MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :
“Fiqh Ibadah”
Disusun Oleh:
1. KHISBUNASOR (NIM 2013471887)
2. KHOTIBUL UMAM (NIM 2013471888)
3. SITI FATIMATUS ZAHRO (NIM 20134718 )
Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang ......................................................................... 1
B Rumusan Masalah .................................................................... 3
C Tujuan Penulisan ...................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A Menyolatkan Jenazah ............................................................. 4
a. Syarat-Syarat Sholat Jenazah ............................................. 4
b. Rukun Shalat Jenazah ........................................................ 4
c. Sunnah Sholat jenazah........................................................ 5
d. Cara Melaksanakan Sholat Jenazah ................................... 6
B Merawat Jenazah .................................................................... 7
1. Memandikan Jenazah ......................................................... 7
2. Mengkafani Jenazah ........................................................... 9
3. Menguburkan Jenazah ........................................................ 10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
Ayat tersebut mempertegas bahwa kita yang hidup di dunia ini pasti akan
merasakan mati. Namun kenyataannya banyak manusia yang terbuai dengan
kehidupan dunia sehingga hampir melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, hal
ini juga membuat manusia tidak banyak yang mengingat tentang kematian.
1
“Al Qur’an dan Terjemahannya” Mujamma’ Al Malik fahd Li Thiba’at Al Mushaf Asy-
Syarif Madinah Munawwarah P. O. Box 6262 Kerajaan Saudi Arabia. hal. 637
Yang jadi permasalahan sekarang adalah, tidak ada manusia satupun yang apabila
mati kemudian berangkat sendiri menuju liang kuburnya. Tentu saja hal ini adalah
menjadi kewajiban bagi orang yang masih hidup, terutama keluarga yang
ditinggalkannya untuk mengurusnya sampai menguburkannya.
Merawat jenazah adalah hukumnya fardhu kifayah, namun setiap orang
tentunya wajib mengetahui tatacara bagaimana merawat jenazah yang sesuai
dengan tuntunan agama Islam. Karena kewajiban merawat jenazah yang pertama
adalah keluarga terdekat, apalagi kalau yang meninggal adalah orangtua atau anak
kita. Kalau kita tidak bisa merawatnya sampai menguburkannya berarti kita tidak
(birrul walidaini) berbakti kepada kedua orangtua kita.
Rasulullah SAW telah bersabda :
2
Kitab Abudaud, hadits no 2494, Hadits explorer Al Kubro Multimedia
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka pokok permasalahannya adalah:
1. Bagaimana tata cara Sholat jenazah?
2. Bagaimana tata cara merawat jenazah?
C. Tujuan
Berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskan di atas, maka
makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tata cara merawat jenazah
2. Mengetahui tata cara Menyolati jenazah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menyalatkan Jenazah
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang
dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia.
Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah fardhu kifayah. Artinya jika
dalam suatu wilayah tak ada seorang pun yang menyelenggarakan shalat
jenazah, maka seluruh penduduk wilayah itu akan menanggung dosa. Akan
tetapi jika ada beberapa orang saja yang menyelenggarakannya, maka
penduduk yang lain bebas akan kewajiban tersebut.
Jenazah yang boleh di shalati adalah jenazah orang islam yang
bukan mati syahid (yaitu mati dalam keadaan melawan orang kafir atau orang
musyrik). Sedangkan orang yang mati syahid dan bayi yang gugur dalam
kandungan (atau sejak dilahirkan, sebelum lahir, belum dapat bersuara atau
menangis) tidak boleh di sholati, juga tidak boleh dimandikan. Shalat jenazah
ini boleh dikerjakan di setiap waktu, karena shalat ini termasuk shalat yang
mempunyai sebab. Shalat jenazah boleh dikerjakan kaum wanita. Beberapa
jenazah boleh di shalati secara bersama-sama.
a. Syarat-syarat shalat jenazah
Syarat Sholat jenazah sama dengan syarat pada sholat-sholat yang lain dan
diberi tambahan :
1. Mayat harus sudah dimandikan dan dikafani
2. Letak mayat disebelah kiblat orang yang menyolatinya kecuali sholat
ghoib3
b. Rukun shalat jenazah
1. Niat, menyegaja dalam hati untuk melakukan sholat Jenazah
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Empat kali takbir (termasuk takbiratul ikhram)
3
Widya dkk, Tuntunan Sholat Lengkap, UD. Mayasari 1995, hal. 76
4. Membaca surat Al-fatihah setelah takbir yang pertama (takbiratul
ikhram)
5. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, setelah takbir kedua
6. Membaca do’a untuk jenazah setelah takbir yang ketiga
7. Membaca do’a untuk jenazah dan orang yang menyhalatinya setelah
takbir yang keempat
8. Membaca salam ke kanan dan ke kiri
c. Sunah shalat jenazah
1. Mengangkat kedua tangan saat bertakbir
2. Merendahkan suara pada setiap bacaan (israr)
3. Membaca isu’adzah (A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajim)
4. Disamping itu, posisi imam hendaknya didekat kepala jenazah laki-laki
atau didekat pinggul jenazah perempuan
5. Shaf hendaknya dijadikan 3 shaf atau lebih. Satu shaf sekurang-
kurangnya 2 orang.
d. Cara Melaksanakan Shalat Jenazah4
Berdiri tegak menghadap kiblat, kedua belah tangan berada disamping
sejajar dengan pinggul, menghadap kiblat, sedangkan kepala agak tunduk
ke sajadah. Hati dan fikiran berkonsentrasi, lalu membaca lafal shalat
jenazah, yaitu:
1) Untuk Jenazah laki-laki
B. Merawat Jenazah
Dengan adanya seorang Muslim yang meninggal dunia, maka timbul
kewajiban bagi umat islam untuk merawat jenazah Tidak khilaf di kalangan
para ulama wajib bagi umat Islam menyelenggarakan empat perkara dalam
urusan mayit yang Muslim yaitu memandikannya, mengkafaninya,
menyalatinya dan menguburnya. Menyelenggarakan empat perkara tersebut
hukumnya fardhu kifayah menurut ijma’ ulama.5
Berikut ini hal-hal yang harus dilakukan dalam merawat jenazah
1. Memandikan Jenazah
Bila seorang muslim telah meninggal dunia, maka disunatkan untuk
segera merawatnya. Adapun cara memandikan mayat paling sedikit harus
meratai seluruh tubuhnya setelah mengilangkan najis pada tubuhnya.
Kemudian bagi yang memandikan wajib niat atau tidak, terdapat dua
pendapat. Menurut pendapat paling shohih bagi Imam Rofi’I hal tersebut
tidak wajib, karena tujuan memandikan mayat sekedar membersihkan dimana
hal tersebut sudah tercapai meskipun tanpa niat.6
Ketika memandikan jenazah, tidak semua orang boleh hadir. Mereka
yang hadir aadalah orang yang diperlukan kehadirannya. Oleh sebab itu, ada
syarat tertentu yang harus diperhatikan, antara lain :
Orang muslim, berakal, dan balig cukup umur.
Orang yang wajib memandikan jenazah wajib niat.
5
Anas Tohir Syamsuddin, Terjemahan Kifayatul Ahyar, jilid I, Surabaya, PT. Bina Ilmu
1997, hal. 337
6
Ibid hal. 338
Orang jujur, saleh, dan dapat dipercaya. Hal itu dimaksudkan agar
orang itu hanya menyiarkan mana-man yang baik dan menutupi mana-
man yang jelek tentang si mayat.
Orang yang utama memandikan jenazah.7
Untuk jenazah laki-laki, orang yang utama memandikan adalah orang
yang diberi wasiat, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, mahram
dari pihak laki-laki, dan boleh juga istrinya.
Untuk jenazah perempuan, yang memandikan adalah ibunya, neneknya,
atau keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
Jika jenazah anak laki-laki, boleh perempuan memandikannya. Jika anak
perempuan boleh laki-laki memandikannya,
Jika perempuan yang mati dan semuanya yang hidup laki-laki dan tidak
ada suaminya atau sebaliknya, jenazah tersebut tidak dimandikan, tetapi
ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis
tangan.
Dalam memandikan mayat, hendaknya menjaga hal-hal sebagai berikut:
a. Memulai memandikannya dari sebelah kanan, dan anggota badan yang
dibasuh ketika berwudhu
b. Memandikan tiga kali atau lebih sesuai dengan yang dibutuhkan
c. Hendaklah memandikan dengan hitungan ganjil (3 kali, 5 kali, 7 kali, dan
seterusnya)
d. Hendaklah air yang digunakan untuk memandikan dicampurkan dengan
sabun atau sejenisnya
e. Pada saat akhir memandikannya hendaknya mencampuri airnya dengan
parfum, kapur barus, atau sejenisnya
f. Menguraikan rambutnya
g. Hendaklah yang memandikan mayat laki-laki adalah orang laki-laki, dan
yang yang memandikan mayat perempuan adalah orang-orang perempuan
h. Cara memandikannya dengan menggunakan kain pembersih atau
sejenisnya. Lalu digosok-gosokkan di bawah kain penutup, setelah
7
Iman Sulaiman, Panduan Praktis Mengurus Jenazah, Qisthi Press, Jakarta 2004, hal 37
pakaiannya dilepaskan. Dianjurkan untuk memotong kukunya jenazah,
mencukur bulu ketiak dan kemaluan, menyisir rambut jenazah. Lalu
menyekanya dengan handuk.
2. Mengkafani Jenazah
Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan mengkafaninya.
Mengafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan
sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum
mengafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardlu kifayah.
Kafan yang digunakan utuk membungkus jenazah hendaklah mencukupi
untuk menutup seluruh tubuhnya.
Dalam mengafani jenazah, terdapat hal-hal yang disunnahkan, antara lain:
Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh
tubuh.
kain kafan hendaklah berwarnah putih.
Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedengkan
perempuan lima lapis.
Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi
wangi-wangian.
Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.
Mengkafani jenazah dilakukan dengan cara:
dianjurkan mengkafani dengan 3 helai kain kafan yang berwarna putih bagi
jenazah laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk jenazah perempuan. Kain
kafan tersebut dibubuhi wewangian kemudian membalut jenazah dengan kain
kafan tersebut.
Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus, kemudian letakkan
jenazah diatas kafan tersebut dalam posisi terlentang. Lalu letakkan kapas
yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan jenazah. Hendaklah
menyediakan kain yang telah dibubuhi kapas untuk menutupi aurat jenazah
dengan melilitkannya (seperti popok) kemudian hendaklah membubuhi
wewangian pada lekuk wajah jenazah. Kemudian lembaran pertama dilipat
dari sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul lembaran kedua dan ketiga
seperti halnya lembaran yang pertama. Kemudian menambatkan tali-tali
pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulung lebihan kain kafan
pada ujung kepala dan kakinya agar tidak lepas ikatannya, kemudian lipat
kearah kaki dan arah kepala.
Jenazah wanita dikafani dengan lima helai kain yaitu kain sarung untuk
menutupi bagian bawahnya, kerudung untuk menutupi bagian kepalanya,
baju kurung (yang terbuka sisi kanan dan kirinya) serta dua helai kain yang
digunakan untuk menutupi sekujur tubuhnya.8
3. Menguburkan Jenazah
Telah disepakati kaum muslimin bahwa menguburkan jenazah
merupakan fardhu kifayah. Adapun yang wajib dilakukan, paling sedikit
dengan membaringkannnya dalam sebuah lubang lalu menutup kembali lubng
tersebut dengan tanah, sehingga tidak terlihat lagi jasadnya, tidak tercium
baunya dan terhindar dari binatang buas dan sebagainya. Akan tetapi yang
lebih sempurna ialah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Memperdalam lubang kuburan kira-kira 2 meter atau lebih dari permukaan
tanah.
2. Lubang untuk menguburkan mayit sebaiknya berbentuk lahd (lahad), yaitu
liang yang bagian bawahnya dikeruk sebelah ke kiblat, dan setelah jenazah
dibaringkan disana, liang tersebut ditutupi dengan bilah-bilah papan yang
di tegakkan, kemudian di timbun dengan tanah. Akan tetapi jika tanah
kuburan itu kurang keras, dan dikhawatirkan dapat longsor boleh juga
menguburkan jenazah dengan membaringkannya ditengah-tengah lubang
kemudian menutupinya dengan papan, ranting dan dedaunan seperti di
atas.
3. Ketika memasukkan mayit kedalam kubur, sebaiknya membaca Bismillah
wa ‘ala millati Rasulillah atau Bismillah wa‘alasunnati Rasulillah.
Kemudian meletakannya dengan tubuhnya di miringkan ke sebelah kanan
8
Anas Tohir Syamsuddin, Terjemahan Kifayatul Ahyar, jilid I, Surabaya, PT. Bina Ilmu
1997, hal. 337
dan wajahnya menghadap kiblat. Disamping itu, para ulama menganjurkan
agar kepala si mayitdi letakkan diatas bantal dari tanah liat atau batu,
kemudian ikatan-ikatan kafannya dilepaskan, dan bagian dari kafannya di
pipinya dibuka sedikit agar pipinya itu menempel danga tanah.
4. Selesai penguburannya, yaitu ketika lubang telah ditimbuni kembali
dengan tanah, hendaknya mereka yang hadir mendo’akan bagi mayit
tersebut dan memohon ampunan baginya dari Allah SWT. Sebagian
ulama terutama dari kalangan madzhab Syafi’i, menganjurkan agar
dibacakan talqin (do’a yang biasa di baca di atas kuburan guna menuntun
si mayit untuk menjawab pertanyaan malaikat).9
9
Muhammad Bagir Al-Habsyi. Fiqih Praktis. Hal 264
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun kita
tidak akan pernah mengetahui kapan kematian itu tiba. Manusia adalah ciptaan
Allah swt yang sempurna diantara ciptaan Allah swt yang lain. Allah swt akan
memulihkan manusia yang beramal saleh dan memberi balasan atas apa yang
dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan mendapat balasan dengan kebaikan
dan barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak beramal saleh akan menerima azab-
Nya.
Orang yang meninggal wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah
swt yang mulia. Oleh sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju
alam baru (kubur) hendaklah dihormati dengan cara dimandikan, dikafani,
disholatkan, dan dikuburkan. Hukum merawat jenazah dalam islam adalah fardhu
kifayah.
DAFTAR PUSTAKA
Sulaiman Iman, Lc. Panduan Praktis Mengurus Jenazah, Jakarta, Qisthi Press.