Pengelolaan K3 Serta Lingkungan-Masagus - Alih Fungsi
Pengelolaan K3 Serta Lingkungan-Masagus - Alih Fungsi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I................................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN............................................................................................................... 5
A. Latar Belakang.................................................................................................................5
B. Deskripsi...........................................................................................................................6
C. Prasyarat...........................................................................................................................6
D. Tujuan Pembelajaran......................................................................................................6
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok............................................................................7
BAB II............................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................66
Modul ini dirancang agar pengguna modul ini dapat belajar sendiri tanpa
bimbingan langsung dari pembimbing atau melalui bimbingan. Adapun hal-hal
yang teknis dapat didemonstrasikan secara bersama-sama (grup) dalam waktu
yang bersamaan.
Agar dapat menguasai materi modul ini, maka beberapa hal yang harus Anda
perhatikan adalah:
1. Pahami terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai setelah Anda
mempelajari modul ini.
2. Pelajari dan kuasai yakinkan dari Anda bahwa Anda telah benar-benar
menguasai kompetensi tersebut sebelum Anda mempelajari kompetensi
selanjutnya.
3. Jika Anda mempelajari modul ini melalui bimbingan maka Anda boleh
bertanya dan meminta mendemonstrasikan hal-hal yang belum Anda
pahami.
4. Kerjakanlah latihan/ tugas/ evaluasi yang diberikan setelah Anda
mempelajari dan kuasai materi tersebut, agar Anda dapat mengukur
kemampuan Anda.
5. Untuk memberikan kebenaran dari hasil latihan/ tugas/ evaluasi Anda,
gunakan kunci jawaban yang disediakan.
6. Untuk kegiatan praktik, gunakan format penilaian yang disediakan, agar
kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.
7. Semua tugas wajib diselesaikan oleh semua peserta pelatihan. Pengerjaan
tugas yang bersifat teori ditulis pada lembar jawaban terpisah. Pengerjaan
tugas yang bersifat praktik dikerjakan di dalam kelas, laboratorium,
bengkel, sanggar studio atau di lapangan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan salah satu wahana pendidikan dalam sistem pendidikan
nasional Indonesia. Untuk itu, sekolah memiliki tugas memberikan pelayanan terbaik
kepada peserta didik agar mereka memperoleh sejumlah kompetensi untuk
mengembangkan diri, baik pengetahuan (knowledge), pengalaman keterampilan
(skill), serta sikap (attitude) atau etos kerja yang profesional.
Berkaitan dengan upaya mewujudkan tujuan tersebut, sering kali timbul masalah
yang dapat menyebabkan terganggunya proses transformasi kompetensi yang
disebabkan oleh kurangnya sumber daya yang memadai dan masih lemahnya
kompetensi pengelola pendidikan di sekolah.
Upaya peningkatan kompetensi pengelola pendidikan di sekolah, khususnya dalam
pengelolaan bengkel atau laboratorium perlu didukung kemampuan manajerial
pengelola atau kepala bengkel/ laboratorium yang sesuai dengan kebutuhan
sekolah. Kepala laboratorium/ bengkel hendaknya memiliki kompetensi untuk
mendayagunakan sumber-sumber daya yang ada di sekolah secara efektif dan
efisien.
Efektif bermakna tercapainya tujuan. Apabila suatu organisasi tidak efektif, berarti
tidak berhasil mencapai tujuan-tujuannya secara optimal. Sedangkan efisien
bermakna menggunakan sumber daya yang dimiliki dalam skala dan jumlah
minimal. Dengan demikian pengelolaan laboratorium/ bengkel yang efektif dan
efisien apabila telah berhasil mencapai tujuan-tujuannya dengan menggunakan
sumber daya yang dimiliki dalam skala dan jumlah minimal. Ini sesuai dengan
prinsip ekonomi yang paling dasar yakni memenuhi kebutuhan secara maksimal
(efektif) dengan biaya yang minimal tersebut (efisien).
Pengelolaan laboratorium/ bengkel sekolah akan efektif dan efisien apabila
didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang profesional dalam mengelola
kegiatan, menggunakan peralatan, memahami kurikulum, karakteristik siswa, serta
memiliki kemampuan dan tanggung jawab terhadap tugas. Kesemuanya itu akan
berjalan dengan baik jika sistem penyelenggaraan pendidikan didukung oleh SDM
yang profesional serta sarana-prasarana yang memadai untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Selain itu, penghargaan yang layak bagi para pengelola dan
B. Deskripsi
Modul ini menggunakan sistem pelatihan berdasarkan pendekatan kompetensi,
yakni salah satu cara untuk menyampaikan atau mengajarkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan. Penekanan
utamanya adalah tentang apa yang dapat dilakukan seseorang setelah mengikuti
pelatihan. Salah satu karakteristik yang paling penting dari pelatihan yang
berdasarkan pendekatan kompetensi adalah penguasaan individu secara aktual di
tempat kerja.
Dalam sistem pelatihan, standar kompetensi diharapkan dapat menjadi panduan
bagi peserta pelatihan untuk dapat:
1. mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan
2. mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan
3. memeriksa kemajuan peserta pelatihan
4. meyakinkan bahwa semua kompetensi dasar dan kriteria kinerja telah
dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.
Modul ini merupakan modul awal untuk mempersiapkan seorang pengajar/ guru,
teknisi, atau pengelola bengkel atau laboratorium agar memiliki pengetahuan dan
sikap, serta penerapannya di tempat kerja.
C. Prasyarat
Peserta pelatihan harus telah memiliki kemampuan awal dan dinyatakan telah
menyelesaikan modul:
pembelajaran praktikum terkait dan relevan dengan mata pelajaran/diklat yang
diampu oleh guru dengan tugas tambahan
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu:
1. Memamahami konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta
Pengelolaan Lingkungan menurut Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah.
2. Memahami pengelolaan pengelolaan lingkunag hidup pada laboratorium/
bengkel sekolah
BAB II
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA
LINGKUNGAN (K3L)
Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup merupakan salah satu
aspek perlindungan tenaga kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat ini sangat bermanfaat bagi kehidupan
umat manusia. Akan tetapi perkembangan yang sedemikian pesat juga
dikhawatirkan akan berpotensi meningkatkan bahaya dalam industri. Kalau prinsip
keseimbangan dan keserasian dipegang teguh oleh para ilmuwan dan para
pengusaha, niscaya kekhawatiran tersebut dapat diminimalkan. Peningkatan
kemampuan dalam membuat alat dengan teknologi baru haruslah diimbangi dengan
penciptaan alat pengendali yang lebih canggih dan kemampuan tenaga yang makin
beertambah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi bahaya yang
mungkin timbul akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antara
lain menyangkut ukuran alat, alat pengendali, kemampuan dan keterampilan
pekerja, alat penanggulangan musibah, dan pengawasan yang dilakukan.
Dari segi ekonomi pemakaian alat yang berkapasitas besar adalah lebih
menguntungkan, akan tetapi bahaya yang mungkin ditimbulkan juga akan besar.
Dengan demikian penentuan ukuran reaktor harus didasarkan pada keuntungan dari
segi ekonomi dan bahaya yang mungkin ditimbulkan. Alat pengendali harus lebih
canggih dan lebih dapat diandalkan. Alat pengamanan yang terkait dengan alat
produksi dan alat perlindungan bagi pekerja harus ditingkatkan. Biaya untuk
membangun keselamatan dan kesehatan kerja, biaya untuk membeli alat-alat
pengamanan memang cukup besar. Akan tetapi keselamatan dan kesehatan kerja
juga akan lebih terjamin. Kemampuan dan keterampilan pekerja harus ditingkatkan
melalui pendidikan dan pelatihan sehingga dapat mengikuti laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Alat penanggulangan musibah harus ditingkatkan agar
malapetaka yang diakibatkan oleh penerapan teknologi maju tidak sampai meluas
dan merusak. Pengawasan terhadap alat maupun terhadap pekerja harus dilakukan
secara teratur dan berkesinambungan.
Materi Pokok 1:
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Tentang K3
A. Tujuan Pembelajaran :
B. Pengertian K3
setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja mendapat
perlindungan atas keselamatannya, dan setiap sumber-sumber produksi dapat
dipakai dan digunakan secara aman dan efisien sehingga akan meningkatkan
produksi dan produktifitas kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-01/MEN/1979 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-02/MEN/1979 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-01/MEN/1976 tentang kewajiban
latihan Hiperkes bagi dokter perusahaan.
6. Undang-undang nomor 7 tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagaan dan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 03/MEN/1984 tentang mekanisme
pengawasan ketenagakerjaan.
Berdasarkan undang-undang tersebut diatas, maka definisi "tempat kerja" ialah
tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana
tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya.
Yang termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau berhubung dengan tempat kerja
tersebut.
Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan
kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja serta tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian.
Pada dasarnya keselamatan dan kesehatan dalam pembahasan materi K3 ini
tidak terpisah satu dengan lainya. Akan tetapi untuk memudahkan pemahaman,
maka diuraikan terlebih dahulu pembahasan keselamatan kerja. Selanjutnya
sebelum masuk ke pembahasan utama, alangkah baiknya kita mencermati
beberapa langkah penting yang diuraikan dibawah ini.
D. Sasaran Manajemen K3
E. Organisasi K3
Selanjutnya hasil yang optimal dari upaya tersebut sangat tergantung pada mutu
sumber daya manusia yang dapat ditingkatkan melalui tiga jalur untuk
peningkatan pengetahuan dan keterampilan, yaitu:
1) jalur pendidikan formal,
2) jalur latihan kerja, dan
3) jalur pengalaman kerja.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut sangat penting bukan saja
untuk meningkatkan kemampuan kerja secara teknis operasional, akan tetapi
juga kemampuan kerja secara aman serta kemampuan menciptakan kondisi dan
lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Organisasi K3 yang didirikan pada suatu perusahaan atau Institusi teknik dan
perusahaan, memiliki tugas dan wewenang. Tugas dan wewenang tersebut
sudah ditetapkan melalui undang-undang dan peraturan menteri yang
selanjutnya dijabarkan secara operasinal di lapangan. Sebagai contoh antara
lain:
1) Melakukan analisis atas Lingkungan Kerja
2) Mengidentifikasi Perils, Hazards & Loss
3) Mengadakan Program pelatihan, Instruksi, Informasi dan Pengawasan
kecelakaan kerja
4) Membuat Prosedur penanganan ketika terjadi kecelakaan kerja termasuk
investigasinya
5) Membuat Prosedur perawatan peralatan kerja
6) Membuat Ketentuan bagi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja
7) Memastikan perlindungan bagi pekerja lain sebagai tindakan preventif
8) Pemberian sanksi bila terjadi pelanggaran
9) Membuat laporan kecelakaan kerja kepada pihak yang berwenang
10)Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang berkompeten dalam
penanganan kecelakaan di area terjadi kecelakaan kerja
Materi Pokok 2 :
Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan di Tempat Kerja
A. Tujuan pembelajaran :
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan tiga alasan terjadinya kecelakaan di tempat kerja
2. Mengidentifikasi Faktor lain yang Menyebabkan kecelakaan di tempat kerja
Materi pokok 3 :
Cara Mencegah Kecelakaan di Tempat kerja
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan cara mencegah kecelakaan di tempat kerja.
2. Mengidentifikasi Faktor lain yang Menyebabkan kecelakaan di tempat kerja
B. Upaya Pencegahan Kecelakaan
Setelah mencermati sebab-sebab terjadinya kecelakaan di tempat kerja, maka
dalam prakteknya, pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan dua
aktivitas dasar yaitu:
1. Mengurangi kondisi kerja yang tidak aman.
Mengurangi kondisi kerja yang tidak aman menjadi lini depan perusahaan atau
laboratorium dalam mencegah kecelakaan kerja.
Penanggungjawab keselamatan kerja harus merancang tugas sedemikian rupa
untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya fisik.
Gunakan risk assesment atau checklist inspeksi alat untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan bahaya-bahaya yang potensial.
2. Mengurangi tindakan karyawan yang tidak aman.
Tindakan-tindakan karyawan yang tidak aman (unsafe actions) dapat dikurangi
dengan berbagai aktivitas/ cara, yaitu:
a. seleksi dan penempatan
b. propaganda, kampanye tetang pentingnya keselamatan kerja
c. pelatihan mengenai prosedur kerja dan keselamatan kerja serta member
dorongan positif (positive reinforcement)
d. komitmen dari manajer tingkat atas (top management).
alat pengaman. Dalam rangka mengendalikan suatu proses, variabel penting yang
dapat dikendalikan meliputi: suhu, tekanan, dan konsentrasi.
Untuk pendeteksi faktor bahaya yang lain, seperti adanya kebocoran gas yang
mudah terbakar, gas beracun, atau cairan yang mudah merusak, umumnya masih
digunakan panca indera manusia. Kebocoran gas yang mudah terbakar atau
berbahaya diketahui dari bau yang khas, atau dapat dipantau dengan menempatkan
binatang percobaan seperti tikus, kelinci, dan lain-lainnya.
Alat pengendali proses dalam industri, terkait langsung dengan keselamatan
kerja. Dengan adanya alat pengendali proses, bahaya kebakaran, peledakan, dan
keracunan dapat ditekan sampai batas yang sekecil-kecilnya. Meskipun demikian
peran manusia sebagai pengendali masih tetap diperlukan terutama untuk
mengawasi faktor-faktor bahaya yang belum diketemukan cara pengendaliannya
seperti gas beracun atau gas mudah terbakar lainnya yang bocor dari reaktor.
Alat pengaman diperlukan agar kemungkinan timbulnya bahaya dapat diperkecil.
Alat pengaman dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: (a) pengaman untuk alat
berbahaya dan pengaman untuk manusia yang melayani alat itu. Proses produksi
barang dan jasa dapat mengakibatkan kondisi kritis yang membahayakan sehingga
timbul malapetaka (major accident) yang memberikan dampak yang luas dan sulit
ditanggulangi.
Ada lima dampak suatu malapetaka yang dikenal dengan istilah “5K” akibat
kecelakaan, yaitu: (1) Kerusakan dan kerugian materi, (2)Kekacauan dan dis-
organisasi, (3) Keluhan dan kesedihan, (4)Kelainan dan cacat dan (5)Kematian.
A. Manajemen Resiko
Manajemen resiko (risk management) adalah proses yang mendefinisikan ruang
lingkup kerja, mengidentifikasi sumber kecelakaan kerja yang potensial dan akhirnya
menentukan langka atau kontrol untuk mengurangi resiko. Penerapan manajemen
resiko melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Penentuan ruang lingkup proyek atau pekerjaan dengan menentukan tujuan
proyek, dimana, kapan, dan bagaimana akan dikerjakan serta siapa yang
mengerjakan dengan disertai kualifikasi menyangkut pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian masing-masing personel.
b. Mengidentifikasi bahan dan proses yang digunakan.
kerja dan menekankan pentingnya mencegah kecelakaan dan cedera kerja pada
perusanaan atau laboratorium.
4. Tetapkanlah suatu tujuan yang terkendali/terkontrol yang tidak boleh gagal.
Analisis jumlah kecelakaan kerja dan insiden keselamatan kerja, kemudian
tetapkan target yang ingin dicapai, misalnya dalam bentuk rasio kecelakaan kerja
per jumlah karyawan atau tenaga kerja.
5. Dorong dan latihlah karyawan agar sadar akan pentingnya keselamatan kerja,
tunjukkan kepada mereka bahwa manajemen tingkat atas (top management)
perusahaan dan supervisor punya perhatian yang serius terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja.
6. Tegakkanlah aturan keselamatan kerja yang mendukung upaya-upaya menekan
angka kecelakaan dan cedera akibat kerja.
7. Adakan pemeriksaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)secara teratur. Juga
lakukan investigasi terhadap kecelakaan kerja dan yang nyaris menimbulkan
kecelakaan kerja. Buatlah suatu sistem di tempat kerja tersebut yang
memungkinkan karyawan dapat mengingatkan pihak manajemen tentang adanya
keadaan-keadaan bahaya atau yang berpotensi menimbulkan bahaya.
2. Bahan-bahan Biologis.
Upaya keselamatan bekerja dengan bahan-bahan biologis dikenal dengan istilah
Bio-safety yang diartikan sebagai bekerja dengan aman, yaitu usaha mengurangi
atau menghindari peluang terinfeksinya pekerja atau terlepasnya suatu
mikroorganisme yang berpotensi menimbulkan bahaya ke lingkungan. Di tahap ini,
yang perlu dilakukan adalah mereview terhadap bahan biologi yang sedang
dikerjakan/dikoleksi, mengenali karakteristik biologinya dan apakah material tersebut
mempunyai potensi menimbulkan penyakit, racun atau alergi yang berbahaya pada
manusia. Setelah itu, mengevaluasi apakah penanganan yang diberikan telah benar
Bahan biologis seperti: bakteri, jamur, virus, dan parasit merupakan bahan-bahan
biologis yang sering digunakan dalam industri maupun dalam skala laboratorium.
Pada golongan ini bukan hanya organisme saja, tetapi juga semua bahan biokimia,
termasuk di dalamnya gula sederhana, asam amino, dan substrat yang digunakan
dalam proses industri. Penanganan dalam penyimpanan, proses, maupun
pembuangan bahan biologis ini perlu mendapatkan ketelitian dan kehati-hatian,
mengingat gangguan kontaminasi akibat organisme dapat menyebabkan kerusakan
sel-sel tubuh yang serius pada karyawan atau tenaga kerja.
3. Aliran Listrik
Dari contoh diatas jelas dengan kuat arus sebesar 15 - 30 mA saja pengaruhnya
pada si korban cukup fatal, dimana si korban kemungkinan akan menderita debaran
jantung dan rasa lemas serta sesak nafasnya.
Pada saat terjadi getaran pada bilik jantung, maka kegiatan pompa jantung akan
berubah dan tanpa adanya pertolongan dokter atau petugas PPPK, sel-sel otak
akan kekurangan zat asam.
4. Ionisasi Radiasi
Ionisasi radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi atau
radiasi internal yang digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk ke dalam
badan manusia melalui pernafasan, atau serapan melalui kulit. Non-ionisasi radiasi
seperti ultraviolet, infra merah, frekuensi radio, laser, dan radiasi elektromagnetik
dan medan magnet juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber
kecelakaan kerja.
Strategi Efektif Bekerja dengan Sumber Radiasi
Zat radioaktif terbuka maupun terbungkus, mesin sinar-X, iradiator, dan sumber
radiasi lainnya memancarkan radiasi pengion yang berbahaya. Untuk memproteksi
diri darisumber radiasi, maka diterapkan tiga strategi dasar yang dikenal sebagai
prinsip proteksi
radiasi, yaitu:
Kurangi waktu berada di sekitar sumber radiasi
Posisikan diri sejauh mungkin dari sumber radiasi
Gunakan perisai yang sesuai
Waktu: Dengan sesingkat mungkin berada dekat dengan sumber radiasi, maka
secaraproporsional akan mengurangi dosis radiasi yang diterima. Minimalkan waktu
andabekerja, maka akan meminimalkan dosis yang diterima.
Jarak: Besarnya paparan radiasi akan menurun, sebanding dengan kebalikan
kuadrat jarakterhadap sumber. Dengan menjauhkan sumber radiasi dengan faktor
dua, akan menurunkan intensitasnya menjadi seperempatnya. Menjauhkan jarak
sumber radiasi dengan faktor tiga akan menurunkan intensitas radiasi menjadi
sepersembilannya.
Bilamana diperlukan selalu gunakan tongkat penjepit panjang untuk
memindahkan ataumengambil sumber radiasi dengan aktivitas atau paparan radiasi
yang tinggi, selalu menggunakan rak tabung, baki, atau apa saja yang bisa
menjauhkan sumber radiasi dari tubuh apabila memindahkan atau mengambil
sumber radiasi dengan dengan aktivitas atau paparan radiasi yang rendah. Selalu
menyimpan zat radioaktif, peralatan terkontaminasi dan limbah radioaktif sejauh
mungkin dari daerah kerja atau pintu.
Perisai: Perisai yang tepat dapat menurunkan secara eksponential paparan radiasi
gamma dan menghalangi hampir semua sinar radiasi-beta. Pilih dan gunakan perisai
yang sesuaiselama melakukan penelitian atau pekerjaan dengan sumber radiasi.
Selain dengan ketiga strategi di atas, untuk mengurangi bahaya radiasi eksterna,
maka kurangi aktivitas zat radioaktif dengan cara: Untuk sumber dengan waktu
paruh pendek tunggu sampai meluruh; dekontaminasi sumber radioaktif sebelum
bekerja; ataupindahkan zat radioaktif yang tidak perlu dan bisa dipindahkan ke lokasi
lain.
5. Mekanik.
Walaupun industri dan laboratorium modern lebih didominasi oleh peralatan yang
terkontrol oleh komputer, termasuk didalamnya robot pengangkat benda berat,
namun demikian kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti
transportasi bahan baku, penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan
secara manual, sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan kecelakaan
kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti pakaian kerja, helmet, kacamata, sarung
tangan, sepatu, dan lain-lain perlu mendapatkan perhatian khusus dalam lingkup
pekerjaan ini.
6. Api.
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam
berbagai variasi penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan untuk
analisis. Cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau
industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut
organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena,
heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti
dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets (MSDS).
Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan
kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk
disimpan secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau
tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah
meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi
label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan
kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.
7. Suara (kebisingan).
Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada hampir
semua industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar. Generator
pembangkit listrik, instalasi pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan
sekian contoh dari peralatan yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan
tersebut berpotensi mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja
dan gangguan kesehatan kerja. Selain angka kebisingan yang ditimbulkan oleh
mesin, para pekerja harus memperhatikan berapa lama mereka bekerja dalam
lingkungan tersebut. Pelindung telinga dari kebisingan juga harus diperhatikan untuk
menjamin keselamatan kerja.
Materi Pokok 4 :
Pertolongan Pertama Akibat Kecelakaan Listrik
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Mengidentifikasi tindakan pertolongan pertama (first Aid) pada kecelakaan
2. Menjelaskan tindakan pertolongan pada kecelakaan akibat listrik
3. Menjelaskan tindakan pertolongan pada kecelakaan luka bakar
4. Menjelaskan bagaimana menolong orang pingsan atau orang yang shock
B. Pengertian
Seperti disebutkan pada kegiatan belajar sebelumnya,kecelakaan biasanya
datang ketika kita tidak siap menghadapinya. Oleh karena itu kita harus menghindari
kecelakaan tersebut sebelum dia datang. Ada pepatah yang mengatakan
”mencegah adalah lebih mudah dan murah dari pada mengobati ”. Menyadari
bahaya bukanlah berarti takut dan mungkin lebih tepat kalau dikatakan waspada,
sehingga jika bahaya itu datang maka akibat yang ditimbulkannya tidak separah
dibandingkan jika kita melanggar atau lalai. Sebagai contoh misalkan dalam
penggunaan helm dijalan raya bagi pengendara sepeda motor,jika kita lalai mungkin
cederanya tidak separah jika kita patuh dan menyadari akan fungsi helm tersebut.
Yang menjadi pokok dari tindakan pertolongan pertama (First Aid) bagi penolong
adalah :
1. Jangan panik, namun bukan berarti boleh lamban dalam bereaksi
2. Perhatikan nafas si korban
3. Hentikan luka (jika ada)
4. Perhatikan jika ada pertanda ”shock”
5. Jangan memindahkan si korban secara terburu –buru sebelum dapat
dipastikan.
6. Jenis serta keparahan cedera yang diderita.
Apabila kita menemukan korban karena suatu kecelakaan listrik, maka tindakan
kita adalah :
1. Matikan segera sumber arus listrik
2. Pastika apakah korban masih bernafas atau tidak, kemudian
berilah bantuan
3. Pernafasan.
4. Pastikan apakah korban memperoleh manfaat bantuan tersebut
atau tidak selain itu lakukan juga pemijatan jantung (jika bias)
5. Jika si korban masih bernafas, bawa segera dengan posisi miring
6. Jika si korban masih bernafas namun cedera berat dan pingsan,
bawa segera ke rumah sakit terdekat.
Sebelum mematikan sumber arus listrik, harus diperhatikan apakah si korban
masih bersentuhan dengan arus tersebut ? Jika ya dan sumber listrik belum
diketahui, lokasinya maka tindakan kita adalah berupaya untuk melepaskan
sentuhan tersebut dengan bantuan alat yang berisolasi atau bukan penghantar listrik
seperti bambu atau kayu kering dan jika sudah berhasil, upayak untuk segera
mencari dan mematikan sumber listrik atau dilakukan secara paralel (serentak).
1. Biasanya pengaruh
sengatan arus listrik pada korban
akan berakibta
2. Shock
3. Pingsan
4. Luka bakar
Kesadarannya menurun
Nadi berdenyut cepat, melemah, lamban dan menghilang
Mual-mual
Kulit dingin, lembab dan pucat
Nafas dangkal, kadang tak beratur
Pupil mata melebar
Hal tersebut akan diketahui setelah kita periksa pernafasannya dengan cara
meletakkan kedua telapak tangan kita dibawah lekukan tulang rusuk si korban.
Melalui naik dani turunnya dinding perut, kita dapat mengamati korban apakah dia
masih bernafas atau tidak. Jika pernafasnnya masih ada, si korban dapat
diposisikan miring secara stabil. Tapi jika si korban pernafasnnya terhenti, maka
baringkan secar terlentang, kemudian periksa rongga mulutnya karena kemungkinan
ada benda atau sesuatu yang menghalangi jalannya pernafasan dan jika ada,
singkirkan segera. Setelah itu atur lagi pernafasannya dan baringkan dalam posisi
miring. jika dengan cara ini pernafasannya tetap tidak ada, maka kita bantu dia
dengan pernafasan buatan.
F. Menolong Korban Luka Bakar
Luka bakar merupakan salah stu akibat dari sengatan arus listrik.setiap luka
bakar yang luas dapat diikuti oleh shock, diman sebagian besar cairan tubuh
dialirkan kedaerah yang terbakar sehingga volume darah yang mengalir keotak dan
jantung akan berkurang.
Pada orang dewasa luka bakar selebar 20% dari luar permukaan tubuh dapat
mengakibatkan shock sedangkan pada anak-anak dapat terjadi pada selebar 10%.
Luas permukaan seluruh kepala = 9%
Luas permukaan setiap lengan (sampai
tangan ) =9%
Luas permukaan dada =95
Luas permukaan perut = 9%
Luas permukaan punggung = 9%
Luas permukaan pinggang (dinding
belakang perut ) =9%
Luas permukaan paha = 9%
Luas permukaan betis = 9% Gambar 5 : Daerah rumus sembilan
Luas permukaan daerah kemaluan =9%
Gambar diatas memperlihatkan ”rumus sembilan”untuk luas daerah luka bakar
dengan pedoman sebagai berikut :
Pengetahuan tentang luas permukaan ini penting, karena pokok-pokok tndakan
pertolongan pada luka bakar adalah :
o Mencegah atau mengobati
o Mengurangi rasa sakit,
o Mencegah infeksi.
Jika pernafasan buatan diperluka pada korban, maka hal ini harus dilakukan
terlebih dahulu sedangkan pertolongan terhadap luka bakarnya dikerjakan
kemudian.
Berikut ini adalah tindakan pertolongan padaluka bakar dengan variasi luas:
a. Luka bakar kurang dari 20 % (tanpa luka terbuka )
Tindakan pertolongan : Rendam bagian yang terbakar kedalam air es atau air
dingin atau dapat juga dikompres dengan handuk yang telah direndam dalam air
dingin. Tindkan ini dilakukan hingga rasa sakit tidak terasa lagi. Hal ini dapat
dilakukan antara30 menit dan kadang-kadang sampai 5 jam.
Tindakan ini selain mengurangi rasa sakit juga memperkecil akibat lanjutan dari
luka bakar tersebut. Bagian yang melepuh jangan dikupas, biarkan sampai kelah
sembuh sendiri.
b. Luka bakar yang luas
Tindakan pertolongan : Tutup bagian-bagian yang terbakar dengan lembaran
sofratulle dan kain yang bersih sedemikian rupa hingga bagian itu tidak
berhubungan langsung dengan udara. Hal ini guna mencegah kuman-kuman
yang ada diudara.
Baringkan korban dengan kepal lebih rendah dari bagian tubuh lainnya,kemudian
kirim kerumah sakit terdekat. Apabila korban tetap sadar dan dapat menelan, beri
minuman sebanyak mungkin.
c. Luka bakar akibat zat kimia
Tindakan pertolongan : Luka bakar akibat basa keras lebih merusak daripada
akibat asma keras.Kecepatan mengguyur dan membasuh luka bakar akibat zat
kimia sangat menentukan dalam usaha membatasi akibat-akibatnya.
Sambil melepaskan pakaian korban, siramlah bagian yang terbakar dengan air
yang mengalir. Untuk luka bakar yang diakibatkan oleh asam keras ( air
keras,asam cuka pekat etc) cukup diguyur dengan air mengalir atau dengan
larutan soda kue (kadar 5%) .Sedangkan pada luka bakar akibat basa keras,
selain diguyur dengan air diberi juga larutan cuka dapur untuk menetralkan basa
penyebabnya. Luka bakar akibat fosfor harus segera direndam air.
Perhatian:
Kecuali dalam hal terbakar oleh sinar matahari, luka bakar akibat apapun tidak
boleh diobati dengan zat-zat yang berminyak (misal minyak gemuk,mentega dan
sebagainya ).Luka bakar yang terbuka sebaiknya ditutp dengan lembaran sofratulle
dan didesinfeksi dengan larutan Betadine 10 %.
Di dalam instalasi listrik (gardu) dengan tegangan nominal diatas 1kV, paling
sedikit harus tersedia sebuah selimut untuk memadamkan pakaian yang terbakar.
Selimut ini sebaiknya terbuat dari bahan woll atau asbest dan jangan terbuat dari
bahan sintetis.
Pada pabrik-pabrik, tempat kerja (workshop) harus selalu tergantung
”PETUNJUK PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN” yang dilengkapi dengan
PPPK dikarenakan arus listrik. Selain itu dianjurkan agar dicantumkan :
Materi Pokok 5 :
Rambu-rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan ketentuan simbol larangan, peringatan, pemberitahuan serta
perintah sesuai standar
2. Menjelaskan ketentuan gambar dan warna pada rambu-rambu dan teks
tulisan
B. Pengertian
Sebagai upaya untuk mengatasi kecelakaan dan gangguan kesehatan dapat
juga ditempat kerja atau tempat-tempat lain yang berbahaya diberi peringatan yang
serupa rambu-rambu atau simbol-simbol. Simbol ini pada prinsipnya mirip dengan
rambu-rambu lalulintas, misalnya tanda larangan, peringatan, perintah atau anjuran.
Rambu-rambu ini sebaiknyaditempatkan ditempat yang mudah terlihat dan
menggunakan komposisi warna yang diatur dan mengacu pada standar DIN/
Deutche Institute Norm (German Institute for Standardization ) Nomor 4844 P.1/5.80.
Ketentuan gambar dan simbol umum/internasional keselamatan yang ditampilkan
pada tempat kerja untuk :
Komposisi Warna :
Merah
Putih
Hitam
Komposisi Warna :
Hitam
Kuning
Komposisi Warna :
Hijau
Putih
Komposisi Warna :
Biru
Rambu-Rambu ini biasanya dilengkapi lagi dengan tulisan pesan tertentu selain
dilengkapi gambar diatasnya sehingga dapat diketahui apa maksud rambu tersebut.
Hal ini untuk mengkomunikasikan pesan tersebut pada pekerja, walaupun pekerja
tidak bisa bahasa Inggris atau membaca dengan baik. Ini penting bahwa setiap
pekerja mengetahui rambu keselamatan tanpa ragu-ragu.
Selain rambu-rambu umum yang sudah ada standarnya secara internasional,
berbagai pihak yang peduli dengan keselamatan da kesehatan kerja membuat
Materi Pokok 6 :
Kesehatan Kerja dan Ergonomy
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan landasan hukum yang mengatur tentang kesehatan di
tempat kerja
2. Menjelaskan Penyakit-penyakit gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor pekerjaan
3. Menjelaskan tentang pengertian Ergonomy yang berkaitan dengan
pekerjaan
B. Pengertian
Kesehatan kerja adalah bagian sosialisasi dalam ilmu kesehatan yang bertujuan
agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang tinggi baik fisik mental
maupun sosial melalui usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungannya
seperti :
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
3. Perawatan dan efisiensi dan produktifitas tenaga kerja.
4. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja dan meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja.
5. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh produk-produk kesehatan.
Dalam konteks keilmuannya, kesehatan kerja dikenal dengan istilah Hiperkes
yang pada dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang berbeda yaitu
medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai tujuan yang
sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
D. Ergonomy
Ergonomy adalah gabungan dari berbagai ilmu seperti antropologi (budaya /
adat), biometrika,faal (urai tubuh), hygiene(gizi), kesehatan kerja, perencanaan
kerja. Ergonomi ini berkaitan dengan :
1. Penyelarasan pekerjaan dengan tenaga kerjanya (the right man in the right
place),
2. Perencanaan pekerjaan agar dapat menggunakan kemampuan manusia
tanpa melebihi batasnya,
3. Perencana sistem “man-machine” dengan tenaga kerja, dimana manusia
sebagai kerangka referensinya,
4. Pertalian antara teknologi dengan ilmu biologi manusia.
Selanjutnya untuk kemampuan mengangkat beban dikaitkan fisik dedan jenis
kelamin serta usiayang layak dapat dilihat pada tabel berikut.
Berat Beban ( kg )
Usia
Frekuensi pengangkatan dan pemindahan
(tahun) Sekali-kali Sering-kali
wanita Pria wanita Pria
15 - 18 15 35 10 20
19 - 45 15 55 10 30
>45 15 45 10 25
Nilai batas yang tidak boleh dilampaui dalam kondisi norma tanpa mencenderai
Nilai yang disarankan berdasarkan faktor ergonomi
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau
derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatoses) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
atau biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi
atau kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
Materi Pokok 8 :
Alat Pelindung Diri (APD)
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan Alat pelindung Diri (APD)
2. Menjelaskan fungsi alat peliundung diri (APD)
3. Mendemonstrasikan penggunaan APD sesuai dengan Pekerjaan
TUGAS:
1. Buatlah rencana kelengkapan
rambu-rambu K3L....! sesuai dengan kebutuhan bengkel/Laboratorium dimana
anda bertugas.
2. Identifikasi kebutuhan rambu
petunjuk/perintah/larangan untuk setiap mesin/ alat praktik...! sesuai dengan
fasilitas yang dimiliki oleh unit kerja saudara.
3. Lakukan pengamatan kelengkapan
infrastruktur K3L pada suatu bengkel/laboratorium, selanjutnya analisalah ...!
kelebihan dan kekurangan apa yang anda amati....! (gunakan format terlampir)
ALAT PELINDUNG
1. DIRI SETIAP
BENGKEL
KELENGKAPAN
2.
ALAT KESEHATAN
TEMPAT KERJA
ALAT PEMADAM
3.
KEBAKARAN
ALAT
4.
KEBERSIHAN
5. ADMINISTRASI
K3L BENGKEL/
LABORATORIUM
Materi Pokok 8 :
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara
kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makluk lainnya,
disebut daya dukung lingkungan hidup. Sedangkan, daya tamping lingkungan hidup
adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau
komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
Pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab
negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup,
termasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan,
disebut pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
A. Tujuan
B. Sasaran
terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap
dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup; (c) terjaminnya
kepentingangenerasi masa kini dan generasi masa depan; (d) tercapainya
kelestarian fungsi lingkungan hidup; (e) terkendalinya pemanfaatan sumberdaya
secara bijaksana; (f) terlindungnya NKRI terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan
di luar wilayah negara yang menyebabkan perusakan lingkungan hidup.
Kemandirian dan keberdayaan masyarakat merupakan prasyarat untuk
menumbuhkan kemampuan masyarakat sebagai pelaku dalam pengelolaan
lingkungan hidup bersama dengan pemerintah dan pelaku pembangunan yang lain.
Meningkatnya kemampuan dan kepeloporan masyarakat akan meningkatkan
efektifitas peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Tindakan
yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik
dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam
menunjang pembangunan berkelanjutan, disebut perusakan lingkungan hidup.
Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat, hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup. Selain mempunyai hak, setiap orang
berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajban memberikan informasi yang besar
dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Masyarakat mempunyai kesempatan yanmg sama dan seluas-luasnya untuk
berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pelaksanaanya dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
Pertama, meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan,
Kemampuan dan keberdayaan masyarakat merupakan prasyarat untuk
menumbuhkan kemampuan masyarakat sebagai pelaku dalam pengelolaan
lingkungan hidup bersama dengan pemerintah dan pelaku pembangunan lainnya.
dan/atau kegiatan, disebut dampak besar dan penting. Jenis Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan dokumen Amdal saat ini diatur dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000 tanggal 21
Februari 2000. (Untuk lebih lengkapnya Anda mencari Keputusan tersebut).
( pengembangan IPS )
Kebersihan adalah pangkal dari kesehatan, ini pepatah kuno yang masih
aktual saat ini. Setiap orang menginginkan dan menghendaki lingkungannya bersih
dan nyaman, ditempat kerjanya. Tidak diragukan lagi bahwa Kebersihan Lingkungan
Kerja sangatlah bermanfaat, karena dengan usaha-usaha kebersihan lingkungan
kerja akan membawa dampak pada turunnya potensi terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Selayaknya kebersihan lingkungan kerja meliputi kebersihan luar dan dalam
gedung /tempat kerja. Kebersihan luar gedung/tempat kerja meliputi halaman,
saluran air bangunan dan jalanan. Sedangkan kebersihan dalam gedung/tempat
kerja meliputi lantai, dinding, atap gedung/bangunan serta mesin dan alat bantu
kerja.
Kebersihan ruangan kerja juga menjadi salah satu hal yang langsung dapat
dilihat oleh mata setiap orang. Jika ruangan itu bersih maka siapapun yang akan
masuk akan merasa nyaman, namun sebaliknya jika ruangan itu kotor maka akan
mempengaruhi kenyamanan seseorang, termasuk kenyamanan dalam bekerja.
Materi Pokok 9:
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Di Lingkungan Kerja
1 Eksplosif
4 Gas Pengoksidasi
5 Gas Bertekanan
10 Padatan Piroporik
13 Cairan Pengoksidasi
14 Padatan Pengoksidasi
15 Peroksida Organik
17 Toksisitas Akut
22 Karsinogenitas
26 Bahaya Aspirasi
Simbol Rambu APD Versi GHS Yang Digunakan Pada Label / Penandaan Bahan
Kimia:
LATIHAN :
1. Jelaskan Ketentuan hak dan kewajiban dalam K3 bagi pimpinan Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah . . . ?
2. Jelaskan hak dan kewajiban pekerja menurut Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah …?
3. Jelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan di tempat kerja . . . ?
4. Uraikan dengan singkat upaya apa untuk pencegahan kecelakaan kerja dari
faktor-faktor penyebab diatas. . . ?
5. Identifikasikanlah empat tindakan tidak aman saat berkerja yang dapat
menimbulkan kecelakaan . . . ?
6. Identifikasi 5 (lima) Alat pelindung diri (APD) yang diperlukan saat bekerja di
bengkel . . . ., jelaskan fungsinya . . . . ?.
7. Identifikasi 5 (lima) Alat pelindung diri (APD) yang diperlukan saat bekerja di
Laboratorium . . . jelaskan fungsinya.?.
8. Apakah fungsi rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja . . . .?
9. Beri 5 (lima) contoh rambu-rambu K3 , dan berikan penjelasan fungsinya . . ?
10. Identifikasi jenis obat-obatan yang harus tersedia pada kotak PPPK di
bengkel atau di laboratorium . . .jelaskan kegunaannya ?.
TUGAS:
Setiap peserta membuat Petunjuk / Peringatan tentang Keselamatan/ Kesehatan
kerja, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Berbentuk Gambar Ilustrasi/ karikatur atau Foto
2. Gambar tesebut diberikan tulisan yang sesuai dengan maksud petunjuk/
peringatannya.
3. dibuat dalam ukuran A4
4. Peringatan bersifat aplikatif yang sesuai dengan tempat bekerja/ unit kerja
masing-masing
DAFTAR PUSTAKA
Arai, K., (2001) “The Globally Harmonized System (GHS) for Hazards Classification
and Labelling”, www.jcia-net.or.jp