Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Analisis Vegetasi Pohon dengan Menggunakan Metode PCQ (Point


Centered Quarter)

Dosen Pengampu:

Drs. Nugroho Edi Kartiyono, M.Si

Drs. F. Putut Martin, M.Si

Disusun oleh:
Rombel 2 Biologi 2017
Kelompok 6
Dian Oktaviani 4411417050
Vio Aneta Sari Devi 4411417057
Isnaeni Nur Khasanah 4411417062
Cindyla Ega Lusiana 4411417064
Dimas Agung Yunanto 4411417070

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
Analisis Vegetasi Pohon dengan Menggunakan Metode PCQ (Point
Centered Quarter)
A. Tanggal Praktikum
13 Maret 2019

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Densitas Mutlak (DM) dan Densitas Spesies (Dsp) pohon di
kawasan Curug Sewu, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pohon yang ada di kawasan Curug Sewu, Kecamatan
Patean, Kabupaten Kendal

C. Landasan Teori
Curug Sewu berjarak sekitar 44 kilometer ke arah selatan Kota Kendal. Curug
Sewu yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Temanggung ini menjadi obyek tujuan
wisata andalan Kabupaten Kendal. Air terjun Curug Sewu yang dikelola oleh perum
perhutani KPH wilayah Kendal mencakup area seluas 3,9 hektar dengan jenis tanah latosol
dengan topografi tanah bergelombang. Wilayah ini memiliki vegetasi pohon yang
beranekaragam dan merupakan fungsi hutan lindung terbatas dan sarana atau prasarana
pendukung lainya (Rifqi, 2011).
Keanekaragaman vegetasi ini memegang peranan penting didalam menyediakan
iklim mikro, pengatur tata air (hidroorologis), penghasil oksigen (oxygen supplier) dan
penyerap karbon dioksida dan gas-gas cemaran lain yang dihasilkan oleh transportasi,
industri dan gas-gas cemaran domestik (Kasim, 2012). Keanekaragaman tumbuhan terutama
pohon yang memiliki nilai ekonomis yang penting bagi masyarakat (Soerianegara, 1978
dalam Sutrisna dkk., 2018). Pohon adalah tumbuhan tegak berkayu dengan tinggi minimal
1,5 meter dan berdiameter batang setinggi dada minimal 0,5 meter (Tjitrosoepomo, 2003
dalam Irawati, 2014).
Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Struktur
vegetasi disusun oleh tumbuh-tumbuhan baik berupa pohon, pancang, semai, liana, epifit,
maupun tumbuhan bawah. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri
dari beberapa spesies yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Mekanisme kehidupan
bersama tersebut memiliki interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup serta dinamis (Irwanto, 2007).
Dumbois dan Ellenberg (1979), menjelaskan struktur vegetasi didasarkan oleh
parameter vegetasi salah satunya yaitu densitas (kerapatan). Densitas atau yang lebih dikenal
dengan kerapatan merupakan jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan
tertentu, misalnya 100 individu/ha. Kerapatan suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak
contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya
kerapatan dinyatakan dalam besaran persentase. Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai
yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu jenis per satuan luas. Makin besar kerapatan
suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per satuan luas (Irwanto, 2007).
Dalam kegiatan analisis untuk vegetasi, ada beberapa cara yang dapat digunakan
dalam pengambilan sampel antara lain metode kuadrat (Quadran Methods). Metode kuadran
atau “Point-Centered Quarter Method” merupakan salah satu metode jarak (Distance
Method). Metode ini tidak menggunakan petak contoh (plotless) dan umunya digunakan
dalam analisis vegetasi tingkat pohon atau tiang (pole). Namun dapat pula dilengkapi dengan
tingkat pancang (saling atau belta) dan anakan pohon (seedling) jika ingin mengamati
struktur vegetasi pohon. Pohon adalah tumbuhan berdiameter  20 cm, diameter 10-20 cm
adalah pancang, diameter 10 cm dan tinggi pohon 2,5 m adalah pancang, serta tinggi
pohon 2,5 m adalah anakan. Syarat penerapan metode kuadran adalah distribusi pohon atau
tiang yang akan dianalisis harus acak dan tidak mengelompok atau seragam. Parameter yang
diamati dalam pengamatan dengan menggunakan metode kuadran adalah kerapatan,
frekuensi, dan dominansi. Pengolahan data yang diperoleh dari setiap parameter tidak lagi
menggunakan faktor koreksi seperti halnya yang diterapkan pada metode jarak lainnya.
Metode jarak yang paling umum digunakan adalah metode PCQ (Point Centered Quarter).
Pengukuran jarak dilakukan dari titik sampling ke pohon terdekat dalam tiap bagian kuadran.
Dengan demikian setiap titik sampling dihasilkan empat pengukuran. Selain itu juga
dilakukan pengukuran diameter pohon dari keempat pohon yang diamati tersebut, digunakan
untuk mengetahui basal area suatu spesies (Ariyanto dkk., 2012).

D. Alat dan Bahan

1. Meteran jahit
2. Rafia
3. Pasak
4. Kertas kalkir
5. Alat tulis

E. Cara Kerja

Menentukan titik acak pada lokasi pengambilan sampel yang sudah


ditentukan.

Membagi area menjadi 4 bagian yaitu kuadran I, II, III dan IV.

Mencari pohon terdekat dari titik acak pada masing-masing kuadran.


Mengukur masing-masing jarak pohon dari titik acak.

Mengidentifikasi spesies pohon.

Menuliskan data ke dalam worksheet.

F. Hasil Pengamatan

Titik ke- Kuadran Nama Spesies Jarak (m)


1 Albizia chinensis 7,25
2 Albizia chinensis 14,18
1
3 Ceiba pentandra 10,62
4 Albizia chinensis 6
1 Albizia chinensis 2,46
2 Ceiba pentandra 4,65
2
3 Albizia chinensis 9,97
4 Albizia chinensis 1,78
1 Albizia chinensis 2,75
2 Albizia chinensis 4,6
3
3 Ceiba pentandra 4
4 Ceiba pentandra 2,37
1 Albizia chinensis 3,8
2 Albizia chinensis 9,77
4
3 Albizia chinensis 2,75
4 Ceiba pentandra 5
1 Albizia chinensis 5,65
2 Albizia chinensis 4,44
5
3 Albizia chinensis 8
4 Albizia chinensis 4
1 Albizia chinensis 5,37
2 Ceiba pentandra 3,17
6
3 Albizia chinensis 3
4 Ceiba pentandra 9,4
1 Albizia chinensis 5,63
7
2 Albizia chinensis 2,27
3 Albizia chinensis 2,78
4 Ceiba pentandra 5,37
1 Albizia chinensis 5
2 Albizia chinensis 7,73
8
3 Ceiba pentandra 4,78
4 Ceiba pentandra 4,16
1 Albizia chinensis 3,57
2 Albizia chinensis 8,67
9
3 Albizia chinensis 6,53
4 Ceiba pentandra 3,84
1 Albizia chinensis 2,13
2 Albizia chinensis 2,32
10
3 Albizia chinensis 9,91
4 Ceiba pentandra 11,76
1 Ceiba pentandra 2,35
2 Ceiba pentandra 7,37
11
3 Albizia chinensis 5,8
4 Albizia chinensis 7
1 Albizia chinensis 4,87
2 Albizia chinensis 7,28
12
3 Ceiba pentandra 18,7
4 Tectona grandis 8
1 Ceiba pentandra 11
2 Albizia chinensis 8
13
3 Albizia chinensis 8,91
4 Ceiba pentandra 16,57
1 Albizia chinensis 11,63
2 Albizia chinensis 11
14
3 Ceiba pentandra 6
4 Ceiba pentandra 6,6
1 Albizia chinensis 3,36
2 Ceiba pentandra 5,76
15
3 Albizia chinensis 3,1
4 Gnetum gnemon 5
1 Albizia chinensis 3,69
2 Albizia chinensis 8,95
16
3 Albizia chinensis 4,37
4 Albizia chinensis 5,5
1 Swietenia mahagoni 4,15
2 Albizia chinensis 6
17
3 Ceiba pentandra 3,46
4 Swietenia mahagoni 5
1 Albizia chinensis 4,91
18
2 Swietenia mahagoni 4,14
3 Swietenia mahagoni 6,28
4 Ceiba pentandra 6,68
1 Swietenia mahagoni 3,55
2 Albizia chinensis 4,66
19
3 Tectona grandis 4
4 Mangifera indica 5,47
1 Swietenia mahagoni 5,47
2 Tectona grandis 6,78
20
3 Mangifera indica 5,33
4 Mangifera indica 4,55
Total jarak 482,67

G. Analisis Data

1. Mean Distance

Total jarak
MD =
Total individu

482,67 𝑚
=
80

= 6,033375 m

2. Densitas Mutlak

UA
DM =
fk (MD2)

DM = Densitas Mutlak
UA = Unit Area (1 ha)
Fk = Faktor Koreksi (1)
MD = Jarak rata-rata

1ha
𝐷𝑀 =
1(6,033375)2

10000
=
36,41

= 274,64 pohon/ha
3. Densitas Spesies

Dsp = FPsp x DM

DM = Densitas Mutlak
FPsp = Frekuensi pengukuran suatu spesies
Dsp = Densitas Spesies

42
Albizia chinensis = x 274,64
80
= 144,186
18
Ceiba pentandra = x 274,64
80
= 61,794
7
Swietenia mahagoni = x 274,64
80
= 24,031
4
Tectona grandis = x 274,64
80
= 13,372
1
Gnetum gnemon = x 274,64
80
=3,433
3
Mangifera indica = x 274,64
80
=10,299

H. Pembahasan

Pada praktikum yang kami lakukan bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis


spesies pohon dan Densitas Mutlak (DM) serta Densitas Spesies (Dsp). Adapun lokasi
pengamatan yang kami lakukan adalah di kawasan Curug Sewu, Kecamatan Patean,
Kabupaten Kendal.
Pengamatan dilakukan dengan memasang jumlah plot sebanyak 20 plot. Pada
praktikum kali ini dilakukan pengamatan untuk menganalisis vegetasi berupa pohon
menggunakan metode Point Centered Quarter (PCQ). Metode PCQ ini dilakukan dengan
cara membagi plot menjadi empat kuadran dan menentukan titik tengah dari kuadran
tersebut. Kemudian, mencari pohon yang jaraknya paling dekat dengan titik tengah dengan
keliling pohon ≥30 cm pada masing-masing kuadran. Kemudian, mengukur jarak antara
pohon dengan titik tengah. Metode Point Centered Quarter (PCQ) merupakan metode
sampling plotless contoh yang paling efisien karena pelaksanaannya di lapangan memerlukan
waktu yang lebih sedikit, mudah, dan tidak memerlukan faktor koreksi dalam menduga
kerapatan individu tumbuhan (Cottam dan Curtis, 1956).
Setelah melakukan proses pengukuran jarak lalu mengidentifikasi spesies. Adapun
ditemukan 6 jenis spesies pohon yang termasuk dalam hitungan analisi vegetasi
menggunakan metode PCQ. Penggunaan metode Point Centered Quarter (PCQ) ini memiliki
tujuan yaitu untuk mengetahui distribusi masing-masing spesies yang berupa pohon pada
vegetasi. Metode PCQ ini memiliki prinsip kerja yaitu diawali dengan menentukan titik
sampling per lokasi. Menancapkan tongkat penanda pada titik central. Setelah menemukan
titiknya, maka dibagilah area menjadi 4 bagian yaitu kuadran I, II, III, IV. Lalu melakukan
pengukuran dengan cara mencari pohon yang terdekat jaraknya di setiap kuadran dengan
syarat pohon mempunyai keliling minimal 20 cm (diukur pada batang setinggi + 150 cm) dan
sudah mature (dewasa). Spesies pohon tersebut antara lain Albizia chinensis, Ceiba
pentandra, Swietenia mahagoni, Tectona grandis, Mangifera indica, dan Gnetum gnemon.
Selanjutnya menuliskan data jenis spesies dan jarak masing-masing spesies ke dalam
worksheet. Lalu menghitung dominansi atau kerapatan dari masing-masing spesies. mencatat
nama spesies dan mengukur jarak dari titik serta keliling pohonnya. Kemudian
mencari/menghitung mean distance (rata-rata jarak), densitas per 100 m2, densitas setiap
spesies (DsM), dominansi mutlak (DmM).
Dari analisis data yang kami lakukan, diperoleh MD (Mean Distance) dengan
membagi total jarak yang telah diukur dengan total individu yaitu 6,033375 m. Setelah itu
dihitung DM (Densitas Mutlak). Densitas mutlak didapatkan dengan cara membagi luas area
dengan faktor koreksi (FK) yang telah dikalikan MD (Mean Distance) dikuadratkan, dan
diperoleh hasil DM (Densitas Mutlak) sebesar 274,64 pohon/ha. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa setiap 10.000 m2 (1 ha) terdapat kurang lebih 274 pohon dengan jarak
antar pohon rata-rata 6,033375 m.
Selain itu juga dihitung Densitas Spesies (Dsp) dengan cara mengalikan frekuensi
spesies (total spesies sejenis dibagi dengan total pohon) dengan Densitas Mutlak. Sehingga
diperoleh hasil nilai Dominansi Spesies untuk Albizia chinensis: 144,186 ; Ceiba pentandra:
61,794; Swietenia mahagoni: 24,031; Tectona grandis: 13,372; Gnetum gnemon: 3,433; dan
Mangifera indica: 10,299. Dengan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa ada 144 pohon
Albizia chinensis dalam 1 ha, 62 pohon Ceiba pentandra dalam 1 ha, 24 pohon Swietenia
mahagoni dalam 1 ha, 13 pohon Tectona grandis dalam 1 ha, 3 pohon Gnetum gnemon dalam
1 ha, dan 10 pohon Mangifera indica dalam 1 ha.
Pendominansian tumbuhan ini menunjukkan bahwa Albizia chinensis memiliki nilai
dominansi paling tinggi yaitu sebesar 144,186. Hal ini menunjukkan bahwa Albizia chinensis
memiliki toleransi hidup yang lebih tinggi dibandingkan spesies tumbuhan lain untuk hidup
dalam kawasan vegetasi kawasan Curug Sewu. Toleransi hidup yang tinggi tersebut
mendukung tumbuhan Albizia chinensis untuk memenangkan kompetisi antar spesies pada
ekosistem vegetasi tumbuhan yang ada di kawasan Curug Sewu.
Bila tumbuhan Albizia chinensis diketahui merupakan tumbuhan yang paling
mendominasi, maka tumbuhan yang keberadaanya paling jarang berdasarkan hasil analisis
ialah tumbuhan Gnetum gnemon dengan densitas sebesar 3,433. Hal ini menunjukkan bahwa
tumbuhan tersebut sangat jarang ditemukan pada tiap titik sampling kuadran. Data yang
diperoleh antara kelompok satu dengan yang lain berbeda, karena dalam pengambilan data
berbeda area pengukurannya sehingga tidak ada penumpukan dan dijumpai beragam jenis
pohon.
Adapun faktor yang menyebabkan Albizia chinensis menjadi paling dominan
adalah karena faktor alam. Pendominansian ini tidak dilakukan dengan campur tangan
manusia atau istilah lainnya sengaja ditanam oleh manusia, namun karena adanya faktor
lingkungan, penyebaran biji dan regenerasi spesies pohon tersebut. Faktor-faktor lingkungan
yang dimaksud antara lain suhu, ketinggian, kelembaban, intensitas cahaya dan pH tanah. Hal
ini berarti Albizia chinensis merupakan vegetasi alami yang tumbuh di kawasan hutan Curug
Sewu. Selain itu, persebaran biji dari tiap spesies juga menentukan densitas spesies pohon
tersebut, cara persebaran biji dari tiap spesies bervariasi, mulai dari spesies yang
persebarannya dibantu oleh angin, air, dan hewan. Agen persebaran tersebut cenderung
membawa biji menuju tempat yang jauh dari pohonnya. Sehinga ketika pohon tersebut
tumbuh dan besar pohon tersebut akan berada pada jarak yang relatif jauh dari pohon
induknya.

I. Kesimpulan

1. Jenis-jenis pohon yang ditemukan pada kawasan Curug Sewu antara lain Albizia
chinensis, Ceiba pentandra, Swietenia mahagoni, Tectona grandis, Mangifera indica,
dan Gnetum gnemon.
2. Dari analisis data yang kami lakukan, diperoleh Densitas Mutlak sebesar 274,64
pohon/m2. Dari data tersebut dapat diperoleh hasil nilai dominansi untuk masing-masing
spesies yaitu Albizia chinensis: 144,186 ; Ceiba pentandra: 61,794; Swietenia mahagoni:
24,031; Tectona grandis: 13,372; Gnetum gnemon: 3,433; dan Mangifera indica: 10,299.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto., Ari Widoretno., Nurmiyati., dan Putri Agustina. Studi Biodiversitas Tanaman
Pohon di 3 Resort Polisi Hutan (RPH) di Bawah Kesatuan Pemangku Hutan
(KPH) Telawa Menggunakan Metode Point Center Quarter (PCQ). Jurnal
Pendidikan Biologi FKIP UNS. Vol.5 (2): 502-512.
Irawati, Hani. 2014. Analisis Vegetasi Strata Pohon di Sepanjang Sempadan Sungai Code
Yogyakarta. Jurnal BIOEDUKATIKA. Vol. 2(1): 10-15. ISSN: 2338-6630 |
Halaman 10-15.
Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Pulau
Marsegu, Kabupaten Seram Barat, Provinsi Maluku. Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.
Kasim, Safril. 2012. Nilai Penting Dan Keanekaragaman Hayati Hutan Lindung Wakonti Das
Baubau. Jurnal Agriplus. Vol.22(3): 231-240. ISSN 0854-0128. 231-140
Mueller-Dombois, D. dan H. Ellenberg. 1974. Aims And Methods Of Vegetation Ecology.
New York.
Rifqi, Andi M. 2017. Company Profile Wisata “Curug Sewu “ Sebagai Media Promosi Untuk
Meningkatkan Kunjungan Wisatawan. Jurnal Online Universitas Dian
Nuswantoro.
Sutrisna, Tri., Muh. Ruslan Umar., Sri Suhadiyah., dan Slamet Santosa. 2018.
Keanekaragaman Dan Komposisi Vegetasi Pohon Pada Kawasan Air Terjun
Takapala Dan Lanna Di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Bioma : Jurnal
Biologi Makassar. Vol.3(1):12-18
J. Lampiran

Vegetasi Pohon di Kawasan Hutan Curug Sewu

Anda mungkin juga menyukai