Anda di halaman 1dari 11

APPENDSITIS INFILTRAT

Dr. Gusti Muhammad Edy Muttaqin

Pembimbing

Dr. Yacob Massang, Sp.B

Abstrak

Apendisitis adalah salah satu penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering ditemukan dan
membutuhkan pembedahan dengan segera. Risiko seseorang menderita apendisitis selama
hidupnya mencapai 7-8%, dengan insiden tertinggi pada usia 20-30 tahun. Suhu tubuh yang
meningkat dan leukositosis menjadi bagian dalam penegakkan diagnosis apendisitis. Pasien
Tn. R/ 49th/ Appendisitis perforasi, dari anamnesis didapatkan nyeri pada perut kanan bawah
selama 3 hari, mual dan muntah, demam(-), lemas(+), makan minum baik, BAB(+) sedikit,
BAK (+). Pada pemeriksaan fisik didapatkan Nyeri tekan region kanan bawah, nyeri alih (+),
teraba massa ukuran 2x2cm lembek dengan nyeri tekan. Didapatkan dari hasil lab leukosit
meningkat dan LED memanjang. Pasien mendapatkan terapi antibiotic, analgetik, dan H2
blocker. Selama dirumah sakit pasien merasakan keluhan yang berkurang dan diduga
peradangan appendix sudah mengalami walling off.

Pendahuluan menderita apendisitis selama hidupnya


mencapai 7-8%. Insiden tertinggi
Apendisitis akut adalah salah satu
dilaporkan pada rentang usia 20-30 tahun.
penyebab nyeri abdomen akut yang paling
Kasus perforasi apendiks pada apendisitis
sering ditemukan. Hipotesis penyebab
akut berkisar antara 20- 30% dan
paling umum adalah adanya obstruksi
meningkat 32-72% pada usia lebih dari 60
lumen yang berlanjut kerusakan dinding
[1,2] tahun, sedangkan pada anak kurang dari
apendiks dan pembentukan abses .
satu tahun kasus apendisitis jarang
Apendisitis dapat ditemukan pada laki-laki
[3,4]
ditemukan . Data rekam medis di
maupun perempuan dengan risiko
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu
mencatat ada 434 kasus pasien yang mengkonsumsi alcohol ataupun obat-
mengalami apendisitis pada tahun 2014. obatan juga disangkal.
Tingginya angka tersebut mengharuskan
Pada pemeriksaan fisik status
dokter untuk memiliki kemampuan
generalis ditemukan keadaan umum
mendiagnosis apendisitis dengan cepat dan
tampak sakit sedang. Status antropometri:
[5]
tepat . Diagnosis apendisitis ditegakkan
berat badan 65 kg, tinggi badan 164 cm,
dengan riwayat penyakit, pemeriksaan
dengan indeks massa tubuh 23 kg/m2. \
fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
Tanda-tanda vital dalam batas normal.
ultrasonography (USG). Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri pada
tubuh termasuk dalam salah satu kriteria
abdomen region kanan bawah, nyeri alih
pada skor alvarado untuk penegakkan
perut kiri bawah, kemudian didapatkan
diagnosis apendisitis. Suhu tubuh <37°C
benjolan sebesar kelereng pada perut kanan
didapatkan pada pasien apendisitis tanpa
bawah, bising usus meningkat.
komplikasi dan pada kasus perforasi
Pemeriksaan yang lain dalam batas normal.
terdapat demam tinggi dengan rata-rata
38,3°C. Kadar leukosit secara signifikan Pemeriksaan neurologik

lebih tinggi pada kasus perforasi menunjukkan GCS: E4M6V5= 15. Pupil

dibandingkan dengan tanpa perforasi. bulat isokor pada kedua mata, diameter 3

Leukositosis pada pasien apendisitis akut mm, simetris, refleks cahaya normal baik

dapat mencapai 1 yang langsung maupun tidak langsung.


Pemeriksaan nervus kranialis I – XII intak.
Laporan Kasus
Status motorik didapatkan trofi normal,
Tn. R usia 38 tahun masuk Rumah tanpa fasikulasi dan klonus. Kekuatan otot
Sakit Umum Daerah Haji Andi normal pada ekstremitas superior dan
Abdurrahman Noor (RSUDHAAN) pada ekstremitas inferior (5-5/0-0). Tonus otot
tanggal 23 Agustus 2019 dengan keluhan ekstremitas atas dan bawah normal. Refleks
utama Nyeri perut kanan bawah, dirasakan fisiologik normal, dan tidak ditemukan
sejak 3 hari SMRS, munculnya mendadak reflex patologik ataupun tanda rangsang
dan makin lama terasa nyeri. Nyeri awalnya meningeal. Status sensorik tidak ditemukan
dengan skor 3 menjadi 6. Demam (-), hipestesi. Pada status otonom ditemukan
Mual(+), muntah(+) 3 kali, isi makanan, tidak ada inkontinensia urin. Pada
darah (-). Makan (+) berkurang, minum (+), pemeriksaan colok dubur didapatkan kesan
BAK (+), BAB (+) sedikit. Riwayat trauma sfingter ani eksterna yang tidak menjepit
sebelumnya (-) dan riwayat kebiasaan kuat, tidak ada nyeri tekan dan massa.
perawatan yang sama, pasien dipulangkan
Hasil pemeriksaan laboratorium dikarenakan sudah tidak ada lagi keluhan.
darah didapatkan leukositosis, yang lain
dalam batas normal. Pada pasien tidak Tinjauan Pustaka
dilakukan pemeriksaan foto rontgen Apendisitis adalah peradangan pada
ataupun USG abdomen. apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering.
Diagnosis kerja yang ditegakkan ialah susp Penyakit ini dapat mengenai semua umur
Appendisitis infiltrate. Penatalaksanaan baik laki-laki maupun perempuan, tetapi
saat MRS ialah pemasangan iv line Ringer lebih sering menyerang laki-laki berusia
Laktat 500 cc/8 jam, Ceftriaxon 1 Gr/12 10-30 tahun (Mansjoer, 2010). Apendisitis
jam IV, ranitidin 50 mg/12 jam, Ketorolac adalah penyebab paling umum inflamasi
30mg/8 jam. akut pada kuadran kanan bawah rongga
abdomen dan penyebab paling umum untuk
Pada perawatan hari ke-1 pasien merasakan bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2005).
nyeri pada perut kanan bawah dengan skala Apendiks merupakan organ
nyeri 6. Pada pemeriksaan didapatkan nyeri berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10
tekan perut bagian epigastrium dan kanan cm, dan berpangkal di sekum. Lumennya
bawah. Pada pemeriksaan tanda vital sempit di bagian proksimal dan melebar di
semuanya baik. Belum ada pemeriksaan bagian distal. Namun demikian, pada bayi,
radiologis. Pasien masih mendapatkan apendiks berbentuk kerucut, lebar pada
terapi yang sama seperti di IGD. pangkalnya dan menyempit kearah
ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi
Pada perawatan hari ke-2 pasien sebab rendahnya insidens apendisitis pada
merasa keluhannya agak berkurang, sudah usia itu (Departemen Bedah UGM, 2010).
bisa jalan-jalan, nyeri kencing (-), tidak ada Persarafan parasimpatis berasal dari cabang
pemeriksaan tambahan, terapi lanjut. Pada nervus vagus yang mengikuti arteri
perawatan hari ke 3 pasien sudah tidak ada mesenterika superior dan arteri
keluhan, namun saat ditekan perut kanan apendikularis, sedangkan persarafan
bawahnya masih agak terasa sakit tapi tidak simpatis berasal dari nervus torakalis 10.
seperti sebelumnya, pemeriksaan tambahan Oleh karena itu, nyeri viseral pada
tidak ada, terapi masih lanjut. Pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus
perawatan hari ke-4 pasien masih dilakukan (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
Pendarahan apendiks berasal dari arteri
apendikularis yang merupakan arteri tanpa Klasifikasi apendisitis terbagi
kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan
karena thrombosis pada infeksi, apendiks apendisitis kronik (Sjamsuhidajat, De Jong,
akan mengalami gangren (Sjamsuhidajat, 2004).
De Jong, 2004). 1. Apendisitis akut
Persarafan sekum dan apendiks Apendisitis akut sering tampil dengan
vermiformis berasal dari saraf simpatis dan gejala khas yang didasari oleh radang
parasimpatis dari plekxus mesenterica mendadak pada apendiks yang memberikan
superior. Serabut saraf simpatis berasal dari tanda setempat, disertai maupun tidak
medula spinalis torakal bagian kaudal, dan disertai rangsang peritonieum lokal. Gejala
serabut parasimpatis berasal dari kedua apendisitis akut ialah nyeri samar dan
nervus vagus. Serabut saraf aferen dari tumpul yang merupakan nyeri viseral
apendiks vermiformis mengiringi saraf didaerah epigastrium disekitar umbilikus.
simpatis ke segmen medula spinalis Keluhan ini sering disertai mual, muntah
thorakal 10 (Moore, 2006). Posisi apendiks dan umumnya nafsu makan menurun.
terbanyak adalah retrocaecal (65%), Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah
pelvical (30%), patileal (5%), paracaecal ke titik Mc.Burney. Nyeri dirasakan lebih
(2%), anteileal (2%) dan preleal (1%) tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
(R.Putz dan R.Pabst, 2006). Pada 65% merupakan nyeri somatik setempat.
kasus, apendiks terletak intraperitoneal, Apendisitis akut dibagi menjadi :
yang memungkinkan apendiks bergerak a. Apendisitis Akut Sederhana
dan ruang geraknya bergantung pada Proses peradangan baru terjadi di mukosa
panjang mesoapendiks penggantungnya. dan sub mukosa disebabkan obstruksi.
Pada kasus selebihnya, apendiks terletak Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen
retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di appendiks dan terjadi peningkatan tekanan
belakang kolon asendens. Gejala klinis dalam lumen yang mengganggu aliran
apendisitis ditentukan oleh letak apendiks limfe, mukosa appendiks menebal, edema,
(Schwartz, 2000). dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa
nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah,
anoreksia, malaise dan demam ringan
(Rukmono, 2011).
b. Apendisitis Akut Purulenta (Supurative
Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum,
bertambah disertai edema menyebabkan kolon dan peritoneum sehingga membentuk
terbendungnya aliran vena pada dinding gumpalan massa flegmon yang melekat erat
apendiks dan menimbulkan trombosis. satu dengan yang lainnya (Rukmono,
Keadaan ini memperberat iskemia dan 2011).
edema pada apendiks. Mikroorganisme e. Apendisitis Abses
yang ada di usus besar berinvasi ke dalam Apendisitis abses terjadi bila massa lokal
dinding apendiks menimbulkan infeksi yang terbentuk berisi nanah (pus), biasanya
serosa sehingga serosa menjadi suram di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum,
karena dilapisi eksudat dan fibrin. retrosekal, subsekal dan pelvikal
Apendiks dan mesoappendiks terjadi (Rukmono, 2011).
edema, hiperemia, dan di dalam lumen f. Apendisitis Perforasi
terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai Apendisitis perforasi adalah pecahnya
dengan rangsangan peritoneum lokal apendiks yang sudah gangren yang
seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc. menyebabkan pus masuk ke dalam rongga
Burney, defans muskuler dan nyeri pada perut sehingga terjadi peritonitis umum.
gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans Pada dinding apendiks tampak daerah
muskuler dapat terjadi pada seluruh perut perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik
disertai dengan tanda-tanda peritonitis (Rukmono, 2011).
umum (Rukmono, 2011). 2. Apendisitis kronik
c. Apendisitis Akut Gangrenosa Diagnosis apendisitis kronik baru dapat
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, ditegakkan jika ditemukan adanya riwayat
aliran darah arteri mulai terganggu nyeri perut kanan bawah lebih dari 2
sehingga terjadi infark dan gangren. Selain minggu, radang kronik apendiks secara
didapatkan tanda-tanda supuratif, apendiks makroskopik dan mikroskopik. Kriteria
mengalami gangren pada bagian tertentu. mikroskopik apendisitis kronik adalah
Dinding apendiks berwarna ungu, hijau fibrosis menyeluruh dinding. apendiks,
keabuan atau merah kehitaman. Pada sumbatan parsial atau total lumen apendiks,
apendisitis akut gangrenosa terdapat adanya jaringan parut dan ulkus lama di
mikroperforasi dan kenaikan cairan mukosa dan adanya sel inflamasi kronik.
peritoneal yang purulen (Rukmono, 2011). Insiden apendisitis kronik antara 1-5%.
d. Apendisitis Infiltrat Apendisitis kronik kadang-kadang dapat
Apendisitis infiltrat adalah proses radang menjadi akut lagi dan disebut apendisitis
apendiks yang penyebarannya dapat kronik dengan Fisiologi
eksaserbasi akut yang tampak jelas sudah telah rapuh itu pecah, akan terjadi
adanya pembentukan jaringan ikat apendisitis perforasi (Mansjoer, 2010).
(Rukmono, 2011).
Apendisitis biasanya disebabkan Etiologi Appendisitis
oleh penyumbatan lumen apendiks oleh Terjadinya apendisitis akut
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri.
asing, striktur karena fibrosis akibat Namun terdapat banyak sekali faktor
peradangan sebelumnya atau neoplasma. pencetus terjadinya penyakit ini.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus Diantaranya obstruksi yang terjadi pada
yang diproduksi mukosa mengalami lumen apendiks yang biasanya disebabkan
bendungan. Makin lama mukus tersebut karena adanya timbunan tinja yang keras
makin banyak, namun elastisitas dinding (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid,
apendiks mempunyai keterbatasan penyakit cacing, parasit, benda asing dalam
sehingga menyebabkan peningkatan tubuh, tumor primer pada dinding apendiks
tekanan intralumen. Tekanan yang dan striktur. Penelitian terakhir
meningkat tersebut akan menghambat menemukan bahwa ulserasi mukosa akibat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, parasit seperti E Hystolitica, merupakan
diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. langkah awal terjadinya apendisitis pada
Pada saat inilah terjadi apendistis akut fokal lebih dari separuh kasus, bahkan lebih
yang ditandai oleh nyeri epigastrium (Price, sering dari sumbatan lumen. Beberapa
2005). Bila sekresi mukus terus berlanjut, penelitian juga menunjukkan peran
tekanan akan terus meningkat, hal tersebut kebiasaan makan (Sjamsuhidajat, De Jong,
akan menyebabkan obstruksi vena, edema 2004).
bertambah, dan bakteri akan menembus Faktor risiko yang mempengaruhi
dinding. Peradangan yang timbul meluas terjadinya apendisitis akut ditinjau dari
dan mengenai peritoneum setempat teori Blum dibedakan menjadi empat
sehingga menimbulkan nyeri di daerah faktor, yaitu faktor biologi, faktor
kanan bawah, keadaan ini disebut dengan lingkungan, faktor pelayanan kesehatan,
apendisitis supuratif akut. Bila kemudian dan faktor perilaku. Faktor biologi antara
aliran arteri terganggu akan terjadi infark lain usia, jenis kelamin, ras sedangkan
dinding apendiks yang diikuti dengan untuk faktor lingkungan terjadi akibat
gangren. Stadium ini disebut dengan obstruksi lumen akibat infeksi bakteri,
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang virus, parasit, cacing dan benda asing dan
sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Faktor pelayanan kesehatan juga menjadi palpasi, abdomen biasanya tampak datar
resiko apendisitis baik dilihat dari pelayan atau sedikit kembung. Palpasi dinding
keshatan yang diberikan oleh layanan abdomen dengan ringan dan hati-hati
kesehatan baik dari fasilitas maupun non- dengan sedikit tekanan, dimulai dari tempat
fasilitas, selain itu faktor resiko lain adalah yang jauh dari lokasi nyeri.
faktor perilaku seperti asupan rendah serat Status lokalis abdomen kuadran kanan
yang dapat mempengaruhi defekasi dan bawah adalah :
fekalit yang menyebabkan obstruksi lumen 1. Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi
sehingga memiliki risiko apendisitis yang didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan
lebih tinggi (Sjamsuhidajat, De Jong, bawah atau titik Mc. Burney dan ini
2004). merupakan tanda kunci diagnosis.
2. Nyeri lepas (+) karena rangsangan
2.1.8 Diagnosis peritoneum. Rebound tenderness (nyeri
Pada anamnesis penderita akan lepas tekan) adalah nyeri yang hebat di
mengeluhkan nyeri atau sakit perut. Ini abdomen kanan bawah saat tekanan secara
terjadi karena hiperperistaltik untuk tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya
mengatasi obstruksi dan terjadi pada dilakukan penekanan perlahan dan dalam di
seluruh saluran cerna, sehingga nyeri titik Mc. Burney.
viseral dirasakan pada seluruh perut. 3. Defence muscular adalah nyeri tekan
Muntah atau rangsangan viseral akibat seluruh lapangan abdomen yang
aktivasi nervus vagus. Obstipasi karena menunjukkan adanya rangsangan
penderita takut untuk mengejan. Panas peritoneum parietal.
akibat infeksi akut jika timbul komplikasi. 4. Rovsing sign (+) adalah nyeri abdomen
Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu di kuadran kanan bawah apabila dilakukan
tinggi, antara 37,5-38,5 C tetapi jika suhu penekanan pada abdomen bagian kiri
lebih tinggi, diduga sudah terjadi perforasi bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya
(Departemen Bedah UGM, 2010). Pada nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi
pemeriksaan fisik yaitu pada inspeksi di peritoneal pada sisi yang berlawanan.
dapat penderita berjalan membungkuk 5. Psoas sign (+) terjadi karena adanya
sambil memegangi perutnya yang sakit, rangsangan muskulus psoas oleh
kembung bila terjadi perforasi, dan peradangan yang terjadi pada apendiks.
penonjolan perut bagian kanan bawah 6. Obturator sign (+) adalah rasa nyeri yang
terlihat pada apendikuler abses terjadi bila panggul dan lutut difleksikan
(Departemen Bedah UGM, 2010). Pada kemudian dirotasikan ke arah dalam dan
luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan Pemeriksaan Penunjang
peradangan apendiks terletak pada daerah 1. Pemeriksaan laboratorium
hipogastrium (Departemen Bedah UGM, a. Hitung jenis leukosit dengan hasil
2010). leukositosis.
Pada perkusi akan terdapat nyeri b. Pemeriksaan urin dengan hasil sedimen
ketok pada auskultasi akan terdapat dapat normal atau terdapat leukosit dan
peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada eritrosit lebih dari normal bila apendiks
illeus paralitik karena peritonitis yang meradang menempel pada ureter atau
generalisata akibat apendisitis perforata. vesika. Pemeriksaan leukosit meningkat
Auskultasi tidak banyak membantu dalam sebagai respon fisiologis untuk melindungi
menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi tubuh terhadap mikroorganisme yang
kalau sudah terjadi peritonitis maka tidak menyerang. Pada apendisitis akut dan
terdengar bunyi peristaltik usus. Pada perforasi akan terjadi leukositosis yang
pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher) lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak
akan terdapat nyeri pada jam 9-12 normal. Laju endap darah (LED) meningkat
(Departemen Bedah UGM, 2010). pada keadaan apendisitis infiltrat. Urin
Apendisitis dapat didiagnosis rutin penting untuk melihat apakah terdapat
menggunakan skor alvarado yang dapat infeksi pada ginjal.
dilihat pada tabel 2.1 2. Pemeriksaan Radiologi
a. Apendikogram
Apendikogram dilakukan dengan cara
pemberian kontras BaS04 serbuk halus
yang diencerkan dengan perbandingan 1:3
secara peroral dan diminum sebelum
pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk
anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa,
hasil apendikogram dibaca oleh dokter
Interpretasi: spesialis radiologi.
Skor 7-10 = apendisitis akut, b. Ultrasonografi (USG)
Skor 5-6 = curiga apendisitis akut, USG dapat membantu mendeteksi adanya
Skor l-4 = bukan apendisitis akut. kantong nanah. Abses subdiafragma harus
Pembagian ini berdasarkan studi dari dibedakan dengan abses hati, pneumonia
McKay (2007). basal, atau efusi pleura (Penfold, 2008)
Penatalaksanaan apendisitis dan muntah, demam, dan kurang enak
Penatalaksanaan yang dapat badan. Dari anamnesis ada beberapa poin
dilakukan pada penderita apendisitis yang bisa menjadi acuan dalam
meliputi penanggulangan konservatif dan mendiagnosis appendicitis, yaitu nyeri
operatif. perut kanan bawah.
1. Penanggulangan konservatif Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Penanggulangan konservatif terutama Nyeri tekan abdomen region kanan bawah,
diberikan pada penderita yang tidak kemudian didapatkan ada teraba massa
mempunyai akses ke pelayanan bedah lembek ukuran 2x3 cm, bentuk agak bulat
berupa pemberian antibiotik. Pemberian dan mobile. Pada pemeriksaan rectal
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. toucher tidak didapatkan kelainan, pada
Pada penderita apendisitis perforasi, laseigh hanya 70 derajat, Patrick
sebelum operasi dilakukan penggantian kontrapatrick tidak ada kelainan.
cairan dan elektrolit, serta pemberian Pada pemeriksaan laboratorium,
antibiotik sistemik (Oswari, 2000). didapatkan leukosit 11.380. urinalisa
19 didapatkan bakteri positif. Leukosit
2. Operatif menunjukkan peningkatan yang berarti
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas mengalami leukositosis, hal ini juga
ditemukan apendisitis maka tindakan yang termasuk dalam penilaian skor
dilakukan adalah operasi membuang appendicitis. Untuk urinalisa bakteri positif
appendiks. Penundaan appendektomi kemungkinan karena pasien kencing tidak
dengan pemberian antibiotik dapat midline shift saat pengambilan urin.
mengakibatkan abses dan perforasi. Pada Pada kasus ini belum dilakukan
abses apendiks dilakukan drainase (Oswari, pemeriksaan radiologis apendichogram
2000). ataupun USG abdomen. Karena pada kasus
ini mengalami perbaikan sehingga
Pembahasan sementara waktu tidak dilakukan
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan pemeriksaan lebih lanjut.
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik Terapi utama pada kasis ini adalah
dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini antibiotic ceftriaxone dan analgetik
diklasifikasikan sebagai Appendisitis akut ketorolac. Pemberian antibiotic berguna
dengan tipe susp appendicitis infiltrate. untuk mencegah infeksi. Pemberian
Dikarenakan pada anamnesis pasien analgetik bertujuan untuk memberikan
mengatakan nyeri perut kanan bawah, mual kenyamanan kepada pasien. Harapannya
appendicitis pasien bisa membaik. Pasien 6. Departemen/SMF/Ilmu Bedah, 2009,
juga sudah diedukasi untuk dilakukan Pedoman Penggunaaan Antibiotik di
operasi appendicitis, namun menunda. Bidang Bedah, Surabaya.
7. Desiyana, Lidya S., Ajoedi Soemardi,
Kesimpulan Maksum Radji., 2008, Evaluasi
Berdasarkan anamnesis, Penggunaan Antibiotika Profilaksis di
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan Ruang Bedah Rumah Sakit
penunjang diagnosis pada kasus ini adalah 8. Dipiro, J. T, Robert L.T, Gary C. Y,
Susp Appendisitis Infiltrat. Gary R. M, Barbara G. W, & L. Michael
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah P, 2008, Pharmacotherapy A
pemantauan tandatanda vital, pemberian Pathophysiologic Approach Seventh
Antibiotik dan analgetik. Prognosis pasien Edition, America, The McGraw-Hill
pada kasus ini adalah bonam. Companies.
9. Dudley, H. A.F, 1992, Hamilton Bailey
Daftar Pustaka Ilmu Bedah Gawat Darurat Edisi II,
1. ASHP, 1999, ASHP Therapeutic diterjemahkan oleh A. Samik Wahab &
Guidelines on Antimicrobial Soedjono Aswin, Yogyakarta, Gadjah
Prophylaxis in Surgery. Mada University.
2. BMJ Group, 2009, British National 10. Gunawan, G. S., 2007, Farmakologi
Formulary, GGP Media GmbH, dan Terapi Edisi 5, Jakarta, Balai
Possneck, Germany. Penerbit FKUI.
3. Cameron, John L, 1997, Terapi Bedah 11. Naiken, G., 2013, Apendisitis Akut,
Mutakhir Edisi IV, diterjemahkan oleh http://www.scribd.com/doc/149322791
Widjaja Kusuma, 291, Jakarta, /APENDISITIS-AKUT (diakses
Binarupa Aksara. tanggal 7 April 2014).
4. Clair S.T, 2013. Patient Education 12. Pasaribu, A. S., 1990, Faktor-Faktor
Partners in Your Surgical Care yang Berhubungan dengan Lama Hari
Appendectomy, American collage of Rawat pada Penyakit Appendicitis
surgeons, Chicago. Cook, J, Balu S, Acuta, Appendicitis Chronica, Hernia
Ambrose. E. O.W, & WHO, 1995, Inguinale dan Hiperplasia Prostat di
5. Penatalaksanaan Bedah Umum di RS, UPF Bedah Umum RS DR.Sarjito
diterjemahkan oleh Harjanto Effendi, Yogyakarta, Tesis, Fakultas Kesehatan
118-120, Jakarta, EGC. Masyarakat, Universitas Indonesia.
13. Sjamsuhidajat, R. dan De J. W, 2005,
Buku Ajar Ilmu Bedah., Jakarta, EGC.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, V., 2010,
Buku- Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, 757,
Jakarta, EGC.
14. Smeltzer, S. C & Brenda G. Bare, 2002,
Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.
15. Brunner & Suddarth’s Edisi 8,
diterjemahkan oleh Y. Kuncara, Andy
hartono, Yasmin asih & Monica Ester,
1097-1098, Jakarta, EGC. Sugiharto,
Chuluq, & Ermita, 2011, Karakteristik
Klinis, Laboratoris dan Mortalitas pada
Pasien Appendiksitis Akut di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Dokter
Saeiful Anwar Malang, Ilmu Kesehatan
Masyarakat FKUB.

Anda mungkin juga menyukai