Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar adalah mata pelajaran yang
mengajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam
masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS adalah memperkenalkan siswa kepada
pengetahuan tentang kehidupan masyarakat atau manusia secara sistematis.
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar hendaknya menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar, terutama berkaitan dengan kehidupan sehari – hari
anak.

Proses tidak bisa hanya berpaku pada satu hal saja tetapi harus bersifat
dinamis dan di sesuaikan dengan perkembangan jaman dan kondisi
siswa.Guru harus dapat menganalisa dan mengkreasikan metode pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan daya serap dan lingkungan siswa.Hal ini
penting mengingat materi dalam sebuah mata pelajaran tidaklah sama
sehingga dalam penyampaiannya pun guru tidak bisa hanya terpaku pada satu
jenis metode pembelajaran saja

Hal ini terlihat harus di pahami oleh guru pada mata pelajaran IPS sebab
yang di terapkan di sekolah sering kali berkesan kurang menarik bahkan
membosankan. Guru sering kali hanya memberikan urutan
waktu,tokoh,bahkan peristiwa belaka. Pelajaran IPS di rasakan siswa hanyalah
mengulangi hal-hal yang sama dengan guru memulai bercerita atau bahkan
membacakan apa yang tertulis dalam buku dan akhirnya langsung menutup
pelajaran begitu akhir bel pelajaran berbunyi. Akibatnya nilai-nilai yang
terkandung dalam IPS tidak dapat di pahami dan di amalkan peserta didik
(Soewarso 2000:1)

1
Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar menyajikan materi – materi yang
memenuhi ingatan siswa melainkan lebih jauh kebutuhannya sendiri dan
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Mengingat manusia dalam konteks sosial sangat luas maka pada
pembelajaran IPS di tiap jenjang pendidikan ada pembatasan – pembatasan
sesuai dengan kemampuan pada tingkat masing – masing. Ruang lingkup IPS
pada sekolah dasar dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat
dijangkau pada geografi, sejarah dan ekonomi atau pengetahuan sosial dan
sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang
terdapat dalam lingkungan hidup siswa-siswa sekolah dasar tersebut yaitu
mulai dari ruang lingkup gejala dan masalah kehidupan yang ada disekitar
tempat tinggal dan lingkungan sekolah, kemudian tingkat desa, kecamatan,
kabupaten propinsi dan negara.
Proses kegiatan pembelajaran pada umumnya siswa akan lebih cepat
menjawab pertanyaan jika materi yang disampaikan sudah dihafal namun jika
berhubungan dengan keterampilan dan pemahaman maka kemampuan siswa
masih sangat rendah. Rendahnya hasil belajar IPS di Sekolah Dasar
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kurang aktifnya siswa dalam
pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, ataupun karena siswa kurang
tertarik pada penyajian materi dengan metode yang tidak banyak melibatkan
siswa dalam hal ini siswa hanya sebagai pendengar dan guru menjadi pusat
dan satu-satunya narasumber serta kurangnya kesempatan untuk berinteraksi
dan kurangnya media sumber belajar.
Murid kelas III SD Negeri Oeteas, Kabupaten Rote Ndao termasuk
sekelompok peserta didik yang berdasarkan kurikulum KTSP, IPS termasuk
dalam mata pelajaran yang diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh murid.
Dengan demikian, maka peneliti sebagai seorang guru yang tugas pokok dan
fungsinya adalah mengajar, mendidik membimbing, melatih, mengarahkan,
menilai, mengevaluasi merasa bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan
pendidikan yang bermuara pada baik tidaknya hasil belajar peserta didik.

2
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk untuk
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD Negeri Oeteas,
Kecamatan Rote Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, dengan pendekatan atau
metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul : “Penerapan Metode Diskusi
dalam Pembelajaran IPS tentang Jenis – jenis Pekerjaan untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III pada SD Inpres Batutua,
Kecamatan Rote Barat Daya, KabupatenRote Ndao”
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang ditemukan dalam pelajaran IPS pada siswa SD Negeri
Oeteas adalah
a. Mata pelajaran IPS masih di anggap mata pelajaran yang membosankan oleh
siswa
b. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran IPS karena merasa sulit
sehingga mempengaruhi hasil belajarnya
c. Siswa kurang memahami penjelasan guru
d. Guru tidak menggunakan metode yang tepat dalam peoses belajar mengajar
terkhususnya pada mata pelajaran IPS materi Jenis-jenis pekerjaan
C. Analisis Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya
maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan hasil
belajar siswa tentang materi jenis-jenis pekerjaan dengan menggunakan metode
diskusi pada siswa kelas III SD Negeri Oeteas Kecamatan Lobalain, Kabupaten
Rote Ndao.
D. Alternatif dan Pemecahan Masalah
Adapun cara pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan penggunaan metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas III SD Negeri Oeteas dalam pembelajaran tentang jenis-jenis
pekerjaan. Dengan langkah – langkah yang tepat dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan masalah – masalah melalui diskusi bersama

3
teman dan guru berperan sebagai pembimbing dengan melaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas.
E. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara mengaktifkan siswa dengan menggunakan metode diskusi
untuk meningkatkan hasil belajar siswa?
b. Bagaimana menggunakan metode diskusi agar dapat memotivasi siswa
dalam mengikuti pelajaran IPS pada materi jenis-jenis pekerjaan?
c. Apakah dalam menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan hasi
belajar IPS siswa kelas III SD Negeri Oeteas tentang jenis-jenis pekerjaan?
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian yang
dilakukan adalah memperbaiki proses pembelajaran yang sudah dilakukan
sebelumnya melalui penggunaan metode diskusi agar meningkatkan hasil belajar
siswa untuk mata pelajaran IPS tentang jenis-jenis pekerjaan.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian pembelajaran IPS tentang jenis-jenis pekerjaan dengan
menggunakan metode diskusi bermanfaat sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah dapat memberi pengetahuan bagi
pembaca tentang penggunaan metode diskusi dalam penerapan materi tentang
jenis – jenis pekerjaan.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi siswa
Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS tentang materi
jenis-jenis pekerjaan di kelas
2. Bagi Guru
a. Melalui metode ini, guru dapat menilai diri sendiri, agar dapat
mengetahui apakah metode yang digunakan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa di kelas.

4
b. Meningkatkan motivasi guru dalam penggunaan metode –metode lain
dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa
dalam pembelajaran serta peningkatan hasil belajar siswa.
c. Memantapkan kemampuan guru dalam menerapkan materi IPS
tentang jenis-jenis pekerjaan sehingga meningkatkan hasil dan juga
prestasi belajar peserta didik.
3. Bagi sekolah
Meningkatkan prestasi sekolah yang didasarkan pada hasil belajar siswa
yang meningkat.
4. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan kemampuan dalam penerapan materi dengan
berbagai metode pembelajaran di kelas.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar


Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan
kebutuhan peserta didik yang berusia 6 – 12 tahun. Anak dalam kelompok 7 –
11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan
intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkrit operasional. Mereka
memandang dunia daalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun
yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan
adalah masa sekarang (konkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka
pahami (abstrak). Padahal materi – materi IPS penuh dengan pesan – pesan
yang bersifat abstrak. Konsep – konsep seperti waktu, perubahan,
kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi,
kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan dan kelangkaan adalah
konsep – konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan
kepada siswa SD.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan
konsep – konsep abstrak itu dipahami peserta didik. Bruner (1978)
memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkonkritkan
yang abstrak itu dengan enactive, iconic dan symbolic melalui percontohan
dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik dan lambang.
Nursid Sumaatmadja ( Supriatna, 22008 : 1) mengemukakan bahwa
secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang
melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan
cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya,
memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan
sumber yang ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan
pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan
kehidupan masyarakat manusia.

6
Kosasi Djahiri (Yaba, 2006:5) menyatakan bahwa IPS adalah
merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari
cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan
prinsip – prinsip pendidikan dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran
pada tingkat persekolahan.
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang
merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yaang
diorganisasikan dari konsep – konsep dan keterampilan – keterampilan
sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan ekonomi, Puskur (Kasim,
2008:4).
B. Jenis – Jenis Pekerjaan
1. Pengertian
Pekerjaan merupakan sebuah aktivitas antar manusia untuk saling
memenuhi kebutuhan dengan tujuan tertentu, dalam hal ini pendapatan atau
penghasilan. Selanjutnya penghassilan tersebut akan digunakan sebagai
pemenuhan kebutuhan baik ekonomi, psikis maupun biologis. Dalam arti
luas, pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia
sedangkan dalam arti sempit,istilah pekerjaan digunakan untuk tugas atau
kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang.
Dalam analisa Karl Marx, orang terjerat dalam pekerjaan ketika ia
menggunakan pekerjaan hanya sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan lain
selain dari pekerjaan itu sendiri. Sejalan dengan Imanuel Kant, Marx
berpendapat bahwa pekerjaan seharusnya dilakukan demi pekerjaan itu
sendiri
Seseorang yang menjalani pekerjaannya dalam kurun waktu yang lama
disebut karir. Seseorang mungkin bekerja pada perusahaan atau tempat kerja
yang berbeda tapi dengan pekerjaan yang sama. Jadi pekerjaan adalah suatu
kegiatan manusia atau aktivitas yang dilakukan oleh manusia atau seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

7
2. Jenis – Jenis Pekerjaan
Secara umum pekerjaan terdiri dari dua yaitu pekerjaan yang
menghasilkan barang dan jasa. Jenis pekerjaan yang menghasilkan barang
contohnya petani, nelayan, tukang kayu dan lain – lain. Sedangkan pekerjaan
yang bergerak di bidang jasa antara lain polisi, guru, tentara, dokter, sopir,
tukang cukur dan lain – lain.
C. Pendekatan Dalam Pembelajaran
Proses pembelajaran dapat dikatakan inovatif apabila kegiatan
pembelajaran lebih mengaktifkan siswa dan dapat menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan bagi siswa dan guru yang terlibat dalam proses
pembelajaran tersebut.
Peranan guru dalam menentukan kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan sangatlah penting. Oleh karena itu, guru harus memikirkan dan
membuat rancangan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar
bagi siswa. Hal ini menuntut perubahan dalam pengelolaan kelas, penggunaan
metode mengajar, model pembelajaran maupun sikap dan karakteristik
pengelolaan belajar mengajar. Dalam peningkatan mutu pembelajaran, guru
berperan sebagai fasilitator dan juga berperan mengaktifkan peserta didik
secara fisik maupun mental. Keaktifan siswa dapat mempengaruhi hasil
belajar yang diperoleh dalam mempelajari suatu materi yang dibahas.
Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran
ini adalah diskusi melalui media gambar. Siswa diarahkan untuk melihat
gambar secara berkelompok dan berdiskusi untuk menjawab masalah yang
ditentukan guru sesuai materi pembelajaran. Proses belajar mengajar seperti
ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada dasarnya semua peserta didik dapat berdiskusi, namun sebagian
terperosot mentalnya jika berdiskusi pada situasi dan kondisi resmi seperti di
dalam kelas.

8
Untuk penyamanan pemahaman tentang pendekatan model diskusi,
maka penulis mengemukakan definisi sebagai berikut: metode diskusi
merupakan suatu cara penyajian/penyampaian bahan ajar disertai macam-
macam penggunaan metode pengajaran ( Subrioto, 2007 : 11 ).
Metode diskusi merupakan penyajian informasi dalam interaksi belajar-
mengajar dengan cara pembentukan kelompok siswa untuk membahas suatu
masalah. Seiring dengan itu, Soegiranto ( 2009;61 ), menyatakan bahwa
metode diskusi merupakan penyajian informasi dalam interaksi belajaar-
mengajar dengan cara pembentukan kelompok siswa untuk membahas suatu
masalah.
Hasibuan ( 1985 ), menyatakan bahwa suatu proses penglihatan dua
atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan
muka mengenai tujuan atau sasaran tertentu melalui cara tukar manukar
informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecah masalah.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi
adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan
masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan
obyektif. Metode diskusi dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam
belajar dan berpikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya dalam
memecahkan suatu masalah yang berhubungan dengan dirinya dan
lingkungan sekitarnya.
1) Tujuan Metode Diskusi
Metode diskusi menurut Soegiranto ( 2009;61 ), yaitu :
a. Membimbing siswa untuk mengembangkan keterampilan
berkomunikasi, bertanya, menafsirkan dan memutuskan sesuatu dengan
bermusyawarah.
b. Membimbing siswa untuk mengemukakan pendapat di depan umum
dengan penuh tanggung jawab, berargumentasi, dan menyimpulkan
hasil.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri
yang lebih positif.
9
d. Melatih untuk menghargai pendapat orang.
2) Bentuk – bentuk diskusi
Metode diskusi dalam belajar memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1. The social problem meeting
Dalam bentuk siskusi ini, para siswa berbincang-bincang
memecahkan masalah sosial di kelas atau di sekolahnya dengan harapan,
bahwa setiap siswa akan merasa terpanggil untuk mempelajari dan
bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
2. The open-endet meeting
Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang
berhubungan dengan kehidupan mereka sehari, kehidupan mereka di
sekolah, dengan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan di sekitar
mereka.
3. The educational-diagnosis meeting
Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas
dengan maksud untuk saling merangkai pemahaman mereka atas
pelajaran metode diskusi dalam belajar adalah suatu cara penyajian atau
penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan
kepada para siswa atau kelompok-kelompok siswa yang mengadakan
pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan
atau penyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Forum diskusi dapat diikuti oleh seluruh siswa di dalam kelas,
dapat pula dibentuk kelompok-kelompok kecil. Yang perlu diperhatikan
adalah hendaknya para siswa berpartisipasi secara aktif dalam setiap forum
diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannya,
semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari.
1. Kegunaan Metode diskusi
Metode diskusi lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak :
a. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan
kemampuannya.
10
c. Mendapatkan balikan dari siswa, apakah tujuan telah tercapai.
d. Membantuk siswa belajar berpikir kritis.
e. Membantu siswa belajar manilai kemampuan dan peran diri sendiri
maupun teman-temannya ( orang lain ).
f. Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai
masalah yang dilihat, baik dari pengalaman sendiri maupun dari
pelajaran orang lain.
g. Mengembangkan motivasi siswa untuk belajar labih lanjut.
2. Peran Guru Dalam Melaksanakan Metode Diskusi
Peran guru dalam melaksanakan metode diskusi adalah :
a. Sebagai pengarah dalam pembentukan kelompok, pengarah teknis
diskusi, pengarah pembagian teknik diskusi yang relevan dengan
masalah atau bahan kajian.
b. Sebagai fasilitator ( memberikan bimbingan, dukungan, literatur,
kesempatan, waktu, dan kepustakaan/referensi ).
c. Sebagai evalitator ( melaksanakan pengamatan dan monitoring,
pembimbingan, evaluasi dan remedial ).
3. Kelebihan Metode Diskusi
Soegiranto ( 2009 ) mengemukakan beberapa kelebihan metode
diskusi yaitu :
a. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berinteraksi dan
berpartisipasi dalam pemecahan suatu masalah.
b. Merangsang siswa untuk berpikir dalam pemecahan masalah.
c. Meningkatkan partisipasi demokrasi, mengembangkan argumentasi,
sikap, motivasi dan kemampuan berbicara siswa.
d. Memberikan kesempatan siswa untuk mengeluarkan dan menerima
pendapat orang lain

.
11
4. Langkah – langkah Penggunaan Metode Diskusi
Menurut Suryo Subroto ( 2009 : 169 ), ada enam tahapan
penggunaan metode diskusi, antara lain :
1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan
memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara
pemecahannya.
2. Dengan bimbingan guru, siswa membentuk kelompok diskusi memilih
pemimpin diskusi ( ketua ), sekretaris ( pencatat ), pelapor jika perlu,
mengatur tempat duduk, ruangan, sarana dan sebagainya.
3. Pemimpin diskusi sebaiknya berada pada siswa yang :
a. Lebih memahami atau menguasai masalah yang akan
didiskusikan.
b. Berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya.
c. Berbahasa baik dan lancar berbicara. Dapat bertindak tegas, adil
dan demokratis.
d. Tugas pemimpin diskusi antara lain mengatur dan pengarah acara
diskusi, pengatur lalu lintas percakapan dan enengah dan
penyimpul berbagai pendapat.
4. Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan
guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain.
Menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan
seperluhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar
diskusi berjalan lancar.
5. Tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil yang dilaporkan
ditanggapi oleh siswa ( terutama kelompok lain ).
6. Para siswa mencatat hasil diskusi dan guru mengumpulkan laporan
hasil diskusi dari tiap kelompok sesudah para siswa mencatatnya.

12
Dalam kaitan dengan daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan
dengan metode diskusi dapat dilihat kerucut pengalaman di bawah ini.
Gambar 2.1

Berdasarkan kerucut pengalaman di atas maka dapat diketahui bahwa


jika peserta didik terlibat dalam diskusi maka pemahaman siswa akan lebih
meningkat dibandingkan dengan hanya membaca, mendengar, melihat
diagram, melihat video atau melihat demonstrasi.
D. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.


Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan
Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak

13
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,
hasilbelajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat
dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Safari, dkk. (2004 : 80) menjelaskan bahwa yang disebut dengan
hasil belajar ialah suatu hasil yang diperoleh dari hasil tes yang diperoleh
siswa setelah berakhinya proses belajar mengajar. Tujuan dari hasil belajar ini
bagi siswa adalah sebagai butir-butir otntik, akurat, dan konsisten. Tujuan
secara umum adalah untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaian
belajar siswa dalam memperbaiki program kegiatan pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas siswa dan guru terhadap pencapaian kompetensi yang
telah ditetapkan.
Sumadi Surya Subrata (1990:320) memberikan penjelasan tambahan
bahwa yang disebut dengan hasil belajar ialah suatu hasil yang diperoleh oleh
siswa setelah proses belajar itu pada saat evaluasi adalah untuk mengetahui
sejauh mana kemajuan anak didik itu.
Dari ketiga pendapat yang telah diuraikan di atas, penulis
mempergunakan 3 pendapat di atas antara lain: Nana Sudjana (2009:3),
Safari, dkk. (2004:80), dan Sumadi Surya Subrata (1990:320). Pertimbangan
penulis adalah karena ketiga pendapat tersebut yang paling cocok untuk
mengkaji hasil belajar siswa.
2. Wujud hasil belajar

Wujud hasil belajar dengan menggunakan metode bercerita dapat


mengakibatkan perubahan pola belajar pada materi tentang membedakan
kalimat langsung dan tak langsung, dimana siswa dapat memahami konsep

14
konsep pembelajaran dan menemukan sendiri kebenaran dalam satu proses
pembelajaran, sehingga tingkat keberhasilan siswa mencapai target yang
diharapkan guru. Wujud hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya Winkel (dikutip oleh
Purwanto, 2010).
3. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Muhibin Syah (2013:143). Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni kondisi/keadaan
jasmani da rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan sekitar
siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approuah to learning) yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk untuk
melakukan kegiatan pembelajaran.
4. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah jika
menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran IPS tentang jenis –
jenis pekerjaan maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD
Negeri Oeteas Kecamatan Lobalain Kabupaten Rote Ndao.
5. Kerangka Berpikir
Dalam melakukan perbaikan hasil pembelajaran dapat ditempuh
dengan berbagai macam cara. Salah satu caranya adalah dengan melakukan
perbaikan dengan metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Penggunaan metode tidak harus sama untuk setiap mata pelajaran karena
metode pembelajaran tertentu tidak cocok dengan mata pelajaran lain.
Dalam pembelajaran IPS, guru diharapkan dapat menerapkan
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Metode diskusi
merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi dan berpartisipasi dalam pemecahan suatu masalah,
15
merangsang siswa untuk berpikir dalam pemecahan masalah,
meningkatkan partisipasi demokrasi. Dengan metode ini siswa diharapkan
dapat mengembangkan argumentasi, sikap, motivasi dan kemampuan
berbicara siswa dan membimbing siswa untuk mengembangkan
keterampilan berkomunikasi, bertanya, menafsirkan dan memutuskan
sesuatu dengan bermusyawarah.
Oleh karena itu, dengan menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran
IPS tentang materi jenis-jenis pekerjaan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini dapat di lihat pada gambar berikut :

Kondisi awal Tindakan Kondisi Akhir


- Kondisi Penggunaan metode Kondisi
Pembelajaran diskusi untuk Pembelajaran
 Siswa kurang aktif perbaikan hasil  Siswa aktif,
dalam pembelajaran belajar siswa yang bertanya dan
 Hasil belajar siswa masih rendah. menjawab
rendah pertanyaan
 Berdiskusi
dengan disiplin
 Hasil belajar
siswa meningkat

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang lazim
disebut clashroom action research. Peneitian tindakan kelas merupakan perbaikan
studi sistematis yang dilakukan oleh guru dalam upaya memperbaiki praktik-
praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas III SD Negeri Oeteas
Semester I, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao. Peneliti memilih lokasi
ini karena pernah menjalani masa Praktik Pemantapan Lapangan (PPL) selama
kurang lebih satu bulan, sehingga menemukan masalah ini sebagai bahan
penelitian.
C. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah selama 2 bulan yaitu bulan September sampai
Oktober 2017.
D. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Oeteas Kecamatan
Lobalain Kabupaten Rote Ndao sebanyak 21 orang yang terdiri dari 14 orang
siswa berjenis kelamin laki-laki dan 7 orang siswi berjenis kelamin perempuan.
E. Prosedur Penelitian
Proses ini diawali dengan kegiatan pra siklus yakni observasi terhadap
pelaksanaan kegiatan KBM untuk mengetahui metode apa yang digunakan dalam
peyampaian materi pelajaran. Berdasarkan hasil observasi peneliti mengkaji hasil
belajar siswa dan melakukan analisis yang menentukan penerapan metode
perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

17
Langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari
beberapa siklus berikut

Gambar 3.1

Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini guru mempersiapkan semua perangkat yang berkaitan dengan
proses pembelajaran yaitu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS
tentang jenis – jenis pekerjaan dengan metode diskusi, menyiapkan materi
jenis – jenis pekerjaan yang akan diajarkan, menyusun soal untuk tes dan
menyiapkan lembar pengamatan keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi.
b. Tahap Tindakan
Melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS tentang jenis – jenis pekerjaan
dengan menggunakan metode diskusi.
- Menyampaikan materi pelajaran
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.

18
- Mengarahkan siswa duduk dalam bentuk kelompok untuk melakukan
diskusi dengan media gambar.
- Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok masing – masing.
- Melakukan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi
yang dipelajari.
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
proses kegiatan diskusi pada saat pembelajaran yang meliputi keaktifan siswa
dalam diskusi.
d. Tahap Refleksi
Tahap ini dilakukan setelah kegiatan pembelajaran dimana peneliti
melakukan analisis hasil belajar pada siklus I dan jika belum mencapai
kriteria yang diharapkan maka peneliti menentukan waktu penerapan tindak
lanjut siklus perbaikan II.
Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS
tentang jenis – jenis pekerjaan dengan metode diskusi.
b. Tahap Tindakan
Melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS tentang jenis – jenis pekerjaan
dengan menggunakan metode diskusi.
- Menyampaikan materi pelajaran
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.
- Mengarahkan siswa duduk dalam bentuk kelompok untuk melakukan
diskusi dengan media gambar.
- Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok masing – masing.
- Melakukan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi
yang dipelajari.

19
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
proses kegiatan belajar mrngajar.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis hasil belajar pada siklus II
baik dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah teknik observasi dan teknik tes hasil belajar.
a. Teknik Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati dan mencatat segala sesuatu yang
berkaitan dengan subyek penelitian. Observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah observasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran yang
terjadi. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan
menggunakan lembar keaktifan siswa yang berkaitan dengan penilaian sikap
dan antusiasme siswa dalam pembelajaran.
b. Teknik Tes Hasil Belajar
Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan pelaksanaan evaluasi ( tes
pemahaman ) materi pelajaran yang diawali dengan tahap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi tindak lanjut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan dengan menggunakan
metode diskusi dan ketuntasan belajar yang dicapai oleh siswa.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan adalah penelitian kualitatif yang dalam
menganalisis data penelitian digunakan teknik analisa deskriptif kualitatif dengan
cara meruduktif data, display data selajutnya menarik kesimpulan. Apabila
ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan mencapai 70% dan siswa memeiliki
nilai ˃ 70 maka siswa dikatakan sudah tuntas belajar.
1) Analisa data hasil observasi
a. Observasi keaktifan siswa

20
Data yang diperoleh dari observasi keaktifan siswa pada setiap siklus
dianalisis untuk mengetahui rata – rata kektifan setiap siswa. Data tersebut
dianalisis dengan rentangan skor 1 sampai 4. Perhiitungan yang digunakan
dalam analisis ini adalah :

P = f x 100
N

Keterangan :
P = Total presentase
F = Frekuensi
N = Jumlah indikator x Jumlah skor
Selanjutnya untuk mengetahui keaktifan siswa secara keseluruhan dihitung
dengan menggunakan rumus :
M = Ʃx
N

Keterangan :
M = rata – rata siswa
N = jumlah siswa
Ʃx = jumlah seluruh nilai yang diperoleh siswa
Dalam penelitian ini,kriteria pencappaian peneliti dikatakan berhasil
apabila mencapai 70% dimana hasil analisis observasi rata – rata keaktifan
siswa dikualifikasikan dalam rentangan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Kategori Keaktifan Siswa
Rata – rata Kriteria
80% - 100 % Baik sekali
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup
21% - 40% Kurang

21
˂ 21% Kurang sekali

b. Observasi keaktifan guru


Hasil observasi yang yang terdiri dari data pengelolaan pembelajaran
yang diperoleh pengamat dari setiap siklus yang digunakan sebagai bahan
refleksi. Untuk menghitung hasil observasi guru, rumus yang digunakan
adalah :
P = f x 100
N

Keterangan :
P = total presentase
F = Frekuensi
N = jumlah indikator x jumlah skor
2) Analisis data hasil tes
Peningkatan hasil belajar rata-rata individu setiap siswa perlu dilakukan
analisis hasil belajar. Tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran
mengacu pada batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan
sekolah yaitu 70 untuk mata pelajaran IPS. Siswa yang mendapat nilai 70 ke
atas maka dinyatakan sudah tuntas belajar sedangkan jika siswa belum
mencapai nilai 70 maka dinyatakan belum tuntas belajar. Jika dalam
pembelajaran masih terdapat siswa yang belum tuntas belajar namun
presentasenya sudah mencapai 70% maka pembelajaran siklus dapat
diberhentikan. Rumus yang digunakan untuk menghitung rata – rata ketuntasan
belajar siswa di dalam kelas (70%) adalah :

M = Ʃx x 100%
N

Keterangan :
M = Rata – rata kelas
N = jumlah siswa
22
Ʃx = jumlah siswa yang mendapat nilai 70
Adapun kategori ketuntasan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Kriteria ketuntasan Hasil Belajar
Rata – rata Kriteria
80% - 100 % Baik sekali
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup
21% - 40% Kurang
˂ 21% Kurang sekali

H. Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah apabila dalam penggunaan
metode diskusi pembelajaran tentang materi jenis – jenis pekerjaan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa hingga 70% dengan nilai ketuntasan minimal 70
maka kemampuan siswa dalam memahami materi dapat dikategorikan tinggi.

23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Sekolah
1) Letak SD Negeri Oeteas di desa Helebeik, Kecamatan Lobalain,
Kabupaten Rote Ndao
2) SD Negeri Oeteas berdiri pada tahun 1959 dengan seorang pencetus
berdirinya sekolah adalah Soleman Zacharias.
3) Status tanah tempat sekolah dibangun adalah hibah/milik sendiri
dengan luas tanah 4.824m²
4) Sarana dan Prasarana : Gedung permanen
- 7 ruang belajar
- 1 ruang kantor
- 3 WC siswa
- 1 WC guru
a. Jumlah Personalia
1) Kepala Sekolah : 1 orang
2) Guru : 8 orang
Laki- laki : 2 orang
Perempuan : 6 orang
3) Tata Usaha : 1 orang
4) Penjaga Sekolah : 1 orang
b. Keadaan Siswa
Jumlah Siswa : 154 orang
Laki – laki : 91 orang
Perempuan : 63 orang

24
Jumlah siswa terbagi dalam 6 rombongan belajar, yakni :
Tabel 4.1
Jumlah Siswa dan Rombongan Belajar
Jumlah siswa
NO Rombongan Belajar Total
Laki – laki Perempuan
1 Kelas I 18 18 36
2 Kelas II 18 14 32
3 Kelas III 15 6 21
4 Kelas IV 11 12 23
5 Kelas V 14 7 21
6 Kelas VI 15 6 21

c. Visi dan Misi Sekolah :


1. Visi
Adapun visi dari SD Negeri Oeteas adalah “ Menjadi sekolah yang
memiliki lingkungan belajar yang ramah anak, bersemangat, untuk
mewujudkan generasi yang cerdas, berbudi pekerti, beriman dan
bertaqwa serta menguasai IPTEK.
2. Misi
Misi SD Negeri Oeteas adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM), berbasis kontekstual dan
saintifik.
c. Membimbing dan mengarahkan siswa agar dapat belajar secara
optimal dan kompetitif.
d. Menyediakan media pembelajaran yang memadai.

25
e. Meningkatkan kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan
yang bersih dan sehat.
1. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal pada hasil pembelajaran siswa kelas III di SD Negeri
Oeteas terlihat bahwa sebagian dari siswa yang kurang aktif saat proses
pembelajaran berlangsung, karena kurang aktifnya mengakibatkan prestasi
dari para siswa tersebut sangat rendah. Kurang aktifnya siswa disebabkan
karena dalam proses pembelajaran penggunaan metode pembelajaran kurang
menarik minat siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran karena metode
yang digunakan hanyalah ceramah dan penugasan selama proses
pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan kenyataan yang telah disampaikan di atas maka pada
proses pembelajaran penulis menggunakan metode diskusi. Metode diskusi
memungkinkan siswa untuk terlibat aktif selama proses pembelajaran
berlangsung, karena secara luas dan melalui interaksi dengan kawan
sekelompoknya siswa diberikan kesempatan untuk mencari informasi dengan
bertukar pendapat bersama teman – teman sekelompok untuk memahami dan
menemukan maksud dari yang materi yang diharapkan dalam pembelajaran.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa
siklus tindakan. Setiap siklus dilakukan sesuai perubahan yang dicapai,
berdasarkan dari faktor-faktor yang diteliti untuk mengetahui penyebab dari
rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) di SD Negeri Oeteas. Adapun penelitian pelaksanaan siklus I ini
dilakukan dalam empat tahap yaitu: tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi.
2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pada tahap ini, peneliti melakukan deskripsi tentang Penelitian Tindakan
Kelas. Hasil penelitian ini dijelaskan dalam tahap-tahap siklus sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan peneliti dalam
pembahasan.

26
Penelitian Tindakan Kelas untuk siklus I telah selesai dilaksanakan pada
tanggal 11 Oktober 2017. Hasil penelitian siklus I dapat dirincikan sebagai
berikut :
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun beberapa instrumen penelitian
yang akan digunakan dalam tindakan dengan menerapkan metode diskusi
dalam menyampaikkan materi jenis – jenis pekerjaan. Menggunakan
metode diskusi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan hasil
belajar anak terhadap materi yang diajarkan.
Adapun perangkat pembelajaran dan instrumen yang dipersiapkan
meliputi; Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), soal evaluasi dan
lembar observasi. Observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan
melalui lembar observasi dan observasi terhadap ketuntasan belajar siswa
dinilai dengan melakukan evaluasi pada akhir siklus I.
2. Pelaksanaan
Pelaksanan tindakan siklus I dilaksanakan pada :

Hari, Tanggal : Selasa, 11 Oktober 2017


Kelas / Semester : III
Waktu : 2 x 35 Menit
Uraian Kegiatan:
Kegiatan pada siklus ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir.
(1) Kegiatan Awal
Dalam kegiatan awal, siswa mempersiapkan diri dalam
mengikuti pembelajaran, salam, berdoa bersama, absensi, dan guru
melakukan apersepsi yaitu dengan mengajukan pertanyaan mengenai
pengalaman siswa yang tidak menyenangkan. Selanjutnya guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan pemberian
motivasi kepada siswa agar mengikuti pembelajaran dengan baik dan
penuh semangat.

27
(2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti terbagi dalam 3 tahap pelaksanaan yaitu :
(a) Eksplorasi
Dalam tahap eksplorasi guru memulai dengan mengarahkan siswa
untuk membuka buku Social Science Grafindo halaman 89 dan 90 dan
mengamati gambar – gambar jenis pekerjaan yang ada pada buku
selanjutnya guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang gambar –
gambar jenis pekerjaan yang diamati. Guru menempelkan 5 gambar
yang menunjukan 5 jenis pekerjaan.
(b) Elaborasi
Tahap elaborasi dimulai dengan guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok. Kemudian guru memberikan LKS kepada setiap
kelompok untuk berdiskusi tentang materi jenis – jenis pekerjaan.
Guru mengarahkan siswa membentuk kelompok diskusi dengan
jumlah 4 orang per kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan tugas
yang diberikan guru tentang jenis pekerjaan yang menghasilkan
barang dan jasa sesuai gambar yang ditempelkan di papan tulis. Guru
mengamati dan mengontrol jalannya proses diskusi di tiap kelompok
yakni selama siswa berdiskusi dalam kelompok, guru berkeliling dan
mengamati keadaan siswa. Hasil tanggapan siswa dalam kelompok
dipresentasikan di depan kelas. Siswa dari kelompok lain diberi
kesempatan untuk menambahkan maupun mengoreksi.
(c) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi Guru memberikan konfirmasi
mengenai hasil kerja siswa dan memperbaiki kesalahan yang masih
ditemukan dalam hasil kerja siswa. Siswa yang aktif selama diskusi
diberi reward oleh guru.
(3) Kegiatan Akhir
Siswa dan guru membuat kesimpulan bersama. Siswa
mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru. Guru melakukan
refleksi pembelajaran agar siswa lebih aktif pada pertemuan
28
selanjutnya dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran yang
masih kurang maksimal. Guru mengakhiri pelajaran dengan doa.

Tabel. 4.2
Perencanaan Pembelajaran siklus I
KOMPONEN RANCANGAN
NO. SKOR
PEMBELAJARAN
I Perumusan Masalah
1 Kejelasan masalah 3
2 Sifat masalah 2
3 Pemecahan melalui perbaikan pembelajaran 2
II Perumusan Tujuan Pembelajaran
4 Kejelasan rumusan 3
5 Kelengkapan cakupan rumusan 3
6. Kesesuaian dengan kompetensi dasar 3
III Pemilihan dan pengorganisasian materi
ajar
7. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 4
8. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik 3
9. Keruntutan dan sistematika materi 2
10. Kesesuaian materi dengan alokasi waktu 2
IV Pemilihan sumber belajar/media
pembelajaran
11. Kesesuaian sumber/media pembelajaran 3
dengan tujuan pembelajaran
12. Kesesuaian sumber/media pembelajaran 3
dengan materi pembelajaran
13. Kesesuaian sumber/media pembelajaran dgn 2
karakteristik peserta didik
V Skenario/kegiatan pembelajaran
14. Kesesuaian strategi dan metode dengan tujuan 3
pembelajaran
15. Kesesuaian strategi dan metode dengan materi 2
pembelajaran
16. Kesesuaian strategi dan metode dengan 2
karakteristik peserta didik
17. Kelengkapan langkah-langkah setiap tahapan 3
dan kesesuaian dengan alokasi waktu
VI Penilaian hasil belajar
18. Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan 3
pembelajaran
19. Kejelasan prosedur penilaian 3
20. Kelengkapan instrumen 3
29
KOMPONEN RANCANGAN
NO. SKOR
PEMBELAJARAN
Total 54
Sumber Data :Hasil olahan penelitian siklus I Tahun 2017

Keterangan : Pedoman penskoran untuk 20 indikator aktivitas guru dalam


perencanaan pembelajaran adalah:
- 4 = Sangat Baik,
- 3 = Baik,
- 2 = Cukup,
- 1 = Kurang.
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh
adalah 54, sehingga apabila dimasukan ke dalam rumus, menjadi :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 54
𝑁= 𝑋 100 = 𝑁 = 𝑋 100 = 67,50
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 80
Skor rata-rata hasil observasi aktivitas guru selama pembelajaran
jenis – jenis pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi pada
siklus I adalah 67,50 dengan kategori baik.
Tabel. 4.3
Pelaksanaan Pembelajaran
No. Langkah-Langkah Pembelajaran Nilai
Kegiatan pendahuluan
1. Guru memberi salam kepada siswa 3
2. Berdoa sebelum memulai pembelajaran 3
3. Mengabsen siswa 4
4. Mempersiapkan siswa untuk belajar dan melakukan apersepsi 3
5. Menunjukan penguasaan materi pembelajaran 3
6. Menyampaikan materi dengan jelas sesuai dengan RPP 3
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan 3
dicapai
8 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 2
9. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang 2
direncanakan
Kegiatan Inti
10. Guru menjelaskan materi pembelajaran 3
11. Siswa diminta memperhatikan penjelasan guru 2
12. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan metode pembelajaran 3

30
13. Guru menjelaskan materi tentang jenis – jenis pekerjaan. 3
14. Siswa diarahkan untuk duduk dalam kelompok diskusi 3
15 Guru membagikan LKS dan menjelaskan cara kerjanya 3
16. Guru membimbing siswa dalam penyelesaian LKS 3
17 Siswa mengumpulkan hasil pekerjaaan dan di periksa serta 3
diberi nilai
Kegiatan Penutup
18. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan 3
melibatkan siswa
19. Melaksanakan tindak lanjut atau membuat remedial atau 2
pengayaan atau evaluasi
20. Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi 3
21. Menutup pembelajaran 3
Jumlah 60
Sumber Data :Hasil olahan penelitian siklus I Tahun 2017
Keterangan : Pedoman penskoran untuk 21 indikator aktivitas guru dalam
pelaksanaan pembelajaran adalah:
- 4 = Sangat baik,
- 3 = Baik,
- 2 = Cukup,
- 1 = Kurang.
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh
adalah 60, sehingga apabila dimasukan ke dalam rumus, menjadi :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 60
𝑁= 𝑋 100 = 𝑁 = 𝑋 100 = 71,42
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 84
Skor rata-rata hasil observasi aktivitas guru selama pembelajaran
jenis – jenis pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi pada
siklus I adalah 71,42 dengan kategori baik.
3. Observasi
Pada tahap ini di lakukan observasi oleh guru (peneliti) dengan teman
sejawat. Pada kegiatan ini yang diamati adalah peran guru dan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
waktu pembelajaran berlangsung.
Adapun data hasil penelitian pada siklus I berdasarkan hasil observasi
dari pengamat dan dapat dijelaskan sebagai berikut:

31
Tabel 4.4
Lembar Observasi Peran Guru
Nama Guru : Denci Agustina Malelak
Hari/tanggal : Kamis, 11 Oktober 2017
Siklus Ke- :I

No Indikator Nilai

1. Mengkondisikan kelas 3
2. Mempersiapkan media sebagai sumber belajar 3
3. Melakukan apersepsi 2
4. Memberikan motivasi dan penghargaan 3
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3
6. Membimbing siswa dalam melaksanakan kegiatan
2
belajar mengajar.
7. Guru menjelaskan contoh jenis – jenis pekerjaan di
2
lingkungan sekitar.
8. Guru menjelaskan materi tentang jenis – jenis
2
pekerjaan di lingkungan
9 Guru memberikan soal tentang jenis – jenis pekerjaan 3
10. Melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa 2
11. Melakukan refleksi 3
12. Memberikan kesimpulan 2
Jumlah 30
Sumber Data :Hasil olahan penelitian siklus I Tahun 2017
Keterangan : Pedoman penskoran untuk 12 indikator observasi peran guru
adalah dalam pembelajaran adalah:
- 4 = Sangat baik,
- 3 = Baik,
- 2 = Cukup,
- 1 = Kurang.
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh
adalah 30, sehingga apabila dimasukan ke dalam rumus, menjadi :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 30
𝑁= 𝑋 100 = 𝑁 = 𝑋 100 = 62,50
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 48

32
Skor rata-rata hasil observasi aktivitas guru selama pembelajaran
jenis – jenis pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi pada
siklus I adalah 62,5 dengan kategori baik.
Tabel 4.5
Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
Tanggal Pelaksanaan : 11 Oktober 2017
NILAI
NO NAMA
ULANGAN
1 RA 55
2 HGN 70
3 FAH 85
4 DA 75
5 RN 64
6 YT 50
7 FT 60
8 AM 75
9 MJA 70
10. TS 55
11 FKM 60
12 APRN 80
13 KFM 62
14 MB 70
15 FK 72
16 MF 54
17 GFZ 55
18 SA 54
19 MAH 70
20 RAM 75
21 YSM 45
Jumlah 1.356
Rata-rata 64,00
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 45
Keterangan:
Jumlah siswa yang tuntas : 10 orang
Jumlah siswa yang belum tuntas : 11 orang
Klasikal : Belum Tuntas

33
Tabel 4.6
No. Uraian Hasil Siklus I
1. Nilai rata-rata evaluasi 64,00
2. Jumlah siswa yang tuntas belajar 10 orang
3. Persentase ketuntasan belajar 46,61

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dengan


menerapkan metode diskusi diperoleh nilai rata-rata evaluasi hasil belajar
adalah 64,00 dan ketuntasan hasil belajar mencapai 47,62% atau 10 orang
dari 21 orang sudah tuntas belajar. Hal ini menunjukan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 52,38% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang diharapkan yaitu 70%.
Rendahnya presentase ketuntasan belajar ini disebabkan karena
siswa masih merasa baru dan kurang perhatian terhadap apa yang
dijelaskan oleh guru menggunakan metode diskusi dan media gambar.
4. Refleksi
Kegiatan Observasi dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Observasi dilakukan oleh pengamat untuk mengumpulkan
data tentang aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.
Setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar maka diperoleh informasi
dari hasil pengamatan sebagi berikut:
a. Guru belum melakukan secara baik langkah-langkah dalam kegiatan
pelaksanaan pembelajaran yang telah dirumuskan pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Guru masih kurang dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran.
c. Siswa kurang antusias terhadap materi yang diajarkan yang
menggunakan metode diskusi.
d. Siswa menganggap bahwa metode diskusi sebagai suatu bahan
perlengkapan pembelajaran.
34
Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada tabel aktivitas siswa
dan tabel pelaksanaan pembelajaran.
3. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Penelitian Tindakan Kelas siklus II telah dilaksanakan pada tanggal 13
Oktober 2017. Langkah-langkah yang ditempuh pada siklus II hampir sama
dengan siklus I, yaitu :
a. Perencanaan
Yang membedakan siklus I dan siklus II adalah pada perencanaannya.
Perencanaan siklus II dilakukakan berdasarkan hasil refleksi siklus I,
sehingga kekurangan dan kelemahan pada siklus I dapat diperbaiki pada
siklus II. Pelaksanaan siklus II dapat dirincikan sebagai berikut:
b. Tindakan
Kegiatan pada tahap ini dilaksanakan sesuai dengan siklus I, namun
pada siklus II lebih mengarah pada perbaikan setiap kekurangan pada
siklus I. Hal-hal yang perlu dipersiapkan pada siklus ini yaitu Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal evaluasi dan media pembelajaran
yang akan digunakan dalam penyampaian materi tentang jenis – jenis
pekerjaan. Selain itu guru memperhatikan kekurangan - kekurangan yang
telah dilaksanakan pada siklus I dan merumuskan berbagai langkah-
langkah pembelajaran agar hasil belajar yang ingin dicapai sesuai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 13 Oktober 2017 di SD Negeri Oeteas dengan jumlah siswa
sebanyak 21 orang. Proses belajar mengajar tetap mengacu pada tahapan
pembelajaran pada siklus I, dengan memperbaiki kekurangan yang terjadi
pada pelaksanaan siklus pertama sehingga tidak terulang lagi pada siklus
ke II. Kegiatan ini dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran
yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang sudah disiapkan oleh peneliti, yaitu:

35
Tabel 4.7
Perencanaan Pembelajaran
KOMPONEN RANCANGAN
NO. SKOR
PEMBELAJARAN
I Perumusan Masalah
1 Kejelasan masalah 4
2 Sifat masalah 3
3 Pemecahan melalui perbaikan pembelajaran 4
II Perumusan Tujuan Pembelajaran
4. Kejelasan rumusan 4
5. Kelengkapan cakupan rumusan 4
6. Kesesuaian dengan kompetensi dasar 4
III Pemilihan dan pengorganisasian materi
ajar
7. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 4
8. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik 3
9. Keruntutan dan sistematika materi 3
10. Kesesuaian materi dengan alokasi waktu 3
IV Pemilihan sumber belajar/media
pembelajaran
11. Kesesuaian sumber/media pembelajaran 4
dengan tujuan pembelajaran
12. Kesesuaian sumber/media pembelajaran 4
dengan materi pembelajaran
13. Kesesuaian sumber/media pembelajaran dgn 3
karakteristik peserta didik
V Skenario/kegiatan pembelajaran
14. Kesesuaian strategi dengan tujuan 4
pembelajaran
15. Kesesuaian metode dengan materi 3
pembelajaran
16. Kesesuaian strategi dan metode dengan 3
karakteristik peserta didik
17. Kelengkapan langkah-langkah setiap tahapan 4
dan kesesuaian dengan alokasi waktu
VI Penilaian hasil belajar
18. Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan 3
pembelajaran
19. Kejelasan prosedur penilaian 3
20. Kelengkapan instrumen 4
Total 71
Sumber Data :Hasil olahan penelitian siklus II Tahun 2017

36
Keterangan : Pedoman penskoran untuk 20 indikator aktivitas guru dalam
perencanaan pembelajaran siklus adalah:
- 4 = Sangat Baik,
- 3 = Baik,
- 2 = Cukup,
- 1 = Kurang.
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh
adalah 71, sehingga apabila dimasukan ke dalam rumus, menjadi :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 71
𝑁= 𝑋 100 = 𝑁 = 𝑋 100 = 88,75
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 80
Skor rata-rata hasil observasi aktivitas guru selama pembelajaran
jenis – jenis pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi pada
siklus II adalah 88,75 dengan kategori baik.
Tabel 4.8
Pelaksanaan Pembelajaran
No. Langkah-Langkah Pembelajaran Nilai
Kegiatan pendahuluan
1. Guru memberi salam kepada siswa 4
2. Berdoa sebelum memulai pembelajaran 4
3. Mengabsen siswa 4
4. Mempersiapkan siswa untuk belajar dan melakukan apersepsi 4
5. Menunjukan penguasaan materi pembelajaran 4
6. Menyampaikan materi dengan jelas sesuai dengan RPP 4
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan 4
dicapai
8 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 3
9. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang 3
direncanakan
Kegiatan Inti
10. Guru menjelaskan materi pembelajaran 4
11. Siswa diminta memperhatikan penjelasan guru 3
12. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan metode pembelajaran 4
13. Guru menjelaskan materi tentang jenis – jenis pekerjaan. 4
14. Siswa diarahkan untuk duduk dalam kelompok diskusi 4
15 Guru membagikan LKS dan menjelaskan cara kerjanya 4
16. Guru membimbing siswa dalam penyelesaian LKS 4
17 Siswa mengumpulkan hasil pekerjaaan dan di periksa serta 4

37
diberi nilai
Kegiatan Penutup
18. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan 4
melibatkan siswa
19. Melaksanakan tindak lanjut atau membuat remedial atau 3
pengayaan atau evaluasi
20. Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi 4
21. Menutup pembelajaran 4
Jumlah 80
Sumber Data :Hasil olahan penelitian siklus II Tahun 2017
Keterangan : Pedoman penskoran untuk 21 indikator aktivitas guru dalam
pelaksanaan pembelajaran adalah:
- 4 = Sangat Baik,
- 3 = Baik,
- 2 = Cukup,
- 1 = Kurang.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh
adalah 58, sehingga apabila dimasukan ke dalam rumus, menjadi :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 80
𝑁= 𝑋 100 = 𝑁 = 𝑋 100 = 95,23
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 84
Skor rata-rata hasil observasi aktivitas guru selama pembelajaran
jenis – jenis pekerjaan dengan menggunakan metode diskusi pada siklus II
adalah 95,23 dengan kategori sangat baik.
c. Observasi
Pada tahap ini observasi dilaksanakan pada saat pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II dapat disajikan sebagai berikut:

38
Tabel 4.9
Lembar Observasi Peran Guru
Nama Guru : Denci Agustina Malelak
Hari/tanggal : Kamis, 11 Oktober 2017
Siklus Ke- : II

No Indikator Nilai
1. Mengkondisikan kelas 4
2. Mempersiapkan media sebagai sumber belajar 4
3. Melakukan apersepsi 3
4. Memberikan motivasi dan penghargaan 4
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4
6. Membimbing siswa dalam melaksanakan kegiatan
3
belajar mengajar.
7. Guru menjelaskan contoh jenis – jenis pekerjaan di
3
lingkungan sekitar.
8. Guru menjelaskan materi tentang jenis – jenis
4
pekerjaan di lingkungan
9 Guru memberikan soal tentang jenis – jenis
4
pekerjaan
10. Melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa 3
11. Melakukan refleksi 4
12. Memberikan kesimpulan 3
Jumlah 43
Sumber Data :Hasil olahan penelitian siklus II Tahun 2017
Keterangan : Pedoman penskoran untuk 12 indikator observasi peran
guru adalah dalam pembelajaran adalah:
- 4 = Sangat baik,
- 3 = Baik,
- 2 = Cukup,
- 1 = Kurang.
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah skor yang
diperoleh adalah 43, sehingga apabila dimasukan ke dalam rumus,
menjadi :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 43
𝑁= 𝑋 100 = 𝑁 = 𝑋 100 = 89,58
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 48

39
Skor rata-rata hasil observasi aktivitas guru selama pembelajaran
jenis – jenis pekerjaan dengan menggunakan metode diskusi pada
siklus I adalah 89,58 dengan kategori baik.
Data yang tertera pada tabel di atas menjelaskan bahwa dari
setiap aspek sudah mengalami peningkatan, sehingga hasil belajar
siswa pun meningkat.
Berdasarkan peningkatan aspek pelaksanaan pembelajaran di atas
maka aktivitas siswa semakin meningkat seperti pada tabel di berikut
ini:
Tabel 4.10
Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II

SIKLUS II
RATA-
NO NAMA 13 Oktober 2017
RATA
1 2 3 4
1 Rani Adu 86 75 75 86 80
2 Hani Ndun 77 85 80 85 81
3 Fari Zakharias 85 75 85 90 83
4 Daniel Adu 86 80 75 75 79
5 Rina Nulek 85 85 73 80 80
6 Yanto Toulasik 76 85 70 75 76
7 Frans Talan 85 80 80 80 81
8S Armi Mooy 76 80 75 85 79
9 Marle Anin 77 87 85 83 83
10u Tesa Seubelan 87 75 80 75 79
11m Fangki Bessie 85 80 75 70 77
12 Anton Nalle 89 74 80 90 83
13b Karina Mbatu 75 75 75 85 77
14e Marlen Bailaen 78 80 75 85 79
15 Fahri Kadek 75 75 86 76 78
16r Marlen Bailao 70 75 77 80 75
17 Gadis Sula 80 80 80 75 78
18 Sani Anin 75 80 76 80 77
19D Martina Zakharias 89 75 85 90 84
20 Rian Tullu 80 80 76 80 79
21a Yosias Mbatu 85 73 82 82 80
t <55 - - - -
JUMLAH 56-69 - - - -
z >70 21 21 21 21
Hasil olahan penelitian siklus II Tahun 2017

40
Keterangan aktivitas siswa:
1. Mendengar informasi dan memperhatikan guru
2. Disiplin dan kerjasama dalam kelompok diskusi
3. Memecahkan masalah sesuai materi
4. Menarik kesimpulan suatu konsep
Keterangan:
< 55 : Rendah
56-69 : Sedang
>70 : Tinggi
(Sumber: Sugiyono, 2000)
Data pada tabel di atas menunjukan bahwa seluruh aspek indikator
hasil belajar meningkat karena mengalami kemajuan yang sangat
signifikan, di mana secara keseluruhan aspek mendengar informasi dan
memperhatikan guru, disiplin dan kerjasama dalam kelompok diskusi,
memecahkan masalah sesuai materi, menarik kesimpulan suatu konsep,
seluruh siswa (100%) termasuk kategori tinggi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran
pada siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.
Tabel 4.11
Data Nilai Evaluasi pada Siklus II
Tanggal Pelaksanaan : 13 Oktober 2017
Nilai
No Nama
Ulangan
1 Rani Adu 75

2 Hani Ndun 85

3 Fari Zakharias 95

4 Daniel Adu 90

5 Rina Nulek 80

6 Yanto Toulasik 75

41
7 Frans Talan 85

8 Armi Mooy 85

9 Marle Anin 80

10 Tesa Seubelan 75

11 Fangki Bessie 80

12 Anton Nalle 85

13 Karina Mbatu 78

14 Marlen Bailaen 75

15 Fahri Kadek 85

16 Marlen Bailao 76

17 Gadis Sula 75

18 Sani Anin 76

19 Martina Zakharias 85

20 Rian Tullu 85

21 YSM 75
Jumlah 1.700
Rata-rata 80
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 75
Keterangan:
Jumlah siswa yang tuntas : 21 orang
Jumlah siswa yang belum tuntas : - orang
Klasikal : tuntas

Tabel 4.12
No. Uraian Hasil Siklus II
1. Nilai rata-rata evaluasi 80,00
2. Jumlah siswa yang tuntas belajar 21 orang

42
3. Persentase ketuntasan belajar 85

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan


metode diskusi diperoleh nilai rata-rata evaluasi belajar siswa adalah 80,00
dan dengan demikian ketuntasan mencapai 100% sudah mengalami
peningkatan hasil belajar. Hasil tersebut menunjukan bahwa pada siklus ke
II secara klasikal siswa sudah tuntas belajar.
d. Refleksi
Berdasarkan kajian dan analisis data terhadap proses pembelajaran
mulai dari perencanaan hingga evaluasi terhadap aktivitas pembelajaran
yang dillaksanakan ternyata telah terjadi peningkatan pada pembelajaran.
Seperti yang terlihat pada tabel di bahwa ini bahwa terjadi peningkatan
yang sangat signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan
metode diskusi belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran tentang jenis – jenis pekerjaan.
Tabel 4.13
Perbandingan Perencanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
KOMPONEN RANCANGAN Siklus Siklus Keterangan
NO.
PEMBELAJARAN I II
I Perumusan Masalah
1 Kejelasan masalah 3 4 Meningkat
2 Sifat masalah 2 3 Meningkat
3 Pemecahan melalui perbaikan pembelajaran 2 4 Meningkat
II Perumusan Tujuan Pembelajaran
4. Kejelasan rumusan 3 4 Meningkat
5. Kelengkapan cakupan rumusan 3 4 Meningkat
6. Kesesuaian dengan kompetensi dasar 3 4 Meningkat
III Pemilihan dan pengorganisasian materi
ajar
7. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 4 4 Tetap
8. Kesesuaian dengan karakteristik peserta 3 3 Meningkat
didik
9. Keruntutan dan sistematika materi 2 3 Meningkat
10. Kesesuaian materi dengan alokasi waktu 2 3 Meningkat
IV Pemilihan sumber belajar/media
pembelajaran
11. Kesesuaian sumber/media pembelajaran 3 4 Meningkat
43
KOMPONEN RANCANGAN Siklus Siklus Keterangan
NO.
PEMBELAJARAN I II
dengan tujuan pembelajaran
12. Kesesuaian sumber/media pembelajaran 3 4 Meningkat
dengan materi pembelajaran
13. Kesesuaian sumber/media pembelajaran dgn 2 3 Meningkat
karakteristik peserta didik
V Skenario/kegiatan pembelajaran
14. Kesesuaian strategi dengan tujuan 3 4 Meningkat
pembelajaran
15. Kesesuaian metode dengan materi 2 3 Meningkat
pembelajaran
16. Kesesuaian strategi dan metode dengan 2 3 Meningkat
karakteristik peserta didik
17. Kelengkapan langkah-langkah setiap 3 3 Meningkat
tahapan dan kesesuaian dengan alokasi
waktu
VI Penilaian hasil belajar
18. Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan 3 3 Meningkat
pembelajaran
19. Kejelasan prosedur penilaian 3 3 Meningkat
20. Kelengkapan instrumen 3 4 Meningkat
Total 54 70
Sumber Data :Hasil olahan penelitian siklus I dan II Tahun 2017
Keterangan : Pedoman penskoran untuk 20 indikator aktivitas guru dalam
perencanaan pembelajaran siklus adalah:
- 4 = Sangat Baik,
- 3 = Baik,
- 2 = Cukup,
- 1 = Kurang.
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh
adalah 54, sehingga apabila dimasukan ke dalam rumus, menjadi :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 54
𝑁= 𝑋 100 = 𝑁 = 𝑋 100 = 67,50
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 80
Skor rata-rata hasil observasi aktivitas guru selama pembelajaran
jenis – jenis pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi pada
siklus I adalah 67,50 dengan kategori baik.
Tabel 4.14

44
Perbandingan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Nilai Nilai
No
Langkah-Langkah Pembelajaran siklus siklus Ket.
.
I II
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru memberi salam kepada siswa 3 4 Meningkat
2. Berdoa sebelum memulai 3
4 Meningkat
pembelajaran
3. Mengabsen siswa 4 4 Meningkat
4. Mempersiapkan siswa untuk belajar
dan melakukan apersepsi 3 4 Meningkat
5. Menunjukan penguasaan materi
3 4 Meningkat
pembelajaran
6. Menyampaikan materi dengan jelas
3 4 Meningkat
sesuai dengan RPP
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai 3 4 Meningkat

8 Melaksanakan pembelajaran secara


2 3 Meningkat
runtut
9. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu yang 2 3 Meningkat
direncanakan
Kegiatan Inti
10 Guru menjelaskan materi
3 3 Meningkat
. pembelajaran
11 Siswa diminta memperhatikan
2 4 Meningkat
. penjelasan guru
12 Melibatkan siswa dalam
3 3 Meningkat
. pemanfaatan metode pembelajaran
13 Guru menjelaskan materi tentang
3 4 Meningkat
. jenis – jenis pekerjaan.
14 Siswa diarahkan untuk duduk
3 4 Meningkat
. dalam kelompok diskusi
15 Guru membagikan LKS dan
3 4 Meningkat
menjelaskan cara kerjanya
16 Guru membimbing siswa dalam
3 4 Meningkat
. penyelesaian LKS
17 Siswa mengumpulkan hasil
pekerjaaan dan di periksa serta 3 4 Meningkat
diberi nilai
Kegiatan Penutup
18 Melakukan refleksi atau membuat
3 4 Meningkat
. rangkuman dengan melibatkan
45
siswa
19 Melaksanakan tindak lanjut atau
. membuat remedial atau pengayaan 2 3 Meningkat
atau evaluasi
20 Memberikan penghargaan kepada
3 4 Meningkat
. siswa yang berprestasi
21 Menutup pembelajaran 3 4
Meningkat
.
Jumlah

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kekurangan –


kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran kegiatan pada siklus I
menunjukkan adanya perubahan atau peningkatan pada siklus ke II, yaitu
dengan meningkatnya penilaian pada pelaksanaan pembelajaran dan hasil
belajar siswa.
Tabel 4.15
Perbandingan Peran Guru

Tingkat Kemampuan
No Indikator Ket.
Siklus I Siklus II
1. Mengkondisikan kelas 3 4 Meningkat
2. Mempersiapkan media sebagai
3 4 Meningkat
sumber belajar
3. Melakukan apersepsi 2 3 Meningkat
4. Memberikan motivasi dan
3 4 Meningkat
penghargaan
5. Menyampaikan tujuan
3 4 Meningkat
pembelajaran
6. Membimbing siswa dalam
melaksanakan kegiatan belajar 2 3 Meningkat
mengajar.
7. Guru menjelaskan contoh jenis –
jenis pekerjaan di lingkungan 2 3 Meningkat
sekitar.
8. Guru menjelaskan materi tentang
jenis – jenis pekerjaan di 2 4 Meningkat
lingkungan
9 Guru memberikan soal tentang
3 4 Meningkat
jenis – jenis pekerjaan
10 Melakukan penilaian terhadap
2 3 Meningkat
hasil kerja siswa
46
11. Melakukan refleksi 3 4 Meningkat
12. Memberikan kesimpulan 2 3 Meningkat
Jumlah

Tabel di atas menunjukan adanya perubahan dari siklus I pada


siklus II dimana pada peningkatan peran guru, sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dan peningkatan hasil belajar siswa.

Tabel 4.16
Perbandingan nilai aktivitas siswa siklus I dan siklus II

Rata-Rata akhir Rata-rata akhir


No Nama Ket.
siklus I Siklus II

1 RA 62,50 80 Meningkat
2 HGN 63,00 81 Meningkat
3 FAH 70,25 83 Meningkat
4 DA 59,00 79 Meningkat
5 RN 61,25 80 Meningkat
6 YT 56,00 76 Meningkat
7 FT 63,00 81 Meningkat
8 AM 60,00 79 Meningkat
9 MJA 69,00 83 Meningkat
10 TS 65,50 79 Meningkat
11 FKM 58,00 77 Meningkat
12 APRN 73,75 83 Meningkat
13 KFM 59,75 77 Meningkat
14 MB 61,25 79 Meningkat
15 FK 58,75 78 Meningkat
16 MF 56,75 75 Meningkat
17 GFZ 60,00 78 Meningkat
18 SA 65,25 77 Meningkat
19 MAH 70,00 84 Meningkat
20 RAM 62,75 79 Meningkat
21 YSM 62,50 80 Meningkat

47
Data di atas menunjukan adanya peningkatan perolehan niai
pada seluruh indikator aktivitas siswa pada siklus ke II.
Pada pembelajaran siklus I dan siklus II mengalami peningkatan
yang signifikan. Di mana nilai ulangan harian atau evaluasi siswa
semakin meningkat artinya penggunaan metode diskusi dalam
pembelajaran tentang jenis – jenis pekerjaan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, seperti terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.17
Perbandingan Nilai Evaluasi Siklus I dan Siklus II
Nilai Ulangan Nilai Ulangan
No Nama Keterangan
siklus I siklus II
1 RA 55 75 Meningkat
2 HGN 70 85 Meningkat
3 FAH 85 95 Meningkat
4 DA 75 90 Meningkat
5 RN 64 80 Meningkat
6 YT 50 75 Meningkat
7 FT 60 85 Meningkat
8 AM 75 85 Meningkat
9 MJA 70 80 Meningkat
10 TS 55 75 Meningkat
11 FKM 60 80 Meningkat
12 APRN 80 85 Meningkat
13 KFM 62 78 Meningkat
14 MB 70 75 Meningkat
15 FK 72 85 Meningkat
16 MF 54 76 Meningkat
17 GFZ 55 75 Meningkat
18 SA 54 76 Meningkat
19 MAH 70 85 Meningkat
20 RAM 75 85 Meningkat
21 YSM 45 75 Meningkat
Rata-rata 64,00 80
Nilai tertinggi 85 95
Nilai terendah 45 75
48
Data pada tabel di atas menunjukan bahwa nilai hasil evaluasi
siswa kelas III SD Negeri Oeteas, semakin meningkat. Hal ini dapat
dikatakan bahwa penggunaan metode diskusi pada materi tentang jenis
– jenis pekerjaan meningkat.

B. Pembahasan
1. Pembelajaran dengan metode diskusi.
Metode diskusi menjadi metode alternatif pilihan yang tepat pada
pembelajaran IPS terlebih khusus tentang materi jenis – jenis pekerjaan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Oenur Hamalik (2002) yakni
kemampuan guru menerapkan strategi pembelajaran yang tepat akan
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Guru harus memahami materi
yang akan disampaikan sehingga dengan demikian dapat menerapkan metode
pembelajaran yang sesuai. Pembelajaran dengan metode diskusi pada
pelajaran IPS dapat membangkitkan semangat belajar anak karena anak
berinteraksi dengan temannya dalam kelompok untuk mencari dan
menemukan masalah bersama teman - temanya. Oleh karena berkaitan
dengan materi tentang jenis – jenis pekerjaan maka penggunaan metode yang
tepat adalah metode diskusi.
2. Dampak pembelajaran dengan metode diskusi belajar terhadap peningkatan
hasil belajar siswa
Hasil pengamatan peneliti menunjukan bahwa dengan diterapkan
metode diskusi, siswa menjadi lebih termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan hasil belajar siswa pada
setiap siklus. Kenyataan ini sejalan dengan pendapat H. Wina Sanjaya (2002)
yang mengatakan bahwa keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh
motivasi belajar yang dimilikinya.

49
3. Keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan metode diskusi belajar
meningkat.
Peran aktif siswa pada pembelajaran dengan menggunakan metode
diskusi sangat positif. Sesuai pengamatan dari peneliti pada saat kegiatan
pembelajaran menunjukan antusiaisme siswa. Peran aktif siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung terbukti melalui hasil belajar siswa yang
meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dan diuraikan di atas maka
dapat diketahui bahwa penggunaan metode diskusi pada pembelajaran IPS materi
jenis – jenis pekerjaan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat
dilihat pada hasil observasi keaktivan siswa, keaktifan guru serta hasil tes siswa
dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dikaji dari setiap siklus penelitian yang
yang dilaksanakan sebagai berikut :
a. Hasil aktivitas siswa dan guru siklus I mengalami peningkatan pada siklus II
b. Hasil tes siswa siklus I mengalami peningkatan pada siklus II

50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sesuai data hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada bab IV, maka
dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal dalam prosedur pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian yaitu : Mengkondisikan
kelas, mempersiapkan objek sebagai sumber belajar, melakukan apersepsi,
memberikan motivasi dan penghargaan, menyampaikan tujuan pembelajaran,
membimbing siswa dalam melaksanakan kegiatan mengamati lingkungan,
menjelaskan contoh jenis - jenis pekerjaan, menjelaskan materi tentang jenis -
jenis pekerjaan, memberikan soal jenis - jenis pekerjaan.
Melalui metode diskusi prestasi belajar siswa belajar dapat mengalami
peningkatan hal ini dapat dilihat pada hasil belajar siswa.
Berdasarkan data yang terdapat dalam pembahasan bab IV dijelaskan bahwa
hasil pembelajaran yang dilakukan peneliti dengan menerapkan metode diskusi
pada siswa kelas III SD Negeri Oeteas tentang menjelaskan tentang jenis - jenis
pekerjaan dinyatakan belum tuntas karena diperoleh nilai rata-rata evaluasi hasil
belajar adalah 64,00 dan ketuntasan hasil belajar mencapai 47,62% atau 11 orang
dari 21 orang belum tuntas belajar. Hal ini menunjukan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 52,38% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu 70%. Hal ini disebabkan karena siswa masih
merasa baru dan kurang perhatian terhadap materi jenis – jenis pekerjaan yang
disampaikan oleh guru menggunakan metode diskusi.
Merujuk dari data yang diperoleh pada siklus I maka peneliti merencanakan
suatu tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menerapkan metode diskusi belajar diperoleh nilai rata-rata evaluasi belajar siswa
adalah 89,00 dan ketuntasan mencapai 100% atau dengan kata lain sudah sebagian
51
besar mengalami peningkatan hasil belajar. Hasil tersebut menunjukan bahwa
pada siklus ke II secara klasikal siswa sudah tuntas belajar. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode
diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi jenis – jenis
pekerjaan. Penggunaan metode diskusi bisa memotivasi siswa lebih giat belajar
dan termotivasi mencari tahu hal – hal yang belum diketahui dengan berdiskusi
bersama – sama dengan temannya.
B. Saran
Melalui penelitian yang menggunakan metode diskusi belajar, banyak
pengalaman yang didapat yang diperoleh oleh peneliti selama proses
pembelajaran. Untuk itu peneliti menyarankan kepada:
1. Bagi guru
Pembelajaran IPS tentang materi jenis – jenis pekerjaan sangat tepat
jika menggunakan metode diskusi. Dengan menggunakan metode diskusi siswa
secara langsung melakukan pengamatan dan mencari tahu materi yang
dipelajari dengan berbagi pengetahuan bersama teman kelompok dan
berinteraksi dalam materi yang berlangsung.
2. Bagi siswa
Penelitian ini kiranya berguna bagi siswa – siswi yang membacanya
dan dapat mengambil ilmu yang dibaca di dalam penelitian ini untuk
memperbaiki hasil belajarnya.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Setelah peneliti melakukan penelitian menggunakan metode diskusi ini
maka penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti lain.

DAFTAR PUSTAKA

Kasim, Melany. 2008. Model Pembelajaran IPS, (Online) http://wordpres.com


(diagses 20 April 2009).
Yaba, 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Program Studi Pendidikan Guru
52
Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar, .
Makassar.
Blomm, Aqil Zainal. 2007. Model – Model Pembelajaran. Bandung. CV.
Diponegoro.
Subroto, Suryo. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : PT. Ardi
Mahatya

53

Anda mungkin juga menyukai