerusan Lokal (Dmax)
6) Dinding Tepi Kedalaman gerusan lokal direncanakan 1 m.
Dinding tepi merupakan bangunan
pelengkap untuk menahan erosi dan longsoran
b = 2,5 m
VW2
air hw = 1,5 m
1:n
1:m
hm = 1,7 m
VW1
H1 = 4,7 m
Pev sedimen
HW1
HW2 hp = 3 m
hj = 2m W2
W1 W3 Peh
HW3
U1
U2 (H1+hw)
b2 = 5,79 m
Gambar 6. Gaya yang bekerja pada main dam pada kondisi banjir (belum ada sedimen)
14
Tabel 15. Gaya Vertikal saat kondisi banjir (belum ada sedimen)
Momen
Notasi Gaya vertikal (V) Lengan Momen (L) V L (VxL) Keterangan
(Ton) (m) (Ton) (m) (Tm)
W1 1/2 . H1. γc . (n.H1) 2/3 . (n.H1) 4,860 0,627 3,045 Berat sendiri
W2 b1 . H1 . γc (1/2.b1) + (n.H1) 25,850 2,190 56,612 Berat sendiri
W3 1/2 . H1 . (m.H1) . γc (1/3.m.H1)+b1+(n.H1) 12,150 4,223 51,311 Berat sendiri
VW1 1/2.γw.H1.(m.H1) (2/3.m.H1)+b1+(n.H1) 5,523 5,007 27,649 Tekanan air
VW2 γw.hw.(b1+(m.H1)) (1/2.(b+(m.H1)))+(n.H1) 7,275 3,365 24,480 Tekanan air
Tekanan
Pev 1/2 . (m.hp).hp.γsat (2/3.m.H1)+(m.hm)+b+(n.H1) 1,913 5,290
10,117 sedimen
U1 1/2 . γw. b2 . hj 1/2.b2 -5,790 2,895 -16,762 Tekanan uplift
1/2 .(m.(H1+hw-hj)) .
U2 2/3.b2 -6,080 3,860
b2 . γw -23,467 Tekanan uplift
∑V = 45,700 ∑MV = 132,986
Tabel 16. Gaya Horizontal saat kondisi banjir (belum ada sedimen)
Lengan Momen
Keterangan
Notasi Gaya Horizontal (H) Momen (L) H L (HxL)
(Ton) (m) (Ton) (m) (Tm)
Hw1 hw.γw.H1 1/2.H1 7,050 2,350 16,568 Tekanan air
Hw2 1/2.H1.γw.(H1.m) 1/3.H1 5,523 1,567 8,652 Tekanan air
2
Hw3 1/2 . hj . γw 1/3 . hj -2 0,667 -1,333 Tekanan air
Peh 1/2.(m.hp).hp.γsat 1/3. hp 1,913 1,000 1,913 Tekanan sedimen
∑H = 12,485 ∑MH = 25,799
b = 2,5 m
VW
air hw = 1,5 m
1:n
1:m
Pev sedimen
HW1
H1 = 4,7 m
HW2
Peh
hj = 2m HW3 W2
W1 W3
U1
(H1+hw)
U2
b2 = 5,79 m
Gambar 7. Gaya yang bekerja pada main dam pada kondisi banjir (penuh sedimen)
16
Tabel 18. Gaya Vertikal saat kondisi banjir (penuh sedimen)
Momen
Notasi Gaya vertikal (V) Lengan Momen (L) V L (VxL) Keterangan
(Ton) (m) (Ton) (m) (Tm)
W1 1/2 . H1. γc . (n.H1) 2/3 . (n.H1) 4,860 0,627 3,045 Berat sendiri
W2 b1 . H1 . γc (1/2.b1) + (n.H1) 25,850 2,190 56,612 Berat sendiri
W3 1/2 . H1 . (m.H1) . γc (1/3.m.H1)+b1+(n.H1) 12,150 4,223 51,311 Berat sendiri
Tekanan
Pev 1/2.γsat.H1.(m.H1) (2/3.m.H1)+b1+(n.H1) 23,502
4,694 5,007 sedimen
VW γw.hw.(b1+(m.H1)) (1/2.(b+(m.H1)))+(n.H1) 7,275 3,365 24,480 Tekanan air
Tekanan
U1 1/2 . γw . b2 . hj ½ . b2 -5,790 2,895 -16,762
uplift
1/2 .(m.(H1+hw)) . b2 . Tekanan
U2 2/3.b2 -6,080 3,860 -23,467
γW uplift
∑MV
∑V = 42,959 118,722
=
2. Kondisi Normal
b = 2,5 m
Fd hd
: 0,2
1:m
1:n = 1
Pev
H1 = 4,7 m
sedimen
=1
:0,5
HW Peh
W2
W1 W3
U H1.m
b2 = 5,79 m
Gambar 8. Gaya yang bekerja pada main dam pada kondisi normal
18
Tabel 21. Gaya horizontal pada saat kondisi normal
Lengan
Momen
Gaya Horizontal (H) Momen H L
(HxL)
Notasi (L) Keterangan
(Ton) (m) (Ton) (m) (Tm)
c) Stabilitas terhadap gaya dukung tanah Maka perhitungan pada kondisi Keruntuhan
pondasi Geser Lokal (Local Shear Failure) :
Daya dukung tanah dihitung dengan rumus qult’ = c’.Nc’ + γs.hp.Nq’ + 1/2.γs.b2.Nγ’
pondasi menerus sebagai berikut (Terzaghi) : =0,00.19,36+1,85.3.15,88+ ½.1,85.5,79.13,4
Keruntuhan geser umum : = 159,901 ton/m3
qult = c.Nc + γs.hp.Nq + 1/2.γs.b2.Nγ
Faktor keamanan diambil 3, maka besarnya
Dari hasil penyelidikan tanah pada lokasi daya dukung ijin tanah adalah :
sabo dam, didapatkan data tanah dasar untuk σ' = qult’ / SF = 159,901 / 3 = 53,300 ton/m2
lokasi pondasi adalah sebagai berikut :
c = 0,00 Nilai Eksentrisitas:
∑ ∑
γs = 1,85 t/m3 e = ∑
− ≤ (b2/6)
φ = 37ᴼ , ,
hp = 3 m = = -0,593 ≤ 0,965
,
b2 = 5,79 m
Tegangan yang terjadi :
Dengan interpolasi didapatkan nilai : ∑ .
σmax/min = . 1± ≤ σ dan σ’
Nc = 73,0 , .( , )
Nq = 57,4 σmax/min = . 1±
, ,
Nγ = 65,6 σmax = 2,761 ton/m2 < σ dan σ’
Perhitungan : σmin = 11,565 ton/m2 < 0 (AMAN)
qult = c.Nc + γs.hp.Nq + 1/2.γs.b2.Nγ
= 0,00.73 + 1,85.3.57,4 + 1/2.1,85.5,79.65,6
= 669,685 ton/m3
19
3. Kondisi Normal saat gempa
Fd hd
0,2
1:m
:
1:n = 1
Peh1
H1 = 4,7 m
sedimen
=1
H2
:0,5
Pev1
H1 H1 HW Peh2
W2
W1 W3
U H1.m
b2 = 5,79 m
20
a) Stabilitas terhadap Guling Faktor keamanan diambil 3, maka besarnya
Nilai faktor aman yang disarankan adalah Sf daya dukung ijin tanah adalah :
= 1,2 (untuk H ≤ 15 m) σ' = qult’ / SF = 159,901 / 3 = 53,300 ton/m2
Maka stabilitas terhadap guling : Nilai Eksentrisitas:
FS = ∑MV/∑MH ≥ 1,2 ∑ ∑ , ,
e= ∑
− ≤ (b2/6) =
FS = 111,003 / 22,196 ,
= 5,001 ≥ 1,2 (AMAN) = -0,754 ≤ 0,965 (OK)
Tegangan yang terjadi :
∑ .
b) Stabilitas terhadap Geser σmax/min = . 1± ≤ σ dan σ’
Nilai faktor aman yang disarankan adalah Fs , .( , )
σmax/min = . 1±
= 1,2 (untuk H ≤ 15 m) , ,
Maka stabilitas terhadap geser : σmax = 1,568 ton/m2 < σ dan σ’
( .∑ ) σmin = 12,758 ton/m2 < 0 (AMAN)
Sf = ∑
> 1,2
( , . , )
Sf = = 2,000 > 1,2 (AMAN) 4. Stabilitas terhadap erosi bawah tanah
,
(piping)
Metode Angka Rembesan Lane (weight
c) Stabilitas terhadap gaya dukung tanah
creep ratio method) adalah cara yang
pondasi
dianjurkan untuk mengecek bangunan guna
Daya dukung tanah dihitung dengan rumus
mengetahui adanya erosi bawah tanah dengan
pondasi menerus sebagai berikut (terzaghi) :
persamaan sebagai berikut :
Keruntuhan geser umum :
∑ ∑
qult = c.Nc + γs.hp.Nq + 1/2.γs.b2.Nγ =
Dari hasil penyelidikan tanah pada lokasi
Panjang minimum rembesan Lane untuk
sabo dam, didapatkan data tanah dasar untuk
masing-masing jenis tanah pondasi adalah
lokasi pondasi adalah sebagai berikut :
sebagai berikut :
c = 0,00 b1
γs = 1,85 t/m3
φ = 37ᴼ
2,7
hp = 3 m A
b2 = 5,79 m F
3,3
5
3
Dengan interpolasi didapatkan nilai :
3, 06
3 C B
Nc = 73,0 1,5
1,5
E D
Nq = 57,4 0,6 2,7
3,4 14,25
Nγ = 65,6
Perhitungan : Gambar 10. Sketsa panjang rembesan
qult = c.Nc + γs.hp.Nq + 1/2.γs.b2.Nγ
= 0,00.73 + 1,85.3.57,4 + 1/2.1,85.5,79.65,6 Tabel 24. Panjang rembesan
= 669,685 ton/m3 Panjang rembesan
Faktor keamanan diambil 3, maka besarnya Titik Garis LV LH 1/3.LH
H
daya dukung ijin tanah adalah :
m M m m
σ = qult / SF = 669,685 / 3 = 223,228 ton/m2
A 0 0 0
Keruntuhan geser lokal :
B AB 3 1,5 0,5
Perhitungan :
c' = 2/3.c = 2/3.0,00 = 0,00 ton/m2 C BC - 14,25 4,75
21
( , . , )
Sf = = 1,233 > 1,2 (AMAN)
,
D. Analisis Stabilitas Dinding Tepi
c) Stabilitas terhadap gaya dukung tanah
1) Saat kondisi kosong pondasi
Daya dukung tanah dihitung dengan
0,5 rumus pondasi menerus sebagai berikut
(terzaghi) :
1:0,2
,5
22
Nilai Eksentrisitas: Saran
∑ ∑ Saran-saran secara umum setelah penulis
e= ∑
− ≤ (DB/6)
, ,
melakukan perencanaan Sabo Dam di PA-C4 Kali
= = -0,042 ≤ 0,283 (OK) Pabelan Merapi ini adalah sebagai berikut :
,
1. Untuk perencanaan lebih lanjut dapat
Tegangan yang terjadi : dilakukan perencanaan detail konstruksi Sabo
∑ . Dam.
σmax/min = . 1± ≤ σ dan σ’
2. Untuk perencanaan lebih lanjut dapat
, .( , )
σmax/min = . 1± dilakukan perhitungan kuantitas bangunan dan
, ,
Perkiraan Biaya.
3. Untuk perencanaan lebih lanjut perlu
σmax = 1,400 ton/m2 < σ dan σ’ dilakukan analisis guling,geser, dan daya
σmin = 1,894 ton/m2 < 0 (AMAN) dukung tanah dengan beban gempa, debris dan
banjir secara bersamaan.
Dimana :
DB = Lebar dasar main dam (m)
e = Eksentrisitas
∑V= Jumlah gaya vertikal (ton)
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan di
awal, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Desain sabo dam mampu mengalirkan Q50
tahun sebesar 148,516 m3/dt
2. Desain sabo dam aman terhadap beban gempa,
beban gaya hidrostatik, uplift, aman terhadap
bahaya piping, dan aman terhadap daya
dukung tanah di lapangan dengan kontrol
kestabilan terhadap rembesan (piping)
sehingga didapatkan hasil CL = 5,216 ≥ 3.
Kestabilan terhadap momen guling didapatkan
hasil SF = 5,519 > 1,2 (kondisi banjir belum
ada sedimen), SF = 4,159 >1,2 (kondisi banjir
penuh sedimen), SF = 7,147 > 1,2 (kondisi
normal), dan SF = 5,001 >1,2 (kondisi gempa
saat muka air normal). Kestabilan terhadap
momen geser didapatkan hasil SF = 1,632 >
1,2 (kondisi banjir belum ada sedimen), SF =
1,297 > 1,2 (kondisi banjir penuh sedimen),
SF = 2,408 > 1,2 (kondisi normal), SF = 2,000
> 1,2 (kondisi gempa saat muka air normal).
Kestabilan terhadap daya dukung tanah
pondasi didapatkan hasil σmax = 4,160 <
53,300 ton/m2 (kondisi banjir belum ada
sedimen), σmax = 1,579 < 53,300 ton/m2
(kondisi banjir penuh sedimen), σmax = 2,761
< 53,300 ton/m2 (kondisi normal), σmax =
1,568 < 53,300 ton/m2 (kondisi gempa saat
muka air normal).
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001. “Pedoman Penyusunan “Laporan Tugas Akhir”. Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Anonim, 2010. Sabo Design. Kementrian Pekerjaan Umum. Dirjen Sungai dan pantai.
Anonim, 2012. Laporan Akhir Detail Desain Sabo Dam. PT. Satyakarsa Mudatama
Consultant. Yogyakarta.
Anonim, 1988. Proyek Pengendalian Banjir Lahar Gunung Merapi. Yogyakarta.
Chow, Ven Te, 1989. Hidrolika Saluran Terbuka. Erlangga. Jakarta.
Das, Braja M., 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 2. Erlangga.
Jakarta
Departemen Pekerjaan Umum, 1986. Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-02). Jakarta.
Efendi.H, 2007. eprints.undip.ac.id/33847/5/1797_CHAPTER_II.pdf
Gunawan Pekik., 2009. Perencanaan Spillway dan Optimasi Pengoperasian Waduk Pada
Bendungan Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Tugas
Akhir. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Hardiyatmo, H.C. 1994. Mekanika Tanah 2. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hardiyatmo, H.C. 1996. Teknik Pondasi. PT Garamedia Pustaka Utama. Jakarta.
Heri Yanto, Yuli., 2006. Kajian Penelusuran Banjir di Waduk Gajah Mungkur. Tugas Akhir.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
http://dc300.4shared.com/doc/cSNRRNKs/preview.html
http://eprints.undip.ac.id/43877/1/JURNAL_NANDA_21010110174003.pdf
http://e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/11306.pdf
Kusumosubroto, Haryono, Ir., Dip, HE., 2013. Aliran Debris & Lahar. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Purwoto., 2005. Kajian Model Hidraulika Kantong Lumpur Bendung Colo Kabupaten
Sukoharjo. Tugas Akhir. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Soemarto, C. D., 1986. Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta.
Soewarno, 2014. Seri Hidrologi: Aplikasi Metode Statistika Untuk Analisis Data Hidrologi.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sosrodarsono, S., Takeda, K, 1993. Hidrologi Untuk Pengairan. PT Pradnya Paramita.
Jakarta.
Sri Harto, Br., 1981. Hidrologi Terapan. Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Suroso., 2008. Perencanaan Detail Sabo Dam. Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang, 1995. Hidrolika II. Beta Offset. Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang, 2008. Hidrologi Terapan. Beta Offset. Yogyakarta.
Wulandari, Indah., 2009. Tinjauan Kembali Bendungan Kedung Ombo Dalam Hal Kelayakan
Elevasi Mercu Bendung. Tugas Akhir. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
Widiyanto, 2010. Perencanaan Sabo Dam di Kali Cepe Kabupaten Bangka Bangka Belitung.
Tugas Akhir. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Yogyakarta.http://simpus.uii.ac.id/search_adv/?n=004327&l=510&b=I&j=SK
Pambudi, Yudistiro, 2012. Perencanaan Bangunan Pengendali Sedimen Pada Sungai
Sampean. Tugas Akhir. Universitas Jember. Jember.
24