Anda di halaman 1dari 24

Tugas

PENGOLAH DATA
ARSITEKTUR TRADISIONAL

DI SUSUN OLEH :
SUHERLIZA

P3B118024

JURUSAN D3 ARSITEKTUR
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI 2018
{Arsitektur tradisional)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya sapat menyelesaikan tugas saya ini yang
berjudul “ARSITEKTUR TRADISIONAL”. Saya berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dalam bidang arsitektur ini.

Meski telah di susun secara maksimal, namun penulisan sebagai manusia bisa
menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, saya sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan
dan kesalahan dari tugas ini.

Demikian apa yang bisa saya sampaikan semoga tugas ini diterima sebagai
ide/gagasan yang menambah kekayaan kreativitas bangsa.

Kendari, 20 September 2018

penyusun

{Makala program olah data} i


{Arsitektur tradisional)
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
BAB I ............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.................................................................................. 1
BAB II .............................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Pengertian Arsitektur tradisional ........................................................... 2
B. Contoh-contoh Rumah tradisional ......................................................... 2
a. Rumah tradisional Jawa ..................................................................... 2
b. Rumah tradisional batak................................................................... 10
BAB III .......................................................................................................... 18
PENUTUP ....................................................................................................... 18
A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran.................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20

{Makala program olah data} ii


{Arsitektur tradisional)
DAFTAR GAMBAR
Gambar II 1 rumah tradisional jawa ............................................................... 3
Gambar II 2 rumah tradisional adat Jawa( joglo ) .......................................... 4
Gambar II 3Gambar 1.2 bagian rangka atap Rumah adat Jawa(joglo) .......... 6
Gambar II 4 (ornamen),susunan, dan fungsi dari tiang-tiang dalam
pembangunan Rumah (joglo).......................................................................... 7
Gambar II 5 keunikan konstruksi Rumah adat Jawa (joglo)........................... 7
Gambar II 6 kelebihan Rumah adat Jawa (joglo) ........................................... 8
Gambar II 7 kekurangan Rumah adat Jawa (joglo) ....................................... 9
Gambar II 8 Rumah tradisional batak (Karo) ................................................ 10
Gambar II 9 bagian bagian Dari Rumah adat (Karo)..................................... 14
Gambar II 10 Jabu dalam Rumah Adat batak (Karo) sumber ....................... 15

{Makala program olah data} iii


{Arsitektur tradisional)
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara
memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau
pembangunan rumah tersebut, baik dalam satu unit maupun dalam suatu
kesatuan permukiman, memiliki kaidah tersendiri yang didasarkan atas
perenungan dan refleksi dari berbagai aspek. Manifestasi dari refleksi pemikiran
masyarakat tradisional memunculkan beragam keunikan hasil karya rumah
tradisional yang erat kaitannya dengan keragaman suku dan kebudayaan yang
khas.

Seiring dengan perkembangan zaman, arsitek pun ikut semakin


berkembang pesat. Hal ini tidak lain di sebabkan oleh perkembangan kehidupan
manusia, semakin peradaban manusia berkembang, maka semakin menuntut
perkembangan dunia arsitektur agar dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan arsitektur tradisional


suatu daerah di Indonesia maka perlu adanya pembahasan Arsitektur tradisional
pada masa ini. Terkait tentang bahasan ini daerah yang akan di gunakan dalam
bahasan yaitu rumah tradisional dari Pulau Jawa. Pembahasan ini akan
membahas tentang gaya arsitekturnya mulai dari latar belakan atau
Filosofi,struktur,dan konstruksi, bentuk dan peruangan, ornamen atau ciri khas
atau tipologi bangunan tradisional Masing-masing daerah.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan beberapa
permasalahan yaitu :
1. untuk mengetahui bagaimana perkembangan rumah tradisional di
Indonesia
2. untuk mengetahui filosofi atau makna dari rumah tradisional Indonesia
3. mengetahui Bagaimana struktur dan konstruksi rumah tradisional
Indonesia
4. mengetahui Bagaimana peruangan dalam rumah dalam rumah tradisional
Indonesia?
5. Mengetahui Apa saja rumen dan ciri khas rumah tradisional Indonesia

{Makala program olah data} 1


{Arsitektur tradisional)
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Arsitektur tradisional
Jadi arsitektur tradisional adalah suatu gaya/seni bangunan yang
meliputi ; struktur, fungsi dan cara pembangunan yang diwariskan secara turun-
temurun dan dipakai sebagai alat aktivitas kehidupan.

B. Contoh-contoh Rumah tradisional


Ada Beberapa contoh rumah tradisoanal diantaranya:

a. Rumah tradisional Jawa

Rumah merupakan sesuatu yang penting karena mencerminkan


papan (tempat tinggal), disampingi dua macam kebutuhan lainnya yaitu
sandang (pakaian) dan pangan (makanan). Karena rumah berfungsi untuk
melindungi dari tantangan alam dan lingkungannya. Selain itu rumah tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan utamanya saja. Tetapi dipergunakan
untuk mewadahi semua kegiatan dan kebutuhan yang ada di dalam rumah
tersebut.

Rumah Jawa lebih dari sekedar tempat tinggal. Masyarakat Jawa


lebih mengutamakan moral kemasyarakatan dan kebutuhan dalam
mengatur warga semakin menyatu dalam satu kesatuan. Semakin lama
tuntutan masyarakat dalam keluarga semakin berkembang sehingga
timbullah tingkatan jenjang kedudukan antar manusia yang berpengaruh
kepada penampilan fisik rumah suatu keluarga. Lalu timbullah jati diri
arsitektur dalam masyarakat tersebut.

Rumah Jawa merupakan lambang status bagi penghuninya dan juga


menyimpan rahasia tentang kehidupan sang penghuni. Rumah Jawa
merupakan sarana pemiliknya untuk menunjukkan siapa sebenarnya dirinya
sehingga dapat dimengerti dan dinikmati orang lain. Rumah Jawa juga
menyangkut dunia batin yang tidak pernah lepas dari kehidupan masyarakat
Jawa.

{Makala program olah data} 2


{Arsitektur tradisional)

Gambar II 1 rumah tradisional jawa


(sumber: https://www.gambar.photo)

Bentuk dari rumah Jawa dipengaruhi oleh 2 pendekatan yaitu :

 Pendekatan Geometrik yang dikuasai oleh kekuatan sendiri


 Pendekatan Geofisik yang tergantung pada kekuatan alam
lingkungan.

Kedua pendekatan itu akhirnya menjadi satu kesatuan. Kedua


pendekatan mempunyai perannya masing-masing, situasi dan kondisi
yang menjadikan salah satunya lebih kuat sehingga menimbulkan bentuk
yang berbeda bila salah satu peranannya lebih kuat. Rumah Jawa
merupakan kesatuan dari nilai seni dan nilai bangunan sehingga
merupakan nilai tambah dari hasil karya budaya manusia yang dapat
dijabarkan secara keilmuan.

Bentuk rumah tradisional Jawa dari waktu ke waktu selalu


mengalami perubahan bentuk. Secara garis besar tempat tinggal orang
Jawa dapat dibedakan menjadi:

 Rumah Bentuk Joglo


 Rumah Bentuk Limasan
 Rumah bentuk Kampung
 Rumah Bentuk Masjid dan Tajug atau Tarub
 Rumah bentuk panggang Pe

Rumah Joglo

{Makala program olah data} 3


{Arsitektur tradisional)
Dibanding 4 bentuk lainnya, rumah bentuk joglo merupakan rumah joglo

Gambar II 2 rumah tradisional adat Jawa( joglo ) sumber :


https://www.arsitag.com/proxy-s3-arsitagx-master-
article/article-photo/105/330x220xRumah-Adat-Tradisional-
Joglo.jpg.pagespeed.ic.w7l3N2Jz3E.jpg

yang dikenal masyarakat pada umumnya.

kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu. Hal ini


disebabkan rumah bentuk joglo membutuhkan bahan bangunan yang lebih
banyak dan mahal daripada rumah bentuk yang lain. Masyarakat Jawa pada
masa lampau menganggap bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh
orang kebanyakan, tetapi rumah joglo hanya diperkenankan untuk rumah
kaum bangsawan, istana raja, dan pangeran, serta orang yang terpandang
atau dihormati oleh sesamanya saja. Dewasa ini rumah joglo digunakan oleh
segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti
gedung pertemuan dan kantor-kantor.Banyak kepercayaan yang
menyebabkan masyarakat tidak mudah untuk membuat rumah bentuk joglo.
Rumah bentuk joglo selain membutuhkan bahan yang lebih banyak, juga
membutuhkan pembiayaan yang besar, terlebih jika rumah tersebut
mengalami kerusakan dan perlu diperbaiki.

Kehidupan ekonomi seseorang yang mengalami pasang surut pun


turut berpengaruh, terutama setelah terjadi penggeseran keturunan dari
orang tua kepada anaknya. Jika keturunan seseorang yang memiliki rumah
bentuk joglo mengalami penurunan tingkat ekonomi dan harus memperbaiki
serta harus mempertahankan bentuknya, berarti harus menyediakan biaya
secukupnya. Ini akan menjadi masalah bagi orang tersebut. Hal ini
disebabkan adanya suatu kepercayaan, bahwa pengubahan bentuk joglo
{Makala program olah data} 4
{Arsitektur tradisional)
pada bentuk yang lain merupakan pantangan sebab akan menyebabkan
pengaruh yang tidak baik atas kehidupan selanjutnya, misalnya menjadi
melarat, mendatangkan musibah, dan sebagainya.

Pada dasarnya, rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar. Pada


mulanya bentuk ini mempunyai empat pokok tiang di tengah yang di
sebut saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang di
sebut tumpangsari. Blandar tumpangsari ini bersusun ke atas, makin ke atas
makin melebar. Jadi awalnya hanya berupa bagian tengah dari rumah
bentuk joglo zaman sekarang. Perkembangan selanjutnya, diberikan
tambahan-tambahan pada bagian-bagian samping, sehingga tiang di
tambah menurut kebutuhan. Selain itu bentuk denah juga mengalami
perubahan menurut penambahannya. Perubahan-perubahan tadi ada yang
hanya bersifat sekedar tambahan biasa, tetapi ada juga yang bersifat
perubahan konstruksi.

Dari perubahan-perubahan tersebut timbullah bentuk-bentuk rumah


joglo yang beraneka macam dengan namanya masing-masing. Adapun,
jenis-jenis joglo yang ada, antara lain : joglo jompongan, joglo kepuhan
lawakan, joglo ceblokan, joglo kepuhan limolasan, joglo sinom apitan, joglo
pengrawit, joglo kepuhan apitan, joglo semar tinandu, joglo lambang sari,
joglo wantah apitan, joglo hageng, dan joglo Mangkurat.

Untuk membangun joglo dibutuhkan 3 (tiga) jenis kayu yaitu


yang pertama kayu jati, kedua adalah kayu pohon nangka dan ketiga
adalah kayu kebun (kayu sonokeling, kayu sengon). Jika menginginkan
bangunan joglo kuno kita cukup hunting mencari/membeli bangunan joglo
dikampung-kampung yang sudah berdiri dan kebetulan pemiliknya ingin
menjualnya.

{Makala program olah data} 5


{Arsitektur tradisional)

Gambar II 3Gambar 1.2 bagian rangka atap Rumah adat Jawa(joglo) sumber :
https://hakimhomint.files.wordpress.com/2017/06/wp-image-217357201.jpeg

Jumlah Kayu yang dibutuhkan Dalam


membuat bangunan joglo adalah kurang lebih sebanyak 5,7
meter kubik. Hitungan tersebut mulai dari kayu untuk Soko Guru(4
batang), kayu Sunduk (4 batang), kayu Belandar/Pengeret (4 batang),
kayu Tumpang sari (8 batang – jika Tumpang sari 3 susun dan 16 batang
jika Tumpang sari 5 susun), kayu Dodo Peksi (2 batang) fungsi dodo peksi
sebagai penopang susunan kayu empyak, sedang kayu Empyak adalah
berfungsi sebagai plafon di tengah (Center poin) biasanya dihiasi dengan
ukiran. Kayu Suwunan atau Molo (Bumbungan/Nok) langsung diangkat
dan diapit oleh 4 kayu Dudur (Nok samping) berfungsi sebagai penyangga
sekaligus pengikat Susunan dengan Tumpang sari dan sekaligus sebagai
pembentuk susunan atap utama (puncak atap joglo).

{Makala program olah data} 6


{Arsitektur tradisional)

Gambar II 4 (ornamen),susunan, dan fungsi dari tiang-tiang dalam pembangunan Rumah (joglo). Sumber :
https://hakimhomint.files.wordpress.com/2017/06/wp-image-1458801814.jpg

Selanjutnya, susunan tiang-tiang luar disebut Emperan terdiri dari 12


batang dan berfungsi juga sebagai penopang kayu Belandar Emperan (4 batang)
dan diatas-Nya sebagai penopang kayu Dudur Emperan (4 batang) yang
selanjutnya akan membentuk susunan atap Emperan. Layaknya bangunan
beratap genteng maka dipasang kayu Usuk(kasao) dan kayu Reng.

Gambar II 5 keunikan konstruksi Rumah adat Jawa (joglo) sumber :


https://hakimhomint.files.wordpress.com/2017/06/wp-image-1820224392.jpg

{Makala program olah data} 7


{Arsitektur tradisional)

Gambar II 6 kelebihan Rumah adat Jawa (joglo) sumber :


https://images.homify.com/c_fill,f_auto,q_auto:eco,w_520/v149
7622293/p/photo/image/2067206/Ranah30.jpg

Sebagai kekayaan arsitektur tradisional Indonesia, Rumah adat


Jawa joglo Ini memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. Berkat adanya bentuk atap yang meruncing di bagian tengah,


udara di dalam rumah akan terasa sangat sejuk.

2. Tersedia area cukup luas untuk bersosialisasi, baik dengan sesama


anggota keluarga atau tamu yang datang berkunjung.

3. Adanya pembagian ruang untuk semua keperluan, baik untuk


aktivitas jasmani maupun rohani.

4. Rumah joglo dapat dipindahkan ke lokasi lain, sama seperti rumah


prefabrikasi.

5. Lantaran semua bagiannya terbuat dari kayu, rumah adat Jawa


lebih mampu mengatasi hawa panas yang datang dari luar.

6. Lebih ramah lingkungan dan sisa material tidak sulit dibersihkan.

{Makala program olah data} 8


{Arsitektur tradisional)

Gambar II 7 kekurangan Rumah adat Jawa (joglo) sumber :


https://images.homify.com/c_fill,f_auto,q_auto:eco,w_520/v1497622354
/p/photo/image/2067218/Ranah25.jpg

Agar seimbang, kekurangan rumah adat Jawa yang disebutkan di


bawah ini juga perlu diketahui:

1. Pada dasarnya, rumah joglo adalah rumah para bangsawan atau orang kaya
jaman dahulu. Diperlukan lahan yang sangat luas untuk bisa membangun rumah
joglo asli yang lengkap dengan pendopo, pringgitan, senthong dan gandhok.
2. Diperlukan biaya cukup besar untuk membangun rumah adat Jawa asli, akibat
semakin mahalnya harga material kayu.
3. Segala aktivitas yang dilakukan di pendopo akan terlihat dengan jelas oleh para
tetangga. Jelas kurang cocok untuk mereka yang menyukai privasi tinggi.
4. Bila genteng penutup atap bergeser atau pecah, maka ruangan di bawahnya
akan bocor saat hujan dan terpapar cahaya matahari langsung saat cuaca
sedang cerah.
5. Tanpa adanya dinding penutup, lantai area pendopo lebih mudah kotor akibat
debu.

{Makala program olah data} 9


{Arsitektur tradisional)

Gambar II 8 Rumah tradisional batak (Karo) sumber :


https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/wp-
content/uploads/sites/27/2018/02/Rumah-adat-tampak-dari-utara.jpg
b. Rumah tradisional batak
Arsitektur tradisional adalah suatu bangunan yang bentuk, struktur, dan
cara pembuatannya diwariskan secara turun menurun dan dapat dipakai untuk
melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik baiknya. Bangunan tradisional
Batak Karo memperlihatkan saat itu telah menggunakan konsep membangun
yang menyesuaikan diri dengan iklim tropis lembap. Ini dapat dilihat dari sudut
kemiringan atap yang cukup besar, teritisan yang lebar dan lantai bangunan
yang diangkat dari muka tanah.

Rumah adat Karo terkenal karena keunikan teknik bangunan dan nilai
sosial budayanya. Rumah Adat Karo memiliki konstruksi yang tidak memerlukan
penyambungan. Semua komponen bangunan seperti tiang, balok, kolam,
pemikul lantai, konsol, dan lain-lain tetap utuh seperti aslinya tanpa adanya
melakukan penyurutan atau pengolahan. Pertemuan antar komponen dilakukan
dengan tembusan kemudian dipantek dengan pasak atau diikat menyilang
dengan ijuk untuk menjauhkan rayapan ular. Bagian bawah, yaitu kaki rumah,
bertopang pada satu landasan batu kali yang ditanam dengan ke dalam
setengah meter, dialasi dengan beberapa lembar sirih dan benda sejenis besi.
Rumah adat karo berbentuk panggung dengan dinding miring dan beratap ijuk.
Letaknya memanjang 10-20 m dari timur ke barat dengan pintu pada kedua
jurusan mata angin itu. Posisi bangunan rumah adat karo biasanya mengikuti
aliran sungai yang ada di sekitar desa. Pada serambi muka semacam teras dari
bambu yang disusun yang disebut ture.Biasanya membangun rumah, orang Karo

{Makala program olah data} 10


{Arsitektur tradisional)
mengadakan musyawarah dengan teman satu rumah mengenai besar, tempat
dan hal hal lain. Waktu membersihkan dan meratakan tanah ditentukan oleh
guru (dukun) untuk mendapatkan hari yang baik. Ketika akan mengambil kayu
ke hutan mereka menanyakan hari yang baik untuk menebang pohon kepada
guru. Sebelum menebang kayu guru akan memberi persembahan penjaga hutan
agar jangan murka kepada mereka karena kayu itu dipakai untuk membangun
rumah. Dalam proses pembangunan mulai dari peletakan alas rumah selalu ada
ritual yang dibuat agar pembangunan rumah tersebut diberkati oleh Yang Maha
Kuasa agar tidak terjadi hal hal yang buruk.

Setelah rumah selesai dibangun masih ada ritual yang diadakan. Guru
dan beberapa sanak keluarga yang membangun rumah akan tidur di rumah baru
sebelum rumah itu ditempati. Mereka akan mempimpikan apakah rumah
tersebut baik untuk dihuni maupun tidak. Waktu memasuki rumah baru biasanya
diadakan kerja mengket rumah baru(pesta memasuki rumah baru). Pesta ini
menunjukkan rasa syukur atas semua batu tersebut kepada saudara-saudara
dan kepada Yang Maha Kuasa. Dalam pesta ini ada acara makan bersama pada
kerabat, kenalan dan orang-orang sekampung. Lalu, acara dilanjutkan dengan
acara ngerana (memberi kata sambutan dan petuah-petuah) oleh pihak-pihak
berkompeten seperti : kalimbubu anak beru dan senina. Dalam pesta ini juga
biasanya ada acara tepung tawar untuk rumah baru guru akan menepung tawari
bagian-bagian tertentu dari rumah tujuannya ialah agar segala yang jahat keluar
dari rumah dan yang baik tinggal dalam rumah untuk membuat para penghuni
rumah bisa bahagia menepati rumah tersebut. Acara lain yang kadang dibuat
adalah gendang. Gendang ini bertujuan untuk mengusir hal-hal jahat yang masih
tinggal di dalam rumah tersebut. Gendang tersebut juga menunjukkan rasa
gembira dan syukur bersama warga sedesa.

Keberadaan rumah adat Karo juga tak terlepas dari


pembentukan kuta (kampung) di tanah karo yang berawal dari barung,
kemudian menjadi talun, dan menjadi kuta dan di dalam kuta yang besar
terdapat kesain. Pada sebuah barung biasa nya hanya terdapat sebuah sebuah
rumah sederhana, ketika sebuah barung berkembang dan sudah terdapat 3
rumah di dalamnya disebut dengan talun dan bila telah terdapat lebih dari 5
rumah adat disebut sebagai kuta ketika kuta sudah berkrmbang lebih pesat dan
lebih besar maka kuta dibagi atas beberapa kesain (halaman/pekarangan),
disesuaikan dengan merga-merga yang pertama menteki (mendirikan ) kuta
tersebut.

{Makala program olah data} 11


{Arsitektur tradisional)
Struktur bangunan rumah adat karo terbagi atas tiga bagian, yaitu atap
sebagian dunia atas, badan rumah sebagai dunia tengah dan kaki sebagai dunia
bawah, yang dalam bahasa karo disebut dibata atas, dibata tengah, dan dibata
teruh (allah atas, allah tengah dan allah bawah). Pembagian anatomi rumah
adat karo menggambarkan dunia atas tempat yang disucikan, dunia tengah
tempat keduniawian, dan dunia bawah tempat kejahatan sehingga layak untuk
tempat binatang peliharaan, yang dalam kepercayaan suku Karo disukai
oleh Tuhan banua koling. Penguasa yang jahat dipuja dan dihormati agar tidak
menganggu kehidupan manusia. Dalam pembangunan rumah adat, hal yang
terpenting adalah prosesnya yang sakral dibandingkan segi fisiknya. Hal ini
tampak mulai dari penentuan tapak/lahan, pemilihan kayu di hutan, hari baik
untuk pendirian rumah, pemasangan atap sampai memasuki rumah. Semuanya
dilakukan melalui upacara-upacara ritual dengan kerbau sebagai korban.
Upacara-upacara ini menunjukkan kepercayaan yang besar orang Karo
akan kekuasaan yang melebihi kekuatan manusia.

Pada masyarakat Karo terdapat suatu rumah yang dihuni oleh beberapa
keluarga, yang penempatan jabunya di dalam rumah diatur menurut ketentuan
adat dan di dalam rumah itu pun berlaku ketentuan adat, itulah yang disebut
dengan rumah adat Karo. Rumah adat Karo ini berbeda dengan rumah adat suku
lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan rumah adat Karo. Bentuknya
sangat megah diberi tanduk. Proses pendirian sampai kehidupan dalam rumah
adat itu diatur oleh adat Karo, dan karena itulah disebut rumah adat.

Bangunan rumah adat Batak Karo merupakan sebuah bangunan yang


sangat besar, terdiri dari empat sampai enam tungku perapian, satu untuk setiap
unit keluarga besar (jabu) atau untuk dua jabu. Oleh karena itu antara empat
sampai dua belas keluarga dapat tinggal dirumah tersebut dan dengan ukuran
rata-rata keluarga besar terdiri dari lima orang (suami, istri dan tiga orang anak).
Rumah adat Batak Karo dapat ditempati oleh dua puluh sampai enam puluh
orang. Anak-anak tidur dengan orang tua sampai menjelang usia dewasa, pada
pria dewasa (bujangan) tidur dibale-bale lumbung dan para gadis bergabung
dengan keluarga lain dirumah lainnya.

Rumah adat Batak Karo berukuran 17 x 12 m² dan tingginya 12 m²


bangunan ini simetris pada kedua porosnya, sehingga pintu masuk pada kedua
sisinya kelihatan sama. Hal ini sulit untuk membedakan yang mana pintu masuk
utamanya. Rumah adat Batak Karo dibangun dengan enam belas tiang yang
bersandar pada batu-batu besar dari gunungan atau sungai. Delapan dari tiang-
tiang ini menyangga lantai dan atap, sedangkan yang delapan lagi hanya
{Makala program olah data} 12
{Arsitektur tradisional)
penyangga lantai saja. Dinding-dindingnya juga merupakan penunjang atap
kedua pintu masuk dan kedelapan jendela dipasang diatas dinding yang miring,
di atas lingkaran balok. Tinggi pintu kira-kira 1,5 m hal ini membuat orang yang
masuk ke dalam harus menundukkan kepala dan jendela ukuran nya lebih kecil.
Pintu mempunyai daun jendela tunggal.

Bagian luar dari kusen jendela dan pintu umumnya diukir dalam versi
yang rumit dari susunan busur dan anak panah. Atap dijalin dengan ijuk hitam
dan diikatkan kepada sebuah kerangka dari anyaman bambu yang menutupi
bagian bawah kerangka dari pohon aren atau bambu. Bubungan atap terbuat
dari jerami yang tebalnya 15 sampai 20 cm. bagian terendah dari atap pertama
di bagian pangkalnya ditanami tanaman yang menjalar pada semua dinding dan
berfungsi sebagai penahan hujan deras. Ujung dinding atap yang menonjol
ditutup dengan tikar bambu yang sangat indah.

Fungsi utama dari ujung atap yang menonjol ini adalah untuk
memungkinkan asap keluar dari tungku dalam rumah. Pada bagian depan dan
belakang rumah adalah panggung besar yang disebut ture konstruksinya
sederhana dari potongan bambu melingkar dengan diameter 6 cm. Panggung ini
digunakan untuk tempat mencuci, menyiapkan makanan, sebagai tempat
pembuangan (kotoran hewan) dan sebagai ruang masuk utama. Jalan masuk
menuju ture adalah tangga bambu atau kayu Pada masyarakat Karo terdapat
suatu rumah yang dihuni oleh beberapa keluarga, yang penempatan jabu-nya di
dalam rumah tersebut diatur menurut ketentuan adat dan di dalam rumah itu
pun berlaku ketentuan adat, itulah yang disebut dengan rumah adat Karo.
Rumah adat Karo ini berbeda dengan rumah adat suku lainnya dan kekhasan
itulah yang mencirikan rumah adat Karo. Bentuknya sangat megah diberi tanduk.
Proses pendirian sampai kehidupan dalam rumah adat itu diatur oleh adat Karo,
dan karena itulah disebut rumah adat.

{Makala program olah data} 13


{Arsitektur tradisional)

Gambar II 9 bagian bagian Dari Rumah adat (Karo).


Sumber : https://gambar.karo.or.id/2012/04/rumah-adat-
karo.jpg

Si waluh jabu,

Berdasarkan bentuk atap, rumah adat karo dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :

a. Rumah sianjung-anjung
Rumah sianjung-anjung adalah rumah bermuka empat atau lebih, yang dapat
juga terdiri atas sat atau dua tersek dan diberi bertanduk

b. Rumah Mecu.
Rumah mecu adalah rumah yang bentuknya sederhana, bermuka dua
mempunyai sepasang tanduk.
Sementara menurut binangun, rumah adat Karo pun dapat dibagi atas dua yaitu:

c. Rumah Sangka Manuk.


Rumah sangka manuk yaitu rumah yang binangunnya dibuat dari balok tindih-
menindih.

d. Rumah Sendi.
Rumah sendi adalah rumah yang tiang rumahnya dibuat berdiri dan satu sama
lain dihubungkan dengan balok-balok sehingga bangunan menjadi sendi dan
kokoh. Dalam nyanyian rumah ini sering juga disebut Rumah Sendi Gading
{Makala program olah data} 14
{Arsitektur tradisional)
Kurungen Manik.
Rumah adat Karo didirikan berdasarkan arah kenjahe (hilir) dan kenjulu (hulu)
sesuai aliran air pada suatu kampung.

Gambar II 10 Jabu dalam Rumah Adat batak (Karo) sumber : (ritaharahap@gmail.com)


https://gambar.karo.or.id/2012/04/depan-rumah-adat-karo.jpg

Rumah adat biasanya dihuni oleh empat atau delapan keluarga.


Penempatan keluarga-keluarga itu dalam bagian rumah adat (jabu) dilakukan
berdasarkan ketentuan adat Karo. Rumah adat secara garis besar dapat dibagi
atas jabu jahe (hilir) dan jabu julu (hulu). Jabu jahe terbagi atas jabu bena kayu
dan jabu lepar benana kayu. Demikian juga jabu kenjulu dibagi atas dua, yaitu
jabu ujung kayu dan jabu rumah sendipar ujung kayu. Inilah yang
sesungguhnya disebut sebagai jabu adat. Rumah-rumah adat empat ruang ini
dahulunya terdapat di Kuta Buluh, Buah Raja, Lau Buluh, Limang, Perbesi,
Peceren, Lingga, dan lain-lain.Ada kalanya suatu rumah adat terdiri dari delapan
ruang dan dihuni oleh delapan keluarga. Malahan kampung Munte ada rumah
adat yang dihuni oleh enam belas keluarga. Dalam hal rumah adat dihuni oleh
delapan keluarga, sementara dapuar dalam rumah adat hanya ada empat,
masing-masing jabu dibagi dua, sehingga terjadilah jabu-jabu sedapuren bena
kayu, sedapuren ujung kayu, sedapuren lepar bena kayu, dan jabu sedapuren
lepar ujung kayu.
{Makala program olah data} 15
{Arsitektur tradisional)
C. Susunan jabu

Adapun susunan jabu dan yang menempatinya adalah sebagai berikut:

1. Jabu Benana Kayu.


Terletak di jabu jahe. Kalau kita kerumah dari ture jahe, letaknya sebelah
kiri. Jabu ini dihuni oleh para keturunen simantek kuta (golongan pendiri
kampung) atau sembuyak-nya.
Fungsinya adalah sebagai pemimpin rumah adat.

2. Jabu ujung Kayu (anak beru).


jabu ini arahnya di arah kenjulu rumah adat. Kalau kita masuk kerumah
adat dari pintu kenjulu, letaknya disebelah kiri atau diagonal dengan
letak jabu benana kayu. Jabu ini ditempati oleh anak beru kuta atau anak
beru dari jabu benana Kayu.
Fungsinya adalah sebagai juru bicara jabu bena kayu.

3. Jabu Lepar Benana Kayu


Jabu ini di arah kenjahe (hilir). Kalau kita kerumah dari pintu kenjahe
letaknya disebelah kanan, Penghuni jabu ini adalah sembuyak dari jabu
benana kayu.
Fungsinya untuk mendengarkan berita-berita yang terjadi diluar rumah
dan menyampaikan hal itu kepada jabu benana kayu. Oleh karena itu,
jabu ini disebut jabu sungkun berita (sumber informasi).

4. Jabu lepar ujung kayu (mangan-minem)


Letaknya dibagian kenjulu (hulu) rumah adat. Kalau kita masuk dari pintu
kenjulu ke rumah adat, letaknya di sebelah kanan. Jabu ini ditempati oleh
kalimbubu jabu benana kayu. Oleh karena itu, jabu ini disebut jabu si
mangan-minem.
Keempat jabu inilah yang disebut dengan jabu adat, karena
penempatannya harus sesuai dengan adat, demikian juga yang
menempatinya ditentukan menurut adat. Akan tetapi, adakalanya juga
rumah adat itu terdiri dari delpan atau enam belas jabu.

5. Jabu sedapuren benana kayu (peninggel-ninggel).


Jabu ini ditempati oleh anak beru menteri dari rumah si mantek kuta

{Makala program olah data} 16


{Arsitektur tradisional)
(jabu benankayu), dan sering pula disebut jabu peninggel-ninggel. Dia ini
adalah anak beru dari ujung kayu.

6. jabu sidapuren ujung kayu (rintenteng).


Ditempati oleh sembuyak dari ujung kayu, yang sering juga disebut jabu
arinteneng. Tugasnya adalah untuk engkapuri belo, menyerahkan belo
kinapur (persentabin) kepada tamu jabu benana kayu tersebut. Oleh
karena itu, jabu ini disebut juga jabu arinteneng.

7. Jabu sedapuren lepar ujung kayu (bicara guru).


Dihuni oleh guru (dukun) atau tabib yang mengetahui berbagai
pengobatan. Tugasnya mengobati anggota rumah yang sakit.

8. Jabu sedapuren lepar benana kayu


Dihuni oleh puang kalimbubu dari jabu benana kayu disebut juga jabu
pendungi ranan.

Karena biasanya dalam runggun adat Karo persetujuan terakhir diberikan


oleh puang kalimbubu. Sumber: Darwin Prinst (Adat Karo)

{Makala program olah data} 17


{Arsitektur tradisional)
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan Dari perbandingan di atas dapat kita ambil kesimpulan
bahwa suatu bentuk bangunan memiliki bentuk atau peletakan benda yang tidak
biasa karena ia memiliki tujuan baik itu fungsional maupun fungsi secara adat
istiadat.
Seperti contohnya;
1. Rumah tradisional batak atau suku batak Ini,memiliki kepercayaan
yang umumnya sama dengan bangsa keturunan detro melayu, yaitu
percaya terhadap arwah-arwah nenek moyang.
Salah satu sumber penciptaan rumah yang unik suku batak yaitu karena
kepercayaannya terhadap arwah nenek moyang. Selain itu, sifat gotong
yang melekat pada pribadi orang-orang Batak.
Setiap bentuk, sudut, celah yang ada pada rumah batak itu memiliki
makna yang dalam. Jadi, tidak dibuat begitu saja. Butuh pemikiran yang
disinergikan dengan kepercayaan mereka. Sehingga bahan, material,
cara pembuatan, dan orientasinya menjadi sangat unik,sedangkan;
2. Rumah Tradisional Jawa yaitu,
salah satu kekayaan arsitektur nusantara yang patutdilestarikan. Rumah i
ni digolongkan menjadi 5 bagian yaitu, panggangpe, limasan, joglo, tajug
,dan kampung. Masing-
masing rumah memiliki ciri khas dan fungsi yang berbeda-
beda sesuaidengan status sosial kepemilikan dan kedudukan pemiliknya
dalam lingkungan masyarakat.Tiap-tiap rumah diatas juga memiliki jenis-
jenis rumah yang beraneka ragam pula.Bentuk fisik dari rumah adat jawa
ini sangatlah sederhana dengan bentuk serupa yaitu bujursangkar, dand
engan atap berbentuk limasan. Selain itu, rumah ini juga terdiri dari saka
-saka yangmenopangnya.

B. Saran

Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan bangsa


Indonesia tidak lain karena bangsa Indonesia memiliki 1.128 suku bangsa yang
tersebar di 18.108 pulau. Salah satu suku yang mendiami pulau-pulau di
Indonesia adalah suku Batak dan suku Jawa.
Kegencaran pergerakan arus globalisasi dunia dapat salah satu mengancam
identitas bangsa Indonesia ini. Sepatutnya kita tetap mempertahankan,
memajukan, dan melindungi asset Negara ini.
Keunikan arsitektur tradisional tersebut adalah asset bangsa yang tidak didapat
dengan instan. Hasil budi daya nenek moyang bangsalah yang membuatnya
{Makala program olah data} 18
{Arsitektur tradisional)
menjadi arsitetktur yang beda dengan yang lain dan penuh makna filosofis.
Sebagai bangsa asli keturunan Indonesia sangatlah memalukan jika kita tidak
mampu untuk menjaganya. Apalagi jika karya super ini diklaim oleh Negara lain
sebagai kekayaan Negara/bangsanya. Kita jangan sampai kecolongan lagi.
Keikutsertaan masyarakat, pemerintah, dan negaralah yang sangat menentukan.
Masyarakat sebaiknya yang menjaganya dengan sokongan pemerintah dan
Negara yang melindunginya.

Arsitek sebaiknya turut membantu pelestarian rumah tradisional yang


ada di Indonesia.Di dalam mendesain sebaiknya arsitek juga memperhatikan
aturan-aturan yang berlaku di daerah setempat. Dengan memperhatikan aturan-
aturan tersebut yang berlaku nantinnya arsitek akan turut berperan serta di
dalam pengembangan bangunan tradisional di Indonesia,sebagai bentuk
pelestarian. Pembangunan bangunan-bangunan modern juga diharapkan
mampu memperhatikan perkembangan bangunan tradisional dan tetap
memperhatikan karakteristik bangunan tradisional yang ada.

{Makala program olah data} 19


{Arsitektur tradisional)
DAFTAR PUSTAKA
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/arsitektur-tradisional-batak-karo-
rumah-adat-karo-kabupaten-karoprovinsi-sumatera-utara/

https://www.google.co.id/url?q=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/
arsitektur-tradisional-batak-karo-rumah-adat-karo-kabupaten-karoprovinsi-
sumatera-
utara/&sa=U&ved=2ahUKEwiJqOuymNHdAhUKsI8KHT4eB88QFjAOegQIBRAB&u
sg=AOvVaw0KooxgLl3muLsi8ktCSCtn

http://barlimidham.blogspot.com/2014/02/rumah-adat-batak.html?m=1

https://www.google.co.id/url?q=https://hakimhomint.wordpress.com/2017/06/2
6/cara-membuat-
joglo/&sa=U&ved=2ahUKEwjSh477ytPdAhXMPI8KHW6cARIQFjAAegQIBRAB&us
g=AOvVaw0d7I5B9_MSsQmDHSwDthpk

https://www.google.co.id/url?q=https://hurahura.wordpress.com/2017/08/11/ar
sitektur-tradisional-jawa-kosmologi-estetika-dan-simbolisme-budaya-
jawa/&sa=U&ved=2ahUKEwjSh477ytPdAhXMPI8KHW6cARIQFjAKegQIAxAB&usg
=AOvVaw3ObgZed4phHUp47pODGNck

https://www.google.co.id/url?q=https://www.homify.co.id/ideabooks/5135416/p
anduan-membangun-rumah-adat-
jawa&sa=U&ved=2ahUKEwjSh477ytPdAhXMPI8KHW6cARIQFjALegQIBhAB&usg
=AOvVaw2UWE1N-p-BV2-V-KkgFm_4

https://www.google.co.id/url?q=https://karo.or.id/ornamen-rumah-adat-
karo/&sa=U&ved=2ahUKEwjN-
5ia8dTdAhWLf30KHX13C2QQFjAIegQIBxAB&usg=AOvVaw1biLCokly4OMRIBOqD
X0kk

{Makala program olah data} 20

Anda mungkin juga menyukai